EPISTEMOLOGI GERAKAN LIBERALIS, FUNDAMENTALIS, DAN MODERAT ISLAM DI ERA MODERN

EPISTEMOLOGI GERAKAN LIBERALIS, FUNDAMENTALIS, DAN MODERAT ISLAM DI ERA MODERN

Alamul Huda

Fakultas Syariah UIN MALIKI Malang Email: alamulhuda09@gmail.com

Abstrak

The episthemology of Islamic fundamentalism and liberalism movement in modern era has significant meaning. These two movements influence significantly on Muslim’s value and behavior as well as their religiosity. As it has been known that each movement has its own main principle. On the onehand fundamentalism empahasizes qur’an and sunnah movement with its litaralist movement, muslim thinkers try to reinterprete those islamic sources islamic values with modern thinking as the requirement to face and to solve contemporary problems, on the other.Therefore, it should be acknowledged that muslim restore religious concept and start to reanalyze tafsir and sunnah based on human situation, social law, gender justice. Finally, it is undisputable that each religious movement has its own character.

Epistemologi dari gerakan Islam fundamentalis dan Islam liberalis di era modern memiliki arti penting. Dua gerakan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai dan perilaku serta paradigma keberagamaan umat Islam. Sebagaimana di ketahui, bahwa dari masing-masing gerakan yang ada memiliki prisip utama, sebagamana dalam Gerakan Islam Fundamentalis menyeru untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah dengan pendekatan literal tekstual pada tafsir ayat-ayatnya, di sisi yang lain, para pemikir Islam menyeru untuk melakukan pemaknaan ulang nilai-nilai keislaman dengan menggunakan pemikiran modern sebagai syarat untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan terkini, oleh sebab itu, nampak bahwa masyarakat muslim seharusnya merestorasi konsep keagamaan di semua bidang dan memulai analisis ulang terhadap tafsir dan as-Sunnah berdasar situasi kemanusiaan, hukum social dan keadilan gender, yang pada akhirnya, tidak dapat di pungkiri bahwa pada masing-

masing gerakan keagamaan memiliki karakter tersendiri. Kata kunci: epistemologi, fundamentalis dan liberalis

Manusia berdasarkan pada keberadaan dan secara tidak langsung yang biasanya berdasar penciptaannya merupakan makhluk sosial

pada kesepakatan bersama dan tidak tertulis yang perilaku, tindak tanduk dan aktivitas

serta bersifat “kondisional dan situasional”, pri badi ataupun sosialnya terikat pada nilai-

hukum yang pertama ini yang lazim di nilai atau konsensus bersama dalam satu

nisbatkan pada hukum adat, sedangkan hu- komunitas sosial masyarakat. Dasar-dasar

kum lainnya, dinyatakan dalam hukum ter- utama dari nilai atau konsesus tersebut me-

tulis yang mengakibatkan dikenakannya ngikat serta membatasi “kebebasan” ma-

sank si hukuman tertentu bagi siapa saja nusia satu dengan yang lainnya, baik secara

yang melanggarnya, baik menggunakan langsung lewat aturan yang tersurat ataupun

sis tem hukum konvensional ataupun yang

Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 179

me ngadopsi tipologi hukum Islam (baca; Syariah).

Hukum terklasifikasi menjadi hukum adat, konvensional dan hukum Islam, yang ke semuanya berpengaruh pada kategori je- nis kejahatan dan jenis hukuman (uqubat)

ba gi sang pelaku, dengan standarisasi yang bergantung pada ruang dan waktu juga da- erah dimana hukum itu hadir. Di ranah lain ada aturan yang tidak tertulis namun hanya tersurat yang erat dengan tradisi dan budaya dari satu daerah yang juga menuntut untuk di patuhi. Adalah lazim dalam kehidupan bi la terdapat pendukung dan penentang atas pemberlakuan hukum dan aturan ter- se but, tidak terkecuali hukum Tuhan yang ter surat dalam tata aturan agama, yang ter- tuang nyata dalam al-Qur’an dan sunnah na-

ba wiyah serta ijtihad ulama. Ruang dan waktu telah membentuk ge-

ra kan pembaharuan (tajdid) bagaimana ka- um muslimin keluar dari kotak-kotak taklid dan mazhab, munculnya kaum liberal yang me nyeru pada pembacaan ulang hal-hal yang sudah qath’iy dan tsubut dalam aga ma dengan metode baru, dan kaum yang me- milih sikap tengah dalam semangat be ra-

ga ma (tadayyun). ijtihad telah dan selalu di lakukan guna mengeksplorasi kepatutan da- lam penerapan hukum Islam beserta kaidah- kai dahnya dalam menberi solusi terhadap masalah-masalah agama yang muncul di te ngah masyarakat yang diwakili oleh me- reka yang menginginkan adanya tajdid, la lu bahasan tentang kepantasan beragama de- ngan akulturasi antara agama dengan tradisi, adat dan budaya lokal yang di lakukan oleh me reka yang berpaham moderat, hingga se- go longan mereka yang meletakkan konsep bid ’ah (melakukan hal-hal yang baru dalam beragama) adalah sikap rendah dan harus dibuang karena ia dianggap sebagai benalu aqidah tentang ke-Esa-an Tuhan yang dilakukan oleh wahabi dan salafi.

Fundamentalisme, Liberalisme dan Moderasi dalam Islam

Dalam sejarah kaum muslimin, setelah me rapuhnya dinasti Utsmaniyah di Tur-

ki, yang akhirnya runtuh pada era ke pe- mim pinan Mustafa Kamal at-Tataruk di se k itar pertengahan tahun 1924 M, lalu mun- cul periode kebangkitan kembali umat Is- lam setelah merebaknya kesadaran akan ke munduran dan kelemahan ummat Is- lam yang semakin parah. Umat Islam mu- lai menyadari bahwa peradaban dunia ba- rat telah jauh lebih maju dan melangkah le bih jauh, yang hal tersebut akan menjadi ancaman tersendiri bagi Dunia Islam. Pada periode inilah, terdapat transisi pergeseran nilai, gagasan dan gerakan (movement) di dalamnya, dan – tentunya - memiliki mak- na signifikan berkat keinginan kuat dan se- ma ngat revivalisme yang dimotori oleh Jamaluddin al-Afghani (1839M-1897M) de- ngan Pan Islamisme, Muhammad Rashid Ri dha (1865M-1935M), Muhammad al-Sa- nusi (1791M-1859M) di Libya dan Maroko dan Muhammad Abduh (1849M-1906M). 1 Kesadaran umat Islam berawal dari ke ja- tu han Mesir ke tangan Napoleon Bo na-

parte 2 pada tahun 1798M, sehingga meng- gugah kaum muslimin untuk beranjak dari stagnasi pemikiran, ijtihad, taklid buta dan tidak terkotak-kotak pada madzab dan po- litik aliran serta lebih mengutamakan kem- bali pada ajaran murni al-Qur’an dan Sun- nah Rasulullah Saw. Para ulama dan pemikir pembaharu dalam Islam, melihat bahwa perlu adanya pembangunan kembali pemikiran dalam Islam termasuk dalam Fiqih. Jika kita membaca sejarah, sebenarnya usaha ini telah diawali sejak peralihan abad ke tiga be- las dan empat belas oleh seorang ulama’ be- sar syaikh Ibn Taymiyah (661H-728H) yang dikenal sebagi ulama’ penentang ke dza- liman penguasa dan tidak kenal lelah mem- perjuangkan penerapan Islam secara me- nyeluruh dalam Negara Islam, di samping

1 Alaiddin Koto. . Ilmu fiqih dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006..., h. 23- 24.

Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir be- rawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklu- kan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang dicapai oleh Napoleon Bonaparte yang berke- bangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir

180 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194 itu beliau juga menentang keras dan menolak

kaum salafi atau dengan nama “Wahabiyah taqlid serta “ketidak benaran” dalam praktek

atau Wahabi” yang dinisbatkan oleh pe ngi- keagamaan umat Islam. Secara istilah taqlid

kutnya pada pemilik ide dan pelopor pertama memiliki makna yaitu menerima ucapan atau

gerakan pembaharuan ini. Namun dalam keterangan seseorang walau orang tersebut

perkembangannya, Kaum Wahabi sendiri tidak mengucapkan atau mencantukan da lil-

lebih memilih istilah al-Muwahhidun atau nya, seperti kita menerima keterangan dari

Ahl al-Tawhid untuk menamakan kelompok mereka. imam Syafi’i tentang tertib dalam wudlu 5 Dikisahkan, dalam sejarah per kem- hukumnya wajib, walau Imam Syafii’ tidak

bangan ajaran Wahabi ini, yakni pada tahun menyebutkan dalil tetapi kita mengamalkan

1747 M, Muhammad bin Saud menyatakan keterangan tersebut, atau menurut pendapat

secara terbuka penerimaannya terhadap ber- lain; Taqlid adalah menerima ucapan pen da-

bagai pemikiran dan pandangan keagamaan pat atau keterangan seseorang (mujtahid atau

Muhammad bin abdul wahab, hingga dalam ulama’ tertentu) tanpa mengetahui darimana

waktu 10 tahun kekuasaannya berkembang,

dan begitu pula dakwah Wahabi makin me- jutnya Ibn Taymiyah menyerukan umat Is-

sumber keterangan tersebut diambil. 3 Se lan-

nguat dengan dukungan politik Ibnu Saud. lam agar keluar dari kungkungan “sekat”

Disebutkan antaraa Muhammad bin Saud mazhab-mazhab dan mulai memperbarui

dan Muhammad bin Abdul Wahab sama- sis tem berpikir serta menyelaraskan kembali

sa ma diuntungkan, terjadilah simbiosis mu- hu kum Islam yang sesuai dengan nilai-nilai

tu alisma antara paham keagamaan dan ke- yang terkandung dalam al-Kitab dan Sunnah

kuatan politik sampai pada tahun 1757 Rasul ( Ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah as-

M pengaruh Wahabi terhenti di (wilayah) Shohihah ). 4 Ihsa’. 6

Pandangan keagamaan Wahabi dalam

Wahabi: Potret Gerakan Pemurnian Tauhid

masalah Tauhid, menurut mereka ada dua: Selain gerakan yang dipantik dari kairo

tauhid rububiyah wa asma wa shifat dan tauhid ibu kota Mesir, (dalam peta Mesir masuk pa-

rububiyyah dimana tauhid yang pertama

da wilayah benua Afrika), dalam rekam je- bertujuan untuk mengenal dan menetapkan

jak sejarah perjalanan umat Islam; muncul Allah sebagai Rabb dengan nama dan sifat-

ju ga satu gerakan dari Jazirah Arab, yang sifatNya, dan tauhid yang kedua terkait

di dalamnya juga terdapat beberapa fase

de ngan tuntutan dan tujuan ( at-thalab wal mun culnya pemikiran kuat dengan tujuan

qashad ).

perilaku “membersihkan” pelataran pola pi- kir kaum muslimin dari kemandegan dan ke-

Fokus utama gerakan Wahabi adalah jumudan – yang hal tersebut - berbarengan

pemurnian tauhid dan akidah umat Islam. adanya gerakan massif pemahaman literal

Mereka beranggapan umat Islam harus taf sir terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang ber-

dibersihkan dari syirik baik syirik asghar (ke-

ba rengan dengan perilaku keagamaan yang cil)`, syirik akbar (besar) dan syirik khaf`ii (sa- diusung oleh Muhammad bin Abdul Wahab

mar-samar). Di samping itu umat Islam da- (/1701M-1793M) yang di back up oleh kekuatan lam beribadah harus dimurnikan dari bid’ah

po litik kerajaan, dengan Muhammad bin baik bid’ah qawliyah i’tiqadiyah dan bid’ah fi al-

`Saud al-Faishal sebagai penguasa saat itu, ‘ibadah . Kemunculan Wahabi se bagai satu

ge rakan ini masyhur dikenal dengan sebutan gerakan keagamaan, pada mu la nya berawal

http://paramadina.wordpress.com/2007/06/20/wahha- Berangkat dari definisi Taqlid, ada dua unsur yang

bisme-sebagai-islam-puritan

perlu diperhatikan, yaitu: 1). Menerima atau mengiku- 6 Wahid, Maghfur. 2010. Benarkah Hizbut Tahrir Muk - ti suatu perkataan orang, 3). Perkataan tersebut tidak

tazilah, Khawarij dan Wahabi? . Malang: Khilafah Insti- diketahui dasarnya apakah ada dalam al-Qur’an dan

tute. h. 15-16.

hadits. Lihat: Opcit. Hal. 132. Saiful Hadi. 2009. Ushul 7 Dalam kaca mata wahabi, permasalahan yang melan- Fiqh, Yogjakarta, Sabda Media..h. 125.

da ummat Islam terkini adalah masalah aqidah umat 4 Opcit. Hal. 24-25. Lihat juga: Hilal, Iyad. 2005. Studi Ten -

yang banyak mengandung kesesatan, prilaku syirik, tang Ushul Fiqih , Bogor, Pustaka Thariqul Izzah. h. 132.

bid’ah dan Khurafat. Ibid. h. 18-19.

Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 181

dari “keprihatinan yang membuncah” tentang Pada dekade akhir-akhir ini, juga ter da- kondisi carut marutnya perkembangan sosial

pat segolongan dari kaum muslimin yang dan pemikiran di dunia Islam yang dalam

menerjemahkan nash-nash syar’i dari al- pandangan seorang Abdul Wahab karena

Qur’an dan hadits secara “apa adanya”, me- sarat dengan khurafat, kultus “pemujaan”

lak sanakan hukum-hukum agama yang ter- indvidu, tahayul, pencemaran terhadap aqi-

surat dalam nash, pendekatan yang literal dah tauhidiyah dan ritual bid’ah yang men-

ter hadap fisik nash begitu kental, sebagian dekati syirik serta perilaku menyimpang lain

besar pada ayat-ayat penerapan hukum Is- yang “tidak dikenal dan terjadi” pada zaman

lam (hukum syariah) dan ayat-ayat tentang Rasulullah SAW.

jihad. Dalam hal ini, mereka bukan hanya Lebih lanjut disebutkan ajaran Wahabi ini

memahami untuk kelompoknya sendiri berkisar pada empat ajaran pokok: 1. Kem- saja, tapi berusaha menyebarkan dan me nu-

bali kepada ajaran-ajaran Islam yang asli, larkan pada orang lain dengan segala cara, seperti yang ada dalam al-Qur’an dan hadis;

ter masuk mendefinisikan bahwa segala yang

2. Kebutuhan untuk menyatukan iman baru dalam agama itu bid’ah – maka wajib dan perbuatan; 3. Pelarangan atas se mua

diberantas-, termasuk sistim baru ke ne- pandangan dan praktik yang ti dak ortodoks.

garaan, seperti demokrasi atau beberapa isu Hal ini menyebabkan, Mu ham mad bin

yang berkaitan dengan HAM, bahkan me- Abdul Wahhab untuk sepanjang hi dupnya

lekat pada kelompok ini prinsip setiap ne- memerangi praktik-praktik seperti pe-

gara yang memerangi kaum muslimin pa- nyembahan kepada para wali dan ziarah ke

da hakekatnya penduduk negara itu wajib makam-makam dan tempat-tempat keramat

di perangi pula dimanapun mereka berada untuk memperoleh berkah; 4. Pembentukan

sehingga menimbulkan kasus seperti bom sebuah negara Islam yang secara khusus

bali, pemboman hotel JW. Marriot, pem- akan didasarkan kepada penerapan hukum-

boman kedubes Australia dan Amerika dan hukum agama. Sejauh keluarga Sa`ud berhasil

teror bom di malam natal dan tahun baru, memperluas pengaruh dan wewenangnya di

bah kan di malam pergantian tahun baru Arabia, sesuatu yang mendekati sebuah ne-

2011 terjadi pengeboman di depan gereja gara Islam sudah terbentuk. 8 Qa disiyin, Alexandria, Mesir, saat misa per-

Melirik imbas paling kentara dari pe mu- gantian tahun yang menewaskan puluhan orang. tla kan paradigma dua kutub bid’ah-sunnah 10

ini telah menjadi semacam momentum ter- Peristiwa demi peristiwa yang terjadi di sendiri; sekaligus sebagai babak baru pu-

atas, merupakan serangkaian tindakan teror ri fikasi total perilaku dan pemikiran kea-

atas nama agama, berdasar pada dalil nash

ga ma an dalam dunia islam di antaranya yang dipahami secara “mentah”. Pendekatan ada lah menolak (baca; menentang) segala

yang literal “hitam-putih” terhadap ayat, de- as pek-aspek spiritualitas dari aksi ritual ke-

ngan menjadikan kepastian ganjaran surga agamaan sebagian golongan umat Islam

– bagi pelaksana (baca: eksekutor) - sebagai yang mengadopsi kebijaksanaan lokal ba ik

alas tindakan ekstrim dan teror mereka. yang bersifat ritual sosial, lelakon dan pe ri-

laku budaya dan tradisi memaknai hari be-

dasar dari hadis yang diriwayatkan dari jalur Abdul-

sar keagamaan dalam Islam atau perilaku lah, bin Ja’far, al-Makhrami, Az-Zuhri, dan Ibrahim

bin Saad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf dari

la in yang bersifat kultural mu’amalah, yang

al-Qasim bin Muhammad dari Aisyah ra. yang artinya:

notabene sudah men-darah daging dan

“ siapa saja yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami ini, yang bukan bagian darinya, maka

mengakar tunjang bahkan sudah menyatu

tertolak. (HR Ahmad, Bukhori, Muslim, Abu Dawud ,

menjadi denyut jiwa kehidupan pada

Ibn Majah). Lihat: bab . Hadits Pilihan, Abdurrahman,

9 sebagian masyarakat tertentu. Yahya. 2010.“ Semua yang Menyalahi Islam Tertolak”. Jur-

nal al-Waie, No. 117 tahun X, 1-31 Mei 2010. Hal. 64. 8 http://paramadina.wordpress.com/2007/06/20/wahha-

10 Misrawi, Zuhairi. Senin, 3 Januari 2011. Revital - bisme-sebagai-islam-puritan

isasi Islam “Rahmatan Lil Alamin”. Kompas (Ko- 9 Dasar hukum persoalan bid’ah dalam agama ber-

lom 2-5).

182 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194 Pemahaman hukum-hukum agama dengan

budaya) sehingga – sering ditemukan- ke- di sertai nafsu “menghabisi” siapapun yang

tegangan antara agama yang bersifat final, cen derung berbeda dengan cara pandang

absolute, ilahiyyat dan keberadaannya sebagai ide ologi keagamaan mereka, kini lambat

simbol ketaatan manusia pada Tuhan dengan laun berkembang dengan subur bak jamur di

budaya, tradisi dan adat istiadat lokal yang musim hujan dan ideologi kekerasan berlebel

muncul seiring dengan jejak kehidupan satu agama ini lebih dari hanya sekedar over truth

masyarakat.

claim beragama karena korelasi keyakinan Perspektif diatas, jelas mensyaratkan mereka atas kebenaran nash berbanding lu-

mes ti terdapatnya bangunan interaksi po si- rus dengan sifat vandalistik sebagai efek dari

tif dialektik agama-budaya dengan struktur keyakinan itu.

yang tidak saling menohok tapi saling me- Ada yang patut dicermati pada bagian lain,

ngu kuhkan eksistensi penerimaan, secara isi fenomena yang berkembang dalam gerakan

dan nilai yang bersifat agama dan sementara ini terbagi menjadi dua kelompok besar, dari

simbol bersifat budaya. Memperluas ru- kelompok yang pertama memilih jalan yang

ang sisi akulturatif ini dihajatkan guna me- lebih ramah dan soft, dengan menghindari

minimalisir dua wajah saling menentang Vis cara-cara kekerasan dan anarkisme akan

a vis antara agama yang bersifat abadi ( pe- tetapi lebih memilih upaya proaktif de-

rennial ), tak berubah, kebenarannya bersifat ngan menggarap dan melipatgandakan pe-

wahyu, serta final dan eksistensi tradisi bu- nye baran isu-isu public serta lokal lewat

daya yang partikular, yang kemunculannya pe nerbitan, demonstrasi serta unjuk rasa

me rupakan hasil cipta rasa, karsa dan karya damai seperti tentang ketidakbecusan pe-

manusia.

me rintah dalam menangani maraknya ka- Melihat perilaku sebagian komunitas sus-kasus suap dan korupsi, mahalnya bi-

umat Islam dengan yang lain bahkan miris aya pendidikan, kerusakan lingkungan,

di rasa, dan dinyana, apalagi jika telah men- ke tidakberpihakan APBN pada rakyat, le-

jurus pada upaya pen- takfir-an satu de- mahnya terhadap pelaksanaan undang-un-

ngan yang lain, seakan kita flashback ke be- dang pornografi dan pornoaksi, dan libe ra-

lakang, pada pertarungan dahsyat historis lisasi ekonomi. Sembari memberikan tawaran

per politikan setelah kemangkatan baginda sistem politik dan ekonomi yang bernuansa

Rasulullah SAW yang memunculkan golo- Islami, seperti sistem khilafah dan penerapan

ngan Syiah, Khawarij serta Ahlussunnah sistem Syariah secara murni di segala bidang

Wal Jamaah dan aliran mazhab pemikiran kehidupan. 11 pas ca ke-khalifahan kholafaurrasyidin yang

Di fenomena lain, keberadaan budaya dan me rembet hingga dinasti Abbasiyah dengan tradisi lokal seolah menahbiskan karakter,

ke beradaan Baghdad sebagai trendsetter dan ciri serta tanda (arab; Qorinah) masyarakat;

branding pemikiran pada masa itu, sebut saja dimana budaya dan tradisi itu tumbuh ber-

peristiwa mihnah (inkuisisi) yang menebarkan kembang dan sebagai simbol dimana ma-

“ngeri” ketika pressure penguasa yang me- nusia hidup di dalamnya,dus pada ke nya-

maksa golongan ulama’ dan cendekia untuk taannya seringkali terdapat kebuntuan

mengakui bahwa al-Qur’an adalah makhluk. di a lektika dan saling bergumul untuk saling

Islam Liberal: Dekonstruksi Teks, dan

mengalahkan antara keduanya (agama dan

Desakralisasi Agama

11 Mereka mengistilahkan dengan dakwah siyasiyah (dakwah politis) dengan menerakan syariah Islam

Sementara jika pointer kita arahkan pada

dan menghentikan sekularisme, selanjutnya –untuk

dekade era kontemporer, terdapat golongan

menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan lebih jauh- juga dengan mengkritisi sejumlah RUU APP, UU

yang berupaya meliberalisasi pemahaman

Migas, UU Sumber daya Air dan sebagainya yang ber-

ke agamaan dengan menempatkan Islam

tentangan dengan Syariah. Lihat: Ismail Yusanto, 2010.

da lam konteks sejarah, yang sudah barang

“HTI Berjuang Untuk Indonesia Lebih Baik”, Jurnal al- Waie, No. 117 tahun X, 1-31 Mei 2010. Hal. 39-40.

tentu “akan” menafikan sakralitas ajaran is-

Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 183

lam yang sudah baku, bersifat qot’iy dan te- berguna buat umat manusia”. 12 Menengok tap, dalam artian- massifikasi pendekatan

pada hal ini, pada dasarnya pemikiran-pe- li beral (liberal approach) terhadap ayat-ayat

mi kiran gerakan Islam liberal dapat kita pi- al-Qur’an dengan konsep yang extra fleksible

lah, dan itu bertujuan untuk membongkar bergantung pada realitas zaman, belum tentu

ke mapanan beragama, bertradisi dan ber- kebenarannya.

pe mahaman agama dari mainstream kaum Selain pendekatan baru liberalisasi mak-

mus limin. Secara gambling, cara-cara mem- na ayat-ayat al-Qur’an dengan metode taf-

bong kar kemapanan itu dilakukan dengan sir hermeneutika, kaum liberalis juga

tiga cara, yaitu: 1) Liberalisasi dalam bidang ber u saha keras-dengan sedikit memaksa-

akidah Islamiyah, 2) Liberalisasi dalam men sinergikan maksud kandungan ayat-ayat

bidang pemahaman al-Quran; dan, 3) Li- al-Qur’an dengan kondisi kemanusiaan dan

be ralisasi dalam bidang syariat dan akhlak re alitas asas-asas Hak Asasi Manusia (HAM)

disebutkan, adanya liberalisasi dalam bidang terkini, dengan hujjah applikasi penerapannya

akidah yang diajarkan oleh kaum liberal, mi- yang bertumpu sama sekali pada aspek so sio-

salnya bahwa semua (kebenaran) agama logis, determinasi psikologis, Maslahah dan 13 sama, dan tentang pluralisme agama, hal

Ma qosid syariah termasuk andaikata harus ini bertentangan dengan akidah Islam Ahlus-

mendekonstruksi makna ‘terdekat’ dari ayat sunnah wal jamaah . Sementara juga, dalam al-Qur’an – kalau - itu dibutuhkan demi dan

hal ini, kaum muslimin meyakini aga ma atas nama “universalitas” kemanusiaan, ji-

Islam sebagai agama yang haq dan pa ling ka tuntutan ayat “harus” bisa beradaptasi

benar, sebagaimana firman Allah SWT: yang se suai dengan konteks yang terjadi dalam

artinya

da ta ran perilaku sosial-kemanusiaan, yang ” bahwa agama - di ridhoi- di sisi Allah adalah terpenting adalah bagaimana teks bi sa

Islam”(QS. Ali Imran: 19), terkoneksi dengan konteks. Kerangka so-

de ngan tidak menafikan hubungan yang siologis dan psikologis ini “memagari” ba-

ba ik dengan penganut agama lainnya yang

ga i mana tindakan dan sikap keberagamaan me man dang agama mereka juga benar se seorang dalam menilai sebuah peristiwa

menurut mereka. 14

yang terjadi pada zamannya. Keberadaan

12 Ungkapan Ulil Abshar Abdalla dalam tulisan “menye-

Mas lahat menjadi nyawa dan ruh utama da-

garkan kembali pemahaman Islam” , lihat http://jurnalpar-

13 lemenonline.wordpress.com/2010/01/15/islam-2/ “Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya men-

lam beragama dalam konteks kekinian, ge-

rakan liberalisasi Islam ini, menyiratkan

gatakan, semua agama adalah tepat berada pada

bah wa manusia adalah segalanya, seakan ji-

jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Mahabe- nar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar,

ka tanpa menghasilkan maslahat (bagi ma-

dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang

nu sia) maka agama hanyalah fosil yang ja-

berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu.

uh dari memberi manfaat buat manusia Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang

sama: yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran

dan kemanusiaan bahkan jika sekalipun itu

yang tak pernah ada ujungnya”. Tulisan Ulil Abshar

adalah hukum Tuhan. Sebagaimana ung ka-

Abdalla dalam “menyegarkan kembali pemahaman Is- lam”, lihat http://jurnalparlemenonline.wordpress.

pan salah satu tokoh liberal: “Syarat dasar

com/2010/01/15/islam-2/ 14

me mahami Islam yang tepat adalah dengan

Secara definisi aswaja adalah Kepercayaan tehadap

te tap mengingat, apa pun penafsiran yang Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya itu

telah termaktub dalam al-Qur’an al-Karim dan sun-

kita bubuhkan atas agama itu, patokan uta-

nah Nabi secara terpencar-pencar, yang kemudian di-

ma yang harus menjadi batu uji adalah mas-

kumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama besar, yaitu Syeikh Abu al-Hasan al-Asy’ari

la hat manusia itu sendiri.” Diteruskan, “Ji ka

(lahir di Basrah tahun 260 H dan wafat di kota yang

Islam hendak diseret kepada suatu pe naf-

sama pada tahun 324 H dalam usia 64 tahun). Dengan

siran yang justru berlawanan dengan arti seperti di atas –cukup gamblang-, apa yang masuk mas-

dalam kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah, pertama-

lahat manusia itu sendiri, atau malah me-

tama adalah para sahabat Nabi, para tabi’in dan tabiit-

nindas kemanusiaan itu, maka Islam yang

tabi’in, serta semua orang yang mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat kelak. Umam,

se macam ini adalah agama fosil yang tak lagi

Khotibul, et. All. 2009. Faham Ahlu Sunnah wal Jamaah

184 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194

Bila dilihat, ajaran pluralisme yang di- agama itu benar meski tidak sama, mem- maksud oleh kaum liberal berlainan dengan

berikan ucapan selamat pada hari besar aga- pandangan konsep ukhuwah wathaniyah (per-

ma lain, aurat perempuan, anti poligami, saudaraan sebangsa) yang dipegang kaum

dan nikah beda agama. 16 Design Islam yang Nah dliyin yang dikenal dan menerapkan

di perkenalkan dan ditawarkan oleh gerakan ajaran Islam rahmatan lil alamin, konsep mo-

Islam Liberal adalah Islam yang substansial derat dalam keberagamaan yang mengo-

dalam memandang segala persoalan de- kohkan solidaritas dengan saudara-saudara

ngan barometer nilai kritis, universal dan sebangsa. Disamping itu kaum liberal me-

mengedepankan pola pemecahan yang ra- ngabaikan syariah sebagai hukum tuhan un-

si onal. Teks mesti mengalami de kons truksi, tuk dan demi kemaslahatan umat manusia,

seperti pada hukum waris, pe lak sanaan mengabaikan sikap tawadhu’, akhlakul ka-

hudud (potong tangan) mesti me nye su a- rimah dan ta’dim pada ulama’ salaf, mem ba-

ikan dengan kondisi perubahan waktu. 17 Pe- talkan otoritas mereka dan keagungan turats

nyangkalan atas “hukum Tuhan” dan yang serta peradaban Islam. 15 ada hanya prinsip umum universal, dan keharusan atas pelaksanaannya ‘kudu” di de-

Aspek Sosiologis dalam Kaidah Agama:

kons truksi dan hanya bertumpu pada tujuan

Perspektif Islam Liberal

umum syariah itu sendiri yang disebut Peran paradigma sosiologis yang begitu

maqashid shariah . 18

be sar dalam frame pemikiran keagamaan ka um liberal, menyebabkan ketika ada per-

Epistemologi Islam Liberal:

soalan keagamaan yang secara umum sudah

Pembacaan dan Penafsiran al-Qur’an

maklum dan “baku” jawabannya dalam hu- Dalam pembacaan penafsiran, kita ambil kum agama menjadi mungkin untuk dila-

contoh bagaimana Islam Liberal lebih meng- ku kan eksplorasi lagi dengan menimbang

utamakan bacaan yang baru yang lebih se su- aspek sosiologis dan sisi psikologis pada

ai dengan semangat Islam Liberal sehingga hu kum (baca; jawaban) tersebut. Penetapan

il mu yang sudah pakem dan paten dalam hukum atas satu persoalan, selama persoalan

pem bacaan al-Qur’an yaitu ulumul Qur’an bias itu masih berkutat pada hubungan antar ma-

di kesampingkan, bila tidak sesuai dengan nusia (hablumminannas) pintu perdebatan dan

kon teks semangat zaman, hal ini sesuai de- pemberlakuan hukum lain selain yang su dah

ngan ungkapan koodinator Jaringan Islam “diamalkan” oleh umat Islam, masih mung-

Li beral, Ulil Abshar Abdalla: “Bahasa Arab kin diterapkan ataupun ditinjau kembali.

itu semuanya konsonan. Ketika dihidupkan Merumuskan ulang kaidah umum yang

de ngan memberikan harakat, bisa dibaca ber- ber kenaan dengan konsep maslahat ‘ammah

beda-beda. Misalnya ada ayat la yamassuhu (ke pentingan umum) misalnya, ketika kai-

illal mutathahhirun, yang artinya orang yang dah tersebut dapat digunakan untuk me ng-

tidak berwudu tidak boleh menyentuh Al- interpretasi teks hukum secara berbeda, ja-

Quran. Tetapi, kalau dibaca la yamassuhu illal di ketika teks secara literal berbunyi “A” tapi

16 http://www. Majalah.Tempo interaktif.com/id/ar-

kepentingan umum berkata lain maka tafsir

17 sip/2005/

yang dipakai bisa “B” yang berpihak pada

http://www. Majalah.Tempo interaktif.com/id/ar- sip/2005/

kepentingan umum sekalipun harus berbeda

18 Ungkapan Ulil Abshar Abdalla dalam tulisan “menye-

dengan realitas teks. Berdasar fakta tersebut,

garkan kembali pemahaman Islam” “Menurut saya, tidak

semisal perbedaan interpretasi dengan ga-

ada yang disebut “hukum Tuhan” dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya,

ga san tentang hubungan Islam dengan aga-

hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernika-

ma lain dengan meletakkan bahwa se mua

han, pemerintahan, dan sebagainya. Yang ada adalah prinsip-prinsip umum yang universal yang dalam

Jakarta, PP.LAKPESDAM NU. Cet. Ke-1, h..7-8 tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut seba- 15 http://www. Suara islam.com. news/ berita nasional/

gai maqashidusy syari’ah atau tujuan umum syariat Is- forum kiai muda jatim/-jil-tak-punya-argumentasi-

lam. Lihat: http://jurnalparlemenonline.wordpress. kuat/

com/2010/01/15/islam-2/

Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 185

muththahharun , artinya menjadi al-Quran Li beral. Hingga untuk semakin ‘lebih’ akrab itu tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-

di kenal, gerakan Islam Liberal mengadakan orang yang hatinya suci. Menurut saya, yang

se rangkaian kegiatan yang bersifat rutin, ke dua ini jauh lebih tepat karena wudu se-

sistimatis dan skematis, mulai dengan lingkar cara fisik tidak penting. Banyak lagi ratusan

diskusi kecil, mengundang tokoh-tokoh yang

ba caan dalam al-Quran seperti itu. Jadi, al- bersimpati dan memiliki kemiripan afiliasi Qur annya sama, cuma cara membacanya ki-

de ngan gerakan ini dan menyiarkannya le- ta pilih yang lebih sesuai”. 19 wat media radio-radio, sampai dengan me-

Ungkapan ini menegaskan bahwa Islam nga dakan seminar dan workshop di gedung Li be ral dalam memandang nash secara fisik

dan hotel.

lebih mengedepankan ruang dan waktu, Islam Liberal menganggap bacaan dan karena kehadiran nash mesti mendahulukan

upaya para mufassirin klasik terhadap teks kebutuhan manusia – dimana nash itu me-

(nash) masih lebih mengedepankan pe ma- mang diperuntukkan keberadaannya bagi

haman teks yang berasal dari reader (pembaca/ ma nusia- jadi apalah arti kehadiran nash di

di rinya), sehingga terkesan ada penggagahan tengah-tengah manusia bila kehendaknya

(baca; penguasaan atas kebenaran teks dari masih selalu di “langit”, dan konteks ma-

sang absolute yang “tak terbatas” oleh yang nu sia bersama ruang dan waktu selalu me-

rea der yang “terbatas”) mengapa dalam nga lami perubahan, tidak stagnan dan tetap.

mem baca sebuah teks (nash), dibutuhkan Da sar-dasar ini yang membungkus teori Mo-

her meneutika? gerakan Islam Liberal lebih ham med Arkoun bahwa al-Qur’an adalah

be rupaya menangkap maksud dari teks ter- muntaj tsaqofi atau produk budaya, teori

sebut dengan “menghindari kesewenang-we- double movement Fazzlurrahman dan Nasr

nangan penafsiran” - yang dalam kaca mata Hamid Abu Zayd yang intensif menggeluti

mereka- seringkali terjadi dan dilakukan oleh kajian hermeneutik dalam tafsir klasik. 20 individu atau sekelompok orang yang mem-

Hal lainnya adalah, bagaimana Islam batasi keinginan Tuhan (the will of divine) atau Liberal membuang organ-organ ornamental

keinginan terdalam maksud teks dengan pada al-Qur’an yang dianggap sudah tidak

mem berikan batasan final serta merupakan lagi sesuai dengan zaman sekarang seperti

hasil akhir terhadap kehendak teks yang ti- ki sah-kisah para nabi, kaum dan bangsa

dak dapat dibantah dan diganggu gugat. 21 yang dihancurkan Allah SWT seperti kaum

Dalam perspektif pendekatan her me ne u- Ad dan Tsamud, juga lainnya secara fisik ti-

tik, variable pemahaman manusia itu sed ik it- dak lagi dibutuhkan hanya di ambil pesan

nya melibatkan tiga unsur yaitu unsur author mo ralnya.

(pengarang), unsur teks dan unsur reader Senada dengan yang di atas, sebelum me-

(pem baca) yang masing-masing unsur dalam langkah terlalu jauh, ada baiknya kita se-

proses pemahaman memiliki peran dan dikit menyinggung apa yang acap kali di-

fung sinya sendiri, sehingga mengunggulkan

de ngungkan oleh gerakan Islam Liberal pe ran salah satu unsur atau mengabaikan ke tika menggagas diterapkannya metode

pe ran salah satu unsur lainnya hanya akan her meneutika dalam penafsiran al-Qu’an,

membawa “kesewenang-wenangan dalam se bagaimana kita maklum, hermeneutika 22 memahami”.

ada lah salah satu tema gerakan pemikiran Dalam bahasa lain, bangunan Her me ne- Is lam yang dijadikan isu sentral oleh Islam

utika berkisar pada tiga elemen pokok yak-

19 http://www. Majalah.Tempo interaktif.com/id/ar-

ni: teks, interpreter dan audien yang lazim dikenal dengan triadic structure. Dalam ga-

20 sip/2005/ Apa yang dilakukan oleh fazlurrahman, arkoun, dan

ris besarnya, konsentrasi para pengkaji her-

abu zayd, adalah contoh bagimana mengolah al-qur’an dengan hermeneutika. Fahruddin Faiz. 2005. Herme 21 -

. kata pengantar M. Amin Abdullah, hal. xx. 22 Ibid

neutika Al-Qur’an Tema-Tema Kontroversial. Yogjakarta: Ibid , kata pengantar, M. Amin Abdullah. hal. xviii- El-SaQ press. Hal. 15.

xix.

186 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194 me neutika adalah berkisar seputar segitiga

Abu Zayd dengan metode analisis linguistik, teks, pengarang dan pembaca (hermeneut).

yang meletakkan al-Qur’an tak lebih dari teks Adapun diantara tiga sisi adalah berpusat

yang diproduksi realitas, alias “ muntaj tsaqofi pada teks sebab ialah produk yang ditelorkan

atau produk budaya”, 26 yang menganggap oleh pengarang dan itulah tema yang menjadi

bah wa sumber keilahian al-Qur’an ber ten ta- konsentrasi pembaca. 23 ngan dengan analisis ilmiah obyektif karena

Selanjutnya berangkat dari sini, aplikasi telah mengorbankan dimensi manusia un- taf sir dengan terapan metode hermeneutika

tuk kemaslahatan Allah, 27 serta metode ma- diharapkan –adanya- eksistensi al-Qur ’an lebih

te rialis historis oleh Hassan Hanafi yang se- mampu menjawab persoalan ke ma nusiaan

cara garis besar melakukan pembacaan dan terkini, karena munculnya semangat re la-

pemahaman dengan menghubungkan wah- si kuat dialektika antara teks-konteks-kon-

yu ke realitas (wahyu selalu datang un tuk tekstualisasi, sehingga seorang mufassir

pem benaran terhadap realitas yang se dang dapat dengan leluasa menangkap spirit

hi dup), tidak membutuhkan semua da lil mak na teks dan dapat melakukan produksi

naq li dan mendorong sisi humanis bukan mak na baru sesuai dengan realitas ruang 28 teologis.

dan waktu,- acuannya- dimungkinkan ter-

Nash Syar’i dalam Perspektif Pemahaman

cip tanya al-Qur’an yang sholihun likulli zaman

dan Aksi Islam Fundamentalis

wal makan .

24 Kedudukan nash syar’i atau sebut saja al- Hermeneutika dalam menilai tafsir Qur’an dan sunnah nabawiyyah di kalangan

dengan memandangnya bahwa tidak ada taf- kaum fundamentalis adalah amat signifikan. sir yang tetap, dalam perspektif bahwa semua

Sepenggal kalimat di atas bagaimana cara tafsir adalah produk akal manusia yang si-

pandang dan aksi gerakan mereka terhadap fatnya relatif, yang parsial- kontekstual, tem-

nash.

po ral dan personal dan “bisa saja keliru”. Nash bagi kaum fundamentalis adalah

Be rangkat dari paham relativisme ini maka pesan yang “hidup”, apa yang tersurat ha-

tidak ada lagi satu kebenaran yang diterima rus lah dilaksanakan dan dilakukan dalam

semua pihak, semua manusia bisa salah. De- ra nah kehidupan sebagaimana disebutkan:

ngan demikian menurut hermeneutika ini ti dak ada tafsir yang qath’i, tidak ada yang

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab pas ti kebenarannya, semuanya relatif, se mu-

kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan anya dzanni. 25 yang sebenarnya[tidak merubah dan mentakwilkan

Selanjutnya, baiknya senyampang ki ta sesuka hatinya, mereka itu beriman kepadanya. lihat sebagaimana yang dilakukan oleh Mo-

dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-

ham med Arkoun dengan proyek de kons-

Baqarah: 121)

truk si al-Qur’an dengan varian pembacaan li nguistik, semantis dan antropologis, dalam

dan penerapannya dalam kehidupan pe ngertian menghindari makna teologis ke-

sebagaimana dalam salah satu kandungan tika membaca al-Qur’an, dan Nasr Hamid

al-Qur’an:

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan

23 Adian Husaini dan Abdurrahman al-Baghdadi. 2007.

“ Hermeneutika dan Tafsir al-Qur’an”. Jakarta, Gema In-

kepadamu penuh dengan berkah su pa ya mereka

sani Prees. h. 31. 24 Hermeneutika pada dasarnya merupakan satu pena-

memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya

firan yang berangkat dari analisa bahasa dan melang-

mendapat pelajaran orang-orang yang mem-

kah pada analisa konteks lalu menarikk makna yang didapat ke dalam ruang dan waktu saat pemahaman

punyai fikiran. “ (QS. Shad: 29).

dan penafsiran tersebut dilakukan. h. 15. 26 disebutkan”…karena bahasa adalah produk budaya, 25 Paham relativisme tafsir ini sangat berbahaya, dian-

maka al-Qur’an yang berbahasa arab juga produk bu- taranya: menghilangkan keyakinan akan kebenaran

daya arab” lihat.Ibid. h. 33.

dan finalitas Islam, dan menempatkan Islam sebagai 27 Fahmi Salim. 2010. Kritik Terhadap Studi Al-Qur’an agama sejarah yang selalu berubah mengikuti zaman.

Kaum Liberal . Jakarta: Perspektif. h. 230. Ibid, h. 19-20.

28 Ibid . h. 231-234.

Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 187

Visi keislaman yang jelas dari cara pan- dang kaum fundamentalis dan militan Is- lam yang “menolak demokrasi liberal” ala barat dan memiliki sikap pandangan, bah- wa dalam wilayah politik tidak ada garis te- gas yang memisahkan antara Islam dan po- litik, juga hubungan agama dan Negara. Da lam semangat memperjuangkan agama (baca: Islam) adalah sudah semestinya bi la perjuangan politik Islam yang kaffah mes- tilah diwujudkan dengan berdirinya satu ben tuk negara Islam yang berdasar syariah. Aga ma tak dapat dipisahkan dari negara; dan pada dasarnya agama mengatur seluruh as pek kehidupan dan hubungan antar ma- nu sia melalui negara yang terwujud dalam konstitusi, legislasi dan berbagai undang- undang yang mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Dari sini, sebagaimana organisasi HTI (Hizb tahrir Indonesia) yang mem per ju ang- kan bentuk pemerintahan Islam dengan sis- tem khilafah. Dalam tulisannya, Irfan Ali menyatakan: “Secara ideologis, HTI me ru- pakan organisasi Partai Politik Islam yang ber diri pada tahun 1953 di Timur Tengah, di Negara Yordania. Saat ini HTI sudah me miliki cabang di hampir 30 negara termasuk Indonesia. Namun di Indonesia HTI mewujud sebagai organisasi masa (or- mas) yang berjuang di luar sistem politik ne- gara untuk menegakkan syari’at islamiyah dibawah naungan daulah khilafah, suatu sis tem pemerintahan yang dipimpin seorang

khalifah. 29 Taqiyuddin an-Nabhani sendiri me nyatakan tentang definisi khilafah yaitu: “Khilafah adalah kepemimpinan kaum Muslim di seluruh dunia untuk menegakkan syariat Islam, mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru

dunia. Khilafah itu sama dengan imamah ”. 30 Se-

mangat mendirikan negara Islam ini bergaung karena dianggap dengan kekuatan politik ini Islam dapat berkembang, disamping bahwa semestinya mereka menjalankan perintah Allah SWT, bahwa dalam beragama mesti utuh dan penuh totalitas, dalam segala hal,

29 http://politik.kompasiana.com/2010/04/01/fenome- na-hti-kajian-akademis/ 30 Opcit. h. 23.

sejurus dengan firman Allah SWT dalam al- Qur’an :

“ Wahai orang-orang yang beriman, ma suk lah kamu ke dalam Islam secara ke se luruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah-lang kah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh nyata bagi kalian ” (QS. al-Baqarah: 108).

Me maknai kata-kata sepenuhnya ( kaffah)

da lam al-Qur’an, bahwa Islam mewajibkan bah wa setiap kehidupan diatur oleh agama Isl am, 31 dan adanya institusi negara Islam di- butuhkan keberadaannya untuk menjamin keberlangsungan dijalankannya sistem hu- kum yang Islami yang sesuai dengan tun- tunan Syariah, yang memaklumkan satu agenda pemerintahan yang bukan ber ben- tuk sistem kerajaan, republik ataupun par- lementer bahkan khilafah bukan wujud dari satu pemerintahan yang berbentuk de- ngan sistem demokrasi, teokrasi maupun autokrasi ataupun federasi, uni, kekaisaran dan commonwealth tapi khilafah adalah Negara kesatuan. Menurut HT (Hizb Tahrir), agar segala sesuatunya berjalan secara ideal, maka khilafah harus dibangun di atas empat pilar sebagimana berikut: 1. Kedaulatan di tangan Syariat, 2. Kekuasaan di tangan umat, 3. Hanya ada satu khalifah yang di baiat, 4. Hanya khalifah yang diberi kewenangan mengadopsi hukum untuk

dijadikannperundang-undangan. 32

Berdasarkan paradigma krusial ini, maka seluruh hukum-hukum Islam tanpa terkecuali harus diterapkan kepada manusia, sebagai konsekuensi adanya iman atau aqidah Is- lamiyah. Konsep aqidah menjadi peran vital uta ma yang membranding seluruh aktivitas dak wah HT dalam mewujudkan dasar utama ideal Negara, perlembagaan (konstitusi) dan undang-undang yang berdasarkan syariah Islam, serta setidaknya, aqidah Islamiyah ini mencakup dua hal, yaitu aqidah aqliyah (aqi dah yang menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi da sar politik) yang melahirkan aturan untuk me-

31 Rahmat Kurnia, Muhammad.. Tak ada pemisahan agama dan Negara dalam Islam . Jurnal al-Waie no.116 Ta- hun X, 1-30 April, 2010. h. 57.

32 Opcit. Hal. 23-24.

188 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194 mecahkan problematika manusia dalam

Cukup je las bahwa, realisasi (dalam politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-

memahami) pe rintah dari nash adalah pe- la in. 33 Sehingga bukan hanya memberikan

ma haman yang “hi tam- putih” yakni dibu- por si ruang (sphere) yang cukup bagi agama

tuhkan ketegasan memilih; bagaimana aqi- tetapi juga ikut mewarnai dan mendasari

dah Islamiyah dapat dijalankan dengan terhadap segala kebijakan dalam pengaturan

sem purna, bagaimana kehidupan yang Is- Negara adalah niscaya. Seterusnya, Keber a-

la mi dapat diterapkan sebenar-benarnya. daan HT dalam mem- floorkan ide dan dak-

Pen dekatan literal ter ha dap teks inilah yang wah Islamiyahnya berdasar pada tiga ta-

membuat banyak faksi, mazhab pemikiran

ha pan thariqah/marhalah; antara lain : 1. keagamaan yang militan serta tumbuhnya Mar halah tsaqif : tahapan pembinaan dan

berbagai “lasykar” dalam Islam, yang ten- pengkaderan, dalamrangka mencipta ke-

tu nya menggunakan berbagai macam pen- rang ka tubuh partai. 2. Marhalah tafa’ul ma-

de katan ideologi dari yang meng hindari ke- ’ah ummah: tahapan berinteraksi dengan

kerasan yang bersifat anarkis hingga yang umat, dalam rangka agar umat turut meikul

menggunakan term radikal de ngan militansi, dak wah Isla dan menjadika Islam sebagi

serta visi-misi seirama; men dirikan Negara permasalahan utama. 3. Marhalah istilam al-

berdasar syariah Islam.

hukm (tahapan pengambil alihan kekuasaan) yang dilaksanakan untuk menerapkan Is-

Muslim Moderat: Membumikan Paham

lam secara menyeluruh dan mengemban ri-

Islam Rahmatan Lil Alamin

Di ranah pilihan lain, muncul sikap mo- Ten tunya hal ini dalam perspektif semangat,

sa lah Islam keseluruh dunia. 34 Sudah pada

derasi, dengan meminjam pemaknaan “ide- bah wa Aqidah Islamiyah yang telah “me me-

o logi moderat” atau “ideologi tengah” ketika rin tahkan” penerapan agama secara utuh

mem beri arti identitas keberagamaan dengan me nyeluruh. Berkaitan dengan masalah ini,

rasa kepasrahan dan semangat untuk selalu terdapatnya konsep al-Islamu din minhu ad-

menggapai keselamatan. dawlah (Islam adalah agama termasuk di da-

Istilah moderat memiliki arti “sikap per- lam nya Negara), menyitir pendapat Ibnu

tengahan”, dengan sikap menghindari atau Tay miyah , yang menegaskan: Jika kekuasaan

me ngurangi ekstrimitas (misalnya: dalam ter pisah dari agama atau agama terpisah dari

ber agama) 36 Islam sendiri, bila mengacu kekuasaan niscaya keadaan manusia akan rusak, ”

pada keberadaannya sebagai agama yang nya talah jika agama itu menyatu dengan ne-

dihadirkan sebagai agama keselamatan, aga- gara. Diteruskan, ketika Islam diterapkan

ma yang mengusung sikap pertengahan an- oleh Negara maka kesucian agama terjaga

ta ra sikap berlebihan (ghuluw) dan sikap ce- dan kebebasan untuk beragama pun terjaga,

ro boh dan acuh tak acuh terhadap agama sebagai wujud dari pengamalan firman Allah

ser ta dalam beragama.

SWT , yang artinya: Representasi teologis dari sikap moderasi “tidak ada paksaan dalam agama (QS. Al-

ini minimal tercermin dari lima sikap, yaitu Baqarah: 256). 35 pertama; sikap moderat dalam masalah si-

33 Diantara thariqah (methodologi) dakwah HT berdasar

fat-sifat Allah antara meniadakan sifat-si-

pada firman Allah SWT yang artinya:” sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah SAW terdapat Uswatun hasa -

fat Allah (ta’thil) dan menyerupakan sifat-

nah” (QS. al-Ahzab: 21), dan firman Allah SWT yang

si fat Allah, kedua; disamping itu juga

artinya: katakanlah (Muhammad) jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah mengampuni

mo derat dalam masalah pengkafiran tidak

dosa-dosa kalian (QS. Ali Imran: 31). Dan al-Qur’an su-

mu dah mengkafirkan atau memurtadkan

rat al-Hasyr: 7. lihat: http://www.slideshare.net/cucur/

se bagaimana yang dilakukan oleh kaum

m12-mengenal-hizbut-tahrir 34 http://www.slideshare.net/cucur/m12-mengenal-

kha warij, juga tidak menafikan-samasekali-

hizbut-tahrir

peng kafiran seperti kaum Murji’ah, ketiga;

35 Rahmat Kurnia, Muhammad.. Tak ada pemisahan agama dan Negara dalam Islam . Jurnal al-Waie no.116 Ta-

36 Bull, Victoria. 2010. Oxford Leaners Pocked Diary. Ox- hun X, 1-30 April, 2010. h. 59.

ford: Oxford university Press. h. 283.

Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 189

sikap moderat dalam masalah takdir dengan se bagaimana dapat kita pahami, bahwa menghindari sikap kemandirian penuh per-

akar kata “Islam” berasal dari kata “aslama, bu atan manusia yang jauh dari campur ta-

yus limu, islaman ” 37 dimana “etimologi “ sa- ngan tuhan seperti kaum Qadariyah atau ma-

lam ” yang memiliki arti damai dan me nye- nusia sama sekali tidak memiliki kehendak

lamatkan. Implikasi dari pemaknaan tersebut se bagaimana golongan Jabariah, keempat;

memunculkan keniscayaan bagi setiap mus- mo derat dalam sikap terhadap pemerintah

lim dalam mengimplementasikan nilai-ni- yaitu sikap antara memberontak (bughot) dan

lai ajaran Islam tidak lain adalah untuk acuh tak acuh dalam menasehati pemerintah

men ciptakan kedamaian dan keselamatan dalam undang-undang dan kebijakan pu-

ke pada seluruh alam tanpa terkecuali. Se na- blik (control of government rule and public

da, dengan hal ini, adalah ungkapan Dr. KH. po licy ), lima; moderat dalam menyikapi

Saied Aqil Siraj, dalam tulisannya “menyikapi ka ro matul awliya’ (karomah atau derajat ke-

Kegarangan Puritanisme ” bahwa otentisitas mu liaan para wali) dengan barokahnya

keislaman apakah harus kearab-ara ban