Perilaku Keagamaan dan Integrasi Bangsa: Kajian terhadap Gerakan Islam Fundamentalis di Surakarta.

(B. Sosial)
Perilaku Keagamaan dan Integrasi Bangsa: Kajian terhadap Gerakan Islam Fundamentalis di
Surakarta
Istadiyantha; Taufiq, Ahmad
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Fundamental, 2012
Berbagai gerakan Islam Fundamentalis yang bermunculan akhir-akhir ini memiliki berbagai tipikal, di satu
sisi ada gerakan Islam yang akomodatif, dan di sisi lain ada gerakan radikal yang tercermin dalam
berbagai pemberontakan dengan menggunakan simbol-simbol Islam. Pada era ini gerakan radikal Islam
bukan sebagai suatu gerakan tunggal, karena kalau diteliti ada beberapa varian dalam gerakan Islam
radikal.
Penelitian ini akan membahas dua hal, yaitu: pertama, bagaimanakah perilaku keagamaan yang
dilakukan oleh Gerakan Fundamentalisme Islam di Surakarta? Kedua, bagaimanakah pandangan Gerakan
Fundamentalisme Islam di Surakarta tentang masalah integrasi bangsa Indonesia?
Dekmejian (1995: 58-60) mengatakan bahwa Gerakan Islam dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: (1)
Pragmatik bertahap (Gradualist-Pragmatic), misal: Ikhwanul Muslimin Mesir, Lebanon, Irak, dan negara
kawasan teluk, Harakat al-Ittijah al-Islami di Tunisia, Salafy di Saudi Arabia; (2) Syiah revolusioner
(revolutionary Shi‟ite), misal: Hizbullah Lebanon, Hizbud-Da‘wah al-Islamiyyah Irak dan Negara kawasan
Teluk, Al-Islamiyyah fi Shubuh al—Jazirah al-‗Arabiyyah di Arab Saudi; (3) Sunni revolusioner
(revolutionary sunni), misal: Hizbut Tahrir Al-Islami Mesir, Ikhwanul Muslimun Suriah; (4) Dakwah
pemurnian Islam (Messianic-Puritannical), Jama‘at al-Muslimun lit-Takfir Mesir, Al-Ikhwan Saudi Arabia.
Di pihak lain Oliver Roy mengatakan bahwa pemikiran gerakan Islam terombang-ambing dalam dua

kutub, kutub revolusioner, yaitu Islamisasi masyarakat lewat kekuasaan negara, dan kutub reformis,
tindakan sosial dan politis terutama bertujuan re-Islamisasi masyarakat dari bawah ke atas, yang dengan
sendirinya akan mewujudkan Negara Islam (1996: 29).
Gerakan Islam Fundamentalis di Surakarta antara lain: Front Pemuda Islam Surakarta (FPIS), Forum
Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM)-Laskar Jundullah, Barisan Bismillah (BB), Brigade Hizbullah Partai
Bulan Bintang (BHPBB), dan Gerakan Pemuda Islam Cabang Surakarta (GPI). Selain itu, ada organisasi
yang dianggap "radikal" misalkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dulu tokohnya Ustad Abu Bakar
Ba‟asyir berada di Sukoharjo, Soloraya, tetapi pada tahun 2008 Ustad Ba‟asyir mengundurkan diri dari
ketua MMI, kini MMI berpusat di Yogyakarta. Sejak tahun 2008 Ustad Ba‟asyir mendirikan Jamaah
Ansharut Tauhid (JAT) yang dideklarasikan di Bekasi, tokoh dan sekaligus pendirinya berdomisili di
Sukoharjo, Soloraya. Adapun Gerakan Islam yang lain adalah Hibut Tahir Indonesia (HTI) berdiri di Bogor
pada tahun , dan kini berkembang di seluruh daerah di Indonesia, termasuk Solo.
Gerakan Fundamentalisme Islam di Surakarta memiliki perilaku yang tipikal, satu sisi ada yang melakukan
aktivitas penegakan syariat secara insidental, yaitu pada situasi ada hal-hal yang dipandang melanggar
aturan agama, dan di sisi lain ada yang melakukan aktivitasnya secara terprogram, yaitu
memperjuangkan terlaksananya penerapan syariat Islam. Adapun perilakunya rata-rata cenderung keras
dan represif. Bahkan bila dipandang perlu, mereka tak segan-segan melakukan tindakan anarkhi. Bila
ditinjau secara historis, ada sekelompok Gerakan Fundamentalisme Islam yang ideologinya mirip dengan
gerakan sebelumnya, yaitu yang memperjuangkan terlaksananya penegakan syariat Islam di Negara
Indonesia, Perjuangan itu ada yang ditempuh secara konstitusional, sehingga proses integrasi bangsa


masih berlangsung secara wajar, Di pihak lain ada yang menempuh jalan penegakan syariat Islam dengan
kekerasan, sehingga proses integrasi bangsa terancam keberlangsungannya.