KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI JAWA BARAT : Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung Tentang Koordinasi Antar Instansi.
KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT
(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)
Tesis
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
KHAIRUDDIN
N1M: 9332001
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT
(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)
Tesis
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
KHAIRUDDIN
NIM: 9332001
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
DISETUJUI OLEH TIM PEMBIMBING
Sebagai Bahan Ujian Tahap II
//cl^a^h
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, SH, M.PA
PEMBIMBINBG I
PROF. DR. H.HUHAMMAD \,FAKRY GAFFAR, M.Ed
~
PEMBIMBING II
~
Disetujui Oleh:
Koordinator Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana
IKIP Bandung
Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, SH, M.PA
ABSTRAK
Khw-irnHriin:
KnnrHinasi Pwmintaaan Waj ib Bfllajar E Xahlin.
Jjuta Barat fst.ndi Kasua di Daerah Tingkat. II Kabupaten
di
Bjin^
dung, ten tang KnnrdinwHi Aniar Tnstasi Terkait)
Wajib Belajar adalah, adalah wajib bagi anak-anak
telah
berusia
selaaa
6
tahun
untuk aeaasuki
yang
pendidikan
beberapa tahun sesuai dengan ketentuan
dasar
negara
yang
bersangkutan. Wajib Belajar 9 tahun di Indonesia
ifengandung
arti
terbukanya
sebagai "Universal basic eduoation"
yaitu
keseapatan secara luas bagi seaua peserta didik untuk
aeaa
suki pendidikan dasar. Jadi, sasaran utaaanya adalah
aenua-
buhkan
aspirasi orang tua terhadap pendidikan
dan
peserta
didik untuk aeaasuki pendidikan dasar.
Untuk aencapai sasaran dan tujuan Wajar tersebut, harus
ada
pengendalian sebagai alat untuk
aenjaain
kelangsungan
pelaksanaan kegiatan tersebut. Yang diaaksud dengan
dalian
adalah
kegiatan untuk aenjaain
pengen
kesesuaian
dengan
rencana, dengan prograa, dengan perintah-perintah, kekuatankekuatan lainnya yang ada, teraasuk tindakan-tindakan kolektif.
Koordinasi dalaa pelaksanaan suatu rencana,
aerupakan
* salah satu aspek pengendalian yang sangat penting.
Adapun
yang dijadikan saapel sebagai nara suaber
ada
lah, Gubernur Kepala Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat, Kakanwil Depdikbud, Kakanwil Depag, Kakanwil
Depnak,
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung, Kepala Kakandepdik-
bud,
Kakandepag
Kakandepnaker,
xi
Caaat
Kecaaatan
Leabang,
Caaat
Kecaaatan
Cisarua,
Kepala
Kandepdikbud
Cisarua, Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala
Kecaaatan
Ciaahi
Tengah, Kepala
Kantor
Keoaaatan
Kandepdikbud
Departeaen
Agaaa
Kecaaatan Ciaahi Tengah, Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen
Utaaa
dan
PT Trisulatex, dan Kepala
Penguapulan
data
SMP
Negeri
dilakukan dengan observasi,
Cisarua.
wawanoa
dan
studi dokuaentasi.
Dari
kegiatan
Wajar
analisis
tersebut
diteaukan
bahwa
koordinasi antar instasi terkait dalaa
Dikdas, 9
Barat,
data
tahun di Propinsi Daerah
penuntasan
Tingkat
I
khususnya Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
berjalan
dengan baik. Naaun dalaa
obyek
pelaksanaan
Jawa
sudah
sehari-hari
aasih teaukan penyiapangan-penyiapangan dan belua haraoninya
hubungan
bidang
antara
instasi terkait
penguapulan
peaantauan
data,
tersebut
pelaksanaan
terutaaa
rapat
dan evaluasi, pengaturan sarana
dalaa
pelaksanaan
dan
prasarana,
pengaturan tentang biaya.
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun di Tingkat propinsi
didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk
Propinsi Jawa Barat No. 4 Tahun 1993 tentang Pedoaan
I
Pelak
sanaan Prograa Wajar Dikdas Tingkat Propinsi. Tia Koordinasi
Wajar
Dikdas
Keputusan
9 Tahun Tingkat Kabupaten
Bupati
Kepala
421.1/SK.432-Sosial/1994.
tahun
Kecaaatan
Caaat Kecaaatan
berdasarkan
Daerah Tingkat
Tia
Koordinasi
Leabang didasarkan
pada
II
Surat
Bandung
No.
Wajar
Dikdas
9
Surat
keputusan
Leabang No. 421.9/SK Ol-Keaasy/1992. Sedang
xii
Tia
Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun
Tengah, Kecaaatan Cisarua,
foraal
belua
dengan
penelitian
di
Kecaaatan
Ciaahi
dan Kecaaatan Padalarang, secara
dibentuk. Di tingkat Desa/
Kelurahan
saapai
di-bentuk
secara
Gubernur, Bupati, Caaat dan Kepala Desa sebagai
Kepala
ini
dilakukan
belua
foraal Tia Koordinasi Wajar Dikdas.
Peaerintah
sebagai
Daerah
di
tingkatnya
aasing-aasing
berfungsi
penanggung jawab. Kepala Kantor Depdikbud
aengobtiaalisasikan
Kepala
operasi
persekolahan
berusaha
tingkat
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan aeaberikan
dorongan
kepada taaatan SD untuk aelanjutkan ke tingkat SLTP.
Kantor
Departeaen
prograa
Paket
upaya
aadrasah
B di pondok pesantren,
serta
aengendalikan
penyuluhan
Departeaen
aelalui forua yang ada.
dan
aenyelenga-
Kepala
Kantor
Tenaga Kerja berusaha untuk aenjeabatani
terse-
lenggaranya
angkatan
Kepala
Agaaa aeningkatkan
kawin auda. Kepala Kantor Departeaen Penerangan
rakakan
SLTP,
Wajar Dikdas 9 tahun dengan aengendalikan
kerja,
nenbantu penyelenggaraan Prograa
usia
Paket
bagi pekerja usia pendidikan dasar yang telanjur bekerja
B
di
perusahaan. Dan Instansi terkait lainnya aasih terbatas pada
peaberian laporan dalaa rapat-rapat Tia koordinasi,
sekali-
gus
pertia-
diaanfaatkan oleh Tia Koordinasi sebagai bahan
bangan
Wajar
dalaa
Dikdas
aeruauskan rencana
9
kebijaksanaan
Tahun. Tanggung jawab
Kepala
penuntasan
SMP
adalah aeaberikan penjelasan kepada orang tua aurid
Negeri
tentang
Wajar Dikdas, aengangkat guru honorer, aeaberikan keringanan
xiii
atau peabebasan dari Dana Bp3, aengusahakan orang tua
asuh,
aencarikan suaber dari Badan Aaal Zakat dan aendorohg
aurid
agar terus aelajutkan sekolah.
Haabatan yang aenonjol adalah aasalah dana,
san
tenaga, sarana dan prasarana, sistea
berjalan
dengan
dengan
keterbata-
koaunikasi
baik, dan sikap keterbukaan
belua
baik. Ada pergeseran pandangan aasyarakata
pendidikan
sebagai
andalan
aasyarakat
untuk
belua
tuabuh
terhadap
aeaperbaiki
kehidupan di aasa yang akan datang.
Untuk aengatasi permasalahan tersebut di atas
kebijakan
tidak
untuk
meringankan biaya sekolah bagi
aaapu, pengeabangan SMP Kelas jauh dan
diteapuh
anak
SMP
yang
Terbuka,
pengoptiaalisasian koordinasi antarinstansi terkait, aeningkatkan publikasi Wajar Dikdas 9 tahun, dan aelakukan
naan
aasyarakat
lebih intensif.
Masalah
kesadaran
belajar prograa Paket B diteapuh aelalui peabinaan
peserta
didik.
Kepada aasyarakat diberi
peabi-
kesadaran
warga
terhadap
bahwa
pendidikan itu adalah kewajiban setiap auslia, bukan seaataaata untuk aeningkatkan penghasilan.
xiv
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk
aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga
badan
swasta lainnya telah dipikirkan sejak
deka.
Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang
Indonsia
1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk
politik pemerintahan dan
negara,
para
dan
koordinasi dalaa
aenteri bekerja saaa satu saaa
aer-
Dasar
aenetapkan
peaerintahan
lain
seerat-
eratnya di bawah piapinan Presiden".
Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan
untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan
sistea
peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia
No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi
Sipil,
1988,
Peaerintahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun
tentang Koordinasi Kegiatan
Instansi Vertikal di
daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi
Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
No.
01/-Kep/Menko/Kesra/1991
tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu
san
Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No.
18/
Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan Pemerintah
Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun
Pemerintahan
Sipil
pasal
1 disebutkan
usaha untuk aengadakan kerja saaa yang
antara dinas-dinas di Daerah.
Republik
Koordinasi
"Koordinasi
erat dan
ialah
efektif
Dalam
Peraturan Peaerintah Republik Indonesia Nomor
6
tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah,
pasal
1 ayat (1)
menyebutkan
"Koordinasi
yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah
upaya
keselarasan,
aaupun
keserasian, dan keterpaduan
pelaksanaan
vertikal,
tugas
serta
seaua
guna
baik
adalah
aencapai
perencanaan
kegiatan
instansi
dan antara instansi vertikal dengan Dinas
Daerah
agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang
pelaksa
naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:
(1)
Menteri
Koordinasi Bidang
Kesejahteraan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Rakyat,
(3) Menteri Dalaa Negeri,
(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa
Instruksi
Presiden
Noaor
1 Tahun
(2)
1994
laapiran
disebutkan
Wajar
Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di
seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7
saapai
15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau
didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan
tuan
pen
keten-
aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan
oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai
dinasi
pelaksanaan
Wajar Dikdas
ditetapkan
oleh
koor
Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Untuk
atas,
aenindaklanjuti Instruksi Presiden
tersebut
dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
di
Ke
sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang
Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan
ini
disebutkan
bahwa pelaksanaan koordinasi
Wajar
Dikdas
dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang
selanjutnya
dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan
sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.
Memperhatikan
pernyataan tersebut di atas dapat
dike-
mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi
anak
usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan
dunia
kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis
antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan
aen,
leabaga
peaerintah,
dan badan
swasta
departe
lainya.
karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan
Oleh
aengelo-
lanya secara profesional.
Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai
penyelenggaraan
prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan Pertaaa,
SLTP
Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang
oleh
dikelola
oleh
Depdikbud,
serta
Madrasah Tsanawiyah
Departemen
Agama.
Jenis pendidikan yang termsuk jalur
didikan
luar
sekolah terdiri atas
didikan keagaaaan,
Sistem
yang
dikelola
pendidikan
pen
uaua,
pen
dan pendidikan kejuruan.
pendidikan nasional adaalah
suatu
keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan
berkaitan
satu
sama lain
untuk
mengusahakan
yang
tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid
ikan
nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa
aengeabangkan
aanusia
yang
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
beriaan
Indonesia seutuhnya,
yaitu
dan
manusia
Esa
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
dan
kese-
hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).
Memperhatikan rumusan sistea pendidikan dan tujuan
pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pen
didikan yang dianut di Indonesia bukan hanya seaata-aata
dilaksanakan oleh pemerintah dalam persekolahan. akan tetapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,
serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UU
No.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran ke-giatan
belajar aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar
sekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin
tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga peaer
intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser
ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.
Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan
rencana
dan pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun perlu dibentuk wadah
kerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer
intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat, propin
si, kabupaten/kotamadya, dan kecaaatan. Kerja saaa ini
dikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di tingkat
pusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat
daerah (Depdikbud, 1993:32).
1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa Barat
Hasil penelitian pendahuluan tentang Koordinasi Pe
laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Selaaa
dengan
perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun
tanggal
Tahun
Propinsi
2 Mai 1994 Tia Koordinasi
Daerah Tingkat I
Jawab
Wajar
Barat
saapai
Dikdas
9
aenggunakan
angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans
isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut
kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.
Upaya
nasinya
Pemerintah Daerah dengan perangkat
telah
51,70%
pada
1992/1993,
berhasil aeningkatkan
tahun
dan
1991/1992
pada
tahun
angka
aenjadi
1993/1994
Tia
Koordi-
transisi
80,40%
pada
aeningkat
dari
tahun
aenjadi
87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.
Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada
tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut
bukan
lagi
angka
SLTP/sederajat,
transisi lulusan
SD/MI
aelanjutkan
aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13
saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka
sipasi
(AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi
(APK/GER)
dan
angka partisipasi
aurni
(NER)
parti
kasar
sebagaiaana
terdapat dalaa tabel di bawah ini.
TABEL
1
ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994
No.
Anak Usia
Jualah
2.
Siswa SLTP/MTs
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 th
1.235.152
913.212
3.
Total penduduk usia 13-15 th
2.607.729
1.
APR (GER)
APM (NER)
ke
1 : 3 x 100%
2 : 3 x 100%
47,37%
35,02%
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa Barat 1994/1995
Angka partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 1315 tahun
tat
pada tahun ajaran 1993/94
di jalur sekolah terca-
52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran
1994/95 angka
partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di
jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan
Wajar
Dikdas 9 Tahun telah aeaberikan
hasil peningkatan
angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.
Untuk
aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang
berada di jalur persekolahan Tia
Koordinasi
belua
aengeabangkan
Prograa Paket B (pendidikan luar sekolah) dengan bobot
aateri
setara dengan SLTP. Upaya ini
berhasil
tahun
untuk aeningkatkan angka aelanjutkan
awal
1993/1994
pada aulanya cukup
pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun.
pada
Pada
aaapu aengakoaodasikan haapir 18% dari
tahuntahun
lulusan
SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada
Tingkat I dan Tingkat II aelalui APBD aeabantu aea-biayai
penyelenggaraan Paket B sebesar 4,2 ailyar rupiah. Dalaa
rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka partisipasi
penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang harus
dikaji adalah faktor daya tampung, di samping itu, faktor
tenaga (guru dan tutor).
Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip
asi
di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995 aenun-
jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran
1993/1994, namun bila dilihat dari prosentase aengalaai
penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 2
PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MI
TAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/
SEDERAJAT DI JAWA BARAT
Jualah Tahun
Tahun
lulusan lulusan aelan
jutkan
1991/92
1992/93
1993/94
Total
Angka aelanjutkan
Lulusan SD/MI
Jalur sekolah
Jualah
706.711 1992/93 441.839
760.596 1993/94 530.944
789.189 1994/95 586.173
Jalur luar sekolah
%
Jualah
62,53
69,78
74,40
128.276
136.131
75.418
%
%
%
17,87 80,40
17,89 87,67
9,56 83,96
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995
Data
dalam tabel di atas menunjukkan bahwa
angka
lu
lusan yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah aulai
tahun
1991/1992 saapai dengan 1994/1995
kenaikan
luar
aenunjukkan
angka
rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui
jalur
sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu
ae-
nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun 1994/95
aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya
aaa-pu
aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.
Peningkatan angka melanjutkan secara keseluruhan dari
tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan
pada 1993/1994 ke 1994/1995 aengalaai penurunan sebesar
4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan
di
bawah ini.
a. Jualah
lulusan
SD/MI tahun
1993/1994
(789.189
orang)
aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun
1992/1993 (760.956 orang). Lulusan tahun 1994/ 1995 juga
8
aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan
daya
tampung relatif tidak seimbang
dengan
pertumbuhan
lusan SD/MI.
b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur
lah
ke
jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang
luar
Propinsi Jawa Barat) bila
seko
aelanjutkan
dibandingkan
dengan
angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada
kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.
c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja
ran
1994/1995 (9,56%),
mengalami penurunan
berarti bila dibandingkan dengan
yang
sangat
angka melanjutkan tahun
1993/1994 (17,89%).
2. Angka Pertisipasi
Angka
pada
partisipasi penduduk Jawa Barat di
tahun
1994/1995 pada
umumnya
mengalami
persekolahan
peningkatan
dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka
parti
sipasi
40,96%
aurni
(aengalaai
aurni
pada tahun
kenaikan
tahun
1994/1995 aencapai
sebesar 5,67% dari
pelajaran 1993/1994).
Angka
angka
angka
partisipasi
ini
aenunjukkan
bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah
dite
tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa
tabel di
bawah
ini.
Tabel
ANGKA PARTISIPASI KASAR
3
DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95
No
T
Anak
T
Usia
J
u »
1
a
h
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun
1.380.504
1.119.290
Total Penduduk usia 13-15 Tahun
2.799.954
Siswa SLTP/MTs
1
2
APK (GER) (1) : (3) x 100%
48,85 %
(3) x 100%
39,98 %
APM (NER) (2)
Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa
Barat 1994/95.
3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di
Jalur
Sekolah
Anak
akan
usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada
tetapi
juga ada yang masih di SD dan
ada
di
juga
SLTP,
yang
telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi
penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka
digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi
13
s.d
15
tahun penduduk Jawa
Barat
1994/94 dilihat dalam tabel di bawah ini.
dapat
untuk
usia
tahun
10
TABEL 4
ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUN
DI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995
Jumlah Penduduk
Jenis Sekolah
2.799.954
Sekolah Dasar
SD/MI
Porsentase
Jualah
296.633
10,59
932.763
264.763
29,74
10,24
296.633
10,59
85.481
1.968
3,09
0,07
1.504.261
53,72
SLTP
1.
2.
SMP
NTs
SLTA
1. SMA/SMK
2.
Angka Partisipasai
MA
Penduduk Usia
13 s.d 15 tahun
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa
Barat 1994/95.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat
Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang
bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana
adalah
ruangan
kelas/belajar dan
guru.
mendasar
ter-sebut
Berikut
gambaran
keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa
Barat
menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya
Departemen
pada
Pendidikan
tahun
tampung
1994/95
dan
dan Kebudayaan Propinsi
dalam
menanggulangi
Jawa
Kanwil
Barat
kekurangan
daya
program
Wajib
guru dalam kerangka penuntasan
belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.
Pada
tercatat
tahun
pelajaran 1993/94 di Propinsi
2.357 SLTP Negeri dan Swasta dengan
Jawa
Barat
jumlah
kelas
11
seluruhnya
dari
25.401
ruangan belajar. Jualah ini
aasih
yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an
jauh
secara
Na
sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan
aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas
dibutuhkan
usia
untuk dapat menampung seluruh penduduk
13-15
tahun
(pada
tahun
1994
jualahnya
yang
keloapok
sebanyak
2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.
b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk
Data
1994/95
kelas I di Jawa Barat.
di
atas aenunjukkan bahwa pada
angka
melanjutkan lulusan SD/MI
tahun
ke
pelajaran
SLTP
jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu
melalui
mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi
keku
rangan
ruangan
kelas. Adapun kondisi
tingkat
SLTP
di Propinsi Jawa Barat
tabel
bawah
ini.
di
Tabel
daya
tampung
jalur
dapat
dilihat
dalam
5
JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DAN
DAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95
No
Lulusan/Melanjukan
1
2
3
Lulusan SD/MI
Daya Tampung
Melanjutkan ke SLTP
Tersedia utk kls I
- Kls. Jauh
- SMP Terbuka
Penambahan melalui
APBN dan OECF
4
Jualah
789.189
662.671
518.178
21.264
1.060
orang
orang
orang
orang
orang
50.545 orang
Total daya tampung
5
tersedia utk kls I
Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I
591.047 orang
71.544 orang
(10,79 %)
Sumber : Tim
Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Barat 1994/95.
Jawa
12
5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994
Keadaan
dapat
Guru
dilihat
tersebut
rang,
SLTP di Propinsi
Jawa
dalam tabel 6 di bawah
ini.
Barat
1993/94
Dalam
disajikan jumlah guru yang dibutuhkan
tabel
yang
ku-
dan yang lebih.
Tabel
6
Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995
Menurut Kurikulum 1994
No
1
Mata Pelajaran
1993*
P
521
562
765
482
1.019
820
678
260
752
562
195
1.768
792
M
P
2
BahaBa Indonesia
3
4
Bahasa Inggris
Hatemtika
I P A
IPS
5
6
7
Bahasa Sunda
Agama
8
9
10
PSPB
Orkes/Penjas & Kes.
Ketrampilan
BP/BK
Muatan Lokal
12
13
14
15
Kerajinan &Kesenian
9.600
Jumlah
* Kurikulum 1984
1994**
Jml.Kekurangan
771
250
749
749
749
749
749
250
1.311
1.514
1.231
1.768
1.569
678
510
752
812
195
1.768
1.541
250
5.494
15.094
250
250
749
** Kurikulum 1994
Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.
Dalam
tabel tersebut dapat dilihat jualah guru
yang
ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru
yang
lebih.
Perhitungan
kebutuhan
guru
tersebut
didasarkan
kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:
a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi
pendi-
dik-an yang sesuai.
b. Setiap
guru mengajar 18 jam per minggu
Kurikulum 1994.
sesuai
dengan
13
Hasil
penelittan
Pelaksanaan
Tingkat
Wajar
pendahuluan
Dikdas
9 tahun
tentang
di
Koordinasi
Kabupaten
II Bandung, baik selama perintisan
Daerah
aaupun
dalam
pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Luas
dengan
Kabupaten
jumlahpenduduk
kepadatan
kepadatan
penduduk
orang.
tahun
Wilayah
penduduk
penduduk
usia
Bandung
sebanyak
30.207,93
3.442.261
jiwa,
tertinggi 15.437 jiwa per
rata-rata 260 jiwa
pendidikan
dasar
per
7-15
serta
km2 dan
km .
Jumlah
sebanyak
Perinciannya adalah 471.458 orang anak
dan
hektar
257.111 orang anak usia 13-15
728.569
usia
tahun
7-12
(Laporan
Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).
Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah
II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984
aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi
duk
pada kelompok
usia 7-12 tahun di SD telah
99,37%
dari jumlah total penduduk. Tim
Dikdas
tingkat
berhasil
Kabupaten
aeningkatkan
SLTP/sederjat
dari
Daerah Tk.
angka
81,46%
transisi
pada
tahun
telah
pendu
menacapai
Koordinasi
II
Wajar
Bandung
dari
Tk.
SD/MI
1993/94
telah
ke
aenjadi
84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut
- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94
= 79.442 orang
- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat
- Jalur sekolah
= 56.458 (71,67%)
- Jalur luar sekolah
=
7.651
(9,63%)
- Luar Kabupaten Bandung =
2.798
(3,52%)
Jumlah
66.907 (84,22%)
14
Kondisi
Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di
Kabupaten
Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari
Wajar Dikdas tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD
bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada tang
gal 2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998 telah aeaberikan
hasilnya dengan aeningkatnya angka partisipasi penduduk
usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994
telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak 471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar Dikdas 9
Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah
berha
sil aeningkatkan angka aelanjutkan lulusan SD/MI ke
SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,
pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia
Koordinasi
Wajar
Dikdas
9 Tahun
Kabupaten
Bandung
1993/1994 dan 1994/1995).
Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk
yang berada di SLTP/MTs sebanyak 126.417 orang, Jualah
penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak
88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI
sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun
yang
berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti
prograa paket B sebanyak 4.940. Untuk aengetahui angka
pertisipasi penduduk usia 13-15 tahun di SLTP/MTs dapat
dilihat di bawah ini.
15
a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)
1) Julah penduduk usia 13-15 tahun
= 253.723 orang
2) Jualah siswa SLTP/MTs
= 126.417 orang
126.417
GER SLTP/MTs
x 100
= 49,82 %
253.723
b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)
1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun
= 253.723 orang
2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs= 88.479 orang
88.479
— x 100
NER SLTP/MTs
= 34,87 %
253.723
Jualah
ruangan
belajar untuk SLTP/MTs untuk
tahun
1993/1994 sebanyak 2556 ruangan. Bila dilihat jualah
penduduk usia 13-15 tahun dan rasio perbandingan kelas
tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang dibutuhkan
untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany
ak
6343
ruangan. Ini berarti bahwa di
Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak
3787 buah.
Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa
ten DT. II Bandung dapat dilihat dalaa tabel di bawah ini.
16
KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG
Bidang Studi
A
B
K
1
PMP
2
Bahasa Indonesia
Bahasa Ingris
148
282
201
314
317
275
140
274
146
342
245
348
353
342
146
168
60
44
35
36
67
6
No
3
4
5
Matiaatika
IPA
IPS
6
7
8
9
10
11
Agaaa
Penjas-kes
Ketraapilan
Kesenian/Keraj inan
Muatan Lokal
BP/BK
12
—
Jualah
L
2
-
~
w
"~
•"
106
•*
~
247
175
127
161
347
405
170
278
2.500
3.002
697
86
*"
•"
144
A Jualah Guru yang ada
B. Jualah Guru yang dibutuhkan
K. Kekurangan Guru
L. Kelebihan guru
Suaber: TKW 9 tahun Kabupaten
D.T II Bandung 1994/95.
Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat
beberapa
butir
peranserta aasyarakat dalaa peabangunan
pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan jenis
pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar. Pendidikan
di dalaa
sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD
kecil,
SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP
terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar
yang dapat dilakukan aasyarakat aelalui pendidikan luar
sekolah
baik tingkat SD aaupun tingkat SLTP antara
lain
penyediaan teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan pro
graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.
Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan
aeaberikan bantuan
tenaga kependidikan untuk pelaksanaan
prograa pendidikan dan pengajaran, bimbingan dan latihan
bagi peserta didik. Memberikan bantuan tenaga ahli untuk
17
aelaksanakan
kegiatan
belajar
aengajar
dan
penelitian
serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan aenye-
lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan
oleh
Peaerintah
peabangunan
untuk aenunjang pendidikan
dan
nasional, dapat aengadakan forua
program
koaunikasi,
konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara
pendidikan
yang bersangkutan (PP No. 39).
Koordinasi
antar
Wajar Dikdas aeafokuskan pada
instansi
dalaa penuntasan Wajar
koordinasi
Dikdas
9
tahun,
yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi
oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya
peran
aeaobilisasi
serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi
masalah
yang
dihadapi
dalaa
aasalah-
rangka aenuntaskan
Wajar
Dikdas 9 tahun.
Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah
pertumbuhan
enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan
pengadaan
guru,
jenis pendidikan, dan
belajar,
geografis,
transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar
serta
di dalam
kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen
didikan
yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi
Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran
orang
tua murid agar merasa terpanggil
Tia
kepada
untuk aendorong
anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
B.
FOKUS MASALAH
Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat
aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar
9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas
Dikdas
9 Tahun
18
mengatasi
kekurangan gedung/ruangan belajar untuk
pung
lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung
yang
sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi
rangan
guru
dalam rangka menampung anak
menam
oleh
SLTP
keku
lulusan
SD/MI?
Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan
prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim
Koordinasi
untuk
menanggulangi
kekurangan
dana
dalam
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang
beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal,
masyarakat
perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan
tian
perha-
orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula
Koordinasi
aerasa
meaotivasi
kesadaran
orang
terpanggil untuk aeaotivassi
berkewajiban
tua
aurid
anak-anaknya
Tim
agar
merasa
untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.
Bagaiaana Tia Koordinasi departeaen, leabaga peaerintah,
dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran
sendiri
untuk
Dikdas,
ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar
baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.
C.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Uaua
Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk
aengindenti-
fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor
dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan per-
aasalahan
yang
mendukung dan haabatan dalaa
pelaksanaan
Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe
aecahan
aassalah yang
pendidikan dasar.
dihadapi dalaa
rangka
peaerataan
19
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk aendeskripsikan dan aenganalisis:
a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekuran
gan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;
b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk aenaapung
anak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas
9
tahun;
c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkait
untuk aeaotivasi aasyarakat agar dengan kesandaran
senditi ikut berpatisipasi dalam penuntasan Wajar
Dikdas 9 tahun;
d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.
dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;
e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun.
Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)
sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitian
ini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasi
antarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9
tahun di maBa yang akan datang.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian
yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebut
diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran
gan sarana dan prasaran dalam rangka penuntasan Wajar
20
Dikdas 9 tahun?
2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak
kurang
aaapu?
3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk
aeaotivasi
aasyarakat
agar
aerasa
terpanggil
ikut
berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?
4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan
koordinasi
antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
di
Propinsi Jawa Barat?
5. Bagaiaana cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya
di
lapangan?
E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN
Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten
tang
koordinasi antar instansi terkait
dalaa
penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif pola
yang
aungkin
dikeabangkan untuk aasa yang
akan
datang.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis
harapkan
bagi
dapat
aengungkapkan inforaasi
yang
di-
beraanfaat
pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi
nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa
adai
bidang
pengelolaan lembaga pendidikan formal.
F.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina
si antar instansi terkait dalaa penuntasan Wajar DikdaB
9
tahun di Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan studi kasus di
21
Kabupaten
Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan
diaaksud
terkait
adalah koordinasi yang
dilakukan
koordinasi
antarinstansi
dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun
di
daerah,
yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan
subsistea pendidikan nasional.
Dalaa
konteks
seperti di atas,
instansi
pengelola
pendidikan dasar 9 tahun di Propinsi Jawa Barat adalah:
Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor
Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila
yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen Keuangan,
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor
dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia
Koordinasi
uaua
tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini
aeneliti
pelaksanaan
koordinasi
secara
penuntasan
Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
naaun
secara
khusus aeneliti bagaiaana
Wajar
Barat,
penerapannya
di
lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten
Bandung.
Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen
didikan
dasar akan berauara pada tingkat institusi
lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha
seko
aendeskrip-
sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam
praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.
Uraian
bahwa
ruang
tersebut
di atas memberikan
lingkup penelitian ini
dapat
bentuk bagan seperti di halaaan berikut:
suatu
gaabaran
dibuat
dalam
22
ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN
GBHN
INPRES
NO.l TH 94
i
1
WAJAR
_L
r->
MEN
DIKBUD
MENKO
KESRA
T
INSTANSI
TERKAIT
j_
MASALAH
->
GUBERNUR
KAWIL
DIKBUD
- -
-GEOGRAFI
I
-GURU/TUTOR
INSTANSI
TERKAIT
-DAYA
TAMPUNG
-LAHAN UGB
-EKONOMI
-APK/APM
KOORDINASI
PELAKSANAAN
->
KANDEP
DIKBUD
BUPATI
-KESADARAN
-PERSEPSI
TUGAS/FUNGSI
->
ORGANISASI
HAMBATAN
PBMECAHAN
MASALAHH
INSTANSI
TERKAIT
->
TT
KANDEP
DIKBUDCAM
CAMAT
L -J
~I
INSTANSI
TERKAIT
KEP.
DESA - - - Kep.SMP
x
INSTANSI
TERKAIT
PEMERATAAN
KUALITAS
EFISIENSI
= GARIS KOMANDO
= GARIS KOORDINASI
Kep.SD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sebagaimana
telah dirumuskan pada
bagian
pertaaa,
penelitian ini tidak bermV.ksud untuk mengungkapkan hu
bungan antar variabel melalui s^ud^Jioreiasi atau regresi
untuk
menguji hipotesis tertentu. Rumusan
masalah dalam
penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi
dalam
rangka memahami dan menjelaskan masalah yang di-
teliti melalui
komunikasi yang
intensif dengan
sumber
data.
Pendekatan penelitian seperti ini dikenal
sebagai
pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution
(1988) mengemukakan, "Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengaaati orang dalaa lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan Bereka, berusaha Beaahaai bahasa dan
tafsiran aereka tentang dunia sekitarnya."
A. LOKASI PENELITIAN
Sesuai dengan
tujuan dan
kegunaan
penelitian
ini
yaitu untuk aencari faktor pendukung dan penghaabat dalaa
pelaksanaan Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
yang dilakukan antar instansi, keaudian ingin aencari cara
peaecahan haabatan yang dihadapi di lapangan, aaka peneli
ti aeailih dan aenetapkan lokasi penelitian ini di lakukan
di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Secara khusus di
68
69
lakukan
di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Hal
ini
didasarkan pada peaikiran bahwa pelaksanaan Wajar Dikdas 9
tahun relatif aasih sangat baru, dan tokoh serta
peaikir-
peaikir tentang konsep tersebut relatif lebih banyak dari
Jawa
Barat. Peneliti berasuBsi bahwa
prograa
koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun diruauskan para pakar di Jawa
Barat.
Dengan deaikian, bila tujuan penelitian untuk aencari pola
pengeabangan koordinasi sebagai nana yang telah diuraikan
di
atas
tepat
sekali bila penelitian
ini
diadakan
di
penelitian di Kabupaten Daerah
Tingklat
II
Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Wilayah
Bandung
untuk
kecaaatan,
tingkat kecaaatan
yaitu
difokuskan
Kecaaatan Leabang,
pada
Kecaaatan
eapat
Cisarua,
Kecaaatan
Ciaahi Tengah dan Kecaaatan Padanglarang.
tiabangan
aenetapkan
dengan
tif.
eapat
kecaaatan
tersebut
pendekatan penelitian yaitu naturalistik
Penarikan
saapel dilakukan
secara
Per-
sesuai
kualita
purposive
sam
pling.
Penelitian
aenganalisis
ini
bertujuan untuk aendeskripsikan
pelaksanaan kegiatan
koordinasi
dan
penuntasan
Wajar
Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II
dung,
yaitu untuk aeaahaai dan memaknai
tentang
Ban
sesuatu
peristiwa atau prilaku manusia yang berperan dalaa
penye
lenggaraan
tujuan
tersebut,
Wajar
aaka
Dikdas 9 tahun. Untuk
penelitian ini paling
aencapai
cocok
aenggunakan
netode kualitatif ( Bogdan dan Biklen 1982: 31).
70
B. SUBYEK PENELITIAN
Subyek dalaa penelitian ini teraasuk "purpossive sam
pling, "dengan aaksud aeaperoleh data sesuai dengan fokus
penelitian. Nasution (1988:29) aenyatakan bahwa penentuan
unit saapel (responden) dianggap telah aeaadai apabila
dapat diteruskan saapai dicapai taraf "redundancy," ketuntasan artinya walaupun responden bertaabah, data baru
tidak bertaabah atau ftap. Sejalan dengan pendapat di
atas, dalaa proses penentuan banyaknya subyek penelitian
atau responden tidak dapat ditentukan sebeluanya.
Penguapulan data dalaa penelitian ini dilakukan lang
sung oleh peneliti, peneliti sebagai instruaen utaaa dalaa
penelitian kualitatif. Rasional dari karateristik peneapatan peneliti sebagai peneliti utaaa, karena peneliti da
pat aelakukan adaptasi dengan situasi lapangan penelitian
yang berubah-ubah, dan juga dapat aeaperluas pertanyaan
untuk aeaperoleh data yang terinci dan aendalaa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Nasution, 1988: 54-55).
Saapel dalaa penelitian kualitatif tidak didasarkan
pada pertiabangan statistik, tetapi berdasarkan ketuntasan inforaasi yang diperlukan. Oleh karena itu, analisis
dalaa penelitian ini bukan bertujuan untuk aeaperoleh
generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk
dicari pola yang fpat dan selanjutnya dicari aakna dari
pola tersebut.
71
Fokus penelitian ini adalah kegiatan koordinasi
dilakukan
tahun
Tia
yang
Tia Koordinasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas
di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tanhun
khususnya
Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandung. Dengan deaikian, untuk analisis
litian
9
pene
ini bersifat institusional, dalam arti yang aenja
di fokus kajian adalah leabaga-leabaga yang terkait
dalaa
penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun.
Dalaa penelitian kualitatif, jualah suaber data tidak
aenjadi
kriteria utaaa,
tetapi
lebih ditekankan pada
sejauhaana suBber data tersebut dapat aeaberikan inforaa
si
sebanyak aungkin dan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Oleh karena itu, penentuan suaber data lebih cocok
dengan
aenggunakan teknik purposif (purposive saapling),
yakni
pejabat yang dipandang dapat Beaberikan inforaasi sebanyak
aungkin tentang fokus penelitian. Suaber data utaaa dalaa
penelitian ini adalah:
1. Gubrenur
Kepala
pelaksanaannya
Kesejahteraan
Wilayah Propinsi
dilaksanakan
Jawa
Barat.
Dalaa
III
Bidang
oleh Asiten
Rakyat. Dalaa penguapulan data
aeaperoleh inforaasi dari Kepala Sub Bagian
persekolahan
dan
Kepala Sub
peneliti
Pendidikan
Bidang Pendidikan
Luar
Sekolah.
2. Kepala Kantor Wilayah Deperteaen Pendidikan dan
Kebu
dayaan. Dalaa penguapulan data peneliti aendapat infor
aasi dari Wakil PRP, Piapinan proyek Wajar Dikdas
Sekretaris proyek Wajar Dikdas 9 tahun.
dan
72
3. Kepala Kepala Kantor Wilayah Departeaen Agaaa. Dalaa
penguapulan data peneliti aendapat inforaasi dari
Kepala Bidang Perguruan Agaaa Islaa, Kepala Bidang
Pendidikan Agaaa Islaa, Kepala Sub Bagian Hubungan Masayrakat, dan Kepala Sub Bagian Pendidikan Pasantren.
4. Kepala Kantor Wilayah Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa
penguapulan data ini diwakili oleh Ibu Kepala Bagian
Tata Usaha.
7. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung Dalaa pelaksa
naannya Asisten Bidang Kesra. Dalaa penguapulan data,
peneliti aeaperoleh data dari Kepala Urusan Pendidikan
8. Kepala Kandepdikbud, Dalaa penguapulan data peneliti
neaperoleh inforaasi dari Kepala Bidang PRP dan Kepala
Seksi Pendidikan Luar Sekolah.
9. Kepala Kantor Departeaan Agaaa. Dalaa pengguapulan data
di wakili oleh Kepala Seksi perguruan Agaaa Islaa.
10.Kepala Kantor Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa penguapul
an data diwakili oleh Kasi Pengawasan.
11.Caaat Kecaaatan Leabang. Dalaa penguapulan data,
pene
liti aeaperoleh inforaasi dari Sekretasi Wilayah Kecaaa
tan Leabang.
12.Caaat Kecaaatan Cisarua, dalaa hal diwakili olek Sekre
taris Wilayah Kecaaatan Cisarua.
13.Kepala Kantor Deperteaen Pendidikan dan Kebudayaan
Kecaaatan Cisarua, di bantu oleh Penilik TK/SD dan
Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
14 Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah.
73
15.Kepala Kandepdikbud Kecaaatan Ciaahi Tengah dibantu
oleh Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
16.Kepala Kantor Departeaen Agaaa Keoaaatan Ciaahi Tengah.
17.Caaat Kecaaatan Padalarang
18.Kandepdikbud Kecaaatan Padalarang diwakili oleh Penilik
TK/SD
19.Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT Trisulatex.
Dalaa penguapulan data diwakili
Kepala
Diklat
aasing perusahaan.
20.Kepala SMP Negeri Cisarua.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Kegiatan yang dilakukan dalaa usaha aenguapulkan data
aeliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelaksanaan
penguapulan data saapai data itu diklasifikasikan dan
dikonstruksi dalaa laporan penelitian. Rangkaian
kegiatan
yang digunakan untuk aenguapulkan data adalah observasi,
wawancara,
dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut
digunakan dalaa penelitian ini dengan harapan dapat saling
aelengkapi dalaa aeaperoleh data yang diperlukan.
1.
Observasi
Teknik
observasi aerupakan teknik
penguapulan
data
yang utaaa dalaa penelitian ini. Dengan observasi diharapkan dapat diperoleh data yang benar-benar
berbagai
aktivitas
koordinasi
alaai dari
antara Depdikbud
dengan
departeaen, leabaga peaerintah dan badan swasta lainnya,
dalaa rangka peningkatan peaerataan keseapatan belajar
bagi anak usia 7-15 tahun. Observasi bertujuan untuk
74
aengaaati kegiatan koordinasi, seperti perilaku, pendapat,
persepsi,
sikap dan lain-lainnya berdasarkan
pandangan
subyek yang diteliti.
2.
Wawancara
Teknik penguapulan data dengan wawancara dalam
pene
litian naturalistik aerupakan teknik penguapulan data yang
tidak dapat
ditinggalkan,
secara terpadu
dengan
dan
harus
observasi.
selalu
Wawancara
digunakan
dilakukan
dengan cara yang tak berstruktur, di aana responden aenda
pat kebebasan dan
pikiran,
keseapatan untuk aengeluarkan buah
pandangan dan perasaannya tanpa diatur oleh
peneliti.
3. Studi Dokuaentasi
Sekalipun dalaa penelitian kualitatif kebanyakan
di-
peroleh dari suaber aanusia (human resource) aelalui ob
servasi
dan wawancara, akan tetapi ada pula suaber
bukan
aanusia, di antaranya adalah dokuaen. Dalaa penelitian ini
dokuaen
dapat dijadikan bahan triangulasi untuk aencek
kesesuaian data.
Alat
(human
penguapulan
instrument),
datanya
adalah
dan dibantu
peneliti
dengan
tape
sendiri
recorder,
kaaera foto, dan buku catatan.
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Pelaksanaan
aengikuti
oleh
S.
penguapulan
prosedur
data dalaa
penelitian
ini
atau tahap seperti yang dikeaukakan
Nasution (1988 : 33-34) yaitu
tahap eksplorasi, dan tahap member check.
tahap orientasi,
75
1. Tahapan orientasi
Orientasi
tentang
naan
dilakukan
untuk aengetahui
cecara
aasalah-aasalah yang berhubungan dengan
di
khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II
Orientasi peneliti lakukan pada Kantor Wilayah
dan
pelaksa
koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9 tahun
Barat,
koordinasi
Jawa
Bandung.
Departeaen
Kebudayaan, khususnya yang berkaitan dengan
naan
jelas
pelaksa
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun.
Dalaa
Orientasi Peneliti aengaaati Struktur Organisasi Tia Koor
dinasi
yang ada, tugas dan fungsi aasing-aasing
instansi
terkait, hasil-hasil rapat, hasil peaantau, rencana
tia
koordinasi
yang telah ada,
dan
kerja
ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalaa pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar
Dikdas. Diri hasil orientasi tersebut peneliti yakin betul
bahwa pelaksanan koordinasi wajar Dikdas 9 tahun dapat dan
aeBenuhi syarat untuk diteliti. Di saaping itu,
orientasi
juga bertujuan untuk aeruauskan langkah-langkah dan
lah
yang akan dite-liti yang berkaitan dengan
aasa
aasing-aa
sing instasi terkait yang dianggap perlu dijadikan
saapel
penelitian sebagai nana yang telah dijelaskan di atas.
2. Tahap eksplorasi
Pada
sehingga
tahap eksplorasi fokus penelitian sudah
dalaa penguapulan data sudah
terarah.
Obsepasa
dan wawancara diarahkan pada hal-hal yang dianggap
hubungannya dengan
fukus penelitian.
Untuk
inforaasi yang mendalam diperlukan informan dan
jelas,
banyak
aendapatkan
responden
76
yang berkoapeten dan aeapunyai pengetahuan yang cukup
banyak tentang aasalah yang diteliti.
K. PROSES PENGUMPULAN DATA
Studi tentang Koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9
tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, dengan
mengaabil saapel Kabupaten Bandung, yaitu Kecaaatan Lea
bang, Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah, dan
Kecaaatan Padanglarang.
Penelitian di Kecaaatan Leabang difokuskan pada ben
tuk dan struktur organisasi Tia Koordinasi. Di Kecaaatan
Cisarua difokuskan pada proses pengelolaan SMP kelas jauh.
Di Kecaaatan Ciaahi Tengah difokuskan pada Pengelolaan
Paket B di perusahaan, dan di Kecaaatan Padalarang difo
kuskan pada pengelolaan Paket B secara uaua.
Berdasarkan surat izin penelitian dari Direktorat
Sosial Politik Propinsi Daerah Tk. I Jawa Barat Noaor
070.1/1351/ 1995 yang ditujukan kepada Assekwilda I pada
Sekwilda Tk I Jawa Barat, aaka peneliti aelakukan observa
si di Peada Tingkat I Jawa Barat. Observasi ini dilaksana
kan pada tanggal 21 April 1995. Dalaa observasi tersebut
peneliti berusaha untuk aengetahui tentang unit organisasi
yang bertugas dan bertanggungjawab secara langsung aelaku
kan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dari hasil observasi, ternya-
ta pelaksana koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Assekwilda III pada Setwilda Tk I. Secara khusus
77
dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian Pendidikan Perseko
lahan dan
Kepala
Sub Bagian Pendidikan
Luar Sekolah.
Setelah peneliti yakin bahwa yang paling berperan dalaa
pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Kepala Sub bagian Pendidkan Persekolahan dan Kepala
Sub Bagian Pendidikan Luar Sekolah, aaka pada hari itu
juga peneliti aelakukan perteauan dengan Kepala Sub Bagian
Pendidikan Luar Sekolah. Dari hasil perteauan dengan Ibu
Kepala Sub Pendidikan Luar sekolah, beliau langsung ae-
nyanggupi untuk aeneriaa peneliti untuk diwawancarai.
DalaB wawancara yang dilakukan secara bebas dengan aenggu
nakan garis-garis besar pedoaan wawancara dan dibantu
dengan tape recorder, kaaera foto, dan buku catatan,
wawancara berlangsung dengan baik.
Hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian Pendi
dikan Luar sekolah tersebut langsung peneliti klasifikasikan dan analisis seacara singkat, keaudian dikonferaasikan
keabali pada ibu yang bersangkutan. Setelah hasil klasifikasi data tersebut disetujui oleh ibu,
aaka peneliti
aenjuapai Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Bapak
Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan juga pada hari
itu ainta agar wawancara dilakukan, karena pada hari
yang
lain beliau ada kesibukan.
Hasil
wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian
Pendi
dikan Luar Sekolah wawancarai lagi dengan Kepala Sub
Bagian Pendidikan Persekolahan. Wawancara diaulai dengan
78
aengecek kebenaran hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sub
Bagian Pendidikan Luar sekolah. Ternyata Kepala Sub
Bagian Pendidikan Persekolahan sependapat dengan hasil
wawancara
dengan
Sekolah.
Ibu Kepala Sub bagian
Keaudian, wawancara dilanjutkan
Pendidikan
dengan
Luar
hal-hal
9 TAHUN DI JAWA BARAT
(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)
Tesis
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
KHAIRUDDIN
N1M: 9332001
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT
(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)
Tesis
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
KHAIRUDDIN
NIM: 9332001
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
DISETUJUI OLEH TIM PEMBIMBING
Sebagai Bahan Ujian Tahap II
//cl^a^h
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, SH, M.PA
PEMBIMBINBG I
PROF. DR. H.HUHAMMAD \,FAKRY GAFFAR, M.Ed
~
PEMBIMBING II
~
Disetujui Oleh:
Koordinator Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana
IKIP Bandung
Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, SH, M.PA
ABSTRAK
Khw-irnHriin:
KnnrHinasi Pwmintaaan Waj ib Bfllajar E Xahlin.
Jjuta Barat fst.ndi Kasua di Daerah Tingkat. II Kabupaten
di
Bjin^
dung, ten tang KnnrdinwHi Aniar Tnstasi Terkait)
Wajib Belajar adalah, adalah wajib bagi anak-anak
telah
berusia
selaaa
6
tahun
untuk aeaasuki
yang
pendidikan
beberapa tahun sesuai dengan ketentuan
dasar
negara
yang
bersangkutan. Wajib Belajar 9 tahun di Indonesia
ifengandung
arti
terbukanya
sebagai "Universal basic eduoation"
yaitu
keseapatan secara luas bagi seaua peserta didik untuk
aeaa
suki pendidikan dasar. Jadi, sasaran utaaanya adalah
aenua-
buhkan
aspirasi orang tua terhadap pendidikan
dan
peserta
didik untuk aeaasuki pendidikan dasar.
Untuk aencapai sasaran dan tujuan Wajar tersebut, harus
ada
pengendalian sebagai alat untuk
aenjaain
kelangsungan
pelaksanaan kegiatan tersebut. Yang diaaksud dengan
dalian
adalah
kegiatan untuk aenjaain
pengen
kesesuaian
dengan
rencana, dengan prograa, dengan perintah-perintah, kekuatankekuatan lainnya yang ada, teraasuk tindakan-tindakan kolektif.
Koordinasi dalaa pelaksanaan suatu rencana,
aerupakan
* salah satu aspek pengendalian yang sangat penting.
Adapun
yang dijadikan saapel sebagai nara suaber
ada
lah, Gubernur Kepala Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat, Kakanwil Depdikbud, Kakanwil Depag, Kakanwil
Depnak,
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung, Kepala Kakandepdik-
bud,
Kakandepag
Kakandepnaker,
xi
Caaat
Kecaaatan
Leabang,
Caaat
Kecaaatan
Cisarua,
Kepala
Kandepdikbud
Cisarua, Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala
Kecaaatan
Ciaahi
Tengah, Kepala
Kantor
Keoaaatan
Kandepdikbud
Departeaen
Agaaa
Kecaaatan Ciaahi Tengah, Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen
Utaaa
dan
PT Trisulatex, dan Kepala
Penguapulan
data
SMP
Negeri
dilakukan dengan observasi,
Cisarua.
wawanoa
dan
studi dokuaentasi.
Dari
kegiatan
Wajar
analisis
tersebut
diteaukan
bahwa
koordinasi antar instasi terkait dalaa
Dikdas, 9
Barat,
data
tahun di Propinsi Daerah
penuntasan
Tingkat
I
khususnya Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
berjalan
dengan baik. Naaun dalaa
obyek
pelaksanaan
Jawa
sudah
sehari-hari
aasih teaukan penyiapangan-penyiapangan dan belua haraoninya
hubungan
bidang
antara
instasi terkait
penguapulan
peaantauan
data,
tersebut
pelaksanaan
terutaaa
rapat
dan evaluasi, pengaturan sarana
dalaa
pelaksanaan
dan
prasarana,
pengaturan tentang biaya.
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun di Tingkat propinsi
didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk
Propinsi Jawa Barat No. 4 Tahun 1993 tentang Pedoaan
I
Pelak
sanaan Prograa Wajar Dikdas Tingkat Propinsi. Tia Koordinasi
Wajar
Dikdas
Keputusan
9 Tahun Tingkat Kabupaten
Bupati
Kepala
421.1/SK.432-Sosial/1994.
tahun
Kecaaatan
Caaat Kecaaatan
berdasarkan
Daerah Tingkat
Tia
Koordinasi
Leabang didasarkan
pada
II
Surat
Bandung
No.
Wajar
Dikdas
9
Surat
keputusan
Leabang No. 421.9/SK Ol-Keaasy/1992. Sedang
xii
Tia
Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun
Tengah, Kecaaatan Cisarua,
foraal
belua
dengan
penelitian
di
Kecaaatan
Ciaahi
dan Kecaaatan Padalarang, secara
dibentuk. Di tingkat Desa/
Kelurahan
saapai
di-bentuk
secara
Gubernur, Bupati, Caaat dan Kepala Desa sebagai
Kepala
ini
dilakukan
belua
foraal Tia Koordinasi Wajar Dikdas.
Peaerintah
sebagai
Daerah
di
tingkatnya
aasing-aasing
berfungsi
penanggung jawab. Kepala Kantor Depdikbud
aengobtiaalisasikan
Kepala
operasi
persekolahan
berusaha
tingkat
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan aeaberikan
dorongan
kepada taaatan SD untuk aelanjutkan ke tingkat SLTP.
Kantor
Departeaen
prograa
Paket
upaya
aadrasah
B di pondok pesantren,
serta
aengendalikan
penyuluhan
Departeaen
aelalui forua yang ada.
dan
aenyelenga-
Kepala
Kantor
Tenaga Kerja berusaha untuk aenjeabatani
terse-
lenggaranya
angkatan
Kepala
Agaaa aeningkatkan
kawin auda. Kepala Kantor Departeaen Penerangan
rakakan
SLTP,
Wajar Dikdas 9 tahun dengan aengendalikan
kerja,
nenbantu penyelenggaraan Prograa
usia
Paket
bagi pekerja usia pendidikan dasar yang telanjur bekerja
B
di
perusahaan. Dan Instansi terkait lainnya aasih terbatas pada
peaberian laporan dalaa rapat-rapat Tia koordinasi,
sekali-
gus
pertia-
diaanfaatkan oleh Tia Koordinasi sebagai bahan
bangan
Wajar
dalaa
Dikdas
aeruauskan rencana
9
kebijaksanaan
Tahun. Tanggung jawab
Kepala
penuntasan
SMP
adalah aeaberikan penjelasan kepada orang tua aurid
Negeri
tentang
Wajar Dikdas, aengangkat guru honorer, aeaberikan keringanan
xiii
atau peabebasan dari Dana Bp3, aengusahakan orang tua
asuh,
aencarikan suaber dari Badan Aaal Zakat dan aendorohg
aurid
agar terus aelajutkan sekolah.
Haabatan yang aenonjol adalah aasalah dana,
san
tenaga, sarana dan prasarana, sistea
berjalan
dengan
dengan
keterbata-
koaunikasi
baik, dan sikap keterbukaan
belua
baik. Ada pergeseran pandangan aasyarakata
pendidikan
sebagai
andalan
aasyarakat
untuk
belua
tuabuh
terhadap
aeaperbaiki
kehidupan di aasa yang akan datang.
Untuk aengatasi permasalahan tersebut di atas
kebijakan
tidak
untuk
meringankan biaya sekolah bagi
aaapu, pengeabangan SMP Kelas jauh dan
diteapuh
anak
SMP
yang
Terbuka,
pengoptiaalisasian koordinasi antarinstansi terkait, aeningkatkan publikasi Wajar Dikdas 9 tahun, dan aelakukan
naan
aasyarakat
lebih intensif.
Masalah
kesadaran
belajar prograa Paket B diteapuh aelalui peabinaan
peserta
didik.
Kepada aasyarakat diberi
peabi-
kesadaran
warga
terhadap
bahwa
pendidikan itu adalah kewajiban setiap auslia, bukan seaataaata untuk aeningkatkan penghasilan.
xiv
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk
aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga
badan
swasta lainnya telah dipikirkan sejak
deka.
Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang
Indonsia
1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk
politik pemerintahan dan
negara,
para
dan
koordinasi dalaa
aenteri bekerja saaa satu saaa
aer-
Dasar
aenetapkan
peaerintahan
lain
seerat-
eratnya di bawah piapinan Presiden".
Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan
untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan
sistea
peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia
No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi
Sipil,
1988,
Peaerintahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun
tentang Koordinasi Kegiatan
Instansi Vertikal di
daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi
Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
No.
01/-Kep/Menko/Kesra/1991
tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu
san
Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No.
18/
Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan Pemerintah
Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun
Pemerintahan
Sipil
pasal
1 disebutkan
usaha untuk aengadakan kerja saaa yang
antara dinas-dinas di Daerah.
Republik
Koordinasi
"Koordinasi
erat dan
ialah
efektif
Dalam
Peraturan Peaerintah Republik Indonesia Nomor
6
tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah,
pasal
1 ayat (1)
menyebutkan
"Koordinasi
yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah
upaya
keselarasan,
aaupun
keserasian, dan keterpaduan
pelaksanaan
vertikal,
tugas
serta
seaua
guna
baik
adalah
aencapai
perencanaan
kegiatan
instansi
dan antara instansi vertikal dengan Dinas
Daerah
agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang
pelaksa
naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:
(1)
Menteri
Koordinasi Bidang
Kesejahteraan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Rakyat,
(3) Menteri Dalaa Negeri,
(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa
Instruksi
Presiden
Noaor
1 Tahun
(2)
1994
laapiran
disebutkan
Wajar
Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di
seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7
saapai
15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau
didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan
tuan
pen
keten-
aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan
oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai
dinasi
pelaksanaan
Wajar Dikdas
ditetapkan
oleh
koor
Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Untuk
atas,
aenindaklanjuti Instruksi Presiden
tersebut
dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
di
Ke
sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang
Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan
ini
disebutkan
bahwa pelaksanaan koordinasi
Wajar
Dikdas
dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang
selanjutnya
dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan
sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.
Memperhatikan
pernyataan tersebut di atas dapat
dike-
mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi
anak
usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan
dunia
kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis
antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan
aen,
leabaga
peaerintah,
dan badan
swasta
departe
lainya.
karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan
Oleh
aengelo-
lanya secara profesional.
Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai
penyelenggaraan
prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan Pertaaa,
SLTP
Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang
oleh
dikelola
oleh
Depdikbud,
serta
Madrasah Tsanawiyah
Departemen
Agama.
Jenis pendidikan yang termsuk jalur
didikan
luar
sekolah terdiri atas
didikan keagaaaan,
Sistem
yang
dikelola
pendidikan
pen
uaua,
pen
dan pendidikan kejuruan.
pendidikan nasional adaalah
suatu
keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan
berkaitan
satu
sama lain
untuk
mengusahakan
yang
tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid
ikan
nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa
aengeabangkan
aanusia
yang
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
beriaan
Indonesia seutuhnya,
yaitu
dan
manusia
Esa
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
dan
kese-
hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).
Memperhatikan rumusan sistea pendidikan dan tujuan
pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pen
didikan yang dianut di Indonesia bukan hanya seaata-aata
dilaksanakan oleh pemerintah dalam persekolahan. akan tetapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,
serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UU
No.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran ke-giatan
belajar aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar
sekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin
tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga peaer
intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser
ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.
Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan
rencana
dan pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun perlu dibentuk wadah
kerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer
intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat, propin
si, kabupaten/kotamadya, dan kecaaatan. Kerja saaa ini
dikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di tingkat
pusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat
daerah (Depdikbud, 1993:32).
1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa Barat
Hasil penelitian pendahuluan tentang Koordinasi Pe
laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Selaaa
dengan
perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun
tanggal
Tahun
Propinsi
2 Mai 1994 Tia Koordinasi
Daerah Tingkat I
Jawab
Wajar
Barat
saapai
Dikdas
9
aenggunakan
angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans
isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut
kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.
Upaya
nasinya
Pemerintah Daerah dengan perangkat
telah
51,70%
pada
1992/1993,
berhasil aeningkatkan
tahun
dan
1991/1992
pada
tahun
angka
aenjadi
1993/1994
Tia
Koordi-
transisi
80,40%
pada
aeningkat
dari
tahun
aenjadi
87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.
Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada
tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut
bukan
lagi
angka
SLTP/sederajat,
transisi lulusan
SD/MI
aelanjutkan
aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13
saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka
sipasi
(AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi
(APK/GER)
dan
angka partisipasi
aurni
(NER)
parti
kasar
sebagaiaana
terdapat dalaa tabel di bawah ini.
TABEL
1
ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994
No.
Anak Usia
Jualah
2.
Siswa SLTP/MTs
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 th
1.235.152
913.212
3.
Total penduduk usia 13-15 th
2.607.729
1.
APR (GER)
APM (NER)
ke
1 : 3 x 100%
2 : 3 x 100%
47,37%
35,02%
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa Barat 1994/1995
Angka partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 1315 tahun
tat
pada tahun ajaran 1993/94
di jalur sekolah terca-
52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran
1994/95 angka
partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di
jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan
Wajar
Dikdas 9 Tahun telah aeaberikan
hasil peningkatan
angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.
Untuk
aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang
berada di jalur persekolahan Tia
Koordinasi
belua
aengeabangkan
Prograa Paket B (pendidikan luar sekolah) dengan bobot
aateri
setara dengan SLTP. Upaya ini
berhasil
tahun
untuk aeningkatkan angka aelanjutkan
awal
1993/1994
pada aulanya cukup
pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun.
pada
Pada
aaapu aengakoaodasikan haapir 18% dari
tahuntahun
lulusan
SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada
Tingkat I dan Tingkat II aelalui APBD aeabantu aea-biayai
penyelenggaraan Paket B sebesar 4,2 ailyar rupiah. Dalaa
rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka partisipasi
penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang harus
dikaji adalah faktor daya tampung, di samping itu, faktor
tenaga (guru dan tutor).
Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip
asi
di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995 aenun-
jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran
1993/1994, namun bila dilihat dari prosentase aengalaai
penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 2
PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MI
TAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/
SEDERAJAT DI JAWA BARAT
Jualah Tahun
Tahun
lulusan lulusan aelan
jutkan
1991/92
1992/93
1993/94
Total
Angka aelanjutkan
Lulusan SD/MI
Jalur sekolah
Jualah
706.711 1992/93 441.839
760.596 1993/94 530.944
789.189 1994/95 586.173
Jalur luar sekolah
%
Jualah
62,53
69,78
74,40
128.276
136.131
75.418
%
%
%
17,87 80,40
17,89 87,67
9,56 83,96
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995
Data
dalam tabel di atas menunjukkan bahwa
angka
lu
lusan yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah aulai
tahun
1991/1992 saapai dengan 1994/1995
kenaikan
luar
aenunjukkan
angka
rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui
jalur
sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu
ae-
nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun 1994/95
aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya
aaa-pu
aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.
Peningkatan angka melanjutkan secara keseluruhan dari
tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan
pada 1993/1994 ke 1994/1995 aengalaai penurunan sebesar
4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan
di
bawah ini.
a. Jualah
lulusan
SD/MI tahun
1993/1994
(789.189
orang)
aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun
1992/1993 (760.956 orang). Lulusan tahun 1994/ 1995 juga
8
aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan
daya
tampung relatif tidak seimbang
dengan
pertumbuhan
lusan SD/MI.
b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur
lah
ke
jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang
luar
Propinsi Jawa Barat) bila
seko
aelanjutkan
dibandingkan
dengan
angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada
kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.
c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja
ran
1994/1995 (9,56%),
mengalami penurunan
berarti bila dibandingkan dengan
yang
sangat
angka melanjutkan tahun
1993/1994 (17,89%).
2. Angka Pertisipasi
Angka
pada
partisipasi penduduk Jawa Barat di
tahun
1994/1995 pada
umumnya
mengalami
persekolahan
peningkatan
dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka
parti
sipasi
40,96%
aurni
(aengalaai
aurni
pada tahun
kenaikan
tahun
1994/1995 aencapai
sebesar 5,67% dari
pelajaran 1993/1994).
Angka
angka
angka
partisipasi
ini
aenunjukkan
bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah
dite
tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa
tabel di
bawah
ini.
Tabel
ANGKA PARTISIPASI KASAR
3
DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95
No
T
Anak
T
Usia
J
u »
1
a
h
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun
1.380.504
1.119.290
Total Penduduk usia 13-15 Tahun
2.799.954
Siswa SLTP/MTs
1
2
APK (GER) (1) : (3) x 100%
48,85 %
(3) x 100%
39,98 %
APM (NER) (2)
Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa
Barat 1994/95.
3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di
Jalur
Sekolah
Anak
akan
usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada
tetapi
juga ada yang masih di SD dan
ada
di
juga
SLTP,
yang
telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi
penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka
digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi
13
s.d
15
tahun penduduk Jawa
Barat
1994/94 dilihat dalam tabel di bawah ini.
dapat
untuk
usia
tahun
10
TABEL 4
ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUN
DI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995
Jumlah Penduduk
Jenis Sekolah
2.799.954
Sekolah Dasar
SD/MI
Porsentase
Jualah
296.633
10,59
932.763
264.763
29,74
10,24
296.633
10,59
85.481
1.968
3,09
0,07
1.504.261
53,72
SLTP
1.
2.
SMP
NTs
SLTA
1. SMA/SMK
2.
Angka Partisipasai
MA
Penduduk Usia
13 s.d 15 tahun
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa
Barat 1994/95.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat
Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang
bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana
adalah
ruangan
kelas/belajar dan
guru.
mendasar
ter-sebut
Berikut
gambaran
keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa
Barat
menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya
Departemen
pada
Pendidikan
tahun
tampung
1994/95
dan
dan Kebudayaan Propinsi
dalam
menanggulangi
Jawa
Kanwil
Barat
kekurangan
daya
program
Wajib
guru dalam kerangka penuntasan
belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.
Pada
tercatat
tahun
pelajaran 1993/94 di Propinsi
2.357 SLTP Negeri dan Swasta dengan
Jawa
Barat
jumlah
kelas
11
seluruhnya
dari
25.401
ruangan belajar. Jualah ini
aasih
yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an
jauh
secara
Na
sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan
aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas
dibutuhkan
usia
untuk dapat menampung seluruh penduduk
13-15
tahun
(pada
tahun
1994
jualahnya
yang
keloapok
sebanyak
2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.
b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk
Data
1994/95
kelas I di Jawa Barat.
di
atas aenunjukkan bahwa pada
angka
melanjutkan lulusan SD/MI
tahun
ke
pelajaran
SLTP
jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu
melalui
mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi
keku
rangan
ruangan
kelas. Adapun kondisi
tingkat
SLTP
di Propinsi Jawa Barat
tabel
bawah
ini.
di
Tabel
daya
tampung
jalur
dapat
dilihat
dalam
5
JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DAN
DAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95
No
Lulusan/Melanjukan
1
2
3
Lulusan SD/MI
Daya Tampung
Melanjutkan ke SLTP
Tersedia utk kls I
- Kls. Jauh
- SMP Terbuka
Penambahan melalui
APBN dan OECF
4
Jualah
789.189
662.671
518.178
21.264
1.060
orang
orang
orang
orang
orang
50.545 orang
Total daya tampung
5
tersedia utk kls I
Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I
591.047 orang
71.544 orang
(10,79 %)
Sumber : Tim
Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Barat 1994/95.
Jawa
12
5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994
Keadaan
dapat
Guru
dilihat
tersebut
rang,
SLTP di Propinsi
Jawa
dalam tabel 6 di bawah
ini.
Barat
1993/94
Dalam
disajikan jumlah guru yang dibutuhkan
tabel
yang
ku-
dan yang lebih.
Tabel
6
Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995
Menurut Kurikulum 1994
No
1
Mata Pelajaran
1993*
P
521
562
765
482
1.019
820
678
260
752
562
195
1.768
792
M
P
2
BahaBa Indonesia
3
4
Bahasa Inggris
Hatemtika
I P A
IPS
5
6
7
Bahasa Sunda
Agama
8
9
10
PSPB
Orkes/Penjas & Kes.
Ketrampilan
BP/BK
Muatan Lokal
12
13
14
15
Kerajinan &Kesenian
9.600
Jumlah
* Kurikulum 1984
1994**
Jml.Kekurangan
771
250
749
749
749
749
749
250
1.311
1.514
1.231
1.768
1.569
678
510
752
812
195
1.768
1.541
250
5.494
15.094
250
250
749
** Kurikulum 1994
Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.
Dalam
tabel tersebut dapat dilihat jualah guru
yang
ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru
yang
lebih.
Perhitungan
kebutuhan
guru
tersebut
didasarkan
kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:
a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi
pendi-
dik-an yang sesuai.
b. Setiap
guru mengajar 18 jam per minggu
Kurikulum 1994.
sesuai
dengan
13
Hasil
penelittan
Pelaksanaan
Tingkat
Wajar
pendahuluan
Dikdas
9 tahun
tentang
di
Koordinasi
Kabupaten
II Bandung, baik selama perintisan
Daerah
aaupun
dalam
pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Luas
dengan
Kabupaten
jumlahpenduduk
kepadatan
kepadatan
penduduk
orang.
tahun
Wilayah
penduduk
penduduk
usia
Bandung
sebanyak
30.207,93
3.442.261
jiwa,
tertinggi 15.437 jiwa per
rata-rata 260 jiwa
pendidikan
dasar
per
7-15
serta
km2 dan
km .
Jumlah
sebanyak
Perinciannya adalah 471.458 orang anak
dan
hektar
257.111 orang anak usia 13-15
728.569
usia
tahun
7-12
(Laporan
Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).
Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah
II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984
aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi
duk
pada kelompok
usia 7-12 tahun di SD telah
99,37%
dari jumlah total penduduk. Tim
Dikdas
tingkat
berhasil
Kabupaten
aeningkatkan
SLTP/sederjat
dari
Daerah Tk.
angka
81,46%
transisi
pada
tahun
telah
pendu
menacapai
Koordinasi
II
Wajar
Bandung
dari
Tk.
SD/MI
1993/94
telah
ke
aenjadi
84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut
- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94
= 79.442 orang
- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat
- Jalur sekolah
= 56.458 (71,67%)
- Jalur luar sekolah
=
7.651
(9,63%)
- Luar Kabupaten Bandung =
2.798
(3,52%)
Jumlah
66.907 (84,22%)
14
Kondisi
Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di
Kabupaten
Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari
Wajar Dikdas tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD
bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada tang
gal 2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998 telah aeaberikan
hasilnya dengan aeningkatnya angka partisipasi penduduk
usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994
telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak 471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar Dikdas 9
Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah
berha
sil aeningkatkan angka aelanjutkan lulusan SD/MI ke
SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,
pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia
Koordinasi
Wajar
Dikdas
9 Tahun
Kabupaten
Bandung
1993/1994 dan 1994/1995).
Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk
yang berada di SLTP/MTs sebanyak 126.417 orang, Jualah
penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak
88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI
sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun
yang
berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti
prograa paket B sebanyak 4.940. Untuk aengetahui angka
pertisipasi penduduk usia 13-15 tahun di SLTP/MTs dapat
dilihat di bawah ini.
15
a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)
1) Julah penduduk usia 13-15 tahun
= 253.723 orang
2) Jualah siswa SLTP/MTs
= 126.417 orang
126.417
GER SLTP/MTs
x 100
= 49,82 %
253.723
b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)
1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun
= 253.723 orang
2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs= 88.479 orang
88.479
— x 100
NER SLTP/MTs
= 34,87 %
253.723
Jualah
ruangan
belajar untuk SLTP/MTs untuk
tahun
1993/1994 sebanyak 2556 ruangan. Bila dilihat jualah
penduduk usia 13-15 tahun dan rasio perbandingan kelas
tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang dibutuhkan
untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany
ak
6343
ruangan. Ini berarti bahwa di
Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak
3787 buah.
Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa
ten DT. II Bandung dapat dilihat dalaa tabel di bawah ini.
16
KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG
Bidang Studi
A
B
K
1
PMP
2
Bahasa Indonesia
Bahasa Ingris
148
282
201
314
317
275
140
274
146
342
245
348
353
342
146
168
60
44
35
36
67
6
No
3
4
5
Matiaatika
IPA
IPS
6
7
8
9
10
11
Agaaa
Penjas-kes
Ketraapilan
Kesenian/Keraj inan
Muatan Lokal
BP/BK
12
—
Jualah
L
2
-
~
w
"~
•"
106
•*
~
247
175
127
161
347
405
170
278
2.500
3.002
697
86
*"
•"
144
A Jualah Guru yang ada
B. Jualah Guru yang dibutuhkan
K. Kekurangan Guru
L. Kelebihan guru
Suaber: TKW 9 tahun Kabupaten
D.T II Bandung 1994/95.
Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat
beberapa
butir
peranserta aasyarakat dalaa peabangunan
pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan jenis
pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar. Pendidikan
di dalaa
sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD
kecil,
SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP
terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar
yang dapat dilakukan aasyarakat aelalui pendidikan luar
sekolah
baik tingkat SD aaupun tingkat SLTP antara
lain
penyediaan teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan pro
graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.
Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan
aeaberikan bantuan
tenaga kependidikan untuk pelaksanaan
prograa pendidikan dan pengajaran, bimbingan dan latihan
bagi peserta didik. Memberikan bantuan tenaga ahli untuk
17
aelaksanakan
kegiatan
belajar
aengajar
dan
penelitian
serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan aenye-
lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan
oleh
Peaerintah
peabangunan
untuk aenunjang pendidikan
dan
nasional, dapat aengadakan forua
program
koaunikasi,
konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara
pendidikan
yang bersangkutan (PP No. 39).
Koordinasi
antar
Wajar Dikdas aeafokuskan pada
instansi
dalaa penuntasan Wajar
koordinasi
Dikdas
9
tahun,
yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi
oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya
peran
aeaobilisasi
serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi
masalah
yang
dihadapi
dalaa
aasalah-
rangka aenuntaskan
Wajar
Dikdas 9 tahun.
Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah
pertumbuhan
enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan
pengadaan
guru,
jenis pendidikan, dan
belajar,
geografis,
transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar
serta
di dalam
kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen
didikan
yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi
Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran
orang
tua murid agar merasa terpanggil
Tia
kepada
untuk aendorong
anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
B.
FOKUS MASALAH
Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat
aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar
9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas
Dikdas
9 Tahun
18
mengatasi
kekurangan gedung/ruangan belajar untuk
pung
lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung
yang
sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi
rangan
guru
dalam rangka menampung anak
menam
oleh
SLTP
keku
lulusan
SD/MI?
Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan
prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim
Koordinasi
untuk
menanggulangi
kekurangan
dana
dalam
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang
beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal,
masyarakat
perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan
tian
perha-
orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula
Koordinasi
aerasa
meaotivasi
kesadaran
orang
terpanggil untuk aeaotivassi
berkewajiban
tua
aurid
anak-anaknya
Tim
agar
merasa
untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.
Bagaiaana Tia Koordinasi departeaen, leabaga peaerintah,
dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran
sendiri
untuk
Dikdas,
ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar
baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.
C.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Uaua
Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk
aengindenti-
fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor
dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan per-
aasalahan
yang
mendukung dan haabatan dalaa
pelaksanaan
Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe
aecahan
aassalah yang
pendidikan dasar.
dihadapi dalaa
rangka
peaerataan
19
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk aendeskripsikan dan aenganalisis:
a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekuran
gan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;
b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk aenaapung
anak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas
9
tahun;
c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkait
untuk aeaotivasi aasyarakat agar dengan kesandaran
senditi ikut berpatisipasi dalam penuntasan Wajar
Dikdas 9 tahun;
d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.
dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;
e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun.
Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)
sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitian
ini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasi
antarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9
tahun di maBa yang akan datang.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian
yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebut
diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran
gan sarana dan prasaran dalam rangka penuntasan Wajar
20
Dikdas 9 tahun?
2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak
kurang
aaapu?
3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk
aeaotivasi
aasyarakat
agar
aerasa
terpanggil
ikut
berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?
4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan
koordinasi
antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
di
Propinsi Jawa Barat?
5. Bagaiaana cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya
di
lapangan?
E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN
Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten
tang
koordinasi antar instansi terkait
dalaa
penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif pola
yang
aungkin
dikeabangkan untuk aasa yang
akan
datang.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis
harapkan
bagi
dapat
aengungkapkan inforaasi
yang
di-
beraanfaat
pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi
nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa
adai
bidang
pengelolaan lembaga pendidikan formal.
F.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina
si antar instansi terkait dalaa penuntasan Wajar DikdaB
9
tahun di Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan studi kasus di
21
Kabupaten
Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan
diaaksud
terkait
adalah koordinasi yang
dilakukan
koordinasi
antarinstansi
dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun
di
daerah,
yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan
subsistea pendidikan nasional.
Dalaa
konteks
seperti di atas,
instansi
pengelola
pendidikan dasar 9 tahun di Propinsi Jawa Barat adalah:
Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor
Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila
yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen Keuangan,
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor
dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia
Koordinasi
uaua
tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini
aeneliti
pelaksanaan
koordinasi
secara
penuntasan
Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
naaun
secara
khusus aeneliti bagaiaana
Wajar
Barat,
penerapannya
di
lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten
Bandung.
Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen
didikan
dasar akan berauara pada tingkat institusi
lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha
seko
aendeskrip-
sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam
praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.
Uraian
bahwa
ruang
tersebut
di atas memberikan
lingkup penelitian ini
dapat
bentuk bagan seperti di halaaan berikut:
suatu
gaabaran
dibuat
dalam
22
ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN
GBHN
INPRES
NO.l TH 94
i
1
WAJAR
_L
r->
MEN
DIKBUD
MENKO
KESRA
T
INSTANSI
TERKAIT
j_
MASALAH
->
GUBERNUR
KAWIL
DIKBUD
- -
-GEOGRAFI
I
-GURU/TUTOR
INSTANSI
TERKAIT
-DAYA
TAMPUNG
-LAHAN UGB
-EKONOMI
-APK/APM
KOORDINASI
PELAKSANAAN
->
KANDEP
DIKBUD
BUPATI
-KESADARAN
-PERSEPSI
TUGAS/FUNGSI
->
ORGANISASI
HAMBATAN
PBMECAHAN
MASALAHH
INSTANSI
TERKAIT
->
TT
KANDEP
DIKBUDCAM
CAMAT
L -J
~I
INSTANSI
TERKAIT
KEP.
DESA - - - Kep.SMP
x
INSTANSI
TERKAIT
PEMERATAAN
KUALITAS
EFISIENSI
= GARIS KOMANDO
= GARIS KOORDINASI
Kep.SD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sebagaimana
telah dirumuskan pada
bagian
pertaaa,
penelitian ini tidak bermV.ksud untuk mengungkapkan hu
bungan antar variabel melalui s^ud^Jioreiasi atau regresi
untuk
menguji hipotesis tertentu. Rumusan
masalah dalam
penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi
dalam
rangka memahami dan menjelaskan masalah yang di-
teliti melalui
komunikasi yang
intensif dengan
sumber
data.
Pendekatan penelitian seperti ini dikenal
sebagai
pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution
(1988) mengemukakan, "Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengaaati orang dalaa lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan Bereka, berusaha Beaahaai bahasa dan
tafsiran aereka tentang dunia sekitarnya."
A. LOKASI PENELITIAN
Sesuai dengan
tujuan dan
kegunaan
penelitian
ini
yaitu untuk aencari faktor pendukung dan penghaabat dalaa
pelaksanaan Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
yang dilakukan antar instansi, keaudian ingin aencari cara
peaecahan haabatan yang dihadapi di lapangan, aaka peneli
ti aeailih dan aenetapkan lokasi penelitian ini di lakukan
di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Secara khusus di
68
69
lakukan
di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Hal
ini
didasarkan pada peaikiran bahwa pelaksanaan Wajar Dikdas 9
tahun relatif aasih sangat baru, dan tokoh serta
peaikir-
peaikir tentang konsep tersebut relatif lebih banyak dari
Jawa
Barat. Peneliti berasuBsi bahwa
prograa
koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun diruauskan para pakar di Jawa
Barat.
Dengan deaikian, bila tujuan penelitian untuk aencari pola
pengeabangan koordinasi sebagai nana yang telah diuraikan
di
atas
tepat
sekali bila penelitian
ini
diadakan
di
penelitian di Kabupaten Daerah
Tingklat
II
Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Wilayah
Bandung
untuk
kecaaatan,
tingkat kecaaatan
yaitu
difokuskan
Kecaaatan Leabang,
pada
Kecaaatan
eapat
Cisarua,
Kecaaatan
Ciaahi Tengah dan Kecaaatan Padanglarang.
tiabangan
aenetapkan
dengan
tif.
eapat
kecaaatan
tersebut
pendekatan penelitian yaitu naturalistik
Penarikan
saapel dilakukan
secara
Per-
sesuai
kualita
purposive
sam
pling.
Penelitian
aenganalisis
ini
bertujuan untuk aendeskripsikan
pelaksanaan kegiatan
koordinasi
dan
penuntasan
Wajar
Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II
dung,
yaitu untuk aeaahaai dan memaknai
tentang
Ban
sesuatu
peristiwa atau prilaku manusia yang berperan dalaa
penye
lenggaraan
tujuan
tersebut,
Wajar
aaka
Dikdas 9 tahun. Untuk
penelitian ini paling
aencapai
cocok
aenggunakan
netode kualitatif ( Bogdan dan Biklen 1982: 31).
70
B. SUBYEK PENELITIAN
Subyek dalaa penelitian ini teraasuk "purpossive sam
pling, "dengan aaksud aeaperoleh data sesuai dengan fokus
penelitian. Nasution (1988:29) aenyatakan bahwa penentuan
unit saapel (responden) dianggap telah aeaadai apabila
dapat diteruskan saapai dicapai taraf "redundancy," ketuntasan artinya walaupun responden bertaabah, data baru
tidak bertaabah atau ftap. Sejalan dengan pendapat di
atas, dalaa proses penentuan banyaknya subyek penelitian
atau responden tidak dapat ditentukan sebeluanya.
Penguapulan data dalaa penelitian ini dilakukan lang
sung oleh peneliti, peneliti sebagai instruaen utaaa dalaa
penelitian kualitatif. Rasional dari karateristik peneapatan peneliti sebagai peneliti utaaa, karena peneliti da
pat aelakukan adaptasi dengan situasi lapangan penelitian
yang berubah-ubah, dan juga dapat aeaperluas pertanyaan
untuk aeaperoleh data yang terinci dan aendalaa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Nasution, 1988: 54-55).
Saapel dalaa penelitian kualitatif tidak didasarkan
pada pertiabangan statistik, tetapi berdasarkan ketuntasan inforaasi yang diperlukan. Oleh karena itu, analisis
dalaa penelitian ini bukan bertujuan untuk aeaperoleh
generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk
dicari pola yang fpat dan selanjutnya dicari aakna dari
pola tersebut.
71
Fokus penelitian ini adalah kegiatan koordinasi
dilakukan
tahun
Tia
yang
Tia Koordinasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas
di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tanhun
khususnya
Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandung. Dengan deaikian, untuk analisis
litian
9
pene
ini bersifat institusional, dalam arti yang aenja
di fokus kajian adalah leabaga-leabaga yang terkait
dalaa
penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun.
Dalaa penelitian kualitatif, jualah suaber data tidak
aenjadi
kriteria utaaa,
tetapi
lebih ditekankan pada
sejauhaana suBber data tersebut dapat aeaberikan inforaa
si
sebanyak aungkin dan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Oleh karena itu, penentuan suaber data lebih cocok
dengan
aenggunakan teknik purposif (purposive saapling),
yakni
pejabat yang dipandang dapat Beaberikan inforaasi sebanyak
aungkin tentang fokus penelitian. Suaber data utaaa dalaa
penelitian ini adalah:
1. Gubrenur
Kepala
pelaksanaannya
Kesejahteraan
Wilayah Propinsi
dilaksanakan
Jawa
Barat.
Dalaa
III
Bidang
oleh Asiten
Rakyat. Dalaa penguapulan data
aeaperoleh inforaasi dari Kepala Sub Bagian
persekolahan
dan
Kepala Sub
peneliti
Pendidikan
Bidang Pendidikan
Luar
Sekolah.
2. Kepala Kantor Wilayah Deperteaen Pendidikan dan
Kebu
dayaan. Dalaa penguapulan data peneliti aendapat infor
aasi dari Wakil PRP, Piapinan proyek Wajar Dikdas
Sekretaris proyek Wajar Dikdas 9 tahun.
dan
72
3. Kepala Kepala Kantor Wilayah Departeaen Agaaa. Dalaa
penguapulan data peneliti aendapat inforaasi dari
Kepala Bidang Perguruan Agaaa Islaa, Kepala Bidang
Pendidikan Agaaa Islaa, Kepala Sub Bagian Hubungan Masayrakat, dan Kepala Sub Bagian Pendidikan Pasantren.
4. Kepala Kantor Wilayah Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa
penguapulan data ini diwakili oleh Ibu Kepala Bagian
Tata Usaha.
7. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung Dalaa pelaksa
naannya Asisten Bidang Kesra. Dalaa penguapulan data,
peneliti aeaperoleh data dari Kepala Urusan Pendidikan
8. Kepala Kandepdikbud, Dalaa penguapulan data peneliti
neaperoleh inforaasi dari Kepala Bidang PRP dan Kepala
Seksi Pendidikan Luar Sekolah.
9. Kepala Kantor Departeaan Agaaa. Dalaa pengguapulan data
di wakili oleh Kepala Seksi perguruan Agaaa Islaa.
10.Kepala Kantor Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa penguapul
an data diwakili oleh Kasi Pengawasan.
11.Caaat Kecaaatan Leabang. Dalaa penguapulan data,
pene
liti aeaperoleh inforaasi dari Sekretasi Wilayah Kecaaa
tan Leabang.
12.Caaat Kecaaatan Cisarua, dalaa hal diwakili olek Sekre
taris Wilayah Kecaaatan Cisarua.
13.Kepala Kantor Deperteaen Pendidikan dan Kebudayaan
Kecaaatan Cisarua, di bantu oleh Penilik TK/SD dan
Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
14 Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah.
73
15.Kepala Kandepdikbud Kecaaatan Ciaahi Tengah dibantu
oleh Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
16.Kepala Kantor Departeaen Agaaa Keoaaatan Ciaahi Tengah.
17.Caaat Kecaaatan Padalarang
18.Kandepdikbud Kecaaatan Padalarang diwakili oleh Penilik
TK/SD
19.Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT Trisulatex.
Dalaa penguapulan data diwakili
Kepala
Diklat
aasing perusahaan.
20.Kepala SMP Negeri Cisarua.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Kegiatan yang dilakukan dalaa usaha aenguapulkan data
aeliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelaksanaan
penguapulan data saapai data itu diklasifikasikan dan
dikonstruksi dalaa laporan penelitian. Rangkaian
kegiatan
yang digunakan untuk aenguapulkan data adalah observasi,
wawancara,
dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut
digunakan dalaa penelitian ini dengan harapan dapat saling
aelengkapi dalaa aeaperoleh data yang diperlukan.
1.
Observasi
Teknik
observasi aerupakan teknik
penguapulan
data
yang utaaa dalaa penelitian ini. Dengan observasi diharapkan dapat diperoleh data yang benar-benar
berbagai
aktivitas
koordinasi
alaai dari
antara Depdikbud
dengan
departeaen, leabaga peaerintah dan badan swasta lainnya,
dalaa rangka peningkatan peaerataan keseapatan belajar
bagi anak usia 7-15 tahun. Observasi bertujuan untuk
74
aengaaati kegiatan koordinasi, seperti perilaku, pendapat,
persepsi,
sikap dan lain-lainnya berdasarkan
pandangan
subyek yang diteliti.
2.
Wawancara
Teknik penguapulan data dengan wawancara dalam
pene
litian naturalistik aerupakan teknik penguapulan data yang
tidak dapat
ditinggalkan,
secara terpadu
dengan
dan
harus
observasi.
selalu
Wawancara
digunakan
dilakukan
dengan cara yang tak berstruktur, di aana responden aenda
pat kebebasan dan
pikiran,
keseapatan untuk aengeluarkan buah
pandangan dan perasaannya tanpa diatur oleh
peneliti.
3. Studi Dokuaentasi
Sekalipun dalaa penelitian kualitatif kebanyakan
di-
peroleh dari suaber aanusia (human resource) aelalui ob
servasi
dan wawancara, akan tetapi ada pula suaber
bukan
aanusia, di antaranya adalah dokuaen. Dalaa penelitian ini
dokuaen
dapat dijadikan bahan triangulasi untuk aencek
kesesuaian data.
Alat
(human
penguapulan
instrument),
datanya
adalah
dan dibantu
peneliti
dengan
tape
sendiri
recorder,
kaaera foto, dan buku catatan.
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Pelaksanaan
aengikuti
oleh
S.
penguapulan
prosedur
data dalaa
penelitian
ini
atau tahap seperti yang dikeaukakan
Nasution (1988 : 33-34) yaitu
tahap eksplorasi, dan tahap member check.
tahap orientasi,
75
1. Tahapan orientasi
Orientasi
tentang
naan
dilakukan
untuk aengetahui
cecara
aasalah-aasalah yang berhubungan dengan
di
khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II
Orientasi peneliti lakukan pada Kantor Wilayah
dan
pelaksa
koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9 tahun
Barat,
koordinasi
Jawa
Bandung.
Departeaen
Kebudayaan, khususnya yang berkaitan dengan
naan
jelas
pelaksa
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun.
Dalaa
Orientasi Peneliti aengaaati Struktur Organisasi Tia Koor
dinasi
yang ada, tugas dan fungsi aasing-aasing
instansi
terkait, hasil-hasil rapat, hasil peaantau, rencana
tia
koordinasi
yang telah ada,
dan
kerja
ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalaa pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar
Dikdas. Diri hasil orientasi tersebut peneliti yakin betul
bahwa pelaksanan koordinasi wajar Dikdas 9 tahun dapat dan
aeBenuhi syarat untuk diteliti. Di saaping itu,
orientasi
juga bertujuan untuk aeruauskan langkah-langkah dan
lah
yang akan dite-liti yang berkaitan dengan
aasa
aasing-aa
sing instasi terkait yang dianggap perlu dijadikan
saapel
penelitian sebagai nana yang telah dijelaskan di atas.
2. Tahap eksplorasi
Pada
sehingga
tahap eksplorasi fokus penelitian sudah
dalaa penguapulan data sudah
terarah.
Obsepasa
dan wawancara diarahkan pada hal-hal yang dianggap
hubungannya dengan
fukus penelitian.
Untuk
inforaasi yang mendalam diperlukan informan dan
jelas,
banyak
aendapatkan
responden
76
yang berkoapeten dan aeapunyai pengetahuan yang cukup
banyak tentang aasalah yang diteliti.
K. PROSES PENGUMPULAN DATA
Studi tentang Koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9
tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, dengan
mengaabil saapel Kabupaten Bandung, yaitu Kecaaatan Lea
bang, Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah, dan
Kecaaatan Padanglarang.
Penelitian di Kecaaatan Leabang difokuskan pada ben
tuk dan struktur organisasi Tia Koordinasi. Di Kecaaatan
Cisarua difokuskan pada proses pengelolaan SMP kelas jauh.
Di Kecaaatan Ciaahi Tengah difokuskan pada Pengelolaan
Paket B di perusahaan, dan di Kecaaatan Padalarang difo
kuskan pada pengelolaan Paket B secara uaua.
Berdasarkan surat izin penelitian dari Direktorat
Sosial Politik Propinsi Daerah Tk. I Jawa Barat Noaor
070.1/1351/ 1995 yang ditujukan kepada Assekwilda I pada
Sekwilda Tk I Jawa Barat, aaka peneliti aelakukan observa
si di Peada Tingkat I Jawa Barat. Observasi ini dilaksana
kan pada tanggal 21 April 1995. Dalaa observasi tersebut
peneliti berusaha untuk aengetahui tentang unit organisasi
yang bertugas dan bertanggungjawab secara langsung aelaku
kan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dari hasil observasi, ternya-
ta pelaksana koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Assekwilda III pada Setwilda Tk I. Secara khusus
77
dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian Pendidikan Perseko
lahan dan
Kepala
Sub Bagian Pendidikan
Luar Sekolah.
Setelah peneliti yakin bahwa yang paling berperan dalaa
pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Kepala Sub bagian Pendidkan Persekolahan dan Kepala
Sub Bagian Pendidikan Luar Sekolah, aaka pada hari itu
juga peneliti aelakukan perteauan dengan Kepala Sub Bagian
Pendidikan Luar Sekolah. Dari hasil perteauan dengan Ibu
Kepala Sub Pendidikan Luar sekolah, beliau langsung ae-
nyanggupi untuk aeneriaa peneliti untuk diwawancarai.
DalaB wawancara yang dilakukan secara bebas dengan aenggu
nakan garis-garis besar pedoaan wawancara dan dibantu
dengan tape recorder, kaaera foto, dan buku catatan,
wawancara berlangsung dengan baik.
Hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian Pendi
dikan Luar sekolah tersebut langsung peneliti klasifikasikan dan analisis seacara singkat, keaudian dikonferaasikan
keabali pada ibu yang bersangkutan. Setelah hasil klasifikasi data tersebut disetujui oleh ibu,
aaka peneliti
aenjuapai Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Bapak
Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan juga pada hari
itu ainta agar wawancara dilakukan, karena pada hari
yang
lain beliau ada kesibukan.
Hasil
wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian
Pendi
dikan Luar Sekolah wawancarai lagi dengan Kepala Sub
Bagian Pendidikan Persekolahan. Wawancara diaulai dengan
78
aengecek kebenaran hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sub
Bagian Pendidikan Luar sekolah. Ternyata Kepala Sub
Bagian Pendidikan Persekolahan sependapat dengan hasil
wawancara
dengan
Sekolah.
Ibu Kepala Sub bagian
Keaudian, wawancara dilanjutkan
Pendidikan
dengan
Luar
hal-hal