Pengaruh Iodisasi Air Minum Dalam Kendi Terhadap Kadar Iodium Urin dan Kecerdasan Anak Usia 25 â 59 bulan (di Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jwa Tengah).
Pengaruh Iodisasi Air Minum Dalam Kendi Terhadap Kadar Iodium Urin dan Kecerdasan Anak
Usia 25 – 59 bulan (di Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jwa Tengah)
Yulia Lanti Retno Dewi
Program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Indonesia dengan
kapsul Iodium ditujukan kepada ibu hamil dan anak usia sekolah, akibatnya anak usia 25-59
bulan yang sudah berhenti mendapatkan Air Susu Ibu, tetapi belum bersekolah rentan terhadap
GAKI, terutama bila mereka tinggal di daerah endemik kekurangan iodium. Penelitian ini
mencari bukti empiris bahwa penambahan iodium ke dalam air minum anak usia 25-59 bulan
dapat meningkatkan kecukupan asupan iodium dengan mengukur kadar iodium dalam urin
(urinary iodine excretion, UIE), dan membuktikan bahwa kecukupan asupan iodium dapat
meningkatkan kecerdasan (intelligence quotients). Kadar iodium dalam urin diperiksa di Balai
Penelitian (BP) GAKI Magelang dengan metode acid digestion (Sandelll-Kolthoff reaction),
sementara tes intelegensi (intelligence quotients, IQ) dilakukan oleh Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan menggunakan Skala Stanford-Binet.
Semua anak terpilih usia 25-59 bulan di desa Kemuning, kecamatan Ngargoyoso, kabupaten
Karanganyar, secara acak dibagi menjadi dua kelompok perlakuan: kelompok I diberi air minum
yang sudah direbus dan disimpan dalam kendi lalu ditambah larutan KIO3, sehingga
mengandung iodium sebesar 100 µg/L ; kelompok II mendapatkan air minum yang telah direbus
tanpa tambahan iodium. Semua air minum diambil dari mata air di desa Kemuning, yang
merupakan satu-satunya sumber air minum bagi penduduk desa. Kadar iodium dalam urin (UIE)
dan tes intelegensi (IQ) dilakukan pada awal dan akhir penelitian setelah perlakuan selama 12
minggu. Hasil pengukuran awal (baseline data) kedua kelompok menunjukkan bahwa UIE
kelompok I (perlakuan) dan kelompok II (placebo) masing-masing sebesar 57, 94 (± 28,84) µg/l
dan 63, 66 (± 24,99) µg/l, serta IQ rata-rata kelompok perlakuan 102, 89 (± 9,03) points dan IQ
rata-rata kelompok placebo sebesar 105,38 (± 8,54). Keduanya tidak berbeda secara statistic
(p>0,05). Satu bulan setelah pemberian larutan kalium iodate (KIO3), UIE diukur lagi. Hasilnya
pada kelompok perlakuan menjadi 148,78 (± 36,76) µg/l dan kelompok placebo menjadi 93,61
(± 20,50) µg/l, kedua kelompok menunjukkan perbedaan bermakna (p= 0,000). Pengukuran IQ
baru akan dilakukan bulan Oktober 2011. Kesimpulan sementara menunjukkan bahwa
penambahan larutan KIO3 pada air minum meningkatan UIE pada anak usia 25-59 bulan di
Kecamatan ngargoyoso, kabupaten Karanganyar., Jawa Tengah.
Kata kunci: GAKI, urinary iodine excretion, intelligence quotient, KIO3, kendi.
Usia 25 – 59 bulan (di Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jwa Tengah)
Yulia Lanti Retno Dewi
Program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Indonesia dengan
kapsul Iodium ditujukan kepada ibu hamil dan anak usia sekolah, akibatnya anak usia 25-59
bulan yang sudah berhenti mendapatkan Air Susu Ibu, tetapi belum bersekolah rentan terhadap
GAKI, terutama bila mereka tinggal di daerah endemik kekurangan iodium. Penelitian ini
mencari bukti empiris bahwa penambahan iodium ke dalam air minum anak usia 25-59 bulan
dapat meningkatkan kecukupan asupan iodium dengan mengukur kadar iodium dalam urin
(urinary iodine excretion, UIE), dan membuktikan bahwa kecukupan asupan iodium dapat
meningkatkan kecerdasan (intelligence quotients). Kadar iodium dalam urin diperiksa di Balai
Penelitian (BP) GAKI Magelang dengan metode acid digestion (Sandelll-Kolthoff reaction),
sementara tes intelegensi (intelligence quotients, IQ) dilakukan oleh Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan menggunakan Skala Stanford-Binet.
Semua anak terpilih usia 25-59 bulan di desa Kemuning, kecamatan Ngargoyoso, kabupaten
Karanganyar, secara acak dibagi menjadi dua kelompok perlakuan: kelompok I diberi air minum
yang sudah direbus dan disimpan dalam kendi lalu ditambah larutan KIO3, sehingga
mengandung iodium sebesar 100 µg/L ; kelompok II mendapatkan air minum yang telah direbus
tanpa tambahan iodium. Semua air minum diambil dari mata air di desa Kemuning, yang
merupakan satu-satunya sumber air minum bagi penduduk desa. Kadar iodium dalam urin (UIE)
dan tes intelegensi (IQ) dilakukan pada awal dan akhir penelitian setelah perlakuan selama 12
minggu. Hasil pengukuran awal (baseline data) kedua kelompok menunjukkan bahwa UIE
kelompok I (perlakuan) dan kelompok II (placebo) masing-masing sebesar 57, 94 (± 28,84) µg/l
dan 63, 66 (± 24,99) µg/l, serta IQ rata-rata kelompok perlakuan 102, 89 (± 9,03) points dan IQ
rata-rata kelompok placebo sebesar 105,38 (± 8,54). Keduanya tidak berbeda secara statistic
(p>0,05). Satu bulan setelah pemberian larutan kalium iodate (KIO3), UIE diukur lagi. Hasilnya
pada kelompok perlakuan menjadi 148,78 (± 36,76) µg/l dan kelompok placebo menjadi 93,61
(± 20,50) µg/l, kedua kelompok menunjukkan perbedaan bermakna (p= 0,000). Pengukuran IQ
baru akan dilakukan bulan Oktober 2011. Kesimpulan sementara menunjukkan bahwa
penambahan larutan KIO3 pada air minum meningkatan UIE pada anak usia 25-59 bulan di
Kecamatan ngargoyoso, kabupaten Karanganyar., Jawa Tengah.
Kata kunci: GAKI, urinary iodine excretion, intelligence quotient, KIO3, kendi.