PENGGUNAAN WEB-based INQUIRY SCIENCE ENVIRONMENT (WISE) PADA PEMBELAJARAN BERBANTUAN SIMULASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK DAN KETERAMPILAN MEMBUAT GRAFIK PADA KONSEP GERAK.

(1)

PENGGUNAAN WEB-based INQUIRY SCIENCE ENVIRONMENT (WISE) PADA PEMBELAJARAN BERBANTUAN SIMULASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK DAN

KETERAMPILAN MEMBUAT GRAFIK PADA KONSEP GERAK

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Disusun oleh IING MUSTAIN

1104035

PROGRAM PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA SL

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGGUNAAN WEB-based INQUIRY SCIENCE ENVIRONMENT (WISE) PADA PEMBELAJARAN BERBANTUAN SIMULASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK DAN

KETERAMPILAN MEMBUAT GRAFIK PADA KONSEP GERAK

Oleh:

Iing Mustain, S.Si., Universitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam Konsentrasi Fisika Sekolah Pasca Sarjana

© Iing Mustain 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENGGUNAAN WEB-basedD INQUIRY SCIENCE ENVIRONMENT (WISE) PADA PEMBELAJARAN BERBANTUAN SIMULASI DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK DAN KETERAMPILAN MEMBUAT GRAFIK PADA KONSEP GERAK

Disetujui dan disahkan Oleh

Pembimbing I,

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001

Pembimbing II,

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP. 196707251992032002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 195807121983032002


(4)

PENGGUNAAN WEB-based INQUIRY SCIENCE ENVIRONMENT (WISE) PADA PEMBELAJARAN BERBANTUAN SIMULASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK DAN

KETERAMPILAN MEMBUAT GRAFIK PADA KONSEP GERAK

Iing Mustain *1)

Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi. IPA Konsentrasi Pend. Fisika Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. *2) Dr. Setiya Utari, M.Si. *3)

ABSRTAK

Kajian interpretasi grafik menjadi perhatian pendidik di bidang matematika dan sain. Siswa Indonesia mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tentang grafik seperti pada tes TIMSS, karena sebanyak 20% soal TIMSS membahas tentang interpretasi grafik. Sebagai akibatnya, posisi Indonesia berada pada urutan yang rendah dibandingkan negara lainnya. Dengan kondisi ini, penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan WISE pada pembelajaran berbantuan simulasi dalam meningkatkan kemampuan interpretasi grafik dan keterampilan membuat grafik pada siswa sekolah menengah. Sebanyak 66 siswa Madrasah Tsanawiyah yang duduk di kelas 7 menjadi sampel, yang terdiri atas kelas eksperimen (N = 33) dan kelas kontrol (N = 33). Diperoleh pencapaian kemampuan interpretasi grafik (IG) dan keterampilan membuat grafik (MG) pada konsep gerak lebih besar secara signifikan dibandingkan pada pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE untuk kelas kontrol. Peningkatan kemampuan IG dan keterampilan MG pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori sedang dengan skor N-gain keterampilan IG adalah 0.58 (kelas eksperimen) dan 0.43 (kelas kontrol) dan skor N-gain untuk keterampilan MG adalah 0.59 (kelas eksperimen) dan 0.33 (kelas kontrol).

Kata kunci: Interpretasi Grafik, Membuat Grafik, Penggunaan WISE, Pencapaian dan peningkatan Siswa


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR PERSAMAAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PENGGUNAAN WEB-based INQUIRY SCIENCE ENVIRONMENT (WISE) DAN KAITANNYA TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN KETERAMPILAN MEMBUAT GRAFIK A. E-Learning (Pembelajaran Berbasis Elektronik) ... 7

B. Model Pembelajaran Berbasis Web ... 9

C. Web-based Inquiry Science Environment (WISE) ... 10

D. Interpretasi Grafik ... 14

E. Keterampilan Membuat grafik ... 17

F. Konsep Gerak ... 20

G. Grafik Gerak Lurus ... 22

H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 24

a. Asumsi Penelitian ... 24

b. Hipotesis Penelitian ... 24


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian... 28

B. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

C. Desain dan Metode Penelitian ... 28

D. Definisi Operasional ... 29

E. Alur Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Analisis Instrumen ... 33

H. Rekapitulasi Hasil Pengujian Instrumen ... 36

D. Teknis Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN\ A. Hasil penelitian ... 41

1) Hasil Tes Interpretasi Grafik Siswa pada Konsep Gerak Lurus... 41

a. Deskripsi Pretest dan Kemampuan Awal IG ... 41

b. Deskripsi Pretest dan Posttest Kemampuan IG ... 42

c. Pengujian Statistik Pencapaian Kemampuan Interpretasi Grafik Pada Konsep Gerak ... 43

2) Hasil Tes Keterampilan Membuat Grafik konsep Gerak ... 46

a. Deskripsi Pretest dan Kemampuan Awal MG ... 46

b. Deskripsi Pretest dan Posttest Keterampilan MG ... 46

c. Pengujian Statistik Pencapaian Keterampilan Membuat Grafik Konsep Gerak ... 47

3) Peningkatan Kemampuan Interpretasi Grafik ... 50

a. Peningkatan Kemampuan IG Kelas Eksperimen dibandingkan Kelas Kontrol ... 50

b. Peningkatan KIG Berdasarkan Tingkat Kemampuan ... 51

4) Peningkatan Keterampilan Membuat Grafik ... 53

a. Peningkatan Keerampilan MG Kelas Eksperimen dibandingkan Kelas Kontrol ... 53


(7)

b. Peningkatan KMG Berdasarkan Indikator Keterampilan ... 54

5) Keterlaksanaan Projek siswa dalam WISE ... 57

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56 1) Hasil Tes Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa pada Konsep

Gerak ... 60 2) Hasil Tes Keterampilan Membuat Grafik pada Konsep Gerak ... 63 3) Keterlaksanaan Projek siswa dalam WISE ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 71 B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Instrumen untuk di Judgment dan analisis hasil Judgment B. Instrumen Hasil Judgment

C. Perangkat Pembelajaran

D. Data Jawaban Pre-post test Interpretasi Grafik E. Data Jawaban Pre-post test Membuat Grafik` F. Pengolahan Data dan Pengujian Statistik G. Lembar Observasi dan LKS Siswa

H. Keterlaksanaan Projek Siswa Dalam WISE I. Administrasi Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Tingkatan Kemampuan Interpretasi grafik ... 16

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Membuat Grafik ... 19

Tabel 3.1 Kriteria Indeks Kemudahan Butir Soal ... 33

Tabel 3.2 Kriteria Indeks Daya Pembeda (DP) ... 34

Tabel 3.3 Kategori Validitas Butir Soal ... 35

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Instrumen ... 36

Tabel 3.5 Analisis Daya Pembeda Hasil Ujicoba Instrumen ... 37

Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal IG ... 38

Table 3.7 Rekapitulasi Analisis Validitas Soal Membuat Grafik ... 39

Tabel 3.8 Klasifikasi N-Gain ... 39

Tabel 4.1 Deskripsi Pretest Kemampuan Interpretasi Grafik ... 42

Tabel 4.2 Deskripsi Perolehan Skor Kemampuan Interpretasi Grafik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 42

Tabel 4.3 Hasil Analisis Test Normalitas Kemampuan Interpretasi Grafik siswa kelas Eksperimen dan Kontrol ... 43

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Homogenitas Varians Skor Rata-rata Postttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji t-test Skor Rata-rata Posttest Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 45

Tabel 4.6 Deskripsi Pretest Keterampilan Membuat Grafik ... 46

Tabel 4.7 Deskripsi Perolehan Skor Keterampilan Membuat Grafik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47

Tabel 4.8 Hasil Analisis Tes Normalitas Keterampilan Membuat Grafik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 48

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Homogenitas Varians Rata-rata Posttest Kelas eksperimen dan Kontrol ... 49

Tabel 4.10 Hasil Uji t-test Skor Rata-rata Posttest Keterampilan Membuat Grafik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 50


(9)

Tabel 4.11 Hasil Test Intepretasi Grafik ... 51 Tabel 4.12 Deskripsi Kemampuan Interpretasi Grafik Berdasarkan

Tingkat Kemampuan ... 51 Tabel 4.13 Hasil Test Membuat Grafik ... 54 Tabel 4.14 Deskripsi skor N-gain Keterampilan Membuat Grafik


(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Desain WISE dalam kegiatan pembelajaran ... 11

Gambar 2.2 Diagram alur Penggunaan WISE ... 12

Gambar 2.3 Grafik Posisi vs Waktu yang dibuat menggunakan tool draw pada WISE ... 18

Gambar 2.4 Perpindahan dan Jarak Tempuh Benda ... 20

Gambar 2.5 Jejak lintasan GLB ... 21

Gambar 2.6 Jejak Lintasan Gerak Benda (a. dipercepat; b. diperlambat) ... 22

Gambar 2.7 Grafik Gerak Lurus Beraturan (GLB) ... 23

Gambar 2.8 Grafik Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) ... 23

Gambar 3.1 Diagram Desain Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 31

Gambar 4.1 Grafik Persentase skor N-gain untuk setiap tingkat kemampuan IG ... 52

Gambar 4.2 Grafik Persentase skor N-gain untuk setiap tingkat Indikator MG ... 55

Gambar 4.3 Jendela Teacher Home pada Projek WISE ... 57

Gambar 4.4 Kegiatan Pendahuluan dan Keterlaksanaan Setiap Tahapa Kegiatan Projek Siswa ... 58

Gambar 4.5 Kegiatan Assessment 1-2 dan Keterlaksanaan Setiap Tahapa Kegiatan Projek Siswa ... 58

Gambar 4.6 Kegiatan Assessment 3 dan Keterlaksanaan Setiap Tahapa Kegiatan Projek Siswa ... 59

Gambar 4.7 Kegiatan Membuat Grafik dan Keterlaksanaan Setiap Tahapa Kegiatan Projek Siswa ... 59


(11)

DAFTAR PERSAMAAN

Hal

Pers. 2.1 Laju Gerak Benda ... 21

Pers. 2.2 Percepatan Gerak Benda ... 22

Pers. 3.1 Uji Tingkat Kemudahan Soal ... 33

Pers. 3.2 Uji Daya Pembeda ... 34

Pers. 3.3 Koefisien Korelasi Product Moment Pearson ... 35

Pers. 3.4 Koefisien Korelasi Spearman Brown ... 36


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian representasi dan interptretasi grafik menjadi perhatian pendidik di bidang matematika (NCTM, 2000; Bertin, 1983; Curcio, 1987) dan sain (NRC, 1996; AAAS, 1993) tak terkecuali bidang Fisika (Glazer, 2011, Beichner, 1994; 1996). Bentuk representasi grafik memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan konsep Fisika seperti ditemukan dalam beberapa konsep seperti kinematika, kalor, listrik dan konsep lainnya. Bahkan dalam Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) sebanyak 20% soal

menguji tentang interpretasi grafik, hal ini menunjukkan representasi grafik mengambil peranan dalam pengetahuan siswa. Namun, siswa Indonesia mengalami kesulitan menjawab soal yang mengandung interpretasi data dan grafik. Sebagaimana hasil survey dari Balitbang Kemdikbud bahwa pada tahun 2007 rata-rata skor prestasi sain siswa Indonesia menduduki peringkat 35 dari 49 negara yang mengikuti TIMSS dan pada tahun 2011 posisinya menurun, Indonesia menduduki peringkat 40 dari 42 negara.

Negera maju seperti Australia, Inggris, dan Amerika telah memberikan perhatian khusus tentang pengetahuan grafik bagi kemampuan siswa yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah. Kemampuan siswa yang secara spesifik menekankan kepada kemampuan interpretasi grafik untuk berbagai tingkat kelas di sekolah menengah (Lowrie dan Diezman, 2007). Menurut standarisasi pendidikan yang dicantumkan dalam National Research Council (NRC, 1996) yang menyatakan bahwa kemampuan interpretasi grafik merupakan salah satu kemampuan yang ditekankan kepada siswa sekolah tingkat menengah. Pemahaman yang menghubungkan antara kemampuan verbal dan visual untuk meningkatkan pengetahuan konsep dan proses sain. Sedangkan Association for


(13)

kemampuan praktis siswa dalam menulis yang dinilai sebagai kegiatan praktis dalam belajar dan menjadi penting bagi pengembangan literasi sains.

Hasil pengujian dan analisis tes pemahaman grafik siswa di salah satu sekolah di Kota Kuningan diperoleh dari instrumen Tes Of Graphing in Science (TOGS) (Padilla et, al, 1986) dan keterampilan membuat grafik (Graphing

motion) serta penyebaran angket. Dari hasil TOGS diitemukan beberapa item

kemampuan membaca seperti identifikasi grafik dan menentukan variabel bebas dan variabel terikat ke dalam grafik, baik kelas 8D maupun kelas 8E siswa memperoleh persentase skor rata-rata di bawah 50%. Sedangkan kemampuan interpretasi grafik seperti kemampuan memprediksi data, siswa kelas 8D maupun siswa kelas 8E memperoleh persentase skor rata-rata masing-masing 17% dan 48%. Sehingga baik kelas 8D maupun kelas 8E memiliki kesulitan dalam membaca grafik, dan menginterpretasi grafik dan data.

Selain kesulitan menginterpretasi grafik yang ditemukan di atas, terdapat beberapa temuan tentang keterampilan siswa dalam membuat grafik. Hasil projek

Web-based Inquiry Science Environment (WISE) (Linn C. , Slotta D., et.al. ,2011)

diperoleh bahwa siswa yang walaupun memiliki pemahaman yang baik dan tergolong berfikir logis baik (expert) mengalami kesulitan ketika membuat membuat grafik. Temuan ini didasarkan kepada hasil grafik siswa yang tidak sesuai dengan tabel data dengan bentuk grafiknya. Dari hasil angket siswa diperoleh beberapa siswa menjawab mengalami kesulitan dan tidak memahami tentang grafik. Sehingga karena kondisi tersebut siswa tidak mudah menyelesaikan permasalahan grafik. Dari beberapa alasan pernyataan siswa hasil studi awal peneliti, diperoleh bahwa siswa tidak menerima dengan baik penjelasan tentang data dan sajian grafik dalam kegiatan belajar mapun praktikum. Dengan melihat data hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar proses pembelajaran di kelas tidak melihat akan pentingnya pemahaman grafik dan kaitannya dengan membuat grafik khususnya pada konsep gerak.


(14)

3 Permasalahan pemahaman interpretasi grafik siswa dalam sains dan matematika sebenarnya telah diuji dan dicarikan solusi permasalahannya (Pelita, 2011, Beichner, 1995; Know, 2002). Namun, solusi permasalahan interpretasi grafik tidak berkait kepada keterampilannya membuat grafik. Padahal, berdasarkan indikator kemampuan interpretasi grafik memiliki keterkaitan dengan bagaimana siswa memiliki keterampilannya membuat grafik (Bowen & Roth, 2005). Keterampilan membuat grafik sebagai bagian dari kegiatan praktis belajar menjadi kurang mendapatkan perhatian dari para pendidik sain (Monteiro dan Ainley, 2003).

Pada umumnya siswa menginterpretasikan grafik dari grafik yang disajikan lebih kepada penguasaan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa (Keller, 2008). Bentuk grafik sebagai bagian dari representasi visual sebaiknya diajarkan dalam bentuk visualisasi dengan media simulasi atau video interaktif sehingga memudahkan siswa untuk memahami grafik (Pelita, 2011). Sementara keterampilan membuat grafik merupakan keterampilan praktis siswa dalam membuat simbol yang representatif tentang suatu phenomena sain. Menurut Know (2002: 61) dalam pembelajaran diperlukan suatu metode praktis yang dapat secara efektif memberikan dampak secara langsung meningkatkan keterampilan membuat grafik.

Menurut Linn et.al (2002) bahwa penggunaan WISE memudahkan siswa dalam belajar, mengembangkan ide, mengobservasi phenomena secara virtual dan memudahkan pengoperasian tools dalam membuat grafik. Lanjut Linn et.al (2011) bahwa aplikasi WISE telah membantu para peneliti yang berorientasi kepada pembelajaran inkuiri sain. Gerard. et.al (2012) telah menemukan bahwa penggunaan motion probe dan drawing tools dalam WISE membantu siswa dalam kemampuan interpretasi dan keterampilan membuat grafik. Hal ini karena beberapa drawing tools tersebut dapat mengembangkan keterampilan membuat grafik dan menghubungkanya ke kemampuan siswa dalam interpretasi grafik. Sementara itu, simulasi merupakan suatu tehnik pembuatan atau menirukan


(15)

sesuatu kejadian-kejadian yang hidup di alam berbasis komputerisasi. Simulasi komputer dapat digunakan saat mengajar dan pembentukan pemahaman siswa tentang konsep fisika seperti pada konsep gerak (Aravind and Heard, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, penggunaan WISE dirasakan penting bagi kegiatan belajar khususnya interpretasi dan membuat grafik pada konsep gerak lurus yang belum dilakukan penelitian sebelumnya. Penulis ingin melakukan studi yang mendalam untuk mengetahui Penggunaan Web-based Inquiry Science

Environment (WISE) Pada Pembelajaran Berbantuan Simulasi Dalam

Meningkatkan Kemampuan Interpretasi Grafik Dan Keterampilan Membuat Grafik Pada Konsep Gerak diharapkan dapat memberikan solusi permasalahan kompetensi literasi grafik khususnya interpretasi dan membuat grafik pada konsep gerak siswa tingkat menengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini dirumuskan penelitian

sebagai berikut: “Apakah penggunaan Web-based Inquiry Science Environment

(WISE) pada pembelajaran berbantuan simulasi lebih meningkatkan kemampuan interpretasi grafik dan keterampilan membuat grafik pada konsep gerak dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE?

Secara rinci rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pencapaian kemampuan interpretasi grafik pada konsep gerak siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan menggunakan WISE dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE?

2. Bagaimanakah pencapaian keterampilan dalam membuat grafik pada konsep gerak siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan


(16)

5 menggunakan WISE dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan interpretasi grafik pada konsep gerak antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan menggunakan WISE dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE?

4. Bagaimanakah peningkatan keterampilan membuat grafik pada konsep gerak antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan menggunakan WISE dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE?

5. Bagaimanakah keterlaksanaan projek siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi pada saat menggunakan WISE?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang pencapaian kemampuan interpretasi grafik antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan menggunakan WISE dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE.

2. Mendapatkan gambaran tentang pencapaian keterampilan dalam membuat grafik antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan menggunakan WISE dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE.

3. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan interpretasi grafik antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi dengan menggunakan WISE dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE.

4. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan peningkatan keterampilan membuat grafik antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan


(17)

simulasi dengan menggunakan WISE dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi tanpa penggunaan WISE.

5. Mendapatkan gambaran tentang keterlaksanaan projek siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan simulasi pada saat menggunakan WISE

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti tentang penggunaan WISE dalam kaitannya dengan kemampuan interpretasi grafik dan keterampilan membuat grafik pada pembelajaran berbantuan simulasi. Sehingga dapat memberikan gambaran empiris bagi para pembaca dan kalangan terkait baik lembaga maupun individu. Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk memperkaya hasil-hasil penelitian sebelumunya yang sejenis tentang penelitian pembelajaran gerak khususnya dalam kajian literasi grafik.


(18)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota X. Pada tahun ini, Sebagai subyek dari penelitian ini peneliti mengambil siswa kelas 7. Kelas yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas 7B sebagai kelas kontrol dan kelas 7C sebagai kelas eksperimen. Siswa kelas 7B memiliki jumlah siswa 40 dan yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah 33 orang, sedangkan siswa kelas 7C memiliki jumlah siswa 39 orang dan yang dijadikan sampel penelitian adalah 33 orang. Hal ini disebabkan sebagian siswa tidak mengikuti salah satu atau seluruh proses selama penelitian berlangsung. Sementara itu, materi pelajaran yang dijadikan sebagai penelitian ini adalah materi fisika tentang konsep gerak lurus yang diajarkan di kelas 7 pada semester kedua.

B. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

cluster sampling. Hal ini karena madrasah memiliki rombongan belajar kelas 7

sebanyak 3 kelas, sehingga agar ketertiban administrasi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di madrasah tersebut, sampel diambil dari kelompok kelas tertentu yang diacak secara random dengan kategori kelompok sampel. Pengambilan dua sampel secara acak ini berasumsikan bahwa siswa mememiliki kemampuan yang sama.

C. Desain dan Metode Penelitian

Dari uraian tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperimen dengan disain eksperimen yang digunakan berupa

Randomized Control Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2011:114).


(19)

mengetahui hasil perlakuan penggunaan WISE terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan interpretasi dan keterampilan membuat grafik pada pembelajaran berbantuan simulasi.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun desain penelitian yang dimaksud adalah ditunjukkan diagram pada gambar 3.1. menurut Sugiyono (2011,114) sebagai berikut :

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen O1 dan O2 X O1’ dan O2’

Kontrol O1 dan O2 O1’ dan O2’

Gambar 3.1. Diagram desain penelitian Keterangan:

O1 dan O1’ : Pretest Posttest untuk mengukur Kemampuan Interpretasi Grafik

O2 dan O2’ : Pretest Posttest untuk mengukur Keterampilan Membuat Grafik

X : Penggunaan Web-based Inquiry Science Environment (WISE) pada

pembelajaran berbantuan simulasi.

D. Definisi Operasional

1. Penggunaan Web-based Inquiry Science Environment (WISE) merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi jaringan internet sebagai media penyampaian materi, diskusi, penugasan, dan mengerjakan projek siswa dengan menggunakan komputer secara online, Langkah-langkah Kegiatan WISE yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (1) Registrasi dan

login, (2) Kegiatan pendahuluan, dan (3) Kegiatan assessmen 1, (4) Kegiatan

assessmen 2, (5) Kegiatan assessmen 3, dan (6) Kegiatan membuat grafik. 2. Kemampuan Interpretasi Grafik (IG) didefinisikan sebagai kemampuan siswa


(20)

30 diberikan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam membangun kemampuan interpretasi (Bertin, 1983) ini meliputi: (1) Kemampuan tingkat dasar (elementary), (2) Kemampuan tingkat menengah (intermediate), dan (3) Kemampuan menyeluruh (overall). Adanya peningkatan kemampuan interpretasi grafik pada konsep gerak siswa ini diukur dengan menggunakan tes intepretasi grafik yang diberikan saat pretest dan posttest. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik dihitung dengan menggunakan N-gain (gain yang dinormalisasi).

3. Keterampilan Membuat Grafik (MG) adalah keterampilan siswa dalam membuat grafik pada konsep gerak yang meliputi: (1) Mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat dan menuliskannya pada sumbu grafik, (2) Menentukan skala data dari variabel ke masing-masing sumbu dalam grafik, (3) Menentukan dan menuliskan data dan nama variabel dan satuannya ke dalam masing-masing sumbu variabel dalam grafik, (4) Memplotkan data dalam tabel ke dalam grafik, (5) Menghubungkan dengan garis antara titik-titik data pada grafik sehingga membentuk kurva, dan (6) Memberikan dan menuliskan judul dari grafik yang dibuat. Dalam mengukur peningkatan keterampilan siswa membuat grafik digunakan tes essay sebelum (pre-test) dan tes essay sesudah (post-test). Peningkatan kemampuan interpretasi grafik dihitung dengan menggunakan N-gain (gain yang dinormalisasi).


(21)

E. Alur Penelitian

Secara garis besar penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperiment ini seperti pada gambar 3.2.

Desain

WISE

Kelas Kontrol

Kelas Eksperime

n

Pembelajaran berbantuan simulasi dan Penggunaan WISE Analisis assessment

Studi Literatur Studi Kasus

Masalah

Pengembangan pembelajaran berbantuan simulasi dan Penggunaan WISE

SK dan KD

Materi Gerak Lurus

Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Instrumen penelitian

Pretest

Pembelajaran berbantuan simulasi

Posttest

Kesimpulan

Observasi


(22)

32 Gambar 3.2. Diagram alur penelitian pada Kelas kontrol dan kelas eksperimen F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti menyiapkan dua instrumen, yaitu: (1) tes pilihan ganda untuk mengukur kemampuan interpretasi grafik konsep gerak dan (2) tes essay untuk mengukur keterampilan membuat grafik konsep gerak.

1. Tes Interpretasi Grafik

Instrumen tes kemampuan interpretasi grafik digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menginterpretasi grafik baik sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pada pembelajaran berbantuan simulasi pada kelas yang menggunakan Web-based Inquriy Science Environment (WISE) dan tanpa menggunakan WISE. Item soal keterampilan interpretasi grafik dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan indikator tes interpretasi grafik berpedoman pada Bertin (1983) yang dikembangkan oleh Curcio (1987) (dalam Keller, 2008) yang meliputi tiga tingkatan kemampuan, yaitu: (1) tingkat dasar (elementary), (2) tingkat menengah (intermediate), dan (3) tingkat menyeluruh (overall).

Validitas isi dari instrumen interpretasi grafik ini dikonsultasikan dengan pembimbing dan beberapa ahli. Instrument tes interpretasi grafik yang digunakan baik pretest maupun posttest adalah sama. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Sebelum digunakan instrumen tersebut dilakukan tes uji coba untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan soal, dan daya pembedanya. Hasil jawaban siswa yang menjawab benar akan diberi skor 1 (satu) dan jika jawaban salah akan diberi skor 0 (nol).

2. Tes Keterampilan Membuat Grafik

Instrumen tes keterampilan grafik ini digunakan untuk mengukur keterampilan siswa membuat grafik pada konsep gerak sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran berbantuan simulasi pada kelas yang


(23)

menggunakan Web-based Inquriy Science Environment (WISE) dan tanpa menggunakan WISE.

Item soal keterampilan membuat grafik yang dikembangkan berbentuk tes essay. Indikator tes keterampilan membuat grafik siswa meliputi: (1) Menuliskan judul atau tema grafik yang dibuat. (2) Menentukan skala data pada sumbu grafik, (3) Menentukan dan menuliskan nama dan data pada sumbu grafik, (4) Memplotting titik pada grafik untuk setiap data, dan (5) Membuat garis kurva

Konsultasi dengan pembimbing dan beberapa ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator, bahasa, dan materi. Instrument tes membuat grafik yang digunakan baik pretest maupun posttest adalah sama. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Hasil jawaban siswa akan diberi skor seperti pada rubrik penilaian pada lampiran B.

G. Analisis Instrumen

Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi tingkat kemudahan, daya pembeda, validitas, dan reabilitas. Item soal yang tidak memenuhi salah satu kriteria maka soal tersebut direvisi.

a. Tingkat Kemudahan Soal

Uji tingkat kemudahan soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah, dengan menggunakan persamaan 3.1 (Arikunto, 2008):

(3.1)

Dengan P adalah indeks kemudahan, B adalah banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan J adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:


(24)

34

TK Klasifikasi

0,0 ≤ TK < 0,3 Soal sukar

0,3 ≤ TK < 0,7 Soal sedang

0,7 ≤ TK ≤ 1,0 Soal mudah b. Daya Pembeda

Uji daya pembeda, dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.2) (Arikunto, 2008):

(3.2)

Dengan DP adalah Daya pembeda, BA adalah banyaknya peserta tes

kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta

tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA adalah banyaknya

peserta kelompok atas, dan JB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Jumlah peserta kelompok atas (JA) dengan jumlah peserta kelompok bawah (JB)

adalah sama. Kriteria daya pembeda dinyatakan seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kriteria Daya Pembeda (DP)

DP Kualifikasi

0,0 ≤ DP < 0,2 Jelek

0,2 ≤ DP < 0,4 Cukup

0,4 ≤ DP < 0,7 Baik

0,7 ≤ DP < 1,0 Baik sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang


(25)

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi (3.3) dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Sugiyono, 2011:241).

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(3.3)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan N = Jumlah siswa X = Skor item soal Y = skor total siswa

Koefisien korelasi memiliki rentang nilai antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008). Dalam hal analisis item butir soal menurut Masrun (dalam Sugiyono, 2011:182) bahwa interpretasi terhadap koefisien korelasi dinyatakan jika item mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas tinggi pula.

Menurut Masrun (1979) (dalam Sugiyono, 2011:182) biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika rxy = 0.3 seperti


(26)

36 ditunjukkan pada tabel 3.3. Artinya jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0.3, maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 3.3. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ rxy < 0,30 Tidak Valid

0,30 ≤ rxy≤ 1,00 Valid

d. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2011: 184). Untuk keperluan itu maka butir-butir instrument dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri. Pengelompokan butir soal menjadi belah dua ini dimaksudkan agar pengujian soal dilakukan dengan lebih dari satu kali.

Suatu instrumen tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan dihitung dengan koefisien reliabilitas, kriteria koefisien korelasi dinyatakan seperti pada tabel 3.4. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2011:182) yaitu:

(3.4)

Dimana:

ri = Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

rxy = Koefisien korelasi antara skor setiap tes

Tabel 3.4. Kategori Reliabilitas Instrumen


(27)

0,80 < ri≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < ri≤ 0,80 Tinggi

0,40 < ri≤ 0,60 Cukup

0,20 < ri≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ ri≤ 0,20 Sangat Rendah

H. Rekapitulasi Hasil Pengujian Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen. Instrumen tersebut terdiri dari instrument kemampuan membuat grafik yang di dalamnya terdapat indikator kamampuan menginterpretasi grafik. Aspek-aspek dalam interpretasi grafik itu meliputi tiga tingkatan yaitu tingkat dasar (elementary), tingkat menengah (intermediate), dan tingkat menyeluruh (overall). Instrumen yang kedua adalah instrument keteampilan membuat grafik yang terdiri dari lima indikator yaitu indikator keterampilan menentukan skala pada masing-masing koordinat, menuliskan angka dan nama variabel pada masing-masing-masing-masing sumbu (ordinat), memplotkan titik pada grafik untuk setiap data peristiwa, membuat garis membentuk kurva, dan menuliskan judul grafik yang telah dibuat siswa.

Sebelum kedua instrumen digunakan di lapangan, masing-masing instrumen yang telah disusun dilakukan judgment terlebih dahulu, setelah itu dilakukan revisi untuk memperbaiki soal yang kurang sesuai. Kemudian soal-soal tersebut di ujicobakan kepada siswa. Data hasil uji coba kemudian di analisis untuk mengetahui kelayakan atau ketidaklayakan instrumen tersebut digunakan dalam penelitian. Adapun analisis tes yang dilakukan antara lain: uji tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, analisis validitas butir soal, dan analisis reliabilitas butir soal dari instumen kemampuan interpretasi grafik.

Data hasil ujicoba instrumen tes interpretasi grafik yang telah dianalisi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas butir soal secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A. Dari hasil ujicoba diperoleh bahwa daya


(28)

38 pembeda seperti ditunjukkan oleh tabel 3.5. Daya pembeda untuk soal nomor 16 dan 18 memiliki kategori jelek. Sehingga kedua soal ini tidak dapat membedakan antara kelompok tinggi dan rendah.

Tabel. 3.5. Analisis daya pembeda hasil ujicoba instrumen

No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Daya Pembeda

0.63 0.58 0.63 0.47 0.42 0.21 0.37 0.53 0.63 0.47 0.42 0.32 0.58

B B B B B C C B B B B C B

No. Soal 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Daya Pembeda

0.53 0.68 0.00 0.32 0.11 0.53 0.37 0.58 0.53 0.21 0.42 0.58 0.53

B B J C J B C B B C B B B

Analisis validitas butir soal instrumen seperti ditunjukkan oleh tabel 3.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 24 soal yang valid dan 2 soal yang tidak valid yaitu nomor soal 16 dan 18, sehingga dalam kategori tidak valid ini soal dibuang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini instrumen kemampuan interpretasi grafik jumlah soal yang digunakan untuk instrument penelitian adalah 24 soal.

Tabel 3.6. Rekapitulasi analisis Validitas butir soal Interpretasi Grafik

No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Validitas

0.66 0.58 0.56 0.51 0.55 0.33 0.46 0.5 0.63 0.58 0.44 0.42 0.62

Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va

No. Soal 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Validitas

0.6 0.69 0.06 0.55 0.09 0.56 0.4 0.73 0.64 0.32 0.58 0.64 0.65

Va Va Tdk

Va Va

Tdk

Va Va Va Va Va Va Va Va Va

Keterangan : Va = Valid Tdk Va = Tidak Valid

Untuk analisis reliabilitas, setelah dilakukan analisis dengan menggunakan teknik belah dua (split half) yaitu kelompok item soal ganjil dan genap, kemudian


(29)

dihitung dengan menggunakan rumus Spearman Brown ternyata didapatkan bahwa reliabilitas instrument tes yang diujicobakan termasuk kategori tinggi dengan indeks relibilitas sebesar 0.82. Rekapitulasi hasil uji coba instrumen tentang reliabilitas secara keseluruah dapat dilihat pada lampiran A.

Sementara itu, pengujian validitas butir soal instrumen membuat grafik menggunakan aplikasi SPSS 17. Hasil pengujian butir soal instrumen membuat grafik seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.7. Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa semua butir soal dari instrumen membuat grafik adalah valid. Oleh karena itu, secara keseluruah instrumen membuat grafik dapat digunakan dalam penelitan ini. Sedangkan, untuk analisis reliabilitas dilakukan dengan teknik belah dua (split

half). Hasil analisis reliabilitas instrumen tes yang diujicobakan termasuk kategori

tinggi dengan indeks reliabilitas sebesar 0.77. Rekapitulasi hasil uji coba instrumen tentang validitas secara keseluruah dapat dilihat pada lampiran A.

Tabel. 3.7. Rekapitulasi analisis Validitas soal Membuat Grafik

Skor Untuk Item Indikator Membuat Grafik

1 2 3 4 5

1.1 2.1 1.2 2.2 1.3 2.3 1.4 2.4 1.5 2.5 0.532 0.65 0.441 0.329 0.336 0.523 0.7 0.858 0.829 0.817 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

I. Teknis Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Untuk mengetahui pencapaian kemampuan interpretasi grafik dan keterampilan membuat grafik digunakan uji statsitik independent sample test dari rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sementara, untuk mengetahui peningkatan kemampuan interpretasi grafik dan keterampilan membuat grafik dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi (N-gain). Hal


(30)

40 ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (dalam Mubarak, 2011) seperti pada persamaan berikut:

(3.5)

Adapun Klasifikasi dari N-gain ditunjukkan dalam tabel 3.8. Tabel 3.8. Klasifikasi N-gain

Kategori Peroleh N-gain Keterangan

0,70 < N-gain <1,00 Tinggi

0,30 ≤ N-gain ≤ 0,70 Sedang

0,00 < N-gain < 0,30 Rendah

2. Analisis Data

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Uji normalisasi distribusi data dengan menggunakan uji One Sample

Kolmogorov Smirnov Test. Pengujian normalitas ini dengan menggunakan

program aplikasi SPSS 17.

b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Pengujian homogenitas ini dengan menggunakan program aplikasi SPSS 17:

c. Uji statistik untuk menentukan keberartian perbedaan rata-rata pasangan data yang terdistribusi normal dan homogen digunakan uji parametrik yaitu uji-t untuk sampel berpasangan atau terikat, sementara untuk data yang tidak memenuhi distribusi normal dan tidak homogen digunakan uji non parametrik


(31)

yaitu uji Mann-Whitney U untuk sampel yang tidak berpasangan. Pengujian ini ini dengan menggunakan program aplikasi SPSS 17

d. Untuk menentukan skor keterampilan membuat grafik digunakan rubrik yang terdiri dari skor berdasarkan rating scale (Sugiyono, 2011:142). Dengan

rating scale variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator pencapaian.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban siswa diberik skor 4 = sempurna, 3 = baik, 2 = kurang, 1 = sangat kurang. (Pearson education

Inc,2006).

e. Untuk menentukan keterlaksanaan penggunaan WISE siswa kelas eksperimen digunakan analisis deskriptif berdasarkan persentase keterlaksanaan projek siswa dalam WISE.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pencapaian posttest kemampuan interpretasi grafik pada konsep gerak siswa untuk kelas eksperimen lebih besar secara signifikan dibandingkan siswa kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi diperoleh 0.002 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) sebesar 0.05.

2. Pencapaian posttest keterampilan membuat grafik pada konsep gerak untuk siswa kelas eksperimen lebih besar secara signifikan dibandingkan siswa kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi diperoleh 0.000 lebih kecil dari taraf signifikansin (α) sebesar 0.05.

3. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik untuk siswa kelas eksperimen lebih meningkat daripada siswa kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

N-gain kelas eksperimen sebesar 58 % (0.58) sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 43% (0.43).

4. Peningkatan keterampilan membuat grafik untuk siswa kelas eksperimen lebih meningkat daripada siswa kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

N-gain kelas eksperimen sebesar 59% (0.59) sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 33% (0.33).

5. Keterlaksanaan projek siswa dalam WISE pada umumnya terlaksana dengan capaian kegiatan projek sebesar 100%, hanya pada kegiatan pendahuluan (observe) hanya 94%.


(33)

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Kesulitan siswa dalam menginterpretasi pada kemampuan menghitung besaran seperti menghitung kecepatan atau percepatan, dapat dilakukan penguatan lagi seperti pada pembelajaran konvensional dan penekanan konten pembelajaran dalam WISE.

2. Peningkatan kemampuan membuat grafik yang rendah dalam menentukan dan menuliskan nama sumbu grafik sebaiknya ditekankan berdasarkan hubungan besaran yang ditinjau seperti hubungan antara posisi dan waktu atau hubungan antara kecepatan dan waktu.

3. Dalam membuat grafik pada konsep gerak sebaiknya siswa melakukan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Sehingga, siswa tidak memfokuskan perhatian pada hasil akhir yaitu bentuk kurvanya saja. Setiap tahapan ini penting ditempuh karena dapat melatihkan kemampuan proses dalam membuat grafik.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

American Association for the Advancement of Science (AAAS). (1989). Project

2061: Science for all Americans. Washington, DC: National Academy

Press

American Association for the Advancement of Science [AAAS]. (1993).

Benchmark for Science Literacy. New York: Oxford University Press.

Aravind, Vasudeva Rao and Heard John W. (2010). Physics by Simulation: Teaching Circular Motion Using Applets. Lat. Am. J. Phys. Educ. 4, 1. P. 35-39.

Arikunto, Suharsimi (2008). Prosedur Penelitian; suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmadji, Chrisna dan Soeleman, M. Arief. (2010). Multimedia Pembelajaran Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen. Jurnal Teknologi Informasi, 6 (1),

Aunurrahman, (2009). Belajar dan Pembelajaran. Hal.146. Bandung: Alfabeta Beichner, R. J. (1994). Testing student interpretation of kinematics graphs.

American Journal of Physics, 62(8), 750-762.

Beichner, R. J. (1996). The impact of video motion analysis on kinematics graph interpretation skills. American Journal of Physics, 64(10), 1272-1277. Bell, A., & Janvier, C. (1981). The interpretation of graphs representing

situations. For the Learning of Mathematics, 2(1), 34-42.

Bell, P., Davis, E. A., & Linn, M. C. (1995). The knowledge integration environment: Theory and design. In J. L. Schnase & E. L. Cunnius (Eds.), Proceedings of Computer Support for Collaborative Learning

'95 (pp. 14-21). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.)

Boulton, Helen. (2008). Managing e-Learning: What are the Real Implications

for Schools? dalam Electronic Journal e-Learning Volume 6 Issue 1

2008 (11-18) Tersedia pada


(35)

Bowen, G.M., & Roth, W.-M. (2005). Data and graph interpretation among preservice science teachers. Journal of Research in Science Teaching, 42(10), 1063–1088.

Carlos Monteiro dan Janet Ainley (2007). Investigating The Interpretation Of Media Graphs Among Student Teachers. International Electronic

Journal of mathematics education.

Chiu L & Linn C, (2011), Knowledge Integration and Wise Engineering, Journal

of Pre-College Engineering Education Research 1:1. Available http://docs.lib.purdue.edu/jpeer.

Coletta, V. P. and Phillips, J. A. (2005). Interpreting FCI scores: Normalized gain,

preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Am. J. Phys.,

73(12). P. 1172-1182.

Costigan-Eaves, P., & Macdonald-Ross, M. (1990). William Playfair (1759-1823). Statistical Science, 5(3), 318-326.

Curcio, F. R. (1987). Comprehension of mathematical relationship expressed in graphs. Journal for Research in Mathematic Education, 18(5), 382-393.

Demirci, Neset. (2010). The Effect of Web-Based Homework on University

Student’s Physics Achievement. The Turkish Online Journal Of Educational Techonology. Oktober. 9(4). P 156-161.

diSessa, A. A. (2000). Changing minds: Computers, learning and literacy. Cambridge, MA: MIT Press.

Friel, S.N., Curcio, F.R., & Bright, G.W. (2001). Making sense of graphs: Critical factors influencing comprehension and instructional implications. Journal for Research in Mathematics Education, 32(2), 124–158. Gerard, et.al. (2012).Learning to Graph: A Comparison Study of Using Probe or


(36)

Glazer Nirit . (2011). Challenges with graph interpretation: a review of the

literature. Studies in Science Education. 47(2), P.183–210.

Hake R. (1998), “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory

physics courses,” Am. J. Phys. 66, p.64–74.

Hartley E. (2001), Selling e-Learning, American Society for Training and

Development, New York (

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html)

Hoadley, C. M. & Linn, M. C. (2000) Teaching science through online, peer discussions: SpeakEasy in the Knowledge Integration Environment.

International Journal of Science Education, 22(8), 839-857.

Hsi, S. and Hoadley, C. M. (1997) Productive discussion in science: gender equity through electronic discourse. Journal of Science Education and

Technology, 6(1), 23-36.

http://wise.berkeley.edu/webapp/index.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html.

Keller, K. Stacy. (2008). Levels of Line Graph Question Interpretation with

Intermediate Elementary Students of Varying Scientific and Mathematical Knowledge and Ability: a Think Aloud Study. A

dissertation. College of Education. University of Central Florida Knorr-Cetina, K. (1983). The ethnographic study of scientific work: Towards a

constructivist interpretation of science. In K. Knorr-Cetina&M.

Mulkay (Eds.), Science observed: Perspectives on the social study of science. p. 115–140.

Koentjaraningrat. (1986). Manajemen Penelitian. Jakarta; Aksara Baru

Kwon, On Nam. (2002). Tools for the Acquisition of Graphing Ability: Real-Time Graphing Technology. Journal of the Korean Society of


(37)

Latour, B. & Woolgar, S. (1979). Laboratory life The Social construction of

scientific facts. Beverly Hills, CA: Sage.

Leinhardt, G., Zaslavsky, O., & Stein, M. K. (1990). Functions, graphs, and graphing: Tasks, learning, and teaching. Review of Educational

Research, 60(1), 1-64.

Linn C. , Slotta D., et.al. (2010), Designing Science Instruction using the Web-based Inquiry Science Environment (WISE). Asia-Pacific Forum on

Science Learning and Teaching, 11, (2), p.1-23

Linn, M. C. and S. Hsi (2000). Computers, Teachers, Peers: Science

LearningPartners. Mahwah, NJ, Lawrence Erlbaum Associates. Lowrie, Tom & Diezmann C.M. (2007). Middle School Students’ Interpretation

of Graphing Task: Difficulties within a Graphical Language.

EARCOME4. LS061

Lynch, M. & Woolgar, S. (Eds.) (1990). Representation in scientific practice. Cambridge, MA: MIT Press.

McKenzie, D. L., & Padilla, M. J. (1986). The construction and validation of the test of graphing in science (TOGS). Journal of Research in Science

Teaching, 23(7), 571-579.

Mubarak, Lidia (2011). Model Pembelajaran Berbasis Web Pada Materi Fluida

Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sain Siswa”. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan. National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards

for school mathematics. Reston, VA: Author.

National Research Council [NRC]. (1996). The National Science Education

Standards. Washington DC. National Academic Press.

Padilla, M.J., McKenzie, D.L., & Show, E.L. Jr. (1986). An examination of the

line graphing ability of students in grades seven through twelve. School Science and Mathematics, 86, 20–26.

Pelita, Pipin .(2011). Efektivitas Penggunaan Video Based Laboratory (VBL)


(38)

Pemahaman Konsep, Pemahaman Grafik, dan Berfikir Logis Siswa.

Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

R. W. Scheifler and J. Gettys. (1986). The X window system, ACM Trans Graph 5, 79_109.

Rogers L.T. (1998). Probing the Hidden Secrets of Graphs, Hands-on Experiments in Physics Education - Proceedings of the GIREP, Conference in Duisburg.

Roth, W. M., & Bowen, G. M. (2001). Professionals read graphs: A semiotic analysis. Journal for Research in Mathematics Education, 32(2), 159-194.

Shah, P., & Hoeffner, J. (2002). Review of graph comprehension research: Implications for instruction. Educational Psychology Review, 14, 47– 69.

Soekartawi (2003). Prinsip Dasar E-Learning: Teori Dan Aplikasinya Di Indonesia, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung; Alfabeta.

Suyanto (2005). Merancang dan Menyelenggarakan E-learning. Magelang : Ardana Media

Taşdemir, Demirbaş, dan Bozdoğan (2005). The Effect of Cooperative Learning Method in Science Education on Improving Graphic Interpretation Skills of the Students. Gazi Üniversitesi Kirşehir Eğitim Fakültesi, ,

(2), p.81-91

Tebabal, Ambelu dan Kahssay, Gegregziabher. (2011). The effects of

Student-Centered Approach in Improving Students’ Graphical Interpretation Skills and Conceptual Understanding of Kinematical Motion.

Wahono Romi Satria (2003). Pengantar e-Learning dan pengembangannya. Ilmukomputer.com (IKC).

Waller, V. dan Wilson, J. (2001). A Definition for E-Learning. Newsletter of Open and Distance Learning Quality Control. (sumber:


(1)

72

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Kesulitan siswa dalam menginterpretasi pada kemampuan menghitung besaran seperti menghitung kecepatan atau percepatan, dapat dilakukan penguatan lagi seperti pada pembelajaran konvensional dan penekanan konten pembelajaran dalam WISE.

2. Peningkatan kemampuan membuat grafik yang rendah dalam menentukan dan menuliskan nama sumbu grafik sebaiknya ditekankan berdasarkan hubungan besaran yang ditinjau seperti hubungan antara posisi dan waktu atau hubungan antara kecepatan dan waktu.

3. Dalam membuat grafik pada konsep gerak sebaiknya siswa melakukan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Sehingga, siswa tidak memfokuskan perhatian pada hasil akhir yaitu bentuk kurvanya saja. Setiap tahapan ini penting ditempuh karena dapat melatihkan kemampuan proses dalam membuat grafik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

American Association for the Advancement of Science (AAAS). (1989). Project 2061: Science for all Americans. Washington, DC: National Academy Press

American Association for the Advancement of Science [AAAS]. (1993). Benchmark for Science Literacy. New York: Oxford University Press. Aravind, Vasudeva Rao and Heard John W. (2010). Physics by Simulation:

Teaching Circular Motion Using Applets. Lat. Am. J. Phys. Educ. 4,

1. P. 35-39.

Arikunto, Suharsimi (2008). Prosedur Penelitian; suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmadji, Chrisna dan Soeleman, M. Arief. (2010). Multimedia Pembelajaran Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen. Jurnal Teknologi Informasi, 6 (1),

Aunurrahman, (2009). Belajar dan Pembelajaran. Hal.146. Bandung: Alfabeta

Beichner, R. J. (1994). Testing student interpretation of kinematics graphs. American Journal of Physics, 62(8), 750-762.

Beichner, R. J. (1996). The impact of video motion analysis on kinematics graph interpretation skills. American Journal of Physics, 64(10), 1272-1277. Bell, A., & Janvier, C. (1981). The interpretation of graphs representing

situations. For the Learning of Mathematics, 2(1), 34-42.

Bell, P., Davis, E. A., & Linn, M. C. (1995). The knowledge integration environment: Theory and design. In J. L. Schnase & E. L. Cunnius (Eds.), Proceedings of Computer Support for Collaborative Learning '95 (pp. 14-21). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.)

Boulton, Helen. (2008). Managing e-Learning: What are the Real Implications for Schools? dalam Electronic Journal e-Learning Volume 6 Issue 1

2008 (11-18) Tersedia pada


(3)

74 Bowen, G.M., & Roth, W.-M. (2005). Data and graph interpretation among preservice science teachers. Journal of Research in Science Teaching, 42(10), 1063–1088.

Carlos Monteiro dan Janet Ainley (2007). Investigating The Interpretation Of Media Graphs Among Student Teachers. International Electronic Journal of mathematics education.

Chiu L & Linn C, (2011), Knowledge Integration and Wise Engineering, Journal of Pre-College Engineering Education Research 1:1. Available

http://docs.lib.purdue.edu/jpeer.

Coletta, V. P. and Phillips, J. A. (2005). Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Am. J. Phys., 73(12). P. 1172-1182.

Costigan-Eaves, P., & Macdonald-Ross, M. (1990). William Playfair (1759-1823). Statistical Science, 5(3), 318-326.

Curcio, F. R. (1987). Comprehension of mathematical relationship expressed in

graphs. Journal for Research in Mathematic Education, 18(5),

382-393.

Demirci, Neset. (2010). The Effect of Web-Based Homework on University Student’s Physics Achievement. The Turkish Online Journal Of Educational Techonology. Oktober. 9(4). P 156-161.

diSessa, A. A. (2000). Changing minds: Computers, learning and literacy. Cambridge, MA: MIT Press.

Friel, S.N., Curcio, F.R., & Bright, G.W. (2001). Making sense of graphs: Critical factors influencing comprehension and instructional implications. Journal for Research in Mathematics Education, 32(2), 124–158. Gerard, et.al. (2012).Learning to Graph: A Comparison Study of Using Probe or


(4)

Glazer Nirit . (2011). Challenges with graph interpretation: a review of the

literature. Studies in Science Education. 47(2), P.183–210.

Hake R. (1998), “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses,” Am. J. Phys. 66, p.64–74.

Hartley E. (2001), Selling e-Learning, American Society for Training and

Development, New York (

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html)

Hoadley, C. M. & Linn, M. C. (2000) Teaching science through online, peer discussions: SpeakEasy in the Knowledge Integration Environment. International Journal of Science Education, 22(8), 839-857.

Hsi, S. and Hoadley, C. M. (1997) Productive discussion in science: gender equity through electronic discourse. Journal of Science Education and Technology, 6(1), 23-36.

http://wise.berkeley.edu/webapp/index.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html.

Keller, K. Stacy. (2008). Levels of Line Graph Question Interpretation with Intermediate Elementary Students of Varying Scientific and Mathematical Knowledge and Ability: a Think Aloud Study. A dissertation. College of Education. University of Central Florida Knorr-Cetina, K. (1983). The ethnographic study of scientific work: Towards a

constructivist interpretation of science. In K. Knorr-Cetina&M. Mulkay (Eds.), Science observed: Perspectives on the social study of

science. p. 115–140.

Koentjaraningrat. (1986). Manajemen Penelitian. Jakarta; Aksara Baru

Kwon, On Nam. (2002). Tools for the Acquisition of Graphing Ability: Real-Time Graphing Technology. Journal of the Korean Society of Mathematical Education. 6(1), P. 53-63.


(5)

76 Latour, B. & Woolgar, S. (1979). Laboratory life The Social construction of

scientific facts. Beverly Hills, CA: Sage.

Leinhardt, G., Zaslavsky, O., & Stein, M. K. (1990). Functions, graphs, and graphing: Tasks, learning, and teaching. Review of Educational Research, 60(1), 1-64.

Linn C. , Slotta D., et.al. (2010), Designing Science Instruction using the Web-based Inquiry Science Environment (WISE). Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11, (2), p.1-23

Linn, M. C. and S. Hsi (2000). Computers, Teachers, Peers: Science LearningPartners. Mahwah, NJ, Lawrence Erlbaum Associates. Lowrie, Tom & Diezmann C.M. (2007). Middle School Students’ Interpretation

of Graphing Task: Difficulties within a Graphical Language. EARCOME4. LS061

Lynch, M. & Woolgar, S. (Eds.) (1990). Representation in scientific practice. Cambridge, MA: MIT Press.

McKenzie, D. L., & Padilla, M. J. (1986). The construction and validation of the test of graphing in science (TOGS). Journal of Research in Science Teaching, 23(7), 571-579.

Mubarak, Lidia (2011). Model Pembelajaran Berbasis Web Pada Materi Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sain Siswa”. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan. National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards

for school mathematics. Reston, VA: Author.

National Research Council [NRC]. (1996). The National Science Education Standards. Washington DC. National Academic Press.

Padilla, M.J., McKenzie, D.L., & Show, E.L. Jr. (1986). An examination of the line graphing ability of students in grades seven through twelve.

School Science and Mathematics, 86, 20–26.

Pelita, Pipin .(2011). Efektivitas Penggunaan Video Based Laboratory (VBL) Pada Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan


(6)

Pemahaman Konsep, Pemahaman Grafik, dan Berfikir Logis Siswa. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

R. W. Scheifler and J. Gettys. (1986). The X window system, ACM Trans Graph 5, 79_109.

Rogers L.T. (1998). Probing the Hidden Secrets of Graphs, Hands-on Experiments in Physics Education - Proceedings of the GIREP, Conference in Duisburg.

Roth, W. M., & Bowen, G. M. (2001). Professionals read graphs: A semiotic analysis. Journal for Research in Mathematics Education, 32(2), 159-194.

Shah, P., & Hoeffner, J. (2002). Review of graph comprehension research: Implications for instruction. Educational Psychology Review, 14, 47– 69.

Soekartawi (2003). Prinsip Dasar E-Learning: Teori Dan Aplikasinya Di Indonesia, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung; Alfabeta.

Suyanto (2005). Merancang dan Menyelenggarakan E-learning. Magelang : Ardana Media

Taşdemir, Demirbaş, dan Bozdoğan (2005). The Effect of Cooperative Learning Method in Science Education on Improving Graphic Interpretation

Skills of the Students. Gazi Üniversitesi Kirşehir Eğitim Fakültesi, ,

(2), p.81-91

Tebabal, Ambelu dan Kahssay, Gegregziabher. (2011). The effects of Student-Centered Approach in Improving Students’ Graphical Interpretation Skills and Conceptual Understanding of Kinematical Motion.

Wahono Romi Satria (2003). Pengantar e-Learning dan pengembangannya. Ilmukomputer.com (IKC).

Waller, V. dan Wilson, J. (2001). A Definition for E-Learning. Newsletter of Open and Distance Learning Quality Control. (sumber: http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19- e.html).