KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI JAWA BARAT : Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung Tentang Koordinasi Antar Instansi.

KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT

(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh
KHAIRUDDIN
N1M: 9332001

BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA

ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996


KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT

(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh
KHAIRUDDIN
NIM: 9332001

BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA


ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996

DISETUJUI OLEH TIM PEMBIMBING

Sebagai Bahan Ujian Tahap II

//cl^a^h
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, SH, M.PA
PEMBIMBINBG I

PROF. DR. H.HUHAMMAD \,FAKRY GAFFAR, M.Ed
~
PEMBIMBING II
~

Disetujui Oleh:

Koordinator Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana
IKIP Bandung

Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, SH, M.PA

ABSTRAK

Khw-irnHriin:

KnnrHinasi Pwmintaaan Waj ib Bfllajar E Xahlin.

Jjuta Barat fst.ndi Kasua di Daerah Tingkat. II Kabupaten

di

Bjin^

dung, ten tang KnnrdinwHi Aniar Tnstasi Terkait)
Wajib Belajar adalah, adalah wajib bagi anak-anak
telah


berusia

selaaa

6

tahun

untuk aeaasuki

yang

pendidikan

beberapa tahun sesuai dengan ketentuan

dasar

negara


yang

bersangkutan. Wajib Belajar 9 tahun di Indonesia

ifengandung

arti

terbukanya

sebagai "Universal basic eduoation"

yaitu

keseapatan secara luas bagi seaua peserta didik untuk

aeaa

suki pendidikan dasar. Jadi, sasaran utaaanya adalah


aenua-

buhkan

aspirasi orang tua terhadap pendidikan

dan

peserta

didik untuk aeaasuki pendidikan dasar.

Untuk aencapai sasaran dan tujuan Wajar tersebut, harus

ada

pengendalian sebagai alat untuk

aenjaain


kelangsungan

pelaksanaan kegiatan tersebut. Yang diaaksud dengan

dalian

adalah

kegiatan untuk aenjaain

pengen

kesesuaian

dengan

rencana, dengan prograa, dengan perintah-perintah, kekuatankekuatan lainnya yang ada, teraasuk tindakan-tindakan kolektif.

Koordinasi dalaa pelaksanaan suatu rencana,


aerupakan

* salah satu aspek pengendalian yang sangat penting.

Adapun

yang dijadikan saapel sebagai nara suaber

ada

lah, Gubernur Kepala Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat, Kakanwil Depdikbud, Kakanwil Depag, Kakanwil

Depnak,

Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung, Kepala Kakandepdik-

bud,


Kakandepag

Kakandepnaker,
xi

Caaat

Kecaaatan

Leabang,

Caaat

Kecaaatan

Cisarua,

Kepala

Kandepdikbud


Cisarua, Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala
Kecaaatan

Ciaahi

Tengah, Kepala

Kantor

Keoaaatan

Kandepdikbud

Departeaen

Agaaa

Kecaaatan Ciaahi Tengah, Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen
Utaaa


dan

PT Trisulatex, dan Kepala

Penguapulan

data

SMP

Negeri

dilakukan dengan observasi,

Cisarua.

wawanoa

dan

studi dokuaentasi.

Dari

kegiatan

Wajar

analisis

tersebut

diteaukan

bahwa

koordinasi antar instasi terkait dalaa

Dikdas, 9

Barat,

data

tahun di Propinsi Daerah

penuntasan

Tingkat

I

khususnya Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung

berjalan

dengan baik. Naaun dalaa

obyek

pelaksanaan

Jawa

sudah

sehari-hari

aasih teaukan penyiapangan-penyiapangan dan belua haraoninya

hubungan

bidang

antara

instasi terkait

penguapulan

peaantauan

data,

tersebut

pelaksanaan

terutaaa

rapat

dan evaluasi, pengaturan sarana

dalaa

pelaksanaan

dan

prasarana,

pengaturan tentang biaya.

Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun di Tingkat propinsi

didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk
Propinsi Jawa Barat No. 4 Tahun 1993 tentang Pedoaan

I

Pelak

sanaan Prograa Wajar Dikdas Tingkat Propinsi. Tia Koordinasi

Wajar

Dikdas

Keputusan

9 Tahun Tingkat Kabupaten

Bupati

Kepala

421.1/SK.432-Sosial/1994.
tahun

Kecaaatan

Caaat Kecaaatan

berdasarkan

Daerah Tingkat

Tia

Koordinasi

Leabang didasarkan

pada

II

Surat

Bandung

No.

Wajar

Dikdas

9

Surat

keputusan

Leabang No. 421.9/SK Ol-Keaasy/1992. Sedang
xii

Tia

Koordinasi

Wajar Dikdas 9 tahun

Tengah, Kecaaatan Cisarua,
foraal

belua

dengan

penelitian

di

Kecaaatan

Ciaahi

dan Kecaaatan Padalarang, secara

dibentuk. Di tingkat Desa/

Kelurahan

saapai

di-bentuk

secara

Gubernur, Bupati, Caaat dan Kepala Desa sebagai

Kepala

ini

dilakukan

belua

foraal Tia Koordinasi Wajar Dikdas.

Peaerintah

sebagai

Daerah

di

tingkatnya

aasing-aasing

berfungsi

penanggung jawab. Kepala Kantor Depdikbud

aengobtiaalisasikan
Kepala

operasi

persekolahan

berusaha

tingkat

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan aeaberikan

dorongan

kepada taaatan SD untuk aelanjutkan ke tingkat SLTP.
Kantor

Departeaen

prograa

Paket

upaya

aadrasah

B di pondok pesantren,

serta

aengendalikan

penyuluhan

Departeaen

aelalui forua yang ada.

dan

aenyelenga-

Kepala

Kantor

Tenaga Kerja berusaha untuk aenjeabatani

terse-

lenggaranya

angkatan

Kepala

Agaaa aeningkatkan

kawin auda. Kepala Kantor Departeaen Penerangan

rakakan

SLTP,

Wajar Dikdas 9 tahun dengan aengendalikan

kerja,

nenbantu penyelenggaraan Prograa

usia

Paket

bagi pekerja usia pendidikan dasar yang telanjur bekerja

B
di

perusahaan. Dan Instansi terkait lainnya aasih terbatas pada
peaberian laporan dalaa rapat-rapat Tia koordinasi,

sekali-

gus

pertia-

diaanfaatkan oleh Tia Koordinasi sebagai bahan

bangan

Wajar

dalaa

Dikdas

aeruauskan rencana

9

kebijaksanaan

Tahun. Tanggung jawab

Kepala

penuntasan

SMP

adalah aeaberikan penjelasan kepada orang tua aurid

Negeri
tentang

Wajar Dikdas, aengangkat guru honorer, aeaberikan keringanan
xiii

atau peabebasan dari Dana Bp3, aengusahakan orang tua

asuh,

aencarikan suaber dari Badan Aaal Zakat dan aendorohg

aurid

agar terus aelajutkan sekolah.

Haabatan yang aenonjol adalah aasalah dana,
san

tenaga, sarana dan prasarana, sistea

berjalan

dengan

dengan

keterbata-

koaunikasi

baik, dan sikap keterbukaan

belua

baik. Ada pergeseran pandangan aasyarakata

pendidikan

sebagai

andalan

aasyarakat

untuk

belua
tuabuh

terhadap

aeaperbaiki

kehidupan di aasa yang akan datang.

Untuk aengatasi permasalahan tersebut di atas

kebijakan

tidak

untuk

meringankan biaya sekolah bagi

aaapu, pengeabangan SMP Kelas jauh dan

diteapuh

anak

SMP

yang

Terbuka,

pengoptiaalisasian koordinasi antarinstansi terkait, aeningkatkan publikasi Wajar Dikdas 9 tahun, dan aelakukan
naan

aasyarakat

lebih intensif.

Masalah

kesadaran

belajar prograa Paket B diteapuh aelalui peabinaan

peserta

didik.

Kepada aasyarakat diberi

peabi-

kesadaran

warga

terhadap

bahwa

pendidikan itu adalah kewajiban setiap auslia, bukan seaataaata untuk aeningkatkan penghasilan.

xiv

BAB

I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk

aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga
badan

swasta lainnya telah dipikirkan sejak

deka.

Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang

Indonsia

1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk

politik pemerintahan dan
negara,

para

dan

koordinasi dalaa

aenteri bekerja saaa satu saaa

aer-

Dasar

aenetapkan

peaerintahan
lain

seerat-

eratnya di bawah piapinan Presiden".

Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan

untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan

sistea

peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia
No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi

Sipil,

1988,

Peaerintahan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun

tentang Koordinasi Kegiatan

Instansi Vertikal di

daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi
Bidang

Kesejahteraan

Rakyat

No.

01/-Kep/Menko/Kesra/1991

tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu
san

Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No.

18/

Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi

Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan Pemerintah
Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun
Pemerintahan

Sipil

pasal

1 disebutkan

usaha untuk aengadakan kerja saaa yang
antara dinas-dinas di Daerah.

Republik
Koordinasi

"Koordinasi
erat dan

ialah
efektif

Dalam

Peraturan Peaerintah Republik Indonesia Nomor

6

tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di

Daerah,

pasal

1 ayat (1)

menyebutkan

"Koordinasi

yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah

upaya

keselarasan,

aaupun

keserasian, dan keterpaduan

pelaksanaan

vertikal,

tugas

serta

seaua

guna

baik

adalah

aencapai

perencanaan

kegiatan

instansi

dan antara instansi vertikal dengan Dinas

Daerah

agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang

pelaksa

naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:

(1)

Menteri

Koordinasi Bidang

Kesejahteraan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Rakyat,

(3) Menteri Dalaa Negeri,

(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa
Instruksi

Presiden

Noaor

1 Tahun

(2)

1994

laapiran

disebutkan

Wajar

Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di
seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7

saapai

15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau

didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan

tuan

pen
keten-

aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan

oleh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai

dinasi

pelaksanaan

Wajar Dikdas

ditetapkan

oleh

koor

Menteri

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Untuk

atas,

aenindaklanjuti Instruksi Presiden

tersebut

dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang

di

Ke

sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang
Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan

ini

disebutkan

bahwa pelaksanaan koordinasi

Wajar

Dikdas

dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang

selanjutnya

dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan

sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.
Memperhatikan

pernyataan tersebut di atas dapat

dike-

mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi

anak

usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan

dunia

kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis
antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan

aen,

leabaga

peaerintah,

dan badan

swasta

departe

lainya.

karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan

Oleh

aengelo-

lanya secara profesional.
Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai

penyelenggaraan

prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan Pertaaa,

SLTP

Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang

oleh

dikelola

oleh

Depdikbud,

serta

Madrasah Tsanawiyah

Departemen

Agama.

Jenis pendidikan yang termsuk jalur

didikan

luar

sekolah terdiri atas

didikan keagaaaan,
Sistem

yang

dikelola

pendidikan

pen

uaua,

pen

dan pendidikan kejuruan.

pendidikan nasional adaalah

suatu

keseluruhan

yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan

berkaitan

satu

sama lain

untuk

mengusahakan

yang

tercapainya

tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid

ikan

nasional bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa

aengeabangkan

aanusia

yang

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

beriaan

Indonesia seutuhnya,

yaitu

dan

manusia

Esa

berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

dan

kese-

hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).

Memperhatikan rumusan sistea pendidikan dan tujuan
pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pen
didikan yang dianut di Indonesia bukan hanya seaata-aata
dilaksanakan oleh pemerintah dalam persekolahan. akan tetapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,
serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UU
No.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran ke-giatan

belajar aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar
sekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin
tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga peaer

intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser
ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.
Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan

rencana

dan pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun perlu dibentuk wadah
kerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer

intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat, propin
si, kabupaten/kotamadya, dan kecaaatan. Kerja saaa ini
dikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di tingkat

pusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat
daerah (Depdikbud, 1993:32).

1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa Barat

Hasil penelitian pendahuluan tentang Koordinasi Pe
laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.

Selaaa

dengan

perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun

tanggal

Tahun

Propinsi

2 Mai 1994 Tia Koordinasi
Daerah Tingkat I

Jawab

Wajar
Barat

saapai

Dikdas

9

aenggunakan

angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans
isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut

kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.

Upaya
nasinya

Pemerintah Daerah dengan perangkat

telah

51,70%

pada

1992/1993,

berhasil aeningkatkan

tahun

dan

1991/1992

pada

tahun

angka

aenjadi
1993/1994

Tia

Koordi-

transisi

80,40%

pada

aeningkat

dari

tahun

aenjadi

87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.
Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada
tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut
bukan

lagi

angka

SLTP/sederajat,

transisi lulusan

SD/MI

aelanjutkan

aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13

saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka

sipasi

(AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi

(APK/GER)

dan

angka partisipasi

aurni

(NER)

parti

kasar

sebagaiaana

terdapat dalaa tabel di bawah ini.
TABEL

1

ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994
No.

Anak Usia

Jualah

2.

Siswa SLTP/MTs
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 th

1.235.152
913.212

3.

Total penduduk usia 13-15 th

2.607.729

1.

APR (GER)
APM (NER)

ke

1 : 3 x 100%
2 : 3 x 100%

47,37%
35,02%

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
Jawa Barat 1994/1995

Angka partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 1315 tahun

tat

pada tahun ajaran 1993/94

di jalur sekolah terca-

52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran

1994/95 angka

partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di
jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan
Wajar

Dikdas 9 Tahun telah aeaberikan

hasil peningkatan

angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.

Untuk

aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang

berada di jalur persekolahan Tia

Koordinasi

belua

aengeabangkan

Prograa Paket B (pendidikan luar sekolah) dengan bobot
aateri

setara dengan SLTP. Upaya ini

berhasil
tahun

untuk aeningkatkan angka aelanjutkan

awal

1993/1994

pada aulanya cukup

pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun.

pada
Pada

aaapu aengakoaodasikan haapir 18% dari

tahuntahun

lulusan

SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada
Tingkat I dan Tingkat II aelalui APBD aeabantu aea-biayai
penyelenggaraan Paket B sebesar 4,2 ailyar rupiah. Dalaa
rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka partisipasi
penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang harus
dikaji adalah faktor daya tampung, di samping itu, faktor
tenaga (guru dan tutor).

Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip
asi

di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995 aenun-

jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran
1993/1994, namun bila dilihat dari prosentase aengalaai

penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

TABEL 2

PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MI
TAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/
SEDERAJAT DI JAWA BARAT

Jualah Tahun
Tahun
lulusan lulusan aelan

jutkan
1991/92
1992/93
1993/94

Total

Angka aelanjutkan

Lulusan SD/MI

Jalur sekolah
Jualah

706.711 1992/93 441.839
760.596 1993/94 530.944
789.189 1994/95 586.173

Jalur luar sekolah

%

Jualah

62,53
69,78
74,40

128.276
136.131
75.418

%
%

%

17,87 80,40
17,89 87,67
9,56 83,96

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995

Data

dalam tabel di atas menunjukkan bahwa

angka

lu

lusan yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah aulai
tahun

1991/1992 saapai dengan 1994/1995

kenaikan
luar

aenunjukkan

angka

rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui

jalur

sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu

ae-

nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun 1994/95
aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya

aaa-pu

aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.
Peningkatan angka melanjutkan secara keseluruhan dari
tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan
pada 1993/1994 ke 1994/1995 aengalaai penurunan sebesar
4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan

di

bawah ini.

a. Jualah

lulusan

SD/MI tahun

1993/1994

(789.189

orang)

aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun
1992/1993 (760.956 orang). Lulusan tahun 1994/ 1995 juga

8

aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan
daya

tampung relatif tidak seimbang

dengan

pertumbuhan

lusan SD/MI.

b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur
lah
ke

jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang
luar

Propinsi Jawa Barat) bila

seko

aelanjutkan

dibandingkan

dengan

angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada
kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.

c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja
ran

1994/1995 (9,56%),

mengalami penurunan

berarti bila dibandingkan dengan

yang

sangat

angka melanjutkan tahun

1993/1994 (17,89%).
2. Angka Pertisipasi

Angka
pada

partisipasi penduduk Jawa Barat di

tahun

1994/1995 pada

umumnya

mengalami

persekolahan
peningkatan

dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka

parti

sipasi

40,96%

aurni

(aengalaai
aurni

pada tahun

kenaikan

tahun

1994/1995 aencapai

sebesar 5,67% dari

pelajaran 1993/1994).

Angka

angka

angka

partisipasi

ini

aenunjukkan

bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah

dite

tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa
tabel di

bawah

ini.

Tabel

ANGKA PARTISIPASI KASAR

3

DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI

DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95

No

T

Anak

T

Usia

J

u »

1

a

h

Siswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun

1.380.504
1.119.290

Total Penduduk usia 13-15 Tahun

2.799.954

Siswa SLTP/MTs

1
2

APK (GER) (1) : (3) x 100%

48,85 %

(3) x 100%

39,98 %

APM (NER) (2)

Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi

Jawa

Barat 1994/95.

3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di
Jalur

Sekolah

Anak

akan

usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada

tetapi

juga ada yang masih di SD dan

ada

di

juga

SLTP,

yang

telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi

penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka
digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi
13

s.d

15

tahun penduduk Jawa

Barat

1994/94 dilihat dalam tabel di bawah ini.

dapat

untuk

usia
tahun

10

TABEL 4

ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUN
DI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995

Jumlah Penduduk

Jenis Sekolah

2.799.954

Sekolah Dasar

SD/MI

Porsentase

Jualah

296.633

10,59

932.763
264.763

29,74
10,24

296.633

10,59

85.481
1.968

3,09
0,07

1.504.261

53,72

SLTP

1.
2.

SMP
NTs

SLTA

1. SMA/SMK
2.

Angka Partisipasai

MA

Penduduk Usia

13 s.d 15 tahun

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi

Jawa

Barat 1994/95.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat

Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang

bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana
adalah

ruangan

kelas/belajar dan

guru.

mendasar

ter-sebut

Berikut

gambaran

keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa
Barat

menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya

Departemen

pada

Pendidikan

tahun

tampung

1994/95

dan

dan Kebudayaan Propinsi

dalam

menanggulangi

Jawa

Kanwil

Barat

kekurangan

daya

program

Wajib

guru dalam kerangka penuntasan

belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.

Pada

tercatat

tahun

pelajaran 1993/94 di Propinsi

2.357 SLTP Negeri dan Swasta dengan

Jawa

Barat

jumlah

kelas

11

seluruhnya

dari

25.401

ruangan belajar. Jualah ini

aasih

yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an

jauh

secara

Na

sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan

aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas
dibutuhkan

usia

untuk dapat menampung seluruh penduduk

13-15

tahun

(pada

tahun

1994

jualahnya

yang

keloapok

sebanyak

2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.

b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk
Data

1994/95

kelas I di Jawa Barat.

di

atas aenunjukkan bahwa pada

angka

melanjutkan lulusan SD/MI

tahun

ke

pelajaran

SLTP

jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu

melalui

mendapat

perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi

keku

rangan

ruangan

kelas. Adapun kondisi

tingkat

SLTP

di Propinsi Jawa Barat

tabel

bawah

ini.

di

Tabel

daya

tampung

jalur

dapat

dilihat

dalam

5

JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DAN
DAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95

No

Lulusan/Melanjukan

1
2
3

Lulusan SD/MI

Daya Tampung

Melanjutkan ke SLTP
Tersedia utk kls I
- Kls. Jauh
- SMP Terbuka

Penambahan melalui
APBN dan OECF

4

Jualah

789.189
662.671
518.178
21.264
1.060

orang
orang
orang
orang
orang

50.545 orang

Total daya tampung

5

tersedia utk kls I

Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I

591.047 orang

71.544 orang
(10,79 %)

Sumber : Tim

Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi

Barat 1994/95.

Jawa

12

5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994

Keadaan

dapat

Guru

dilihat

tersebut
rang,

SLTP di Propinsi

Jawa

dalam tabel 6 di bawah

ini.

Barat

1993/94

Dalam

disajikan jumlah guru yang dibutuhkan

tabel

yang

ku-

dan yang lebih.
Tabel

6

Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995
Menurut Kurikulum 1994

No
1

Mata Pelajaran

1993*

P

521
562
765
482
1.019
820
678
260
752
562
195
1.768
792

M

P

2

BahaBa Indonesia

3
4

Bahasa Inggris
Hatemtika
I P A
IPS

5
6
7

Bahasa Sunda
Agama

8
9
10

PSPB

Orkes/Penjas & Kes.
Ketrampilan
BP/BK
Muatan Lokal

12
13
14
15

Kerajinan &Kesenian
9.600

Jumlah

* Kurikulum 1984

1994**

Jml.Kekurangan
771

250
749
749
749
749
749

250

1.311
1.514
1.231
1.768
1.569
678
510
752
812
195
1.768
1.541
250

5.494

15.094

250

250

749

** Kurikulum 1994

Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.

Dalam

tabel tersebut dapat dilihat jualah guru

yang

ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru

yang

lebih.

Perhitungan

kebutuhan

guru

tersebut

didasarkan

kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:
a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi

pendi-

dik-an yang sesuai.

b. Setiap

guru mengajar 18 jam per minggu

Kurikulum 1994.

sesuai

dengan

13

Hasil

penelittan

Pelaksanaan

Tingkat

Wajar

pendahuluan

Dikdas

9 tahun

tentang

di

Koordinasi

Kabupaten

II Bandung, baik selama perintisan

Daerah

aaupun

dalam

pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Luas

dengan

Kabupaten

jumlahpenduduk

kepadatan
kepadatan
penduduk
orang.
tahun

Wilayah

penduduk
penduduk
usia

Bandung

sebanyak

30.207,93

3.442.261

jiwa,

tertinggi 15.437 jiwa per
rata-rata 260 jiwa

pendidikan

dasar

per

7-15

serta

km2 dan

km .

Jumlah

sebanyak

Perinciannya adalah 471.458 orang anak
dan

hektar

257.111 orang anak usia 13-15

728.569

usia

tahun

7-12

(Laporan

Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).

Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah

II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984
aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi

duk

pada kelompok

usia 7-12 tahun di SD telah

99,37%

dari jumlah total penduduk. Tim

Dikdas

tingkat

berhasil

Kabupaten

aeningkatkan

SLTP/sederjat

dari

Daerah Tk.

angka

81,46%

transisi

pada

tahun

telah
pendu

menacapai

Koordinasi

II

Wajar

Bandung
dari

Tk.

SD/MI

1993/94

telah
ke

aenjadi

84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut
- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94

= 79.442 orang

- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat
- Jalur sekolah

= 56.458 (71,67%)

- Jalur luar sekolah

=

7.651

(9,63%)

- Luar Kabupaten Bandung =

2.798

(3,52%)

Jumlah

66.907 (84,22%)

14

Kondisi

Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di

Kabupaten

Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari

Wajar Dikdas tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD
bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada tang
gal 2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998 telah aeaberikan
hasilnya dengan aeningkatnya angka partisipasi penduduk
usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994

telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun

sebanyak 471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar Dikdas 9
Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah

berha

sil aeningkatkan angka aelanjutkan lulusan SD/MI ke
SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,
pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia
Koordinasi

Wajar

Dikdas

9 Tahun

Kabupaten

Bandung

1993/1994 dan 1994/1995).

Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten

Daerah

Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk
yang berada di SLTP/MTs sebanyak 126.417 orang, Jualah
penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak
88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI
sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun

yang

berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti

prograa paket B sebanyak 4.940. Untuk aengetahui angka
pertisipasi penduduk usia 13-15 tahun di SLTP/MTs dapat
dilihat di bawah ini.

15

a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)

1) Julah penduduk usia 13-15 tahun

= 253.723 orang

2) Jualah siswa SLTP/MTs

= 126.417 orang

126.417

GER SLTP/MTs

x 100

= 49,82 %

253.723

b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)

1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun

= 253.723 orang

2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs= 88.479 orang
88.479

— x 100

NER SLTP/MTs

= 34,87 %

253.723

Jualah

ruangan

belajar untuk SLTP/MTs untuk

tahun

1993/1994 sebanyak 2556 ruangan. Bila dilihat jualah
penduduk usia 13-15 tahun dan rasio perbandingan kelas
tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang dibutuhkan
untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany

ak

6343

ruangan. Ini berarti bahwa di

Kabupaten

Daerah

Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak
3787 buah.

Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa

ten DT. II Bandung dapat dilihat dalaa tabel di bawah ini.

16

KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG
Bidang Studi

A

B

K

1

PMP

2

Bahasa Indonesia
Bahasa Ingris

148
282
201
314
317
275
140
274

146
342
245
348
353
342
146
168

60
44
35
36
67
6

No

3
4
5

Matiaatika
IPA
IPS

6
7
8
9
10
11

Agaaa

Penjas-kes
Ketraapilan
Kesenian/Keraj inan
Muatan Lokal
BP/BK

12



Jualah

L
2

-

~

w

"~

•"

106

•*
~

247
175
127

161
347
405

170
278

2.500

3.002

697

86

*"

•"

144

A Jualah Guru yang ada

B. Jualah Guru yang dibutuhkan

K. Kekurangan Guru

L. Kelebihan guru

Suaber: TKW 9 tahun Kabupaten

D.T II Bandung 1994/95.

Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat

beberapa

butir

peranserta aasyarakat dalaa peabangunan

pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan jenis
pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar. Pendidikan
di dalaa

sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD

kecil,

SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP
terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar

yang dapat dilakukan aasyarakat aelalui pendidikan luar
sekolah

baik tingkat SD aaupun tingkat SLTP antara

lain

penyediaan teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan pro
graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.

Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan

aeaberikan bantuan

tenaga kependidikan untuk pelaksanaan

prograa pendidikan dan pengajaran, bimbingan dan latihan
bagi peserta didik. Memberikan bantuan tenaga ahli untuk

17

aelaksanakan

kegiatan

belajar

aengajar

dan

penelitian

serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan aenye-

lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan
oleh

Peaerintah

peabangunan

untuk aenunjang pendidikan

dan

nasional, dapat aengadakan forua

program

koaunikasi,

konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara

pendidikan

yang bersangkutan (PP No. 39).

Koordinasi

antar

Wajar Dikdas aeafokuskan pada

instansi

dalaa penuntasan Wajar

koordinasi

Dikdas

9

tahun,

yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi
oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya

peran

aeaobilisasi

serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi

masalah

yang

dihadapi

dalaa

aasalah-

rangka aenuntaskan

Wajar

Dikdas 9 tahun.

Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah

pertumbuhan

enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan

pengadaan

guru,

jenis pendidikan, dan

belajar,

geografis,

transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar

serta

di dalam

kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen

didikan

yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi

Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran

orang

tua murid agar merasa terpanggil

Tia

kepada

untuk aendorong

anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
B.

FOKUS MASALAH

Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat

aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar
9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas

Dikdas
9 Tahun

18

mengatasi

kekurangan gedung/ruangan belajar untuk

pung

lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung

yang

sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi

rangan

guru

dalam rangka menampung anak

menam

oleh

SLTP
keku

lulusan

SD/MI?

Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan
prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim
Koordinasi

untuk

menanggulangi

kekurangan

dana

dalam

penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang
beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal,

masyarakat

perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan
tian

perha-

orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula

Koordinasi
aerasa

meaotivasi

kesadaran

orang

terpanggil untuk aeaotivassi

berkewajiban

tua

aurid

anak-anaknya

Tim
agar

merasa

untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.

Bagaiaana Tia Koordinasi departeaen, leabaga peaerintah,
dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran

sendiri

untuk

Dikdas,

ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar

baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.
C.

TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Uaua

Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk

aengindenti-

fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor
dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan per-

aasalahan

yang

mendukung dan haabatan dalaa

pelaksanaan

Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe
aecahan

aassalah yang

pendidikan dasar.

dihadapi dalaa

rangka

peaerataan

19

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk aendeskripsikan dan aenganalisis:

a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekuran
gan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;
b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk aenaapung
anak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas
9

tahun;

c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkait
untuk aeaotivasi aasyarakat agar dengan kesandaran
senditi ikut berpatisipasi dalam penuntasan Wajar
Dikdas 9 tahun;

d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.
dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;

e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun.

Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)

sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitian
ini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasi
antarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9
tahun di maBa yang akan datang.
D. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian

yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebut
diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran

gan sarana dan prasaran dalam rangka penuntasan Wajar

20

Dikdas 9 tahun?

2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak

kurang

aaapu?

3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk
aeaotivasi

aasyarakat

agar

aerasa

terpanggil

ikut

berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?
4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan

koordinasi

antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun

di

Propinsi Jawa Barat?

5. Bagaiaana cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya

di

lapangan?

E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN

Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten

tang

koordinasi antar instansi terkait

dalaa

penuntasan

Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif pola
yang

aungkin

dikeabangkan untuk aasa yang

akan

datang.

Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis

harapkan

bagi

dapat

aengungkapkan inforaasi

yang

di-

beraanfaat

pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi

nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa

adai
bidang

pengelolaan lembaga pendidikan formal.
F.

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina

si antar instansi terkait dalaa penuntasan Wajar DikdaB

9

tahun di Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan studi kasus di

21

Kabupaten

Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan

diaaksud

terkait

adalah koordinasi yang

dilakukan

koordinasi

antarinstansi

dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun

di

daerah,

yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan
subsistea pendidikan nasional.

Dalaa

konteks

seperti di atas,

instansi

pengelola

pendidikan dasar 9 tahun di Propinsi Jawa Barat adalah:
Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor
Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila
yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen Keuangan,
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor

dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia
Koordinasi

uaua

tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini

aeneliti

pelaksanaan

koordinasi

secara

penuntasan

Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

naaun

secara

khusus aeneliti bagaiaana

Wajar
Barat,

penerapannya

di

lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten
Bandung.

Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen

didikan

dasar akan berauara pada tingkat institusi

lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha

seko

aendeskrip-

sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam
praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.
Uraian

bahwa

ruang

tersebut

di atas memberikan

lingkup penelitian ini

dapat

bentuk bagan seperti di halaaan berikut:

suatu

gaabaran

dibuat

dalam

22

ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN
GBHN

INPRES
NO.l TH 94
i

1

WAJAR

_L

r->

MEN
DIKBUD

MENKO
KESRA
T

INSTANSI
TERKAIT
j_

MASALAH

->

GUBERNUR

KAWIL
DIKBUD

- -

-GEOGRAFI

I

-GURU/TUTOR
INSTANSI
TERKAIT

-DAYA
TAMPUNG
-LAHAN UGB
-EKONOMI

-APK/APM

KOORDINASI

PELAKSANAAN
->

KANDEP
DIKBUD

BUPATI

-KESADARAN
-PERSEPSI

TUGAS/FUNGSI

->

ORGANISASI
HAMBATAN
PBMECAHAN
MASALAHH

INSTANSI
TERKAIT

->

TT

KANDEP
DIKBUDCAM

CAMAT

L -J

~I

INSTANSI
TERKAIT

KEP.

DESA - - - Kep.SMP

x

INSTANSI
TERKAIT

PEMERATAAN
KUALITAS
EFISIENSI
= GARIS KOMANDO

= GARIS KOORDINASI

Kep.SD

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Sebagaimana

telah dirumuskan pada

bagian

pertaaa,

penelitian ini tidak bermV.ksud untuk mengungkapkan hu
bungan antar variabel melalui s^ud^Jioreiasi atau regresi
untuk

menguji hipotesis tertentu. Rumusan

masalah dalam

penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi
dalam

rangka memahami dan menjelaskan masalah yang di-

teliti melalui

komunikasi yang

intensif dengan

sumber

data.

Pendekatan penelitian seperti ini dikenal

sebagai

pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution
(1988) mengemukakan, "Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengaaati orang dalaa lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan Bereka, berusaha Beaahaai bahasa dan
tafsiran aereka tentang dunia sekitarnya."
A. LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan

tujuan dan

kegunaan

penelitian

ini

yaitu untuk aencari faktor pendukung dan penghaabat dalaa
pelaksanaan Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
yang dilakukan antar instansi, keaudian ingin aencari cara
peaecahan haabatan yang dihadapi di lapangan, aaka peneli
ti aeailih dan aenetapkan lokasi penelitian ini di lakukan
di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Secara khusus di

68

69

lakukan

di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Hal

ini

didasarkan pada peaikiran bahwa pelaksanaan Wajar Dikdas 9
tahun relatif aasih sangat baru, dan tokoh serta

peaikir-

peaikir tentang konsep tersebut relatif lebih banyak dari
Jawa

Barat. Peneliti berasuBsi bahwa

prograa

koordinasi

Wajar Dikdas 9 tahun diruauskan para pakar di Jawa

Barat.

Dengan deaikian, bila tujuan penelitian untuk aencari pola

pengeabangan koordinasi sebagai nana yang telah diuraikan
di

atas

tepat

sekali bila penelitian

ini

diadakan

di

penelitian di Kabupaten Daerah

Tingklat

II

Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Wilayah
Bandung

untuk

kecaaatan,

tingkat kecaaatan

yaitu

difokuskan

Kecaaatan Leabang,

pada

Kecaaatan

eapat

Cisarua,

Kecaaatan

Ciaahi Tengah dan Kecaaatan Padanglarang.

tiabangan

aenetapkan

dengan
tif.

eapat

kecaaatan

tersebut

pendekatan penelitian yaitu naturalistik
Penarikan

saapel dilakukan

secara

Per-

sesuai
kualita

purposive

sam

pling.

Penelitian

aenganalisis

ini

bertujuan untuk aendeskripsikan

pelaksanaan kegiatan

koordinasi

dan

penuntasan

Wajar

Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II

dung,

yaitu untuk aeaahaai dan memaknai

tentang

Ban

sesuatu

peristiwa atau prilaku manusia yang berperan dalaa

penye

lenggaraan

tujuan

tersebut,

Wajar
aaka

Dikdas 9 tahun. Untuk
penelitian ini paling

aencapai
cocok

aenggunakan

netode kualitatif ( Bogdan dan Biklen 1982: 31).

70

B. SUBYEK PENELITIAN

Subyek dalaa penelitian ini teraasuk "purpossive sam

pling, "dengan aaksud aeaperoleh data sesuai dengan fokus
penelitian. Nasution (1988:29) aenyatakan bahwa penentuan
unit saapel (responden) dianggap telah aeaadai apabila
dapat diteruskan saapai dicapai taraf "redundancy," ketuntasan artinya walaupun responden bertaabah, data baru
tidak bertaabah atau ftap. Sejalan dengan pendapat di
atas, dalaa proses penentuan banyaknya subyek penelitian
atau responden tidak dapat ditentukan sebeluanya.

Penguapulan data dalaa penelitian ini dilakukan lang

sung oleh peneliti, peneliti sebagai instruaen utaaa dalaa
penelitian kualitatif. Rasional dari karateristik peneapatan peneliti sebagai peneliti utaaa, karena peneliti da
pat aelakukan adaptasi dengan situasi lapangan penelitian
yang berubah-ubah, dan juga dapat aeaperluas pertanyaan
untuk aeaperoleh data yang terinci dan aendalaa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Nasution, 1988: 54-55).
Saapel dalaa penelitian kualitatif tidak didasarkan

pada pertiabangan statistik, tetapi berdasarkan ketuntasan inforaasi yang diperlukan. Oleh karena itu, analisis
dalaa penelitian ini bukan bertujuan untuk aeaperoleh

generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk
dicari pola yang fpat dan selanjutnya dicari aakna dari
pola tersebut.

71

Fokus penelitian ini adalah kegiatan koordinasi
dilakukan
tahun

Tia

yang

Tia Koordinasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas

di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,

Koordinasi

Wajar Dikdas 9 tanhun

khususnya

Kabupaten

Daerah

Tingkat II Bandung. Dengan deaikian, untuk analisis
litian

9

pene

ini bersifat institusional, dalam arti yang aenja

di fokus kajian adalah leabaga-leabaga yang terkait

dalaa

penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun.

Dalaa penelitian kualitatif, jualah suaber data tidak

aenjadi

kriteria utaaa,

tetapi

lebih ditekankan pada

sejauhaana suBber data tersebut dapat aeaberikan inforaa
si

sebanyak aungkin dan sesuai dengan tujuan

penelitian.

Oleh karena itu, penentuan suaber data lebih cocok

dengan

aenggunakan teknik purposif (purposive saapling),

yakni

pejabat yang dipandang dapat Beaberikan inforaasi sebanyak
aungkin tentang fokus penelitian. Suaber data utaaa dalaa
penelitian ini adalah:

1. Gubrenur

Kepala

pelaksanaannya

Kesejahteraan

Wilayah Propinsi
dilaksanakan

Jawa

Barat.

Dalaa

III

Bidang

oleh Asiten

Rakyat. Dalaa penguapulan data

aeaperoleh inforaasi dari Kepala Sub Bagian

persekolahan

dan

Kepala Sub

peneliti
Pendidikan

Bidang Pendidikan

Luar

Sekolah.

2. Kepala Kantor Wilayah Deperteaen Pendidikan dan

Kebu

dayaan. Dalaa penguapulan data peneliti aendapat infor
aasi dari Wakil PRP, Piapinan proyek Wajar Dikdas
Sekretaris proyek Wajar Dikdas 9 tahun.

dan

72

3. Kepala Kepala Kantor Wilayah Departeaen Agaaa. Dalaa
penguapulan data peneliti aendapat inforaasi dari
Kepala Bidang Perguruan Agaaa Islaa, Kepala Bidang
Pendidikan Agaaa Islaa, Kepala Sub Bagian Hubungan Masayrakat, dan Kepala Sub Bagian Pendidikan Pasantren.

4. Kepala Kantor Wilayah Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa
penguapulan data ini diwakili oleh Ibu Kepala Bagian
Tata Usaha.

7. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung Dalaa pelaksa
naannya Asisten Bidang Kesra. Dalaa penguapulan data,
peneliti aeaperoleh data dari Kepala Urusan Pendidikan
8. Kepala Kandepdikbud, Dalaa penguapulan data peneliti
neaperoleh inforaasi dari Kepala Bidang PRP dan Kepala
Seksi Pendidikan Luar Sekolah.

9. Kepala Kantor Departeaan Agaaa. Dalaa pengguapulan data
di wakili oleh Kepala Seksi perguruan Agaaa Islaa.

10.Kepala Kantor Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa penguapul
an data diwakili oleh Kasi Pengawasan.

11.Caaat Kecaaatan Leabang. Dalaa penguapulan data,

pene

liti aeaperoleh inforaasi dari Sekretasi Wilayah Kecaaa
tan Leabang.

12.Caaat Kecaaatan Cisarua, dalaa hal diwakili olek Sekre
taris Wilayah Kecaaatan Cisarua.

13.Kepala Kantor Deperteaen Pendidikan dan Kebudayaan
Kecaaatan Cisarua, di bantu oleh Penilik TK/SD dan
Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
14 Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah.

73

15.Kepala Kandepdikbud Kecaaatan Ciaahi Tengah dibantu
oleh Penilik Pendidikan Luar Sekolah.

16.Kepala Kantor Departeaen Agaaa Keoaaatan Ciaahi Tengah.
17.Caaat Kecaaatan Padalarang

18.Kandepdikbud Kecaaatan Padalarang diwakili oleh Penilik
TK/SD

19.Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT Trisulatex.

Dalaa penguapulan data diwakili

Kepala

Diklat

aasing perusahaan.

20.Kepala SMP Negeri Cisarua.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kegiatan yang dilakukan dalaa usaha aenguapulkan data
aeliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelaksanaan

penguapulan data saapai data itu diklasifikasikan dan
dikonstruksi dalaa laporan penelitian. Rangkaian

kegiatan

yang digunakan untuk aenguapulkan data adalah observasi,
wawancara,

dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut

digunakan dalaa penelitian ini dengan harapan dapat saling
aelengkapi dalaa aeaperoleh data yang diperlukan.
1.

Observasi

Teknik

observasi aerupakan teknik

penguapulan

data

yang utaaa dalaa penelitian ini. Dengan observasi diharapkan dapat diperoleh data yang benar-benar
berbagai

aktivitas

koordinasi

alaai dari

antara Depdikbud

dengan

departeaen, leabaga peaerintah dan badan swasta lainnya,
dalaa rangka peningkatan peaerataan keseapatan belajar

bagi anak usia 7-15 tahun. Observasi bertujuan untuk

74

aengaaati kegiatan koordinasi, seperti perilaku, pendapat,
persepsi,

sikap dan lain-lainnya berdasarkan

pandangan

subyek yang diteliti.
2.

Wawancara

Teknik penguapulan data dengan wawancara dalam

pene

litian naturalistik aerupakan teknik penguapulan data yang

tidak dapat

ditinggalkan,

secara terpadu

dengan

dan

harus

observasi.

selalu

Wawancara

digunakan

dilakukan

dengan cara yang tak berstruktur, di aana responden aenda

pat kebebasan dan
pikiran,

keseapatan untuk aengeluarkan buah

pandangan dan perasaannya tanpa diatur oleh

peneliti.
3. Studi Dokuaentasi

Sekalipun dalaa penelitian kualitatif kebanyakan

di-

peroleh dari suaber aanusia (human resource) aelalui ob
servasi

dan wawancara, akan tetapi ada pula suaber

bukan

aanusia, di antaranya adalah dokuaen. Dalaa penelitian ini

dokuaen

dapat dijadikan bahan triangulasi untuk aencek

kesesuaian data.

Alat

(human

penguapulan

instrument),

datanya

adalah

dan dibantu

peneliti

dengan

tape

sendiri

recorder,

kaaera foto, dan buku catatan.

D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA

Pelaksanaan

aengikuti
oleh

S.

penguapulan

prosedur

data dalaa

penelitian

ini

atau tahap seperti yang dikeaukakan

Nasution (1988 : 33-34) yaitu

tahap eksplorasi, dan tahap member check.

tahap orientasi,

75

1. Tahapan orientasi

Orientasi

tentang
naan

dilakukan

untuk aengetahui

cecara

aasalah-aasalah yang berhubungan dengan

di

khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II

Orientasi peneliti lakukan pada Kantor Wilayah

dan

pelaksa

koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9 tahun

Barat,

koordinasi

Jawa

Bandung.
Departeaen

Kebudayaan, khususnya yang berkaitan dengan

naan

jelas

pelaksa

penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun.

Dalaa

Orientasi Peneliti aengaaati Struktur Organisasi Tia Koor

dinasi

yang ada, tugas dan fungsi aasing-aasing

instansi

terkait, hasil-hasil rapat, hasil peaantau, rencana
tia

koordinasi

yang telah ada,

dan

kerja

ketentuan-ketentuan

yang berlaku dalaa pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar
Dikdas. Diri hasil orientasi tersebut peneliti yakin betul

bahwa pelaksanan koordinasi wajar Dikdas 9 tahun dapat dan
aeBenuhi syarat untuk diteliti. Di saaping itu,

orientasi

juga bertujuan untuk aeruauskan langkah-langkah dan
lah

yang akan dite-liti yang berkaitan dengan

aasa

aasing-aa

sing instasi terkait yang dianggap perlu dijadikan

saapel

penelitian sebagai nana yang telah dijelaskan di atas.
2. Tahap eksplorasi

Pada

sehingga

tahap eksplorasi fokus penelitian sudah

dalaa penguapulan data sudah

terarah.

Obsepasa

dan wawancara diarahkan pada hal-hal yang dianggap

hubungannya dengan

fukus penelitian.

Untuk

inforaasi yang mendalam diperlukan informan dan

jelas,

banyak

aendapatkan

responden

76

yang berkoapeten dan aeapunyai pengetahuan yang cukup
banyak tentang aasalah yang diteliti.
K. PROSES PENGUMPULAN DATA

Studi tentang Koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9
tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, dengan

mengaabil saapel Kabupaten Bandung, yaitu Kecaaatan Lea
bang, Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah, dan
Kecaaatan Padanglarang.

Penelitian di Kecaaatan Leabang difokuskan pada ben
tuk dan struktur organisasi Tia Koordinasi. Di Kecaaatan

Cisarua difokuskan pada proses pengelolaan SMP kelas jauh.
Di Kecaaatan Ciaahi Tengah difokuskan pada Pengelolaan
Paket B di perusahaan, dan di Kecaaatan Padalarang difo
kuskan pada pengelolaan Paket B secara uaua.

Berdasarkan surat izin penelitian dari Direktorat
Sosial Politik Propinsi Daerah Tk. I Jawa Barat Noaor

070.1/1351/ 1995 yang ditujukan kepada Assekwilda I pada
Sekwilda Tk I Jawa Barat, aaka peneliti aelakukan observa
si di Peada Tingkat I Jawa Barat. Observasi ini dilaksana

kan pada tanggal 21 April 1995. Dalaa observasi tersebut
peneliti berusaha untuk aengetahui tentang unit organisasi
yang bertugas dan bertanggungjawab secara langsung aelaku
kan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dari hasil observasi, ternya-

ta pelaksana koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Assekwilda III pada Setwilda Tk I. Secara khusus

77

dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian Pendidikan Perseko
lahan dan

Kepala

Sub Bagian Pendidikan

Luar Sekolah.

Setelah peneliti yakin bahwa yang paling berperan dalaa

pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Kepala Sub bagian Pendidkan Persekolahan dan Kepala
Sub Bagian Pendidikan Luar Sekolah, aaka pada hari itu
juga peneliti aelakukan perteauan dengan Kepala Sub Bagian
Pendidikan Luar Sekolah. Dari hasil perteauan dengan Ibu
Kepala Sub Pendidikan Luar sekolah, beliau langsung ae-

nyanggupi untuk aeneriaa peneliti untuk diwawancarai.
DalaB wawancara yang dilakukan secara bebas dengan aenggu

nakan garis-garis besar pedoaan wawancara dan dibantu
dengan tape recorder, kaaera foto, dan buku catatan,
wawancara berlangsung dengan baik.

Hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian Pendi

dikan Luar sekolah tersebut langsung peneliti klasifikasikan dan analisis seacara singkat, keaudian dikonferaasikan
keabali pada ibu yang bersangkutan. Setelah hasil klasifikasi data tersebut disetujui oleh ibu,

aaka peneliti

aenjuapai Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Bapak
Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan juga pada hari
itu ainta agar wawancara dilakukan, karena pada hari

yang

lain beliau ada kesibukan.

Hasil

wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian

Pendi

dikan Luar Sekolah wawancarai lagi dengan Kepala Sub
Bagian Pendidikan Persekolahan. Wawancara diaulai dengan

78

aengecek kebenaran hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sub
Bagian Pendidikan Luar sekolah. Ternyata Kepala Sub
Bagian Pendidikan Persekolahan sependapat dengan hasil
wawancara

dengan

Sekolah.

Ibu Kepala Sub bagian

Keaudian, wawancara dilanjutkan

Pendidikan

dengan

Luar

hal-hal