T1 312012030 BAB III

BAB III
PENUTUP

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya bahwa dalam
kerangka pembangunan ekonomi pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan
profesionalisme pelayanan publik termasuk dalam melakukan penataan di bidang
perizinan. Melekatnya profesionalisme dalam konteks pelayanan publik, maka
kebijakan menjadi salah satu faktor yang akan mendorong peran pemerintah
menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Kebijakan peniadaan
retribusi SIUP di Kota Salatiga dengan maksud bahwa pemerintah ingin
membangun iklim dunia usaha khususnya UMKM menjadi lebih kondusif dengan
konsep deregulasi peraturan dan debirokratisasi dalam pelaksanaannya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1.

Pada dasarnya Pemda Kota Salatiga sudah responsif atau tunduk untuk
tidak memberlakukan Perda-Perda yang dinilai bertentangan dengan
peraturan-peraturan yang lebih tinggi. Bahkan Pemda sendiri telah
melakukan inventarisasi terhadap Perda yang sudah tidak sesuai lagi.
Namun karena hambatan yang sifatnya birokratis antara pemerintah

daerah, provinsi, maupun pusat, maka proses pencabutan perda-perda
tersebut oleh Mendagri sampai saat ini masih belum terlaksana. Seperti
halnya yang terjadi pada Perda Kota Salatiga No. 10 tahun 2003 tentang
Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan, sampai sekarang Belum adanya

69

surat keputusan pencabutan Perda tersebut dari Mendagri ataupun dari
Gubernur, seolah-olah menimbulkan kesan bahwa Pemda Salatiga tidak
taat pada pemerintah, padahal kenyataannya secara de yure Pemda sudah
responsif untuk tidak memberlakukan kembali perda-perda yang
bertentangan tersebut. Berkenaan dengan kondisi tersebut maka langkah
yang perlu dilakukan oleh Pemda adalah lebih intensif dalam melakukan
konsultasi pencabutan Perda No. 10 tahun 2003 kepada Gubernur, agar
supaya segera mendapat surat keputusan pencabutan melalui surat
keputusan Gubernur, sehingga Pemda dapat segera membuat perda
pengganti yang baru agar pelayanan pembuatan SIUP dapat dilakukan
secara optimal.
2.


Pelaksanaan kebijakan dalam meniadakan pungutan retribusi SIUP
adalah dengan melaksanakan Monitoring untuk pembinaan, pengawasan
dan sosialisasi bagi UMKM sebagai bentuk peningkatan pelayanan publik
untuk mengetahui berbagai permasalahan dan sekaligus sebagai bentuk
forum dialog antara pemerintah dan UMKM masih dirasakan kurang.
Pemerintah kota salatiga juga sudah tidak memungut retribusi dalam
penerbitan SIUP. Peniadaan pungutan retribusi pengajuan SIUP kurang
memperhatikan aspek-aspek kelengkapan izin lainnya yang tidak dapat
atau sulit dipenuhi oleh para pengusaha mikro, dan kecil dalam pengajuan
SIUP. Kebijakan peniadaan pungutan retribusi belum disertai pula dengan
langkah-langkah terobosan di daerah dengan membuka insentif lainnya
yang dapat menarik pelaku usaha untuk mengajukan SIUP.

70

B. Saran
1. Disarankan Kepada Pemerintah Daerah untuk segera mencabut perda
yang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi tingkatannya,
perlu menjadwalkan dalam jadwal tahunan secara rutin dan berkala
mengadakan monitoring, sosialisasi kepada pelaku UMKM disetiap

wilayah Kecamatan, dan pada sektor-sektor dimana potensi usaha
UMKM cukup besar. Dalam pencabutan Perda No.10 tahun 2003
disarankan Pemerintah Daerah Kota Salatiga dapat membuka
kemungkinan untuk mempermudah proses izin-izin lainnya yang
menyertai permohonan pengajuan SIUP.
2. Perlu untuk terus meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
aparatur pemerintah daerah khususnya program yang terkait dengan
perizinan sehingga peran pemerintah dalam pelayanan publik dapat
memenuhi dan bila perlu dapat melebihi dari harapan pelaku usaha.
Sehingga proses pengurusan SIUP dalam terlaksana dengan baik,
tanpa adanya pungutan-pungutan liar yang tidak jelas dan tidak di
pahami masyarakat dalam mengurus proses SIUP.

71