ANALSISI PENGARUH RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Disusun oleh : PUNGKY RIONALDY
0613010170/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
PUNGKY RIONALDY
0613010170 / FE / EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Endah Susilowati,MSi
Tanggal : ………
NIP. 030217153
Mengetahui,
Ketua Progdi Akuntansi
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi
NIP. 030 217 167
(3)
Yang diajukan
PUNGKY RIONALDY
0613010170 / FE / EA
disetujui untuk ujian lisan oleh :
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Endah Susilowati,MSi
Tanggal : ………
NIP. 030217153
Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi
NIP. 030 194 437
(4)
Di susun Oleh :
Pungky Rionaldy
0613010170/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur
Pada Tanggal 21 Mei 2010
Pembimbing :
Tim Penguji :
Pembimbing Utama :
Ketua
Dra.Ec. Endah Susilowati,MSi
Drs. Ec. H. Munari, MM
Sekretaris
Dra.Ec. Harymami, MM
Anggota
Dra.Ec. Endah Susilowati, MSi
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “
Jawa Timur
Dr.H. Dhani Ichsanudin Nur,SE,MM,
NIP. 030 202 389
(5)
DAFTAR ISI... ………... iii
DAFTAR TABEL ... ………... viii
DAFTAR GAMBAR... ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ……….. x
ABSTRAK ... ………...
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang……….
1
1.2.
Rumusan Masalah………..
8
1.3.
Tujuan Penelitian………..
8
1.4.
Manfaat Penelitian……….
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu……….
10
(6)
2.2.1.2. Jenis Pasar Modal...
16
2.2.1.3.
Fungsi
Pasar
Modal...
20
2.2.1.4. Peranan Pasar Modal...
22
2.2.1.5. Instrumen Pasar Modal...
24
2.2.2. Akuntansi Keuangan
2.2.2.1. Pengertian Akuntansi Keuangan……… 28
2.2.2.2. Lingkungan Akuntansi Keuangan……….... 29
2.2.2.3. Pengertian dan Tujuan Pelaporan Keuangan………. 30
2.2.2.4. Laporan Keuangan ……… 31
2.2.2.5. Komponen Laporan Keuangan……… 32
2.2.2.6. Tujuan, Manfaat , dan Karakteristik Laporan Keuangan...37
2.2.3. Analisis Laporan Keuangan
2.2.3.1. Pengertian dan Alat Analisis Laporan Keuangan... 40
(7)
2.2.3.4. Rasio Likuiditas...………... 45
2.2.3.5. Rasio Aktivitas …….………... 46
2.2.3.6. Rasio Leverage... ………...
47
2.2.3.7. Rasio Rentabilitas... ... 48
2.2.4. Financial Distress
2.2.4.1.
Pengertian
Financial Distress... ……… 50
2.2.4.2.
Prediksi
Financial Distress ...………. 52
2.2.4.3.
Indikator
Financial Distress... ……….. 56
2.2.4.4. Manfaat Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Kebangkrutan...
56
2.2.4.5. Kontinuitas Usaha... 61
2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Financial Distress... 62
2.3. Kerangka Pikir... 65
(8)
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… 68
3.1.1. Variabel Tergantung...
68
3.1.2. Variabel Bebas... 79
3.2. Teknik Penentuan Sampel ………... 72
3.3. Teknik Pengumpulan Data……….
77
3.3.1.
Jenis
Data………...
77
3.3.2. Sumber Data.... ………
77
3.3.3. Prosedur Pengumpulan Data...
77
3.4. Teknik Analisis dan Uji hipotesis….………... 78
3.4.1. Teknik Analisis ...……… 78
3.4.2. Uji Hipotesis……….. 79
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Sampel...
81
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
(9)
4.3.1. Deskripsi Statistik...
85
4.3.1.1.
Kondisi
Financial Distress...
85
4.3.1.2. Current Ratio...
86
4.3.1.3. Working Capital To Total Assets... 87
4.3.1.4. Struktur Aktiva...
88
4.3.1.5. Return On Investment...
89
4.3.1.6.
Return On Equity...
90
4.3.1.7. Net Profit Margin...
90
4.3.1.8. Debt Ratio...
91
4.3.2. Analisis Regresi Logistik...
92
4.3.2.1. Menilai Model Fit... 98
4.3.2.2. Koefisien Determinasi... 99
4.3.2.3. Keakuratan Model... 100
4.4. Uji Hipotesis... 101
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 101
4.5.1. Implikasi Penelitian... 105
4.5.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan... 106
4.5.3. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang... 107
(10)
DAFTAR PUSTAKA
(11)
(12)
1.
Tabel 3.1 Nama Perusahaan Sampel... 76
2.
Tabel 4.1 Jenis Industri Perusahaan Manufaktur... 86
3.
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Variabel Kondisi financial distress... 89
4.
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Variabel current ratio... 90
5.
Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Variabel Working capital to total assets. 91
6.
Tabel 4.5 Deskriptif Statistik Variabel struktur aktiva... 92
7.
Tabel 4.6 Deskriptif Statistik Variabel return on investment... 93
8.
Tabel 4.7 Deskriptif Statistik Variabel return on equity...
94
9.
Tabel 4.8 Deskriptif Statistik Variabel net profit margin...
95
10.
Tabel 4.9 Deskriptif Statistik Variabel debt ratio...
96
11.
Tabel 4.10 model regresi logistik...
97
12.
Tab
el 4.11 hasil uji menilai model fit...
102
13.
Tab
el 4.12 Nilai R
2... 103
(13)
(14)
1.
Jenis industri perusahaan manufaktur
2.
Deskriptif Statistik Variabel
2.1.
Deskriptif Statistik Variabel Kondisi Financial Distress
2.2.
Deskriptif Statistik Variabel Current Ratio
2.3.
Deskriptif Statistik Variabel Working Capital To Total Assets
2.4.
Deskriptif Statistik Variabel Struktur Aktiva
2.5.
Deskriptif Statistik Variabel Return On Investment
2.6.
Deskriptif Statistik Variabel Return On Equity
2.7.
Deskriptif Statistik Variabel Net Profit Margin
2.8.
Deskriptif Statistik Variabel Debt Rati
3.
Analisis Regresi Logistik
3.1.
Model Regresi Logistik
3.2.
Hasil Uji Menilai Model Fit
(15)
(16)
Oleh :
Pungky Rionaldy
ABSTRAK
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan
keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah
satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat. Financial distress terjadi sebelum
kebangkrutan.
Variabel
penelitian
adalah
current ratio, working capital to total assets,
struktur aktiva, return on investment, return on equity, net profit margin, dan debt
ratio, dan kondisi financial distress suatu perusahaan. Sampel penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebanyak 60 perusahaan
dengan periode pengamatan tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Menggunakan simple random sampling dan Non Random Sampling dengan
metode purposives sampling. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi
Logistik.
Hipotesis penelitian ini tidak teruji kebenarannya, dapat dilihat dari
hasil uji Wald (Tabel 4.10) menunjukkan bahwa variabel current ratio (X
1)
dengan hubungan tanda positif, working capital to total assets (X
2) dengan
hubungan tanda negatif, struktur aktiva (X
3) dengan hubungan tanda negatif,
return on investment (X
4) dengan hubungan tanda negatif, return on equity (X
5)
dengan hubungan tanda negatif, net profit margin (X
6) dengan hubungan tanda
positif, dan debt ratio (X
7) dengan hubungan tanda negatif secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan (Y).Model
regresi yang dihasilkan sesuai dan akurat dengan tingkat keakuratan sebesar
100%, begitu juga dengan kemampuan variabel current ratio (X
1), working
capital to total assets (X
2), struktur aktiva (X
3), return on investment (X
4), return
on equity (X
5), net profit margin (X
6), dan debt ratio (X
7) dalam menjelaskan
variabel kondisi financial distress suatu perusahaan (Y) adalah sebesar 100%.
Keywords : financial distress, financial ratio, statements of income, balance
sheet, multinomial logit.
(17)
By:
Pungky Rionaldy
Bankruptcy of a company can be seen and measured through financial
reports. Financial Statements issued by the company is one source of information
about the company's financial position, performance and changes in financial
position, which is very useful to support decision-making. Financial distress
occurs before bankruptcy.
Variable ratio current research is, working capital to total assets, the
structure of assets, return on investment, return on equity, net profit margin, and
debt ratio, and a company's financial distress. Samples are manufacturing
companies listed on the Stock Exchange with the company as much as 60-year
observation period in 2005 until the year 2008. Using simple random sampling
and Non Random Sampling with purposives sampling method. The analytical
method used is logistic regression.
This research hypothesis is not verified, it can be seen from the Wald test
results (Table 4.10) indicates that the current ratio variable (X1) with a positive
sign of the relationship, working capital to total assets (X2) with a negative sign
of the relationship, the structure of assets (X3) with relations negative sign, return
on investment (X4) with a sign the relationship is negative, return on equity (X5)
with a negative sign relations, net profit margin (X6) with a positive sign of the
relationship, and the debt ratio (X7) with a negative sign of the partial relationship
did not influence to the financial distress of a company (Y). The resulting
regression model is suitable and accurate with 100% accuracy rate, as well as the
ability of current ratio variable (X1), working capital to total assets (X2), the
structure of assets (X3), return on investment (X4), return on equity (X5), net
profit margin (X6), and debt ratio (X7) variables in explaining financial distress of
a company (Y) is approximately 100%
Keywords : financial distress, financial ratio, statements of income, balance
sheet, multinomial logit.
(18)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah
Seiring dengan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia, banyak masalah dan penderitaan yang dialami bangsa ini. Yang termasuk menonjol adalah dalam aspek ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Ini terlihat bahwa Omzet industri manufaktur sepanjang kuartal III/2009 hanya mencapai Rp894,549 triliun atau merosot 21% dibandingkan dengan realisasi pada periode sama 2008 yang mencapai Rp1.132,34 triliun. Kendati daya beli di pasar ekspor dan domestik menunjukkan tanda-tanda pemulihan mulai sejak kuartal II/2009, akumulasi penurunan itu tetap tidak terelakkan mengingat dampak berantai krisis ekonomi dunia masih menyulitkan industri pengolahan nasional untuk melebarkan ruang gerak bisnisnya (www.inaplas.org).
Upaya meningkatkan penetrasi produk manufaktur ke pasar lokal seiring pelemahan ekspor diyakini belum mampu mendongkrak nilai omzet pada kuartal III/2009 menjadi lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Depperin memproyeksikan total omzet manufaktur sepanjang tahun ini hanya mencapai Rp1.207,83 triliun, atau anjlok 16,67% dibandingkan dengan kondisi pada 2008 sebesar Rp1.449,396 triliun. Berdasarkan kompilasi data Depperin, Badan Pusat Statistik (BPS) dan
(19)
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kontribusi sektor industri terhadap PDB pada tahun ini cenderung menurun dibandingkan dengan 2008.Depperin dan Kadin memproyeksikan kontribusi manufaktur terhadap PDB pada 2009 hanya sekitar 22% dengan pertumbuhan PDB industri 4,8%-5,0% dibandingkan dengan realisasi pada 2008 yang tercatat 5,5%. Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya ekspor dan penurunan aktivitas Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya ekspor dan penurunan aktivitas industri pengolahan (utilisasi) (www.inaplas.org).
Menurut data BPS, total ekspor nasional hingga Agustus 2009 anjlok 26,3% dari US$95,391 miliar menjadi US$70,303 miliar. Ekspor manufaktur pada periode itu juga terperosok 24,99% dari US$60,831 miliar menjadi US$45,632 miliar. Penyebab dari krisis ini, menurut Tarmidi (1999:1), bukanlah karena fundamental ekonomi yang lemah saja, tetapi karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat adanya spekulasi dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah yang besar dan secara bersamaan sehingga permintaan akan dollar meningkat, ditambah lagi dengan banyak terjadinya bencana alam yang mengakibatkan nilai tukar rupiah yang semakin lemah.
Salah satu dampak dari krisis moneter adalah ditutupnya sejumlah perusahaan karena tidak mampu mempertahankan going concernnya (kelangsungan usahanya). Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaanperusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu
(20)
kegagalan ekonomi, dan yang kedua yaitu kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu, kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi. Perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibannya (Weston dan Brigham, 1993: 474). Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa. Kondisi yang membuat para investor dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) yang bisa mengarah kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu No. 1, debitur yang terkena default (gagal bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja.
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasio – rasio keuangan. Foster (1986) dalam Almilia
(21)
dan Kristijadi (2003) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu :
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan
3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan
4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress).
Laporan keuangan sangat bermanfaat maka dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian yang menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu penelitian – penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan – tindakan untuk mengantispasi yang mengarah kepada kebangkrutan.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji maanfaat yang bisa dipetik dari analisis rasio keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) merupakan penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan
(22)
perusahaan. Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki indeks kebangkrutan 2,99 atau lebih maka perusahaan tidak termasuk perusahaan yang dikategorikan akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks kebangkrutan 1,81 atau kurang maka perusahaan termasuk kategori bangkrut.
Ada lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Kelima rasio tersebut terdiri dari : cash flow to total debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio – rasio tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman ini dikenal dengan Z-score yaitu score yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah – nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Salah satu kelemahan Z-score model Altman ini adalah terletak pada penggunaan rasio EBIT. Pengungkapan dan pelaporan keuangan antara perusahaan yang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Pada perusahan tertentu adakalanya besarnya biaya bunga tidak dinyatakan secara eksplisit sehingga EBIT sulit diterapkan, oleh karenanya harus menggunakan EBT (Earning Before Tax), dan ini bisa menyebabkan beragamnya data EBIT (Altman,1993).
(23)
Prediksi financial distress perusahaan menjadi perhatian dan banyak pihak. Umumnya model financial distress berpegang pada data – data kebangkrutan, karena data – data ini mudah diperoleh.
Penelitian yang terdahulu, untuk melakukan pengujian apakah suatu perusahaan mengalami financial distress dapat ditentukan dengan berbagai cara, seperti :
• Lau (1987) dan Hill et al. (1996) menggunakan adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran deviden.
• Asquith, Gertner dan Scharfstein (1994) menggunakan interest coverage ratio untuk mendefinisikan financial distress.
• Whitaker (1999) mengukur financial distress dengan cara adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini.
• John, Lang dan Netter (1992) mendefinisikan financial distress sebagai perubahan harga ekuitas.
Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang mengalami finacial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami financial distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk menentukan rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediki adanya financial distress. Temuan dari penelitian adalah :
a. Variabel EBITDA/ sales, current assets/current liabilities dan cashflow growh rate memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan persahaan akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
(24)
b. Variabel net fixed assets/total assets, long-term debt/equity dan notes payable/total assets memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress
Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitian karena perusahaan manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil yang memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak dibandingkan jenis usaha lain yang terdiri dari beberapa industri. Meskipun terdiri dari berbagai macam industri, perusahaan manufaktur memiliki karakteristik yang serupa. Disamping, itu kondisi perekonomian yang tidak menentu telah menyebabkan perusahaan manufaktur mengalami kesulitan untuk meneruskan usahanya dan memiliki kinerja yang kurang memuaskan. Sedangkan dipilihnya model regresi logistik dalam penelitian ini karena dalam penerapannya tidak mensyaratkan adanya asumsi multivariate normality dan kesamaan matrik varian-kovarian dalam kelompok, sehingga metode ini cukup tahan ( robust ) untuk dapat diterapkan dalam skala atau keadaan data. ( Hair dkk, 1998: 276 ).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil topik penelitian “ Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
(25)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah rasio likuiditas (CR, WCTA, SA), profitabilitas (ROI, ROE, NPM), dan financial leverage (DR) dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio likuiditas (CR, WCTA, SA), profitabilitas (ROI, ROE, NPM), dan financial leverage (DR) dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan menguji kemampuan dalam hal penguasaan materi terutama yang berkaitan dengan rasio keuangan dan financial distress.
2. Bagi perusahaan
Diharapakan penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi perusahaan tentang keadaan kinerja keuangan, keadaan finansial perusahaan,berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen, dan sebagai early warning system agar
(26)
manajemen perusahaan dapat segera melakukan tindakan korektif untuk kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Bagi investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada investor untuk mengetahui apakah perusahaan tempat berinvestasi merupakan perusahaan yang sehat dan mampu untuk memberikan tingkat return yang diinginkan.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam mengkaji masalah yang sama sehingga segala kekurangan yang ada pada penelitian ini dapat diperbaiki dan disempurnakan.
(27)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang
mengalami financial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami financial
distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk menentukan
rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya financial
distress. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bahwa Rasio keuangan
berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi financial distress perusahaan.
Temuan dari penelitian adalah :
a. Variabel EBITDA/sales, current assets/current liabilities dan cashflow
growh rate memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan persahaan
akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin
kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
b. Variabel net fixed assets/total assets, long-term debt/equity dan notes
payable/total assets memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan
perusahaan akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini
maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial
distress. Dari uraian dan penjelasan di atas hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
(28)
kondisi financial distress perusahaan.
Ha : Rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi
financial distress perusahaan.
Rayendra K. Brahmana (2006), dengan judul “Identifying Financial
Distress Condition In Indonesia Manufacture Industry “.Objek penelitian yang
akan diteliti dalam penelitian ini, yang menjadi dasar dari proses pemilihan
sampel, pengumpulan, dan penafsiran data atau keterangan yang diperoleh
berkaitan dengan penelitian, adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
financial distress perusahaan dan financial distress itu sendiri. Dari judul tersebut
maka rumusan masalahnya adalah apakah rasio relatif industri dan reputasi
auditor dapat digunakan dalam memprediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan. Dimana financial distress sebagai variabel Y diwakilkan oleh
perusahaan listed dan delisted di Bursa Efek Jakarta. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharsimi (2000:179) yang mendefinisikan variabel penelitian sebagai
objek yang menjadi fokus perhatian peneliti. Penelitian ini menggunakan media
berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terhimpun dalam
kelompok perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi financial distress sebagai variabel X diperoleh dari
penghitungan dengan model regresi logistik dimana rasio-rasio keuangan menjadi
komponen utama pembentukan model ini dengan reputasi auditor sebagai variabel
(29)
1. Rasio relatif industri kurang akurat dalam memprediksi
kemungkinankondisi financial distress suatu perusahaan dibandingkan
denganrasio keuangan yang tidak disesuaikan.
2. Reputasi auditor kurang dapat digunakan sebagai variabel penjelas untuk
memprediksi kemungkinankondisi financial distress suatu perusahaan.
Sehingga kita mengetahui faktor apa sajayang dapat kita gunakan untuk
mengidentifikasi kejadian financial distress.
3. Berdasarkan hasil temuan diatas, terdapat 1% yang mengalami gejala
financial distress ketika diidentifikasi dengan rasio keuangan yang tidak
disesuaikan
Luciana Spica Almilia (2006) melakukan penelitian dengan judul
“Prediksi Financial Distress Perusahaan Go Public Dengan Menggunakan
Analisis Multinominal Logit”. Penelitian ini berusaha menguji daya klasifikasi
dan signifikansi rasio-rasio keuangan baik yang berasal dari neraca, laporan laba
rugi, maupun laporan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress
perusahaan dengan menggunakan teknis analisis multinominal logit. Dasar
penentuan kondisi financial distress dibagi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut mengalami laba bersih (net
income) negatif. Kelompok kedua adalah perusahaan yang selama 2 tahun
berturut-turut mengalami laba bersih (net income) negatif dan nilai buku ekuitas
(30)
Model 1: menguji daya klasifikasi dan signifikansi rasio keuangan yang berasal
dari neraca dan laporan laba rugi.
Model 2: menguji daya klasifikasi dan signifikansi rasio keuangan yang berasal
dari laporan arus kas.
Model3: menguji daya klasifikasi dan signifikansi rasio keuangan yang berasal
dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Sehingga dapat diperoleh
simpulan masalah yaitu apakah model 1, 2, dan 3 dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Adapun pengujian
secara statistik terhadap hipotesis yang dikemukan sebelumnya dengan
langkah-langkah sebagai berikut: analisa data dilakukan dengan menilai kelayakan model
regresi, menguji koefisien regresi, dan menganalisis daya klasifikasi model
prediksi untuk masing-masing kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Pada model pertama yaitu model yang memasukkan rasio keuangan yang
berasal dari laporan laba rugi dan neraca menunjukkan bahwa rasio TLTA
dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan.
Daya klasifikasi total model ini adalah sebesar 79.0%.
2. Pada model kedua yaitu model yang memasukkan rasio keuangan yang
berasal dari laporan arus kas menunjukkan bahwa rasio CFFOTA dan
CFFOCL dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress
perusahaan. Daya klasifikasi total model ini adalah sebesar 58.0%.
3. Pada model ketiga yaitu model yang memasukkan rasio keuangan yang
berasal dari laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas menunjukkan
(31)
dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan.
Daya klasifikasi total model ini adalah sebesar 79,6%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah:
a. Topik yang diteliti yaitu financial distress.
b. Menggunakan regresi logistik dalam menguji hipotesis pada
penelitian Luciana Spica Almilia dan Kristijadi ( 2003 ).
c. Subyek penelitian yaitu menggunakan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali pada penelitian
Wilopo ( 2001 ).
Sedangkan perbedaanya terletak pada :
No. Peneliti Objek Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Platt dan
Platt (2002)
Financial distress,profit
margin,likuiditas, Efisiensi,financial leverage,
profitabilitas,posisi kas,pertumbuhan
a.Variabel EBITDA/sales, current
assets/current liabilities dan cashflow
growh rate memiliki hubungan negatif
terhadap kemungkinan perusahaann akan mengalami financial distress. b. Variabel net fixed assets/total assets,
long-term debt/equity dan notes
payable/total assets memiliki hubungan
positif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial
distress.
2 Almilia dan Kristijadi (2003) Perusahaan di bursa efek jakarta Financial distress,profit margin,likuiditas, Efisiensi,financial leverage, profitabilitas,posisi kas,pertumbuhan
Dari keduabelas persamaan regresi yang dibentuk diatas menunjukkan bahwa rasio-rasio
keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, bahwa rasio-rasio keuangan dapat
digunakan untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan
(32)
3 Rayendra K.Brahmana (2006)
rasio keuangan yang
tidak disesuaikan,rasio relatif industri,reputasi auditor,financial
distress
Reputasi auditor kurang akurat dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan,reputasi auditor kurang dapat dijadikan sebagai variabel penjelas,terdapat 1% yang mengalami gejala financial distress ketika diidentifiaksi dengan rasio keuangan yang tidak disesuaikan
4 Luciana Spica Almilia (2006)
Perusahaan yang Terdaftar di BEJ
Financial distress,profit margin,likuiditas, Efisiensi,financial leverage, profitabilitas,posisi kas,pertumbuhan
a.Pada model pertama yaitu model yang memasukkan rasio keuangan yang berasal dari laporan laba rugi dan neraca menunjukkan bahwa rasio TLTA dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Daya klasifikasi total model ini adalah sebesar 79.0%.
b. Pada model kedua yaitu model yang memasukkan rasio keuangan yang berasal dari laporan arus kas
menunjukkan bahwa rasio CFFOTA dan CFFOCL dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Daya klasifikasi total model ini adalah sebesar 58.0%.
c. Pada model ketiga yaitu model yang memasukkan rasio keuangan yang berasal dari laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas menunjukkan bahwa rasio CATA,TLTA, NFATA, CFFOCL, CFFOTS dan CFFOTL dapat digunakan untukmemprediksi kondisi financial distress perusahaan. Daya klasifikasi total model ini adalah sebesar 79,6%. 5 Pungky Rionaldy (2010) Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Financial distress,current ratio,working capital to
total assets,struktur
aktiva, return on investment, return on equity, net profit margin, debt ratio
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan secara serentak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan yang terdaftar di BEI. Walaupun secara parsial yang dapat dilihat pada uji Wald menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan.
(33)
Landasan teori ini mengemukakan teori-teori pendukung yang
mendukung penulisan. Sesuai dengan judul dan permasalahan yang
terdapat pada penelitian ini, maka landasan teori yang akan
dikemukakan antara lain :
2.2.1. Akuntansi Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Akuntasi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,
pemasok, serta pemerintah (www.wikipedia.com;2010). Pengertian lain dari akuntansi keuangan adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan
keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh
pihak-pihak internal maupun pihak eksternal (Kieso, 2001: 3).
Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan
akuntansi (Aktiva = Kewajiban + Modal). Akuntansi keuangan berhubungan
dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan
penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini
yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik
perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai
pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham
(www.wikipedia.com;2010).
Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi
(34)
pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan
demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat
berkomunikasi melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan
yang sama yaitu SAK. SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994,
menggantikan Prinsip-prinsi Akuntansi Indonesia tahun 1984
(www.wikipedia.com;2010).
2.2.1.2. Lingkungan Akuntansi Keuangan
Sama seperti aktivitas disiplin ilmu lainnya, akuntansi merupakan produk
dari lingkungannya. Lingkungan akuntansi terdiri dari kondisi
sosial-ekonomi-politik-hukum, pembatasan-pembatasan, dan pengaruh yang bervariasi dari waktu
ke waktu. Karenanya, tujuan dan praktek akuntansi dewasa ini tidak sama lagi
dengan masa yang lalu. Teori akuntansi telah berevolusi untuk memenuhi
kebutuhan dan pengaruh yang terus berubah (Kieso, 2001: 2).
Akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga
karakteristik penting dari akuntansi (Kieso, 2001: 2):
1. Pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi
keuangan tentang,
2. Entitas ekonomi kepada,
3. Pemakai yang berkepentingan.
Karakterisitik-karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi
selama beratus-ratus tahun. Namun dalam 30 tahun terakhir entitas akonomi telah
berubah secara signifikan baik dari segi ukuran maupun kompleksitas, dan
(35)
segi jumlah maupun keragaman. Artinya tanggung jawab yang dipikul profesi
(36)
2.2.1.3. Pengertian dan Tujuan Pelaporan Keuangan
Beberapa informasi keuangan hanya dapat atau lebih baik disajikan
melalui pelaporan keuangan (financial reporting), bukan melalui laporan
keuangan formal. Dengan kata lain pelaporan keuangan adalah lebih luas
dibandingkan laporan keuangan. FASB menyebutkan bahwa pelaporan keuangan
mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi
lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan informasi yang
disediakan oleh sistem akuntansi, yaitu informasi tentang sumber-sumber
ekonomi, hutang, laba periodik, dan lain-lain (Trisnaningsih, 2003: 2).
Tujuan dari pelaporan keuangan yang terdapat dalam SFAC No1 dapat
diringkas sebagai berikut (Trisnaningsih, 2003: 3) :
a. Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor
dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi,
kredit dan yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus bersifat
komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional
tentang kegiatan bisnis dan ekonomi dan memiliki kemauan untuk
mempelajari informasi dengan cara yang rasional (paragraf 34).
b. Pelaporan keuangan memberikan informasi untuk membantu investor,
kreditor, dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan, dan
ketidakpastian tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan
(37)
c. Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber
ekonomi suatu perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut, dan
pengaruh transaksi, peristiwa, kondisi yang mengubah sumber-sumber
ekonomi, dan kalim terhadap sumber tersebut (paragraf 40).
d. Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang hasil usaha suatu
perusahaan selama suatu periode (paragraf 42).
e. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana
perusahaan memperoleh dan membelanjakan kas, tentang pinjaman, dan
pembayaran kembali pinjaman, tentang transaksi, modal, termasuk
deviden kas, dan distribusi lainnya terhadap sumber ekonomi perusahaan
kepada pemilik, serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi likuiditas
dan solvensi perusahaan (paragraf 49).
f. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana
manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada
pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya
(paragraf 50).
g. Pelaporan keuangan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
manajer dari direktur sesuai kepentingan pemilik (paragraf 52).
2.2.1.4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu
perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara
periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai
(38)
Menurut IAI (IAI, 2007:2) Laporan keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana) catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Munawir (2000: 2), laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak
yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.
Sedangkan menurut Harnanto (1998:3), laporan keuangan adalah
keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan
rangkuman historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan
kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan mata uang.
2.2.1.5 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut
ini (PSAK No 1, 2004: 3):
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
(39)
1. Neraca
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah
menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat
tutup buku. Neraca minimal mencakup pos – pos berikut (IAI, 2004) :
a) Aktiva berwujud,
b) Aktiva tidak berwujud,
c) Aktiva keuangan,
d) Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,
e) Persediaan,
f) Piutang usaha dan piutang lainnya,
g) Kas dan setara kas,
h) Hutang usaha dan hutang lainnya,
i) Kewajiban yang diestimasi,
j) Kewajiban berbunga jangka panjang,
k) Hak minoritas,
l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis
mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu
(40)
laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan
sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal
mencakup pos – pos berikut (IAI, 2004:) :
a) Pendapatan,
b) Laba rugi usaha,
c) Beban pinjaman,
d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlukan menggunakan metode ekuitas,
e) Beban pajak,
f) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,
g) Pos luar biasa,
h) Hak minoritas,
i) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan hasil kegiatan atau
operasional perusahaan selama suatu periode tertentu. Ikhtisar perubahan
posisi keuangan memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap
dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis penyaluran
dana juga mencerminkan profesionalisme dari manajemen yang ada
(IAI,2004).
(41)
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan
harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama
laporan keuangan, yang menunjukan (IAI, 2004) :
a. Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan,
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas.
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahan, dan
f) Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing – masing jenis modal
saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari
transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran
dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan
(42)
perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan
kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam
rangka adaptsi dengan perubahan keadaan dan peluang (IAI, 2004).
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang
dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.
Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input
yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan
memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang
berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi
nilai perusahaan (IAI, 2004).
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2004):
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
(43)
b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas,
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
2.2.1.6. Tujuan, Manfaat , dan Karakteristik Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK edisi 1 september 2007
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship)
atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya untuk dikelola. Informasi tersebut dapat
dimanfaatkan oleh berbagai pemakai laporan keuangan yaitu investor saat
ini dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan
kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat yang akan
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda-beda.
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan
dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan-keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan
dalam SAFC no 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi:
(1) untuk keputusan investasi dan kredit, (2) mengenai jumlah dan timing
(44)
perusahaan, (5) mengenai sumber dan penggunaan kas, (6) penjelasan dan
interpretif, serta (7) untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini
terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas,
dan pengungkapan laporan keuangan.
Laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap posisi perusahaan, berikut ini manfaat laporan
keuangan untuk masing-masing pihak:
1. Pemilik Perusahaan
Dengan adanya laporan keuangan, pemilik perusahaan dapat
menilai sukses atau tidaknya manajer dalam memimpin
perusahaanya dan kesuksesan seorang manajer biasanya diukur
dengan laba yang diperoleh perusahaan.
2. Manajer atau Pimpinan Perusahaan
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan, manajer dapat
menyusun rencana yang lebih baik memperbaiki sistem
pengawasannya dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih
tepat.
3. Kreditur atau Bankers
Sebelum keputusan untuk member atau menolak permintaan kredit
dari suatu perusahaan, perlu mengetahui lebih dahulu posisi
keuangan suatu perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan
keuangan perusahaan peminta kredit akan dapat diketahui melalui
(45)
4. Investor
Para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan pada saat
mereka menanamkan modalnya. Mereka berkepentingan terhadap
prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan
perusahaan selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasinya,
dan menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh
selanjutnya.
5. Pemerintah
Pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan
perusahaan. Disamping itu untuk menentukan besarnya pajak yang
harus ditanggung oleh perusahaan, juga diperlukan oleh Biro Pusat
Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Tenaga Kerja
untuk dasar perencanaan pemerintah.
Sehubungan dengan tujuan laporan keuangan tersebut, maka laporan
keuangan yang disusun harus memenuhi karakteristik kualitatif tertentu.
Karakteristik ini memberikan ciri khas yang menyebabkan informasi yang
tersedia dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakai. Berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007: 7) terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok dari laporan keuangan, antara lain:
(46)
Informasi yang tersedia dalam laporan keuangan mudah untuk dipahami
bagi pemakainya.
2. Relevan
Informasi dikatakan relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pada pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lampau, masa kini atau masa depan.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material sehingga dapat diandalkan oleh para
pemakainya.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingakan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan atau tren posisi dan kinerja
keuangan perusahaan.
2.2.2. Analisis Laporan Keuangan
2.2.2.1. Pengertian dan Alat Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dan alat dan teknik analisis
untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis
(wild, 2005: 3). Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada
firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Analisis ini
(47)
penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk
analisis bisnis (wild, 2005: 4).
Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan,
tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik. Ada 5
alat penting untuk analisis keuangan (wild, 2005: 30):
1. Analisis Laporan Keuangan Komparatif
Analisis laporan keuangan komparatif dilakukan dengan cara menelaah
neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu
periode ke periode berikutnya. Informasi terpenting yang didapat dari
analisis laporan keuangan komparatif adalah kecenderungan atau tren.
2. Analisis laporan keuangan common size
Pengetahuan atas proporsi kelompok atau subkelompok yang membentuk
suatu pos tertentu bermanfaat bagi analisis laporan keuangan. Secara
khusus dalam analisis neraca, total aktiva biasa dinyatakan sebagai 100%.
Kemudian, pos-pos dalam kelompok ini dinyatakan sebagai persentase
terhadap total yang bersangkutan. Dalam analisis laba rugi, penjualan
sering dinyatakan sebagai 100% dan pos-pos laba rugi lainnya sebagai
persentase terhadap penjulan. Karena pos-pos dalam kelompok adalah
100% , maka analisis ini disebut menghasilkan laporan keuangan
berukuran sama (common size financial statement).
3. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling
(48)
dan sebagai konsekuensinya, kepentingan sering dilebih-lebihkan. Sebuah
rasio menyatakan hubungan matematis antara dua kuatitas. Meskipun
perhitungan rasio merupakan operasi aritmetika sederhana, interpretsinya
lebih kompleks. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu pada
hubungan ekonomis yang penting.
4. Analisis Arus Kas
Analisis arus kas terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
sumber-sumber dari penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan
pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaanya dan
menggunakan sumber dayanya. Analisis ini juga digunakan dlam
peramalan arus kas dari analisis likuiditas.
5. Penilaian
Penilaian merupakan hasil penting dari banyak jenis analisis bisnis dan
laporan keuangan. Penilaian biasanya mengacu pada estimasi nilai
intrinsik sebuah perusahaan atau sahamnya. Dasar penilaian adalah teori
nilai sekarang (present value theory). Teori ini menyatakan bahwa nilai
utang atau efek ekuitas sama dengan jumlah seluruh hasil yang diharapkan
dari efek masa depan, yang didiskontokan ke saat ini dengan
menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Teori nilai sekarang
menggunakan konsep nilai waktu dari uang yang secara sederhana
menyatakan bahwa sebuah entitas lebih menyukai konsumsi saat ini
daripada konsumsi masa depan.
(49)
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu
perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “
yard-stick”tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah
“rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
dua macam data keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang
digunakan sebagai standar (Munawir, 2000:64). Penganalisa keuangan dalam
mengadakan analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dengan dua
macam cara pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan
yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (ratio
perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio
rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama (Riyanto, 2001:329).
(50)
Jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut
kebutuhan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka rasio digolongkan
sebagai berikut:
1. Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil
atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio,
dan sebagainya.
2. Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu semua rasio yang
datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya gross profit
margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya.
3. Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua rasio yang datanya
diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi,
misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), tingkat perputaran
piutang (accounting receivable turnover), assets turnover dan sebagainya
(Riyanto, 2001: 330).
Menurut Bambang Riyanto (2001: 331) penggolongan rasio keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas
perusahaan misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital to
total asset ratio.
2. Rasio laverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, misalnya total debt to
total asset ratio, total debt to total capital asset, long debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio.
(51)
3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dayanya, misalnya total asset turnover, receivable turnover, average collection
period, inventory turnover, average days inventory, working capital turnover. 2.2.2.4. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar (Riyanto, 2001: 331).
Rasio lancar =
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar
persediaan (Riyanto, 2001: 331).
Rasio cepat =
3. Rasio kas (cash ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaandalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
(52)
Rasio kas =
4. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets
ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang
terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar (Riyanto, 2001: 331).
Rasio modal kerja terhadap total aktiva =
2.2.2.5. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauhmana
efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang
termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya (Riyanto, 2001: 332):
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa
lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai
(Riyanto, 2001: 332).
Rasio periode pengumpulan piutang =
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali
tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya (Riyanto, 2001: 332).
Rasio tingkat perputaran piutang =
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas
manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam
(53)
Rasio tingkat perputaran persediaan =
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauhmana efektifitas
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti
semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya (Riyanto, 2001: 332).
Rasio tingkat perputaran aktiva =
2.2.2.6. Rasio Leverage atau Solvabilitas
Rasio leverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukurbkemampuan
perusahaan alam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang
termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya (Riyanto, 2001: 332):
1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Riyanto, 2001: 332).
Rasio hutang =
2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri (Riyanto, 2001: 332).
Rasio kewajiban terhadap modal =
3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar
bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain
seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup
(54)
Time interest earned ratio =
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total
aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar (Riyanto, 2001:
332).
Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva =
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar
total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar
(Riyanto, 2001: 332).
Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva =
2.2.2.7. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio
rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan
selain mencerminkan kemampuan manajemen untukmeminimalisasi harga
pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan
perusahaan (Riyanto, 2001: 332).
(55)
2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan (Riyanto,
2001: 332).
Margin laba usaha =
3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau
usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan
(Riyanto, 2001: 332).
Margin laba bersih =
4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen
dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai
laba bersih yang diinginkan (Riyanto, 2001: 332).
ROI =
Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dengan cepat. Dengan
rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya (Muslich, 2000: 61).
Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna
dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai
(56)
adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Pengaruh
gabungan beberapa rasio hanyalah berdasarkan pertimbangan para analisis
keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting
menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti. Ada
dua tekhnik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan yang telah
sering digunakan untuk tujuan ini.
2.2.3. Financial distress
2.2.3.1. Pengertian financial distress
McCue (1991) mendefinisikan financial distress sebagai arus kas negatif.
Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress jika beberapa
tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi negatif. John et al (1992)
mendefinisikan financial distress sebagai perubahan harga ekuitas. Lau (1987)
dan Hill et al (1996) mengatakan bahwa perusahaan mengalami financial distress
jika melakukan pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran
dividen. Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress jika arus kas lebih
kecil dari hutang jangka panjang. Asquith et al (1994) mendefinisikan financial
distress dengan menggunakan rasio coverage bunga. Tirapat dan Nittayagasetwat
(1999) mengatakan bahwa perusahaan mengalami financial distress jika
perusahaan menghentikan operasinya dan perusahaan merencanakan untuk
melakukan restrukturisasi. Wilkins (1997) mengatakan bahwa perusahaan
mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksi mengalami
kebangkrutan pada periode yang akan datang. Penelitian yang berkaitan dengan
(57)
financial distress suatu perusahaan adalah Zmijewski (1983) dalam Foster (1986);
Lau (1987); Poston et al (1994); Doumpos dan Zoponidis (1999) serta Platt dan
Platt (2002). Penelitian financial distress dan kebangkrutan perusahaan dilakukan
oleh Platt dan Platt (1990).
Penelitian terhadap financial distress tidak hanya diukur dengan
menggunakan variabel keuangan tetapi juga variabel non keuangan. Platt dan Platt
(2002) menggunakan rasio keuangan untuk mengukur financial distress dan
menentukan rasio yang paling dominan untuk memprediksi financial distress.
Platt dan Platt (1990) melakukan penelitian dengan membandingkan antara rasio
keuangan yang tidak disesuaikan dengan rasio relatif industri. Hasil penelitian
Platt dan Platt (1990) menunjukkan bahwa rasio yang tidak disesuaikan
mempunyai tingkat klasifikasi yang lebih rendah dibanding jika menggunakan
rasio relatif industri. Trisnawati (1998), Nasirwan (1999), Hidayati (2002), dan
Setyaningrum (2002) melakukan penelitian dengan menggunakan variabel
reputasi auditor dan underwriter yang berkaitan dengan Initial Public Offering
dan Underpricing. Penelitian lain memprediksi kekuatan dan arti penting arus kas
dalam memprediksi kebangkrutan. Casey dan Bartczak (1984) menunjukkan
bahwa arus kas merupakan prediksi yang buruk terhadap financial distress.
Gentry et al (1985) mendukung penelitian bahwa arus kas memasukkan berbagai
aliaran dana seperti dividen dan pengeluaran modal.
Azis dan Lawson (1989) mengatakan bahwa model berbasis arus kas lebih
efektif dalam memprediksi peringatan kebangkrutan lebih awal. Pengertian
(58)
pemberhentian karyawan, restrukturisasi atau kegagalan pembayaran dividen.
Asquith et al (1994) menggunakan interest coverage ratio untuk mendefinisikan
distress. Whitaker (1999) mengukur distress pada tahun pertama dimana cash
flow kurang dari batas pinjaman saat ini atas hutang jangka panjang. John et al
(1992) memperkirakan perubahan harga kewajaran untuk mendefinisikan distress.
Layoffs terjadi dalam divisi khusus atas kesehatan perusahaan, restrukturisasi
merupakan terjadinya perbedaan tahap penurunan dan ada banyak penjelasan
untuk kegagalan pembayaran dividen. Richardson et al (1998) menguji dampak
resesi untuk memprediksi kegagalan perusahaan. Ward dan Foster (1997)
menggunakan kegagalan pinjaman sebagai respon untuk mengukur financial
distress.
Akhigbe dan Madura (1996) menguji pengaruh intra industry terhadap
likuidasi perusahaan secara sukarela. Platt et al (1994) menguji diskriminasi
kebangkrutan dengan variabel-variabel riil. Hsieh (1993) mendiskusikan angka
cutoff optimal dalam model prediksi kebangkrutan. Lennox (1999) mendiskusikan
dampak laporan audit terhadap prediksi kebangkrutan. Plat dan Plat (2002)
mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang
terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.
2.2.3.2. Prediksi financial distress
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari
sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau
(59)
penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya potensi kebangkrutan (Almilia dan Kristijadi, 2003).
Financial distress merupakan kondisi keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan.
Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi
dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban– kewajiban
debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk
menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin
dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang
diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa
membiayai operasi perusahaan dan kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi
bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Model financial distress perlu
untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress
perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan – tindakan untuk
mengantispasi yang mengarah kepada kebangkrutan (Almilia dan Kristijadi,
2003).
Prediksi financial distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak
pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi:
1. Pemberi pinjaman.
Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai
relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam
memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan
(60)
diberikan.
2. Investor.
Model prediksi financial distress dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan
dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan.
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi
kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan
individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang
aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar
hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah.
Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam
antitrust regulation.
5. Auditor.
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna
bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu
perusahaan.
6. Manajemen.
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan
akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara)
dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian
(61)
model prediksi financial distress diharapkan perusahaan
dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat
menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari
kebangkrutan.
Menurut Foster (1986) terdapat beberapa indikator atau sumber
informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan:
1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.
2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial,
struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan
perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain
sebagainya.
3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya
dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel
keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan.
4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi. Financial
distress terjadi sebelum kebangkrutan. Umumnya model financial
distress berpegang pada data-data kebangkrutan, karena data-data ini
mudah diperoleh. Altman, Marco dan Varetto (1994) dan Yang, Platt
dan Platt (1999) menggunakan model neural network untuk membedakan
perusahaan yang gagal dan tidak gagal. Pengguna dari model ini termasuk
kreditur, suplier yang berfokus pada repayment dan investor potensial. Model
ini memberikan keuntungan untuk berbagai macam aplikasi seperti:
(62)
♦ Penilaian kredit (Altman dan Haldeman, 1995). ♦ Perubahan manajemen (Platt dan Platt, 2000).
2.2.3.3. Indikator Financial Distress
Menurut Foster (1986) dalam Almilia dan Kristijadi (2003) ada beberapa
indikator atau sumber informasi tentang kemungkinan adanya financial distress,
antara lain:
1. Analisa terhadap laporan arus kas untuk saat ini dan periode-periode
mendatang. Keuntungan dari penggunaan sumber informasi tersebut
adalah fokus langsung menunjukkan gambaran kesulitan keuangan pada
periode-periode yang dikehendaki.
2. Analisa terhadap corporate strategy. Dalam analisis tersebut
mempertimbangkan potensi para pesaing perusahaan yang berkitan dengan
struktur biaya relatif, kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya
serta kualitas manajemen.
3. Analisa laporan keuangan perusahaan dengan teknik perbandingan dengan
perusahaan lain.
4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penelitihan obligasi.
(63)
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji manfaat yang bias
dipetik dari analisis rasio keuangan. Seperti Altman (1968), merupakan
penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai
alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan
analisis diskriminan, fungsi diskriminan akhir yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan memasukkan rasio-rasio keuangan
berikut: working capital/total assets, retained earnings/total assets,
Earnings before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total debt, sales/total assets. Secara umum disimpulkan
bahwa rasio-rasio keuangan tersebut bias digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan, dengan pendekatan multivariate. Dengan kata lain,
pendekatan multivariate rasio keuangan bias memberikan hasil yang lebih
memuaskan.
Fungsi diskriminan model Altman adalah sebagai berikut:
Indeks kebangkrutan = 0.12 WC/TA + 0.14 RE/TA + 0.33 EBIT/TA +
0.006 MVE/BVD + 0.999 S/TA.
Altman (1968) dalam Almilia Kristijadi (2003) menyatakan bahwa jika
perusahaan memiliki indeks kebangkrutan 2.99 atau diatasnya maka
perusahaan tidak termasuk perusahaan yang dikategorikan akan mengalami
kebangkrutan. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks kebangkrutan
1.81 atau dibawahnya maka perusahaan termasuk kategori bangkrut. Model
kebangkrutan Altman tidak dapat digunakan dewasa ini karena beberapa alasan
(64)
1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur
saja, sedangkan perusahaan yang memiliki tipe lain memiliki hubungan yang
berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan dalam analisis
rasio.
2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai dengan 1965,
yang tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang. Sehingga proporsi untuk
setiap variabel sudah tidak tepat lagi untuk digunakan.
Tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara.
Penelitian ini memasukkan dimensi internasional, sehingga Z scorenya diubah
menjadi formula:
Indeks kebangkrutan = 0.717 WC/TA + 0.847 RE/TA + 3.107 EBIT/TA +
0.420 MVE/BVD + 0.998 S/TA.
Macfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam
memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Rasio keuangan
yang digunakan adalah cash flows/current liabilities, net worth and total
liabilities/fixed assets, gross profit/sales, operating income/sales, net income/sales, quick assets/inventory, operating income/total liabilities, net worth/sales, current liabilities/net worth, dan net worth/total liabilities.
Ditemukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat
untuk memprediksi laba satu tahun ke muka, namun tidak bermanfaat untuk
memprediksi lebih dari satu tahun.
Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia
(1)
5 Pungky Rionaldy (2010) Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Financial distress,current ratio,working capital to total assets,struktur aktiva, return on investment, return on equity, net profit margin, debt ratio
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan secara serentak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan yang terdaftar di BEI. Walaupun secara parsial yang dapat dilihat pada uji Wald menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Sumber : Peneliti
Berdasarkan uraian perbedaan tersebut diatas, dapat menjadi masukkan bagi penelitian yang akan datang untuk memperluas atau menambah sampel penelitian dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan yang lebih panjang, serta menambah variabel seperti : solvabilitas, pelaporan item-item luar biasa dan/ kontinjensi (ekstra), kualitas sistem pengendalian internal, dan penggunaan komite audit oleh perusahaan.
4.5.4. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan telah cocok untuk menguji pengaruh variabel current ratio,
working capital to total assets , struktur aktiva , return on investment,
return on equity, net profi margin , dan debt ratio terhadap variabel kondisi financial distress. Sedangakan secara parsial hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel current ratio, working capital to total assets,
(2)
102
dan debt ratio tidak signifikan terhadap variabel kondisi financial distress
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah pengetahuan mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi kondisi
financial distress perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sebagai bahan referensi yang akan melengkapi temuan-temuan empiris dibidang akuntansi ataupun sebagai informasi yang berguna bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, sehingga hasil dari penelitian ini telah sesuai dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Model regresi yang dihasilkan dalam peneliitan ini sesuai dan akurat dengan tingkat keakuratan sebesar seratus persen, begitu juga dengan kemampuan variabel ukuran perusahaan current ratio (X1), working capital to total assets (X2), struktur aktiva (X3), return on investment (X4), return on equity (X5), net profi margin (X6), dan debt ratio (X7) dalam menjelaskan variabel kondisi financial distress (Y) adalah sebesar seratus persen.
Berdasarkan tujuan penelitian maka diperoleh hasil bahwa bahwa variabel current ratio (X1) yang bertanda positif, working capital to total assets (X2) yang bertanda negatif, struktur aktiva (X3) yang bertanda negatif, return on investment (X4) yang bertanda negatif, return on equity (X5) yang bertanda positif, net profi margin (X6) yang bertanda positif, dan debt ratio (X7) yang bertanda negatif, secara parsial tidak signifikan terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan (Y).
(4)
104
perusahaan dapat segera melakukan tindakan korektif untuk kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang, dan bagi investor diharapkan dapat memberikan gambaran pada investor untuk mengetahui apakah perusahaan tempat berinvestasi merupakan perusahaan yang sehat dan mampu untuk memberikan tingkat return yang diinginkan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan implikasi penelitian, adapun saran yang diajukan adalah :
1. Bagi investor hendaknya memperhatikan dengan cermat rasio-rasio likuiditas, profitabilitas, dan financial leverage suatu perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya pada suatu perusahaaan.
2. Bagi peneliti sebaiknya perlu mempertimbangkan berbagai faktor eksternal seperti kondisi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi) untuk digunakan sebagai variabel bebas.
3. Memperbesar ukuran sampel dengan memperluas tahun penelitian dan memperbanyak jumlah perusahaan sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sehingga dapat dilakukan generalisasi.
(5)
Akuntansi, FE UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Altman, Edward I., 2006, Corporate Financial Distress and Bankcruptcy, 3
rded.,
John Wiley and Sons, Inc, New York.
Foster, G., 1986, Financial Statement Analysis. 2
ndEdition, Prentice Hall, USA.
Ghazali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariatif dengan Program SPSS,
Cetakan keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hair, J.F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, And Ronald L.
Tatham, 1998, Multivariate Data Analysis, Six Edition, Prentice-Hall,
New Jersey.
Kieso, Donald E. and Jerry J. Weygandt, Intermediate Accounting. 8
thEdition.
John Wiley & Sons, Inc. New York. 1995.
Kuncoro, Mudrajat, 2004, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Munawir, S., 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi keempat, Cetakan ke tiga
belas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Prastowo, Dwi, dan Rifka Juliati, 2005, Analisa Laporan Keuangan, Edisi
Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Standar Akuntansi Keuangan, 2004, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Standar Akuntasi Keuangan, 2007, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suwardjono, 2006, Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
BPFE, Yogyakarta.
Trisnaningsih, Sri, 2003, Akuntansi Keuangan Menengah.
(6)