Revitalisasi Wayang Beber untuk Memperkokoh Identitas Budaya Bangsa dan untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Daerah di Kabupaten Pacitan.

Revitalisasi Wayang Beber untuk Memperkokoh Identitas Budaya
Bangsa dan untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Daerah di
Kabupaten Pacitan
Warto, Supariadi, Margana
Wayang beber Pacitan adalah salah satu kekayaan budaya bangsa yang
terancam punah. Seni tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu
itu semakin tergerus oleh arus zaman yang terus berubah. Sama seperti
jenis kesenian tradisi yang lain, wayang beber semakin ditinggalkan
penonton karena berbagai alasan. Sebagai warisan budaya yang unik dan
langka, wayang beber menghadapi beberapa persoalan untuk bertahan
hidup. Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini mengkaji beberapa aspek
yang berkaitan dengan wayang beber Pacitan dan menemukan model
revitalisasi yang relevan untuk pelestarian seni tradisi itu. Bentuk
penelitiannya kualitatif deskriptif, data digali melalui observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumen. Validitas data dilakukan dengan triangulasi
data/sumber dan triangulasi metode. Analisis data dilakukan dengan model
analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan, Wayang Beber Pacitan
termasuk salah satu warisan seni tradisi yang langka dan unik karena tidak
ditemukan di tempat lain. Kelangkaan dan keunikan Wayang Beber Pacitan
dapat dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung di dalamnya.
Bentuknya sederhana, berupa lukisan tokoh-tokoh cerita di atas kertas

(dluwang) yang terdiri atas enam gulung dan setiap gulung memuat empat
adegan. Isinya menceritakan kisah cinta Jaka Kembang Kuning (Raden Panji)
dan Dewi Sekartaji. Wayang Beber Pacitan berfungsi sebagai sarana upacara
adat seperti “ngruwat”, “ngluwari nadzar”, atau penolak bala lainnya.
Kesenian ini sangat disakralkan oleh pendukungnya khususnya keluarga
dalang Wayang Beber yang tinggal di Dusun Karangtalun, Desa Gedompol,
Donorojo. Namun dalam perkembangannya, kesenian tradisi ini terancam
punah karena terdesak oleh nilai-nilai budaya modern. Usaha revitalisasi
Wayang Beber telah dilakukan oleh Pemda setempat dan pihak lain,
misalnya melalui Gelar Budaya Tradisi, pembangunan Geo-park dengan
menjadikan Wayang Beber sebagai trek budaya, mendirikan sanggar seni,
memasukkan ke dalam materi pelajaran di sekolah, serta melalui kegiatan
pariwisata. Meskipun demikian, usaha revitalisasi Wayang Beber Pacitan
belum berhasil seperti yang diharapkan karena masih menghadapi beberapa
hambatan internal dan eksternal. Pandangan lama atas wayang beber dan
desakan budaya modern menghambat revitalisasi wayang beber. Demikian
pula mentransformasikan Wayang Beber dari seni sakral ( community art)
menjadi seni hiburan (tourist art) menjadi hambatan lain yang belum
sepenuhnya teratasi. Oleh karena itu, revitalisasi Wayang Beber harus
dimulai dengan kebijakan yang tepat, komitmen pemimpin daerah,

dukungan masyarakat dan swasta, serta dilakukan secara sinergis antarpara
pihak yang peduli terhadap Wayang Beber. Dengan demikian wayang beber

berkembang menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya industri kreatif yang
mampu menjamin keberlanjutan seni tradisi itu.
Kata Kunci: identitas budaya, pariwisata, revitalisasi, wayang beber.