Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013.

(1)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan PSAK No. 16 (Revisi 2011) terhadap aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat studi kasus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif dengan mambandingkan perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK No.16 (Revisi 2011) dengan praktek yang terjadi pada PT. Bio Farma (Persero). Hasil penelitian menunjukan PT. Bio Farma (Persero) memiliki kebijakan akuntansi aset tetap yang secara keseluruhan telah sesuai dengan PSAK No. 16 (Revisi 2011). PT. Bio Farma (Persero) memperoleh aset melalui dua cara yaitu pembelian dan pembangunan sendiri. Aset tetap dalam penyelesaian disajikan tersendiri didalam kelompok aset tetap. Biaya perolehan diakui hingga suatu aset siap dioperasikan. Biaya pengeluaran aset tetap dikategorikan sebagai pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengukuran aset tetap menggunakan model biaya dan metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus untuk bangunan dan saldo menurun untuk bukan bangunan. Penghentian pengakuan aset tetap dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per- 02/MBU/2010 tentang penghapusbukuan aset tetap. Pengungkapan aset tetap yang disajikan dalam pelaporan keuangan mencakup dasar pengukuran, metode penyusutan dan umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan dan rekonsiliasi tercatat bruto dan akumulasi penyusutan aset tetap dengan menunjukkan: penambahan, pengurangan dan reklasifikasi.


(2)

ix ABSTRACT

This study aims to evaluate the application of PSAK No. 16 (Revised 2011) on fixed assets at PT. Bio Farma (Persero). This study used a qualitative approach is a case study. The method used is descriptive method with comparative accounting treatment in accordance with IAS 16 (Revised 2011) the practice of going to the PT. Bio Farma (Persero). The results showed PT. Bio Farma (Persero) has fixed asset accounting policy as a whole has been in accordance with PSAK No. 16 (Revised 2011). PT. Bio Farma (Persero) to acquire assets in two ways, namely the purchase and own development. Fixed assets in progress are presented separately in the accounts. Cost is recognized until the asset is ready to operate. The cost of fixed asset expenditures are categorized as capital expenditure and revenue. Measurement of fixed assets using the cost model and the depreciation method used is the straight line to the building and the declining balance for not building. Derecognition of the asset is still being done by Minister of State Owned Enterprises No. PER-02 / MBU / 2010 on the write-off of fixed assets. Disclosure of fixed assets are presented in financial reporting include basic measurement, depreciation method and useful lives or the depreciation rates used and the reconciliation of the gross carrying and accumulated depreciation of fixed assets by showing: addition, subtraction and reclassification.


(3)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiiii

DAFTAR TABEL ... xivv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Aset Tetap ... 9

2.2 Klasifikasi Aset Tetap ... 11

2.3 Pengakuan Aset Tetap ... 12

2.3.1 Pengakuan Awal Aset Tetap ... 14


(4)

xi

2.4.1 Model Biaya ... 16

2.4.2 Model Revaluasi ... 17

2.4.3 Penyusutan ... 22

2.4.3.1 Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan ... 23

2.4.3.2 Metode Penyusutan ... 25

2.5 Penurunan Nilai ... 30

2.5.1 Indikasi Penurunan Nilai ... 31

2.5.2 Kompensasi Untuk Penurunan Nilai ... 32

2.6 Penghentian Pengakuan ... 33

2.7 Pengungkapan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

3.1 Objek Penelitian ... 39

3.1.1 Gambaran Umum PT. Bio Farma (Persero) ... 39

3.1.2 Bidang Usaha ... 41

3.1.3 Struktur Organisasi PT. Bio Farma (Persero) ... 44

3.1.4 Struktur Organisasi Bagian Keuangan PT. Bio Farma (Persero) ... 45

3.2 Jenis Penelitian ... 45

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5 Metode Analisis Data ... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Pengertian Aset Tetap ... 50

4.1.1 Penggolongan Aset Tetap ... 50


(5)

xii

4.2.1 Pembelian Aset Tetap ... 52

4.2.2 Pembangunan Aset Tetap ... 55

4.3 Biaya Setelah Perolehan Aset Tetap ... 58

4.4 Penilaian dan Pembebanan Aset Tetap... 60

4.4.1 Penyusutan Aset Tetap... 60

4.4.2 Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) ... 67

4.4.3 Penurunan Nilai ... 68

4.5 Penghentian Pengakuan Aset Tetap ... 69

4.6 Pengungkapan Aset Tetap ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 79


(6)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hirarki penentu nilai wajar ... 18 Gambar 3.1 Struktur organisasi PT. Bio Farma (Persero) ... 44 Gambar 3.2 Struktur organisasi Bagian Keuangan PT. Bio Farma (Persero) ... 45


(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar kelompok aset ... 51

Tabel 4.2 Rincian biaya pembelian aset tetap ... 52

Tabel 4.3 Rincian biaya pembangunan aset tetap ... 56

Tabel 4.4 Pengeluaran modal ... 58

Tabel 4.5 Beban penyusutan scanner... 63

Tabel 4.6 Beban penyusutan bangunan incenerator ... 65


(8)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Surat Penelitian ... 79

LAMPIRAN B Kertas Kerja Inventaris ... 80

LAMPIRAN C Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-02/MBU/2010 ... 83


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam era persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif ini, kelangsungan hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, perusahaan sebagai entitas bisnis memerlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Entitas dapat memeroleh dana untuk kelangsungan usaha dari kreditor dan investor. Kreditor dan investor memenuhi sebagian besar kebutuhan pendanaan agar perusahaan dapat memulai dan menjalankan usahanya. Pemilik dana tersebut ingin memaksimalkan nilai ekonomis dari investasi yang ditanamkan dan dengan demikian kreditor dan investor sebagai pemangku kepentingan pasar modal memiliki kepentingan ekonomi dalam usaha tersebut (Reeve, dkk., 2009:5). Dengan semakin berkembangnya perusahaan, peranan akuntansi semakin besar dalam kelangsungan operasional perusahaan.

Akuntansi memiliki peran yang penting bagi suatu entitas. Akuntansi memberikan informasi untuk digunakan oleh manajer dalam menjalankan operasi perusahaan. Akuntansi dapat memberikan gambaran posisi keuangan yang relevan dari suatu entitas tersebut. Akuntansi memiliki standar yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh pihak-pihak diluar korporasi sebagai salah satu bentuk informasi keuangan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan tahun 2012 (KDPPLK, 2012:12) pada paragraf 12 menyebutkan bahwa “Tujuan laporan keuangan


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN 2

Universitas Kristen Maranatha adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Untuk itu laporan keuangan

merupakan tujuan utama dari akuntansi yang berisikan informasi keuangan kuantitatif dengan keterangan-keterangan lain baik posisi keuangan pada suatu saat, kinerja usaha selama satu periode tertentu maupun perubahan-perubahan dalam posisi keuangan perusahaan yang mana penyajiannya harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam KDPPLK (2012:47) menjelaskan bahwa “Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, liabilitas dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.”

Laporan keuangan harus dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemakainya. Informasi yang ada dalam laporan keuangan harus dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan dan dapat dibandingkan. Informasi dalam laporan keuangan akan bermanfaat jika informasi tersebut dapat dipahami dan bernilai bagi pemakai. Informasi dikatakan memiliki nilai apabila informasi tersebut dapat menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya dimasa lalu, sekarang atau masa datang, menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian dan dapat mengubah keputusan pemakai (Suwardjono, 2005:167 dan 168).


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 3

Universitas Kristen Maranatha Laporan keuangan juga, merupakan bentuk tanggung jawab manajemen kepada pihak diluar korporasi. Seperti yang dinyatakan dalam KDPPLK tahun 2012 paragraf 14 menjelaskan bahwa laporan keuangan memperlihatkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) dan merupakan pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Hal ini bertujuan agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Seperti yang sudah tertera pada KDPPLK tersebut, manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan bagi para investor dan kreditor. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun profesional untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Salah satu kriteria dan merupakan kriteria utama dalam penyajian laporan keuangan secara wajar adalah kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan. Alasan utama penyajian laporan keuangan yang memenuhi standar adalah untuk kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri di masa depan, ditinjau dari segi pengguna internal dan eksternal. Pengakuan publik akan kelengkapan dan ketransparanan laporan keuangan sebuah perseroan terbuka meningkatkan tekanan sektor bisnis untuk menyediakan laporan keuangan yang compatible dan sesuai standar.

Aset tetap merupakan salah satu elemen dalam laporan keuangan yang material. Aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan nilai aset lainnya pada laporan keuangan. Menurut Jusuf (2005:154), pada umumnya perusahaan melakukan investasi yang besar jumlahnya pada aset tetap. Pada perusahaan-perusahaan yang padat modal, aset tetap dapat mencapai hingga 75% dari


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 4

Universitas Kristen Maranatha jumlah total aset yang dimiliki. Aset tetap merupakan aset yang digunakan perusahaan sebagai entitas bisnis untuk menciptakan pendapatan. IAS 16 menjelaskan bahwa aset tetap atau plant, property, and equipment adalah aset berwujud yang digunakan untuk penyediaan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset tetap merupakan bagian penting dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan pada umumnya telah menginvestasikan sebagian kekayaannya pada aset tetap sebagai penggerak kegiatan operasional perusahaan. Investasi dalam aset tetap dapat berupa penambahan peralatan, mesin, bangunan pabrik dan lain-lain. Perusahaan melakukan investasi dalam aset tetap dengan tujuan agar dapat memerluas ukuran perusahaan yang nantinya berdampak pada meningkatnya laba sebagaimana tujuan perusahaan adalah menghasilkan laba yang optimal.

Persoalan mengenai investasi dalam aset tetap ini sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut masalah sumber dana untuk investasi, umur ekonomis dan yang terpenting adalah mengenai expected return dari investasi tersebut. Setiap perusahaan tentu tidak ingin dana atau modal yang dimiliki terbuang percuma tanpa mendapatkan hasil yang optimal, maka dari itu keputusan mengenai investasi aset tetap sangat menunjang terhadap kinerja perusahaan. Jika salah dalam mengambil keputusan investasi maka akan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun, sebaliknya jika keputusan investasi diambil dengan tepat dan bijak, maka akan mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat.

Agar tidak salah dalam mengambil keputusan investasi aset tetap, diperlukan perlakuan akuntansi terkait aset tetap yang sesuai dengan Standar Akuntansi


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha Keuangan. Kesalahan dalam perlakuan akuntansi aset tetap akan berdampak negatif bagi manajemen dan pihak-pihak diluar korporasi. Perlakuan akuntansi terhadap aset tetap yang tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan akan membawa pengaruh dalam penyajian laporan keuangan. Jika aset tetap yang dinilai atau dicatat terlalu besar akan berpengaruh terhadap nilai penyusutannya, yang mana nilai penyusutan akan terlalu besar, sehingga laba menjadi terlalu kecil dan berdampak pada jumlah pajak yang dibayarkan. Begitu pula sebaliknya jika aset tetap tersebut dinilai atau dicatat terlalu kecil, maka penyusutan yang dilakukan akan terlalu kecil pula, sehingga laba akan menjadi terlalu besar. Hal seperti inilah yang akan membawa pengaruh dalam penyajian laporan keuangan. Kesalahan dalam penyajian aset tetap dalam laporan keuangan akan berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.

Seperti pada kasus pada tahun 2005 yang terjadi pada PT. Great River International Tbk. Bapepam menemukan adanya penyimpangan dalam penyajian aset tetap. Aset tetap yang terkait dengan penggunaan dana emisi obligasi dicatat overstatement. Ketua Bapepam Fuad Rahmany menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tekstil tersebut. Kasus Great River semakin mencuat setelah adanya temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya, Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang (Sumber Bapepam.com).

Dalam kasus penyimpangan perhitungan dan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan tersebut akan berdampak negatif pada pihak internal dan eksternal


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 6

Universitas Kristen Maranatha perusahaan. Manajemen dituntut harus menyajikan perlakuan akuntansi aset tetap secara wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Di Indonesia perlakuan akuntansi aset tetap diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 (PSAK 16). PSAK 16 (revisi 2011) telah mengadopsi hampir seluruh pengaturan dalam IAS 16 Property,Plant, and Equipment.

PT. Bio Farma sebagai usaha milik negara yang berbentuk perseroan (Persero) dibentuk pada 6 Agustus 1890. PT. Bio Farma (Persero) bergerak di bidang penelitian, pengembangan, produksi, pemasaran produk biologi, produk farmasi dan alat kesehatan. Bio Farma (Persero) merupakan satu-satunya produsen vaksin dan antisera di Indonesia. Aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero) mempunyai peranan penting dalam kelangsungan usaha perusahaan. Pada tahun 2013 jumlah aset tetap perusahaan pada laporan keuangan sebesar Rp. 1,13 triliun.

Proses akuntansi aset tetap dimulai saat aset itu diperoleh sampai aset itu dihapuskan. Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pembelian, pertukaran, sewa, pembangunan sendiri dan hibah. Akuntansi aset tetap didasarkan pada beberapa prinsip akuntansi sebagaimana dikenal dalam teori akuntansi. Prinsip yang paling mendasar yang digunakan dalam mencatat aset tetap adalah prinsip matching. Prinsip ini mengharuskan pembebanan aset tetap dilakukan secara alokasi selama masa manfaat aset tetap tersebut, atau tidak dibebankan sekaligus. Prinsip ini mendasari pembebanan aset tetap secara sistematis melalui penyusutan (Purba,2012, hal 10). Metode penyusutan pun bermacam-macam misalnya: disusutkan berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan kriteria lainnya. Biaya-biaya penggunaannya dapat diperlakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dikapitalisasi atau dibebankan pada periode berjalan.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 7

Universitas Kristen Maranatha Menurut Purba (2013:4) ada empat permasalahan akuntansi yang ditekankan pada akuntansi aset tetap. Empat permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jumlah biaya yang harus diakui sebagai harga perolehan aset tetap pada saat perolehan awal hingga aset dapat digunakan atau dioperasikan,

2. Perubahan nilai aset tetap baik yang terkait revaluasi maupun penurunan nilai (impairment),

3. Alokasi nilai aset tetap kedalam beban penyusutan atau amortisasi setiap periode pelaporan keuangan selama masa manfaat aset tetap tersebut,

4. Pencatatan pelepasan aset.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 (Revisi 2011) Terkait Aset Tetap” (Studi Kasus Pada PT. Bio Farma (Persero)).

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perlakuan akuntansi aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero)? 2. Apakah perlakuan akuntansi aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero) telah

sesuai dengan PSAK No.16 (Revisi 2011)? 1.3Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero).


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 8

Universitas Kristen Maranatha 2. Untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aset tetap yang diterapkan pada

PT. Bio Farma (Persero) telah dilaksanakan sesuai dengan PSAK No.16 (Revisi 2011).

1.4Kegunaan Penelitian 1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan tambahan informasi dalam menilai kebijakan akuntansinya terutama bagaimana penerapan PSAK No. 16 (Revisi 2011) mengenai aset tetap.

2. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca terkait penerapan PSAK No.16 tenteng aset tetap.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai penerapan PSAK No.16 (Revisi 2011) terhadap aset tetap perusahaan.


(17)

73 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan secara teori mengenai aset tetap, serta berdasarkan hasil analisis dan evaluasi mengenai penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011) mengenai aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero), maka penulis mengambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. PT. Bio Farma (Persero) memiliki kebijakan akuntansi aset tetap yang secara keseluruhan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011) mengenai aset tetap.

2. PT. Bio Farma (Persero) menggolongkan aset tetap yang dimiliki berdasarkan peraturan perpajakan dan tidak menyimpang dari ketentuan PSAK 16 (Revisi 2011).

3. PT. Bio Farma (Persero) memperoleh aset melalui dua cara yaitu pembelian (tunai atau kredit) dan melalui pembangunan sendiri. PT. Bio Farma (Persero) telah mencatat jumlah biaya yang harus diakui sebagai harga perolehan aset tetap sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011).

4. Aset tetap dalam penyelesaian disajikan tersendiri dalam kelompok aset tetap dan dinyatakan sebesar biaya perolehan. Semua biaya, termasuk biaya pinjaman yang memenuhi kriteria sebagai biaya yang dapat dikapitalisasi, yang terjadi sehubungan dengan pembangunan aset dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tetap dalam penyelesaian. Akumulasi biaya pembangunan dipindahkan ke aset tetap pada saat aset tersebut selesai


(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74

Universitas Kristen Maranatha dikerjakan atau siap digunakan dan disusutkan sejak aset beroperasi. Hal tersebut telah sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011).

5. Untuk biaya pengeluaran selama perolehan atau pemakaian aset tetap, PT. Bio Farma (Persero) mengkategorikannya dengan dua cara, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Hal tersebut telah sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011).

6. PT. Bio Farma (Persero) dalam pengukuran asetnya menggunakan kebijakan akuntansi model biaya. Hal ini diperbolehkan dalam PSAK 16 (Revisi 2011) yang dapat memilih model biaya atau model revaluasi.

7. Penyusutan tahun berjalan PT. Bio Farma (Persero) untuk golongan bangunan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straightline method), penyusutan untuk golongan bukan bangunan dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun (diminishing balance method) sedangkan untuk tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan.

8. Dalam praktiknya penyusutan aset tetap yang dilakukan oleh PT. Bio Farma (Persero) sudah sesuai dengan ketentuan PSAK 16 (Revisi 2011). PT Bio Farma (Persero) telah menerapkan konsep “komponenisasi” dan “unitisasi” yang diatur dalam PSAK 16 (Revisi 2011). Hampir seluruh alokasi depresaisi aset tetap dilakukan komponenisasi namun aset tetap terkait alat produksi belum dilakukan karena faktor kesulitan sumber daya manusia dan kompleksnya alat produksi dalam komponenisasi.

9. Perlakuan akuntansi terkait penghentian pengakuan aset tetap PT Bio Farma (Persero) telah sesuai dengan ketentuan PSAK 16 (revisi 2011).


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75

Universitas Kristen Maranatha Penghapusbukuan aset tetap PT. Bio Farma (Persero) berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per- 02/MBU/2010.

10.Penyajian dan pengungkapan aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero) telah sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16 (Revisi 2011). Dalam laporan keuangannya PT Bio Farma (Persero) telah mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menetukan jumlah tercatat bruto yaitu menggunakan kebijakan model biaya. PT. Bio Farma (Persero) juga sudah mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan dan umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan (lihat pada tabel 4.1). Selain itu, PT. Bio Farma (Persero) mengungkapkan rekonsiliasi tercatat bruto dan akumulasi penyusutan aset tetap pada awal dan akhir periode dengan menunjukkan: penambahan, pengurangan dan reklasifikasi.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan, saran yang diberikan penulis kepada pihak entitas adalah sebagai berkut:

1. Kesimpulan yang ditarik dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan perlakuan akuntansi aset tetap perusahaan telah sesuai dengan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011). Hal ini dapat berpengaruh positif bagi perusahaan. Namun, pelatihan berkala hendaklah dilakukan karena ketentuan PSAK terutama PSAK 16 terus berubah dan berkembang. Kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi terkait perubahan tersebut dapat berdampak positif bagi perusahaan.

2. Dalam studi pustaka yang penulis lakukan untuk penelitian ini, entitas harus meninjau segala sesuatu ketentuan PSAK terkait aset tetap. seperti pada PSAK


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76

Universitas Kristen Maranatha 48 yang sering lalai diterapkan di Indonesia. Penulis menganggap penurunan nilai aset dan perubahan masa manfaat atau umur ekonomis sering tumpang tindih.

3. Terkait konsep “komponenisasi” dan “untisasi”, entitas seharusnya melakukan penyusutan secara terpisah pada aset tetap terkait alat produksi, karena alat produksi memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan jumlah biaya perolehan seluruh aset.

Saran yang diberikan penulis kepada penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang perlakuan akuntansi

aset tetap, penulis menyarankan memperluas cakupan Pernyataan Akuntansi Aset Tetap seperti PSAK 48 “Penurunan Nilai”, PSAK 26 “Kapitalisasi Bunga Selama Periode Konstruksi”, PSAK 30 “Sewa Guna Usaha” dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan lainnya.

2. Bagi penelitian selanjutnya, jika ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama, penulis menyarankan agar dapat melakukan penelitian pada jenis perusahaan yang berbeda seperti perusahaan jasa, bank, perusahaan sektor publik dan perusahaan lainnya.


(21)

77

DAFTAR PUSTAKA

Azil, Dwi Arwan 2009. Pengaruh Penggunaan Nilai Historis dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap.

Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Intan Immanuela. “Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional.” Jurnal Ilmiah Widya Warta, Vol. 33, No. 1, 2009, h. 69-75.

Kieso, Weygandt, dan Warfield. (2008). Intermediate Accounting Vol 1. Wiley. Purba, Marisi P. (2013). Akuntansi Keuangan. Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud.

Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Penilaian Aset Tetap.

Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per- 02/MBU/2010 tentang Tata Cara Penghabusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara.

Jusup, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi ke 6: Buku 2. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN.

Reeve, James M., Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf, Chaerul D. Djakman, 2009. Pengantar Akuntansi, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Suharli, Michell. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis Jasa dan Dagang. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu.Yogyakarta.

Suliyanto. (2005). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi. Suwardjono. (2013). Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPPE.

Warren, Carl S., James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi Edisi 21, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Zhai Y.H., 2007, “Asset Revaluation and Future Firm Operating Performance: Evidence from New Zaland”. Lincoln University.

www.iaiglobal.or.id http://link.springer.com aaykpn.ac.id


(22)

78

,Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2012, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2012.

,Internationasl Accounting Standards, as at 1 january 2008, International Accounting Standard Board.


(1)

73 Universitas Kristen Maranatha

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan secara teori mengenai aset tetap, serta berdasarkan hasil analisis dan evaluasi mengenai penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011) mengenai aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero), maka penulis mengambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. PT. Bio Farma (Persero) memiliki kebijakan akuntansi aset tetap yang secara keseluruhan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011) mengenai aset tetap.

2. PT. Bio Farma (Persero) menggolongkan aset tetap yang dimiliki berdasarkan peraturan perpajakan dan tidak menyimpang dari ketentuan PSAK 16 (Revisi 2011).

3. PT. Bio Farma (Persero) memperoleh aset melalui dua cara yaitu pembelian (tunai atau kredit) dan melalui pembangunan sendiri. PT. Bio Farma (Persero) telah mencatat jumlah biaya yang harus diakui sebagai harga perolehan aset tetap sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011).

4. Aset tetap dalam penyelesaian disajikan tersendiri dalam kelompok aset tetap dan dinyatakan sebesar biaya perolehan. Semua biaya, termasuk biaya pinjaman yang memenuhi kriteria sebagai biaya yang dapat dikapitalisasi, yang terjadi sehubungan dengan pembangunan aset dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tetap dalam penyelesaian. Akumulasi biaya pembangunan dipindahkan ke aset tetap pada saat aset tersebut selesai


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74

Universitas Kristen Maranatha dikerjakan atau siap digunakan dan disusutkan sejak aset beroperasi. Hal tersebut telah sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011).

5. Untuk biaya pengeluaran selama perolehan atau pemakaian aset tetap, PT. Bio Farma (Persero) mengkategorikannya dengan dua cara, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Hal tersebut telah sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011).

6. PT. Bio Farma (Persero) dalam pengukuran asetnya menggunakan kebijakan akuntansi model biaya. Hal ini diperbolehkan dalam PSAK 16 (Revisi 2011) yang dapat memilih model biaya atau model revaluasi.

7. Penyusutan tahun berjalan PT. Bio Farma (Persero) untuk golongan bangunan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straightline method), penyusutan untuk golongan bukan bangunan dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun (diminishing balance method) sedangkan untuk tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan.

8. Dalam praktiknya penyusutan aset tetap yang dilakukan oleh PT. Bio Farma (Persero) sudah sesuai dengan ketentuan PSAK 16 (Revisi 2011). PT Bio Farma (Persero) telah menerapkan konsep “komponenisasi” dan “unitisasi” yang diatur dalam PSAK 16 (Revisi 2011). Hampir seluruh alokasi depresaisi aset tetap dilakukan komponenisasi namun aset tetap terkait alat produksi belum dilakukan karena faktor kesulitan sumber daya manusia dan kompleksnya alat produksi dalam komponenisasi.

9. Perlakuan akuntansi terkait penghentian pengakuan aset tetap PT Bio Farma (Persero) telah sesuai dengan ketentuan PSAK 16 (revisi 2011).


(3)

Universitas Kristen Maranatha Penghapusbukuan aset tetap PT. Bio Farma (Persero) berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per- 02/MBU/2010.

10.Penyajian dan pengungkapan aset tetap pada PT. Bio Farma (Persero) telah sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16 (Revisi 2011). Dalam laporan keuangannya PT Bio Farma (Persero) telah mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menetukan jumlah tercatat bruto yaitu menggunakan kebijakan model biaya. PT. Bio Farma (Persero) juga sudah mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan dan umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan (lihat pada tabel 4.1). Selain itu, PT. Bio Farma (Persero) mengungkapkan rekonsiliasi tercatat bruto dan akumulasi penyusutan aset tetap pada awal dan akhir periode dengan menunjukkan: penambahan, pengurangan dan reklasifikasi.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan, saran yang diberikan penulis kepada pihak entitas adalah sebagai berkut:

1. Kesimpulan yang ditarik dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan perlakuan akuntansi aset tetap perusahaan telah sesuai dengan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011). Hal ini dapat berpengaruh positif bagi perusahaan. Namun, pelatihan berkala hendaklah dilakukan karena ketentuan PSAK terutama PSAK 16 terus berubah dan berkembang. Kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi terkait perubahan tersebut dapat berdampak positif bagi perusahaan.

2. Dalam studi pustaka yang penulis lakukan untuk penelitian ini, entitas harus meninjau segala sesuatu ketentuan PSAK terkait aset tetap. seperti pada PSAK


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76

Universitas Kristen Maranatha 48 yang sering lalai diterapkan di Indonesia. Penulis menganggap penurunan nilai aset dan perubahan masa manfaat atau umur ekonomis sering tumpang tindih.

3. Terkait konsep “komponenisasi” dan “untisasi”, entitas seharusnya melakukan

penyusutan secara terpisah pada aset tetap terkait alat produksi, karena alat produksi memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan jumlah biaya perolehan seluruh aset.

Saran yang diberikan penulis kepada penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang perlakuan akuntansi

aset tetap, penulis menyarankan memperluas cakupan Pernyataan Akuntansi Aset Tetap seperti PSAK 48 “Penurunan Nilai”, PSAK 26 “Kapitalisasi Bunga Selama Periode Konstruksi”, PSAK 30 “Sewa Guna Usaha” dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan lainnya.

2. Bagi penelitian selanjutnya, jika ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama, penulis menyarankan agar dapat melakukan penelitian pada jenis perusahaan yang berbeda seperti perusahaan jasa, bank, perusahaan sektor publik dan perusahaan lainnya.


(5)

77

Azil, Dwi Arwan 2009. Pengaruh Penggunaan Nilai Historis dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap.

Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Intan Immanuela. “Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional.” Jurnal Ilmiah Widya Warta, Vol. 33, No. 1, 2009, h. 69-75.

Kieso, Weygandt, dan Warfield. (2008). Intermediate Accounting Vol 1. Wiley. Purba, Marisi P. (2013). Akuntansi Keuangan. Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud.

Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Penilaian Aset Tetap.

Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per- 02/MBU/2010 tentang Tata Cara Penghabusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara.

Jusup, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi ke 6: Buku 2. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN.

Reeve, James M., Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf, Chaerul D. Djakman, 2009. Pengantar Akuntansi, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Suharli, Michell. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis Jasa dan Dagang. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu.Yogyakarta.

Suliyanto. (2005). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi. Suwardjono. (2013). Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPPE.

Warren, Carl S., James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi Edisi 21, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Zhai Y.H., 2007, “Asset Revaluation and Future Firm Operating Performance: Evidence from New Zaland”. Lincoln University.

www.iaiglobal.or.id http://link.springer.com aaykpn.ac.id


(6)

78

,Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2012, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2012.

,Internationasl Accounting Standards, as at 1 january 2008, International Accounting Standard Board.