PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam Pelayanan Wajar 9 Tahun Bagi Masyarakat Lingkungan Hutan Di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Gro

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM
PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT
LINGKUNGAN HUTAN DI GUNUNGTUMPENG,
KECAMATAN KARANGRAYUNG,
KABUPATEN GROBOGAN

Oleh :
LISJ IO NO
Q.100 100 101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM
PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT
LINGKUNGAN HUTAN DI GUNUNGTUMPENG,
KECAMATAN KARANGRAYUNG,

KABUPATEN GROBOGAN
Oleh
Lisjiono , Yetty Sarjono 2, dan Sigit Haryanto 3
1
Kepala Sekolah SD N 2 Gunungtumpeng, Karangrayung, Grobogan,
lisjionodiah@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar UMS Surakarta
3
Staf Pengajar UMS Surakarta
1

abstract
The purpose of this study is to describe the characteristics of: (1) the role
of SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng principals in the implementation of social
competence; (2) the role of SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng principals as an
innovator in an effort to attract primary school graduates; and (3) the role of SDSMP Satu Atap Gunungtumpeng principals as entrepreneurs in an effort to market
the school program to foster interest in parents of children of compulsory
education age to want to send their children in SMP Satu Atap Gunungtumpeng,
in Gunungtumpeng forest environments. This type of research is qualitative

research with an naturalistic approach, while the design of this research is an
ethnographic study. The experiment was conducted in SD-SMP Negeri Satu Atap
Gunungtumpeng, Karangrayung, Grobogan. Informants of this study are
principals and teachers SD-SMPN Satu Atap Gunungtumpeng and community
forest environment Gunungtumpeng village. Research data collection is done
through observation, depth interviews, and documentation. Data were analyzed
with ethnographic analysis. Validity of the data used source triangulation
technique, technique and time. Conclusion: (1) Principals in the implementation
of social competence has a very good role. It can be seen from a good social
relations between principals with teachers, students, and community and
environment; have the ability to communicate and effectively interact; support
and participate in social activities; and evaluate and develop social competence
according to the social conditions of the school environment; (2) principal's role
as an innovator are have the idea of change in schools through drumband,
provision of musical instruments, and sewing skills; able to move all components
of the school through reforms made; and (3) principal's role as entrepreneur,
among others: principals have extensive knowledge, have a strong commitment to
the independence of school, able to create useful innovation for the development
of school, have a strong motivation to achieve school success, capable to approach
the parents through socialization, formulate priorities for the use of school finance

school socialization, personal approach to community leaders to help understand
the importance of education to the community, unyielding attitude and always
looking for the best solution in the face of constraints on school.
Keywords:

Principal Role, Social Competence, Innovator, Entrepreunership

iii

PENDAHULUAN
Departemen Pendidikan Nasional melaksanakan beberapa program
alternatif untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada daerah dengan
APK yang rendah. Program alternatif yang dilaksanakan selain pembangunan
Unit Sekolah Baru (USB) dan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) di
sekolah-sekolah yang over-capacity, adalah Program Pengembangan SD-SMP
Satu Atap untuk daerah terpencil, terpencar dan terisolir.
Program sekolah satu atap dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas
dalam mengakomodasi lebih banyak siswa dan dengan demikian mempercepat
tercapainya program pendidikan dasar sembilan tahun dengan membuat fasilitasfasilitas SMP dekat dengan lulusan-lulusan SD. Program tersebut telah
dilaksanakan salah satunya pada SD-SMP Negeri Satu Atap Gunungtumpeng,

Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.
Program Wajib belajar 9 tahun yang dilaksanakan di SD-SMP Satu Atap
Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan pada 2 tahun
pelajaran terakhir ini dinilai cukup berhasil. Kemauan anak usia sekolah yakni
umur 7 sampai dengan 15 tahun di desa Gunungtumpeng, Kecamatan
Karangrayung, Kabupaten Grobogan untuk melanjutkan sekolah sampai di SMP
meningkat. Keadaan ini tidak terlepas dari upaya kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin yang menjalankan perannya sebagai inovator, manajer, wirausahawan,
dan peran kepala sekolah yang lainnya, untuk mensukseskan pendidikan wajib
belajar 9 tahun melalui SD-SMP Satu Atap. Berdasarkan uraian tersebut, judul
penelitian ini adalah “Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam
Pelayanan

Wajar

9

Tahun

Bagi


Masyarakat

Lingkungan

Hutan

Di

Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.”
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yang ingin dicapai: 1) mendeskripsikan
karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng dalam
pelaksanaan

kompetensi

Gunungtumpeng,

sosialnya


Kecamatan

di

lingkungan

Karangrayung,

SD-SMP
Kabupaten

Satu

Atap

Grobogan,

2) mendeskripsikan karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap
Gunungtumpeng sebagai inovator dalam upaya menarik minat anak lulusan SD di


1

lingkungan hutan Gunungtumpeng agar mau melanjutkan di SMP Satu Atap
Gunungtumpeng,

Kecamatan

Karangrayung,

Kabupaten

Grobogan,

3) mendeskripsikan karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap
Gunungtumpeng sebagai wirausahawan dalam upaya memasarkan program
sekolah sehingga menumbuhkan minat orang tua anak usia wajib belajar di
lingkungan hutan Gunungtumpeng agar mau menyekolahkan anaknya di SMP
Satu Atap Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.
Kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab
mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh

potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah sebagai
human resource manager adalah individu yang biasanya menduduki jabatan yang
memainkan peran sebagai adviser (staff khusus) tatkala bekerja dengan manajer
lain terkait dengan urusan SDM (individuals who normally act in an advisory (or
staff) capacity when working with other (line) managers regarding human
resource matters) (Sagala, 2009a: 88). Kepala sekolah menurut Danim (2002:
145) adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
Berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 tentang Standard
Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah dijelaskan bahwa seorang kepala sekolah
harus memiliki 5 (lima) kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi
sosial. Sedangkan dalam Permendiknas Nomer 28 Tahun 2010 tentang Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah disebutkan bahwa kompetensi kepala
sekolah/madrasah adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensidimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial
(Bab I pasal 1).
Kompetensi Sosial Kepala Sekolah
Kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien, baik dengan peserta didik, guru, orang tua/wali, dan
masyarakat sekitar, sehingga seorang yang memiliki kompetensi sosial akan
nampak menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi panutan,

komunikatif, dan kooperatif. Sedangkan pengertian lainnya dari kompetensi sosial

2

adalah kemampuan untuk berkomunikasi, membangun relasi, dan kerjasama,
menerima perbedaan, memikul tanggung jawab, menghargai hak orang lain, serta
kemampuan memberi manfaat bagi orang lain (Bangkit, 2013: 1).
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompetensi
sosial berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 (Wahyudi, 2009: 32),
antara lain: 1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/
madrasah, 2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan
3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Menurut Mulyasa
(2007: 176) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar dapat
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien yakni (1) memiliki
pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama (2) memiliki
pengetahuan tentang budaya dan tradisi (3) memiliki pengetahuan tentang inti
demokrasi (4) memiliki pengetahuan tentang estetika (5) memiliki pengetahuan
tentang apresiasi dan kesadaran sosial (6) memiliki sikap yang benar terhadap
pengetahuan dan pekerjaan (7) memiliki kesetiaan terhadap harkat dan martabat
manusia. Ketujuh kompetensi sosial ini penting, agar seseorang dapat

melaksanakan dua fungsi di sekolah yakni : (a) fungsi pelestarian dan pewarisan
nilai-nilai kemasyarakatan dan (b) fungsi agen perubahan. Sekolah berfungsi
untuk menjaga kelestarian nilai-nilai kemasyarakatan yang positif agar pewarisan
nilai tersebut dapat berjalan secara baik. Di samping itu sekolah juga berfungsi
sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi menuju
kemajuan dan tuntutan kehidupan dan pembangunan bangsa.
Kepala Sekolah Sebagai Innovator
Seorang kepala sekolah sebagai innovator adalah seorang kepala sekolah
yang mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di
sekolah (Sunaryono, 2011: 1). Khoiril (2011: 1) yang menyatakan bahwa dalam
rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari caracara ia melakukan pekerjaannya sebagai berikut: 1) Konstruktif, dimaksudkan
bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala

3

sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar
dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan
kepada masing-masing tenaga kependidikan; 2) Kreatif, dimaksudkan bahwa

dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah
harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan
tugasnya; 3) Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional
tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan
tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta
kemampuan

masing-masing;

4)

Integratif,

dimaksudkan

bahwa

dalam

meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus
berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi
untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif; 5) Rasional
dan obyektif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan
pertimbangan rasio dan obyektif; 6) Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam
meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus
berusaha menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan
nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang
dimiliki sekolah; 7) Keteladanan, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan
profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha
memberikan teladan dan contoh yang baik; 8) Adaptabel dan Fleksibel,
dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam
menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang
menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi
dalam melaksanakan tugasnya.
Kepala Sekolah Sebagai Entrepreneur
Dalam peran ini, kepala sekolah selalu berusaha untuk memperbaiki
penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang
baru, serta melakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul

4

di lingkungan sekolah (Wahjosumidjo, 2003: 92). Sudrajat (2010: 2) menjelaskan
untuk menjadi kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus menerapkan beberapa
hal berikut: (1) berpikir kreatif-inovatif, (2) mampu membaca arah perkembangan
dunia pendidikan, (3) dapat menunjukkan nilai lebih dari beberapa atau seluruh
elemen sistem persekolahan yang dimiliki, (4) perlu menumbuhkan kerjasama
tim, sikap kepemimpinan, kebersamaan dan hubungan yang solid dengan segenap
warga sekolah, (5) mampu membangun pendekatan personal yang baik dengan
lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih, (6)
selalu meng-upgrade ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan amal ilmiahnya, (7)
bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu dan masa
kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan teknologi informasi.
Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
Indonesia (PP No. 47 Tahun 2008, Bab II Pasal 2 Angka 1). Sedangkan tujuan
wajib belajar adalah memberikan pendidikan minimal bagi warga negara
Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri
di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Masyarakat lingkungan hutan dapat dikelompokkan sebagai masyarakat
monolingual, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan relatif
hanya memiliki kompetensi komunikasi 1 (satu) sistem bahasa saja dalam
aktivitas komunikasi mereka. Dari aspek sosial ekonomi, kebanyakan masyarakat
sekitar hutan merupakan kelompok masyarakat marginal serta memiliki banyak
keterbatasan. Akibat dari berbagai keterbatasan tersebut seringkali membuat
semua aspek kehidupan mereka menjadi tertinggal. Masyarakat yang hidup di
sekitar area hutan bertumpu pada sumber daya hutan sebagai sumber
kehidupannya (Jalal, 2010: 1-2).
SD-SMP Satu Atap adalah penyelenggaraan pendidikan yang mencakup
SD dan SMP yang sekolah dan atau pengelolaanya terpadu. Keterpaduan dapat
secara fisik dan dapat secara pengelolaan. Keterpaduan secara fisik berarti bahwa
lokasi SMP menyatu atau didekatkan dengan SD. Keterpaduan pengelolan

5

memiliki arti terpadu dalam visi dan misi; penyusunan program; penerimaan
siswa baru; mengatasi DO angka mengulang; angka transisi; mengatasi kebutuhan
tenaga; mengatasi kebutuhan sarana prasarana; mengatasi kebutuhan dana dan
upaya meningkatkan mutu pendidikan (Miarsih, 2009: 41).
Tujuan umum pengembangan SD-SMP Satu Atap adalah mempercepat
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan meningkatkan mutu
pendidikan dasar. Sedangkan tujuan khusus SD-SMP Satu Atap adalah:
1) memperluas layanan pendidikan dasar atau meningkatkan daya tampung SMP
pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir guna menunjang tercapainya
penuntasan wajar pendidikan dasar 9 tahun; 2) Mendekatkan SMP dengan SD
pendukungnya, serta memberikan kesempatan dan peluang bagi anak untuk
melanjutkan pendidikannya; dan 3) Meningkatkan partisipasi masyarakat
(Panduan Pelaksanaan Pengembangan SD-SMP Satu Atap, 2008: 1).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
naturalistik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian etnografi. Lokasi penelitian dilakukan di SD-SMP Negeri Satu Atap
Gunungtumpeng, UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah arsip dan dokumentasi. Sedangkan Sumber data dalam
penelitian ini berupa data-data yang dikumpulkan dari lokasi yang diteliti yaitu
SD-SMP Negeri Satu Atap Gunungtumpeng. Adapun nara sumber dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan masyarakat di SD-SMPN Satu
Atap Gunungtumpeng.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan metode analisis data tertata dalam situs untuk diskripsi.
beberapa jenis matrik tertata yaitu matrik deskriptif situs tertata, di mana situs
dipisah dari yang tinggi sampai yang rendah berdasarkan variabel terpenting
(Miles dan Huberman, 2007: 280). Dalam penelitian uji keabsahan data

6

menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
yang dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu triangulasi sumber, teknik dan
waktu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik peran kepala sekolah dalam melaksanakan kompetensi
sosial di lingkungan sekolah
Seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi sosial sebagai
salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah. Kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien, baik dengan peserta didik, guru, orang
tua/wali, dan masyarakat sekitar, sehingga seorang yang memiliki kompetensi
sosial akan nampak menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi
panutan, komunikatif, dan kooperatif. Berdasarkan hasil temuan penelitian,
diketahui bahwa kepala sekolah sangat menyadari bahwa kemampuan kepala
sekolah untuk bersosialisasi adalah sangat penting. Hubungan sosial yang
terjalin antara kepala sekolah dengan guru, siswa, maupun masyarakat sangat
baik. Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Sagala (2009a) bahwa setiap
manusia selalu terkait dengan lingkungan masyarakat di mana manusia itu
berinteraksi. Kepala sekolah, guru, dan personel lainnya di sekolah harus
berinteraksi baik dalam internal sekolah maupun dengan eksternal sekolah.
Hasil penelitian selanjutnya menemukan bahwa kepala sekolah
mensosialisasikan sekolah kepada masyarakat, melalui 3 (tiga) langkah.
Pertama, sosialisasi langsung. Sosialisasi langsung ini disampaikan kepala
sekolah dengan kepada orang tua/masyarakat melalui kegiatan pertemuan/
rapat di sekolah. Kepala sekolah mengundang orang tua siswa lulusan SD
atau masyarakat yang menjadi sasaran sekolah agar anaknya dapat
melanjutkan sekolah di SMP dengan menyampaikan program-program
unggulan sekolah. Kedua, bekerjasama dengan kepala sekolah-kepala sekolah
lain. Kepala sekolah bersosialisasi melalui rekan-rekannya kepala sekolah
berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi
sekolah. Kegiatan sosialisasi sekolah yang telah dilakukan oleh kepala sekolah

7

tersebut, mengindikasikan bahwa kepala sekolah telah memiliki salah satu
dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007,
yaitu bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah. Dan yang
ketiga adalah melalui spanduk dan selebaran. Selebaran dibuat dalam
lembaran kertas dan ditempel-tempel di dinding maupun diberikan langsung
kepada masyarakat. Sedangkan spanduk dibuat dalam lembaran kain besar
yang dipasang di jalan-jalan desa. Selebaran dan spanduk tersebut memuat
informasi tentang sekolah dan program-program unggulan sekolah sebagai
usaha promosi sekolah untuk menarik minat masyarakat. Tiga langkah kepala
sekolah dalam mensosialisasikan sekolah kepada masyarakat tersebut sesuai
dengan dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomer 13
Tahun 2007 (Wahyudi, 2009: 32) yaitu 1) bekerja sama dengan pihak lain
untuk kepentingan sekolah/ madrasah, 2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, dan 3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain.
Peran penting kompetensi sosial kepala sekolah terletak pada peran
pribadi kepala sekolah yang hidup di tengah masyarakat untuk berbaur dengan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohajeran and Ghaleei (2008)
bahwa kualitas pribadi Kepala Sekolah dan gaya kepemimpinan berdampak
pada perannya dalam pengelolaan pengambilan keputusan di sekolah dan
penciptaan iklim

sekolah

yang positif

serta

menggembirakan

juga

mempengaruhi perilaku Kepala Sekolah.
Kemampuan sosial kepala sekolah dalam melaksanakan perannya
berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui melakukan perencanaan,
pendelegasian, pelaksanaan, dan evaluasi hubungan sosial sekolah bersama
dengan guru. Kemampuan memimpin pendidikan mendelegasikan tugas-tugas
kepada pihak yang menerima pendelegasian menurut Sagala (2009a) adalah
bagian dari kompetensi sosial. Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang
kepada seseorang atau lembaga yang menjadi tanggungjawabnya sesuai
dengan ketentuan institusi yang berlaku didasarkan pada pembagian tugas
sesuai pembidangan organisasi. Mohajeran and Ghaleei (2008) menyatakan
bahwa kepala sekolah adalah pusat pengambilan keputusan di semua sekolah

8

yang dipelajari dan keterlibatan stakeholder yang berbeda sangat tergantung
pada bagaimana Kepala Sekolah berbagi dalam pengambilan keputusan
kekuasaan dan tanggung jawab.
Kompetensi sosial penting bagi seorang kepala sekolah sebagai tenaga
pendidik. Seorang kepala sekolah tidak hanya bertugas sebagai pemimpin dan
pendidik, tetapi juga merupakan panutan dan teladan bagi lingkungan.
Seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu berinteraksi dengan guru-guru
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang kepala sekolah yang
memiliki hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya, maka ia dapat
bekerjasama dengan tokoh masyarakat guna melaksanakan berbagai program
dalam lingkungan kerja di sekolahnya untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan tersebut. Hal
ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Bangkit (2013: 1) bahwa salah
satu bidang kompetensi sosial adalah memiliki kepekaan sosial terhadap orang
atau kelompok lain, indikatornya antara lain berperan sebagai problem finder
di lingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan
tokoh agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak
dalam menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/ tenggang
rasa terhadap orang lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain.
2. Karakteristik peran kepala sekolah sebagai inovator dalam upaya
menarik minat anak lulusan SD untuk bersekolah di SMP
Berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui bahwa kepala sekolah
memiliki gagasan pembaharuan di sekolah agar sekolah dapat berkembang
dengan baik. Inovasi atau gagasan pembaharuan yang dicanangkan oleh
kepala sekolah untuk menarik minat siswa di sekolah adalah drumband,
penyediaan alat-alat musik, dan keterampilan menjahit. Sesuai dengan definisi
innovator yang dikemukakan oleh Sunaryono (2011: 1) bahwa seorang kepala
sekolah sebagai innovator adalah seorang kepala sekolah yang mampu
mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
Berdasarkan hasil temuan penelitian,

diketahui bahwa dalam

melakukan perannya sebagai inovator, kepala sekolah melakukan perencanaan

9

inovasi program sekolah dengan melibatkan seluruh guru; melakukan
pendelegasian inovasi program sekolah sesuai dengan tugas yang telah
dibentuk dalam perencanaan; memasukkan program keterampilan menjahit
dalam Mata Pelajaran Tata Busana guna menarik minat belajar siswa; serta
melengkapi sarana dan prasarana yang memadai. Program-program yang
diusung kepala sekolah lewat drumband, musik, dan menjahit pada
kenyataannya telah berkontribusi meningkatkan minat siswa lulusan SD
belajar di SMP.
Hasil

temuan

penelitian

tersebut

sesuai

dengan

teori

yang

dikemukakan oleh Khoiril (2011: 1) yang menyatakan bahwa dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari
cara-cara ia melakukan pekerjaannya, salah satunya adalah delegatif,
dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga
kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masingmasing dan integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional
tenaga

kependidikan

di

sekolah,

kepala

sekolah

harus

berusaha

mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk
mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.
Razak and Salleh (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa para
guru memandang bahwa peran kepala sekolah mereka sangat baik dalam
memberikan kontribusi bagi keberhasilan siswa dalam pemeriksaan UPSR
melalui koordinasi berbagai faktor bahkan dengan kurangnya sumber daya dan
eksposur. Kepala sekolah dapat membuat penuh penggunaan otoritas yang
dipercayakan kepada mereka untuk datang dengan ide-ide baru untuk
mengatasi perubahan yang cepat dari bidang pendidikan; membangun
lingkungan yang kondusif, terorganisir, dan disiplin belajar dan mengajar,
memperoleh manfaat dari sumber daya, dan siap dengan perencanaan yang
sistematis.

10

Dapat disimpulkan bahwa agar inovasi dalam pendidikan berhasil,
maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para inovator, yaitu:
1) menetapkan kebutuhan akan perubahan dan pengembangan suatu visi
kemana perubahan harus diarahkan (diperkenalkan); 2) menetapkan suatu tim
infrastruktur perubahan; 3) mengembangkan dan mengimplementasikan suatu
strategi komunikasi; 4) mengaitkan budaya sekolah dengan perubahan yang
dianjurkan; dan 5) mengembangkan karaktristik kepemimpinan untuk
menciptakan suatu proses perubahan yang sukses.
3. Karakteristik peran kepala sekolah sebagai wirausahawan dalam
menumbuhkan minat orang tua anak usia wajib belajar agar mau
menyekolahkan anaknya
Ide berwirausaha akan menjadi peluang apabila kepala sekolah
bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus menerus melalui
proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang,
menganalisis proses secara mendalam dan memperhitungkan risiko yang
mungkin terjadi. Oleh karenanya maka kepala sekolah harus memiliki ciri
dalam dirinya, yaitu percaya diri (self confidence), berorientasi pada tugas dan
hasil, keberanian mengambil risiko, berorientasi pada masa depan dan orisinil.
Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik kepribadian wirausaha yang
disampaikan oleh Steinhoff (dalam Mulyasa, 2007: 179-180) yaitu memiliki
kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, terhadap kerja keras, mandiri,
dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah bagian dari keberhasilan;
memiliki orientasi pada hasil (output oriented), sehingga hambatan tidak
membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk mengatasi, sehingga
mencapai hasil yang diharapkan; memiliki keberanian untuk mengambil
risiko, baik risiko terhadap kecelakaan, kegagalan, maupun kerugian; memiliki
pikiran orisinal, yang selalu punya gagasan baru, baik untuk mendapatkan
peluang maupun mengatasi masalah secara kreatif dan inovatif; dan memiliki
orientasi ke depan, dengan tetap menggunakan pengalaman masa lalu sebagai
referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaannya.

11

Ciri-ciri tersebut perlu dikembangkan secara lebih detail dan terperinci
untuk kemajuan sekolah. Bahwa keberhasilan kepala sekolah memimpin
sekolah didasari atas sikap dan persepsinya sendiri tentang apa yang
dikerjakannya. Jika sikap dan persepsinya positif tentang apa yang
dilakukannya, maka dengan sendirinya motivasi dan kreativitas serta inovasi
akan muncul seiring dengan harapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Lydiah and Nasongo (2009) mengemukakan bahwa peran kepala sekolah
adalah untuk meningkatkan kinerja akademik. Keberhasilan yang diperoleh
sekolah adalah bentuk dari kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah adalah
poros di sekitar mana banyak aspek dari sekolah berputar, menjadi orang yang
bertanggung jawab atas setiap detail pengelolaan sekolah, baik itu akademik
atau administratif.
Hasil penelitian yang lain menemukan bahwa kepala sekolah selalu
berusaha dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah. Temuan
penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Wahyudi (2009: 31) yang
menyatakan bahwa salah satu dimensi kompetensi kewirausahaan berdasarkan
Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 adalah bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
Sebagai agen pembaharu, kepala sekolah mampu menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah,yaitu melalui drumband, musik, dan
menjahit. Kepala sekolah memiliki keyakinan dan persepsi yang positif
tentang program-program yang diusungnya akan berhasil dan dapat terwujud
sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Sesuai dengan hasil penelitian Hamzah, et.all. (2009) bahwa seorang
kepala sekolah yang memiliki karakteristik kewirausahaan adalah kepala
sekolah yang dapat berhasil dalam mengelola sekolahnya. Hal ini karena
seorang wirausahawan biasanya kreatif, inovatif, memahami risiko dan
kompetisi, bisa memegang kesempatan dan memberi kesempatan orang lain,
terutama guru dan siswa di sekolahnya. Hamzah, et.all. menemukan bahwa
karakteristik kewirausahaan diantaranya adalah inisiatif, mengamati dan

12

merebut peluang, ketekunan, pencarian informasi, focus kualitas kerja yang
tinggi, komitmen tugas, orientasi terhadap kemampuan yang lebih tinggi,
perencanaan yang sistematis, pemecahan masalah kualitas, kepercayaan diri,
keteguhan, kemampuan persuasif yang baik dan kemampuan untuk
menggunakan pengaruh strategi.
Sebagai seorang kepala sekolah sekaligus berwirausaha dalam dunia
pendidikan akan dapat membentuk karakter karena harus mengelola peristiwa
masa lampau, lingkungan dan latar belakang sosial kultural. Maka dengan
demikian tentunya akan ditemukan suka dan duka dalam meniti karir sebagai
Kepala Sekolah tersebut karena harus memiliki sifat-sifat khusus, akan
menerima segala kekurangan dan menganggap kegagalan sebagai pengalaman
yang sangat berharga. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudrajat (2010: 2)
bahwa untuk menjadi kepala sekolah yang berjiwa wirausaha, salah satunya
harus bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu
dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan teknologi
informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Ibukun, et.all. (2011) menyatakan
bahwa karakteristik dan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah bisa dengan
penekanan yang tinggi pada penggunaan pengalaman dalam pengangkatan
kepala sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik kepala
sekolah sebagai wirausahawan (entrepeneur) adalah memiliki orientasi ke
depan, dengan tetap menggunakan pengalaman masa lalu sebagai referensi,
untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang peran kepala sekolah dalam
pelayanan wajar 9 tahun bagi masyarakat lingkungan hutan di Gunungtumpeng,
Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kepala SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng dalam pelaksanaan kompetensi
sosialnya di lingkungan SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng adalah
mempunyai peran yang sangat baik. Hal ini tersebut dapat ditinjau dari

13

terjalinnya hubungan sosial yang baik antara kepala sekolah dengan guru,
siswa, maupun masyarakat dan lingkungan. Kepala sekolah juga memiliki
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi yang efektif, mendukung dan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, serta melakukan evaluasi
dan mengembangkan kompetensi sosial sesuai dengan kondisi sosial
lingkungan sekolah.
2. Karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng
sebagai inovator dalam upaya menarik minat anak lulusan SD di lingkungan
hutan Gunungtumpeng agar mau melanjutkan di SMP Satu Atap
Gunungtumpeng antara lain, kepala sekolah memiliki gagasan pembaharuan
atau inovasi di sekolah melalui drumband, penyediaan alat-alat musik, dan
keterampilan menjahit. Kepala sekolah juga mampu menggerakkan seluruh
komponen sekolah melalui pembaharuan-pembaharuan yang dibuatnya
dengan melibatkan guru dalam perencanaan, pendelegasian, serta evaluasi.
3. Karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng
sebagai wirausahawan dalam upaya memasarkan program sekolah sehingga
menumbuhkan minat orang tua anak usia wajib belajar di lingkungan hutan
Gunungtumpeng agar mau menyekolahkan anaknya di SMP Satu Atap
Gunungtumpeng antara lain, kepala sekolah memiliki wawasan yang luas,
mempunyai komitmen yang kuat terhadap kemandirian sekolah, mampu
menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, memiliki
motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan sekolah, mampu melakukan
pendekatan kepada orang tua melalui sosialisasi, menyusun skala prioritas
dalam penggunaan keuangan sekolah untuk sosialisasi sekolah, melakukan
pendekatan personal kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk membantu
memahamkan pentingnya pendidikan kepada masyarakat, serta bersikap
pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang ada pada sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Bangkit. 2013. “Kompetensi Sosial Kepala Sekolah”. Artikel. Diakses dari
http://obeeth.wordpress.com/203-2/kompetensi-sosial-kepala-sekolah/

14

Hamzah, Moh Sahandri G et. al. 2009. “Headmaster and Enterpreneurship
Criteria”. European Journal of Social Science (Volume 11, Number 4).
Page: 535-543.
Ibukun, W.O.et. al. 2011. “Personality Characteristics And Principal Leadership
Effectiveness In Ekiti State, Nigeria”. International Journal of Leadership
Studies, Vol. 6 Iss. 2. Page: 247-262.
Jalal, 2010. “Kendala Pemerolehan Informasi Verbal Seputar Issue Global
Warming Pada Masyarakat Tamping”. Jurnal Pendidikan. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Khoiril. 2011. “Kepala sekolah sebagai Innovator”. Artikel. Diakses dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178434-kepala-sekolahsebagai-innovator/
Lydiah, L.M. and Nasongo, J.W. 2009. “Role of the Headteacher in Academic
Achievement in Secondary Schools in Vihiga District, Kenya”. Current
Research Journal of Social Sciences (Vol. 1 No. 3). Page: 84-92
Miarsih, 2009. “Kajian Penentuan Lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap di
Kabupaten Demak”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Press.
Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2007. Qualitative Data Analysis
(Terjemahan). Jakarta : UI Press.
Mohajeran, Behnaz and Ghaleei, Alireza. 2008. “Principal Role and School
Structure”. International Journal of Human and Social Sciences (Vol. 3
No.1), Page: 52-61.
Razak, Afareez Abdul and Salleh, Mohammad Johdi. 2011. “The Role of
Headmasters of Rural Schools in Attaining High UPSR Achievement,
Malaysia: Teachers Perspectives”. International Journal of Arts and
Commerce (Vol. 1 No. 3).
Sagala, Syaiful. 2009a. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Danim (2002
Sudrajat, Akhmad. 2010. “Kewirausahaan Kepala Sekolah”. Artikel. Diakses dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/14/tentang-kewirausahaankepala-sekolah/
Sunaryono, Agus. 2011. “H.M. Samsudin Sag Seorang Kepala Sekolah”. Artikel.
Diakses dari http://muhhamad-agus-sunaryono.blogspot.com/2011/04/hmsamsudin-sag-seorang-kepala-sekolah.html
Wahjosumidjo, 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar
(Learning Organization). Bandung: Alfabeta.

15