GAYA BAHASA SARKASME DAN KEKHASAN BAHASA PENULIS PADA JUDUL RUBRIK KRIMINAL DI SURAT KABAR HARIAN Gaya Bahasa Sarkasme Dan Kekhasan Bahasa Penulis Pada Judul Rubrik Kriminal Di Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012.

(1)

GAYA BAHASA SARKASME DAN KEKHASAN BAHASA PENULIS PADA JUDUL RUBRIK KRIMINAL DI SURAT KABAR HARIAN

METEOR EDISI APRIL 2012

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah

Oleh:

ADIK OKI AFLIKHAH A310080045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

ABSTRAK

Adik Oki Aflikhah, NIM A 310080045, “Gaya Bahasa Sarkasme Dan Kekhasan Bahasa Penulis Pada Judul Rubrik Kriminal Di Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012”, skripsi, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 55 halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk gaya bahasa sarkasme pada judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012. Mendeskripsikan bahasa penulis yang digunakan dalam penulisan judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012. Mendeskripsikan interpretasi mahasiswa yang membaca judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012. Objek penelitian ini adalah gaya bahasa sarkasme yang terdapat pada judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualtatif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak. Metode ini digunakan untuk melakukan penyimakan langsung data yang diteliti, kemudian dilakukan pula dengan menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah pencatatan terhadap data-data den dilanjutkan dengan klasifikasi data dengan alat tulis tertentu. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan referensial dan metode agih bagi unsur langsung.

Berdasarkan analisis penelitian dapat disimpulkan bentuk gaya bahasa sarkasme pada judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor berupa ejekan yang terdiri atas ragam bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa campuran sebanyak 84%. Bentuk gaya bahasa sarkasme berupa sindiran terdiri atas ragam bahasa Indonesia sebanyak 16%. Interpretasi pembaca dengan profesi yang berbeda terdiri atas makna denotasi dan konotasi.

Kata kunci : gaya bahasa sarkasme, rubrik kriminal, harian meteor

1. Latar Belakang Masalah Pemakaian bahasa dalam surat kabar sudah selayaknya dikemas dalam bentuk yang menarik dan berkarakter. Dengan demikian akan memotivasi masyarakat untuk membaca surat kabar. Selain itu juga dapat membantu mempertahankan kedudukan surat kabar itu sendiri sebagai salah satu jenis komunikasi massa yang tetap digemari

mereka yang haus akan informasi.

Rubrik kriminal merupakan salah satu rubrik yang membahas masalah dunia kriminal atau perilaku kejahatan yang ada dalam dunia nyata, baik itu berupa pencurian, penipuan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Kriminalitas adalah kejahatan, perbuatan kriminil, perbuatan yang


(4)

melanggar hukum pidana (KBBI, 1992:526).

Dengan adanya berita kriminal tersebut masyarakat menjadi tertarik untuk membacanya. Dapat diakui bahwa berita kriminal itu lebih menarik dan menjadi pusat perhatian oleh pembaca bila dibandingkan dengan berita lain. Bisa dikatakan seperti itu karena bahasa yang digunakan dalam rubrik kriminal lebih terbuka dan cenderung kasar. Selain itu, penggunaan gaya bahasa sering dipakai.

Gaya bahasa sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati (Keraf, 2004:143).

Dalam rubrik kriminal tepatnya pada surat kabar harian meteor bahasa yang digunakan sebagian besar mengandung olok-olok dan ejekan. Bahasa ejekan tersebut biasanya dapat terlihat jelas pada bagian judul.

Judul ini saya pilih karena rubrik kriminal itu menarik untuk dibahas. Masyarakat lebih tertarik untuk membaca rubrik kriminal karena selain membuat penasaran, berita kriminal dalam surat kabar juga selalu hangat (up to date). Dapat diakui bahwa berita kriminal itu lebih menarik dan menjadi pusat perhatian oleh pembaca bila dibandingkan dengan berita lain. Bisa dikatakan seperti itu karena bahasa yang digunakan dalam rubrik kriminal lebih terbuka

dan cenderung kasar. Selain itu, penggunaan gaya bahasa sering dipakai.

2. Landasan Teori 2.1 Wacana

2.1.1 Pengertian Wacana

Samsuri (dalam Sumarlam, 2008:8) mengatakan bahwa wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.

2.2 Gaya Bahasa 2.2.1 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa dibatasi

sebagai cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakaian bahasa (Keraf, 2004: 113).

Jiwa kepribadian yang dimaksud adalah bagaimana seseorang penulis menggambarkan seseorang tokoh dengan bahasa yang khas dan gaya penulisnya. Gaya bahasa merupakan kata, dapat yang berupa kalimat yang digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan seseorang dari berbagai profesinya termasuk didalamnya adalah pengarang.


(5)

2.3 Sarkasme 2.3.1 Pengertian Sarkasme

Pengertian sarkasme berasal dari bahasa Yunani sarkasme yang diturunkan dari kata kerja sarkasein yang berarti merobek-robek daging seperti anjing, “menggigit bibir karena merah”, atau bicara dengan kepahitan (Keraf dalam Tarigan, 1985 : 92).

Purwadarminta (dalam Tarigan, 1986: 92) menjelaskan bahwa sarkasme adalah jenis gaya bahasa yang mengandung ejekan, olok-olok dan sindiran pedas yang menyakiti hati. Bila dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar.

Herma J. Waluyo dalam Susilo Adi S (2010) berpendapat bahwa sarkasme adalah penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau mengkritik. Jadi yang dimaksud dengan sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-kata kasar dan keras.

Dari beberapa pengertian diatas diketahui bahwa sarkasme adalah gaya bahasa yang menjadi bahasanya kasar dan keras mengandung unsur ejekan, olok-olok.

Sindiran dan celaan getir yang menyakiti hati.

2.3.2 Ciri – ciri Sarkasme

Ciri-ciri gaya bahasa sarkasme diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Maknanya mengandung olok-olok, ejekan, sindiran

2) Gaya bahasa yang mengatakan makna yang bertentangan

3) Gaya bahasa sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir

4) Bahasanya selalu mengandung kepahitan dan kurang enak didengar

5) Gaya bahasa sarkasme lebih kasar bila dibandingkan dengan gaya bahasa ironi dan sinisme.

2.3.3 Maksud Gaya Bahasa Sarkasme

Maksud dari gaya bahasa sarkasme adalah sebagai berikut:

1) Maksud umpatan. Celaan, candaan perkataan kasar yang timbul karena luapan amarah dari seseorang

2) Maksud ajakan. Mengajak dan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar berbuat serta mengikuti

perkataan yang

diucapkan.

3) Maksud pemberitahuan bahasa


(6)

sebagai alat komunikasi. Memberikan informasi atau berita kepada orang kedua.

2.4 Bentuk – bentuk Sarkasme

2.4.1 Ejekan Ejekan adalah suatu hinaan, olok-olok, cemooh, dan celaan yang getir yang ditujukan kepada orang lain secara langsung.

2.4.2 Sindiran Sindiran adalah sejenis ejekan dan celaan getir yang ditujukan kepada orang lain dengan secara tidak langsung atau bersifat menyindir.

2.5 Ragam Bahasa Jurnalistik

2.5.1 Pengertian Rosihan Anwar dalam

Khaerudin (2010)

mengungkapkan bahwa bahasa jurnalisik adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karangan-karangan jurnalistik di media masa. Jadi, hanya bahasa Indonesia pada karangan-karangan

jurnalistik sajalah yang bisa dikatakan atau digolongkan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers, bukan karangan-karangan opini (artikel, esai). Oleh karena itu, jika ada wartawan yang ingin menulis puisi, cerpen, esai, dan artikel karangan-karangannya ini tidak dapat digolongkan sebagai karangan jurnalistik. Bahan yang dipakai jurnalis dalam

menulis puisi, cerpen, artikel, atau esai tidak dapat digolongkan sebagai bahasa jurnalis karena hal itu memiliki harian tersendiri.

3.METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Strategi Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Mahsun (2005:174) berfokus pada penunjukkan makna, deskripsi, dan penempatan data dalam bentuk kata-kata dari pada dalam angka. Dengan kata lain, hasil penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang berupa gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.

3.2 Objek Penelitian Sasaran dalam penelitian ini adalah gaya bahasa sarkasme yang terdapat pada judul rubrik kriminal dalam Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012.

3.3 Data dan Sumber Data

3.3.1 Data

Didalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer dan dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah waca judul rubrik kriminal pada Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012. Adapun data sekundernya adalah kuesioner.


(7)

3.3.2 Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012.

3.4 Teknik pengumpulan data 3.4.1 Teknik Simak

Berdasarkan objek penelitian yang akan dianalisis tersebut maka penulis dalam menganalisis menggunakan metode simak dengan teknik catat, yaitu, menyimak dengan

menggunakan bahasa

(Sudaryanto, 1993: 133). Metode ini digunakan untuk

melakukan menyimak

langsung data yang diteliti, kemudian dilakukan pula dengan menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah pencatatan terhadap data-data dan dilanjutkan dengan klasifikasi data dengan alat tulis tertentu (Sudaryanto, 1993: 135). Teknik cata digunakan juga dalam penelitian ini yaitu dengan mencatat bahasa tulis bergaya bahasa sarkasme dalam wacana judul pada rubrik kriminal surat kabar harian meteor edisi maret 2010. 3.4.2 Kuesioner

Metode kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan data, peneliti memberikan sejumlah pertanyaan terkai data yang akan diteliti kepada informan. Dalam penelitian ini, kuesioner diberikan kepada 4 pembaca yaitu nama (pekerjaan).

3.5 Validitas Data

Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi.

Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif dari beberapa sumber dalam membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji. Berdasarkan perspektif sumber tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap tidak hanya sepihak sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh.

3.6 Teknik Analisis Data Analisis data menurut Moeleong, 2007: 280 adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan data yang berupa kata-kata, ganbar, dan bukan angka-angka dan disampaikan dalam bentuk verbal (Moeleong, 2007: 11).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Alat penentu metode padan ada 5 macam yaitu referen bahasa,


(8)

organ wicara, bahasa lain, bahasa tulis, dan mitra wicara.

Sub jenis metode padan adalah metode padan referensial, yaitu metode yang alat penentunya yaitu kenyataan yang ditunjukkan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto, 1993:14). Teknik yang digunakan adalah teknik dasar pilah unsur penentu, yaitu memilah tiga data yang bersangkutan dengan referen atau acuan. Dengan daya pilah itu dapat diketahui bahwa referen itu ada yang berupa benda, kerja, dan sifat (Sudaryanto, 1993: 21-22). Contoh analisis

Data (1) : “ Tikus Alas „Dijiret‟ ”

Analisis : Tikus Alas Dijiret Data (1) diatas terdiri dari 2 unsur, yaitu Tikus Alas, dan makelar dijiret. Dijiret adalah bahasa jawa yang dalam bahasa Indonesia artinya meringkus, tikus alas berarti orang yang mencuri kayu dihutan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti data (1) termasuk gaya bahasa sarkasme karena mempunyai maksud mengejek / mengolok-olok kepada seseorang yaitu tikus alas (pencuri kayu). Maksud kalimat tikus alas dijiret adalah penulis ingin menggambarkan seorang penjahat yang menebang kayu dihutan, padahal hutan itu milik perhutani.

Selain menggunakan metode padan, penelitian ini juga menggunakan metode

agih. Yaitu metode analisis yang alat penentuannya adalah didalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar metode agih adalah teknik bagi unsur langsung.

Contoh analisis teknik bagi unsur secara langsung adalah sebagai berikut:

Data (1) Tikus Alas Dijiret. dijiret (diringkus) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ditangkap.

3.7 Penyajian Hasil Analisis Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian datanya menggunakan penyajian informal, yaitu penelitian dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 143).

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Gaya Bahasa Sarkasme pada Judul Rubrik Kriminal Di surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012

Surat kabar harian Meteor merupakan salah satu surat kabar yang terbit setiap hari yang dilengkapi berbagai macam rubrik yamg berisi berita-berita.rubrik-rubrik tersebut diantaranya adalah rubrik politk, rubrik olahraga, rubrik kriminal, rubrik iklan dan rubrik ekonomi dan bisnis. Dapat dikatakan bahwa bahasa dalam surat kabar harian


(9)

Meteor cenderung kasar apabila dibandingkan dengan surat kabar harian lainnya.

Dari semua rubrik harian Meteor yang cenderung menggunakan bahasa kasar atau sarkasme adalah berita padar ubrik kriminal.bahasa yang digunakan banyak mengandung ejekan, olok-olok, dan sindiran yang menyakitkan hati. Semua bentuk ejekan dan celaan dalam surat kabar tersebut ditujukan pada pelaku tindak kriminal.

Gaya bahasa sarkasme adalah sejenis gaya bahasayang mengandung olok-olok,ejekan atau sindiran, pedas dan menyakitkan hati. Ciri utama gaya bahasa sarkasme adalah selalu mengandung kepahitan, celaan yang getir dan tidak enak didengar. Pada wacana judul rubrik kriminal di surat kabar harian Meteor ditemukan 25 data. 21 merupakan data bersifat ejekan,4 yang bersifat sindiran. Pengambilan data tersebut berdasarkan kalimat yang berhubungan dengan kata-kata pedas dan menyakitkan hati. 4.2 Pembahasan

4.2.1 Bentuk Gaya Bahasa Sarkasme pada Judul Rubrik Kriminal di Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012

Bentuk gaya bahasa sarkasme pada judul rubrik kriminal di surat kabar harian Meteor edisi April 2012 terdiri dari bahasa ejekan dan sindiran. Bahasa ejekan dengan berbagai macam ragam bahasa, yaitu ragam bahasa formal atau

Indonesia, daerah, dan asing. Ada 11 kata yang termasuk ragam bahasa Indonesia yang terinci sebagai berikut. Kriminal di bidang pendidikan sebanyak 2 data dan kriminal di bidang umum 9 data. Terdapat 10 data ragam bahasa jawa yaitu dua data ternasuk dalam kriminal di bidang pendidikan, satu data kriminal di bidang politik dan tujuh data kriminal di bidang umum.

Selain itu, ada gaya bahasa sarkasme yang berupa campuran. Campuran itu terdiri dari gabungan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah sebanyak 4 data yaitu kriminal di bidang umum sejumlah 1 data. Bahasa sindiran terdiri dari ragam bahasa nasional yaitu ragam bahasa jawa sebanyak 3 data dan ragam bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa jawa sebanyak 1 data.jadi keseluruhan berjumlah 25 data.

4.2.1.1 Ejekan

4.2.1.1.1 Ragam Bahasa

Nasional (Bahasa

Indonesia)

a) Kriminal di bidang pendidikan

Berikut ini data yang berhubungan dengan pendidikan.

(1) Dua pelajar njambret dibekuk

(2) Usai ujian mabuk diciduk

Kata tersebut menggunakan ragam bahasa Indonesia yang artinya merebut barang milik orang lain. Njambret itu cenderung kasar dan mengandung ejekan.

Data (2) berhubungan dengan pendidikan dan mengandung


(10)

ungkapan sarkasme yaitu ditandai dengan kata mabuk dan diciduk. Kata mabuk berarti minum minuman keras dan di ciduk artinya ditangkap.

b) Kriminal di bidang umum

Data yang berhubungan umum sebagai berikut.

(3) Polisi buru 4 garong SPBU PENGGUNG

(4) Toko laptop dibobol Rp 13 juta

(5) Sehari, garong bobol 2 tempat

(6) Garong gasak 3 Kg emas (7) Dua buronan pembobol rumah majikan dicokok

(8) Maling telat rabi gasak mas kawin

(9) Pasar Sunggingan dibobol maling

(10) Maling besi “kecoh” polisi (11) Mabuk tewas kecemplung sawah

Garong mengandung ugkapan sarkasme yang artinya kawanan pencuri. Kata garong merupakan gaya bahasa sarkasme yang cenderung kasar dan mengandung ejekan. Dibobol artinya dirusak atau dijebol. Keduanya termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Kata garong dan bobol merupakan kata kasar dan bermaksud mengolok-olok pelaku. Oleh karena itu keduanya termasuk dalam gaya bahasa sarkasme. Selanjutnya kata garong dan gasak. Garong artinya kawanan pencuri dan gasak artinya menerjang atau menghantamkan. Kata tersebut termasuk gaya bahasa sarkasme.

Data ke 7 dalam kriminal di bidang umum yaitu buronan dan

dicokok. Buronan artinya orang yang sedang diburu polisi dan dicokok artinya ditangkap. Kedua kata ini termasuk dalam bahasa sarkasme karena kata-katanya cenderung kasar dan bermaksud mengolok-olok.

Data selanjutnya terdapat kata maling dan gasak. Maling artinya orang yang mengambil barang milik orang lain secara sembunyi-sembunyi, sedangkan gasak berarti menerjang. Maling dan kasar terdengar sangat kasar dan bermaksud mengejek si pelaku.

Maling dan bobol pada kalimat pasar Sunggingan dibobol maling merupakan gaya bahasa sarkasme karena kata-katanya kasar, pedas dan bermaksud mengolok-olok. Selanjutnya ada kata maling dan kecoh. Maling artinya pencuri sedangkan cecoh berarti menipu. Keduanya sama-sama termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Data terkhir pada kriminal di bidang umum yaitu mabuk dan kecemplung. Mabuk artinya meminum minuman keras dan kecemplung artinya tercebur. Mabuk dan kecemlung bermaksud mengolok-olok jadi termasuk gaya bahasa sarkasme.

4.2.1.1.2 Ragam bahasa daerah (bahasa jawa)

a) Kriminal di bidang pendidikan

Data yang berhubungan dengan pendidikan sebagai berikut.

(12) Di larang main basket pelajar SMA minggat

(13)Mata siswa SMK YP „suwek‟


(11)

Gaya bahasa sarkasme yang berhubungan dengan masalah pendidikan yaitu kata minggat. Karena yang minggat ini adalah pelajar di sebuah SMA. Minggat mempunyai arti melarikan diri atau pergi tanpa minta ijin. Kata ini terkesan sangat kasar dan mengolok-olok si pelaku. Data berikutnya ada kata suwek yang dalam bahasa Indonesia artinya sobek. Kata suwek cenderung sangat kasar dan termasuk dalam gaya bahaya sarkasme.

b) Kriminal di bidang politik

Data yang berhubungan dengan politik sebagai berikut.

(14) „mbeling‟ terancam

di pecat

-DPRD godog Raperda jerat PNS nakal

Data tersebut mengandung gaya bahasa sarkasme yaitu pada kata mbeling dan godog. Mbeling berarti ngeyel atau nekat sedang godog dalam bahasa Indonesia artinya mematangkan atau mengolah. Jadi judul itu mempunyai makna DPRD memberi pengarahan kepada Raperda untuk menjerat PNS yang nakal.

c) Kriminal di bidang umum

Data yang berhubungan dengan umum sebagai berikut.

(15) Maling menthok remuk digajuli

(16) Meh maling, dua pemuda diremuk

(17) Golek pakan ternak motor diarit maling

(18) Mancing iwak, motor dipancing maling

Data pertama ada kata maling dan digajuli. Maling artinya mencuri dan digajuli itu bermakna di tendang berkali-kali. Maling dan digajuli itu termasuk dalam bahasa sarkasme karena kata-katanya cenderung kasar dan bermaksud mengejek.

Data selanjutnya ada kata maling dan diremuk. Maling artinya mencuri dan diremuk artinya dihancurkan. Kasar dan penuh sindiran, itulah yang terdapat dalam kedua kata ini.

Golek pakan ternak motor diarit maling. Kalimat ini bermakna saat mencari makan untuk ternak, motor dicuri. Motor diarit maling maksudnya motor dicuri oleh maling. Kata itu terdengar sangat kasar oleh karena itu kata ini termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Data terakhir dalam kriminal dalam bidang umum yaitu maling. Maling yaitu orang yang mengambil barang milik orang lain secara sembunyi-sembunyi. Kata ini sangat kasar dan alangkah baiknya jika diganti dengan kata pencuri.

4.2.1.1.3 Ragam bahasa

campuran (bahasa

Indonesia- bahasa Jawa) a) Kriminal di bidang umum

Data yang

berhubungan dengan umum sebagai berikut.

(19) Bandar miras dikukuti


(12)

(20) 2 blandong disergap, 2 kabur

(21)Mobil

dibobol,kamera Rp 17 juta digondol

Data pertama terdapat kata bandar miras dan dikukuti. Bandar mempunyai makna sebagai tempat berlabuh, orang yang mengendalikan suatu aksi dengan sembunyi-sembunyi, orang yang bermodal dalam perdagangan. Jadi bandar miras artinyaorang yang mempunyai dagangan berupa minuman keras dalam jumlah besar. Dikukuti artinya dibersihkan.kedua kata ini termasuk dalam gaya bahasa sarkasme karena mengandung sindiran dan ejekan.

Data kedua terdapat kata blandong dan disergap. Dalam bahasa jawa blandong itu tukang kayu. Disergap artinya ditangkap. Kata tersebut mengandung unsur sindiran dan ejekan. Judul ini bisa diperbaiki dengan kata yang baik menjadi dua tukang kayu ditangkap, dua kabur.

Data terakhir terdapat kata dibobol dan digondol. Dibobol artinya dirusak atau dijebol dan digondol itu mengambil tanpa ijin. Kedua kata itu kasar dan termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

4.2.1.2 Sindiran 1) Ragam bahasa Nasional Kriminal di bidang umum Data yang berhubungan dengan umum sebagai berikut.

a) Nguntal gamelan, simbah dikrecek

b) Nggembol dolanan, remaja di borgol

c) Tikus masjid ngutil dompet jamaah d) Tikus alas „dijiret‟

Data pertama dalam kriminal di bidang umum terdapat kata nguntal dan dikrecek. Nguntal mempunyai arti memakan dan dikecrek itu dalam bahasa Indonesia berarti diborgol atau ditangkap. Kata tersebut sangat kasar didengar jadi termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Data pertama ada kata nggembol yang artinya membawa barang disaku. Dalam kalimat ini nggembol diartikan sebagai perbuatan mencuri. Kalimat tersebut bermaksud menyindir pelaku jadi termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Tikus masjid dan ngutil merupakan gaya bahasa sarkasme karena bermaksud menyindir pelaku. Tikus bermakna binatang yang merugikan, dan tikus masjid diartikan sebagai orang yang merugikan dimasjid. Ngutil berarti mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Kedua kata tersebut termasuk dalam


(13)

gaya bahasa sarkasme karena cenderung kasar dan mengandung sindiran.

Tikus alas „dijiret‟ terdiri dari 2 unsur, yaitu Tikus Alas, dan dijiret. Dijiret adalah bahasa jawa yang dalam bahasa Indonesia artinya meringkus, tikus alas berarti orang yang mencuri kayu dihutan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti data tersebut termasuk gaya bahasa sarkasme karena mempunyai maksud mengejek atau mengolok-olok kepada seseorang yaitu tikus alas (pencuri kayu). Maksud kalimat tikus alas dijiret adalah penulis ingin menggambarkan seorang penjahat yang menebang kayu dihutan, padahal hutan itu milik perhutani.

4.3 Kekhasan Bahasa Penulis pada Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012

Sebagian besar

masyarakat berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi. Konten harian Meteor dominan untuk umum dan tepat untuk pangsa pasar menengah ke bawah. Sebagai koran daerah juga dilengkapi dengan konten lokal seperti rubrikasi keluarga, anak muda, wanita, hiburan dan kesehatan. Ini menjadikan isi semakin lengkap dan digemari pembaca keluarga.

Ciri surat kabar harian Meteor yaitu ingin memberi

informasi langsung dan tegas. Misalnya (a) SEMARANG— Polisi gadungan, malam kemarin beraksi di kasawan Jl Pandean Lamper II Semarang. (b) Pelaku yang berciri-ciri rambut cepak, dan membawa borgol itu memperdayai Zaenal (40) warga Jl Jeruk IV Lamper Lor Semarang. (c) Modusnya, pelaku menuduh korban mengencani seorang wanita tukang pijat (WP). (d) Lalu korban diancam akan diborgol dan digelandang ke Mapolwiltabes Semarang (M-3). Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa wartawan Harian Meteor menampilakan berita dalam bentuk narasi sehingga membaca harian tersebut akan terasa seperti membaca cerita pendek, namun tanpa dialog.

Wartawan Harian Meteor menggunakan kalimat tidak langsung dari informasi yang diberikan oleh korban kejahatan. Contoh (a) Kepada petugas Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polwiltabes Semarang, Sabtu (29/9) siang korban melaporkan, peristiwa itu terjadi ketika dirinya sedang berada di rumah, Jum‟at (28/9) sekitar pukul 20.00 WIB. (b) Pelaku mengaku dari Polwiltabes

Semarang yang akan

menanyakan seputar kasus tukang pijat (M-3). Harian Meteor juga ingin membuat variasi dalam penyajian berita, seperti kutipan berikut (a) Tapi belum sempat mengelak, pelaku buru-buru mengeluarkan borgol, sembari meminta korban menyerahkan uang sebagai


(14)

kompensasi agar tidak diborgol. (b) Namun, korban tidak bisa memberi uang yang diminta pelaku, sebab dirinya tidak membawa duit (M-3). Ciri selanjutnya yaitu Harian Meteor menitikberatkan pada pelaku kejahatan, siapa, ciri-cirinya apa, baru kemudian korban, siap dan tinggal di mana.

Harian Meteor lebih banyak pada kronologi. Pembaca Harian Meteor ditempatkan pada posisi „lemah‟ tanpa diberi kesempatan berargumentasi, dalam arti pembaca „dipaksa‟ menikmati apa pun yang disuguhkan. Hal ini dibuktikan dengan sajian berita kriminal yang ditata menurut kronologi peristiwa dan diselingi dengan kutipan langsung. Di samping itu, penggunaan alih kode ke dalam bahasa Jawa memberi warna makna yang lebih menyentuh kalbu pembaca.

4.4 Interpretasi para Pembaca yang Membaca Judul Rubrik Kriminal yang ada di Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012

Interpretasi merupakan suatu tindakan untuk memberi makna dari apa yang dibaca atau ditulis oleh seseorang.makna adalah isi yang terkandung dalam rangkaian kata-kata yang membentuk frase, klausa dan kalimat. Makna adalah isi yang terkandung di dalam bentuk-bentuk bahasa yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.

Interpretasi narasumber dengan profesi yang berbeda yaitu profesi guru, pegawai kesehatan, wiraswasta, dan mahasiswa. Profesi guru yang

berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data. Profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data. Profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data. Profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data.

Makna denotasi

dimaksudkan makna kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas, polos, dan apa adanya berdasarkan makna yang sebenarnya atau makna dasar. Makna konotasi yaitu makna yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang biasanya bersifat emosional dan bukan makna yang sebenarnya.

4.4.1 Interpretasi Profesi Guru dan profesi wiraswasta

Interpretasi profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11data, sedangkan makna konotasinya sebanyak 14 data. Hal itu dapat dirinci sebagai berikut.

1) Makna Denotasi Interpretasi denotasi oleh guru antara lain.

a) Di larang main basket pelajar SMA minggat

b) 2 blandong disergap, 2 kabur

c) Polisi buru 4 garong SPBU PENGGUNG

d) Toko laptop dibobol Rp 13 juta

e) „mbeling‟ terancam


(15)

f) Mata siswa SMK YP „suwek‟

g) Maling menthok

remuk digajuli

h) Sehari, garong bobol 2 tempat

i)Pasar Sunggingan dibobol maling

j)Maling besi “kecoh” polisi

k) Mabuk tewas

kecemplung sawah

2) Makna Konotasi Interpretasi konotasi oleh guru antara lain.

a) Nguntal gamelan, simbah dikrecek

b) Bandar miras

dikukuti

c) 2 pelajar njambret dibekuk

d) Nggembol dolanan, remaja di borgol

e) Mobil

dibobol,kamera Rp 17 juta digondol

f) Maling telat rabi gasak mas kawin

g) Tikus masjid ngutil dompet jamaah

h) Meh maling, dua pemuda diremuk

i)Usai ujian mabuk diciduk j)Garong gasak 3 Kg emas k) Golek pakan ternak motor diarit maling

l)Mancing iwak, motor dipancing maling

m) Dua buronan

pembobol rumah majikan dicokok

n) Tikus alas „dijiret‟

4.4.2 Interpretasi

Profesi Pegawai

Kesehatandan profesi Mahasiswa

Interpretasi profesi pegawai kesehatan yang berupa makna denotasi sebanyak 11data, sedangkan makna konotasinya sebanyak 14 data.hal itu dapat dirinci sebagai berikut.

1) Makna Denotasi

Interpretasi denotasi oleh pegawai kesehatan antara lain. a) Di larang main basket pelajar SMA minggat

b) Bandar miras dikukuti c) 2 blandong disergap, 2 kabur d) Toko laptop dibobol Rp 13 juta

e) Nggembol dolanan remaja diborgol

f) Maling menthok remuk digajuli

g) Sehari, garong bobol 2 tempat

h) Pasar Sunggingan dibobol maling

i) Golek pakan ternak motor diarit maling

j) Maling besi “kecoh” polisi k) Mabuk tewas kecemplung sawah

2) Makna Konotasi

Interpretasi konotasi oleh pegawai kesehatan antara lain. a) Nguntal gamelan, simbah

dikrecek

b) 2 pelajar njambret dibekuk c) Polisi buru 4 garong SPBU

Penggung

d) Mobil dibobol, kamera Rp 17 juta digondol

e) Mbeling terancam dipecat f) Mata siswa SMK YP suwek g) Maling telat rabi gasak mas

kawin

h) Tikus masjid ngutil dompet jamaah


(16)

i)Meh maling, dua pemuda diremuk

j)Usai ujian mabuk diciduk k) Garong gasak 3 Kg emas

l)Mancing iwak, motor dipancing maling

m) Dua buronan

pembobol rumah majikan dicokok

n) Tikus alas „dijiret‟

5. Kesimpulan

Gaya bahasa sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung ejekan atau olok-olok dan sindiran pedas

yang menyakiti

hati.gayabahasa sarkasme banyak dijumpai pada tulisan judul rubrik kriminal yang bersifat mengejek. Data daya bahasa dalam penelitian ini sebanyak 25 data.

Berdasarkan hasil analisis dari responden dan data di atas, peneliti dapat menarik beberapa simpulan seperti di bawah ini.

5.1 Bentuk ragam gaya bahasa sarkasme pada judul

rubrik kriminal di Surat Kabar Harian Meteor edisi April 2012 terdiri atas ragam bahasa nasional (bahasa Indonesia), ragam bahasa daerah (jawa), dan ragam bahasa campuran (bahasa Indonesia-bahasa jawa).

5.2 Kekhasan Bahasa Penulis pada rubrik kriminal Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012. Harian Meteor menampilakan berita dalam bentuk narasi sehingga membaca harian tersebut akan terasa seperti membaca cerita pendek, namun tanpa dialog. Harian Meteor lebih menghindari cara penulisan berita yang cenderung kasar dan sensual karena dapat berdampak buruk bagi pembaca.

5.3 Interpretasi antar profesi berbeda yang membaca wacana pada judul rubrik kriminal di Surat Kabar Harian Meteor edisi April 2012 terdiri dari makna denotasi dan konotasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adi s, susilo. 2010. “Gaya Bahasa (stilistika dan unsur retorika)”. http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2010/08/09/gaya-bahasa-stilstika-dan-retorika

Herlina, Eli. 2007. “Kajian Penggunaan Gaya Bahasa Sarkasme Pada Tuturan Remaja (Tinjauan Sosiolinguistik)”. Skripsi. UNNES.

Keraf, Gorys. 2000. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. __________. 2004. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Moeloeng, Lexy J. 2007. Metodolologi penelitian kualitatif. Bandung : remaja rosdakarya


(17)

Resvitayani, Arsyi. 2010. Majas Sarkasme Dalam Penulisan Komentar Pada

Grup Facebook “Cicak Vs Buaya”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Sumarlam. 2008. Teori Dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Supriyanto, Didik. 2005. “Analisis Gaya Bahasa Alegori Dan Ironi Pada Lagu

Iwan Fals Dalam Album Manusia Setengah Dewa” . Skripsi. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. __________________. 1986. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Kurniawan, Khaerudin. 2010. “Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik”.


(1)

(20) 2 blandong disergap, 2 kabur

(21)Mobil

dibobol,kamera Rp 17 juta digondol

Data pertama terdapat kata bandar miras dan dikukuti. Bandar mempunyai makna sebagai tempat berlabuh, orang yang mengendalikan suatu aksi dengan sembunyi-sembunyi, orang yang bermodal dalam perdagangan. Jadi bandar miras artinyaorang yang mempunyai dagangan berupa minuman keras dalam jumlah besar. Dikukuti artinya dibersihkan.kedua kata ini termasuk dalam gaya bahasa sarkasme karena mengandung sindiran dan ejekan.

Data kedua terdapat kata blandong dan disergap. Dalam bahasa jawa blandong itu tukang kayu. Disergap artinya ditangkap. Kata tersebut mengandung unsur sindiran dan ejekan. Judul ini bisa diperbaiki dengan kata yang baik menjadi dua tukang kayu ditangkap, dua kabur.

Data terakhir terdapat kata dibobol dan digondol. Dibobol artinya dirusak atau dijebol dan digondol itu mengambil tanpa ijin. Kedua kata itu kasar dan termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

4.2.1.2 Sindiran 1) Ragam bahasa Nasional Kriminal di bidang umum Data yang berhubungan dengan umum sebagai berikut.

a) Nguntal gamelan, simbah dikrecek

b) Nggembol dolanan, remaja di borgol

c) Tikus masjid ngutil dompet jamaah d) Tikus alas „dijiret‟

Data pertama dalam kriminal di bidang umum terdapat kata nguntal dan dikrecek. Nguntal mempunyai arti memakan dan dikecrek itu dalam bahasa Indonesia berarti diborgol atau ditangkap. Kata tersebut sangat kasar didengar jadi termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Data pertama ada kata nggembol yang artinya membawa barang disaku. Dalam kalimat ini nggembol diartikan sebagai perbuatan mencuri. Kalimat tersebut bermaksud menyindir pelaku jadi termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

Tikus masjid dan ngutil merupakan gaya bahasa sarkasme karena bermaksud menyindir pelaku. Tikus bermakna binatang yang merugikan, dan tikus masjid diartikan sebagai orang yang merugikan dimasjid. Ngutil berarti mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Kedua kata tersebut termasuk dalam


(2)

gaya bahasa sarkasme karena cenderung kasar dan mengandung sindiran.

Tikus alas „dijiret‟ terdiri dari 2 unsur, yaitu Tikus Alas, dan dijiret. Dijiret adalah bahasa jawa yang dalam bahasa Indonesia artinya meringkus, tikus alas berarti orang yang mencuri kayu dihutan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti data tersebut termasuk gaya bahasa sarkasme karena mempunyai maksud mengejek atau mengolok-olok kepada seseorang yaitu tikus alas (pencuri kayu). Maksud kalimat tikus alas dijiret adalah penulis ingin menggambarkan seorang penjahat yang menebang kayu dihutan, padahal hutan itu milik perhutani.

4.3 Kekhasan Bahasa Penulis pada Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012

Sebagian besar masyarakat berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi. Konten harian Meteor dominan untuk umum dan tepat untuk pangsa pasar menengah ke bawah. Sebagai koran daerah juga dilengkapi dengan konten lokal seperti rubrikasi keluarga, anak muda, wanita, hiburan dan kesehatan. Ini menjadikan isi semakin lengkap dan digemari pembaca keluarga.

Ciri surat kabar harian

Meteor yaitu ingin memberi

informasi langsung dan tegas. Misalnya (a) SEMARANG— Polisi gadungan, malam kemarin beraksi di kasawan Jl Pandean Lamper II Semarang. (b) Pelaku yang berciri-ciri rambut cepak, dan membawa borgol itu memperdayai Zaenal (40) warga Jl Jeruk IV Lamper Lor Semarang. (c) Modusnya, pelaku menuduh korban mengencani seorang wanita tukang pijat (WP). (d) Lalu korban diancam akan diborgol dan digelandang ke Mapolwiltabes Semarang (M-3). Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa wartawan Harian Meteor menampilakan berita dalam bentuk narasi sehingga membaca harian tersebut akan terasa seperti membaca cerita pendek, namun tanpa dialog.

Wartawan Harian Meteor menggunakan kalimat tidak langsung dari informasi yang diberikan oleh korban kejahatan. Contoh (a) Kepada petugas Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polwiltabes Semarang, Sabtu (29/9) siang korban melaporkan, peristiwa itu terjadi ketika dirinya sedang berada di rumah, Jum‟at (28/9) sekitar pukul 20.00 WIB. (b) Pelaku mengaku dari Polwiltabes Semarang yang akan menanyakan seputar kasus tukang pijat (M-3). Harian

Meteor juga ingin membuat

variasi dalam penyajian berita, seperti kutipan berikut (a) Tapi belum sempat mengelak, pelaku buru-buru mengeluarkan borgol, sembari meminta korban menyerahkan uang sebagai


(3)

kompensasi agar tidak diborgol. (b) Namun, korban tidak bisa memberi uang yang diminta pelaku, sebab dirinya tidak membawa duit (M-3). Ciri selanjutnya yaitu Harian Meteor menitikberatkan pada pelaku kejahatan, siapa, ciri-cirinya apa, baru kemudian korban, siap dan tinggal di mana.

Harian Meteor lebih banyak pada kronologi. Pembaca Harian

Meteor ditempatkan pada posisi

„lemah‟ tanpa diberi kesempatan berargumentasi, dalam arti pembaca „dipaksa‟ menikmati apa pun yang disuguhkan. Hal ini dibuktikan dengan sajian berita kriminal yang ditata menurut kronologi peristiwa dan diselingi dengan kutipan langsung. Di samping itu, penggunaan alih kode ke dalam bahasa Jawa memberi warna makna yang lebih menyentuh kalbu pembaca.

4.4 Interpretasi para Pembaca yang Membaca Judul Rubrik Kriminal yang ada di Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012

Interpretasi merupakan suatu tindakan untuk memberi makna dari apa yang dibaca atau ditulis oleh seseorang.makna adalah isi yang terkandung dalam rangkaian kata-kata yang membentuk frase, klausa dan kalimat. Makna adalah isi yang terkandung di dalam bentuk-bentuk bahasa yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.

Interpretasi narasumber dengan profesi yang berbeda yaitu profesi guru, pegawai kesehatan, wiraswasta, dan mahasiswa. Profesi guru yang

berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data. Profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data. Profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data. Profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11 data dan makna konotasi sebanyak 14 data.

Makna denotasi

dimaksudkan makna kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas, polos, dan apa adanya berdasarkan makna yang sebenarnya atau makna dasar. Makna konotasi yaitu makna yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang biasanya bersifat emosional dan bukan makna yang sebenarnya.

4.4.1 Interpretasi Profesi Guru dan profesi wiraswasta

Interpretasi profesi guru yang berupa makna denotasi sebanyak 11data, sedangkan makna konotasinya sebanyak 14 data. Hal itu dapat dirinci sebagai berikut.

1) Makna Denotasi Interpretasi denotasi oleh guru antara lain.

a) Di larang main basket pelajar SMA minggat

b) 2 blandong disergap, 2 kabur

c) Polisi buru 4 garong SPBU PENGGUNG

d) Toko laptop dibobol Rp 13 juta

e) „mbeling‟ terancam di pecat


(4)

f) Mata siswa SMK YP „suwek‟

g) Maling menthok remuk digajuli

h) Sehari, garong bobol 2 tempat

i)Pasar Sunggingan dibobol maling

j)Maling besi “kecoh” polisi

k) Mabuk tewas

kecemplung sawah

2) Makna Konotasi Interpretasi konotasi oleh guru antara lain.

a) Nguntal gamelan, simbah dikrecek

b) Bandar miras

dikukuti

c) 2 pelajar njambret dibekuk

d) Nggembol dolanan, remaja di borgol

e) Mobil

dibobol,kamera Rp 17 juta digondol

f) Maling telat rabi gasak mas kawin

g) Tikus masjid ngutil dompet jamaah

h) Meh maling, dua pemuda diremuk

i)Usai ujian mabuk diciduk j)Garong gasak 3 Kg emas k) Golek pakan ternak motor diarit maling

l)Mancing iwak, motor dipancing maling

m) Dua buronan

pembobol rumah majikan dicokok

n) Tikus alas „dijiret‟ 4.4.2 Interpretasi

Profesi Pegawai

Kesehatandan profesi Mahasiswa

Interpretasi profesi pegawai kesehatan yang berupa makna denotasi sebanyak 11data, sedangkan makna konotasinya sebanyak 14 data.hal itu dapat dirinci sebagai berikut.

1) Makna Denotasi

Interpretasi denotasi oleh pegawai kesehatan antara lain. a) Di larang main basket pelajar SMA minggat

b) Bandar miras dikukuti c) 2 blandong disergap, 2 kabur d) Toko laptop dibobol Rp 13 juta

e) Nggembol dolanan remaja diborgol

f) Maling menthok remuk digajuli

g) Sehari, garong bobol 2 tempat

h) Pasar Sunggingan dibobol maling

i) Golek pakan ternak motor diarit maling

j) Maling besi “kecoh” polisi k) Mabuk tewas kecemplung sawah

2) Makna Konotasi

Interpretasi konotasi oleh pegawai kesehatan antara lain. a) Nguntal gamelan, simbah

dikrecek

b) 2 pelajar njambret dibekuk c) Polisi buru 4 garong SPBU

Penggung

d) Mobil dibobol, kamera Rp 17 juta digondol

e) Mbeling terancam dipecat f) Mata siswa SMK YP suwek g) Maling telat rabi gasak mas

kawin

h) Tikus masjid ngutil dompet jamaah


(5)

i)Meh maling, dua pemuda diremuk

j)Usai ujian mabuk diciduk k) Garong gasak 3 Kg emas

l)Mancing iwak, motor dipancing maling

m) Dua buronan

pembobol rumah majikan dicokok

n) Tikus alas „dijiret‟ 5. Kesimpulan

Gaya bahasa sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung ejekan atau olok-olok dan sindiran pedas

yang menyakiti

hati.gayabahasa sarkasme banyak dijumpai pada tulisan judul rubrik kriminal yang bersifat mengejek. Data daya bahasa dalam penelitian ini sebanyak 25 data.

Berdasarkan hasil analisis dari responden dan data di atas, peneliti dapat menarik beberapa simpulan seperti di bawah ini.

5.1 Bentuk ragam gaya bahasa sarkasme pada judul

rubrik kriminal di Surat Kabar Harian Meteor edisi April 2012 terdiri atas ragam bahasa nasional (bahasa Indonesia), ragam bahasa daerah (jawa), dan ragam bahasa campuran (bahasa Indonesia-bahasa jawa).

5.2 Kekhasan Bahasa Penulis pada rubrik kriminal Surat Kabar Harian Meteor Edisi April 2012. Harian Meteor menampilakan berita dalam bentuk narasi sehingga membaca harian tersebut akan terasa seperti membaca cerita pendek, namun tanpa dialog. Harian Meteor lebih menghindari cara penulisan berita yang cenderung kasar dan sensual karena dapat berdampak buruk bagi pembaca.

5.3 Interpretasi antar profesi berbeda yang membaca wacana pada judul rubrik kriminal di Surat Kabar Harian Meteor edisi April 2012 terdiri dari makna denotasi dan konotasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adi s, susilo. 2010. “Gaya Bahasa (stilistika dan unsur retorika)”. http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2010/08/09/gaya-bahasa-stilstika-dan-retorika

Herlina, Eli. 2007. “Kajian Penggunaan Gaya Bahasa Sarkasme Pada Tuturan Remaja (Tinjauan Sosiolinguistik)”. Skripsi. UNNES.

Keraf, Gorys. 2000. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. __________. 2004. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Moeloeng, Lexy J. 2007. Metodolologi penelitian kualitatif. Bandung : remaja rosdakarya


(6)

Resvitayani, Arsyi. 2010. Majas Sarkasme Dalam Penulisan Komentar Pada Grup Facebook “Cicak Vs Buaya”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sumarlam. 2008. Teori Dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Supriyanto, Didik. 2005. “Analisis Gaya Bahasa Alegori Dan Ironi Pada Lagu Iwan Fals Dalam Album Manusia Setengah Dewa” . Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. __________________. 1986. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Kurniawan, Khaerudin. 2010. “Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik”.