ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK.

(1)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

oleh Tri Ayu Luthfiani

NIM 1002377

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


(2)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU

YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Oleh Tri Ayu Luthfiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

TRI AYU LUTHFIANI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU

YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Winny Liliawati, S.Pd., M.Si.. NIP. 197812182001122

Pembimbing II

Heni Rusnayati, M.Si. NIP. 196102021989012

Mengetahui


(4)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Ida Kaniawati, M.Si.


(5)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU

YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Abstrak

Proses mengembangkan kemampuan siswa berkaitan erat dengan kecerdasan yang dimiliki, karena setiap siswa memiliki berbagai macam kecerdasan. Selain itu tuntutan kurikulum 2013 mengenai pembelajaran terpadu pada jenjang Sekolah Dasar membuat guru harus menyiapkan pembelajaran menggunakan pembelajaran terpadu. IPBA merupakan disiplin ilmu yang terintegrasi di berbagai disiplin ilmu lain, dan pada jenjang Sekolah Dasar, IPBA diintegrasikan dalam mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia yang dipelajari dari kelas I hingga VI. Berdasarkan hal-hal tersebut sebuah penelitian mengenai pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk untuk dapat menanamkan karakter siswa Sekolah Dasar dilakukan. Subyek penelitian merupakan siswa kelas VI Sekolah Dasar Tunas Unggul tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 28 siswa dengan menggunakan metode penelitian kombinasi model/desain concurrent embedded (campuran tidak berimbang) dengan metode kuantitatif sebagai metode primer dan metode kualitatif digunakan sebagai metode sekunder. Instrumen yang digunakan berupa angket kecerdasan majemuk, angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi karakter siswa yang dibuat dalam 3 bentuk yaitu penilaian diri, penilaian rekan sejawat dan penilaian pengamat, lembar observasi keterlaksanaan aktivitas kecerdasan majemuk dan soal tes kemampuan pertimbangan moral siswa. Melalui pembelajaran yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa seluruh karakter dapat dimunculkan oleh siswa dengan persentase di atas 70%, persentase terbesar kemunculan karakter sebesar 93% untuk karakter religius dan persentase terendah kemunculan karakter sebesar 76% untuk karakter rasa ingin tahu. Selain itu aktivitas seluruh kecerdasan majemuk telah dimunculkan dengan persentase rata-rata kemunculan di atas 70%. Model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk dengan tema musim dapat dijadikan salah satu alternatif tema dalam pembelajaran di kelas.


(6)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALYSIS OF ELEMENTARY STUDENT’S SELF CHARACTER AND MULTIPLE INTELLIGENCE WITH SAINS INTEGRATED LEARNING

MODEL ACCOMODATING MULTIPLE INTELLIGENCE Abstract

Process of developing the student’s ability is closely related to intelligence possessed, because every student has various intelligence. Moreover, the demands of the curriculum 2013 concerning integrated learning at elementary school make teachers must prepare learning to using integrated learning. IPBA is discipline that integrated in a variety of other disciplines, and at elementary school level, IPBA integrated in science, social studies and Indonesian language who learned from 1st to 6th grade. Based on these things, a study of integrated learning that accommodates multiple intelligences to instill elementary school student’s character done. The research subjects are 28 students of 6th grade at Tunas Unggul Elementary School in academic year 2014/2015 by using combination research methods of concurrent embedded model / design (not balanced mix) with quantitative methods as the primary method and qualitative methods are used as a secondary method. Instruments used are multiple intelligences questionnaire, responses to learning activities student’s questionnaire, observation sheet used is observation sheet student character created in three forms, namely self-assessment, peer assessment and pengamat assessment, observation sheet of multiple intelligence activities and student moral penilaian test. Through learning has been implemented obtained results that all characters can be appear by students with percentage above 70%, the largest appearance percentage of characters is 93%, namely religious character and the lowest appearance percentage of character is 76%, namely curiosity characte. In addition, the entire activity of multiple intelligences has been appear by the average percentage above 70%. Integrated learning model that accommodates multiple intelligences with season theme can be used as an alternative theme in the classroom.


(7)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Balakang

Dewasa ini dunia pendidikan sedang menjadi sorotan tajam mengenai perkembangan moral siswa akibat meningkatnya berbagai macam kasus penyimpangan sosial yang dilakukan oleh siswa sekolah. Beberapa kasus penyimpangan sosial oleh siswa yang pernah menjadi sorotan media nasional yaitu kasus seorang siswa SD berusia 9 tahun yang mencabuli 6 anak TK (Handriansyah, 2014), kasus tewasnya seorang siswa kelas IV SD di Jakarta akibat dianiaya oleh kakak kelasnya yang dipicu setelah korban tanpa sengaja menyenggol makanan ringan yang dibawa oleh kakak kelasnya (Kuwado, 2014), 60% siswa kelas V dan VI dari 5 SD di Solo pernah merokok dan mulai rokok sejak kelas III (Septiyaningsih, 2014), siswa membolos ke warnet akibat kecanduan internet (Rahmi, 2012), 68% siswa SD sudah aktif mengakses konten porno (Zubaidah, 2013), sekitar 200 anak SD menjadi pecandu miras dan obat-obatan keras berbahaya di Jember (Halmien, 2013), 959 pelajar SD di DKI Jakarta terjerat narkoba (Rostanti, 2012) dan perkelahian atau tawuran antar siswa yang saat ini terjadi sudah merembet di kalangan siswa SD (Soebijoto, 2012). Berbagai macam penyimpangan sosial yang dilakukan oleh siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor tersebut antara lain lingkungan pergaulan antar teman, kurangnya pengawasan orang tua, produk hukum pemberantasan narkoba di Indonesia masih lemah, orang tua tidak memberikan pengawasan serta pendidikan seks yang benar kepada anaknya, tidak adanya pengendalian dari pemerintah dalam mengakses situs porno, biaya akses internet di warnet yang relatif murah meriah dan kepesatan perkembangan teknologi dan informasi yang tidak dapat dimanfaatkan dengan baik membuat siswa menggunakan teknologi untuk hal negatif. (Halmien, 2013; Rostanti, 2012; Zubaidah, 2013; Rahmi, 2012). Masalah-masalah penyimpangan moral tersebut sangat bertentangan dengan sila kedua Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi penyimpangan moral yaitu


(8)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memprioritaskan pendidikan karakter untuk membangun karakter anak bangsa agar dapat meneruskan nilai-nilai moral yang ada dimasyarakat. Hal tersebut


(9)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tercermin dari misi pembangunan nasional yang memposisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007).

Selain itu dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa penanaman karakter dalam diri peserta didik sama pentingnya dengan mengembangkan kemampuan siswa. Selain anak-anak yang cerdas dan memiliki skill yang mumpuni, suatu bangsa juga harus memiliki anak-anak yang berkarakter untuk dapat membangun suatu bangsa yang beradab. Pendidikan karakter dapat dikembangkan dengan beberapa cara seperti yang dikatakan oleh Zulnuraini (2012) yaitu mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran, pembiasaan, pengkondisian, serta pencontohan/teladan sehingga guru harus berupaya untuk melaksanakan strategi-strategi tersebut dengan maksimal di sekolah.

Pendidikan karakter penting diajarkan pada siswa sejak usia dini. Menurut Piaget (dalam Budimansyah, 2012) nilai moral dalam diri seseorang berkembang secara psikologis pada diri individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial. Pada usia dini, nilai-nilai karakter dapat ditanamkan dalam diri siswa lebih baik, karena pada usia dini 2-8 tahun seseorang dapat menerima aturan tanpa pemikiran dan pada usia 8-12 aturan diterima sebagai suatu kesepakatan. Pendidikan usia dini di sekolah dimulai dari PAUD hingga Sekolah Dasar. Siswa Sekolah Dasar menurut Piaget (dalam Budiman, 2012) berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak memiliki kemampuan mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk atau ciri lainnya, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat berubah kembali ke keadaan awal, anak memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah benda-benda tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut dan anak memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (sifat egosentrisme mulai menghilang). Pada tahap ini seorang anak


(10)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mulai mampu berfikir abstrak meskipun dengan bantuan hal konkret, selain itu anak-anak mulai bergaul dengan lingkungan yang lebih luas daripada lingkungan keluarganya dengan kemampuan memahami lingkungan yang lebih baik daripada tahap praoperasional, sehingga pendidikan di usia dini sangat penting dalam pembentukan karakter siswa.

Dalam membimbing siswa untuk mempelajari hal abstrak, guru harus menggunakan bantuan benda konkret sehingga pembelajaran yang dilaksanakan pada jenjang Sekolah Dasar sebaiknya dirancang agar materi yang dapat disampaikan dapat bersifat utuh dan menyeluruh. Oleh karenanya kurikulum 2013 menuntut pembelajaran untuk siswa SD bersifat terpadu atau tematik sebagai pendekatan yang digunakan mulai dari kelas I hingga kelas VI. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Permen No. 67 Tahun 2013).

Salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah IPBA. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) atau Earth and Space Sciences adalah integrasi dan sintesis dari fisika, biologi, kimia, oseanografi, meteorologi, geofisika, geologi, astrofisika, dan sains lainnya yang mempelajari kehidupan, bumi dan langit (Barstow & Geary, 2002). Oleh karenanya pembelajaran IPBA saling berkaitan dengan mata pelajaran lain, sehingga untuk dapat memahaminya secara menyeluruh pembelajaran yang dilakukan sebaiknya bersifat tematik. IPBA dipelajari di SD mulai dari kelas I hingga kelas VI dengan mengintegrasikannya dalam KD dibeberapa mata pelajaran, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selain itu pemerintah telah menetapkan tema-tema pembelajaran tentang IPBA mulai dari kelas I hingga kelas V yaitu tema “Peristiwa Alam” di kelas I, tema “Air, Bumi, dan Matahari” di kelas II, tema “mengenai Cuaca dan Musim” dan tema “Menjaga Kelestarian Lingkungan” di kelas III, tema “Daerah Tempat Tinggalku” di kelas IV dan tema “Peristiwa dalam Kehidupan” di kelas V. Namun untuk kelas VI belum ada tema yang secara khusus berkaitan dengan IPBA (Rustaman dkk., 2014). Pembelajaran tematik ini disesuaikan dengan perkembangan fisik dan


(11)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mental siswa pada tingkat pendidikan dasar, agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dan memahaminya secara menyeluruh.

Selain mempertimbangkan model dan pendekatan pembelajaran, suatu pembelajaran yang dirancang oleh guru harus mampu mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Sugiyanto, t.t.). Oleh karenanya pembelajaran di Sekolah Dasar sebaiknya mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa bergerak dan bekerja sama belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Salah satu teori yang dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar tersebut adalah teori kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk merupakan teori yang dikembangkan oleh Howard Gardner yang menjelaskan bahwa seorang manusia memiliki delapan kecerdasan, diantaranya verbal linguistik, logis matematis, visual spatial, musikal, naturalistik, interpersonal, intrapersonal, dan kinestetik (Gardner, 1999). Sehingga melalui pembelajaran yang berbasis kecerdasan majemuk, kegiatan pembelajaran yang dirancang dapat sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar. Akan tetapi hasil analisis yang dilakukan oleh Gardner, hanya ada dua kecerdasan yang dinilai dan diteskan di sekolah yaitu verbal linguistik dan logis matematis yang sering dikaitkan dengan istilah akademik (Davis et al., 2012). Selain itu pembelajaran IPBA di SD selama ini juga umumnya hanya mengakomodasi beberapa kecerdasan saja seperti verbal linguistik dan logis matematik (Johnson, 1994; Jasmine, 2007).

Berdasarkan hasil wawancara ke empat guru SD yang dilakukan oleh Rustaman dkk. (2014) mengenai pembelajaran IPBA di kelas diketahui bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran IPBA yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi dengan gambar. Terdapat kesulitan dalam pembelajaran IPBA yaitu kekurangan atau tidak sedianya alat peraga yang digunakan, sehingga membuat siswa kesulitan dalam memahami materi karena pembelajarannya menjadi bersifat hafalan. Dari metode yang digunakan dalam pembelajaran IPBA


(12)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat diperoleh keterangan bahwa melalui metode-metode tersebut beberapa kecerdasan majemuk dapat diakomodasi, yaitu verbal linguistik, interpersonal dan visual spatial.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada 52 orang siswa SD kelas VI menunjukkan hasil bahwa setiap siswa memiliki seluruh kecerdasan majemuk dengan porsi yang berbeda-beda. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa sebanyak 25% siswa memiliki kecerdasan dominan musikal, 23% siswa memiliki kecerdasan dominan intrapersonal dan 21% siswa memiliki kecerdasan dominan naturalistik. Dari uraian yang telah disebutkan, diketahui bahwa hanya beberapa kecerdasan majemuk yang sudah dapat terakomodasi, sehingga masih ada beberapa kecerdasan majemuk lain yang belum dapat terakomodasi, seperti kinestetik, interpersonal, naturalistik dan intrapersonal padahal semua siswa memiliki keseluruhan kecerdasan majemuk dengan kecerdasan dominan yang berbeda-beda. Hal ini membuat kecerdasan majemuk lain yang dimiliki oleh siswa kurang dapat dikembangkan. Sehingga sangat disayangkan apabila bakat serta potensi yang dimiliki oleh seorang siswa tidak dapat terasah dengan baik di sekolah.

Pentingnya pendidikan karakter dan pengakomodasian kecerdasan majemuk dalam pembelajaran di Sekolah didukung oleh Kagan (dalam Muchlas & Hariyanto, 2012) yang menyarankan empat subjek yang paling penting yang harus diberikan kepada siswa, yaitu kecerdasan emosi, pendidikan karakter, kebiasaan untuk sukses (habits for success), dan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Sehingga akan lebih baik jika pembelajaran di sekolah dapat mempertimbangkan keempat subjek tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis karakter diri dan kecerdasan majemuk siswa sekolah dasar pada model pembelajaran IPA terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, rumusan masalah umum dalam penelitian adalah menganalisis karakter dan kecerdasan majemuk


(13)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penerapan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk pada siswa Sekolah Dasar. Rumusan masalah khusus tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya:

1) Bagaimana profil kecerdasan majemuk siswa selama selama penerapan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk? 2) Bagaimana profil karakter siswa selama penerapan model pembelajaran

terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk?

3) Bagaimana keterkaitan kecerdasan majemuk dan karakter siswa selama penerapan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk?

4) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran IPBA menggunakan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum penelitian bertujuan ini untuk mengembangkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Secara khusus penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:

1) Menganalisis profil kecerdasan majemuk siswa selama selama penerapan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk. 2) Menganalisis profil karakter siswa selama penerapan model pembelajaran

terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk.

3) Menganalisis keterkaitan kecerdasan majemuk dan karakter siswa selama penerapan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk.

4) Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPBA menggunakan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk.

D. Manfaat/signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau signifikansi dari beberapa segi. Dari segi teori, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran terpadu, kecerdasan majemuk dan pendidikan karakter serta penilaian sikap sesuai dengan kurikulum 2013. Dari segi


(14)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebijakan, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan rancangan pendidikan karakter di sekolah. Dari segi praktik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Dari segi isu serta aksi sosial, penelitian ini dapat memberikan pengalaman kepada siswa yang mungkin belum pernah mereka alami untuk dapat mengetahui kecerdasan majemuk yang mereka miliki dan mengembangkan keseluruhannya dalam kegiatan pembelajaran.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari 5 bagian utama, yaitu pendahuluan, kajian pustaka/landasan teoritis, metode penelitian, temuan dan pembahasan, serta simpulan, implikasi dan rekomendasi. Bagian pertama yaitu pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan struktur organisasi skripsi. Selanjutnya bagian kedua yaitu kajian pustaka/ landasan teoretis menjelaskan mengenai konsep atau teori yang menjadi landasan dalam penelitian serta penelitian-penelitian terkait yang dapat mendukung penelitian. Bagian ketiga membahas tentang metode penelitian yang digunakan yang terdiri dengan desain penelitian, partisipan, tempat penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Bagian keempat membahas mengenai temuan dan pembahasan mengenai temuan yang diperoleh selama kegiatan penelitian berlangsung untuk menjawab rumusan permasalahan pada bagian pertama dikaitkan dengan teori yang dibahas pada bagian kedua. Bagian kelima yaitu simpulan, implikasi dan rekomendasi berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan pada temuan dan pembahasan pada bagian keempat serta rekomendasi terkait pelaksanaan penelitian dan pengembangan penelitian selanjutnya.


(15)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi model/desain concurrent embedded (campuran tidak berimbang). Metode kombinasi atau desain concurrent embedded (campuran tidak berimbang) adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif dengan campuran yang tidak berimbang (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, metode kuantitatif digunakan sebagai metode primer (porsi penggunaan metode lebih banyak), sedangkan metode kualitatif digunakan sebagai metode sekunder (porsi penggunaan metode lebih sedikit). Dengan menggunakan metode kombinasi ini, data yang diperoleh menjadi lebih akurat dan lengkap. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui kecerdasan majemuk dominan, profil kemampuan pertimbangan moral dan respon siswa selama pembelajaran, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil penelitian secara mendalam mengenai karakter dan kecerdasan yang dimunculkan selama pembelajaran melalui kegiatan observasi dan mengaitkan antara kecerdasan majemuk dan karakter.

Subyek Penelitian

Perlakuan : Model pembelajaran

terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk

Metode kualitatif

Metode KUANTITATIF

Observasi Kuesioner/

angket Analisis karakter

dan kecerdasan majemuk


(16)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK


(17)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 28 siswa. Subyek diobservasi selama kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk selama 4 pertemuan (20 jam pelajaran). Tempat penelitian dilakukan di SD Tunas Unggul Bandung.

C. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada metode kualitatif dilakukan melalui observasi dan didukung dengan wawancara. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif sedangkan wawancara dengan guru kelas yang dilaksanakan adalah wawancara tak berstruktur. Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari siswa sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2011). Sedangkan pada metode kuantitatif, teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui kuesioner (angket). Melalui kesioner peneliti memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa insterumen yang berbentuk angket, lembar observasi dan tes. Angket yang digunakan adalah angket kecerdasan majemuk dan angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, sedangkan lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi karakter siswa dan lembar observasi keterlaksanaan aktivitas kecerdasan majemuk. Lembar observasi karakter siswa dibuat dalam 3 bentuk yaitu penilaian diri, penilaian rekan sejawat dan observasi oleh pengamat. Karakter yang diukur selama penelitian menggunakan model pembelajaran IPA terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk mengikuti rujukan dari kedelapan belas karakter yang harus dimiliki oleh siswa seperti yang disebutkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2010). Tes yang digunakan adalah tes pertimbangan moral.

Angket kecerdasan majemuk yang digunakan merupakan hasil terjemahan dari versi asli getting to know your survey karya Laura Candler (2011). Angket ini


(18)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan untuk dapat menentukan kecerdasan dominan yang dimiliki oleh siswa SD kelas VI. Angket ini dapat digunakan untuk siswa kelas VI hingga siswa kelas IX. Angket respon siswa terhadap pembelajaran digunakan untuk menilai tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanan. Lembar observasi karakter siswa yang dibuat dalam bentuk penilaian diri, penilaian rekan sejawat dan observasi oleh pengamat digunakan untuk menilai karakter yang dimunculkan siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar penilaian diri diisi oleh siswa untuk menilai karakter diri yang ia munculkan selama pembelajaran, lembar penilaian rekan sejawat diisi oleh siswa untuk menilai karakter yang dimunculkan oleh salah satu teman sekelompoknya selama kegiatan pembelajaran dan lembar observasi oleh pengamat diisi oleh pengamat untuk menilai kerakter yang dimunculkan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran sedangkan lembar observasi keterlaksanaan kecerdasan majemuk digunakan untuk menilai aktivitas kecerdasan majemuk yang dimunculkan siswa selama kegiatan pembelajaran.

Tes yang digunakan adalah tes pertimbangan moral (moral penilaian test). Tes pertimbangan moral (moral penilaian test) yang digunakan merupakan tes pertimbangan moral karya Dr. Georg Lind (2013). Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui aspek afektif dari orientasi moral seseorang dan aspek kognitif dari kebiasaan moral seseorang yang disebut sebagai kompetensi pertimbangan moral (moral penilaian competence). Tes pertimbangan moral disusun untuk menilai kompetensi moral seseorang seperti yang didefinisikan oleh Lawrence Kohlberg yaitu kemampuan untuk membuat keputusan dan pertimbangan yang berkaitan dengan masalah moral dan bertingkah laku sesuai dengan pertimbangan yang telah dibuat (Kohlberg dalam Lind, 2013).

E. Analisis Data

Pada angket kecerdasan majemuk, terdapat 24 pernyataan yang mewakili kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa dan setiap pernyataan dinilai menggunakan skala Likert dengan skala penilaian 0-5. Setiap kecerdasan majemuk memiliki 3 buah pernyataan. Setiap pernyataan yang mewakili suatu


(19)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecerdasan dijumlahkan sesuai dengan jenis pernyataannya kemudian kecerdasan majemuk yang memiliki skor tertinggi merupakan kecerdasan dominan siswa. Seorang siswa dapat memiliki beberapa kecerdasan dominan jika ia mendapatkan jumlah skor tertinggi yang sama di beberapa kecerdasan majemuk. Setiap kecerdasan majemuk memiliki jumlah skor maksimal 15. Kecerdasan dominan siswa ditentukan dengan melihat jumlah skor maksimal tertinggi dari semua kecerdasan majemuk.

Angket respon siswa terhadap pembelajaran terdiri dari 10 pernyataan positif. Pemberian skor pada setiap pernyataan menggunakan skala Likert dengan skala penilaian 1-4. Analisis dilakukan untuk setiap pernyataan pada keseluruhan siswa. Skor setiap pernyataan dijumlahkan kemudian dibagi sebanyak skor maksimum untuk seluruh siswa dikali 100% sehingga diperoleh persentase untuk setiap pernyataan. Skor maksimum untuk seluruh siswa diperoleh dari perkalian jumlah siswa dengan skor maksimal untuk setiap pernyataan. Secara matematis ditulis sebagai berikut:

% = ∑ ×ℎ × %

Karakter yang dimunculkan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran dinilai berdasarkan lembar observasi yang dibuat dalam 3 bentuk penilaian, yaitu lembar penilaian diri, lembar penilaian rekan sejawat dan lembar observasi oleh pengamat. Penilaian diri dilaksanakan pada setiap akhir subtema yang terdiri dari beberapa nomor. Setiap nomor mewakili karakter yang dimunculkan. Setiap nomor terdiri dari 3 butir penyataan yang mewakili kemunculan karakter. Setiap nomor memiliki skor antara 1-3. Pemberian skor 3 diberikan jika siswa merasa melaksanakan 2 pernyataan yang disebutkan, skor 2 diberikan jika siswa merasa melaksanakan salah satu dari kedua pernyataan yang disebutkan, skor 1 diberikan jika siswa tidak merasa melaksanakan kedua pernyataan tersebut. Nilai akhir karakter untuk seluruh pertemuan didapatkan dengan menjumlahkan seluruh skor setiap karakter yang muncul dalam setiap pertemuan dibagi dengan jumlah pertemuan yang memunculkan karakter tersebut. Untuk memudahkan dalam


(20)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis, setiap nilai karakter dikonversi menjadi persentase dengan membagi nilai rata-rata karakter dengan nilai maksimal dikali 100%. Secara matematis, penilaian diri dan persentase kemunculan karakter dalam penilaian diri ditulis sebagai berikut:

− � =∑ �

� � % = − � %

Keterangan : PD = Penilaian diri SK = Skor karakter

Analisis data penilaian rekan sejawat serupa dengan penilaian diri. Lembar penilaian rekan sejawat memiliki jumlah nomor yang sama dengan penilaian diri. Hanya saja jika penilaian diri dilaksanakan pada setiap akhir subtema, penilaian rekan sejawat dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Penilaian ini terdiri dari beberapa nomor. Setiap nomor mewakili karakter yang dimunculkan. Setiap nomor terdiri dari 3 butir penyataan yang mewakili kemunculan karakter. Setiap nomor memiliki skor antara 1-3. Pemberian skor 3 diberikan jika siswa menganggap teman sekelompoknya melaksanakan 2 pernyataan yang disebutkan, skor 2 diberikan jika siswa menganggap teman sekelompoknya melaksanakan salah satu dari kedua pernyataan yang disebutkan, skor 1 diberikan jika siswa menganggap teman sekelompoknya melaksanakan kedua pernyataan tersebut. Nilai akhir karakter untuk seluruh pertemuan didapatkan dengan menjumlahkan seluruh skor pertiap karakter yang muncul dalam setiap pertemuan dibagi dengan jumlah pertemuan yang memunculkan karakter tersebut. Untuk memudahkan


(21)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam analisis, setiap nilai karakter dikonversi menjadi persentase dengan membagi nilai rata-rata karakter dengan nilai maksimal dikali 100%. Secara matematis, penilaian rekan sejawat dan persentase kemunculan karakter dalam penilaian rekan sejawat ditulis sebagai berikut:

− =∑ �

� % = − %

Keterangan :

PRS = Penilaian rekan sejawat SK = Skor karakter

Penilaian karakter melalui observasi oleh pengamat dilakukan dengan membagi pengamat untuk mengobservasi kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa. Setiap siswa diberikan sebuah name tag yang harus digunakan setiap kegiatan pembelajaran, sehingga pengamat dapat mengenali siswa yang mereka nilai. Lembar observasi oleh pengamat terdiri dari beberapa nomor yang mewakili karakter dan setiap nomor terdiri dari 3 buah penyataan yang mewakili kemunculan karakter. Setiap nomor memiliki skor antara 1-3. Pemberian skor 3 diberikan jika pengamat menganggap siswa melaksanakan 2 pernyataan yang disebutkan, skor 2 diberikan jika pengamat menganggap siswa melaksanakan salah satu dari kedua pernyataan yang disebutkan, skor 1 diberikan jika pengamat menganggap siswa tidak melaksanakan kedua pernyataan tersebut. Nilai akhir karakter untuk seluruh pertemuan didapatkan dengan menjumlahkan seluruh skor pertiap karakter yang muncul dalam setiap pertemuan dibagi dengan jumlah pertemuan yang memunculkan karakter tersebut. Untuk memudahkan dalam analisis, setiap nilai karakter dikonversi menjadi persentase dengan membagi nilai rata-rata karakter dengan nilai maksimal dikali 100%. Penilaian melalui observasi oleh pengamat dan persentase kemunculan karakter pada penilaian observasi oleh pengamat secara matematis ditulis menggunakan persamaan berikutt:


(22)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

− = ∑ �

� % = − %

Keterangan :

PO = Penilaian observasi oleh pengamat SK = Skor karakter

Selain menilai karakter dengan meninjau berdasarkan penilaian diri, penilaian rekan sejawat dan observasi oleh pengamat, penilaian karakter juga dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata keseluruhan penilaian untuk setiap karakter. Menurut Kumaidi dan Manfaat (2013), nilai rata-rata (mean) dihitung dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya observasi/penilaian (n). Sehingga untuk menghitung nilai rata-rata karakter setiap pertemuan, skor penilaian yang digunakan (penilaian diri, penilaian rekan sejawat dan atau penilaian melalui observasi oleh pengamat) dijumlahkan dibagi banyaknya penilaian. Nilai rata-rata karakter untuk seluruh pertemuan didapatkan dengan menjumlahkan nilai rata-rata karakter setiap pertemuan dibagi dengan jumlah pertemuan yang memunculkan karakter. Untuk memudahkan dalam analisis, setiap nilai rata-rata karakter keseluruhan untuk seluruh pertemuan dikonversi menjadi persentase dengan membagi nilai rata-rata karakter keseluruhan untuk seluruh pertemuan dengan nilai maksimal dikali 100%. Secara matematis, nilai rata-rata karakter setiap pertemuan, nilai rata-rata karakter untuk seluruh pertemuan dan persentase kemunculan karakter keseluruhan ditulis sebagai berikut:

̅̅̅̅̅̅̅= ℎ ℎ

/ �

̅̅̅̅̅̅̅̅̅=̅̅̅̅̅̅̅� − + �̅̅̅̅̅̅̅ − ⋯


(23)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

̅̅̅̅̅̅̅ = Nilai rata-rata karakter per pertemuan

̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = Nilai rata-rata karakter secara keseluruhan

Aktitivitas siswa yang memunculkan kecerdasan majemuk dinilai dengan cara menilai keterlaksanaan untuk setiap aktivitas yang mengakomodasi kecerdasan majemuk siswa. Penilaian dilakukan oleh pengamat dengan cara yang sama seperti pada penilaian observasi karakter oleh pengamat. Skor untuk setiap aktivitas adalah 0-1. Skor 0 menunjukkan aktivitas yang mengakomodasi suatu kecerdasan tidak dimunculkan/dilaksanakan oleh siswa, sedangkan skor 1 menunjukkan aktivitas yang mengakomodasi suatu kecerdasan dimunculkan/dilaksanakan oleh siswa. Untuk mengetahui persentase kemunculan aktivitas kecerdasan majemuk siswa digunakan persamaan :

� � % =∑ Kegiatan yang mengakomodasi KM ×∑ Keterlaksanaan aktifitas KM %

Keterangan :

KM = Kecerdasan majemuk Tes pertimbangan moral terdiri dari 2 dilema, setiap dilema terdiri dari 6 buah pernyataan yang bersifat pro dan kontra. Keenam pernyataan ini mewakili keenam tahapan orientasi moral Kohlberg. Pola dari jawaban untuk 24 argumen akan menunjukkan level kualitas moral dari argumen saat partisipan mempertimbangkannya. Dengan menghitung perbandingan variasi respon kecemasan dan mengalikannya dengan 100 diperoleh nilai skor C yang memiliki skala antara 0-100 (Lind, 2013). Skor C ini menunjukkan kemampuan untuk mempertimbangkan sebuah argumen berdasarkan kualitas moral. Secara umum skor C antara 0-9 menunjukkan kompetensi moral sangat rendah, antara 10-29 menunjukkan kompetensi moral sedang dan skor C di atas 30 menunjukkan kompetensi moral tinggi.


(24)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah memperoleh persentase kemunculan karakter dan skor C dapat dicari nilai koefisien korelasi menggunakan korelasi rank Spearman untuk dapat mengetahui korelasi antara karakter dan kemampuan pertimbangan moral siswa. Untuk mendapatkan nilai korelasi rank Spearman digunakan aplikasi SPSS. dengan ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan arah hubungan kedua variabel adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang positif. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.1. (Sugiyono, 2007).

Tabel 3.1. Arti harga koefisien korelasi

F. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam melakukan penelitian ini dibagi menjadi 6 tahap utama. Tahap 1 adalah menentukan fokus dan rumusan masalah. Fokus dan rumusan masalah dilakukan setelah studi lapangan mengenai permasalahan yang akan dibahas. Studi lapangan dilakukan dengan menyebarkan angket dan wawancara dengan guru kelas 6 untuk dapat mengidentifikasi pengetahuan awal siswa, mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran IPBA dan mengidentifikasi kecerdasan majemuk.

Setelah sudah ditentukan fokus dan rumusan masalah, tahap selanjutnya yaitu tahap 2 melakukan kajian teori. Kajian teori berkaitan dengan pencarian teori yang sesuai dengan pemecahan masalah. Kajian teori dilakukan dengan melakukan studi literatur dengan menganalisis materi IPBA SD kelas VI, menganalisis materi disiplin ilmu lain, mengidentifikasi tema, kecerdasan


(25)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

majemuk dan pendidikan karakter. Selain itu pada tahap kajian teori juga dilakukan perancangan model pembelajaran dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan. Perancangan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah merancang silabus dan RPP yang akan digunakan, LKS serta media pembelajaran dan bahan ajar. Persiapan instrumen yang akan digunakan dimulai dengan merancang instrumen yang akan digunakan yaitu lembar observasi karakter yang dibuat dalam bentuk lembar penilaian diri, penilaian rekan sejawat dan penilaian pengamat. Selain itu instrumen lain yang dirancang adalah lembar observasi keterlaksanaan aktivitas kecerdasan majemuk dan angket respon siswa. Setelah instrumen selesai dibuat, instrumen yang berupa lembar observasi karakter kemudian dinilai oleh dosen ahli untuk mengetahui kualitas dari instrumen tersebut.

Tahap 3 merupakan tahap pengumpulan dan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data hasil observasi terhadap karakter dan aktivitas kecerdasan majemuk yang dimunculkan oleh siswa selama pembelajaran, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner atau angket dalam bentuk tes pertimbangan moral, tes kecerdasan majemuk dan angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan kegiatan mendatangi sekolah yang dijadikan objek penelitian dan mengurus perijinan yang dibutuhkan, selanjutnya melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk dan pengumpulan data menggunakan lembar observasi karakter, lembar observasi keterlaksanaan aktivitas kecerdasan majemuk, dan angket respon siswa. Setelah itu dilakukan analisis data secara terpisah. Setelah seluruh data dikumpulkan, dilanjutkan ke tahap 4 yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Pada bagian analisis ini, kedua data dianalisis dan dicari hubungan antara keduanya untuk dapat saling memperkuat data. Tahap 5 dilakukanlah penyajian data yang telah dianalis tersebut. Setelah selesai, masuk ke tahap 6 yaitu menarik kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan kemudian memberikan saran terkait penelitian yang telah dilaksanakan. Alur penelitian disajikan dalam Gambar 3.2.


(26)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Alur metode penelitian kombinasi concurrent embedded, model metode kuantitatif sebagai metode primer

Fokus dan rumusan masalah

Kajian Teori

Pengumpulan dan analisis data kualitatif

Pengumpulan dan analisis data KUANTITATIF

Analisis Data kualitatif dan KUANTITATIF Penyajian data

Hasil Penelitian Kesimpulan


(27)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan dan Implikasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran IPA terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk dapat menanamkan karakter siswa. Melalui analisis kecerdasan majemuk disimpulkan bahwa mayoritas siswa di kelas memiliki kecerdasan dominan musikal dan kinestetik dengan kecerdasan logis matematis sebagai kecerdasan majemuk dominan yang paling sedikit dimiliki oleh siswa. Siswa secara keseluruhan sudah melakukan aktivitas yang memunculkan kecerdasan majemuk. Aktivitas yang terlaksana paling baik adalah aktivitas yang mengakomodasi kecerdasan naturalistik dan musikal. Dari hasil analisis kecerdasan majemuk dominan dan aktivitas siswa yang memunculkan kecerdasan majemuk, diketahui masih terdapat ketidaksesuaian yang ditunjukkan melalui aktivitas siswa yang memunculkan kecerdasan majemuk pada kecerdasan majemuk dominannya tidak dapat terlaksana seluruhnya.

Dari analisis karakter, pada aspek afektif yang menunjukkan kemunculan karakter diri siswa diperoleh hasil bahwa keseluruhan karakter siswa yang diukur dapat dimunculkan dengan persentase terbesar adalah religius dan terendah rasa ingin tahu dan pada aspek kognitif yang diukur menggunakan tes pertimbangan moral diperoleh bahwa skor C rata-rata siswa berada pada kategori sedang. Selain itu dari hasil analisis ditemukan bahwa kemampuan pertimbangan moral siswa tidak mempengaruhi karakter yang dimunculkan, karena pada beberapa karakter seperti karakter kerja keras, disiplin, jujur dan mandiri pada kelompok kemampuan pertimbangan moral sangat rendah memunculkan karakter dengan persentase yang paling tinggi daripada kelompok kemampuan pertimbangan moral sedang dan tinggi, selain itu berdasarkan hasil uji korelasi produk momen Pearson juga menunjukan bahwa hubungan yang dimiliki antara karakter dan skor C siswa berada pada kategori rendah dan sangat rendah.


(28)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan melakukan analisis terhadap kecerdasan majemuk dan karakter siswa dan mengaitkan antara keduanya, diperoleh hasil bahwa pada kelompok kecerdasan majemuk dominan naturalistik, siswa paling menonjol pada karakter gemar membaca, kelompok kecerdasan majemuk dominan musikal paling menonjol pada karakter religius dan disiplin, kelompok kecerdasan majemuk dominan kinestetik paling menonjol pada karakter religius dan kelompok kecerdasan majemuk dominan intrapersonal paling menonjol pada karakter mandiri. Selain itu karakter mandiri dan religius merupakan karakter menonjol yang paling banyak dimiliki oleh siswa di berbagai kecerdasan dominan. Selain itu ditemukan bahwa kecerdasan dominan siswa dapat mempengaruhi kemampuan pertimbangan moral siswa yang ditunjukan pada kelompok siswa dengan kecerdasan dominan logis matematis memiliki kemampuan pertimbangan moral pada katagori tinggi. Melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang mengakomodasi kecerdasan majemuk, siswa sudah dapat memberikan respon positif.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai pembelajaran menggunakan model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan antara lain:

1. Model pembelajaran terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk dengan tema musim dapat dijadikan salah satu alternatif tema dalam pembelajaran di kelas.

2. Pada kegiatan berkelompok, siswa dapat divariasikan berdasarkan jenis kecerdasan majemuk yang dimilikinya.

3. Aktivitas siswa yang memunculkan kecerdasan majemuk lebih dibuat bervariasi dan sebaiknya disesuaikan dengan kecerdasan majemuk dominan siswa.

4. Selain mengukur kemampuan pertimbangan moral, sebaiknya kegiatan belajar juga diarahkan untuk mengasah kemampuan pertimbangan moral siswa. Kemampuan pertimbangan moral siswa dapat dikembangkan


(29)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui diskusi bersama guru membahas permasalahan moral yang berkembang dimasyarakat.


(30)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A., Laei, S., & Ahmadyan, H. (2013). The effect of teaching strategy based on multiple intelligences on student’s academic achievement in science course. Universal Journal of Educational Research, 1(4), hlm. 281-284. Afandi, S. (2014). Astaga, Bocah 9 Tahun dan 2 Kakaknya Lakukan Pencabulan.

[Online]. Diakses dari

http://www.rri.co.id/post/berita/78201/nasional/astaga_bocah_9_tahun_dan_2 _kakaknya_lakukan_pencabulan.html.

Ahmadi, I.K., & Amri, S. (2014). Pengembangan dan model pembelajaran tematik integratif. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya

Alhaddad, i. (2012). Penerapan teori perkembangan mental piaget pada konsep kekekalan panjang. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 1(1). hlm. 31-44.

Aqib, Z. (2011). Panduan dan aplikasi pendidikan karekter. Bandung: Yrama Widya

Barstow, D. & Geary, Ed. (2002). Revolution in Earth and Space Science Education [Online]. Diakses dari //www.EarthScienceEdRevolution.org Benninga, J.S., Berkowitz, M.W., Kuehn, P., & Smith, K. (2003). The relationship

of character education implementation and academic achievement in elementary schools. Journal of Research in Character Education, 1(1), hlm. 19–32.

Budiman, N. (2012). Perkembangan peserta didik. Bandung: UPI Press

Budimansyah, D. (2012). Perancangan pembelajaran berbasis karakter. Bandung: Widya Aksara Press.

Budiningsih, C.A. (2004). Pembelajaran moral. Jakarta: Rineka Cipta

Candler, L. (2011). Multiple intelligence survey for kids. [Online]. Diakses dari www.lauracandler.com/free/misurvey


(31)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Davis, K., Christodoulou, J., Seider, S., & Gardner, H. (2012). The Theory of Multiple Intelligences. The Cambridge Handbook of Intelligence, hlm. 485-503.


(32)

Gangi, S. (2011). Differentiating instruction using multiple intelligences in the elementary school classroom: a literature review. (Tesis). The Graduate School University of Wisconsin-Stout, Menomonie, WI.

Gardner, H. (1999). The disciplined mind : What all students should understand. New York: Simon & Schuster.

Griggs, L., Barney, S., Sederberg, J.B., Collins, E., & Keith, S. (2009). Varying pedagogy to address student multiple Intelligences. Human Architecture: Journal of the Sociology of Self-Knowledge, 7(1), hlm. 55-60.

Halmien. (2013). Makin berani siswa tenggak minum keras dan pil. [Online]. Diakses dari http://banjarmasin.tribunnews.com/2013/11/08/makin-berani-siswa-tenggak-minum-keras-dan-pil

Handriansyah, H. (2014). Bocah 9 Tahun Cabuli 6 Anak TK. [Online]. Diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/280919.

Jasmine, J. (2007). Mengajar dengan metode kecerdasan majemuk. Bandung: Penerbit Nuansa.

Johnson, C. (1994). Howard Gardner: Re-defining Intelligence. Cardinal Principles, 6, (1), 67-69

Kartono. (2011). Efektivitas penilaian diri dan teman sejawat untuk penilaian formatif dan sumatif pada pembelajaran mata kuliah analisis kompleks. Prosiding Seminar Nasional Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta, hlm. 49-59.

Kumaidi & Manfaat, B. (2013). Pengantar metode statistika. Cirebon: Eduvison publishing.

Kumojoyo, A. (2011). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan majemuk siswa SD. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kusrahmadi, S.D. (2007). Pentingnya pendidikan moral bagi anak Sekolah Dasar. DinamikaPendidikan, (1), hlm.118-130.

Kustiana. (2003). Penerapan model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan pemahaman konsep di Sekolah Dasar. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(33)

Kustini, E. (2014). Penerapan model pembelajaran terpadu dengan pendekatan cooperative learning berbasis saintifik untuk meningkatkan hasil belajar IPA di Sekolah Dasar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Kuwado, F.J. (2014). Dianiaya Kakak Kelas, Bocah Kelas IV SD di Jakarta Tewas.

[Online]. Diakses dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/04/1140008/Dianiaya.Kakak.K elas.Bocah.Kelas.IV.SD.di.Jakarta.Tewas.

Lickona, T. (2013). Mendidik untuk membentuk karakter: bagaimana sekolah dpat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggung jawab. Jakarta: Bumi Aksara.

Liliawati, W. (2014). Pengembangan program perkuliahan IPBA terintegrasi yang mengakomodasi kecerdasan majemuk berorientasi penanaman karakter diri dan penguasaan konsep. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Lind, G. (2008). The meaning and measurement of moral judgment competence. A dual-aspect model. In: Daniel Fasko, Jr. & Wayne Willis, eds.: Contemporary philosophical and psycho-logical perspectives on moral development and education,hlm. 185-220

Lind, G. (2013). 35 Years of the moral Penilaian Test- Support for dual-aspect theory of moral development. [Online]. Diakses dari http://www.uni-konstanz.de/ag-moral/pdf/Lind-2013_30_years_moral_penilaian_test.pdf Lind, G. (2013). Scoring and Interpreting the Moral Judgment Test (MJT),

Moralisches Urteil-Test (MUT): An Introduction. [Online]. Diakses dari http://www.uni-konstanz.de/ag-moral/mut/mjt-intro.htm

Lumpkin, A. (2008). Teacher as role models teaching character and moral virtues. JOPERD, 79 (2).

Maryatun, I. B. (t.t). Kecerdasan majemuk. [Online]. Diakses dari staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MI.pdf

Mubarok, P.P. (2010). Efektivitas konseling kognitif-perilaku dalam mengurangi perilaku mencontek siswa kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(34)

Muchlas, S. & Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter : Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, B. (2005). Tahapan perkembangan anak dan pemilihan bacaan sastra anak, Cakrawala Pendidikan, 24(2), Hlm. 197-216

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2010). Kebijakan nasional pembangunan

karakter bangsa tahun 2010-2025. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2010). Kerangka acuan pendidikan karakter.

Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2011). Pelaksanaan pendidikan karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2013). Pendekatan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmi, H. (2012). Kecanduan Internet, Anak Pun Bolos Sekolah. [Online].

Diakses dari

http://teknologi.kompasiana.com/internet/2012/06/12/kecanduan-internet-anak-pun-bolos-sekolah-464059.html

Resmini,N. (2012). Model-model pembelajaran terpadu. [Online]. Diakses dari file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/1967110319 93032-novi_resmini/model_pembelajaran_terpadu.pdf

Rostanti, Q. (2012). 959 pelajar SD DKI Jakarta terjerat narkoba. [Online]. Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/menuju-jakarta-1/news/12/05/26/m4mifc-959-pelajar-sd-dki-jakarta-terjerat-narkoba

Runtuwene, L. (2012). Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk pencapaian kompetensi dalam pembelajaran, Pembinaan Guru Dan KKG & MGMP Agama Katolik. Tomohon.

Rustaman, N.Y., Liliawati, W., Rustaman, A., & Kusumah, R.D. (2014). Model pembelajaran IPBA terintegrasi yang mengakomodasi kecerdasan majemuk untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penanaman karakter siswa sekolah dasar. (Laporan Penelitian). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(35)

Septiyaningsih. (2013). Kawasan permakaman jadi favorit tempat merokok. [Online]. Diakses dari http://www.solopos.com/2013/06/04/siswa-sd-merokok-kawasan-permakaman-jadi-favorit-tempat-merokok-412512

Soebijoto. (2012). Tawuran Sudah Merembet ke Siswa SD. [Online]. Diakses dari http://regional.kompas.com/read/2012/03/07/10470286/Tawuran.Sudah.Mere mbet.ke.Siswa.SD%20diakses%20tanggal%205%20Oktober%202012. Sugiyanto. (t.t.). Karakteristik anak usia SD. [online]. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/karakteristik%20siswa%20sd.pdf Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta

Sukayati. (2004). Pembelajaran tematik di SD merupakan terapan dari pembelajaran terpadu, Diklat Instruktur atau Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut. Yogyakarta: Depdiknas.

Sulistyoningsih, M. (2010). Lesson study berbasis KM (kecerdasan majemuk), Seminar Nasional Lesson Study: Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study (hlm. 87-99). Semarang.

Sumantri, M. & Permana, J. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana

Thompson, W.G. (2002). The effects of character education on student behavior. (Disertasi). East Tennessee State University, Nashville.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Warsiti. (2011). Pembentukan karakter siswa Sekolah Dasar melalui pembelajaran IPA, Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta (hlm. 384-387). Solo.

Wuryandani, W., Maftuh, B., Sapriya & Budimansyah, D. (2014). Pendidikan karakter disiplin di Sekolah Dasar. Cakrawala Pendidikan, 33(2), hlm. 286-295.


(36)

Xie, J.C. & Lin, R.L. (2009). Research on multiple intelligences teaching and assessment. Asian Journal of Management and Humanity Sciences, 4(2-3), hlm. 106-124.

Yaumi, M. (2012). Pembelajaran berbasis multiple intelligences. Jakarta: Dian Rakyat

Zubaidah, N. (2013). 68 persen siswa SD sudah akses konten pornografi. [Online]. Diakses dari http://nasional.sindonews.com/read/801494/15/68-persen-siswa-sd-sudah-akses-konten-pornografi-1383484034

Zulfithratani, N. (2013). Peningkatan aktivitas belajar melalui pembelajaran tematik. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Zulnuraini. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu. Jurnal DIKDAS, 1(1).


(1)

Tri Ayu Luthfiani, 2015

ANALISIS KARAKTER DIRI DAN KECERDASAN MAJEMUK

SISWA SEKOLAH DASAR PADA MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Davis, K., Christodoulou, J., Seider, S., & Gardner, H. (2012). The Theory of Multiple Intelligences. The Cambridge Handbook of Intelligence, hlm. 485-503.


(2)

Gangi, S. (2011). Differentiating instruction using multiple intelligences in the

elementary school classroom: a literature review. (Tesis). The Graduate

School University of Wisconsin-Stout, Menomonie, WI.

Gardner, H. (1999). The disciplined mind : What all students should understand. New York: Simon & Schuster.

Griggs, L., Barney, S., Sederberg, J.B., Collins, E., & Keith, S. (2009). Varying pedagogy to address student multiple Intelligences. Human Architecture:

Journal of the Sociology of Self-Knowledge, 7(1), hlm. 55-60.

Halmien. (2013). Makin berani siswa tenggak minum keras dan pil. [Online]. Diakses dari http://banjarmasin.tribunnews.com/2013/11/08/makin-berani-siswa-tenggak-minum-keras-dan-pil

Handriansyah, H. (2014). Bocah 9 Tahun Cabuli 6 Anak TK. [Online]. Diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/280919.

Jasmine, J. (2007). Mengajar dengan metode kecerdasan majemuk. Bandung: Penerbit Nuansa.

Johnson, C. (1994). Howard Gardner: Re-defining Intelligence. Cardinal

Principles, 6, (1), 67-69

Kartono. (2011). Efektivitas penilaian diri dan teman sejawat untuk penilaian formatif dan sumatif pada pembelajaran mata kuliah analisis kompleks. Prosiding Seminar Nasional Matematika Universitas Muhammadiyah

Surakarta, hlm. 49-59.

Kumaidi & Manfaat, B. (2013). Pengantar metode statistika. Cirebon: Eduvison publishing.

Kumojoyo, A. (2011). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan

majemuk siswa SD. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kusrahmadi, S.D. (2007). Pentingnya pendidikan moral bagi anak Sekolah Dasar.

DinamikaPendidikan, (1), hlm.118-130.

Kustiana. (2003). Penerapan model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan

keterampilan berpikir dan pemahaman konsep di Sekolah Dasar. (Tesis).


(3)

Kustini, E. (2014). Penerapan model pembelajaran terpadu dengan pendekatan

cooperative learning berbasis saintifik untuk meningkatkan hasil belajar IPA di Sekolah Dasar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kuwado, F.J. (2014). Dianiaya Kakak Kelas, Bocah Kelas IV SD di Jakarta Tewas.

[Online]. Diakses dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/04/1140008/Dianiaya.Kakak.K elas.Bocah.Kelas.IV.SD.di.Jakarta.Tewas.

Lickona, T. (2013). Mendidik untuk membentuk karakter: bagaimana sekolah dpat

memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggung jawab.

Jakarta: Bumi Aksara.

Liliawati, W. (2014). Pengembangan program perkuliahan IPBA terintegrasi

yang mengakomodasi kecerdasan majemuk berorientasi penanaman karakter diri dan penguasaan konsep. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Lind, G. (2008). The meaning and measurement of moral judgment competence. A dual-aspect model. In: Daniel Fasko, Jr. & Wayne Willis, eds.:

Contemporary philosophical and psycho-logical perspectives on moral development and education,hlm. 185-220

Lind, G. (2013). 35 Years of the moral Penilaian Test- Support for dual-aspect

theory of moral development. [Online]. Diakses dari

http://www.uni-konstanz.de/ag-moral/pdf/Lind-2013_30_years_moral_penilaian_test.pdf Lind, G. (2013). Scoring and Interpreting the Moral Judgment Test (MJT),

Moralisches Urteil-Test (MUT): An Introduction. [Online]. Diakses dari

http://www.uni-konstanz.de/ag-moral/mut/mjt-intro.htm

Lumpkin, A. (2008). Teacher as role models teaching character and moral virtues.

JOPERD, 79 (2).

Maryatun, I. B. (t.t). Kecerdasan majemuk. [Online]. Diakses dari

staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MI.pdf

Mubarok, P.P. (2010). Efektivitas konseling kognitif-perilaku dalam mengurangi

perilaku mencontek siswa kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi). Universitas


(4)

Muchlas, S. & Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter : Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, B. (2005). Tahapan perkembangan anak dan pemilihan bacaan sastra anak, Cakrawala Pendidikan, 24(2), Hlm. 197-216

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2010). Kebijakan nasional pembangunan

karakter bangsa tahun 2010-2025. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2010). Kerangka acuan pendidikan karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2011). Pelaksanaan pendidikan karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2013). Pendekatan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmi, H. (2012). Kecanduan Internet, Anak Pun Bolos Sekolah. [Online].

Diakses dari

http://teknologi.kompasiana.com/internet/2012/06/12/kecanduan-internet-anak-pun-bolos-sekolah-464059.html

Resmini,N. (2012). Model-model pembelajaran terpadu. [Online]. Diakses dari file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/1967110319 93032-novi_resmini/model_pembelajaran_terpadu.pdf

Rostanti, Q. (2012). 959 pelajar SD DKI Jakarta terjerat narkoba. [Online]. Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/menuju-jakarta-1/news/12/05/26/m4mifc-959-pelajar-sd-dki-jakarta-terjerat-narkoba

Runtuwene, L. (2012). Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk pencapaian kompetensi dalam pembelajaran, Pembinaan Guru Dan KKG &

MGMP Agama Katolik. Tomohon.

Rustaman, N.Y., Liliawati, W., Rustaman, A., & Kusumah, R.D. (2014). Model

pembelajaran IPBA terintegrasi yang mengakomodasi kecerdasan majemuk untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penanaman karakter siswa sekolah dasar. (Laporan Penelitian). Universitas Pendidikan Indonesia,


(5)

Septiyaningsih. (2013). Kawasan permakaman jadi favorit tempat merokok. [Online]. Diakses dari http://www.solopos.com/2013/06/04/siswa-sd-merokok-kawasan-permakaman-jadi-favorit-tempat-merokok-412512

Soebijoto. (2012). Tawuran Sudah Merembet ke Siswa SD. [Online]. Diakses dari http://regional.kompas.com/read/2012/03/07/10470286/Tawuran.Sudah.Mere mbet.ke.Siswa.SD%20diakses%20tanggal%205%20Oktober%202012. Sugiyanto. (t.t.). Karakteristik anak usia SD. [online]. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/karakteristik%20siswa%20sd.pdf Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta

Sukayati. (2004). Pembelajaran tematik di SD merupakan terapan dari pembelajaran terpadu, Diklat Instruktur atau Pengembang Matematika SD

Jenjang Lanjut. Yogyakarta: Depdiknas.

Sulistyoningsih, M. (2010). Lesson study berbasis KM (kecerdasan majemuk),

Seminar Nasional Lesson Study: Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study (hlm. 87-99). Semarang.

Sumantri, M. & Permana, J. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana

Thompson, W.G. (2002). The effects of character education on student behavior. (Disertasi). East Tennessee State University, Nashville.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Warsiti. (2011). Pembentukan karakter siswa Sekolah Dasar melalui pembelajaran IPA, Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta (hlm. 384-387). Solo.

Wuryandani, W., Maftuh, B., Sapriya & Budimansyah, D. (2014). Pendidikan karakter disiplin di Sekolah Dasar. Cakrawala Pendidikan, 33(2), hlm. 286-295.


(6)

Xie, J.C. & Lin, R.L. (2009). Research on multiple intelligences teaching and assessment. Asian Journal of Management and Humanity Sciences, 4(2-3), hlm. 106-124.

Yaumi, M. (2012). Pembelajaran berbasis multiple intelligences. Jakarta: Dian Rakyat

Zubaidah, N. (2013). 68 persen siswa SD sudah akses konten pornografi. [Online]. Diakses dari http://nasional.sindonews.com/read/801494/15/68-persen-siswa-sd-sudah-akses-konten-pornografi-1383484034

Zulfithratani, N. (2013). Peningkatan aktivitas belajar melalui pembelajaran

tematik. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Zulnuraini. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu. Jurnal DIKDAS, 1(1).