PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN.

(1)

PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

oleh

EMMAIKKE BANAN SARMILIE NIM 1106418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

LEMBAR HAK CIPTA

Oleh :

Emmaikke Banan Sarmilie

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Emmaikke Banan Sarmilie 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PERBEDAAN MINAT SISWA ANTARA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dra. Hj. Oom Rohmah, M. Pd. NIP. 196005181987032003

Pembimbing II

Sufyar Mudjianto, M. Pd. NIP. 197503222008011005

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Dr. Bambang Abduljabar, M. Pd. NIP. 196509091991021001


(4)

ABSTRAK

Perbedaan Minat Siswa Antara SMK Negeri 13 Dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga

Dan Kesehatan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa antara SMK Negeri 13 Bandung dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan variabel-variabel penelitian yang dimaksud. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMK Negeri 13 dan siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi. Hasil dari penelitian ini menggunakan perhitungan pengujian hipotesis uji t dan hasil yang diperoleh terdapat perbedaan signifikan antara minat siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Sedangkan untuk nilai perbedaan terlihat dari rata-rata hasil angket SMK Farmasi Bumi Siliwangi sedikit lebih tinggi yaitu 4,221546 dibanding SMK Negeri 13 yaitu 4,090443.


(5)

ABSTRACT

Student Interest Difference Between SMK Negeri 13 And SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung City In The Subject Physical Education Sport And Health

The purpose of this research is to know something different about student interest between SMK Negeri 13 Bandung and SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung on physical education, sport and health. In this research the writer uses descriptive research design to giving description about a different research variables. The population on this research is students of the SMK Negeri 13 and SMK Farmasi Bumi Siliwangi. The result of this research is using hypothesis counting test (t test) and the obtainable results have a significant different between student interest of SMK Negeri 13 and SMK Farmasi Bumi Siliwangi on physical education, sport and health. Whereas a value different can be see from average

result quesioner SMK Farmasi Bumi Siliwangi is a bit higher, it’s about 4,221546

then SMK Negeri 13 who get score about 4,090443.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Batasan Masalah Penelitian ... 9

G. Struktur Organisasi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 11

a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 11

b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 13

c. Konsep Belajar dan Mengajar Pendidikan Jasmani ... 16

d. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani ... 18

2. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 19

3. Karakteristik Sekolah Negeri dan Swasta ... 23

4. Hakikat Minat ... 25

a. Pengertian Minat ... 25


(7)

c. Fungsi Minat ... 30

B. Kerangka Pemikiran ... 31

C. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Desain Penelitian ... 35

B. Partisipan ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41

F. Prosedur Penelitian ... 46

G. Analisis Data ... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Data ... 53

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 56

C. Pengujian Hipotesis ... 57

D. Diskusi Penemuan ... 58

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain dalam kehidupannya. Oleh karena itu, setiap individu selalu membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhannya, salah satunya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan.

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini, pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang mengharuskan setiap individu memiliki wawasan yang luas. Salah satu cara mendapatkannya yaitu dengan mengikuti kegiatan belajar di sekolah, paling tidak kita tidak akan tertinggal jauh untuk menghadapi era ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin maju. Apalagi dalam hal ini Pemerintah juga sangat mendukung mengenai program pendidikan, sehingga dibuatlah Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang salah satu isinya pada BAB I pasal 3 membahas tentang: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini berarti setiap penduduk Indonesia wajib mengikuti program pendidikan yang ada terutama bagi anak-anak, dimana yang nantinya anak-anak tersebut akan menjadi penerus bangsa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut perlu diadakan suatu lembaga pendidikan seperti sekolah. Sekolah merupakan sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid dibawah pengawasan guru.

Sekolah memiliki kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk mencapai tujuan


(9)

pendidikan tertentu. Dalam kurikulum pendidikan terdapat beberapa mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di sekolah, termasuk diantaranya adalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan atau sering disingkat menjadi Penjasorkes. Secara umum Penjasorkes merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum yang tujuannya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut Juditya (2010, hlm.1) bahwa

“Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan media untuk mencapai perkembangan individu secara

menyeluruh”. Melalui pendidikan jasmani siswa diajak untuk melakukan berbagai aktivitas gerak yang masuk ke dalam keterampilan olahraga, yang menjadikan pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan menyeluruh yang berpotensi digunakan untuk mendidik. Seperti yang dikemukakan oleh Bucher (dalam Juditya, 2010, hlm.1), yaitu:

Penjas merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, karena pembelajaran penjas di sekolah memiliki dampak terhadap perkembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan sosial, stabilitas emosi, dan perkembangan mental. Dalam perkembangan yang diperoleh siswa dari dampak pembelajaran penjas di sekolah, dapat dipengaruhi oleh aktivitas siswa ketika mengikuti pembelajaran secara aktif.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah sangat berperan penting dalam memberikan pengalaman belajar terhadap siswa melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan. Seperti juga yang tercantum dalam UU Sisdiknas Bab X mengenai kurikulum Pasal 37 bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat beberapa mata pelajaran

diantaranya pendidikan jasmani dan olahraga”. Oleh karena itu, seharusnya para siswa sadar akan pentingnya pendidikan jasmani ini. Karena tujuan dari pendidikan jasmani adalah membangun aspek psikomotor, afektif, dan kognisi pada diri individu.

Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik siswa. Banyak terjadi kesalah pahaman mengenai tujuan pendidikan jasmani, dimana kebanyakan orang berpendapat bahwa pendidikan jasmani lebih menekankan pada pembinaan


(10)

keterampilan fisik saja, yang sebenarnya tidak seperti itu. Idealnya tujuan dari penjasorkes itu bersifat menyeluruh, tidak hanya mencakup aspek fisik melainkan aspek lainnya juga yaitu agar siswa memiliki kepercayaan diri, kedisiplinan, tubuh yang sehat, bugar, merasa bahagia dan sebagainya. Secara singkat penjasorkes bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap siswa setinggi-tingginya. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan jasmani mengandung manfaat bagi pertumbuhan para siswa di sekolah diantaranya dapat memenuhi kebutuhan siswa akan gerak, mengenalkan siswa pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang berlebihan, serta merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental, maupun emosional (Paturusi, 2012). Sudah saatnya para siswa menyadari, memiliki keinginan dan dorongan untuk mengikuti pembelajaran penjasorkes di sekolah.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pendidikan disetiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

“Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara

SMP atau MTs” (PP No. 74 tahun 2008).

SMK mempersiapkan lulusannya untuk masuk ke dunia kerja, meskipun tidak menutup kemungkinan nantinya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di Indonesia terdapat beberapa jenis sekolah, dua diantaranya adalah sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah, yang ditujukan untuk memberikan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan murni. Sedangkan sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non pemerintah atau yayasan. Adanya perbedaan jenis sekolah ini, terdapat pula perbedaan karakter antara masing-masing sekolah yang dapat mempengaruhi psikososial siswa di setiap jenis sekolah.

Perbedaan sekolah negeri dan sekolah swasta terdapat pada beberapa faktor antara lain pengajar, jumlah siswa, cara belajar, biaya, sarana dan prasarana, pergaulan, serta status sosial. Namun yang menjadi perhatian penulis


(11)

adalah jumlah siswa dan cara belajar siswa. Jumlah siswa sekolah negeri biasanya lebih banyak dibandingkan dengan sekolah swasta, selain karena biaya pendidikan di sekolah swasta lebih mahal, anggapan masyarakat mengenai kualitas sekolah negeri yang lebih bagus menjadi alasan sekolah negeri lebih banyak diminati. Hal ini juga berpengaruh terhadap cara belajar siswa di setiap jenis sekolah tersebut. Seperti yang telah diketahui kebanyakan masyarakat untuk dapat masuk ke sekolah negeri setiap anak harus lolos seleksi melalui tes ujian atau memenuhi kriteria nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah. Sedangkan bagi anak yang tidak lolos seleksi, akhirnya mereka masuk ke sekolah swasta. Oleh karena itu, sekolah swasta seringkali dicap sebagai tempatnya 'siswa buangan' dari sekolah negeri. Meskipun pada kenyataanya, pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar. Tidak

sedikit pula siswa sekolah swasta yang bukan „siswa buangan‟ dari sekolah negeri. Pandangan ini bukan tanpa alasan, terdapat hal-hal yang melatarbelakanginya seperti yang diungkapkan Fauzi (2011) bahwa lulusan sekolah swasta yang pada umumnya memiliki kemampuan intelektual dan moral yang lebih rendah dibandingkan dengan sekolah negeri yang lebih baik, walaupun tidak 100%. Hal ini terjadi karena terkadang di sekolah swasta siswanya kurang mendapat perhatian dan tata tertib sekolah yang kurang tegas dijalankan, sehingga segala perilaku negatif siswa tidak ditindaklanjuti secara cepat dengan arahan atau nasehat, baik itu selama kegiatan belajar mengajar berlangsung atau ketika jam istirahat. Akibatnya siswa merasa apa yang mereka lakukan itu benar dan wajar, padahal mereka tidak sadar bahwa sebenarnya itu salah. Berbeda dengan sekolah negeri yang aturannya dilakukan dengan ketat, siswa yang melakukan kesalahan sedikit saja langsung mendapat teguran bahkan sanksi. Hasilnya siswa menjadi sadar akan kesalahannya dan mencoba untuk tidak mengulanginya kembali, karena jika terulang kembali ia akan mendapat sanksi lebih keras. Begitupun selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa mau dan mampu untuk menghargai gurunya. Tetapi, kondisi seperti ini tidak selalu berlaku pada semua siswa.

Perbedaan lain yang juga menjadi perhatian ialah mengenai cara belajar siswa. Berdasarkan pengalaman yang penulis alami, siswa di sekolah swasta lebih sulit menyerap pembelajaran yang diberikan guru dibandingkan dengan siswa


(12)

sekolah negeri. Terhadap siswa sekolah swasta guru harus melakukan pengulangan dua sampai tiga kali dalam menjelaskan materi pembelajaran, barulah siswa mengerti. Sedangkan untuk siswa sekolah negeri guru hanya perlu satu atau dua kali saja dalam memberikan penjelasan mengenai materi pembelajaran, siswa sudah langsung mengerti. Hal ini mungkin terjadi karena siswa sekolah negeri merupakan siswa-siswa pilihan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga memiliki tingkat pemahaman yang lebih unggul dibandingkan siswa sekolah swasta. Oleh sebab itu, guru harus benar-benar tepat dalam memilih metode serta pendekatan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa khususnya untuk siswa sekolah swasta, guru juga harus lebih sabar dan telaten dalam memberikan pengajaran terhadap mereka agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Berbeda dengan sekolah menengah tingkat atas pada umumnya yang hanya mempelajari pengetahuan umum saja, SMK memiliki program pendidikan yang berbeda. Di SMK dikenal istilah pendidikan kejuruan yaitu suatu program pendidikan yang menyiapkan setiap individu siswa menjadi tenaga kerja profesional dan juga siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena SMK lebih dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja, maka mereka lebih banyak difokuskan pada materi pembelajaran sesuai dengan program keahlian yang telah mereka pilih, seperti akuntansi, farmasi, informatika, teknik mesin dan sebagainya. Waktu belajarnya pun lebih banyak untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan program keahlian mereka, sehingga dapat dikatakan mata pelajaran lain hanya sebagai pelengkap saja. Ditambah lagi jam praktek untuk setiap mata pelajaran keahlian yang sangat menyita waktu pembelajaran setiap harinya, belum lagi tugas-tugas yang diberikan guru, baik saat jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran, serta praktek langsung di lapangan atau yang sering disebut Praktek Kerja Lapangan (PKL). Sehingga secara tidak langsung mempengaruhi terhadap mata pelajaran lain, termasuk penjasorkes. Karena dalam pelaksanaannya banyak siswa yang sering tidak hadir dan mengeluh sakit dengan berbagai alasan seperti kurang tidur dan terlambat bangun pagi karena semalaman mengerjakan tugas, lebih memilih melakukan kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan lain sebagainya. Padahal


(13)

seharusnya hal tersebut semua tidak menjadi masalah jika para siswa menyadari dan memahami betul pentingnya mata pelajaran penjasorkes ini.

Kegiatan belajar penjasorkes merupakan suatu peristiwa yang dilakukan oleh seluruh siswa di sekolah. Dalam pelaksanaannya diperlukan dorongan yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri dan rasa ketertarikan untuk melakukan aktivitas pembelajan penjasorkes. Dengan begitu akan timbul rasa senang dari diri siswa untuk melakukan pembelajaran penjasorkes tanpa ada paksaan dari pihak luar. “Minat adalah suatu rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang memaksa dan minat merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri

seseorang atas suatu aktivitas dan bersifat sadar” (Bahri, dalam Juditya, 2010, hlm. 3).

Sangat jelas bahwa minat berperan penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya minat dari siswa maka proses pembelajaran tidak akan mengalami kendala dan hambatan. Meski dalam kenyataannya, bukan hanya minat yang menjadi faktor penting untuk menunjang pembelajaran. Terdapat pula kendala lain yang biasa dihadapi dalam pembelajaran penjasorkes, seperti terbatasnya sarana dan prasarana yang diperlukan, kemampuan guru mata pelajaran, alokasi waktu yang dirasa masih kurang sampai keluhan dan alasan yang dikemukakan oleh para siswa saat proses pembelajaran.

Dan memang fakta yang ditemukan di lapangan saat proses pembelajaran penjasorkes berlangsung menunjukkan bahwa masih banyak siswa terutama siswa putri yang mencoba menghindari pelajaran dengan berbagai alasan seperti sedang sakit, capek, takut kulit menjadi hitam, tidak mau kepanasan dan lain sebagainya, yang terkesan menganggap enteng pembelajaran penjasorkes ini. Pada penelitian sebelumnya mengenai minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh Juditya (2010) dijelaskan bahwa minat siswi SMK dalam pembelajaran penjas termasuk kedalam kategori rendah.

Seperti hasil pengamatan awal penulis di SMK Negeri 13 Bandung pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang enggan mengikuti kegiatan pembelajaran karena pada saat itu cuaca memang sedang terik ditambah materi pelajaran yang kurang jelas. Siswa hanya diinstruksikan untuk bermain softball tanpa ada arahan apapun dari guru, siswa benar-benar hanya dibiarkan


(14)

bermain, sama sekali tidak ada proses belajar siswa yang berarti. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penentu dalam menumbuhkan keinginan siswa untuk berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran penjasorkes. Karakteristik siswa di sekolah ini terbilang manja, terlihat saat prosesnya kebanyakan siswa mengeluh dan meminta dispensasi kepada gurunya.

Sedangkan di SMK Farmasi Bumi Siliwangi siswa-siswinya terlihat lebih antusias terhadap pembelajaran penjasorkes. Dalam pelaksanaan pembelajarannya para siswa terlihat memperhatikan dan mengikuti setiap instruksi yang diberikan guru dengan baik. Disini guru memberikan banyak arahan yang kemudian siswa harus mengembangkannya sampai siswa mampu menguasai materi yang diberikan. Karakterisitik siswanya terbilang mandiri dan memiliki keinginan untuk berprestasi, maksud prestasi disini adalah para siswa satu sama lain saling bersaing untuk bisa menguasai materi yang diberikan guru.

Dari hasil pengamatan penulis pada kegiatan pembelajaran penjasorkes di masing-masing sekolah dapat disimpulkan bahwa karakteristik setiap orang atau siswa di setiap sekolah tidak sama begitu juga dengan cara guru mengajar yang dapat mempengaruhi terhadap keadaan lingkungan di sekolah tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “ Perbedaan Minat Siswa Antara SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan, sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang belum efektif yang dapat mempengaruhi minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

2. Siswa SMK yang lebih disibukkan dengan pelajaran atau kegiatan yang berhubungan dengan program keahlian yang telah menjadi pilihan siswa, sehingga muncul anggapan bahwa pelajaran lain hanya sebagai pelengkap termasuk penjasorkes.


(15)

3. Karakterisitik siswa yang bermacam-macam serta keterbatasan kemampuan guru penjasorkes dalam memberikan pengajaran yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimanakah minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan?

2. Bagaimanakah minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan?

3. Apakah terdapat perbedaan minat siswa antara SMK Negeri 13 dengan siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan?

D. Batasan Masalah Penelitian

Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup masalah penelitian yang memungkinkan akan diperolehnya hasil yang tidak memuaskan, maka penelitian ini akan dibatasi agar dapat diperoleh hasil yang penulis inginkan dan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas. Adapun ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini terfokus pada seberapa besar minat siswa SMK Negeri 13 dan siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan serta perbedaanya.

2. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung.

3. Pengambilan data melalui angket mengenai minat siswa.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dari SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung yang berjumlah 228 siswa.


(16)

5. Sampel terjangkau dalam penelitian ini diambil secara acak dari seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung sejumlah 70 siswa.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Memperoleh jawaban tentang minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2. Memperoleh jawaban tentang minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 3. Memperoleh jawaban tentang perbedaan minat siswa SMK Negeri 13 dan

siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Dipandang secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan mengenai minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah, baik negeri maupun swasta di tingkat SMK.

2. Dipandang secara praktis dapat menjadi acuan:

a. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk meningkatkan minat siswa.

b. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan minat siswa.

c. Bagi sekolah, upaya ini dapat memberikan gambaran dari masalah pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk solusi pengembangan pembelajaran terhadap minat pada masing-masing siswa.


(17)

d. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan tentang minat siswa SMK Negeri dan Swasta dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, serta dapat mengembangkan proses pembelajarannya.

G. Struktur Organisasi

Pada bagian ini memuat tentang sistematika penulisan skripsi, sebagai gambaran mengenai urutan penulisan, serta keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya. Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, abstraksi, kata pengantar, halaman ucapan terimakasih, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.

Bab I, pendahuluan mencakup latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.

Bab II, mencakup kajian pustaka dan kerangka pemikiran mengenai masalah penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini serta hipotesis yang berkaitan dengan minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

Bab III, metode penelitian menggambarkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, bahasan mengenai partisipan, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, proses uji coba instrumen penelitian, prosedur penelitian serta teknik analisis data yang akan digunakan.

Bab IV, temuan dan pembahasan memuat hasil pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan.

Bab V, simpulan, implikasi dan rekomendasi menyajikan tentang hasil temuan, saran penelitian bagi guru mata pelajaran penjasorkes, bagi siswa dan bagi penelitian selanjutnya.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah penelitian. Masalah yang diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan desain penelitian. Oleh karena itu, penggunaan desain penelitian yang baik akan menghasilkan proses penelitian yang efektif dan efisien.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, karena tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMKN 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung. Sudjana (2000, hlm. 164) mengungkapkan bahwa:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Berdasarkan pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa desain penelitian deskriptif ini sangat cocok digunakan dalam penelitian ini karena penulis bermaksud meneliti perbedaan variabel-variabel penelitian sesuai dengan keadaan yang terjadi sekarang, tanpa melihat hal-hal yang terjadi sebelumnya dan masa yang akan datang. Berikut adalah desain yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

X

Y1


(19)

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat, yaitu:

1. Variabel bebas (X) adalah mata pelajaran penjasorkes

2. Variabel terikat pertama (Y1) adalah minat siswa SMKN 13 Bandung

3. Variabel terikat kedua (Y2) adalah minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung

B. Partisipan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “partisipan adalah orang yang ikut berperan serta di suatu kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar, dsb); pemeran serta”. Partisipan yang dimaksud disini ialah orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Adapun partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Peneliti, berperan sebagai penulis dan yang meneliti.

2. Siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung, sebagai populasi dan sampel penelitian.

3. Wakil sekolah, sebagai perantara peneliti dengan pihak-pihak terkait selama proses penelitian di sekolah.

4. Guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, sebagai sumber tambahan dan yang membantu selama proses penelitian di sekolah.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan suatu objek yang akan diteliti, dari populasi dan sampel inilah akan didapatkan informasi-informasi yang akan diteliti sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi sangat berperan penting dalam suatu penelitian, karena populasi merupakan keseluruhan sumber data atau objek yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dengan jumlah siswa


(20)

sebanyak 228 siswa. Lebih jelas mengenai jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA

1 SMKN 13 BANDUNG 164

2 SMK FARMASI BUMI SILIWANGI 64

Jumlah Seluruh Siswa 228

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Penentuan sampel dimaksudkan untuk mengurangi suatu subyek yang terlalu banyak untuk diteliti. Seperti yang diuangkapkan Sugiyono (2013, hlm. 118), “Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”. Mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang pasti, berapa jumlah sampel yang akan diteliti atau yang diambil dari populasi, maka syarat utama dari sampel tersebut adalah harus benar-benar dapat mewakili populasi. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan & Kuncoro, 2011) sebagai berikut:

Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d2 : Presisi yang ditetapkan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, didapatkan sampel dari jumlah seluruh siswa kelas XI di SMKN 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung sejumlah 70 siswa, dengan rincian perhitungan sebagai berikut:


(21)

= 69,51 = 70 (dibulatkan)

Lebih jelasnya mengenai jumlah sampel dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA

1 SMKN 13 BANDUNG 35

2 SMK FARMASI BUMI SILIWANGI 35

Jumlah Seluruh Siswa 70

Mengenai teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan Simple

Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik random ini dipilih karena dengan teknik ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul menjadi sampel.

D. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, dalam Juditya, 2010, hlm. 63).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Instrumen yang digunakan adalah berbentuk kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 199) mengungkapkan bahwa “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Melalui kuesioner atau angket ini akan diperoleh informasi atau


(22)

gambaran mengenai minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengawas selama proses pengambilan data di sekolah, ditambah dua orang yang sudah dibekali tentang tata cara pengambilan data untuk membantu penulis. Berikut adalah langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini:

1. Membuat kisi-kisi kuesioner/angket

Pengelompokan data dalam penelitian ini adalah menentukan indikator-indikator mengenai minat siswa. Lembar kuesioner membutuhkan suatu bahan perkiraan untuk diteliti, dengan kisi-kisi sebuah instrumen kuesioner akan menguatkan acuan penelitian. Lembar kuesioner dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Adapun kisi-kisi mengenai minat penulis ambil seluruhnya dari tesis Silvy Juditya (2010). Untuk lebih jelasnya mengenai kisi-kisi angket tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah ini:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Variabel Minat Siswa

Variabel Indikator Sub Indikator Nomor Item

(+) (-) Minat Surya (dalam Juditya, 2010)

Dorongan a. Atas dasar kesadaran sendiri b. Memprioritaskan waktu untuk

kegiatan

c. Kesadaran akan menfaat penjas d. Kesadaran akan kebutuhan e. Menyadari pentingnya

kegiatan 5, 15 20, 26 30, 38 49, 53 3, 10 8, 18 33, 39 43, 51 62, 66 6, 13

Tertarik a. Menyukai pelajaran olahraga b. Rasa keingintahuan

c. Rasa senang atas kegiatan penjas 12, 25 40, 41 1, 14 16, 29 61, 71 9, 22


(23)

guru

b. Melakukan karena mata pelajaran

c. Melakukan dengan sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran

d. Melakukan secara aktif

59, 60 4, 47 58, 73 7, 31 55, 56 75, 78 Perhatian a. Mendengarkan instruksi guru

b. Melakukan gerakan yang diinstruksikan

c. Memperhatikan guru yang sedang menerangkan 77, 79 17, 65 24, 28 27, 45 19, 21 42, 44

Kesenangan a. Merasa puas karena menyehatkan

b. Lega dengan hasil yang diperoleh

c. Nyaman dengan pelajaran olahraga

d. Kegiatan yang mendidik e. Memberikan pengalaman

34, 37 2, 36 52, 57 64, 70 11, 72 32, 48 35,46 54, 63 69, 76 68, 74

2. Penyusunan Angket

Setelah kisi-kisi tersusun, langkah selanjutnya adalah membuat kisi-kisi menjadi pernyataan tentang minat siswa. Tujuannya yaitu untuk memperoleh data hasil penelitian yang berupa minat siswa di sekolah dalam mata pelajaran Penjasorkes. Setelah angket tersusun menjadi pernyataan mengenai minat, hal ini memudahkan peneliti dalam melakukan penilaian agar memperbesar kemungkinan bahwa aspek-aspek yang diamati lebih terpercaya dan sistematis.

3. Penilaian

Dalam penelitian ini setiap subjek diminta untuk mengisi jawaban dengan tanda checklist (√) sesuai dengan minat siswa. Mengenai alternatif jawaban dalam


(24)

angket digunakan skala sikap yakni Skala Likert, dengan alternatif jawaban sebanyak 5 alternatif. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm. 134) bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Untuk lebih jelasnya mengenai kategori penskoran disajikan pada Tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.4

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

No Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-Ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

E. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang akan dipakai dalam penelitian dapat dipahami atau tidak oleh responden serta untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Karena dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Oleh karena itu, Sugiyono (2013, hlm. 173) menyatakan bahwa “instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan uji coba instrumen, sebagai berikut:

1. Menentukan Sampel Uji Coba Instrumen Penelitian

Untuk keperluan uji coba instrumen ini, peneliti memilih sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel sebenarnya. Sehingga diperoleh sampel uji coba sebanyak 40 orang siswa dari dua sekolah.

Tabel 3.5

Sampel Uji Coba Instrumen Penelitian


(25)

1 SMKN 9 BANDUNG 20

2 SMK TADIKA PURI 20

Jumlah Seluruh Siswa 40

2. Pelaksanaan Uji Coba Instrumen Penelitian

Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada: Hari/tanggal : Rabu, 04 September 2015

Waktu : 08.00 – 09.00 WIB dan 10.00 – 11.00 WIB Tempat : SMK Negeri 9 Bandung dan SMK Tadika Puri

Butiran pertanyaan angket minat yang telah disusun di uji cobakan kepada siswa SMK dengan kelas yang sama namun berbeda sekolah tetapi masih dalam satu wilayah yang sama. Sebelum pengisian angket oleh responden, responden diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tata cara pengisiannya. Proses pengisian angket berjalan cukup lancar, tidak ada permasalahan yang berarti. Setelah pengisian angket uji coba selesai, maka angket tersebut harus dihitung validitas dan reliabilitasnya.

3. Uji Validitas

Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengukur kevalidan instrumen. Hal ini penting dilakukan agar data dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran yang tinggi, yang nantinya akan menentukan pada kualitas penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam Juditya, 2010, hlm. 72) yaitu:

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir tes pernyataan tes dilakukan dengan pendekatan uji signifikansi, yaitu jika thitung > ttabel maka pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya thitung < ttabel maka pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur pengumpulan data.

Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh hasil uji validitas dari jumlah 80 butir soal pernyataan mengenai minat siswa yang telah diuji cobakan didapat sebanyak 51 butir soal pernyataan yang dinyatakan valid, maka butir soal tersebut yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Seperti yang tertera dalam tabel 3.6 dibawah ini.

Tabel 3.6


(26)

No Soal

r hitung r tabel Keterangan

1 0.3325 0.312 Valid

2 0.0878 0.312 Tidak Valid

3 0.3390 0.312 Valid

4 0.2946 0.312 Tidak Valid

5 0.1809 0.312 Tidak Valid

6 0.6357 0.312 Valid

7 0.5316 0.312 Valid

8 0.4061 0.312 Valid

9 0.1811 0.312 Tidak Valid

10 0.6460 0.312 Valid

11 0.4920 0.312 Valid

12 0.6246 0.312 Valid

13 0.6539 0.312 Valid

14 0.4404 0.312 Valid

15 0.6598 0.312 Valid

16 0.4886 0.312 Valid

17 0.0304 0.312 Tidak Valid

18 0.4594 0.312 Valid

19 0.3355 0.312 Valid

20 0.3179 0.312 Valid

21 0.4189 0.312 Valid

22 0.2098 0.312 Tidak Valid

23 0.1371 0.312 Tidak Valid

24 0.1110 0.312 Tidak Valid

25 0.6519 0.312 Valid

26 0.5310 0.312 Valid

27 0.6396 0.312 Valid

28 0.4250 0.312 Valid

29 0.7091 0.312 Valid


(27)

31 0.5757 0.312 Valid

32 0.2132 0.312 Tidak Valid

33 0.5856 0.312 Valid

34 0.3398 0.312 Valid

35 0.4938 0.312 Valid

36 0.2142 0.312 Tidak Valid

37 0.5558 0.312 Valid

38 0.4098 0.312 Valid

39 0.5854 0.312 Valid

40 0.2902 0.312 Tidak Valid

41 0.3252 0.312 Valid

42 0.4932 0.312 Valid

43 0.3800 0.312 Valid

44 0.1441 0.312 Tidak Valid

45 0.2174 0.312 Tidak Valid

46 0.3259 0.312 Valid

47 0.1530 0.312 Tidak Valid

48 0.5070 0.312 Valid

49 0.4061 0.312 Valid

50 -0.1086 0.312 Tidak Valid

51 0.6048 0.312 Valid

52 0.1815 0.312 Tidak Valid

53 0.4814 0.312 Valid

54 0.6237 0.312 Valid

55 0.4882 0.312 Valid

56 0.4454 0.312 Valid

57 0.2983 0.312 Tidak Valid

58 0.2506 0.312 Tidak Valid

59 0.2071 0.312 Tidak Valid

60 0.5235 0.312 Valid


(28)

62 0.6303 0.312 Valid

63 0.1443 0.312 Tidak Valid

64 0.3979 0.312 Valid

65 0.5799 0.312 Valid

66 0.5606 0.312 Valid

67 0.4216 0.312 Valid

68 0.4186 0.312 Valid

69 0.6396 0.312 Valid

70 0.1550 0.312 Tidak Valid

71 0.1638 0.312 Tidak Valid

72 0.0115 0.312 Tidak Valid

73 0.3181 0.312 Valid

74 0.2592 0.312 Tidak Valid

75 0.4761 0.312 Valid

76 0.3265 0.312 Valid

77 0.2384 0.312 Tidak Valid

78 0.2177 0.312 Tidak Valid

79 0.2976 0.312 Tidak Valid

80 0.4955 0.312 Valid

4. Uji Reliabilitas

Dalam uji reliabilitas terhadap butir soal yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik belah dua atau split half yang dianalisa dengan rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2013). Untuk keperluan ini maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil (X) dan kelompok instrumen genap (Y). Kemudian skor butir pada masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap dikorelasikan menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah dihitung dan didapatkan nilai koefisien korelasinya, langkah selanjutnya memasukkan nilai koefisien korelasi ini ke dalam rumus Spearman Brown, yaitu:


(29)

1 + rb

Keterangan:

r1 : reliabilitas internal seluruh instrumen

rb : korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Adapun hasil penghitungan uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel r hitung r tabel Keterangan

Minat Siswa 0.93546 0.312 Reliabel

Dari hasil analisis penghitungan uji reliabilitas instrumen diperoleh rhitung sebesar 0.93556 sedangkan rtabel 0.312 pada taraf signifikansi 0.05 dengan N = 40. Dengan demikian rhitung > rtabel, artinya instrumen reliabel.

Berdasarkan hasil uji coba, instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butir soalnya. Maka, instrumen penelitian ini dapat digunakan untuk pengukuran sebagai alat pengumpul data.

F. Prosedur Penelitian

Dalam sebuah penelitian, untuk memberikan kemudahan dalam prosesnya diperlukan langkah-langkah kerja penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Berikut merupakan langkah-langkah penelitian yang disusun peneliti, dapat dilihat pada bagan berikut ini:


(30)

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Dari gambar bagan diatas dapat dijelaskan bahwa:

a. Langkah pertama adalah menentukan tempat penelitian. Populasi

Sampel

Siswa SMK Swasta Siswa SMK

Negeri

Pengukuran menggunakan angket

Hasil pengukuran Siswa SMK Swasta Hasil pengukuran

Siswa SMK Negeri

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan


(31)

b. Selanjutnya menentukan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa SMKN 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung kelas XI. c. Dari populasi ditentukan sampel penelitian untuk mempersempit jumlah objek

yang akan diteliti.

d. Setelah dihasilkan sampel penelitian, peneliti melakukan pengukuran dengan menyebarkan angket kepada responden (sampel yang telah dipilih).

e. Setelah didapatkan hasil pengukuran dari penyebaran angket dari seluruh responden, langkah selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.

f. Terakhir, peneliti membuat kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengolahan data tersebut.

G. Analisis Data

Untuk menjadikan data yang diperoleh mengandung arti dan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, maka yang perlu dilakukan adalah mengolah dan menganalisis data tersebut. Setelah data dari seluruh sampel dan sumber lain terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data yang ada dengan menggunakan rumus statistik. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm. 207):

Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyeleksi data, yaitu memisahkan dan memilih data yang telah terkumpul untuk diperiksa keabsahannya. Dalam penyeleksian data peneliti melakukan pemeriksaan data yang terkumpul dan memeriksa semua pernyataan dalam angket untuk memastikan jawaban sesuai dengan petunjuk yang diberikan. 2. Penskoran data, yaitu menentukan bobot nilai untuk setiap jawaban pada


(32)

3. Pengolahan dan analisis data yang bertujuan untuk memperoleh kesimpulan, dimana kesimpulan tersebut diharapkan dapat menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian.

Dalam proses pengolahan data, penulis menggunakan langkah-langkah di bawah ini:

a. Abduljabar dan Darajat (2013, hlm. 111) menjelaskan tentang menghitung nilai rata-rata dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

̅ = ∑ Keterangan :

̅ = Nilai rata-rata yang dicapai

∑ = Jumlah

= Nilai data n = Jumlah sampel

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus (Abduljabar & Darajat, 2013, hlm. 122):

S =

∑ ̅ Keterangan :

S = Simpangan baku yang dicari n = Jumlah sampel

X1 = Skor yang dicapai seseorang ̅ = Nilai rata-rata

c. Menghitung persentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:

∑ Keterangan:

P = Jumlah atau besar persentase

∑ = Jumlah skor aktual atau pengamatan ∑ = Jumlah skor ideal atau pengharapan


(33)

Untuk memberikan kriteria pada hasil persentase, Arikunto (dalam Septira, 2008, hlm. 58) memberikan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian

KRITERIA PERSENTASE

Baik sekali Baik Cukup Kurang baik

Tidak baik

80%-100% 66%-79% 56%-65% 40%-55% 30%-39%

d. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Liliefors (Abduljabar & Darajat, 2013, hlm. 148). Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

2) Mencari Z skor dan tepatkan pada kolom Zi. Dengan menggunakan rumus:

̅ Keterangan :

Zi = Z skor Xi = Skor sampel ̅ = Rata-rata

S = Simpangan baku dari sampel 3) Mencari luas Zi pada tabel Z.

4) Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah bertanda positif maka 0,5 + luas daerah.

5) S(Zi) adalah urutan n dibagi jumlah n.


(34)

7) Mencari data atau nilai tertinggi, tanpa melihat (-) atau (+) sebagai nilai L0.

8) Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipoesis:

a) Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

b) Jika L0 ≤ Ltabel terima H0 artinya data berdistribusi normal.

e. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut Abduljabar & Darajat (2013, hlm. 178) adalah sebagai berikut:

Variansi didapat dari simpangan baku yang dikuadratkan. Untuk kriteria pengujian adalah terima H0 jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel.

Ftabel = Fα dengan dk (n1 – 1; n2 – 1) dan taraf nyata (α) = 0,05.

f. Menguji hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dua pihak. Uji kesamaan dua rata-rata dua pihak digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok 1 dan 2 (Abduljabar & Jajat, 2013). Untuk menghitung uji kesamaan dua rata-rata dua pihak ini menggunakan teknik analisis statistik sebagai berikut:

1) Hipotesis statistik

H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minat siswa SMK Negeri 13 dengan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara minat siswa SMK

Negeri 13 dengan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

H0: μ1 = μ2 H1: μ1≠ μ2


(35)

2) Sebelum dilakukan uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan dalam rumus :

thitung = Nilai t yang dicari ̅̅̅ = Rata-rata kelompok 1 ̅̅̅ = Rata-rata kelompok 2 S = Simpangan baku gabungan

= Jumlah sampel kelompok 1 = Jumlah sampel kelompok 2

= Variansi kelompok 1 = Variansi kelompok 2

3) Adapun rumus yang digunakan untuk uji kesamaan dua rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut:

̅̅̅

̅̅̅ √ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

Dengan kriteria pengujian yang berlaku adalah, terima H0 jika t < t1-α dan tolak H0 jika thitung mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 - 2) dengan peluang (1 - α).


(36)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data melalui proses pengolahan berdasarkan prosedur statistika mengenai “Perbedaan Minat Siswa Antara SMK Negeri 13 Dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan”, serta berdasarkan pada beberapa fakta dan data yang ada, yang penulis peroleh di lapangan. Dengan demikian penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kategori baik sekali dengan persentase skor ketercapaiannya sebesar 83,62%.

2. Minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kategori baik sekali dengan persentase skor ketercapaiannya sebesar 85,66%.

3. Minat siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis uji kesamaan dua rata-rata atau uji t yaitu berdasarkan hasil perhitungan data menunjukkan nilai Sig (2-tailed) adalah (0,001) < ½ α (0,025) sehingga Ho ditolak. Lebih lanjut, ditujukkan pula dengan rata-rata hasil angket siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi sedikit lebih tinggi yaitu 4,221546 dibanding siswa SMK Negeri 13 Bandung yaitu 4,090443.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan segala kerendahan hati ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran yang mudah-mudahan bermanfaat, sebagai berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran penjasorkes, pihak sekolah dan pihak-pihak lain yang terkait, perlu adanya inovasi dalam setiap proses pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan selalu tertarik akan materi pelajaran yang akan


(37)

didapatkan serta perhatian khusus terhadap sarana dan prasarana pembelajaran agar selalu menunjang kegiatan pembelajaran.

2. Bagi siswa, perlu pemahaman lebih mengenai makna dan manfaat yang dapat diperoleh dari setiap kegiatan pembelajaran penjasorkes agar selalu timbul keinginan dan kesadaran dalam mengikuti pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian dapat dikembangkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan spesifik.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. 2009. Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK.

Dirman & Juarsih, C. (2014). Karakteristik Peserta Didik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Fauzi, R. (2011). Sekolah: Antara Negeri dan Swasta. [Online]. Diakses dari http://panjiirfan.wordpress.com/2011/05/25/sekolah-negeri-dan-sekolah-swasta-tangan-kanan-dan-kiri/.

Hanik. Minat Belajar. [Online]. Diakses dari

http://www.scribd.com/doc/21249216/MINAT-BELAJAR.

http://eprints.uny.ac.id/8471/3/bab2%20%3D08511241019.pdf

http://eprints.uny.ac.id/9246/3/BAB%202%20-%2010604227561.pdf

Ivancevich, N. M., Konopaske, E. & Matteson, H. T. (2006). Perilaku Dan

Manajemen Organisasi. Erlangga.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Juditya, S. (2010). Hubungan antara Minat dan Sikap Siswa dengan Proses

Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kamus Besar Bahasa Indonesia


(39)

Paturusi, A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

Radyuli, P. (2013). Proses Belajar Mengajar (PBM). [Online]. Diakses dari

http://popiradyuli89.blogspot.com/2013/05/proses-belajar-mengajar-pbm.html.

Riduwan & Kuncoro, E. A. (2011). Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai

Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Sahrikin, I. (2011). Pengaruh Reinforcement Terhadap Minat Siswa Dan Jumlah

Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran Penjasorkes Di SMP Negeri 17 Kota Cirebon. (Tesis). SPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Saifur. (2012). Konsep dan Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online]. Diakses dari https://saifurss07.wordpress.com/2012/07/24/konsep-dan-prinsip-pembelajaran-pendidikan-jasmani/.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Septira, A. D. (2008). Motivasi Berolahraga Siswa SMP Negeri Dan Swasta Di

Kota Cirebon Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga. (Skripsi).

FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soemosasmito, S. (1988). Dasar, Proses, Dan Efektivitas Belajar Mengajar

Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sudjana & Ibrahim. (2000). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(40)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

UPI Tahun Akademik 2014/2015. Bandung: UPI.

Wakhinuddin. (2010). Karakter Siswa SMK Berbasis Dimensi. [Online]. Diakses dari https://wakhinuddin.wordpress.com/2010/09/22/karakter-siswa-smk-berbasis-dimensi/

Wasti, S. (2013). Hubungan Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Tata

Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang. [Online]. Diakses dari

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/viewFile/1032/869.

Wikipedia. Sekolah. [Online]. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah.

Wikipedia. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. [Online]. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_hierarki_kebutuhan_Maslow#cite_note -Goble-5.


(1)

52

Emmaikke Banan Sarmilie, 2015

2) Sebelum dilakukan uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan dalam rumus : thitung = Nilai t yang dicari ̅̅̅ = Rata-rata kelompok 1

̅̅̅ = Rata-rata kelompok 2 S = Simpangan baku gabungan

= Jumlah sampel kelompok 1 = Jumlah sampel kelompok 2

= Variansi kelompok 1 = Variansi kelompok 2

3) Adapun rumus yang digunakan untuk uji kesamaan dua rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut:

̅̅̅

̅̅̅

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

Dengan kriteria pengujian yang berlaku adalah, terima H0 jika t < t1-α

dan tolak H0 jika thitung mempunyai harga-harga lain. Derajat

kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 - 2) dengan peluang


(2)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data melalui proses pengolahan berdasarkan prosedur statistika mengenai “Perbedaan Minat Siswa Antara SMK Negeri 13 Dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan”, serta berdasarkan pada beberapa fakta dan data yang ada, yang penulis peroleh di lapangan. Dengan demikian penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kategori baik sekali dengan persentase skor ketercapaiannya sebesar 83,62%.

2. Minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kategori baik sekali dengan persentase skor ketercapaiannya sebesar 85,66%.

3. Minat siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis uji kesamaan dua rata-rata atau uji t yaitu berdasarkan hasil perhitungan data menunjukkan nilai Sig (2-tailed) adalah (0,001) < ½ α (0,025) sehingga Ho ditolak. Lebih lanjut, ditujukkan pula dengan rata-rata hasil angket siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi sedikit lebih tinggi yaitu 4,221546 dibanding siswa SMK Negeri 13 Bandung yaitu 4,090443.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan segala kerendahan hati ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran yang mudah-mudahan bermanfaat, sebagai berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran penjasorkes, pihak sekolah dan pihak-pihak lain yang terkait, perlu adanya inovasi dalam setiap proses pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan selalu tertarik akan materi pelajaran yang akan


(3)

65

didapatkan serta perhatian khusus terhadap sarana dan prasarana pembelajaran agar selalu menunjang kegiatan pembelajaran.

2. Bagi siswa, perlu pemahaman lebih mengenai makna dan manfaat yang dapat diperoleh dari setiap kegiatan pembelajaran penjasorkes agar selalu timbul keinginan dan kesadaran dalam mengikuti pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian dapat dikembangkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan spesifik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. 2009. Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK.

Dirman & Juarsih, C. (2014). Karakteristik Peserta Didik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Fauzi, R. (2011). Sekolah: Antara Negeri dan Swasta. [Online]. Diakses dari http://panjiirfan.wordpress.com/2011/05/25/sekolah-negeri-dan-sekolah-swasta-tangan-kanan-dan-kiri/.

Hanik. Minat Belajar. [Online]. Diakses dari

http://www.scribd.com/doc/21249216/MINAT-BELAJAR.

http://eprints.uny.ac.id/8471/3/bab2%20%3D08511241019.pdf

http://eprints.uny.ac.id/9246/3/BAB%202%20-%2010604227561.pdf

Ivancevich, N. M., Konopaske, E. & Matteson, H. T. (2006). Perilaku Dan Manajemen Organisasi. Erlangga.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Juditya, S. (2010). Hubungan antara Minat dan Sikap Siswa dengan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kamus Besar Bahasa Indonesia


(5)

67

Paturusi, A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

Radyuli, P. (2013). Proses Belajar Mengajar (PBM). [Online]. Diakses dari

http://popiradyuli89.blogspot.com/2013/05/proses-belajar-mengajar-pbm.html.

Riduwan & Kuncoro, E. A. (2011). Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Sahrikin, I. (2011). Pengaruh Reinforcement Terhadap Minat Siswa Dan Jumlah Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran Penjasorkes Di SMP Negeri 17 Kota Cirebon. (Tesis). SPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Saifur. (2012). Konsep dan Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online]. Diakses dari https://saifurss07.wordpress.com/2012/07/24/konsep-dan-prinsip-pembelajaran-pendidikan-jasmani/.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Septira, A. D. (2008). Motivasi Berolahraga Siswa SMP Negeri Dan Swasta Di Kota Cirebon Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga. (Skripsi). FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soemosasmito, S. (1988). Dasar, Proses, Dan Efektivitas Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sudjana & Ibrahim. (2000). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(6)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2014/2015. Bandung: UPI.

Wakhinuddin. (2010). Karakter Siswa SMK Berbasis Dimensi. [Online]. Diakses dari https://wakhinuddin.wordpress.com/2010/09/22/karakter-siswa-smk-berbasis-dimensi/

Wasti, S. (2013). Hubungan Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Tata Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang. [Online]. Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/viewFile/1032/869.

Wikipedia. Sekolah. [Online]. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah.

Wikipedia. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. [Online]. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_hierarki_kebutuhan_Maslow#cite_note -Goble-5.