PENGARUH MODEL LATIHAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM UPAYA MENGATASI PENCEMARAN LINGKUNGAN.

(1)

SISWA DALAM UPAYA MENGATASI PENCEMARAN

LINGKUNGAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam

Disusun oleh: Tina Martina

1009658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan terhadap kreativitas siswa dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian Pretest-Posttes Control Group Design. Subyek populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri X di Kota Cimahi kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan) terdiri atas 60 siswa yang berasal dari kelas X dan kelas XI..

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa (1) kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan masih tergolong rendah namun setelah diterapkan pembelajaran dengan model latihan inkuiri terjadi peningkatan kreativitas pembelajaran yang cukup signifikan; (2) kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi masih tergolong rendah. Setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi hasil pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan akan tetapi kurang signifikan. Berdasarkan hasil uji t-beda terlihat perbedaan yang positif dan signifikan antara peningkatan kemampuan pembelajaran kelas perlakuan dan kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas perlakuan dengan menggunakan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi; (3) kendala yang dihadapi guru antara lain sangat terbatasnya waktu luang guru untuk berlatih menggunakan model inkuiri dan terbatasnya pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang hanya dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan serta sarana yang belum memadai dalam pelaksanaan serta masih kaku dalam hal model tersebut.

Kata Kunci: Kreativitas Siswa; Lingkungan Hidup; Metode Ekspositori-Diskusi-Demonstrasi


(3)

ABSTRACT

The study was conducted for the influence of this type of training mengatuhi inquiry with the approach of the students' creativity in tackling environmental pollution. This study uses descriptive quantitative research design with pretest-Posttes Control Group Design. Subject populations and samples in this study were all students in high schools class X in the special Cimahi PRSBL (Environmental Cultured Schools Pilot Program) consisting of 60 students from class X and class XI.

Based on the results of the study shows that (1) the creativity of students in the class A (class treatment) before the learning environment through the use of inquiry training model of the approach is still relatively low, but once applied to inquiry learning model increased creativity exercises significant learning, (2 ) creativity of students in grade B (grade control) before learning environment with expository method-discussion-demonstration is still relatively low. After learning to use the method expository-discussion-demonstration of learning outcomes show an increase but would be less significant. Based on t-test results look different in a positive and significant difference between treatment classes increase learning ability and classroom control. These results indicate that class treatment by using a model approach to the inquiry exercise is more effective in improving students' skills compared to the control class using expository-discussion-demonstration, (3) the constraints faced by teachers including the very limited time to train teachers to use model of inquiry and the limited implementation Cultured Schools Pilot Program Environmental simply implemented in 6 meetings and the facilities were not available in the implementation and still rigid in terms of the model.

Key word: Student Creativity, Environment, Expository -Discussion-Demonstration Method.


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Asumsi ... 9

G. Hipotesis ... 10

BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL LATIHAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ... 11

A. Model Pembelajaran Inkuiri dapat Mengembangkan kreativitas siswa ... 11

a. Pengertian dan Komponen-Komponen Inkuiri ... 11

b. Macam-macan inkuiri ... 20

c. Ciri-ciri model pembelajaran inkuiri ... 21

d. Keunggulan-keunggulan inkuiri... 22

e. Kedudukan Model Pembelajaran Inkuiri sebagai Suatu Model Mengajar ... 24

d. Perbedaan Mendasar antara Model Inkuiri dengan Model Latihan Inkuiri ... 26


(5)

e. Fase Model latihan Inkuiri ... 26

B. Pengertian Kreativitas dan Berpikir Kreatif ... 29

a. Aktivitas berfikir ... 34

b. Menemukan atau menciptakan ... 34

c. Baru atau Orisinal ... 35

d. Bermanfaat ... 35

C. Mengukur Kreativitas Siswa ... 47

D. Pentingnya Penerapan Pendekatan Lingkungan pada Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah ... 49

E. Hubungan antara Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Kreativitas Siswa ... 53

F. Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan ... 55

G. Implementasi Model Latihan Inkuiri dengan Pendekatan Lingkungan bagi Pengembangan Kreativitas Siswa ... 57

a. Sintaks ... 59

b. Sistem sosial ... 60

c. Prinsip reaksi ... 60

d. Sistem Pendukung ... 61

e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan ... 61

H. Telaah Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA ... 61

a. Konsep pencemaran lingkungan, topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan kerusakan/pencemaran lingkungan ... 61

b. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup ... 65

I. Penelitian Terdahulu ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 72

1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 72

2. Desain Penelitian ... 73


(6)

4. Alur Penelitian ... 77

5. Lokasi Penelitian ... 78

6. Prosedur Penelitian ... 78

7. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 80

8. Uji validitas dan reliabilitas instrumen ... 81

a. Uji Validitas ... 81

b. Uji Reliabilitas ... 83

9. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Hasil Penelitian ... 92

1. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan ... 92

2. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sesudah pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan ... 93

3. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi ... 95

4. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sesudah pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi ... 96

5. Bentuk kreativitas siswa (aspek kognitif, aspek produk dan sikap) dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan ... 99

6. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model latihan inkuiri menggunakan pendekatan lingkungan ... 109


(7)

1. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum dan

sesudah pembelajaran... 112

2. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) Sebelum dan sesudah pembelajaran ... 115

3. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan pendekatan lingkungan ... 117

a. Senang membaca berbagai artikel/buku yang berhubungan dengan masalah daur ulang sampah ... 118

b. Bersemangat untuk mengamati dan melakukan cara-cara mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat dan berdaya jual ... 119

c. Malas melakukan banyak eksperimen terhadap sampah-sampah ... 120

d. Malas memikirkan contoh produk daur ulang yang berbeda ... 121

e. Mengikuti program pembelajaran daur ulang sampah ... 121

f. Mudah melihat kekurangsempurnaan suatu desain daur ulang ... 121

g. Tertantang untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan rumit ... 121

h. Bersemangat untuk menyelesaikan produk daur ulang dengan baik dan tepat waktu ... 123

i. Mencari sebanyak mungkin cara penyelesaian suatu produk ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

A. Kesimpulan ... 131

B. Saran ... 132


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group Design ... 74

Tabel 3.2 Reliability Statistics ... 85

Tabel 3.3 Item-Total Statistics ... 85

Tabel 3.4 Reliability Statistics ... 86

Tabel 3.5 Item-Total Statistics ... 86

Tabel 3.6 Reliability Statistics ... 87

Tabel 3.7 Item-Total Statistics ... 87

Tabel 3.8 Reliability Statistics ... 88

Tabel 3.9 Item-Total Statistics ... 88

Tabel 3.10 Reliability Statistics ... 89

Tabel 3.11 Item-Total Statistics ... 89

Tabel 4.1 Hasil Uji T-test Rata-rata Peningkatan Pembelajaran ... 99

Tabel 4.2 Respon siswa model latihan Inkuiri dengan memakai pendekatan lingkungan ... 107


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pretest-Posttes Control Group Design ... 74 Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 77 Gambar 4.1 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan

postes kelas perlakuan ... 94 Gambar 4.2 Diagram rata-rata gain kelompok tinggi, sedang dan

rendah kelas perlakuan ... 95 Gambar 4.3 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan

postes kelas kontrol ... 97 Gambar 4.4 Diagram rata-rata gain kelompok tinggi, sedang dan


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Penjaring Profil Kreativitas Aptitude(Kognitif) Siswa ... 141

2. Instrumen Penjaring Profil Kreativitas Non-Aptitude (Sikap) Siswa ... 143

3. Instrumen Observasi Pelaksanaan Model Latihan Inkuiri Dengan Pendekatan Lingkungan ... 145

4. Pedoman Wawancara Dengan Guru Pra Penelitian ... 146

5. Pedoman Wawancara Dengan Guru Pasca Penelitian ... 147

6. Pedoman Wawancara Dengan Siswa Pasca Penelitian ... 148

7. Angket Siswa ... 149

8. Tes Kreativitas Siswa ... 150

9. Lembar observasi Kemampuan berpikir kreatif siswa ... 155

10 Hasil Pengujian Statistik ... 157


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aspek lingkungan pada dekade ini terus menjadi perhatian utama, perhatian tersebut didasarkan pada kerusakan lingkungan yang semakin meningkat. Salah satu indikator kerusakan lingkungan tersebut didasarkan pada kurang efektifnya pendidikan lingkungan . Pendidikan lingkungan dapat dilaksanakan melalui berbagai model latihan yang diajarkan pada peserta didik,salah satunya model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan.

Istilah inkuiri merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris inquiri yang berarti penyelidikan atau penelitian. Beberapa karya (Poedjiadi, A., 2005: 8., Mulyasa, 2005: 108) menggunakan istilah lain yaitu metode penemuan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris discovery method. Kadang kala metode ini juga disebut dengan discovery-inquiri method yang menunjukkan bahwa suatu konsep ditemukan setelah dilakukan suatu penyelidikan. Model inkuiri merupakan model yang dipandang sesuai untuk mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan penelitian sendiri secara luas agar mampu melihat apa yang terjadi, kemudian ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan apa yang ditemukan peserta didik lain.


(12)

Penggunaan model latihan inkuiri dapat berdampak pada pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Sesuai dengan langkah-langkah kegiatan menemukan yang dianjurkan Depdiknas (2002: 10), adalah menitikberatkan kegiatan pembelajaran dengan merumuskan masalah, observasi, menganalisis, melaporkan hasil pengamatan serta menyajikan hasil karyanya.

Model latihan inkuiri merupakan salah satu model untuk meningkatkan kreativitas siswa SMA. Begitu pentingnya pengembangan kreativitas siswa SMA dapat diamati dari bergesernya peran guru yang semula sering mendominasi kelas, kini harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana belajar yang menyenangkan (learning must be enjoy). Bagaimanapun akan sulit membangun pemahaman yang baik pada para siswa, jika fisik dan psikisnya dalam keadaan tertekan. Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah, turut menunjang mereka dalam mengekspresikan kreativitasnya. Hal tersebut didukung oleh beberapa peneliti seperti Roger B. Yepsen Jr. (1996) dan Mihaly Csikszentmihalyi (1996) yang mengemukakan bahwa orang yang kreatif adalah orang yang berpikir atau bertindak untuk mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru, sehingga kreativitas


(13)

merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru dengan dukungan lingkungan sekitarnya.

Bentuk kreativitas yang dapat dilakukan oleh para siswa diantaranya ialah kerativitas dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Masalah lingkungan timbul karena adanya upaya manusia untuk merubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup buatan, sebagai desakan atas pemenuhan kebutuhan hidup yang terus meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Iskandar (2001:10-13) bahwa timbulnya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari cara pandang manusia yang keliru dalam memahami masalah lingkungan hidup, yaitu cara pandang bahwa manusia bukan merupakan bagian dari lingkungan sehingga manusia bisa mengubah dan berbuat apa saja tanpa menghiraukan akibatnya. Manusia tidak menyadari dirinya sebagai bagian dari lingkungan baik sebagai subyek maupun obyek. Kementrian Lingkungan Hidup RI (2004) memaparkan berbagai kegiatan masyarakat yang cenderung merusak lingkungan adalah mencerminkan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk bertindak sebagai pembina lingkungan.

Kendati lingkungan hidup telah berkembang menjadi isu sosial dan pemerintah telah berupaya serius memasukan pengetahuan lingkungan hidup ke dalam struktur kurikulum, namun faktanya masih sulit menerapkan pendidikan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (2001) dan Kusdwirarti (1998), yaitu meskipun pendidikan lingkungan mencakup soal yang sederhana sehari-hari, namun pada praktiknya sulit mengkampanyekan


(14)

pendidikan lingkungan di sekolah, tidak mudah membuat orang mengerti agar jangan menebang pohon yang produktif, jangan membuang sampah sembarangan dan atau bentuk kegiatan lainnya yang tergolong perusakan lingkungan. Para guru atau pendidik masih memerlukan petunjuk untuk melaksanakan pendidikan lingkungan hidup yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Selain itu, fakta yang diungkap oleh Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman (2003), menunjukkan bahwa banyak sekolah tidak memadai dalam memberi ruang bagi siswa untuk melakukan eksplorasi alam dan lingkungan dalam rangka mengembangkan rasa dan sikap cinta lingkungan, terutama sekolah-sekolah yang berdiri di kota-kota besar, terjepit diantara bangunan-bangunan tinggi dan pemukiman yang padat, sehingga pendidikan lingkungan di pendidikan formal masih sebatas sebuah pelajaran sebagaimana yang lain dan belum dipahami bersama sebagai salah satu media bagi pendidikan nilai dan moral.

Sejauh belum ada apresiasi yang baik terhadap alam, pendidikan lingkungan hanya akan menjadi gagasan saja, sementara kerusakan lingkungan akan makin mencemaskan. Sejalan dengan pendapat di atas, menggagas pendidikan lingkungan tidak memerlukan angka-angka rapor, tetapi justru perubahan pandangan dan prilaku yang mencerminkan apresiasi terhadap alam. Hal terpenting dalam pembelajaran mengenai lingkungan hidup adalah siswa bisa melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitarnya, baik di rumah maupun di sekolah, sehingga siswa menaruh apresiasi yang baik terhadap lingkungannya.


(15)

Berdasarkan atas hasil observasi awal, diperoleh gambaran bahwa siswa di salah satu SMA di Kota Cimahi belum dapat mengembangkan kreativitas secara maksimal dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran di kelas masih terbatas pada pemahaman konsep, belum menekankan pada proses belajar yang mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan studi pendahuluan dan data Dinas Penyehatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Kota Cimahi (2010) diketahui bahwa sekolah tersebut merupakan satu-satunya SMA negeri yang belum menerapkan pendidikan lingkungan menjadi sebuah mata pelajaran dalam struktur kurikulum sehingga para siswanya kurang memiliki pengetahuan yang memadai mengenai dampak dari pencemaran lingkungan yang terjadi dan bagaimana upaya untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut. Meskipun konsep mengenai kerusakan dan pelestarian lingkungan diajarkan melalui mata pelajaran Biologi, namun kenyataan sehari-hari, masih banyak siswa yang membuang sampah dimana saja, tidak mengolah sampah-sampah plastik atau kertas untuk dijadikan produk lain yang bernilai guna dan berdaya jual. Pada umumnya, pembelajaran tentang lingkungan lebih menekankan pada pemahaman konsep dan kurang mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi kreativitasnya dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan yang tengah berlangsung di sekitar siswa.

Mengacu pada uraian di atas, maka pelaksanaan pembelajaran melalui model latihan inkuiri untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan dipandang sangat perlu untuk diteliti.


(16)

Lebih jauh penulis bermaksud untuk mengemukakan karakteristik model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan pada topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran dan pelestarian lingkungan. Penulis bermaksud menganalisis peranan model tersebut terhadap peningkatan kreativitas siswa. Selain itu melalui penelitian ini diharapkan diperoleh informasi mengenai aktivitas guru dan siswa serta tanggapan guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang dikembangkan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan terhadap kreativitas siswa dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan”. Masalah yang diteliti, dibatasi pada kreativitas siswa yang muncul dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang dinilai atau diukur pada dua aspek kreatif yaitu aspek kreatif Aptitude (kognitif) dan Non-aptitude (sikap dan produk).

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini diarahkan lebih jelas melalui beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimana kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan?


(17)

2. Bagaimana kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan pendekatan lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengembangkan kreativitas siswa SMA melalui implementasi model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan yang diberikan pada kelas khusus Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan (PRSBL). Adapun pembelajaran dengan pendekatan tersebut di kelas meliputi pembahasan topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan kerusakan/pencemaran dan pelestarian lingkungan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan. 2. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi.


(18)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan pendekatan lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah manfaat bagi peneliti, manfaat bagi guru atau pengembang dan pengelola sekolah, manfaat bagi siswa serta manfaat bagi para pembaca penelitian. Manfaat tersebut antara lain :

1. Mengetahui potensi kreativitas siswa dari aspek Aptitude (kognitif) dan

Non-aptitude (sikap dan produk) untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

(bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).

2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreativitas siswa. (bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).

3. Mengetahui efektivitas model pembelajaran latihan inkuiri dalam meningkatkan kreativitas siswa. (bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).

4. Memupuk dan mengembangkan kreativitas siswa baik dari aspek Aptitude (kognitif) maupun Non-aptitude (sikap dan produk) yang telah ada. (bagi siswa).

5. Menambah pengetahuan dan informasi yang akurat berdasarkan fakta mengenai segala sesuatu tentang kreativitas, sehingga pengetahuan ini dapat diterapkan pada masing-masing individu untuk dikembangkan lebih


(19)

lanjut atau hanya sekedar untuk mengukur kreativitas diri sendiri. (bagi para pembaca penelitian).

F. Asumsi

Perubahan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadinya pengembangan atau peningkatan kreativitas pada diri siswa SMA melalui model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas yang dapat dilakukan di lingkungan persekolahan dan bersifat menyatu dalam proses belajar mengajar, adalah model latihan inkuiri. Banyak ahli yang mendukung terhadap pernyataan ini, antara lain: (1) Metzler (2000:310-312) menjelaskan bahwa, model inkuiri dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas. (2) Graham, Holt/Hale & Parker (1998; dalam Metzler, 2000) pembelajaran dengan model inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa, juga membantu siswa menjadi ekspresif, kreatif, dan terampil dalam psikomotor. (3) Joyce & Weil (1980; dalam Dahlan 1990) menjelaskan bahwa, latihan inkuiri memberikan dampak instruksional (langsung) yaitu strategi penyelidikan kreatif dan dampak penyerta (iringan yaitu menimbulkan semangat kreativitas pada siswa. (4) Hasil penelitian Schlenker (dalam Joyce dan Weil, 1992), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.


(20)

Adapun kreativitas adalah suatu hal yang dapat dinilai atau dapat diukur (Munandar, 1999). Alat penilai atau pengukur kreativitas, baik yang dapat dimodifikasi berupa tes kreativitas tertulis, angket dengan skala likert, inventori, maupun tes kreativitas yang diciptakan oleh para ahli kreativitas seperti tes kreativitas Torrance, Skala Kepribadian Kreatif dari S.C.U Munandar.

G. Hipotesis

Berdasarkan beberapa asumsi di atas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat peningkatan kreativitas pada siswa dilihat dari ciri

aptitude dan ciri non aptitude setelah diterapkan model latihan inkuiri dengan

pendekatan lingkungan dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang diberikan pada kelas khusus Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan (PRSBL).


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini, berturut-turut akan dibahas mengenai populasi dan sampel penelitian, disain penelitian, lokasi penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian dan pengembangannya, tahap pengumpulan data, prosedur pengolahan data dan jadwal pelaksanaan penelitian.

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Subyek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri X di Kota Cimahi kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan) terdiri atas 60 siswa yang berasal dari kelas X dan kelas XI semester 1. Adapun sampel penelitian berjumlah 60 siswa atau keseluruhan anggota populasi. Hal ini berarti 100% ukuran sampel mewakili populasi. Ukuran sampel tersebut digunakan dengan pertimbangan bahwa makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, seluruh anggota sampel dibagi ke dalam dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Kedua sampel penelitian tersebut diperoleh dengan teknik random sampling. Teknik ini digunakan mengingat setiap siswa dari keseluruhan populasi memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2009). Kelas A merupakan kelas perlakuan (diterapkan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan), sedangkan kelas B merupakan kelas kontrol (diterapkan pembelajaran dengan metode: ekspositori,diskusi,demonstrasi).


(22)

2. Desain Penelitian

Ketepatan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kesesuaian metode penelitian dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat dua kelas (dalam arti dua kelompok uji) yang terbentuk secara random, maka metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni atau true experiment (Gall, et.al.,2003; Sugiyono, 2009). Selain itu, pada eksperimen murni peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen, sehingga validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi (Sugiyono,2009).

Adapun desain penelitian yang sesuai dengan kondisi obyek penelitian yaitu Pretest-Posttes Control Group Design (kelompok kontrol pra uji dan pasca uji). Metode tersebut digunakan atas pertimbangan bahwa ada pengacakan (random) pada sampel dan terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok perlakuan serta kelompok kontrol yang masing-masing diberi pra-uji dan pasca uji (Campbell dan Stanley dalam Tuwu, 1993; Gall, et.al., 2003; Sugiyono, 2009). Lebih lanjut Campbell dan Stanley (dalam Tuwu, 1993) memaparkan bahwa rancangan seperti ini dipertimbangkan sebagai salah satu rancangan paling umum dalam penelitian pendidikan, terdiri atas dua kelompok yang masing-masing diberikan pra-uji dan pasca uji tetapi hanya satu kelompok yang diberikan perlakuan. Selanjutnya, Campbell dan Stanley (dalam Tuwu, 1993) mengungkapkan bahwa rancangan ini biasa digunakan pada kelompok yang pesertanya terkumpul secara alami seperti murid yang ada pada sebuah kelas.


(23)

R O1

x

O2

_____________________

R O3

O4

Keuntungan dari rancangan ini adalah berkurangnya pengaruh-pengaruh buruk pada susunan reaktif penelitian. Adapun rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

O1 : Pre-test (tes awal) kelompok A (kelompok perlakuan) O3 : Pre-test (tes awal) kelompok B (kelompok kontrol)

X : Perlakuan

O2 : Pots-tets (tes akhir) kelompok A (kelompok perlakuan) O4 : Pots-tets (tes akhir) kelompok B (kelompok kontrol) (R) : random / acak

Garis antara kedua kelompok menunjukkan bahwa ada pengacakan.

Agar lebih mudah dipahami, maka desain di atas dimodifikasi sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group Design

Kelompok/kls O1 & O3 Kegiatan O2 O4

A (R) Pre-tes O1

X : Perlakuan

(model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan)

Post-tes O2 B (R) Pre-tes

O3

Kontrol (pembelajaran dengan metode ekspositori, diskusi,

demonstrasi)

Post-tes O4 (Gall,et.al., 2003; Sugiyono, 2009 dimodifikasi)

Gambar 3.1: Pretest-Posttes

Control Group Design (Gall, et,al.,


(24)

3. Definisi Operasional

Merujuk pada judul penelitian, perlu dijelaskan beberapa pengertian istilah secara operasional agar tidak terjadi salah pengertian dan diperoleh kesamaan pandangan dalam penelitian ini. Adapun beberapa pengertian istilah tersebut adalah :

a. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (menyebar) seseorang untuk mencari, mengemukakan dan melaksanakan beranekaragam gagasan/ide dalam rangka memecahkan suatu masalah. Adapun jenis kreativitas siswa yang dimaksud adalah gambaran atau deskripsi mengenai kemampuan berpikir divergen (menyebar) siswa terdiri atas aspek aptitude (kognitif) dan non aptitude (sikap dan produk) yang diungkap melalui tes kreativitas, Skala sikap dan produk daur ulang sampah (diperkuat dengan wawancara).

b. Kreativitas aspek aptitude (kognitif)

Kreativitas aspek aptitude (kognitif) adalah kemampuan berpikir divergen (menyebar) siswa pada ranah kognitif yang dapat diukur melalui empat kriteria aptitude yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berbikir luwes (flexybitity), kemampuan menghasilkan gagasan asli (Originality) dan kemampuan memerinci (elaboration).

c. Kreativitas non aptitude (Sikap dan Produk)

Kreativitas non aptitude (sikap) adalah kemampuan siswa dalam pengembangan sikap: rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang


(25)

oleh kemajemukan (kesulitan/kerumitan), berani mengambil resiko dan menghargai. Adapun kreativitas non aptitude (Produk) adalah kemampuan siswa dalam menghasilkan suatu produk daur ulang sampah dengan berbagai teknik pembuatan yang inovatif, layak pakai, layak jual dan bernilai estetika. Aspek kreativitas yang diukur dari sebuah produk daur ulang adalah gabungan antara aspek kreativitas aptitude dan non aptitude yaitu: fleksibel (flexybility)-imajinatif, elaborasi (elaboration)-menghargai, kelancaran (fluency)-rasa ingin tahu, keaslian (originality)-berani mengambil resiko. Keterangan lebih rinci mengenai seluruh indikator aspek aptitude dan non aptitude, tersaji dalam lampiran kisi-kisi tes kreativitas, kisi-kisi skala sikap dan pedoman penilaian produk.


(26)

4. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

5. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA negeri di Kota Cimahi yang berlokasi di wilayah Cimahi Selatan. Sekolah tersebut berdiri di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, dekat dengan pasar tradisional (sekitar 500 meter), dekat dengan lokasi pengumpulan sampah plastik, kertas-kertas koran,


(27)

kardus, dan botol-botol (sekitar 2 km). Selain itu, dekat pula dengan kawasan industri yang pada umumnya merpakan industri tekstil. Terdapat sungai kecil dan parit-parit yang dipenuhi dengan air berwarna (hijau tua, merah bahkan hitam) dan berbau. Jalan raya tepat di depan gedung sekolah dengan kondisi ramai oleh kendaraan bermotor dan andong. Debu sangat banyak dan cenderung berwarna hitam.halaman depan sekolah tidak terlalu luas hanya sekitar 4m dari dinding luar bangunan sekolah dan langsung berhadapan dengan jalan raya.

6. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1.Melakukan studi pendahuluan untuk mencari sekolah yang sesuai dengan

tujuan penelitian.

2.Melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas yang menjadi sampel penelitian, tentang model pembelajaran yang selama ini berlangsung.

3.Sampel penelitian terdiri atas 60 siswa kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan), dibagi ke dalam dua kelas A dan B yang diambil secara random dari total siswa. Masing-masing kelas sampel penelitian mendapatkan model pembelajaran yang berbeda. Kelas A merupakan kelas perlakuan yaitu kelas yang diberi model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan. Adapun kelas B merupakan kelas


(28)

kontrol dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan di sekolah tersebut yaitu pembelajaran dengan metode ekspositori, diskusi dan demonstrasi. 4.Melakukan diskusi serta wawancara guru sebelum pembelajaran, yaitu

membahas rancangan penelitian yang yang akan dilaksanakan di kelas PRSBL beserta persiapan kegiatan untuk kedua kelas baik kelas A (kelas perlakuan) maupun kelas B (kelas kontrol) dengan guru-guru yang mengelola kelas PRSBL. Pembelajaran dilaksanakan oleh masing-masing guru kelas PRSBL dan penulis bertindak sebagai observer dibantu oleh 1 orang guru kelas PRSBL lainnya. Sementara itu, penulis melaksanakan uji coba instrumen di luar kelas perlakuan dan kontrol untuk analisis validitas dan reliabilitas instrumen.

5.Melaksanakan pre-test (tes tertulis dan angket) dan wawancara awal (pra penelitian) dengan siswa di kelas A dan B.

6.Melaksanakan penelitian sesuai rencana.

7.Melaksanakan post-test (tes tertulis dan angket) dan wawancara akhir (pasca penelitian).

8.Hasil tes akhir (post-tes) dibandingkan dengan hasil tes awal (pre-tes) untuk masing-masing kelas.

9.Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kreativitas siswa.

7. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yang diperoleh melalui tes kreativitas (pre-test dan post-test), skala sikap dan produk daur


(29)

ulang yang diperkuat dengan wawancara (pra dan pasca penelitian). Tes kreativitas adalah tes tertulis berbentuk uraian terbuka (Munandar, 1992), disusun untuk mengukur kreativitas aspek aptitude (kognitif) diberikan kepada siswa di kelas A dan B sebagai tes awal (pre-test) dan tes akhir

(post-test). Hasil pre-test akan menggambarkan kreativitas yang telah dimiliki oleh

siswa sebelum pembelajaran di kelas PRSBL. Hasil post-test untuk menggambarkan kreativitas setelah pembelajaran di kelas PRSBL. Untuk lebih jelas mengenai kisi-kisi tes kreativitas yang dimaksud, akan disajikan tabel kisi-kisi tes kreativitas pada bagian lampiran.

Adapun skala sikap dan produk daur ulang merupakan penjaring kreativitas aspek non-aptitude. Untuk menjaring aspek sikap, lembar skala sikap diberikan kepada siswa di kelas A dan B di awal kegiatan penelitian di akhir kegiatan penelitian. Adapun aspek produk, dinilai atau diukur berdasarkan pedoman penilaian produk daur ulang. Data pendukung berupa hasil wawancara dan lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran diperlukan sebagai penguat. Wawancara dilakukan sebelum dan setelah penelitian. Pedoman wawancara untuk siswa baik sebelum maupun setelah penelitian serta mengenai kisi-kisi skala sikap dan pedoman penilaian produk daur ulang yang dimaksud, disajikan pada bagian lampiran.

7. Uji validitas dan reliabilitas instrumen a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen ukur yang telah yang telah disusun benar-benar mengukur apa yang perlu diukur.


(30)

Uji validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa cermat suatu alat uji melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai varian kesalahan yang kecil sehingga data yang terkumpul merupakan data yang dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (validity construct) yaitu menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh masing-masing item pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan ukuran statistik. Bila ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas.rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi Product-Moment

Pearson sebagai berikut:

2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1          

       i n i i n i i n i i n i i n i i n i i i n i yxi y y n x x n y x y x n r Keterangan:

ryxi = koefisien Pearson antara item instrumen yang akan digunakan dengan variabel yang bersangkutan.

xi = skor item instrumen yang akan digunakan.

yi = skor semua item instrumen dalam variabel tersebut n = jumlah responden dalam uji coba instrumen


(31)

Pengujian keberartian koefisien korelasi (ryxi) dilakukan dengan taraf signifikansi α = 5. rumus uji t hitung yang digunakan adalah sebagai berikut:

2 ;

1 2

2  

 

db n

r n r t

Kriteria pengujian validitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikansi α = 5% adalah sebagai berikut:

a. Item pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian dikatakan valid jika t

hitung lebih besar atau sama dengan t tabel.

b. Item pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian tidak valid jika t

hitung lebih kecil dari t tabel.

Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan program SPSS versi 17, terlihat bahwa pada skala sikap ini, terdapat lima belas pertanyaan yang valid dan layak untuk digunakan penelitian dari tujuh belas item keseluruhan skala sikap. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rhitung yang lebih besar dari rtabel. Sedangkan pada soal tes tertulis bentuk uraian terbuka terdapat tujuh pertanyaan yang valid dan layak untuk digunakan penelitian dari total sepuluh item soal tes tertulis. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rhitung yang lebih besar dari rtabel.

b. Uji Reliabilitas

Penerapan uji reliabilitas dinaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen ukur yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau konsistensi meskipun pengukuran dilakukan pada waktu yang


(32)

berbeda. Uji keandalan dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (split half) yang langkah kerjanya sebagai berikut:

a. Membagi pertanyaan-pertanyaan menjadi dua belah.

b. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada setiap belahan dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden.

c. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan korelasi product Moment.

d. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman Brown berikut:

r r ri b

 

1 2

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh item,

rb = korelasi produk momen antara belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap).

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

a. Jika koefisien internal seluruh item (ri) lebih besar atau sama dengan r tabel dengan taraf signifikan α = 5%, maka item instrumen dinyatakan reliabel.


(33)

b. Jika koefisien reliabilitas internal seluruh item (ri) lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan α = 5% maka item instrumen dinyatakan tidak reliabel.

Menurut Sekaran (2003), realibilitas dapat dilihat dari nilai koefsiien alpha dengan kriteria sebagai berikut:

a. < 0,6 secara umum reliabilitasnya dikatakan lemah. b. 0,6 – 0,79 realibilitasnya dapat diterima.

c. > 0,8 reliabilitasnya dapat dikatakan baik.

Selanjutnya dikatakan nilai koefisien alpha semakin mendekati angka 1 maka reliabilitasnya akan semakin baik. Instrumen penelitian yang handal atau reliabel apabila hasil pengujian reliabilitas menghasilkan nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,7 (Sekaran, 2003).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan program SPSS versi 17 terlihat bahwa pada angket penelitian diperoleh nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,867, hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas skala sikap dapat dikatakan pada kategori c yaitu reliabilitasnya baik. Sedangkan untuk reliabilitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka terlihat bahwa Cronbach's Alpha sebesar 0,695. hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka masuk dalam kriteria b yaitu reliabilitasnya dapat diterima. Artinya pada pengujian reliabilitas seluruh variabel beserta petanyaan penelitian dapat dikatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Adapun uraian lengkap hasil pengujian instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada pembahasan berikut:


(34)

1) Uji Validitas angket

Berikut ini merupakan hasil uji validitas angket dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Tabel 3.2 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.822 17

Tabel 3.3 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR01 60.30 46.417 .266 .821

VAR02 60.70 43.366 .468 .810

VAR03 60.02 43.068 .573 .805

VAR04 60.53 41.406 .635 .799

VAR05 60.52 45.034 .446 .812

VAR06 59.75 44.462 .568 .808

VAR07 60.80 46.400 .213 .825

VAR08 60.50 41.610 .592 .802

VAR09 60.57 42.080 .613 .801

VAR10 60.53 42.423 .626 .801

VAR11 61.80 51.824 -.236 .861

VAR12 60.83 42.141 .447 .812

VAR13 60.68 45.373 .371 .816

VAR14 60.32 43.406 .516 .808

VAR15 60.30 44.858 .376 .816

VAR16 60.60 43.905 .415 .813

VAR17 59.78 43.257 .630 .803

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika ada nilai yang lebih kecil dari 0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-2. Ternyata item 7 dan 11 lebih kecil dari r tabel (r hitung < 0,254), maka item 7 dan 11 dinyatakan TIDAK VALID dan harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-2. Untuk reliabilitas


(35)

didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,822 > 0,254, maka Angket dinyatakan RELIABEL. Sementara hasil uji validitas putaran ke-2 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.867 15

Tabel 3.5 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR01 54.33 45.616 .320 .867

VAR02 54.73 42.538 .518 .858

VAR03 54.05 42.625 .588 .855

VAR04 54.57 40.928 .652 .851

VAR05 54.55 44.862 .429 .862

VAR06 53.78 44.139 .569 .857

VAR08 54.53 40.897 .630 .852

VAR09 54.60 41.600 .631 .852

VAR10 54.57 42.114 .627 .853

VAR12 54.87 42.118 .425 .866

VAR13 54.72 45.359 .338 .866

VAR14 54.35 42.808 .547 .857

VAR15 54.33 44.362 .394 .864

VAR16 54.63 43.762 .399 .865

VAR17 53.82 42.627 .670 .852

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih kecil dari 0,254 dInyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-3.

Ternyata seluruh item yang tersisa lebih besar dari r tabel (r hitung > 0,254), maka item yang tersisa dinyatakan VALID dan yang dihitung dalam perhitungan statistik lebih lanjut adalah item tersisa yang


(36)

sebesar 0,867 > 0,254, dengan demikian maka Angket dinyatakan RELIABEL.

2) Uji validitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka

Berikut ini merupakan hasil uji validitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Tabel 3.6 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.617 10

Tabel 3.7 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted ITEM_1 24.62 15.562 .098 .696

ITEM_2 27.18 14.627 .412 .557

ITEM_3 29.63 17.321 .470 .575

ITEM_4 28.10 16.193 .318 .584

ITEM_5 30.52 18.288 .294 .600

ITEM_6 28.08 11.332 .667 .455

ITEM_7 30.60 18.278 .276 .601

ITEM_8 30.67 18.802 .145 .616

ITEM_9 29.98 17.339 .364 .584

ITEM_10 30.42 18.518 .279 .604

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika ada nilai yang lebih kecil dari 0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-2. Ternyata item 1 dan 8 masih lebih kecil dari r tabel (r hitung < 0,254), maka item 1 dan 8 dinyatakan TIDAK VALID dan harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-2. Untuk reliabilitas didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,617 > 0,254, maka


(37)

Angket dinyatakan RELIABEL. Hasil uji validitas putaran ke-2 sebagai berikut :

Tabel 3.8 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.697 8

Tabel 3.9 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted ITEM_2 18.07 9.962 .435 .662

ITEM_3 20.52 12.220 .550 .652

ITEM_4 18.98 11.101 .377 .672

ITEM_5 21.40 13.125 .355 .681

ITEM_6 18.97 7.490 .653 .594

ITEM_7 21.48 13.440 .240 .695

ITEM_9 20.87 12.389 .389 .670

ITEM_10 21.30 13.264 .369 .682

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih kecil dari 0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-3. Ternyata item 7 masih lebih kecil dari r tabel (0,240 < 0,254), maka item 7 dinyatakan TIDAK VALID dan harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-3. Untuk reliabilitas

didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,697 > 0,254, maka Angket

dinyatakan RELIABEL. Hasil uji validitas putaran ke-3 sebagai berikut : Tabel 3.10 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.695 7


(38)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted ITEM_2 16.47 9.134 .414 .666

ITEM_3 18.92 11.129 .571 .645

ITEM_4 17.38 10.105 .377 .670

ITEM_5 19.80 12.061 .356 .681

ITEM_6 17.37 6.643 .657 .580

ITEM_9 19.27 11.419 .372 .672

ITEM_10 19.70 12.146 .387 .680

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih kecil dari 0,254 dnyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-4. Ternyata seluruh item yang tersisa lebih besar dari r tabel (r hitung > 0,254), maka item yang tersisa dinyatakan VALID dan yang dihitung dalam perhitungan statistik lebih lanjut adalah item tersisa yang dinyatakan VALID. Untuk reliabilitas

didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,695 > 0,254, maka Angket

dinyatakan RELIABEL.

8. Pengolahan Data Hasil Penelitian

Dalam peneltian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif).


(39)

Menurut Bodgan seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2007 : 334), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan dan tes untuk mengungkap kreativitas siswa dalam mengatasi pencemaran lingkungan. Pengamatan ini dilakukan pada awal kegiatan (pre test) dan di akhir kegiatan (post test). Data penelitian yang sudah terkumpul dianalisa secara deskriptif dengan persentase (Suharsimi Arikunto, 1994 : 84).

Perhitungan dalam analisa data yang menghasilkan persentase pencapaian yang selanjutnya diinterpretasikan dengan kalimat. Proses perhitungan persentase yang dilakukan yaitu dengan cara membandingkan skor total yang dicapai dengan skor total seharusnya dicapai. Kesimpulan yang dihasilkan dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual adalah sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan peran peserta didik tampak belum optimal sebagai subjek didik yang memiliki potensi untuk berkembang, mereka kurang terlatih dalam menemukan/mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi yang disampaikan oleh guru. Kreativitas siswa di kelas perlakuan setelah pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan menunjukkan peningkatan. Pembelajaran model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan para siswa mendapat peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan para siswa dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran tersebut sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa lebih memahami tentang pembelajaran lingkungan hidup.

2. Kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan para siswa kurang berpartisipasi dengan aktif dalam


(41)

proses pembelajaran dengan mengunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sesudah pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi menunjukkan adanya peningkatan akan tetapi kurang signifikan. Hal ini dikarenakan para siswa diberikan motivasi oleh guru agar mereka aktif dalam proses pembelajaran sehingga para siswa termotivasi untuk berpartisipasi dengan aktif dalam proses pembelajaran. 3. Kendala yang dihadapi guru antara lain sangat terbatasnya waktu luang guru

untuk berlatih menggunakan model inkuiri dan terbatasnya pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang hanya dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan serta masih kaku dalam penerapan model tersebut. Hal ini juga dikarenakan tidak terbiasa menggunakan model latihan inkuri pada kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Kendala lainnya seperti tidak semua siswa cepat trampil dalam menganyam dan merangkai pola, tidak semua siswa tekun dan terampil serta sabar dalam menyelesaikan satu produk ini membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama, karena dalam satu pelaksanaan kegiatan, siswa dituntut membuat beberapa bentuk kreasi daur ulang yang harus selesai dalam waktu singkat.

B. Saran

1. Guru hendaknya selalu menggunakan metode pembelajaran yang variatif, sehingga siswa termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh.


(42)

2. Guru mempertimbangkan penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan waktu belajar yang tersedia..

3. Guru harus bisa mengarahkan siswa agar memiliki sikap konsisten untuk terus berkreasi dalam meciptakan produk-produk dari daur ulang sampah. 4. Diharapkan guru lebih sering berlatih model latihan inkuiri sehingga sangat

lancar dalam penerapannya.

5. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai tingkat kreativitas siswa yang lebih tinggi yaitu profil kreativitas siswa.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Ibrahim Akbar, 2000, Tentang Pendidikan Karakter. Rajawali, Jakarta. Alimuddin Tuwu. (1993). Study Kasus. Jakarta. UI.

Alfian, Ibrahim (1983). Sebuah catatan Bagaimana lokalnya Sejarah Lokal. Dalam Panel Sejarah local. Jakarta: Direltorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud.

Amien, Muhammad (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta; Dekdikbud Dikti.

Anderson (1980). A Taxonomy for learning, teaching, and Assesing : A revision

of bloom’s taxonomy educational objective. New York: Longman.

Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : yayasan Cendrawasih

Arikunto, Suharsimi. 1994. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Beyer, K. Barry. 1971. Inquiry In The Sosial Studies Classroom (A Strategy For Teaching). Charles E Merrill Publishing Company. Ohio.

Bloom (1980). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. New York: McGraw- Hill Book Co.

Cambell, I. M., 1986, Energy and the Atmosphere, A Physical – Chemical Approach, Second edition. Published by John Wiley & Sons LTD. Chihester – New York – Brisbase – Toronto Singapore. Hal. 171.

Campbell, Barron, Amabile, Haefele, dan Evans. Campbell (1986). Mengembangkan Kreativitas. Disadur AM. Mangunhardjana. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Coyle G. 2004. Quantitative Modelling in System Dinamycs Society. The Proceedings of the 17 th International Conference of System Dinamycs Society and 5 th Astralia & Newzealand System Conference. Newzealand: Willington.

Csikszentmihalyi, Mihaly (1996). Creativity: Flow and the Psychology of Discovery and Invention, Harper Perennial, New York.


(44)

Dahar, R. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dahlan, M. Alwi, 1990. “Interaksi dan Kelestarian Lingkungan Hidup dan

Pembangunan”, Serasi. Jakarta : Departemen Kependudukan dan

Lingkungan Hidup.

Depdiknas. 2002. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Eni Maria (2011). Dasar-dasarAdministrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Evens (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fitri Eka Sari, Betty Holiwarni, dan Jimmi Copriady (2009). Penerapan, Pendekatan Inkuiri untuk meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 SIAK SRI INDRAPURA.

Gall, M.C, Gall, J.P, & Borg, W.H. (2003). Educational Research. Boston: A&B. Gagne, R.M. and Leslie J. Briges (1974). Principles of Intructional Design. New

Yrok, Holt Richard and Winston.

Getzels. J. W., dan Jackson. P. W. (1962). Creativity and Intelligence. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Ghufron: (2001).“Pemutakhiran Kurikulum di Perguruan Tinggi”. Cakrawala

Pendidikan. Februari, Th XXVI, No. 1.

Graham, Holt/Hale & Parker (1998). Children Moving New York: McGraw-Hill Inc.

Guilford, J. P. (1986). Intelegence, Creativity and Their Educational Implication, San Diego, Calif: R R. Knapp.

Guilford, J.P. (1967). The nature of human intelligence. New York: Mcgraw-Hill. Habiba (2006). Pendekatan Lingkungan. [Online]. Tersedia dalam [http:

//blog.unila.ac.id/pembelajaranilmusosial/files/2009/10/pendekatan-limgkungan diakses Desember 2012].

Hamalik,Oemar. Dr. Prof,2001, Proses Belajar Mengajar. Bandung:Balai Pustaka Hebrank (2000). Why Inquiry – Based Teaching and Learning in the middle


(45)

http://www.zoology.duke.edu/cibl. html/2000. Centre for Inquiry-Based Learning Dept. Of Biology, Duke University. [16 Februari 2003].

Hidayah (2006). http://aman-hidayah.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-inkuiri.html (accessed 2 Juni 2011)

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Iskandar, (2001). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdaarya.

Jeff Degraff &Katherine A. (2002). Creativity at Work: Developing the Right Practices to Make Innovations Happen. University of Michigan Business Shool Management Series, Jossey-Bass a Willey Company.

Jellen dan Urban (1985), Test for Creative Thinking - Drawing Production. (TCT-DP). University Hannover.

Joyce & Weil (1980). Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, B., & Weil, M., (1992). Models of teaching. Fourth Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Joyce, L., J. Aber, S. McNulty, V. Dale, A. Hansen, L. Irland, R. Neilson, K. Skog. 2001. Potential Consequences of Climate Variability and Change for the Forests of the United States. Chapter 17 in Climate Change Impacts on the United States: The Potential Consequences of Climate Variability and Change. National Assessment Synthesis Team, US Global Change

Research Program.

(http://www.usgcrp.gov/usgcrp/Library/nationalassessment/)

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi Jilid 1 dan 2. Bina Media Informasi.

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar Disertasi Program Pasca Sarjana. Surabaya. Perpustakaan

UNESA.

Khusnin, 2008. http://khusnin.wordpress.com/2008/09/27/kategori-morfologi-kelas-kata-dalam-bahasa-indonesia/. Diakses Desember 2012.

Kusdwiratri. 1998. Manusia, Kesehatan Dan Lingkungan . Bandung : Alumni. Kuslan, L.J., and Stone, A.H. 1972. Teaching Children: An Inguiry Approach.


(46)

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

Lieberman & Hoody (1998). Closing the Achievement Gap. Using the Environment as an Integrating Context for Learning. State Edu. And Envi. Roundtable.

Marshall, (1983). Inquiry and Investigations In Biology: An Introduction. London Cambridge University Press.

Marzano, 1994. Performance Assesment on Dimensions of Learning. Alexandria, VA 22134: ASCD.

Marzano, R.J. (1993) Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Mid-Continent Regional Educational Lab., Aurora, CO.(BBB23081) p. 143

Marzano, RJ. et al. 1994. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of LearningModel.

Meitasari, (2000). Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta. PT. Gramedia Metzler, Michael.W. (2000). Instructional Models For Physical Education.

Allyn and Bacon. USA.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Munandar, S.C.U (1997). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Nasution (1976). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pruitt, N.L., & Underwood, L.S. (2006). Bioinquiry: Making connections in

biology. Retrieved on January 21, 2011, from

https://ecampus.phoenix.edu/classroom/ic/ classroom.aspx

Roger B. Yepsen Jr. (1996). Yepsen, Roger B. Jr. (ed.) 1984. The Encyclopedia of Natural Insect & Disease Control (pp. 267-271). Rev. ed. Rodale Press, Emmaus, PA.

Rogers, A. (1982). What is the Difference? A new critique of adult learning and teaching, Leicester: NIACE.


(47)

Ruindungan, (1996). Ruindungan Max. G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Disertasi Doktor PPS IKIP Bandung

Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. (1990) Science for All Americans. New York : Oxford University Press.

Sagala, H.S. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung. Alfabeta.

Salpeter, (2003). Century skill: Have Student Ready. [Online].Tersedia: http://www.21st Centuryskill.org. [8 januari 2013].

Sanjaya, Wina, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media. Jakarta

Sekaran, 2003, “Research Methods for Business”, Intervarsity, Bandung

Soemardjan, Selo (1983). Kreativitas: Suatu tinjauan dari sudut sosiologi. Jakarta; Dian Rakyat.

Seloliman (2003) Program Pendidikan Lingkungan. [Online]. Tersedia: http://www.pplh.or.id/selo/pendidikan.php [4 januari 2013]

Semiawan dkk. 1998. Media Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Siswidyawati (2009). Implikasi Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soerjani Mohamad; 2009, Lingkungan : Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) Sri Anggraeni,S. (2004) Kinerja calon guru biologi sebagai agen pembelajaran

biologi di sekolah. Tidak diterbitkan. LP. UPI

Stein, Morris, I.(1963). Personality Measures in Admissions, New York. College Entrance Examination Board.

Sternberg, R. J., & Lubart, T. I. (1995). Defying the crowd: Cultivating creativity

in a culture of conformity. New York: Free Press.

Sternberg, Robert J (ed). 1999. Handbook of Creativity. Edinburgh: Cambridge University Press.

Sugiyanto, (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.


(48)

Sugiyono (2009), Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta. Suharnan, M.S. 1998. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Suniarsih. 2006, Lingkungan Sumber Belajar yang Terlupakan: Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/072007/18/99forumguru.htm, di akses tanggal Desember 2013.

Supriadi, E.R. Boa, dan S. J. Eden-Green. 1989. Determinasi dan identifikasi bakteri pembuluh kayu cengkeh. 13 hlm. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor, 25-27 Juli 1989. Supriadi. 1994. Characteristics of Pseudomonas solanacearum from ginger.7 hlm.

Simposium Tanaman Industri II, Cipayung, 21-23 Nopember 1994.

Suyanto (1995). Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya Kreativitas. Makalah IKIP Yogyakart.

Syahdian, 2004. Pentingnya Pendidikan lingkungan Hidup. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Torrance (1979). Rewarding Creative Behavior. Prantice Hall, Inc. Englewood Clifts, New Jersey.

Torrance, E.P. 1974. Future Careers for Gifted and Talented Students Gifted Child, Quarterly 20: 142-156.

Torrance’s (1962). Factors Affecting Creative Thinking in Children: An interm

Research Report. Merril-Palmer Quarterly.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, Hal: 136. Trowbridge dan Bibee, (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher.

Melbourne: Merril Publishing Company.

Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science

Teacher. A Bell & Howell Co. Toronto.

Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science


(49)

Utami Munandar (1992), Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali, Jakarta.

Utami Munandar (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta.

Wallach, M. A., dan Kogan, N. (1965). The Roles of Information Discoussion,

and Consensue in Group Risk Taking. Journal Of Experimental Social

Psycology.

Wicaksono, G. Y. 2009. BLH: Kualitas Udara Surabaya Sangat Buruk.

Wina Sanjaya, (2007). Strategi pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winarno, 2001. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: Medpress.

Yulianto, A. S. (2002). Karakterisasi magnetik dari pasir besi Cilacap. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia vol A5 no 0527.

Zulfadewina dan Yulia Rahmadhar (2011) Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri dan Konstruktivitas dan Kecerdasan Naturalis Terhadap Motivasi Belajar Terpadu (Eksperimen Pada Siswa Kelas VI SDN 14 Cawang 2011)


(1)

Dahar, R. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dahlan, M. Alwi, 1990. “Interaksi dan Kelestarian Lingkungan Hidup dan

Pembangunan”, Serasi. Jakarta : Departemen Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Depdiknas. 2002. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Eni Maria (2011). Dasar-dasarAdministrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Evens (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fitri Eka Sari, Betty Holiwarni, dan Jimmi Copriady (2009). Penerapan, Pendekatan Inkuiri untuk meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 SIAK SRI INDRAPURA.

Gall, M.C, Gall, J.P, & Borg, W.H. (2003). Educational Research. Boston: A&B. Gagne, R.M. and Leslie J. Briges (1974). Principles of Intructional Design. New

Yrok, Holt Richard and Winston.

Getzels. J. W., dan Jackson. P. W. (1962). Creativity and Intelligence. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Ghufron: (2001).“Pemutakhiran Kurikulum di Perguruan Tinggi”. Cakrawala

Pendidikan. Februari, Th XXVI, No. 1.

Graham, Holt/Hale & Parker (1998). Children Moving New York: McGraw-Hill Inc.

Guilford, J. P. (1986). Intelegence, Creativity and Their Educational Implication, San Diego, Calif: R R. Knapp.

Guilford, J.P. (1967). The nature of human intelligence. New York: Mcgraw-Hill. Habiba (2006). Pendekatan Lingkungan. [Online]. Tersedia dalam [http:

//blog.unila.ac.id/pembelajaranilmusosial/files/2009/10/pendekatan-limgkungan diakses Desember 2012].

Hamalik,Oemar. Dr. Prof,2001, Proses Belajar Mengajar. Bandung:Balai Pustaka Hebrank (2000). Why Inquiry – Based Teaching and Learning in the middle


(2)

http://www.zoology.duke.edu/cibl. html/2000. Centre for Inquiry-Based Learning Dept. Of Biology, Duke University. [16 Februari 2003].

Hidayah (2006). http://aman-hidayah.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-inkuiri.html (accessed 2 Juni 2011)

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Iskandar, (2001). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdaarya.

Jeff Degraff &Katherine A. (2002). Creativity at Work: Developing the Right Practices to Make Innovations Happen. University of Michigan Business Shool Management Series, Jossey-Bass a Willey Company.

Jellen dan Urban (1985), Test for Creative Thinking - Drawing Production. (TCT-DP). University Hannover.

Joyce & Weil (1980). Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, B., & Weil, M., (1992). Models of teaching. Fourth Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Joyce, L., J. Aber, S. McNulty, V. Dale, A. Hansen, L. Irland, R. Neilson, K. Skog. 2001. Potential Consequences of Climate Variability and Change for the Forests of the United States. Chapter 17 in Climate Change Impacts on the United States: The Potential Consequences of Climate Variability and Change. National Assessment Synthesis Team, US Global Change

Research Program.

(http://www.usgcrp.gov/usgcrp/Library/nationalassessment/)

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Jilid 1 dan 2. Bina Media Informasi.

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar Disertasi Program Pasca Sarjana. Surabaya. Perpustakaan UNESA.

Khusnin, 2008. http://khusnin.wordpress.com/2008/09/27/kategori-morfologi-kelas-kata-dalam-bahasa-indonesia/. Diakses Desember 2012.

Kusdwiratri. 1998. Manusia, Kesehatan Dan Lingkungan . Bandung : Alumni. Kuslan, L.J., and Stone, A.H. 1972. Teaching Children: An Inguiry Approach.


(3)

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

Lieberman & Hoody (1998). Closing the Achievement Gap. Using the Environment as an Integrating Context for Learning. State Edu. And Envi. Roundtable.

Marshall, (1983). Inquiry and Investigations In Biology: An Introduction. London Cambridge University Press.

Marzano, 1994. Performance Assesment on Dimensions of Learning. Alexandria, VA 22134: ASCD.

Marzano, R.J. (1993) Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Mid-Continent Regional Educational Lab., Aurora, CO.(BBB23081) p. 143

Marzano, RJ. et al. 1994. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of LearningModel.

Meitasari, (2000). Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta. PT. Gramedia Metzler, Michael.W. (2000). Instructional Models For Physical Education.

Allyn and Bacon. USA.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Munandar, S.C.U (1997). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Nasution (1976). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pruitt, N.L., & Underwood, L.S. (2006). Bioinquiry: Making connections in biology. Retrieved on January 21, 2011, from https://ecampus.phoenix.edu/classroom/ic/ classroom.aspx

Roger B. Yepsen Jr. (1996). Yepsen, Roger B. Jr. (ed.) 1984. The Encyclopedia of Natural Insect & Disease Control (pp. 267-271). Rev. ed. Rodale Press, Emmaus, PA.

Rogers, A. (1982). What is the Difference? A new critique of adult learning and teaching, Leicester: NIACE.


(4)

Ruindungan, (1996). Ruindungan Max. G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Disertasi Doktor PPS IKIP Bandung

Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. (1990) Science for All Americans. New York : Oxford University Press.

Sagala, H.S. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung. Alfabeta. Salpeter, (2003). Century skill: Have Student Ready. [Online].Tersedia:

http://www.21st Centuryskill.org. [8 januari 2013].

Sanjaya, Wina, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media. Jakarta

Sekaran, 2003, “Research Methods for Business”, Intervarsity, Bandung

Soemardjan, Selo (1983). Kreativitas: Suatu tinjauan dari sudut sosiologi. Jakarta; Dian Rakyat.

Seloliman (2003) Program Pendidikan Lingkungan. [Online]. Tersedia: http://www.pplh.or.id/selo/pendidikan.php [4 januari 2013]

Semiawan dkk. 1998. Media Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Siswidyawati (2009). Implikasi Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soerjani Mohamad; 2009, Lingkungan : Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) Sri Anggraeni,S. (2004) Kinerja calon guru biologi sebagai agen pembelajaran

biologi di sekolah. Tidak diterbitkan. LP. UPI

Stein, Morris, I.(1963). Personality Measures in Admissions, New York. College Entrance Examination Board.

Sternberg, R. J., & Lubart, T. I. (1995). Defying the crowd: Cultivating creativity in a culture of conformity. New York: Free Press.

Sternberg, Robert J (ed). 1999. Handbook of Creativity. Edinburgh: Cambridge University Press.

Sugiyanto, (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.


(5)

Sugiyono (2009), Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta. Suharnan, M.S. 1998. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Suniarsih. 2006, Lingkungan Sumber Belajar yang Terlupakan: Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/072007/18/99forumguru.htm, di akses tanggal Desember 2013.

Supriadi, E.R. Boa, dan S. J. Eden-Green. 1989. Determinasi dan identifikasi bakteri pembuluh kayu cengkeh. 13 hlm. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor, 25-27 Juli 1989. Supriadi. 1994. Characteristics of Pseudomonas solanacearum from ginger.7 hlm.

Simposium Tanaman Industri II, Cipayung, 21-23 Nopember 1994.

Suyanto (1995). Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya Kreativitas. Makalah IKIP Yogyakart.

Syahdian, 2004. Pentingnya Pendidikan lingkungan Hidup. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Torrance (1979). Rewarding Creative Behavior. Prantice Hall, Inc. Englewood Clifts, New Jersey.

Torrance, E.P. 1974. Future Careers for Gifted and Talented Students Gifted Child, Quarterly 20: 142-156.

Torrance’s (1962). Factors Affecting Creative Thinking in Children: An interm

Research Report. Merril-Palmer Quarterly.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, Hal: 136. Trowbridge dan Bibee, (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher.

Melbourne: Merril Publishing Company.

Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science Teacher. A Bell & Howell Co. Toronto.

Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science Teacher. A Bell & Howell Co. Toronto.


(6)

Utami Munandar (1992), Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali, Jakarta.

Utami Munandar (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta.

Wallach, M. A., dan Kogan, N. (1965). The Roles of Information Discoussion, and Consensue in Group Risk Taking. Journal Of Experimental Social Psycology.

Wicaksono, G. Y. 2009. BLH: Kualitas Udara Surabaya Sangat Buruk.

Wina Sanjaya, (2007). Strategi pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winarno, 2001. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: Medpress.

Yulianto, A. S. (2002). Karakterisasi magnetik dari pasir besi Cilacap. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia vol A5 no 0527.

Zulfadewina dan Yulia Rahmadhar (2011) Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri dan Konstruktivitas dan Kecerdasan Naturalis Terhadap Motivasi Belajar Terpadu (Eksperimen Pada Siswa Kelas VI SDN 14 Cawang 2011)