Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

(1)

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas

dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

YAYIK NOVITRIAMI

061301120

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ganjil, 2010/2011


(2)

LEMBARAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 26 Oktober 2010

Yayik Novitriami NIM 061301120


(3)

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRAK

Di era globalisasi ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profesionalnya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Maka dari itu, kondisi guru penting untuk diperhatikan, tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan kerja guru.

Kepuasan kerja guru merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya. Apabila seseorang puas dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan hasil yang maksimal pada pekerjaannya dan sebaliknya. Iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan guru dalam mengajar. Untuk dapat mengetahui apakah iklim kelas yang dimasuki guru ketika mengajar relatif baik dapat dilihat dari bagaimana persepsi guru dalam menilai kelas yang dimasukinya saat mengajar. Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dalam mengajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, dengan menetapkan populasi penelitian adalah seluruh guru SMK Farmasi Medan, yaitu sebanyak 80 guru. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total (total sampling) yakni seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Reliabilitas alat ukur untuk persepsi guru terhadap iklim kelas adalah 0,916 dan untuk kepuasan kerja guru sebesar 0,939. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi


(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan (r = 0,381). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas berhubungan dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.


(5)

Relationship between Teacher Perception of Classroom Climate with Teacher Job Satisfaction SMK Pharmacy Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari ABSTRACT

In this era of globalization, competition between human resources are very tightly coupled with a variety of industries increasingly complete to obtain optimal result. One of the ways used by governments to be able to prepare human resources in the era of globalization is through education vocational school (SMK), which is expected to enhance students ability to develop themselves in line with the development of science, technology and art, and to enter employment and develop a professional attitude. The role of teachers is very important in creating quality human resources. Therefore, the teacher is important to note, not only on his physical condition but also on psychological conditions such as teacher job satisfaction.

Teacher job satisfaction is an integral component of organizational climate and key elements that affect workers in jobs. If one is satisfied with his work then he will give maximum results in their work and vice versa. Classroom climate is one of the factors that influence teacher satisfaction in teaching. To be able to find out if the class attended the climate is relatively good when teachers teach can be seen from the perception of teachers in assessing how he entered the classroom when teaching. It is one thing that can affect teacher job satisfaction in teaching.

This study aims to determine the relationship between teacher perceptions of classroom climate with teacher job satisfaction SMK pharmacy Medan. The method used in this study was descriptive correlational, by defining the study population was all vocational school teachers pharmacy Medan, as many as 80 teachers. Sampling method used is the total sample (total sampling) that all members of the sample population. Data were collected using a questionnaire with Likert scale. Reliability to measure teacher perceptions of classroom climate is 0.916 and for teachers job satisfaction of 0.939. Data analysis techniques used were correlation test (Pearson Product Moment).

The results showed that there is a relationship between teacher perceptions of classroom climate with job satisfaction of vocational teachers pharmaceutical field (r=0.381). Conclusion this study showed that teacher perceptions of classroom climate related to teacher job satisfaction Pharmacy SMK Medan. Key words: Teacher Job Satisfaction, Perception, Class Climate


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan pada Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan baik fisik maupun pikiran serta ketabahan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi Psikologi Pendidikan ini. Adapun judul skripsi ini adalah: “Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan”.

Perlu usaha yang keras, kegigihan, dan kesabaran untuk menyelesaikan karya ini. Bagi peneliti karya ini merupakan proses pembelajaran yang sangat bernilai. Peneliti menyadari karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling peneliti yang telah mendukung dan membantu, terutama yang tercinta H. Sugianto, S.H “bapak” dan yang tersayang Hj. Salmi “mama” yang selalu memberikan dukungan moril, semangat, doa, dan kesabaran dalam menunggu penyelesaian akhir skripsi saya, serta kepada Andri Handoko, Amd “mas” dan Dinda Amilia “adik” yang selalu memberikan dukungan emosional selama ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Ibu Rr. Lita Hadiati W, S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih yang tulus penulis ucapkan atas kebaikan, keramahan, bimbingan, saran, kritik dan semangat yang begitu bermanfaat yang telah ibu berikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis meminta maaf jika banyak mengecewakan Ibu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bang Tarmidi, M.Psi., Psi dan Ibu Fasti Rola, M.Psi., psikolog sebagai dosen penguji seminar yang telah memberikan banyak masukan demi kemajuan perkembangan skripsi ini. Serta seluruh dosen departemen pendidikan, Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, Ibu Desvi Yanti, M.Si, Psikolog, Ibu Sri Supriyantini, M.Si., Psi, dan Kak Dian Ulfa Sari, M.Psi,Psi.

4. Kak Indri Kemala Nasution, S.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing akademik penulis. Terimakasih atas bimbingan akademik yang telah diberikan selama ini.

5. Ibu Etty Rahmawati, M.Si terimakasih atas informasi yang diberikan mengenai metodologi penelitian yang berhubungan dengan skripsi saya.

6. Terimakasih terdalam buat sahabat-sahabat penulis, Ayu, Ela, Mela, Desta, dan Sarah yang dengan penuh keikhlasan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu menemani hari-hari saya. 7. Untuk Abi Rekso Panggalih “melody of my life” yang selalu


(8)

8. Bang Furqon, Bang Hario, Bang Ivan, Bang Toni, Dita, Sondang, yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya dan khusus buat Bang Furqon terimakasih karena sudah membuat saya “nangis bombay” demi kelancaran skripsi saya.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Psikologi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam membimbing serta mengurus administrasi sidang.

10.Guru-guru SMK Farmasi YPFSU, SMK Farmasi Apipsu, dan SMK Pharmaca yang telah memberikan izin serta membantu saya dalam pengambilan data penelitian.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini.

Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan, serta para pembaca pada umumnya.

Medan, 27 Oktober 2010 Penulis.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja Guru ... 13

1. Definisi Kepuasan Kerja ... 13

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru ... 14

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru .... 16

4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru ... 17

B. Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 21

1. Persepsi ... 21

a. Definisi Persepsi ... 21

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi ... 23

2. Iklim Kelas ... 23

a. Definisi Iklim Kelas ... 23


(10)

c.Menciptakan Iklim Kelas yang Positif ... 27

C . Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas ... 28

1.Guru ... 29

a.DefinisiGuru ... 29

b.Definisi Guru SM Farmasi ... 30

2. Tugas Guru ... 31

3. Kurikulum Pendidikan SMK ... 32

D.Hubungan antara Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru ... 33

E.Hipotesa ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 37

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

1. Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 38

2. Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

D. Alat Ukur yang Digunakan ... 42

1. Alat Ukur ... 42

a.Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 43

b.Skala Kepuasan Kerja Guru ... 46

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

a. Uji Validitas ... 48

b. Uji Reliabilitas ... 52

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Tahap Persiapan ... 53

2. Tahap Pelaksanaan ... 55

3. Tahap Pengolahan Data ... 56


(11)

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data ... 59

1.Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 59

a. Jenis Kelamin ... 59

b. Kelas yang dinilai ... 60

2. Hasil Penelitian ... 60

a. Uji Asumsi ... 60

1) Uji Normalitas ... 61

2) Uji Linieritas ... 61

3. Hasil Analisa Data ... 63

a. Deskripsi Data Penelitian ... 63

1) Gambaran skor Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 63

2) Gambaran Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 66

b. Hasil Perhitungan Korelasi Antarvariabel ... 67

c. Hasil Tambahan ... 69

1) Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja Guru berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

B. Pembahasan ... 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 45

Tabel 2 Blueprint Skala Persepsi terhadan Iklim Kelas ... 45

Tabel 3 Distribusi Butir Skala Kepuasan Kerja Guru ... 47

Tabel 4 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Guru ... 47

Tabel 5 Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba ... 49

Tabel 6 Blueprint Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba ... 50

Tabel 7 Distribusi Butir Skala Kepuasan Kerja Guru setelah Uji Coba ... 51

Tabel 8 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Guru setelah Uji Coba ... 51

Tabel 9 Gambaran Subyek berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 10 Gambaran Subyek berdasarkan Kelas yang dinilai ... 60

Tabel11 Normalitas sebaran variabel persepsi terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru ... 61

Tabel 12Linearitas hubungan variable persepsi terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru ... 62

Tabel 13 Deskripsi Data Penelitian Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 64

Tabel 14 Kategorisasi Data Empirik Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas ... 66

Tabel 15 Deskripsi Data Penelitian Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 66


(13)

Tabel 17 Korelasi Antara Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan

Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan ... 68 Tabel 18 Deskripsi variabel kepuasan kerja guru berdasarkan jenis kelamin ... 69


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Scatter Plot linearitas hubungan variabel persepsi terhadap


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Data mentah Try out dan Relibilitas ... 84 Lampiran B Data mentah penelitian dan Hasil utama penelitian ... 102 Lampiran C Skala Try out dan Skala Penelitian ... 107


(16)

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRAK

Di era globalisasi ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profesionalnya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Maka dari itu, kondisi guru penting untuk diperhatikan, tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan kerja guru.

Kepuasan kerja guru merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya. Apabila seseorang puas dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan hasil yang maksimal pada pekerjaannya dan sebaliknya. Iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan guru dalam mengajar. Untuk dapat mengetahui apakah iklim kelas yang dimasuki guru ketika mengajar relatif baik dapat dilihat dari bagaimana persepsi guru dalam menilai kelas yang dimasukinya saat mengajar. Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dalam mengajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, dengan menetapkan populasi penelitian adalah seluruh guru SMK Farmasi Medan, yaitu sebanyak 80 guru. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total (total sampling) yakni seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Reliabilitas alat ukur untuk persepsi guru terhadap iklim kelas adalah 0,916 dan untuk kepuasan kerja guru sebesar 0,939. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi


(17)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan (r = 0,381). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas berhubungan dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.


(18)

Relationship between Teacher Perception of Classroom Climate with Teacher Job Satisfaction SMK Pharmacy Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari ABSTRACT

In this era of globalization, competition between human resources are very tightly coupled with a variety of industries increasingly complete to obtain optimal result. One of the ways used by governments to be able to prepare human resources in the era of globalization is through education vocational school (SMK), which is expected to enhance students ability to develop themselves in line with the development of science, technology and art, and to enter employment and develop a professional attitude. The role of teachers is very important in creating quality human resources. Therefore, the teacher is important to note, not only on his physical condition but also on psychological conditions such as teacher job satisfaction.

Teacher job satisfaction is an integral component of organizational climate and key elements that affect workers in jobs. If one is satisfied with his work then he will give maximum results in their work and vice versa. Classroom climate is one of the factors that influence teacher satisfaction in teaching. To be able to find out if the class attended the climate is relatively good when teachers teach can be seen from the perception of teachers in assessing how he entered the classroom when teaching. It is one thing that can affect teacher job satisfaction in teaching.

This study aims to determine the relationship between teacher perceptions of classroom climate with teacher job satisfaction SMK pharmacy Medan. The method used in this study was descriptive correlational, by defining the study population was all vocational school teachers pharmacy Medan, as many as 80 teachers. Sampling method used is the total sample (total sampling) that all members of the sample population. Data were collected using a questionnaire with Likert scale. Reliability to measure teacher perceptions of classroom climate is 0.916 and for teachers job satisfaction of 0.939. Data analysis techniques used were correlation test (Pearson Product Moment).

The results showed that there is a relationship between teacher perceptions of classroom climate with job satisfaction of vocational teachers pharmaceutical field (r=0.381). Conclusion this study showed that teacher perceptions of classroom climate related to teacher job satisfaction Pharmacy SMK Medan. Key words: Teacher Job Satisfaction, Perception, Class Climate


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara membutuhkan sumber daya yang berkualitas, sebab sumber daya yang berkualitas akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan suatu bangsa dalam berbagai bidang tidak hanya dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan, tetapi juga sikap mental yang baik (Mustaqim, 2004). Oleh karena itu setiap negara selalu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya (Mustaqim, 2004). Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa, karena dengan pendidikan yang berkualitas akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas pula dan pada akhirnya dapat mendukung perkembangan pembangunan nasional.

Redden dan Pires (dalam Kumar, 2007) menyatakan bahwa pendidikan merupakan pembahasan dan pengaruh sistematik oleh kematangan seseorang lewat instruksi, peraturan dan perkembangan yang seimbang, keseluruhan kemampuan kehidupan manusia, fisik, sosial, intelektual, seni dan spiritual berdasarkan tingkatan esensial mereka untuk diri sendiri dan untuk sosial masyarakat yang mengarah pada pendidikan. Menurut Ahmadi & Uhbiyati (dalam Nurdin,2004) pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, estetis, dan demokratis, serta memiliki rasa kemasyarakatan dan kebangsaan.


(20)

Di era globalisasi saat ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk menghasilkan hasil yang memuaskan. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan siswa siap terjun dan bersaing di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (selanjutnya disebut SMK) agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki manusia untuk kemajuan bangsa dan Negara (Isjoni, 2003). Pendidikan SMK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Isjoni, 2003).

Menurut Depdiknas (2009) pendidikan SMK merupakan bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesionalnya. Sejalan dengan hal tersebut, Isjoni (2003) menyatakan bahwa pendidikan SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja.

Banyaknya industri di Indonesia yang semakin bersaing untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal, sehingga sangat dibutuhkan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang siap bina dan siap pakai agar mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, banyak SMK yang


(21)

mempersiapkan siswanya untuk dapat memiliki kemampuan dan keterampilan untuk dapat terjun di berbagai bidang industri, seperti SMK Perhotelan, Farmasi, Musik, Pariwisata, Tataboga dan lain-lain.

Salah satu perkembangan industri di Indonesia khususnya bidang Farmasi yang merupakan salah satu bidang yang menjanjikan di Indonesia, ketika kebanyakan industri kewalahan ditimpa resesi, sedangkan industri Farmasi justru berkembang tiap tahunnya (tahun 1998 pasar berkembang 25%, tahun 1999 bertambah lagi 20% dan tahun 2000 mencapai 50%, perkembangan berkesinambungan sampai tahun 2009). Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI, 2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata mencapai 14,10% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 5-6% per tahun (Priyambodo, 2007).

Siklus perkembangan Farmasi yang semakin meningkat tiap tahunnya tidak menutup kemungkinan pada pelayanan kefarmasian menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan sehingga perlu segera melakukan proses peningkatan profesionalisasi pelayanan baik secara kuantitas maupun kualitas (Priyambodo, 2007). Oleh karena itu, SMK bidang keahlian Farmasi harus semakin meningkatkan kualitas serta tenaga pelaksana di bidang Farmasi, termasuk sektor pelayanan (apotek, rumah sakit), distribusi obat (PBF, Pedagang Besar Farmasi) juga sektor industri dan laboraturium (Kustiana, 2007). Tetapi, dari hasil wawancara dengan salah satu kepala sekolah SMK Farmasi di kota Medan menyatakan bahwa SMK Farmasi dikota Medan sendiri belum sepenuhnya diperhatikan oleh pemerintah dan masih dikelola oleh pihak swasta. Selain hasil


(22)

dari wawancara, diperoleh juga hasil observasi bahwa kondisi lingkungan sekolah farmasi di kota Medan juga kurang memadai untuk belajar misalnya saja kondisi kelas yang ada.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Menurut Rao (2004) suatu sistem pendidikan yang sukses didasari pada unsur guru, siswa, kurikulum, dan fasilitas yang ada. Guru merupakan pusat dari sistem pendidikan. Guru merupakan figur penting dan berada pada posisi yang penting (Kumar, 2007). Dalam proses pendidikan disekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik (Djamarah, 2002). Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.

Melihat rumitnya tugas guru tersebut dan pentingnya guru sebagai pekerja utama dalam proses pendidikan, maka sangatlah penting untuk memperhatikan kondisi guru. Kondisi guru yang perlu diperhatikan tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan guru dalam bekerja yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah termasuk didalamnya SMK Farmasi. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kumar (2007) dimana kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan karena merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya.


(23)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah pengawasan (supervision), kelompok kerja, isi dari suatu pekerjaan (job content), tingkatan pekerjaan (occupational level), spesialisasi (specialization), usia, ras, jenis kelamin dan tingkat pendidikan (Kumar, 2007). Munandar (2001) menambahkan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat diperoleh dari aktivitas kelas, sedangan faktor ekstrinsik diperoleh dari gaji, adanya dukungan administrator, keamanan sekolah dan ketersediaan sumberdaya sekolah.

Menurut Lester dan Bishop (dalam Hughes 2006), kepuasan kerja guru terbagi menjadi sembilan aspek yaitu pengawasan (supervision), rekan kerja (collegues), kondisi pekerjaan (working condition), imbalan/gaji (pay),

tanggungjawab (responsibility), pekerjaan itu sendiri (work it self), kenaikan jabatan (advancement), keamanan (security), dan penghargaan (recognition). Dari aspek-aspek tersebut, salah satu aspek dari kepuasan kerja guru adalah kondisi lingkungan kerjanya. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan pada guru yang berkaitan dengan perannya sebagai tenaga pengajar.

Peran guru sebagai tenaga pengajar yang berhubungan dengan bertatap muka secara langsung dengan siswa memberikan efek yang kuat terhadap diri siswa. Maka dari itu, di dalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru harus dapat merasakan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat berkonsentrasi penuh dalam memberikan dan menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Tersedianya lingkungan kerja yang baik dapat memberikan kenyamanan bagi guru (Markandan, 1984).


(24)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mark Scheider (2003) mengenai kepuasan kerja pada guru bahwa kondisi yang menunjukkan keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi keadaan sekeliling kelas, melihat jumlah kepadatan di dalam kelas, keaktifan siswa di dalam kelas, kelengkapan dari fasilitas ruang kelas seperti laboraturium dan ruang bahasa, faktor fisiologikal, suhu, pencahayaan ruang kelas, dan tingkat kebisingan dalam ruangan kelas.

Adanya kondisi lingkungan kerja yang baik dapat menimbulkan kepuasan kerja dan kepuasan kerja diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja bagi guru (Ramatulasamma, 2007). Lingkungan kerja yang baik dapat meliput i tersedianya fasilitas-fasilitas umum, ruang kerja yang bersih, luas dan tertata rapih, sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup, serta terciptanya suasana kerja yang harmonis (Markandan,1984) dapat dilihat dari adanya interaksi aktif antara guru dan siswa. Dengan kata lain salah satu hal yang dapat menimbulkan kepuasan kerja pada guru adalah tersedianya lingkungan kerja yang baik atau dapat dikatakan iklim kelas yang baik.

Menurut Rawnsley & Fisher (1998), iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya. Seperti yang diungkapkan Ravik Karsidi (2003) dimana interaksi antara guru dengan siswa melambangkan bentuk konkrit dari suasana kelas. Iklim kelas yang baik tentunya tidak serta merta muncul dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu kekompakan siswa, dukungan dari guru, keterlibatan siswa


(25)

dalam pembelajaran, kegiatan penyelidikan, arahan tugas dari guru, kerjasama siswa, dan kesetaraan (Fraser, McRobbie dan Fisher dalam Wahyudi, 2003).

Adanya interaksi antara guru dan siswa dapat menimbulkan suasana kelas yang positif dan dapat menimbulkan suasana kelas yang negatif pula. Suasana kelas yang positif akan terjadi bila interaksi dalam kelas terjadi antara guru dan siswa, dimana dalam interaksi tersebut terjadi komunikasi dalam bentuk kerjasama, tolong menolong, tenggang rasa antara anak yang pandai dan kurang pandai, antara yang kaya dan yang kurang mampu, norma-norma pergaulan hidup dan tata tertib kelas maupun sekolah dipatuhi dengan disiplin yang luwes, serta terjadi komunikasi yang terbuka (Hyman, 2000).

Suasana kelas yang positif akan memberikan suasana yang selalu menyenangkan, hidup, dimana setiap orang berusaha menghargai dan menghormati martabat orang lain sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana nampaknya (Wilson dalam Khine & Chiew, 2001). Tetapi, pada kenyatannya tidak semua guru dapat memberikan penilaian positif terhadap suatu kelas yang ada. Salah satu hal yang dapat mempengaruhinya adalah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran akan menimbulkan kondisi kelas yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara personal yang dilakukan pada salah satu guru yang ada di SMK Farmasi Medan :

“…kondisi kelas disekolah ini menurut saya siswanya kurang aktif. Ya.. meskipun tidak semua kelas, ada beberapa kelas yang membuat saya kurang semangat untuk mengajari mereka, karena siswa-siswanya kurang tertib di dalam kelas, banyak yang bercerita-bercerita di dalam kelas, sehingga suasana kelas menjadi bising. Ya.. pastinya suara-suara mereka itu membuat proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak kondusif


(26)

lagi. Mereka diam ketika saya tegur, tetapi gak lama kemudian yaa mereka bercerita-cerita lagi. Ini sering terjadi di beberapa kelas dan terkadang membuat saya menjadi tidak maksimal dalam menyampaikan materi kepada mereka dan ini sangat membuat saya merasa kesal apalagi materi yang saya ajarkan itu adalah ilmu resep yang memang bener-bener materi yang harus di pahami oleh mereka. Kondisi inilah yang terkadang membuat saya menjadi kurang merasa puas dengan pekerjaan saya. Saya pun jadi kurang semangat dalam mengajar”

(Komunikasi Personal, 5 April 2010)

Selain aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran, aspek yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap suatu kelas adalah kekompakan siswa serta kerjasama siswa dalam kelas yang dapat dilihat dari sejauh mana siswa dapat mengenal, membantu dan saling mendukung satu sama lain agar mendapatkan hasil yang baik dalam pembelajarannya. Tetapi tidak semua kelas siswanya kompak dan dapat bekerjasama di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara personal yang dilakukan pada guru SMK Farmasi Medan :

“…kalau masalah kekompakan siswa, khususnya di kelas satu memang kurang kompak siswa-siswanya. Mereka kebanyakan sendiri-sendiri aja, misalnya saja dalam belajar di kelas. Ketika temannya ada yang kurang mengerti, terkadang mereka tidak mau membantu temannya. Saya sering memperhatikan itu, ya.. mungkin mereka malu untuk bertanya kepada saya.”

(Komunikasi Personal, 7 April 2010).

Dari beberapa hasil wawancara tersebut mengindikasikan bahwa iklim kelas memiliki hubungan dengan kepuasan kerja guru dalam proses belajar mengajar di SMK Farmasi karena bila iklim kelas positif maka guru akan semangat dalam menyampaikan materi pelajarannya yang akhirnya akan memberikan kepuasan mengajar pada guru.

Meskipun demikian, kepuasan kerja juga tidak terlepas dari adanya persepsi guru terhadap kelas yang akan dimasukinya untuk memulai proses


(27)

kegiatan belajar-mengajar. Suatu persepsi, baik positif maupun negatif dapat tertanam di dalam batin bawah sadar melalui proses pengalaman hidup dan reaksi seseorang atas pengalamannya sendiri (Robbins, 2003). Seseorang yang dapat mempersepsikan secara positif, akan selalu berusaha mengembangkan segala kelebihan dan keyakinan yang dimiliki sehingga ia dapat memperoleh kepuasan dari apa yang telah diyakininya. Sebaliknya, seseorang yang tidak dapat mengembangkan segala kelebihan dan keyakinan yang dimilikinya memiliki persepsi yang negatif (Hurlock, 1993).

Dari segi psikologi, kepuasan kerja berkaitan dengan kesehatan mental seseorang. Apabila seseorang tidak puas terhadap pekerjaannya, dapat menimbulkan berbagai efek salah satunya keluar masuk pekerjaan (turnover). Apabila seorang individu melibatkan dirinya kedalam pekerjaannya maka individu tersebut akan menjadi lebih produktif, menjalin hubungan positif dengan karyawan lainnya, memiliki perencanaan yang bagus, mengurangi tingkat absensi dan turnover dan sedikit kemungkinan untuk berhenti bekerja (Rao, 2004). Meskipun demikian, sikap individu dapat berubah apabila individu merasa tidak puas dengan tempat kerjanya (Rao, 2004), hal ini berhubungan dengan persepsi individu sendiri terhadap tempat kerjanya.

Kepuasan guru dalam mengajar di SMK Farmasi tidaklah terlepas dari adanya persepsi terhadap kondisi iklim kelas yang ada. Proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik apabila didukung dengan iklim kelas yang baik pula (Wilson, 2001). Khususnya di SMK Farmasi, tuntutan dari SMK tersebut adalah agar siswanya memiliki keahlian khusus dalam meracik obat dan lain


(28)

sebagainya yang berhubungan dengan bidang Farmasi. Apabila iklim kelasnya bagus maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar sehingga guru dapat menyampaikan materi pelajarannya dengan maksimal dan siswa juga dapat menguasai materi yang diberikan guru dengan maksimal. Dari paparan di atas, peneliti menganggap perlu untuk meneliti hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja pada guru SMK Farmasi Medan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi dalam mengajar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain: 1. Dari segi teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat


(29)

memberi gambaran mengenai hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

2. Dari segi praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru SMK Farmasi agar lebih memperhatikan kondisi lingkungan sehingga siswa dapat memahami semua materi yang disampaikan guru serta ahli dalam bidangnya.

b. Kepada pihak sekolah, agar dapat meningkatkan dan memperhatikan kepuasan kerja guru.

E. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : BAB I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan persepsi terhadap iklim kelas dan kepuasan kerja guru SMK Farmasi.

BAB III: Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur atau


(30)

instrumen yang digunakan, uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, dan metode analisa data.

BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk pihak terkait dan penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja Guru 1. Definisi Kepuasan Kerja

Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja adalah komponen integral dari iklim organisasi dan merupakan elemen penting dalam mengatur hubungan karyawan. Kepuasan kerja juga merupakan keadaan emosi positif yang terjadi ketika pekerjaan seseorang telah memenuhi nilai penting pekerjaan yang sesuai dengan nilai yang telah ditentukan dengan apa yang diinginkan. Ia juga menambahkan bahwa kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap pekerjaannya yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

Menurut Dariyo (2008) kepuasan kerja adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Ini berarti kepuasan kerja seseorang tergantung bagaimana penilaian (persepsi) individu yang bersangkutan terhadap pekerjaan itu sendiri, apakah membuat dirinya merasa puas atau tidak (Dariyo, 2008).

Dari beberapa pengertian kepuasan kerja di atas, maka pengertian kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan yang terjadi ketika seseorang telah memenuhi nilai penting pekerjaan sesuai dengan apa yang ia inginkan.


(32)

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru

Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja guru merupakan gejala kompleks yang memiliki berbagai faktor yang berhubungan yaitu personal, sosial, budaya dan ekonomi. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada umumnya (Kumar,2007).

Kepuasan kerja didasari pada berbagai sikap dari karyawan, faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya, supervisi (pengawasan), yakin terhadap pekerjaan, kondisi pekerjaan, kesempatan untuk naik jabatan, penghargaan, evaluasi kerja, hubungan sosial dalam kerja, perlakuan dari atasan, lingkungan kerja dan faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan (Kumar,2007).

Menurut Lester (dalam Hughes, 2006) kepuasan kerja guru didefenisikan sebagai lingkup dari persepsi karyawan dan nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan nilai-nilai yang dirasakan oleh guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan (dalam Hughes, 2006).

Howell dan Diphoye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil kepuasan kerja dari hasil keseluruhan derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya misalnya kondisi fisik lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja/mengajar. Jika guru puas akan keadaan yang mempengaruhi pekerjaanya,


(33)

maka ia akan bekerja dengan baik atau mengajar dengan baik. Sebaliknya, jika guru kurang puas maka ia akan mengajar sesuai kehendaknya (Suwar, 2008).

Dari beberapa penjelasan diatas, maka pengertian kepuasan kerja guru dalam penelitian ini adalah hasil dari berbagai sikap seorang guru terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang merupakan hasil penilaian yang bersifat subjektif terhadap aspek-aspek pekerjaan itu sendiri, seperti evaluasi, rekan kerja, kondisi lingkungan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

Menurut Afsar Khan dalam Ramatulasamma (2007), faktor dari kepuasan kerja karyawan terdiri dari empat faktor yaitu sebagai berikut:

a. Karakteristik Kerja (job characteristics)

Herzberg dalam teori dua faktor, mengidentifikasikan faktor kepuasan kerja yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ini mencakup: 1). Keinginan dan tertarik pada pekerjaan, 2). Menilai pekerjaan lebih bermakna, 3). Ikut dalam memecahkan masalah dalam pekerjaan, 4). Mengontrol atau adanya kebebasan dalam bekerja.

b. Karakteristik Individu (individual characteristics)

Faktor ini merupakan variable demografi. Hal ini seperti karakteristik personal yang lebih penting dari kehidupan, yaitu 1). Tingkat pekerjaan, 2). Usia, 3). Pendidikan, 4). Jenis kelamin.


(34)

c. Karakteristik Organisasi (organizational characteristics)

Karakteristik dari kepuasan kerja dihubungkan dengan variabel struktur organisasi, diantaranya: 1) Infrastruktur dari organisasi, 2) Pelayanan yang baik, 3) Adanya fasilitas rekreasi, 4) Penempatan dan promosi.

d. Karakteristik situasi kerja ( work situational characteristics)

Karakteristik ini mempengaruhi kepuasan kerja pada karyawan. Karakteristik penting dari situasi kerja diantaranya : 1) Ukuran keselamatan, 2) Hubungan interpersonal, 3) Berhubungan dengan manajemen, 4) Lingkungan kerja, 5) Pekerjaan dasar, 6) Motivasi.

Selain beberapa faktor tersebut, faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja adalah teori dua faktor yang di kemukakan oleh Herzberg. Teori ini menekankan 2 faktor penting dalam menentukan motivasi seseorang yaitu faktor intrinsik atau motivator dan faktor ekstrinsik atau hygien (Munandar, 2001), yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik ini disebut juga dengan faktor motivator atau penyebab kepuasan (satisfiers). Faktor ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi langsung kepuasan kerja karyawan. Karena ketika mereka merasa senang mereka mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Faktor ini tidak akan membawa ketidakpuasan kerja bagi karyawan, tetapi akan memberikan motivasi yang kuat hingga meningkatkan kinerja karyawan. Dimana yang termasuk pada faktor motivator/intrinsik, yaitu 1) Prestasi yang diraih (achievement), 2) penghargaan (recognition), 3) tanggungjawab (responsibility), 4) peluang untuk maju


(35)

(advancement), 5) pekerjaan itu sendiri (the work it self), 6) kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth).

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik ini disebut juga dengan faktor hygien atau penyebab ketidakpuasan (dissatisfiers). Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi langsung ketidakpuasan karyawan. Karena ketika mereka tidak senang, mereka cenderung menyalahkan faktor-faktor dari luar seperti lingkungan kerja. Faktor ini tidak akan membawa kepuasan kerja tetapi ketiadaannya akan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Dimana yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah: 1) kompensasi, 2) keamanan dan keselamatan kerja, 3) kondisi kerja, 4) status, 5) Prosedur perubahan, 6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan hubungan dengan bawahan.

Kesimpulan dari teori dua faktor bahwa terdapat faktor pendorong yang berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga membawa kepuasan kerja yang disebut dengan faktor intrinsik atau faktor motivator dan yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja yang disebut dengan faktor ekstrinsik atau faktor hygien (Munandar, 2001).

4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru

Menurut Lester dan Bishop (2000) aspek-aspek dari kepuasan kerja guru terbagi menjadi sembilan aspek, yaitu:


(36)

a. Pengawasan (supervision)

Merupakan tipe pengawas (supervision), apakah pengawas berorientasi pada tugas atau berorientasi pada individu. Englhardt dalam Kumar (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan langsung dari pengawasan yang diberikan kepala sekolah kepada staf pengajar. Ketidakpuasan dapat meningkat jika seseorang bekerja dibawah kemampuannya, tidak efisien, dan cuek kepada atasan atau bos.

Kepuasan guru dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah untuk memberikan penghargaan terhadap kualitas guru dalam mengajar (Daly dalam Kumar, 2007). Faktor penting dalam berubahnya karir guru adalah ketidakpuasan dengan kepala sekolah yangmana bagian dari peran kepala sekolah sering tidak teratur, dalam mengurangi atau menghilangkan kesempatan guru untuk berkreasi di dalam kelas (Bloland & Selby dalam Rao,2004).

b. Rekan kerja (colleagues)

Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Neeraja Dwivedi dalam Ramatulasamma (2007) menyatakan bahwa teman, rekan kerja, anggota keluarga dan tetangga berpengaruh pada seseorang dan berdampak pada kepuasan kerja seseorang. Hubungan antara guru dan kepala sekolah dan hubungan antar anggota profesi memiliki pengaruh yang baik pada kepuasan kerja guru (Mokry dalam Kumar 2007).


(37)

c. Kondisi pekerjaan (working condition)

Merupakan kondisi fisik dari lingkungan kerja. Perlengkapan alat-alat mengajar dalam situasi ruang kelas yang nyaman berhubungan dengan kepuasan kerja (National Educational Association dalam Rao, 2004). Menurut Rao (2004) umumnya guru menilai kondisi fisik yang tidak berbahaya atau tidak nyaman dengan hal yang tampak seperti suhu, kelembapan, ventilasi, pencahayaan dan tingkat kebisingan yang cukup dan apabila kebisingannya berlebihan dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan mengurangi kemampuan untuk bekerja.

Lingkungan fisik yang tidak sehat dalam bekerja dapat memberikan perasaan tidak nyaman dan pekerjaan dalam kondisi fisik yang buruk yang dilakukan dalam waktu yang lama akan memberikan ketidakpuasan pada pekerjaannya (Rohila dalam Rao, 2004). Rudd dan Wiseman dalam Kumar (2007) menyatakan kondisi fisik pekerjaan harus nyaman untuk guru beserta dengan perangkatnya, peralatan dalam mengajar, dan perlengkapan yang digunakan dalam mengajar. Keefektifan mengajar didasarkan pada jangkauan kondisi fisik pekerjaan seperti akomodasi yang bagus, ventilasi yang bagus, ruangkelas yang nyaman, peralatan memadai, perpustakaan, laboraturium, taman bermain, dll.

d. Imbalan/gaji (pay)

Merupakan pendapatan dalam setahun yang sesuai seperti menunjukkan penghargaan dan prestasi, ataupun kegagalan dari karyawan. Anand dalam Rao (2004) menyatakan bahwa gaji mempunyai hubungan yang sangat


(38)

signifikan dengan kepuasan kerja. Besarnya gaji juga akan mempengaruhi kepuasan kerja pada guru sekolah (Anjaneyulu dalam Rao, 2004).

e. Tanggungjawab (responsibility)

Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan, untuk menolong setiap murid dalam belajar.

f. Pekerjaan itu sendiri (work itself)

Merupakan pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang berhubungan dengan pekerjaan.

g. Kenaikan Jabatan (advancement)

Merupakan perubahan status atau posisi, yang dapat meningkatkan gaji guru. Kesempatan untuk naik jabatan sangat penting untuk karyawan, administrasi dan seseorang yang ahli dibidangnya dan tidak begitu penting untuk seseorang yang tidak memiliki keahlian (Blum dalam Rao, 2004). Tingkat yang lebih tinggi dari pekerjaan memberikan perasaan yang lebih puas, prestis, gaji, dan dapat mengontrol diri (Porter dalam Kumar, 2007). h. Keamanan (security)

Merupakan kebijakan dari sekolah dalam menghormati dan menghargai kedudukan/jabatan, senioritas, karyawan yang diberhentikan untuk sementara waktu, pensiunan/mengundurkan diri, dan pemecatan karyawan. Rao (2004) menyatakan bahwa keamanan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pendidikan. Blum dan Naylor dalam Rao (2004) melakukan observasi mengenai kontribusi keamanan pada


(39)

kepuasan kerja, tetapi penyebab keamanan yang dimaksud adalah sosial dan ekonomi. Hal ini diyakini bahwa keamanan sosial dan keamanan ekonomi merupakan esensi kesenangan dalam banyak pekerjaan.

i. Penghargaan (recognition)

Merupakan pengakuan dalam hal perhatian, pernghargaan, prestise dan penghargaan dari supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Johnson dkk dalam Kumar (2007) menyatakan bahwa penghargaan berpengaruh dalam kepuasan. Guru akan lebih antusias pada penghargaan yang diberikan oleh umum/masyarakat daripada penghargaan dari professional lainnya (Robinson dalam Kumar, 2004). Kumar (2007) menyatakan penghargaan merupakan satu dari faktor yang signifikan yang mempengaruhi kepuasan guru dalam bekerja.

Aspek-aspek kepuasan kerja ini merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan terhadap pekerjaan guru ataupun ketidakpuasan pekerjaan pada guru (Bishop, 2000).

B. Persersi terhadap Iklim Kelas 1. Persepsi

a. Definisi Persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti (Irwanto dkk, 1996). Hariyadi,dkk


(40)

(1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai suatu penilaian seseorang terhadap obyek, peristiwa atau stimulus, dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan obyek, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tersebut.

Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan. Sama halnya menurut Toha (1983) persepsi merupakan pemahaman individu terhadap informasi lingkungan yang diperoleh melalui proses kognitif.

Persepsi adalah kemampuan untuk mengenali orang, objek atau kejadian dengan memberikan arti dari apa yang kita ketahui (Elliot et al, 1996). Lahey (2007) juga mengartikan persepsi adalah pemberian arti stimulus yang berbeda dan mempunyai arti yang menimbulkan kesadaran, arti yang diberikan individu terhadap suatu stimulus berdasarkan cara orang tersebut mempolakannya. Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses organisasi dan interpretasi informasi yang diterima dari dunia luar. Rahmat (2000) mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penerimaan suatu rangsang baik objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa dan kemudian memberikan makna dari rangsang tersebut yang berbeda-beda pada setiap orang.


(41)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Walgito (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya :

1) Perhatian yang selektif

Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke mana sebagai objek pengamat.

2) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya paling kuat.

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman mempunyai pola dan citra rasa yang berbeda dalam pengamatan dibanding dengan orang yang bukan seniman.

4) Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

2. Iklim Kelas

a. Definisi Iklim Kelas

Iklim kelas merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa


(42)

lainnya (Fraser dalam Brok dkk 2003). Iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan diantara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar (Fisher & Rawnsley, 1998).

Fraser (dalam Brok dkk 2003) mengidentifikasikan bahwa dalam iklim kelas terdapat empat karakter, yaitu personalisasi, partisipasi, ketertiban, dan kejelasan arah tugas serta tanggung jawab. Tingkat personalisasi, mencerminkan kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dengan guru dan siswa lain, serta menunjukkan kepedulian guru terhadap kesejahteraan dan perkembangan sosial di dalam kelas. Tingkat partisipasi melukiskan sejauh mana guru dapat mendorong siswa-siswanya untuk aktif terlibat secara fisik maupun kognitif (mental) selama proses pembelajaran. Tingkat ketertiban kelas menggambarkan sejauh mana kemampuan guru untuk menciptakan suasana kelas yang tertib-efektif yang juga diharapkan oleh siswanya. Ciri khas keempat, kejelasan arah tugas serta tanggungjawab siswa, menunjukkan keahlian guru dalam memberikan tugas-tugas yang jelas selama dan sesudah proses pembelajaran.

Iklim kelas menurut Wilson (dalam Khine & Chiew, 2001) adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar. Menurut Ormrod (2003) iklim kelas diartikan sebagai tempat dimana tercipta komunitas di antara siswa; tempat dimana siswa diberikan berbagai kontrol untuk melakukan berbagai aktivitas di dalam kelas; tempat yang memiliki atmosfir yang


(43)

menyenangkan dan tidak terancam; tempat untuk mengkomunikasikan pesan-pesan mengenai permasalahan yang dihadapi siswa di kelas; serta tempat untuk mengkomunikasikan penerimaan, penghargaan dan perhatian dari guru kepada siswanya.

Menurut Bloom (dalam Tarmidi, 2005) iklim kelas dapat diartikan sebagai kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Adelman dan Taylor (dalam Lee, 2005) menyatakan iklim kelas merupakan kualitas lingkungan yang dirasakan, yang muncul dari adanya interaksi dari berbagai faktor lingkungan seperti aspek fisik, materi, organisasi, operasional, dan variabel sosial. Iklim kelas memegang peranan penting dalam mempengaruhi keberlangsungan kegiatan belajar dan perilaku di dalam kelas. Wilson (dalam Khine & Chiew,2001) menyatakan iklim kelas adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi sebagai usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar.

Dari beberapa teori mengenai iklim kelas tersebut, maka pengertian iklim kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnya.

b.Aspek-aspek Iklim Kelas

Menurut Fraser (dalam Dorman,2009) terdapat tujuh aspek yang dapat digunakan untuk mengukur iklim kelas, yaitu:


(44)

1). Kekompakan siswa (student cohesiveness)

Kekompakan siswa dilihat dari sejauh mana siswa mengenal, membantu, dan saling mendukung satu sama lain.

2). Dukungan guru (teacher support)

Dukungan guru merupakan perhatian serta bantuan yang diberikan guru kepada siswa di dalam kelas. Dukungan guru dapat berupa memberi kesempatan pada siswanya untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan sebagainya.

3). Keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement)

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu sejauh mana siswa tertarik dan berpartisipasi dalam proses belajar, diskusi kelas, memperhatikan penjelasan guru mengenai pelajaran yang sedang dipelajari, melakukan kerja ekstra untuk suskses dalam pembelajaran.

4). Kegiatan penyelidikan (investigation)

Kegiatan penyelidikan merupakan sejauhmana siswa dapat memecahkan persoalan dalam kelas tanpa diberitahu dulu cara pemecahannya. Siswa dapat memecahkan persoalan dengan bertanya kepada siswa lainnya, kepada guru, ataupun memperoleh informasi dari media (menonton televisi, membaca buku, dan lain-lain).

5). Arahan tugas dari guru (task orientation)

Arahan tugas dari guru merupakan perhatian yang diberikan siswa dalam mengikuti pelajaran dan mencoba memahami tugas yang diberikan guru.


(45)

Siswa akan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya, dan tetap menaruh perhatian pada pelajaran yang disampaikan oleh guru. 6). Kerjasama siswa (cooperation)

Kerjasama siswa merupakan kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas. Guru ada kalanya memberikan tugas secara berkelompok untuk melihat kemampuan siswa bekerja dengan orang(siswa) lain. Untuk dapat mencapai menyelesaikan tugas yang baik, erjasama dengan siswa lainnya diperlukan.

7). Kesetaraan (equity)

Kesetaraan dilihat melalui setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk bicara. Guru tidak membeda-bedakan siswanya, setiap siswa mendapat perlakuan yang adil.

Aspek-aspek iklim kelas ini merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, McRobbie, dan Fisher.

c. Menciptakan Iklim Kelas yang Positif

Siswa membutuhkan iklim kelas yang positif untuk dapat belajar. Iklim kelas yang positif dapat diciptakan dengan mengatur aktivitas di kelas. Menurut Adelman & Taylor (dalam Lee, 2005) untuk mengembangkan iklim kelas yang positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan kelas bagi siswa serta guru. Sekolah juga perlu menciptakan kurikulum yang tidak hanya mendukung kemampuan akademik siswa tetapi juga kemampuan sosial dan emosional; memberikan kesempatan bagi guru untuk


(46)

mengembangkan keefektivitasan dalam cara mengajar; serta meningkatkan motivasi intrinsik bagi siswa maupun guru (Adelman & Taylor dalam Lee, 2005).

C. Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas

Berdasarkan pengertian persepsi dan iklim kelas yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas merupakan penilaian guru mengenai suasana yang dialaminya di dalam kelas sebagai proses pengenalan dan pemahaman akan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas yang meilputi hubungan antar siswa, antara guru dengan siswa yang menampilkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tugas sekolah. Persepsi positif dari iklim kelas merupakan persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang nyaman. Sedangkan persepsi negatif dari iklim kelas dimana persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang kurang nyaman.

Penilaian tentang iklim kelas diungkapkan dengan menilai aspek-aspek iklim kelas. Perspesi tentang iklim kelas dapat diartikan sebagai penilaian mengenai kekompakan siswa (student cohesiveness), dukungan guru (teacher support), keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement), kegiatan penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama siswa (cooperation), dan kesetaraan (equity).


(47)

D. Guru

1. Definisi Guru

Menurut Rustana (dalam Nurdin,2004) guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa untuk menjabat kepekerjaan itu (Srikun,1996). Guru menurut Zakiyah Darajat (dalam Nurdin, 2004) adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orangtua. Zahara idris dan Lisma Jamal (dalam Nurdin,2004) mengartikan guru sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk hidup yang mandiri dan makhluk sosial.

McLeod (dalam Nurdin, 2004) berasumsi bahwa guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajari orang lain. Kata mengajar dapat kita artikan misalnya menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (kognitif), melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik), dan menanamkan nilai dan keyakinan orang lain (afektif). Sejalan dengan hal tersebut, guru menurut Poerwadarminta (dalam Nurdin, 2004) adalah orang yang kerjanya mengajar, dimana mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya.


(48)

Dalam penelitian ini, pengertian guru yang dimaksud adalah pendidik yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar, yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai individu, sebagai makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial (Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Nurdin, 2004).

2. Definisi Guru SMK Farmasi

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Depdiknas, 2009).

Guru SMK adalah tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Dalam penelitian ini pengertian guru SMK Farmasi yang dimaksud adalah tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan kurikulum SMK yang berlaku yaitu normatif, adaptif, dan produktif yang sesuai dalam bidang Farmasi.


(49)

3. Tugas Guru

Menurut Djamarah (2002) guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk :

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara kita Pancasila.

c. Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 11 tahun 1983.

d. Sebagai perantara dalam belajar, di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap.

e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kea rah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dulu.

h. Guru sebagai administrator dan manajer, disamping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha.


(50)

j. Guru sebagai perencana kurikulum, gurulah yang paling tahu kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar.

k. Guru sebagai pemimpin, mempunyai kesempatan dan tanggungjawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke pemecahan soal. l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak, harus turut aktif

dalam segala aktivitas anak.

Dari beberapa tugas guru tersebut, pada dasarnya dalam proses pendidikan guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Djamarah, 2002).

4. Kurikulum Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1992-1993 Bab IX Pasal 21, Kurikulum SMK diorganisasikan ke dalam komponen yang bersifat :

a. Normatif, berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia yang wajib memuat bahan kajian dan pelajaran pendidikan Pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, sejarah nasional dan sejarah umum, dan pendidikan jasmani dan kesehatan.


(51)

b. Adaptif, berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan profesi yang memuat bahan kajian dan pelajaran yang memberikan konsep berfikir analitis, logis, dan kreatif yang mendukung kemampuan tamatan dalam mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c. Produktif, berperan dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang memuat bahan kajian dan pelajaran yang membekali keterampilan dan sikap kerja professional sesuai dengan kemampuan yang dituntut oleh dunia kerja.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan SMK menurut petunjuk pelaksanaan sistem pendidikan nasional tahun 1992-1993 Bab IX Pasal 21adalah diorganisasikan ke dalam komponen yang bersifat normatif, adaptif, dan produktif.

E. Hubungan antara Persepsi Guru Terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Pada Guru SMK Farmasi Medan

Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi sistem pendidikan (Ramatulasamma, 2007). Guru memegang peranan utama dalam proses pendidikan secara keseluruhan, dimana mengajar merupakan membimbing aktivitas belajar murid (Uzer Usman dalam Nurdin, 2004). Agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang optimal, maka aktivitas siswa dalam belajar


(52)

sangat diperlukan dan juga agar mengajar berjalan efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya (Nurdin,2004).

Bagi guru sendiri, secara psikologis keberhasilan dalam mengajar akan meningkatkan kepuasan kerja tersendiri, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan semangat yang tinggi dalam mengajar (Nurdin,2004). Termasuk di dalamnya pada guru SMK dengan kurikulum yang berbeda dari SMA pada umumnya sehingga tanggung jawab guru SMK lebih besar daripada guru SMA. Kurikulum di SMK memiliki tiga komponen yang bersifat (1). Normatif yang berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia, (2). Adaptif yang berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan profesi, dan (3). Produktif yang berperan dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Depdiknas, 1993). Hal ini lah yang membuat tanggungjawab guru SMK lebih besar daripada guru SMA.

Menurut Depdiknas (1993) Bab II Pasal 2 ayat 1, pendidikan di SMK pada umumnya bertujuan untuk (1).mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau meluaskan pendidikan dasar; (2).meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar; (3).meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan (4).menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Tujuan dari pendidikan SMK ini, harus dipenuhi oleh semua SMK, termasuk pendidikan SMK Farmasi. Di dalam SMK Farmasi, tujuan yang sangat


(53)

diharapkan adalah agar siswanya dapat menguasai ilmu dibidangnya, misalnya dalam meracik obat-obatan, membaca resep dari dokter, dll. Sehingga, apabila siswa dapat menguasai ilmunya serta tujuan dari pendidikan SMK terpenuhi maka secara tidak langsung akan memberikan dampak psikologis bagi guru yaitu dalam hal kepuasan kerja dalam mengajar.

Kepuasan kerja guru dalam mengajar, dapat dilihat dari adanya persepsi guru pada kelas dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Nurdin (2004), bahwa untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dalam mengajar tidak dapat terlepas dari kondisi lingkungan kelas yang ada. Adelman & Taylor (dalam Lee, 2005) juga berpendapat bahwa untuk dapat mengembangkan iklim kelas yang positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan kelas bagi siswa serta guru.

Hal ini sesuai dengan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja guru yang dikemukakan oleh Lester (1998) yaitu kondisi lingkungan kerja, dalam penelitian ini kondisi lingkungan kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kepuasan kerja guru dapat juga dipengaruhi oleh peraturan dari sekolah dan hal tersebut menunjukkan komponen dari lingkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan kerja pada guru (Latham, 1998).

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Mark Scheider (2003) mengenai kepuasan kerja pada guru, menunjukkan bahwa kondisi yang menyatakan keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi keadaan di sekeliling kelas, kelengkapan dari fasilitas ruang kelas, keaktifan siswa


(54)

dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kebisingan dalam ruang kelas, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai keadaan iklim di dalam kelas.

Sejalan dengan hal tersebut penelitian lain yang dilakukan Wahyudi (2003) mengenai iklim kelas yang merupakan suasana batin (kejiwaan) dan sosial yang tercipta di dalam suatu kelas, yang dipandang dari persepsi siswa dan persepsi guru di kelas tersebut. Dimana, persepsi merupakan proses yang dialami individu yang mencakup menerima, memilih, menyadari, dan memaknai stimulus yang terdapat di lingkungan maupun dalam diri individu dengan menggunakan informasi sebelumnya.

Dari paparan di atas maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

F. Hipotesa

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam peelitian ini adalah metode korelasional kuantitatif, dimana penelitian korelasional menurut Azwar (2000) bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru pada SMK Farmasi Medan.

Dalam penelitian jenis ini, data yang dikumpulkan hanya untuk memperifikasi dan menggambarkan ada tidaknya hubungan antarvariabel yang diteliti, namun tidak dapat menerangkan sebab-sebab hubungan tersebut (Hadi, 2000).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah :

1. Variabel x

Variabel x dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap iklim kelas. 2. Variabel y


(56)

B. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persepsi guru terhadap iklim kelas

Persepsi guru terhadap iklim kelas merupakan hasil dari proses penerimaan suatu objek, peristiwa dan penilaian guru terhadap kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dengan guru dan siswa lain, dan menunjukkan kepedulian guru terhadap kesejahteraan dan perkembangan sosial didalam kelas serta mampu mendorong siswa untuk aktif terlibat secara fisik maupun kognitif selama proses pembelajaran dan dapat ikut serta membantu siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu juga dapat menjalankan tugasnya dalam proses belajar mengajar serta memberikan pemahaman kepada siswa dari materi yang disampaikan.

Dalam penelitian ini persepsi guru terhadap iklim kelas diukur dengan menggunakan skala persepsi terhadap iklim kelas yang diungkap berdasarkan tujuh aspek dalam mengukur iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser (dalam Dorman dkk, 2009) diantaranya:

a. Kekompakan siswa

Aspek ini menekankan pada hubungan antar siswa, sehingga mengukur penilaian guru terhadap sejauhmana siswa mempunyai informasi tentang siswa lainnya serta saling membantu dan suportif satu sama lain.


(57)

b. Dukungan guru

Aspek ini menekankan pada perlakuan guru yang positif. Mengukur penilaian guru dalam membantu, memperlakukan siswa sebagai teman, percaya kepada siswa, serta memperhatikan siswa.

c. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran

Aspek ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Mengukur penilaian guru pada siswa dalam menaruh perhatian lebih pada proses belajar di kelas, berpartisipasi di dalam diskusi, mengerjakan tugas tambahan, serta merasa nyaman di kelas.

d. Kegiatan penyelidikan

Aspek ini menekankan pada penilaian guru pada kemampuan siswa dalam melakukan investigasi dan proses mencari tahu (inquiry) yang digunakan dalam mengatasi masalah, dikembangkan di dalam kegiatan belajar di kelas. Siswa melakukan usaha untuk mencari tahu dan menyelesaikan masalahnya. e. Arahan tugas dari guru

Aspek ini menekankan pada penilaian guru terhadap kemampuan siswa untuk tetap fokus dan bertahan dalam menyelesaikan tugas hingga selesai. Mengukur sejauh mana siswa memandang penting untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, dan tetap berfokus pada tugas.

f. Kerjasama siswa

Aspek ini mengukur penilaian guru mengenai kerjasama siswa di dalam kelas dan tidak bersaing secara negatif di dalam kelas.


(58)

g. Kesetaraan

Aspek ini mengukur penilaian guru dalam memperlakukan siswa sama dengan siswa lainnya.

Positif negatifnya persepsi terhadap iklim kelas dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala persepsi terhadap iklim kelas. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki persepsi positif terhadap iklim kelas dan sebaliknya.

2. Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi

Kepuasan kerja guru SMK Farmasi adalah perasaan mengenai penerimaan dan nilai-nilai seorang guru SMK Farmasi terhadap pekerjaannya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, kondisi lingkungan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan.

Dalam penelitian ini kepuasan kerja guru diukur dengan menggunakan skala kepuasan kerja guru yang diungkap berdasarkan sembilan aspek-aspek kepuasan kerja guru yang dikemukakan oleh Lester dan Bishop (dalam Hughes 2006), diantaranya:

a. Pengawasan

Aspek ini mengukur penilaian guru terhadap supervisor/kepala sekolah apakah individual-oriented atau task-oriented.

b. Rekan kerja

Aspek ini mengukur penilaian guru terhadap hubungan antara guru dan dengan siswa lainnya.


(59)

c. Kondisi lingkungan pekerjaan

Aspek ini mengukur penilaian guru dalam kondisi fisik dari lingkungan kerjanya.

d. Imbalan/gaji

Aspek ini mengukur penilaian guru terhadap imbalan atau gaji yang diterima. e. Tanggungjawab

Aspek ini mengukur penilaian guru dalam tanggungjawab untuk membantu siswa dalam belajar dan ikut berpartisipasi dalam membuat keputusan.

f. Pekerjaan itu sendiri

Aspek ini mengukur penilaian guru terhadap pekerjaan mereka. g. Perubahan/kenaikan jabatan

Aspek ini mengukur penilaian guru mengenai perubahan status atau posisi dalam pekerjaan.

h. Keamanan

Aspek ini mengukur penilaian guru mengenai keamanan dalam pekerjaan mereka serta mengenai kebijakan sekolah tentang masa jabatan, senioritas, pemecatan, dan pensiun.

i. Adanya pengakuan

Aspek ini mengukur penilaian guru terhadap penghargaan dan perhatian dari

supervisor/kepala sekolah, rekan kerja, siswa dan orangtua.

Tinggi rendahnya kepuasan kerja guru dilihat melalui skor yang diperoleh pada skala kepuasan kerja guru. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki kepuasan kerja guru tinggi dan sebaliknya.


(60)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Hadi (2000) mengemukakan bahwa semua individu yang memiliki generalisasi keadaan atau kenyataan yang sama disebut populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Farmasi Medan yaitu sebanyak 120 orang. Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMK Farmasi Medan.

2. Sampel

Individu yang diselidiki merupakan bagian dari populasi yang disebut sampel. Penelitian ini menggunakan seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian yaitu semua guru dalam populasi digunakan sebagai sampel atau subjek penelitian yang berjumlah 80 orang. Istilah yang lazim untuk pendekatan ini adalah sampel total (Sundayana, 2009).

D. Alat Ukur atau Instrumen yang Digunakan 1. Alat Ukur

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.


(61)

Menurut Hadi (2000), skala adalah suatu alat ukur dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi sebagai berikut : 1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh penyelidik.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000). Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas

Skala persepsi terhadap iklim kelas diisi oleh guru yang disusun berdasarkan tujuh aspek iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser (dalam Dorman dkk, 2009) dalam mengukur iklim kelas, yaitu kekompakan siswa

(student cohesiveness), dukungan guru (teacher support), keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement), kegiatan penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama siswa (cooperation), dan kesetaraan (equity).

Skala persepsi tentang iklim kelas ini menggunakan model skala ordinal yang disusun berdasarkan penskalaan model Likert, dimana terdapat aitem atau


(62)

pernyataan yang dikelompokkan sebagai aitem favorable dan aitem unfavorable. Pernyataan ini terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Pemberian skor bergerak antara satu sampai empat untuk aitem favorable dan untuk aitem

unfavorable antara empat sampai satu. Untuk aitem yang favorable jawaban Sangat Sesuai (STS) dinilai 1, Tidak Sesuai (TS) dinilai 2, Sesuai (S) dinilai 3, dan Sangat Sesuai (SS) dinilai 4, sedangkan untuk aitem unfavorable jawaban Sangat Sesuai (STS) dinilai 4, Tidak Sesuai (TS) dinilai 3, Sesuai (S) dinilai 2, dan Sangat Sesuai (SS) dinilai 1.

Untuk Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas dilakukan pengkategorian positif dan negatif. Karena hanya dua kategori yang digunakan, maka pemisahan kategori positif dan negatifnya dilakukan dengan menggunakan batas kisaran skor atau fluktuasi skor mean, yaitu dengan mencari standar eror skala dengan rumus:

Keterangan :

Se = standar eror Sx = standar deviasi Rxx’ = koefisien reliabilitas

Distribusi butir penelitian untuk skala persepsi terhadap iklim kelas seperti dituangkan dalam tabel 1 berikut:


(1)

17. Siswa dikelas saya selalu mengikuti pelajaran yang saya sampaikan dari awal sampai selesai.

18. Dalam mengerjakan tugas, kebanyakan siswa hanya mengandalkan penjelasan dari saya tanpa mencari sumber bacaan yang lain.

19. Siswa tidak akan bertanya kepada guru meskipun ia tidak mengerti materi yang saya ajarkan.

20. Sebahagian besar siswa hanya mendengarkan penjelasan materi yang saya sampaikan di awal jam pelajaran saja.

21. Siswa mengumpulkan tugas yang saya berikan sesuai waktu yang telah di tentukan.

22. Meskipun saya sedang menerangkan materi di depan kelas, siswa tidak mau mendengarkannya.

23. Siswa akan berhenti mengerjakan tugas apabila mereka mengalami kesulitan dalam menjawabnya

24. Saat saya memberikan tugas kelompok, siswa dapat bekerja sama dengan baik.

25. Saat diskusi pelajaran, siswa akan memberikan kesempatan bagi teman-teman sekelompok untuk berargumen.

26. Saat mengerjakan tugas kelompok, siswa mengerjakannya bersama-sama dan saling mengemukakan ide masing-masing.

27. Agar terlihat lebih pintar dari teman-sekelompok,siswa akan menonjolkan diri saat diskusi berlangsung.

28. Saya hanya memperhatikan siswa yang pintar saja. 29. Saya hanya akan mendiskusikan materi pelajaran pada

siswa tertentu saja.

30. Dalam diskusi kelompok, siswa tidak membagikan informasi yang dia ketahui karena hanya akan membuat teman-teman menjadi malas.


(2)

siswa yang lain akan memberikan motivasi untuk lebih giat lagi belajar.

32. Siswa akan menghibur temannya yang sedang bersedih. 33. Siswa aktif menyampaikan ide-idenya saat diskusi.

34. Bila ada siswa yang bersedih, tidak ada seorangpun teman yang menghiburnya.

35. Keputusan yang berlaku di kelas selalu saya putuskan sendiri.

36. Menurut saya mendengarkan cerita siswa hanya membuang-buang waktu saja.

37. Dalam pelajaran saya, siswa aktif mencari data-data yang mendukung

38. Saat praktikum siswa fokus mendengarkan instruksi yang saya berikan.

39. Siswa tidak tertantang untuk menganalisa pertanyaan – pertanyaan yang saya ajukan di kelas.

40. Kebanyakan siswa malas untuk mengerjakan soal-soal yang sulit.

41. Perhatian yang saya berikan untuk semua siswa adalah sama.

42. Saya memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk menyampaikan pendapat.

43. Saya selalu memberikan hukuman yang sama untuk siswa yang tidak dapat diatur.

44. Saya lebih memperhatikan siswa yang berasal dari satu suku dengan saya.

45. Sebahagian besar siswa tidak pernah mengumpulkan tugas tepat waktu.

46. Hukuman yang saya beri hanya untuk siswa yang tidak dekat dengan saya.

47. Saat jam pelajaran saya, meskipun siswa dan siswa lainnya tergabung daam satu kelompok, mereka tidak akan bekerjasama.


(3)

NO

PERNYATAAN STS TS S SS

1. Saya selalu mendapatkan perlakuan yang adil dari kepala sekolah.

2. Saya memiliki hubungan yang baik dengan guru-guru lain.

3. Saya merasa nyaman ketika berada di dalam kelas. 4. Saya puas dengan jumlah gaji yang saya terima

sekarang.

5. Jika siswa tidak mengerti pelajaran yang saya jelaskan, saya akan menjelaskan kembali sampai siswa mengerti. 6. Saya senang menjalankan tugas sebagai seorang guru. 7. Kenaikan jabatan merupakan hal yang penting sebagai

seorang guru.

8. Saya merasa nyaman dengan kebijakan yang diberlakukan di sekolah.

9. Kepala sekolah memberika penghargaan untuk kemampuanmengajar saya yang baik.

10. Kepala sekolah memberikan perlakuan yang tidak adil bagi saya.

11. Hanya membuang-buang waktu saja untuk mendengarkan cerita siswa.

12. Sulit bagi saya untuk mendapatkan alat-alat praktikum. 13. Saya tidak pernah mempermasalahkan jumlah gaji

yang saya terima.

14. Saya hanya memberikan sedikit penjelasan ketika siswa bertanya kepada saya.

15. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang membosankan.

16. Bagi saya kenaikan jabatan tidak begitu penting.

17. Kebijakan di sekolah tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan.

18. Tidak ada yang mengatakan bahwa saya adalah guru yang baik.


(4)

20. Saya senang dapat menjadi teman cerita bagi siswa. 21. Selama proses belajar mengajar, saya selalu

menanyakan kepada siswa materi mana yang tidak dimengerti.

22. Bagi saya mengajar merupakan hal yang sangat menyenangkan.

23. Selama proses belajar mengajar, saya selalu menanyakan pada siswa materi mana yang tidak dimengerti.

24. Bagi saya mengajar merupakan hal yang sangat menyenangkan.

25. Dukungan orangtua memberikan motivasi bagi saya untuk mendidik siswa dengan baik.

26. Saya merasa nyaman dengan kebijakan yang dilakukan di sekolah.

27. Saya tidak pernah sependapat dengan guru lain.

28. Saya hanya diam apabila peralatan yang dipakai dalam laboraturium tidak ada.

29. Hanya membuang-buang waktu saja untuk menjelaskan materi pelajaran pada siswa yang tidak mengerti.

30. Sulit bagi saya untuk menjalankan tugas bagi seorang guru.

31. Sulit bagi saya untuk memperoleh kenaikan jabatan di sekolah.

32. Sulit bagi saya untu menjalin hubungan dengan guru lain sehingga membuat saya tidak nyaman dalam bekerja.

33. Kepala sekolah selalu menganggap remeh kemampuan mengajar saya.

NO


(5)

34. Menurut saya kepala sekolah ditempat saya bekerja sudah cukup profesional.

35. Saya sering berbagi cerita dengan guru lain.

36. Saya selalu ikut serta dalam memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit.

37. Saya bangga dengan profesi saya sebagai seorang guru. 38. Kenaikan jabatan bukan merupakan prioritas utama

saya dalam bekerja.

39. Terbentuknya hubungan baik dengan guru lain memberikan kenyamanan dalam bekerja.

40. Siswa selalu menghormati saya sebagai guru.

41. Saya mendapatkan tekanan yang terlalu banyak dari kepala sekolah.

42. Saya selalu menghindar ketika siswa ingin bercerita kepada saya.

43. Lingkungan fisik tempat saya mengajar kurang memadai untuk proses belajar mengajar.

44. Saya membiarkan siswa menyelesaikan tugas pelajaran tanpa adanya penjelasan materi dari saya.

45. Mengajar merupakan pekerjaan yang sangat membosankan.

46. Kenaikan jabatan merupakan prioritas utama saya dalam bekerja.

47. Menurut saya senioritas antar guru di tempat saya bekerja sangat kuat.

48. Sulit bagi saya untuk mendidik siswa karena tidak ada dukungan dari orangtua.

49. Saya selalu menjalankan peraturan yang berlaku di sekolah. 50. Saya merasa profesi guru merupakan profesi yang

sangat mulia.

51. Kondisi kerja di sekolah tempat saya bekerja tidak dapat meningkatkan motivasi saya untuk bekerja.


(6)

siswa salah.

53. Profesi guru bukanlah pekerjaan yang saya inginkan. 54. Profesi guru membatasi kesempatan saya untuk

mendapatkan posisi yang lebih tinggi.

55. Banyak siswa yang tidak menghormati saya sebagai guru.