iB A B I Relasi Kompetensi Guru Produktif Program Keahlian Mekanik Otomotif Terhadap Relevansi Praktek Kerja Industri Siswa Kelas III TMO SMK Muhammadiyah 1 Blora Tahun 2010/2011.

1

i

BAB I

PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang Masalah
Reposisi Pendidikan Kejuruan telah dilakukan sejak tahun 2001.
Reposisi

pendidikan

perencanaan,

dan

kejuruan

implementasi


dimaksud

sebagai

pendidikan

penataan

kejuruan

dalam

konsep,
rangka

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yang mengacu pada
kecenderungan (trend) kebutuhan pasar baik lokal, nasional, regional maupun
internasional (Depdiknas, 2001: 1). Memasuki era pasar bebas Asia Tenggara
dan China


tahun 2010 dan pasar bebas dunia tahun 2020 akuntabilitas

pendidikan yang bermutu adalah salah satu prasarat daya saing dan “harga
diri” suatu bangsa. Persaingan terjadi tidak hanya pada komoditas produk
barang dan jasa yang laku di pasar, tetapi yang paling menentukan adalah
faktor manusia yang menggerakkan dan mengelola dari hulu hingga hilir.
Pengembangan sistem pendidikan dan sekolah kejuruan sebagai pranata utama
dalam pengembangan SDM berkualitas menjadi sangat penting.
Depdikbud melalui penerapan kurikulum 1994 telah menetapkan
kebijakan pendidikan sistem ganda untuk sekolah menengah kejuruan yang
dikenal dengan istilah link and match. Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan pendidikan sekolah
dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja. Realisasi dari PSG tersebut adalah dilasanakannya

2

praktek kerja industri /Prakerin. (Wakhinuddin S, 2009, tersedia pada
http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/09/penerapan-psg-melalui

praktek-kerja-industri-pada-smk/)
Pelaksanaan Prakerin dimaksudkan agar program pendidikan di
sekolah mengacu pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan
tuntutan dunia usaha dan/atau dunia industri (DU/DI), mengingat DU/DI
memerlukan tenaga kerja yang berkualitas dan mumpuni di bidangnya, untuk
mengoperasikan peralatan dan teknologi maju. Hal ini sejalan dengan undangundang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
memberikan difinisi, ”Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu”. Menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan (SNP), ”Pendidikan menengah kejuruan adalah pada jenjang
pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa
untuk jenis pekerjaan tertentu”. Jadi SMK dimaksudkan untuk menghasilkan
tamatan yang meiliki kompetensi jenis pekerjaan tertentu, yang nantinya
terjun sebagai tenaga kerja DU/DI pada kewenangan pekerjaan tertentu.
Permasalahan yang muncul sampai dekade pertama abad 21 ini, SDM
Indonesia masih dibilang jauh tertinggal bila dibanding negara-negara
tetangga, apalagi dengan negara maju. Berita yang sering kita dengar dan lihat
adanya TKI yang dianiaya majikannya di negara lain. Hal ini karena
kebanyakan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri kurang terdidik
dan menempati sektor-sektor yang kurang memiliki daya saing (competitive).


3

Penyiapan tenaga kerja terdidik yang memiliki kompetensi tingkat
menengah sementara ini hanya dilakukan oleh sekolah menengah kejuruan
(SMK). Lulusan SMA yang disiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi

banyak memasuki pasar kerja, akibatnya kompetensi

dibidang kejuruanpun dirasa kurang sesuai.
Organisasi buruh internasional (ILO), menilai pemerintah Indonesia
belum mampu menyerap tenaga kerja secara maksimal, meski pertumbuhan
ekonomi Indonesia meningkat. Menurut kepala perwakilan ILO di Indonesia,
Peter Van Rooij, sebagian besar tenaga kerja Indonesia, terutama angkatan
kerja muda, belum memiliki pendidikan dan ketrampilan memadai untuk
bekerja di sektor formal. Van Rooij menilai, saat ini roda perekonomian
Indonesia tidak lagi bertumpu pada sektor pertanian, tapi telah bergeser ke
sektor industri jasa, seperti transportasi dan komunikasi.


“Indonesia tidak boleh terpaku hanya pada pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, tapi harus memikirkan cara agar pertumbuhan ekonomi itu mampu
menciptakan lapangan kerja formal bagi tenaga kerja, terutama angkatan
kerja muda berusia 18 hingga 20 tahun. Karena golongan usia itu
menempati porsi terbesar angkatan kerja Indonesia.” (KBR68H,
Jakarta. Kamis, 14 April 2011)

Sebelumnya,

pemerintah

menargetkan

pertumbuhan

ekonomi

Indonesia akan mencapai hampir 7 %, namun, laporan tahunan ILO melansir,
Indonesia belum mampu menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga
kerja formal di sektor jasa. Padahal, lebih dari 60 persen pertumbuhan

ekonomi berasal dari sektor formal, antara lain sektor komunikasi. ILO

4

menyebutkan, kontribusi sektor komunikasi terhadap PDB meningkat 2 kali
dalam 5 tahun.
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pencanangan
kewirausahaan nasional di gedung Smesco UKM, Jakarta (Desember 2009)
mengatakan,
“saat ini negara telah menyediakan banyak peluang dan kesempatan
bagi wirausahawan maupun calon wirausahawan untuk mengembangkan
bisnisnya. Peluang tersebut berupa sumber daya alam (SDA) yang
melimpah, sumber daya manusia (SDM) yang besar, pertumbuhan
ekonomi yang bagus, serta kebutuhan atau permintaan terhadap barang
dan jasa yang tinggi. Industri kita baik di sektor pertanian, jasa, maupun
lainnya juga masih belum optimal sehingga bisa dikembangkan. Selain
itu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita juga makin baik.
negara, pemerintah, dan dunia usaha juga ingin memberikan bantuan
pada usaha rintisan baru, baik melalui pelatihan, modal, pinjaman,
termasuk KUR," (Maestro Media blogspot, tersedia pada

http://www.maestromuda-indonesia.org/)
Menurut Susilo Bambang Yudhoyono, setelah dunia mengalami
krisis pada 2008 dan 2009, banyak negara yang angka penganggurannya
bertambah, bahkan melebihi kondisi di Indonesia. Berdasarkan data BPS
2010, angka pengangguran nasional berjumlah 8,32 juta atau 7,14%.
Sedangkan jumlah penduduk sekitar 237,8 juta jiwa dengan jumlah angkatan
kerja mencapai 116,5 juta jiwa. Namun, kesempatan kerja yang tersedia saat
ini

hanya

108,2

juta.

(Maestro

Media

blogspot,


tersedia

pada

http://www.maestromuda-indonesia.org/)
Ada dua permasalahan ketenaga-kerjaan, terutama lulusan SMK.
Pertama, adanya kesenjangan jumlah lulusan dengan jumlah lapangan kerja
(structural unimployment). Dimana disatu sisi jurusan tertentu menghasilkan
lulusan yang lebih banyak dari pada lapangan kerja yang ada, akan tetapi ada

5

bidang pekerjaan yang kekurangan tenaga kelas menengah. Kedua,
kompetensi lulusan tidak sesuai dengan yang di harapkan atau dibutuhkan
oleh lapangan kerja (frictional unimployment). Banyak lulusan SMK yang
kompetensinya tidak dibutuhkan atau tidak sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja yang ada.
Oxenham (1984) (dalam Wakhinuddin S, 2009, tersedia


pada

http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/09/penerapan-psg-melaluipraktek-kerja-industri-pada-smk/) mengatakan bahwa apabila lulusan suatu
sekolah tidak dapat dipekerjakan atau memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan jenis dan tingkat pendidikan yang dimilikinya, sekolah atau guru-guru
dianggap tidak berhasil dengan tugasnya. Hal ini berarti sekolah/guru
dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat atau dunia kerja.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
kejuruan adalah peningkatan keterkaitan dan keterpaduan (link and match)
dalam sistem pendidikannya.
Mulyasa (2007 : 8-9) mengelaborasi pernyataan-pernyataan para
peneliti antara

lain; Murphy (1992) menyatakan bahwa keberhasilan

pembaharuan pendidikan ditentukan oleh gurunya. Karena guru adalah
pemimpin, pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif
pembelajaran. Brand (1993) menyatakan “hampir semua usaha reformasi
pendidikan


seperti

pembaharuan

kurikulum

dan

penerapan

metode

pembelajaran, semua tergantung guru”. Pernyataan Supriyadi (1998), “Mutu
pendidikan yang dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan

6

oleh guru”.

Ringkasnya, untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu


memenuhi kebutuhan DU/DI, maka guru harus bermutu dan profesional.
Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(UUGD) memberikan difinisi,

guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk
menjalankan tugas profesionalnya, guru dituntut memiliki kompetensi, seperti
disebutkan dalam pasal 10 ayat 1;

kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Dalam penjelasannya pasal 10 ayat 1 UUGD menjabarkan;
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
teladan peserta didik. Sedang yang dimaksud dengan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam,
dan dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan nilainilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, sesuai
dengan standar kinerja yang dibutuhkan di lapangan (Slameto. 2011:1).

7

Standar kompetensi guru merupakan pernyataan tentang kriteria yang
dipersyaratkan, ditetapkan, dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bagi seorang pendidik sehingga layak
disebut kompeten. Kompetensi yang dimiliki seorang guru menunjukkan
mutu seorang guru.
Sebagaimana pendapat para ahli diatas, dan maksud reposisi
pendidikan kejuruan sebagai upaya pemenuhan trend pasar kerja maka dapat
dikemukakan asumsi

pentingnya diskribsi yang jelas relasi antara

kompetensi guru dengan relevansi siswa dalam belajar, mencakup belajar di
industri atau Prakerin.
B. Pembatasan Masalah
Dalam kesempatan ini peneliti berkhidmat pada relasi antara
kompetensi guru terutama pada kompetensi guru produktif teknik mekanik
otomotif (TMO) dan relevansinya dengan praktek kerja industri siswa kelas
III TMO di SMK Muhamadiyah 1 Blora tahun 2010. Dalam Kamus Inggris
Indonesia (Echols dan Shadily, 2005) mengartikan relation

sebagai

hubungan. Demikian juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1990) memberikan difinisi relasi sebagai hubungan,
ii

perhubungan, atau pertalian. Competence atau competency menuurut Echols

dan Shadily (2005) diartikan saebagai kecakapan, kemampuan, kompetensi,
wewenang.

8

Guru produktif adalah guru yang mengajar mata pelajaranan atau
kompetensi kejuruan/produktif. Di SMK ada dibagi tiga kelompok mata
pelajaran, yaitu Normatif, Adaptif, dan Produktif, ditambah Muatan Lokal
dan Pengembangan Diri. Muatan Lokal dan Pengembangan diri include
kedalam pembelajaran, tetapi tidak termasuk mata pelajaran

yang

menentukan kenaikan kelas atau kelulusan. Kelompok mata pelajaran
normatif

meliputi

mata

pelajaran;

Pendidikan

Agama,

Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Olahraga dan Kesehatan.
Kelompok mata pelajaran adaptif meliputi; Matematika, Fisika, Kimia, IPA,
IPS, Seni Budaya, Bahasa Inggris, Kewirausahaan, dan Dasar Kejuruan.
Kelompok mata pelajaran produktif

meliputi kompetensi-kompetensi

kejuruan sesuai dengan program keahlian (kompetensi keahlian) masingmasing. Contohnya program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, atau istilah
terbaru Teknik Kendaraan Ringan mencakup kompetensi-kompetensi dalam
ruang lingkup kendaraan ringan, seperti : (1) Kejuruan dasar (2) engine
otomotif; (3) power train otomotif; (4) chasis dan suspensi; (5) sistem
kelistrikan, dan (6) Body and painting (Kurikulum SMK Edisi 2006, tersedia
pada www.pusdiknakes.or.id/data/kurikulum/smk1)

. Sedangkan sistem

pembelajarannya meliputi pembelajaran teori, pembelajaran praktek di
sekolah, dan pembelajaran praktek di industri yang dilakukan minimal 4
bulan berupa praktek kerja industri (Prakerin).
Prakerin adalah program pembelajaran dan penilaian di industri. Di
SMK biasanya dilaksanakan pada akhir semester genap kelas 2 (= kelas 11),

9

ada juga yang dilaksanakan pada awal semester ganjil kelas III (=kelas 12).
Di SMK Muhammadiyah 1 Blora, prakerin dilaksanakan pada awal semester
ganjil kelas III. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, dalam penelitian ini
dibatasi pada diskripsi hubungan antara kompetensi guru produktif teknik
mekanik otomotif, terhadap kaitan dengan kemampuan siswa SMK
Muhammadiyah 1 Blora kelas III pada program keahlian teknik mekanik
otomotif dalam melaksanakan Parakerin tahun 2010/2011.
C. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah
sebagai berikut :
1.

Apakah ada relasi yang signifikan antara kompetensi guru produktif
teknik mekanik otomotif terhadap kompetensi praktek kerja industri
siswa kelas III TMO SMK Muhammadiyah 1 Blora.

2.

Seberapa kuat pengaruh kompetensi guru produkrtif teknik mekanik
otomotif terhadap kompetensi praktek kerja industri siswa kelas III TMO
SMK Muhammadiyah 1 Blora.

D. Tujuan Penelitian
1.

Mendiskripsikan hubungan antara kompetensi guru produktif teknik
mekanik otomotif terhadap kompetensi praktek kerja industri siswa kelas
III TMO SMK Muhammadiyah 1 Blora tahun 2010/2011.

10

2.

Mengalaisis relasi antara kompetensi guru produktif teknik mekanik
otomotif terhadap kompetensi praktek kerja industri siswa kelas III
TMO SMK Muhammadiyah 1 Blora tahun 2010/2011.

E.

Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a.

penelitian ini dapat membuktikan hipotesis adanya hubungan yang
signifikan antara kompetensi guru produktif teknik mekanik otomotif
terhadap kompetensi praktek kerja industri siswa kelas III TMO
SMK Muhammadiyah 1 Blora tahun 2010/2011.

2.

Praktis
a.

Bagi peneliti, menambah pengalaman dan ketrampilan didalam
melakukan penelitian dan menyusun suatu laporan penelitian
kuantitatif.

b.

Bagi sekolah, hasil analisis dapat disusun rekomendasi yang
selanjutnya dapat digunakan oleh SMK Muhammadiyah 1 Blora
dalam membuat pertimbangan perencanaan kebijakan dalam
pelaksanaan program prakerin di tahun mendatang.

c.

Bagi guru produktif teknik mekanik otomotif SMK Muhammadiyah
1 Blora dapat melihat dengan perspektif yang lebih jelas, sehingga
pendalaman atau pengayaan kompetensi apa yang harus di siapkan
dan diberikan kepada siswanya dalam mempersiapkan prakerin.

.

11

d.

Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
kepustakaan yang merupakan informasi tambahan yang berguna
bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pihak- pihak yang mempunyai permasalahan yang sama atau ingin
mengadakan penelitian lebih lanjut.

12