Pengaruh Pencemaran Pada Lingkungan Pencemaran Tanah

Pencemaran Tanah
Tugas Akhir Semester Genap
Ardan Nizma Asady

XI TAV 1 / 07

IPA

Latar Belakang
Sebagaimana udara dan air, tanah merupakan komponen penting dalam hidup kita. Tanah
berperan penting dalam pertumbuhan mahluk hidup, memelihara ekosistem, dan memelihara
siklus air. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak
memenuhi syarat (ilegal dumping), kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial,
atau kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, yang kemudian tumpah
ke permukaan tanah.Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.
4 Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun
disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan
biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
yang dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi.
Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan
adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.

Permasalahan

Pestisida dan Pencemaran Tanah
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber
daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang

sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda,
sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu
mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro
menguntungkan bagi mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia.
Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri,
fungi, aktinomisetes, alga, dan protozoa. Jumlah dan jenis mikroorganisme
tanah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan
tanah tersebut. Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia, semakin tinggi pula daya saing untuk mencapai
tingkat kemudahan dalam setiap aktifitas hidupnya sehari-hari. Satu hal vital
yang tidak luput dari proses pengaplikasian pengetahuan memberikan
dampak besar terhadap kegiatan pertanian tanah air yang notabene
merupakan sumber pencaharian terbesar sebagian masyarakat negara
agraris ini. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang
seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal
tersebut dengan penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian tersebut

berlangsung.
Untuk memenuhi perkembangan ekonomi yang saat ini semakin meningkat,
maka sangat dibutuhkannya Ilmu pengetahuan mengenai pupuk dan
pestisida. Karena menyangkut hal-hal tentang pertanian dan perkebunan
yang merupakan aspek utama dalam perekonomian Negara Indonesia yang
beriklim tropis.
Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema. Di satu sisi
sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa
disadari mengakibatkan berbagai dampak negatif, baik terhadap manusia,
hewan mikroba maupun lingkungan. Pemakaian pestisida haruslah sesuai
dengan persyaratan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Penggunaannya haruslah diperuntukkan membasmi organisme pengganggu
tanaman secara selektif dan seminimal mungkin merugikan organisme dan
target.
Belum banyak disadari hingga saat ini bahwa pemanfaatan bahan-bahan
agrokimia yang berlebihan untuk menggenjot produksi menyebabkan
kerusakan lingkungan dan hilangnya lapisan tanah yang mengandung
nutrisi. Di samping itu, kualitas produksi yang dihasilkan pun akan menurun.
Di Indonesia polusi tanah ini merupakan masalah yang harus dihadapi.
Pemakaian pupuk dan pestisida dalam jumlah yang besar menimbulkan

pencemaran bagi tanah dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka
ragam. Degradasi tanah pertanian sudah makin parah dan dengan sudah
mengendapnya pestisida maupun bahan agrokimia lainnya dalam waktu
yang cukup lama. Padahal, untuk mengembalikan nutrisinya tanah
memerlukan waktu ratusan tahun, sedangkan untuk merusaknya hanya

perlu beberapa tahun saja. Hal ini terlihat dari menurunnya produktivitas
karena hilangnya kemampuan tanah untuk memproduksi nutrisi.
Ada beberapa pengaruh negatif lainnya pemakaian pestisida sintetis secara
tidak sesuai. Pertama, pencemaran air dan tanah yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap manusia dan makhluk lainnya dalam bentuk makanan
dan minuman yang tercemar. Kedua, matinya musuh alami dari hama
maupun patogen dan akan menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hama
yang jauh lebih berat dari sebelumnya. Ketiga, kemungkinan terjadinya
serangan hama sekunder. Contohnya: penyemprotan insektisida sintetis
secara rutin untuk mengendalikan ulat grayak (hama primer) dapat
membunuh serangga lain seperti walang sembah yang merupakan predator
kutu daun (hama sekunder). Akibatnya setelah ulat grayak dapat
dikendalikan, kemungkinan besar tanaman akan diserang oleh kutu daun.
Keempat, kematian serangga berguna dan menguntungkan seperti lebah

yang sangat serbaguna untuk penyerbukan. Kelima, timbulnya
kekebalan/resistensi hama maupun patogen terhadap pestisida sintetis.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, setiap rencana penggunaan pestisida
sintetis hendaknya dipertimbangkan secara seksama tentang cara
penggunaan yang paling aman, di satu sisi efektif terhadap sasaran, di sisi
yang lain aman bagi pemakai maupun lingkungan.
Sebenarnya tidak semua jenis insekta, cacing (nematode) dan lain-lain
merupakan hama dan penyakit bagi tanaman, akan tetapi racun serangga
telah membunuhnya. Tetapi makhluk-makhluk kecil ini sangat diperlukan
untuk kesuburan tanah selanjutnya. Apabila penyemprotan dilakukan secara
berlebihan atau takaran yang dipakai terlalu banyak, maka yang akan terjadi
adalah kerugian. Tanah disekitar tanaman akan terkena pencemaran
pestisida. Akibatnya makhluk-makhluk kecil itu banyak yang ikut terbasmi,
sehingga kesuburan tanah menjadi rusak karenanya. Bukan tidak mungkin
tragedi kegersangan dan kekeringan terjadi.
Dan akibat yang paling parah, kesuburan tanah di lahan-lahan yang
menggunakan pestisida dari tahun ke tahun menurun.Dunia pertanian
modern adalah dunia mitos keberhasilan modernitas. Keberhasilan diukur
dari berapa banyaknya hasil panen yang dihasilkan. Semakin banyak,
semakin dianggap maju. Di Indonesia, penggunaan pestisida kimia

merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde Baru
untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi
modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an.
Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980-an.
Saat itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan
pemakaian bibit impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya,
Indonesia sempat menikmati swasembada beras. Namun pada dekade 1990an, petani mulai kelimpungan menghadapi serangan hama, kesuburan tanah
merosot, ketergantungan pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan
pestisida tidak manjur lagi, dan harga gabah dikontrol pemerintah.Revolusi
hijau memang pernah meningkatkan produksi gabah.
Namun berakibat:
1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah
2. Kesuburan tanah merosot/tandus
3. Tanah mengandung residu (endapan) pestisida

4. Hasil pertanian mengandung residu pestisida
5. Keseimbangan ekosistem rusak; dan
6. Terjadi peledakan serangan dan jumlah hama.
Apabila pestisida dipakai dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan
petunjuk penggunaan kiranya merupakan tindakan yang bisa memperkecil

lingkup risiko yang harus ditanggung manusia dan alam. Pemakaian
pestisida secara membabi buta bisa mengundang bencana.
Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak
hanya para pejabat, tidak hanya sipemakai jasa. Kita semua memikul
tanggung jawab bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan
hanya menjadi tangung jawab pabrik panghasil, dan tanggung jawab
pemrintah yang memberi izin produksi, tapi menjadi tanggung jawab semua
pihak, semua bangsa dan semua negara.
Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan
berbahaya dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua Negara
dunia juga harus mengerti akan hal itu dan ikut melaksanakannya. Bersikap
mendua dalam mengambil langkah kiranya kurang membantu. pemakaian
pestisida dilarang tetapi tetap diproduksi dan bahkan diekspor kenegara
tetangga.
Setiap usaha pembrantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat
menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa
mendatang kasus-kasus akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai
mengecil atau bahkan hilang sama sekali. Meskipun sulit, kita semua
berjuang agar risiko bagi lingkungan itu makin diperkecil.


Solusi
A. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Bahan
Pencemar Tanah
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan
pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian
pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih
diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara
alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan
tindakan penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat
dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi.
Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain
dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat
dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian


dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang
timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis
dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar
seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang
jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak
dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari
tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur atau tangki
dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh
dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat
dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan
aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara

tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau
mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan
penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup
banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan
daur ulang menjadi barangbarang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak,
dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang
menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi
ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
2) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal)
yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara
berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak
menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air
tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka
tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
Dengan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran lingkungan hidup (pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah)

berarti kita melakukan pengawasan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan pengembangan
terhadap pemanfaatan lingkungan) udara, air dan tanah) yang telah disediakan dan diatur oleh
Allah sang pencipta, dengan demikian berarti kita mensyukuri anugerah-Nya.
Remediasi

Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum
melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui:
1. Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,
2. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
4. Jenis tanah,
5. Kondisi tanah (basah, kering),
6. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
7. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).
Remediasi On-site dan Off-site
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
1. stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien,
pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb
2. inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang
memiliki kemampuan biotransformasi khusus
3. penerapan immobilized enzymes
4. penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.
Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K),
perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen.

Kesimpulan
Untuk dapat mencegah berbagai bencana yang sering melanda akhir akhir
ini terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan pencemaran,
seyogyanya manusia harus dapat mengelola sumber daya ala mini dengan
baik. Pemerintah seharusnya juga memperhatikan dampak negative dari
system diversifikasi pertanian yang dilakukan agar tidak menjadi masalah
masalah yang akan mengganggu kelangsungan ekosistem alam lingkungan
agar tetep harmonis.

Galeri

Referensi
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemarantanah/cara-pencegahan-dan-penanggulangan-bahan-pencemar-tanah/

http://srwahyuni.blogspot.com/2008/11/pencemaran-tanah-akibatpenggunaan.html
http://orientasilingkungan.multiply.com/journal/item/46

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52