Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penagihan dalam Menunjang Kelancaran Aktivitas Penagihan pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Cabang Bandung.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The vehicle purchasing through leasing company is demanded by the general public so it gives positive impact for the leasing company. However, the more number of leasing which is gives, the more risk of the credit problem increase. Based on that, this research is try to know how the accounting information system of collection which is applied in the leasing company, in supporting the smoothness of the collecting activity that is expected to solve credit problems in the company.

The object of this research is PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Bandung branch which is a multipurpose leasing company with finance lease and consumer finance. This research is more focusing on the consumer finance by analyze the procedures, the documents and the policies in collecting.

The analysis result shows that the accounting information system of collectoin is already adequate, but there are still some weaknesses that cause the collecting process is hampered.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Pembelian kendaraan melalui perusahaan pembiayaan semakin diminati masyarakat luas dan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan pembiayaan. Namun, semakin banyak jumlah pembiayaan yang diberikan, resiko kredit bermasalah juga akan semakin besar. Berkenaan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem informasi akuntansi penagihan yang diterapkan perusahaan pembiayaan dalam menunjang kelancaran aktivitas penagihan sehingga diharapkan dapat mengatasi kredit yang bermasalah dalam perusahaan.

Objek dalam penelitian ini adalah PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia cabang Bandung yang merupakan perusahaan pembiayaan multiguna dengan jenis pembiayaan sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen. Penelitian ini lebih difokuskan pada pembiayaan konsumen dengan menganalisis prosedur, dokumen dan kebijakan dalam penagihan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi penagihan dalam perusahaan telah memadai, namun masih terdapat beberapa kelemahan yang menyebabkan proses penagihan terhambat.


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRACT iv

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Tujuan Penelitian 4

1.4. Kegunaan Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6

2.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi 6

2.1.1. Karakteristik Informasi 6

2.1.2. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi 7


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

2.1.4. Komponen Sistem Informasi Akuntansi 9

2.2. Pengertian Piutang 10

2.2.1. Klasifikasi Piutang 11

2.2.2. Penagihan Piutang 12

2.3. Pengertian Kredit 15

2.3.1. Unsur-unsur Kredit 15

2.3.2. Penilaian Kredit 17

2.3.3. Prosedur Pemberian Kredit 19

2.3.4. Kredit Bermasalah 20

2.4. Pembiayaan 22

2.4.1. Pihak-pihak yang Terlibat 22

2.4.2. Tahap Pembiayaan 23

2.4.3. Skema Transaksi Pembiayaan Konsumen 29

.BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31

3.1.Objek Penelitian 31

3.2.Sejarah Singkat Perusahaan 31

3.3.Visi, Misi dan Nilai Perusahaan 32

3.4.Struktur Organisasi Perusahaan 33

3.4.1. Uraian Tugas 33

3.5. Metoda Penelitian 39


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 40

4.2. Ruang Lingkup dan Tujuan Sistem Informasi Penagihan 40

4.2.1. Struktur Bagian Penagihan 41

4.3. Garis Waktu Penagihan 44

4.4. Prosedur Penagihan 44

4.4.1. Prosedur Pengklasifikasian Keterlambatan Pembayaran 44

4.4.2. Prosedur Penagihan oleh Desk Collector 46

4.4.3. Prosedur Kunjungan oleh Field Collector dan Pengiriman

Surat Peringatan 47

4.4.4. Prosedur Pengiriman Surat Somasi 49

4.4.5. Prosedur Kunjungan Lanjutan Field Collector 49

4.4.6. Prosedur Penarikan Kendaraan oleh Field Collector atau

Professional Collector 50

4.4.7. Prosedur Pengiriman Surat Penyelesaian Hutang 52

4.5. Pengendalian Intern 52

4.5.1. Lingkungan Pengendalian 52

4.5.2. Aktivitas Pengendalian 53

4.5.3. Penaksiran Risiko 57

4.5.4. Pemantauan 58


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan 59

5.2. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN 64


(7)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi Perusahaan 33


(8)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Piutang Tertunggak 2


(9)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A Flowchart Penagihan Via Telepon 64

LAMPIRAN B Flowchart Penagihan Melalui Kunjungan 65

LAMPIRAN C Flowchart Pengiriman Surat Peringatan 66

LAMPIRAN D Flowchart Pengiriman Surat Somasi 67

LAMPIRAN E Flowchart Penarikan Kendaraan 68


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minat masyarakat Provinsi Jawa Barat untuk memiliki kendaraan melalui

pembiayaan leasing cukup tinggi. Berdasarkan data Dinas Pendapatan Provinsi

Jawa Barat, sebesar 70 persen pembelian kendaraan berasal dari leasing

(http://dispenda.jabarprov.go.id/11 Februari, 2015 ).

Tingginya minat masyarakat tersebut tersebut memberikan dampak positif

bagi perusahaan pembiayaan. Hal tersebut semakin mendorong pihak perusahan

agar mengelola kredit dengan lebih baik, untuk mencegah timbulnya kredit

bermasalah. Menurut Mahmoeddin (2010:5) kredit bermasalah perlu perhatian

khusus karena jika tidak ditangani secara professional, ia akan berkembang untuk

merusak tatanan perkreditan yang sudah mapan sekalipun. Menurutnya, kredit

bermasalah dapat disebabkan oleh kelemahan-kelemahan pihak internal

perusahaan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan mengancam kelangsungan hidup

(going concern) perusahaan.

Menurut Purba (2009:21), asumsi going concern mengharuskan entitas

ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurutnya, ada kalanya asumsi

going concern tidak dapat dipertahankan karena suatu entitas ekonomi tidak lagi


(11)

Bab I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha

maka perusahaan harus memperhatikan pelaksanaan aktivitas ekonominya, salah

satunya adalah pada penerapan sistem informasi akuntansi dalam perusahaan.

Sistem informasi akuntansi memiliki peranan penting dalam mendukung aktivitas

ekonomi perusahaan. Menurut Romney dan Steinbart (2014:10), sistem informasi

akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan

mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi pengambilan

keputusan.Sistem ini meliputi orang, prosedur dan instruksi, data, perangkat

lunak, infrastruktur teknologi informasi, serta pengendalian internal dan ukuran

karyawan.

PT. MLCI cabang Bandung merupakan salah satu perusahaan

pembiayaan multi guna di Provinsi Jawa Barat. Jenis pembiayaan pada PT.

MLCI adalah sewa guna usaha (finance lease) dan pembiayaan konsumen

(consumer finance), atas kendaraan bermotor roda empat. Berdasarkan

wawancara dengan bagian finance, penjualan kredit atas pembiayaan PT. MLCI

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Namun, disamping itu, jumlah piutang

yang tertunggak juga ikut meningkat terutama pada pembiayaan konsumen

(consumer finance). Berikut data tunggakan PT.MLCI :

Tabel 1 Piutang Tertunggak CONSUMER FINANCE

Tahun Piutang Pembiayaan Tertunggak

2012 248.620.982.600 3.447.798.000

2013 286.101.952.000 4.060.923.556


(12)

Bab I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha

Sumber : PT. MLCI Cabang Bandung

Data diatas menunjukan adanya kredit bermasalah dalam

perusahaan.Menurut Mahmoeddin (2010:2), kredit bermasalah adalah kredit yang

tidak menepati jadwal angsuran, sehingga terjadi tunggakan. Dalam PT. MLCI,

terdapat beberapa kategori tunggakan (overdue) berdasarkan waktunya yaitu

tunggakan satu bulan, tunggakan dua bulan, tunggakan tiga bulan dan tunggakan

empat bulan keatas. Bagian yang berkaitan dengan masalah tunggakan adalah

bagian penagihan (Collection). Bagian tersebut bertugas untuk memberikan

peringatan mengenai informasi pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan

melakukan penagihan pada konsumen.

Pelaksanaan aktivitas penagihan tidak terlepas dari sistem informasi

akuntansi yang diterapkan PT. MLCI. Setiap keputusan penagihan yang

dilaksanakan perusahaan didasarkan atas informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi akuntansi yang diterapkan perusahaan. Dengan menerapkan sistem

informasi akuntansi yang tepat, maka sistem tersebut akan membantu bagian

penagihan dalam membuat keputusan penagihan kepada konsumen dan

diharapkan dapat membantu kelancaran aktivitas penagihan piutang. Dari latar

belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENAGIHAN DALAM MENUNJANG KELANCARAN AKTIVITAS PENAGIHAN PADA PT.


(13)

Bab I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis mengidentifikasi

masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah sistem informasi akuntansi penagihan dalam perusahaan telah

memadai?

2. Bagaimana peranan sistem informasi akuntansi penagihan terhadap

kelancaran aktivitas penagihan piutang pada perusahaan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui apakah sistem informasi akuntansi penagihan dalam perusahaan

telah memadai.

2. Mengetahui bagaimana penerapan sistem informasi akuntansi penagihan

dalam menunjang kelancaran aktivitas penagihan piutang pada perusahaan

1.4.Kegunaan Penelitian

Penulis berharap penelitian ini memberikan manfaat bagi :

1. Akademisi :

a. Memberikan wawasan tentang sistem informasi akuntansi dalam

perusahaan

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian sejenis dan

pengembangan penelitian lebih lanjut.


(14)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi perusahaan


(15)

59 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penagihan MLCI Bandung telah

memadai namun masih terdapat kekurangan dan beberapa hal yang menyebabkan

sistem yang telah ada tidak berjalan dengan optimal. Berikut simpulannya :

1. Struktur penagihan pembagian tugas dan tanggung jawab sudah jelas, dibagi

sesuai dengan jangka waktu tunggakannya, serta selalu melakukan update

dan memonitor data tunggakan pada daftar piutang yang jatuh tempo

(DLPR). Bagian penagihan juga memiliki prosedur penagihan yang dimulai

dari prosedur penagihan melalui telepon sampai dengan prosedur penagihan

dengan mengirimkan Surat Penyelesaiah Hutang (SPH). Serta terdapat

kebijakan penagihan terkait kredit bermasalah, diantaranya ketentuan follow

up, penagihan angsuran beserta denda, ketentuan surat peringatan, surat tugas

untuk penarikan kendaraan serta kebijakan untuk memperkecil kerugian atas

kredit bermasalah.

2. Terdapat kelengkapan dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan yang

berperan membantu mengatasi kredit bermasalah. Berikut adalah dokumen

yang digunakan untuk melakukan penagihan dalam upaya mengatasi kredit


(16)

Bab V Simpulan dan Saran 60

Universitas Kristen Maranatha

Surat Tugas, Surat Penyelesaian Hutang (SPH), Berita Acara Serah Terima

(BAST) dan Tanda Terima Pengeluaran Kendaraan.

3. Bagian Desk Collector yang hanya seorang seringkali mengalami kesulitan

karena kurangnya staf, sedangkan jumlah konsumen terus meningkat. Field

Collector yang terdiri dari 2 orang juga kesulitan untuk memenuhi target

kunjungan dikarenakan berbagai hambatan yang diantaranya data alamat

konsumen yang sudah tidak akurat, dan sulitnya konsumen untuk dihubungi.

Akibatnya kegiatan follow up terdapat konsumen yang terlambat dihubungi

atau dikunjungi sehingga aktivitas penagihan yang dilaksanakan tidak sesuai

dengan target yang diharapkan.

4. Tidak mengupdate data alamat dan nomor konsumen secara rutin sehingga

seringkali kesulitan melakukan penagihan karena konsumen yang telah

berganti nomor atau alamatnya.

5. Penagihan dengan menggunakan Professional Collector masih jarang

dilaksanakan. Meskipun jumlah konsumen yang menunggak semakin banyak

dan sulit untuk ditagih.

6. Desk Collector tidak mengingatkan konsumen mengenai pembayaran

angsuran beberapa hari sebelum tanggal jatuh tempo dan tidak melakukan

update nomor dan alamat konsumen secara rutin.

5.2.Saran


(17)

Bab V Simpulan dan Saran 61

Universitas Kristen Maranatha

1. Segera menambah staf penagihan untuk Desk Collector dan Field Collector

agar pelaksanaan sistem penagihan tidak terhambat dan target penagihan

lebih mudah dicapai.

2. Sulitnya melacak dan menghubungi konsumen merupakan salah satu masalah

utama yang menyebabkan aktivitas penagihan terhambat. Sehingga,

sebaiknya diadakan sistem pembaharuan data (update) konsumen secara

rutin, untuk mengantisipasi berubahnya data konsumen yang menyebabkan

kesulitan follow up.

3. Sebaiknya beberapa hari sebelum tanggal jatuh tempo Desk Collector

menghubungi konsumen untuk mengingatkan pembayaran angsurannya.

4. Penarikan kendaraan menggunakan jasa Professional Collector sebaiknya

lebih ditingkatkan agar dapat membantu tugas Field Collector dalam

melakukan kunjungan dan penarikan kendaraan.

5. Mengadakan kesepakatan penagihan dengan panggilan melalui media massa

dengan konsumen, agar konsumen lebih disiplin dalam melakukan

pembayaran angsuran.

6. Collection Section Head sebaiknya lebih sering melakukan pemantauan dan

memberikan Reward bagi karyawan yang mampu mencapai target penagihan

serta menerapkan Punishment bagi karyawan yang lalai sehingga


(18)

62

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. (2011). Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya. Edisi pertama, Cetakan ketiga, Rajawali Pers, Jakarta.

Bodnar, George. H dan William S. Hopwood. (2014). Accounting Information

Systems. 11th Editon, Pearson New International Edition.

Hery. (2014). Akuntansi Dasar. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Ikatan Bankir Indonesia. (2015). Mengelola Kredit Secara Sehat. Cetakan kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi, Cetakan keempatbelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir. (2014). Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi, Cetakan ke duabelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir. (2003). Dasar-Dasar Perbankan. Cetakan Kedua, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Latuihamallo, Abednego Isa. (2014). Dilema Dunia Multifinance. Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Midjan L. dan Azhar Susanto. (2001). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi kedelapan, Cetakan pertama, Lingga Jaya, Bandung.

Mahmoeddin. (2010). Melacak Kredit Bermasalah. Cetakan ketiga, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Mardi. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

Romney, Marshal B dan Paul John Steinbart. (2014). Sistem Informasi Akuntansi, Edisi ketigabelas, Diterjemahkan oleh : Kikin Sakinah, Nur Safira dan Novita Puspasari, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(19)

63

Universitas Kristen Maranatha

Subramanyam, K.R dan John J. Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi kesepuluh, Diterjemahkan oleh : Dewi Yanti, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.


(1)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi perusahaan berkaitan dengan sistem informasi akuntansi penagihan.


(2)

59 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penagihan MLCI Bandung telah memadai namun masih terdapat kekurangan dan beberapa hal yang menyebabkan sistem yang telah ada tidak berjalan dengan optimal. Berikut simpulannya :

1. Struktur penagihan pembagian tugas dan tanggung jawab sudah jelas, dibagi sesuai dengan jangka waktu tunggakannya, serta selalu melakukan update dan memonitor data tunggakan pada daftar piutang yang jatuh tempo (DLPR). Bagian penagihan juga memiliki prosedur penagihan yang dimulai dari prosedur penagihan melalui telepon sampai dengan prosedur penagihan dengan mengirimkan Surat Penyelesaiah Hutang (SPH). Serta terdapat kebijakan penagihan terkait kredit bermasalah, diantaranya ketentuan follow up, penagihan angsuran beserta denda, ketentuan surat peringatan, surat tugas untuk penarikan kendaraan serta kebijakan untuk memperkecil kerugian atas kredit bermasalah.

2. Terdapat kelengkapan dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan yang berperan membantu mengatasi kredit bermasalah. Berikut adalah dokumen yang digunakan untuk melakukan penagihan dalam upaya mengatasi kredit bermasalah ; Daily Late Payment Report, Surat Peringatan, Surat Somasi,


(3)

Bab V Simpulan dan Saran 60

Universitas Kristen Maranatha

Surat Tugas, Surat Penyelesaian Hutang (SPH), Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Tanda Terima Pengeluaran Kendaraan.

3. Bagian Desk Collector yang hanya seorang seringkali mengalami kesulitan karena kurangnya staf, sedangkan jumlah konsumen terus meningkat. Field Collector yang terdiri dari 2 orang juga kesulitan untuk memenuhi target kunjungan dikarenakan berbagai hambatan yang diantaranya data alamat konsumen yang sudah tidak akurat, dan sulitnya konsumen untuk dihubungi. Akibatnya kegiatan follow up terdapat konsumen yang terlambat dihubungi atau dikunjungi sehingga aktivitas penagihan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan target yang diharapkan.

4. Tidak mengupdate data alamat dan nomor konsumen secara rutin sehingga seringkali kesulitan melakukan penagihan karena konsumen yang telah berganti nomor atau alamatnya.

5. Penagihan dengan menggunakan Professional Collector masih jarang dilaksanakan. Meskipun jumlah konsumen yang menunggak semakin banyak dan sulit untuk ditagih.

6. Desk Collector tidak mengingatkan konsumen mengenai pembayaran angsuran beberapa hari sebelum tanggal jatuh tempo dan tidak melakukan update nomor dan alamat konsumen secara rutin.

5.2.Saran


(4)

Bab V Simpulan dan Saran 61

Universitas Kristen Maranatha

1. Segera menambah staf penagihan untuk Desk Collector dan Field Collector agar pelaksanaan sistem penagihan tidak terhambat dan target penagihan lebih mudah dicapai.

2. Sulitnya melacak dan menghubungi konsumen merupakan salah satu masalah utama yang menyebabkan aktivitas penagihan terhambat. Sehingga, sebaiknya diadakan sistem pembaharuan data (update) konsumen secara rutin, untuk mengantisipasi berubahnya data konsumen yang menyebabkan kesulitan follow up.

3. Sebaiknya beberapa hari sebelum tanggal jatuh tempo Desk Collector menghubungi konsumen untuk mengingatkan pembayaran angsurannya. 4. Penarikan kendaraan menggunakan jasa Professional Collector sebaiknya

lebih ditingkatkan agar dapat membantu tugas Field Collector dalam melakukan kunjungan dan penarikan kendaraan.

5. Mengadakan kesepakatan penagihan dengan panggilan melalui media massa dengan konsumen, agar konsumen lebih disiplin dalam melakukan pembayaran angsuran.

6. Collection Section Head sebaiknya lebih sering melakukan pemantauan dan memberikan Reward bagi karyawan yang mampu mencapai target penagihan serta menerapkan Punishment bagi karyawan yang lalai sehingga menyebabkan target penagihan tidak tercapai.


(5)

62

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. (2011). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi pertama, Cetakan ketiga, Rajawali Pers, Jakarta.

Bodnar, George. H dan William S. Hopwood. (2014). Accounting Information Systems. 11th Editon, Pearson New International Edition.

Hery. (2014). Akuntansi Dasar. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Ikatan Bankir Indonesia. (2015). Mengelola Kredit Secara Sehat. Cetakan kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi, Cetakan keempatbelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir. (2014). Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi, Cetakan ke duabelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir. (2003). Dasar-Dasar Perbankan. Cetakan Kedua, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Latuihamallo, Abednego Isa. (2014). Dilema Dunia Multifinance. Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Midjan L. dan Azhar Susanto. (2001). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi kedelapan, Cetakan pertama, Lingga Jaya, Bandung.

Mahmoeddin. (2010). Melacak Kredit Bermasalah. Cetakan ketiga, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Mardi. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

Romney, Marshal B dan Paul John Steinbart. (2014). Sistem Informasi Akuntansi, Edisi ketigabelas, Diterjemahkan oleh : Kikin Sakinah, Nur Safira dan Novita Puspasari, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(6)

63

Universitas Kristen Maranatha

Subramanyam, K.R dan John J. Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi kesepuluh, Diterjemahkan oleh : Dewi Yanti, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.


Dokumen yang terkait

Wanprestasi Dan Eksekusinya Pada Pelaksanaan Perjanjian Leasing Di PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia

16 386 150

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI DI Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Dalam Menunjang Kelancaran Proses Produksi Di Perusahaan Manufaktur Pada Pt. Amitex Pekalongan

0 4 17

Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit terhadap Kelancaran Aktivitas Penagihan Piutang Studi Kasus pada PT Agronesia Divisi Industri Es Saripetojo.

2 5 22

Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit terhadap Kelancaran Aktivitas Penagihan Piutang pada PT. BTJ.

5 15 23

Analisis Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dalam Menunjang Kelancaran Aktivitas Penjualan pada Apotek di Cirebon.

0 0 18

"Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Terhadap Kelancaran Aktivitas Penagihan Piutang".

0 1 20

Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Terhadap Kelancaran Aktivitas Penagihan Piutan (Studi Kasus pada PT. Andalan Prima Indonesia).

0 0 32

Peranan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Menunjang Efektivitas Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang (Studi Kasus pada Ahadiat Hotel).

0 0 24

Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dalam Menunjang Kelancaran Aktivitas Penjualan (Studi Kasus Pada CV Sanye Yapinus Abadi di Bandung.

0 0 28

Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Proses Produksi Dalam Menunjang Kelancaran Aktivitas Produksi (Studi Kasus Pada "EF Plastik" di Bandung).

0 0 34