PEMBERDAYAAN TIM KOORDINASI WAJAR DIKDAS DALAM MENINGKATKAN PERANSERTA MASYARAKAT PADA PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KOTAMADYA BANDUNG.

1/

PEMBERDAYAAN TIM KOORDINASI WAJAR DIKDAS DALAM MENINGKATKAN
PERANSERTA MASYARAKAT PADA PENYELENGGARAAN WAJIB
BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN
DI KOTAMADYA BANDUNG

TESIS

Diadukan Kepada Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sardana
Institut Keguruan dan Ilrau Pendidikan Bandung
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

H.

:

IIM WASLIMAN

NIM:

959650

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
19 9

8

LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN TAHAP II

PEMBERDAYAAN TIM KOORDINASI WAJAR DIKDAS DALAM MENINGKATKAN
PERANSERTA MASYARAKAT PADA PENYELENGGARAAN WAJIB
BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9

TAHUN

DI KOTAMADYA BANDUNG


Mengetahui/Menyetuj ui

Pembimping II

Pembimbing I

of.Dr.M.

Tb. Ab%xC Syamsuddin M., MA

Idochi Anwar,M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. BANDUNG
19 9

8


".. .. Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman diantaramu dan
yang diberi

ilmu

orang-orang

pengetahuan

derajat. Dan Allah Maha

beberapa

Mengetahui

apa

yang kamu kerjakan".

(QS. Al Mudaadilah:

11)

Kupersembahkan Untuk:
Iatriku tercinta Dra. HJ.

Euia

Yetiy

Putriku teraayang:
1.
2.

Eva Dianawati Waaliman. S.Soa
Elvi Noviawati Waaliman

3. Dine Puapitaaari Waaliman
4.


Galih Permataaari Waaliman

ABSTRAK

Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9

di Indonesia sejak pencanangannya pada tahun

saat ini,

1994

jika dilihat dari data kuantitatif secara

menunjukkan

adanya

peningkatan


APK

dan

APM

Tahun

sampai

makro
setiap

tahunnya.

Peningkatan APK dan APM tersebut tidak terlepas da

ri dukungan perangkat-perangkat
seperti


halnya

berkenaan

aturan

dengan

garaanya.

Perangkat tersebut

nunjukkan

adanya kepaduan

yang

koordinasi


ditetapkan,
penyeleng-

secara konseptual sudah me

program

baik pada tingkat na-

sional maupun pada tingkat wilayah terkecil.
Akan tetapi bila dikaji secara empirls di lapangan,

masih banyak ditemukan persoalan-persoalan. Persoalan yang
mendasar salah satu contohnya
Koordinasi

Wajar

Dikdas


9

adalah
Tahun

Koordinasi yang semula diharapkan

mekanisme kerja Tim
pada tingkat wilayah.

dapat

membantu

penye-

lenggara dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

kenyataannya masih bersifat serimonial pada acara


tinitas rapat

koordinasi

yang terjadual,

ru-

karena dilihat

dari substansi peran dan fungsi keanggotaan Tim Koordinasi
belum berjalan se- suai dengan harapan.

Bertolak dari keadaan tersebut,

maka

keberhasilan


peningkatan APK dan APM tidak menutup kemungkinan
dari segi kualitas masih
itu

dengan

jauh

dari harapan.

dilihat

Oleh karena

penelitian ini diharapkan terungkap bagaimana

pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 Tahun
di Kotamadya Bandung.

Yang dijadikan alasan pada

perang-

kat organisasi adalah bertolak dari pemikiran bahwa

program

yang

bersifat

tergantung pada
tindakan

dari

lintas sektoral.

suatu

Keberhasilannya

bagaimana kesamaan persepsi, dan kepaduan
komponen-komponen

koordinasi, komunikasi, baik

terkait

internal

melalui proses

maupun

eksternal.

Oleh karena itu semestinya Tim Koordinasi sangat strategis

melaksanakan visi, dan misi yang diemban

khususnya

dalam

penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 Tahun.
Studi yang dilaporkan dalam bentuk tesis ini,

men-

coba menggali dan mengidentifikasi berbagai persoalan yang
timbul dari dalam organisasi dalam hal ini Tim Koordinasi,
dan selanjutnya mencoba

menganalisis

potensi,

hambatan,

peluang dan ancaman serta perilaku yang ada.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bebera
pa temuan,

antara lain ditinjau dari sudut mekanisme kerja

komponen instansi terkait dalam Tim Koordinasi Wajar
das 9 Tahun

di

kotamadya

Bandung

XI

belum optimal

Dik
sesuai

dengan landasan hukum yang dijadikan pedoman, atau konsep
si teoritis.

Dari dimensi interdependensi efektivitas or

ganisasi hampir seluruhnya tidak terpenuhi.

Hal

tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari indivi-

du atau personil yang terkait mewakili
Tim Koordinasi, maupun

faktor

dari

instansinya
kelemahan

dalam

perangkat

atau landasan hukumnya yang dijadikan acuan.

Salah satu upaya dari
Koordinasi Wajar Dikdas 9

pihak

Ketua

Tim

Tahun kotamadya Bandung, dengan

prakarsanya melakukan perbaikan kinerja.

dekatan pembinaan yakni

Pelaksana

melalui

Salah satu

pengembangan

Tim Koordinasi, yang dilakukan secara khusus di

pen-

Kolaborasi
tiga

ke-

camatan yang dianggap perlu mendapat perhatian.
Hasil pengembangan dibandingkan

dengan

sebelumnya

menunjukkan adanya peningkatan aktivitas, antara lain
mampuan membuat program

kerja jangka pendek,

hasil analisis potensi yang
sionalkan.
forum

rasional

dan

ke-

berdasarkan

dapat diopera-

Di samping itu, juga terbentuk pokja-pokja dan

komunikasi

atafi

inisiatif mereka.

Walau demikian

partisipasi masyarakat dalam wujud fisik belum menunjukkan

adanya peningkatan karena,

masih memerlukan pembinaan in-

tensif.

XII

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

iii

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

ix

ABSTRAKSI

BAB I

x

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Pertumbuhan Pendidikan Dasar
2. Pengelolaan Pendidikan Dasar

masalahannya
3. Urgensi Pemberdayaan
Wajar Dikdas 9 Tahun

1
1

dan Per-

7
Tim

Koordinasi

24

B. Fokus Penelitian

26

C. Perumusan Masalah

29

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian

31
31

2. Manfaat Penelitian

32

E. Pendekatan Penelitian

33

F. Paradigma Penelitian

34

G. Sistematika Penulisan Tesis

35

BAB II PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN WAJIB
BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KOTA
MADYA BANDUNG

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsepsi dan Peranan Administrasi Pen
didikan

37

2. Konsepsi Wajib Belajar
3. Implementasi

37

Wajar

45

Dikdas 9 Tahun di

Indonesia

48

4. Konsepsi Peranserta Masyarakat
5. Pemberdayaan Peranserta Dalam Komite—

52
57

B. Tinjauan Empiris

64

C. Relevansi Studi Yang Dilakukan

69

v

BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A.

Metode Penelitian

B. Subjek Penelitian
1. Populasi dan Sampel Penelitian
2. Data Yang Diperlukan

74
74
75

C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data

77
77

2.

BAB

72

Instrumen Penelitian

78

D. Langkah-Langkah Penelitian

79

E. Prosedur Analisis Data

80

F. Validasi Temuan Penelitian
1. Kredibilitas
2. Transfereabilitias

81
82
83

IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Mekanisme Kerja Komponen-Komponen Terkait dalam Tim Koordinasi Wajar Dikdas
Tahun
1. Mekanisme Interdependensi Tugas

2. Interdependensi Faktor Potensi
3. Interdependensi Berkenaan Dengan Ha4.

85

85
91

sil Individual
Keselarasan Aktivitas Dengan Tuntutan

104

Kelompok Kerja

105

B. Pemberdayaan Peran dan Fungsi Komponen
Instansi Terkait, Termasuk Satuan-Satuan
Lembaga Pendidikan Dalam Tim Koordinasi
Wajar Dikdas 9
Tahun di Kotamadya Ban

dung

108

1. Interdependensi Tim

Koordinasi Wajar

Dikdas

108

2. Upaya Pemecahan Interdependensi Koor
dinasi Wajar Dikdas

111

C. Hasil Pemberdayaan Peran dan Fungsi Kom
ponen Instansi Terkait, Termasuk SatuanSatuan Lembaga Pendidikan Dalam Tim
Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun di Kota

madya Bandung
1. Peningkatan
Koordinasi

124
Aktivitas

Wajar Dikdas 9

Kotamadya Bandung
2. Peningkatan Aktivitas
Koordinasi
3.

Anggota

Tim

Tahun di

124
Anggota

Wajar Dikdas 9

Tim

Tahun di

Tiga Kecamatan

127

Analisis SWOT

144

vx

BAB

V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

151

B. Rekomendasi

156

KEPUSTAKAAN

165

LAMPIRAN

VI1

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Peserta Didik SD 6 Tahun
dan SLTP Pelita I-V (1969/1970-1993/1994)

3

Tabel 2 Keterkaitan Peraturan Penyelenggaraan Pendidik
an Dasar 9

Tahun

9

Tabel 3 Perkembangan Hasil Penyelenggaraan Wajar Dik
das 9 Tahun Periode
1993/1994 Sampai
Dengan
1996/1997

12

Tabel 4 Angka Melanjutkan Lulusan SD/MI Tahun 1994/1995
Sampai Dengan
1996/1997
Tingkat Propinsi Jawa
Barat

Tabel 5

15

APK dan APM Usia 13-15 Tahun Jalur Sekolah

dan

Jalur Luar Sekolah Tahun 1996/1997

17

Tabel 6 Jumlah Ruang Kelas, Rombel,dan Kekurangan Ruang
Kelas SLTP/MTs Tahun 1995/1996 Samapi Dengan
1996/1997

Tabel 7 Jumlah Guru

19

Yang Ada dan

Yang

Dibutuhkan

di

Propinsi Jawa Barat

21

Tabel 8 Jumlah Ruang Kelas dan Rombel 1997/1998

94

Tabel 9 Pokok-Pokok Pembahasan dan Kesimpulan/Rekomendasi

148

Vlll

Halaman

Gambar 1.

Paradigma Penelitian

Gambar 2. Skematik Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9

34
Tahun

Tingkat Kotamadya Bandung

51

Gambar 3.

Four Kinds of Participation

55

Gambar 4.

Fenomena Peranserta

56

Gambar 5.

Faktor-Faktor Penentu Kelompok

60

Gambar 6. Reason Why Committee is Atrractive

IX

61

BAB I

PENDAHULUAN

A.
1.

Latar Belakang
Pertumbuhan Pendidikan Daaar

Sistem pendidikan suatu bangsa

merupakan

refleksi

dari kelebihan dan kekurangan budaya masyarakat itu sendiri, yang di

dalamnya

mengandung

falsafah,

politik, adat istiadat dan kebiasaan yang

nilai-nilai,

turut

mewarnai

kehidupan individu dalam peranan kehidupannya sebagai ang

gota masyarakat. Tilaar (1990:30) mengungkapkan
an harua dilihat aebagai aalah aatu kekuatan
ikut memberi bentuk, corak dan arah

pandang

sebagai

aoaial

yang

pada kehidupan maaya-

Itulah sebabnya, pendidikan

rakat maaa depan".

"Pendidik

telah di-

salah satu hak asasi dan konstitusional.

Atas dasar itu, maka sistem pendidikan nasional (SPN) juga
mengandung makna hak

Undang

Dasar

(1) Tiap-tiap
(2) Pemerintah
aiatem

1945
warga

asasi dan konstitusional.

Bab XII Pasal 31
negara

menguaahakan

pengajaran nasional,

berhak
dan

Undang-

menegaskan

bahwa

mendapat pengajaran;

menyelenggarakan

yang diatur

dengan

auatu
undang-

undang.

Bertolak dari

pandangan di atas,

maka pihak Peme

rintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

sejak tahun 1970 dengan bantuan Ford Foundation telah men-

dirikan proyek Penilaian Nasional Pendidikan.

Proyek

bertujuan

pendidikan,

mengembangkan strategi pembangunan

ini

dengan harapan dapat dijadikan suatu pola pelaksanaan pen
didikan yang diselaraskan dengan tujuan pembangunan.

Pada Pelita I pertumbuhan

pendidikan

tercatat 65.589

di seluruh Indonesia.

Penyelenggaraan pendidikan SD

oleh

masyarakat (swasta).

pemerintah

83%

Dalam kurun waktu

yang

yakni

setingkat SD 6 tahun,

sebut dilaksanakan

SD

dasar

dan

ter

selebihnya

Pelita

partisipasi siswa SD rata-rata 0,8 juta,

tersebar

I

jumlah

yaitu pada tahun

1969 tercatat 12,8 juta dan pada tahun 1973 meningkat 13,6
juta.

Persoalan yang muncul saat itu adalah

pada keter-

batasan fasilitas, gedung-gedung sekolah hanya sekitar 50%

yang permanen;
belum

selain itu,

memenuhi

syarat

10 sampai

kesehatan.

dengan

15%

yang

Kondisi ini mendorong

pemerintah untuk mengambil kebijakan pembangunan fasilitas
(gedung) dan

pengangkatan

program Inpres.

tenaga pendidik (guru) melalui

Data dalam

Tabel 1

menunjukkan perkem

bangan jumlah peserta didik Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

selama

pelita I sampai dengan Repelita V.

kurun

waktu

Re-

TABEL 1

PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK SD 6 TAHUN DAN SLTP
REPELITA I - V (1969/1970 SAMPAI DENGAN 1993/1994)
REPELITA
I

PESERTA DIDIK
TAHUN
1969
1970
1971

1972
1973
II

III

IV

V

1974/1975
1975/1976
1976/1977
1977/1978
1978/1979
1979/1980
1980/1981
1981/1982
1982/1983
1983/1984
1984/1985
1985/1986
1986/1987
1987/1988
1988/1989
1989/1990
1990/1991
1991/1992
1992/1993
1993/1994

SD 6 TAHUN

SLTP 3 TAHUN

12.802.415
12.821.618
12.898.147
13.030.548
13.069.456
13.707.866
14.280.157
15.550.124
17.265.291
19.074.819
21.165.724
22.551.870
23.662.477
24.700.075
25.804.380
26.567.688
26.550.915
26.444.756
26.649.890
26.725.364
26.528.590
26.348.376
26.325.701
26.339.995
26.231.700

1.234.795
1.292.230
1.400.873
1.441.556
1.535.701
1.691.078
1.900.154
2.136.067
2.339.835
2.982.592
2.763.976
3.412.116
3.809.348
4.272.116
4.757.608
5.188.964
5.669.966
6.132.057
6.422.423
6.446.966
5.852.507
5.686.118
5.604.515
5.576.400
5.746.300

Sumber: Put?at Informalsi Balitbang Depd.tkbud Jakarta

(1996)

Pada pelita II terjadi perluasan dan pemerataan ke
sempatan untuk memperoleh pendidikan.

Hal ini sejalan de

ngan pertumbuhan perekonomian, stabilitas politik di dalam

negeri,

dan kepercayaan

Pelita III yakni tahun

luar negeri yang semakin mantap.

1979/1980

sampai tahun 1983/1984,

4

titik berat pembangunan pendidikan

dllakukan pada pening

katan perluaaan pendidikan daaar dalam rangka
ajar

6 tahun.

peningkatan

Sebagai

jumlah

perwujudan

guru-guru SD,

wajib

program

ini

bel

adalah

dan penambahan gedung-

gedung sekolah.

Dalam Pelita IV program pembinaan pendidikan dasar,
diprioritaskan pada perluaaan keaempatan

memperoleh

Program

didikan di dalam dan di luar sekolah.
cakup penyediaan fasilitas belajar pada

tingkat

pen

ini

men-

SD

bagi

semua anak usia 7-12 tahun, melalui pembinaan SD, SDLB dan

MI (Madrasah Ibtidaiyah),
paket A.

Pada tahun

serta

penyelenggaraan

program

1986/1987 anak-anak usia 7-12

tahun

telah dianggap memperoleh pendidikan secara merata di

se

luruh pelosok Indonesia.

Dalam Pelita

dasar telah

V

kebijakan

pembangunan

pendidikan

Memberikan keaempatan yang lebih luaa

anak uaia 6 tahun untuk memaauki SD.

kepada

Hal ini dimungkinkan

karena anak usia 7-12 tahun pada dasarnya telah tertampung
di SD.

Di samping itu, kebijakan diprioritaskan pula un

tuk memperluas kesempatan memperoleh
lam rangka merintis

pendidikan SLTP da

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Ta

hun yang dicanangkan pada repelita VI.

Memperhatikan perkembangan pendidikan dasar

PJPT I seperti tersebut di atas

maka

dapat

selama

diungkapkan,

beberapa kemajuan yakni :
a.

Pertumbuhan Kuantitas Peserta Didik

Secara kuantitas dalam kurun waktu

kenaikan rata-rata jumlah peserta

25

tahun,

terjadi

pada

Sekolah

untuk

Sekolah

didik

Dasar 6 tahun mencapai (APK) 48,8%, dan

Lanjutan Pertama 3 Tahun mencapai (APK) 21,49%.
b. Perkembangan Kebijakan Pendidikan

Dalam kurun waktu 25 tahun pembangunan pendidikan
mendapat prioritas yakni,

terselenggaranya

yang

Wajib Bel

ajar 6 tahun bagi penduduk berusia 7-12 tahun yang

mu-

lai dicanangkan oleh Presiden RI pada

Mei

tanggal

2

1984. Keberhasilan program Wajib belajar 6 tahun adalah

dapat meningkatkan pemerataan

bagi

kesempatan

pendidikan

anak berusia 7-12 tahun untuk mengikuti pendidik

an dasar 6 tahun.

Selain itu dihasilkan suatu kebijak

an nasional yang sangat mendasar yakni lahirnya UndangUndang

Sistem

Pendidikan

UUSPN tersebut ditindak
aturan Pemerintah (PP)

Nasional

lanjuti
yang

No.2

dengan

merupakan

Tahun 1989.

sejumlah Perpedoman pelak-

sanaanya.

Perkembangan di atas merupakan suatu landasan
pengembangan

sehingga

sistem

hasil

pendidikan

perolehan

pada

nasional

PJPT I

pada

yang

bagi

PJPT II,

menyangkut

pertumbuhan secara kuantitas baik

sarana

dan

prasarana,

maupon perangkat acuan yakni perundang-undangan,

dan per-

aturan yang dapat dijadikan landasan konstitusional

dapat

meningkat.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun

1989 menegaskan

"pendidikan diselenggarakan melalui jalur

Jalur

pendidikan sekolah dan luar sekolah".
sekolah adalah

pendidikan

"Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah

melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang dan berkesinambungan".

Sedangkan jalur pendidikan

meliputi "Pendidikan yang dilaksanakan di
luarga dan di lingkungan

sekolah

lingkungan
Dengan

masyarakat".

dalam menentukan arah kebijakan

luar

pendidikan

ke-

demikian

dasar,

telah

dikembangkan melalui dua jalur pendidikan. UUSPN No.2

Ta

hun 1989 pasal 13 ayat (2) menyatakan bahwa :

"Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah "

Makna dari isi ayat di atas
hak

berupa
asasi

gambaran

didikan dasar

merupakan

pribadi dalam

mengembangkan potensinya,

manusia baik sebagai
sebagai

masyarakat, maupun sebagai warga negara dan
manusia.

bahwa pen

anggota

anggota

umat

7

Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masa depan,

No.2 Tahun 1989 menegaskan bahwa

UUSPN

'Pendidikan dasar merupa

kan pendidikan yang diselenggarakan selama 6

(enam)

di Sekolah Dasar (SD) dan 3

Sekolah

lan-

pendidikan

yang

jutan Tingkat Pertama
sederajat".

(tiga)

tahun di

(SLTP) atau satuan

Oleh karena itu Pemerintah

melalui

tahun

berbagai

upaya selalu memberikan perhatian terhadap pendidikan
sar,

yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

da

Pada awal

Pelita VI yakni tanggal 2 Mei 1994 Pemerintah melalui Presien RI telah mencanangkan Wajib Belajar Pendidikan

Dasar

9 Tahun (Wajar Dikdas 9 Tahun).

2.

Pengelolaan Pendidikan Dasar Dan Permasalahannya
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan

yang

memiliki peranan strategis dan mendasar dalam menghasilkan

manusia yang berkualitas.

Pada jenjang

inilah kemampuan dan keterampilan dasar
didik.

Hal ini akan merupakan bekal

lebih lanjut dan untuk

kat.

menempuh

pendidikan
dikuasai

untuk

sesuai

kehidupannya di masyara

dengan

tuntutan

yang dilandasi oleh konsepsi administrasi
dilaksanakan secara baik.

peserta

pendidikannya

Oleh sebab itu diperlukan suatu pendekatan

laan pendidikan yang

dasar

pengeDokebutuhan,

pendidikan

dan

8

Penyelenggaraan pendidikan dasar dituntut mampu mengelola segala potensi sumber daya internal dan eksternal,
yang pada dasarnya

meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan

pengawasan,

serta pengaturan sumber-sumber daya yang ada.

Dalam UUSPN

No.2 Tahun 1989 dijelaskan bahwa,

"Penyeleng

garaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
orang tua,

masyarakat

dan pemerintah".

untuk mengatur tanggung jawab termaksud,

terbitkan PP.No.39 Tahun 1992, tentang
rakat Dalam Pendidikan Nasional.

antara

Oleh karena itu

maka

telah

Peranserta

di-

Masya

Bab II pasal 2 dari

PP

tersebut menegaskan bahwa "Peranserta masyarakat berfungsi
ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan dan mengembang

kan pendidikan nasional".

Dalam pasal 3 dari PP yang sama

ditegaskan bahwa "Peranserta masyarakat bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Namun demikian dalam konteks pengelolaan pendidikan

dasar, masih mempunyai persoalan dasar, yakni

adanya

dua

instansi yang terkait secara hirarkhi struktur kelembagaan
khususnya mengenai pendidikan dasar 6 tahun.

kaitan dengan

1990,

PP.No.58

Tahun

1951 dan PP.

Hal ini ber-

No.28 Tahun

tentang komponen-komponen pengelolaan Sekolah Dasar

menunjukkan sepertinya terdapat persamaan berkenaan dengan

9

adanya pengelolaan sumber-sumber.
busi

sangat jelas

tindih garapan.
kependidikan

akan

tetapi

Salah satu contoh

Walaupun secara distriterkadang timbul tumpang

pengelolaan SDM tenaga

sering berbeda kepentingan,

sehingga

mengurangi efektivitas dan efisiensi pelayanan.

dapat

Sedangkan

untuk SLTP pengelolaanya dilaksanakan oleh Departemen Pen
didikan dan Kebudayaan, melalui Kantor Wilayah Depdikbud.

TABEL 2

KETERKAITAN PERATURAN PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN

Komponen-Komponen
Penyelenggaraan

PP.No.58/1951

PP. No .28/1990

Pendidikan SD 6 Th

Pusat Daerah

Pusat Daerah

1.Tenaga Kependidikan
a. Pengadaan
b. Pendayagunaan
c. Pengembangan

V
V

V

V

V

-

V

-



2.Pengadaan Sarana
a.

V

Tanah

b. Gedung

V

c. Alat Pendidikan
3.Dana

V

-

V

-

V

V
V

-

V

V

Sumber: Dokumentasi Depdikbud Jakarta (1996)
Selain itu untuk pendidikan dasar 6 tahun,

dan SLTP

3 Tahun yang dikelola secara khusus oleh Departemen
R.I,

Agama

yakni MI dan MTs.

Untuk penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 Tahun,

nya diperlukan

suatu koordinasi,

tentu-

sebab dalam pengelolaan

10

program yang bersifat nasional keadaannya lebih

Salah satu

pendekatan

dalam

administrasi

kompleks.

adalah

perlu

keterpaduan yang didasarkan kepada norma dan keadaan

yang

berlaku, dalam berbagai dimensi;

pemerintah, swasta, peng-

usaha, tenaga

limuwan, politikus, ulama

kerja,

dan sektor lainnya.

pendidik,

Atas dasar itu diperlukan adanya

terpaduan pemikiran dan lain sebagainya dalam

rencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

proses

kan tentang makna koordinasi,

akan

Oleh karena itu, sa

ngat tepat upaya pemerintah mengatur kepentingan
melalui PP.No.6 Tahun 1988.

pe-

Tanpa adanya sua

tu koordinasi maka administrasi atau manajemen tidak

berfungsi dengan baik (Terry, 1962).

ke

tersebut

Salah satu pasalnya menjelasialah :

Ada tiga macaw koordinasi,
yakni koordinasi
fungaional,
koordinasi
instanslonal,
dan koordinasi teritorial.

Koordinasi fungslonal yaitu koordinasi antara dua atau
lebih instanai yang mempunyai program yang berkaitan
erat.

Koordinasi Instanslonal yaitu koordinasi terhadap
be
berapa Instansi mengenai
satu
urusan
tertentu
yang
bersangkutan.

Koordinasi teritorial yaitu
koordinasi
terhadap
dua
atau lebih variabel wilayah dengan program tertentu.

Acuan dasar termaksud merupakan
lanjuti.

landasan

untuk

ditindak

11

Salah satu wujud pelaksanaan tindak lanjut yaitu Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang pelaksanaan Wajar Dik
das 9 tahun, yang disusul oleh Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesra

No.18/Kep/Menko/Kesra/X/1994.
bahwa

Dalam

keputusan ini

disebutkan

Wajar Dikdas 9

Tahun dilaksanakan oleh Tim Koordinasi ".

"Pelaksanaan

Tim koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun
mulai dari tingkat pusat sampai wilayah,

koordinasi

yang

dibentuk

terdiri dari ber

bagai instansi terkait

dengan

bagai leading sector.

Melaksanakan program, tentunya di

perlukan

suatu komunikasi,

Departemen

interaksi,

Pendidikan se

serta

peranserta

secara teratur dan diperlukan suatu iklim organisasi

yang

sehat.

Sebagai gambaran hasil perolehan program Wajar Dik
das 9 tahun, sejak perintisan tahun 1993/1994

sampai

de

ngan

1996/1997, di propinsi Jawa Barat

menggunakan salah

satu

tolok ukur

Angka Pertisipasi

penduduk usia
ini dikenal

keberhasilan,

Yaitu

13 sampai 15 tahun

sebagai

Angka Partisipasi Kasar

dan Angka Partisipasi Murni

nya dari hasil
formasi di bawah

studi
ini.

di SLTP/sederajat.

(APM/NER).

pendahuluan

Hal

(APK/GEE)

Untuk lebih jelas-

dapat diungkapkan

in-

12

: Perkembangan Secara Urnum Haiar. Dikdas 9. Tahun

Perkembangan penduduk usia 7-12 dan 13 -

15

tahun

berda-

sarkan data statistik, dilihat dari populasi, enrolment,

dan

APK/APM secara umum pada posisi Nasional, Propinsi Jawa Barat
dan Kotamadya Bandung.
TABEL 3

PERKEMBANGAN HASIL PENUNTASAN WAJAR DIKDAS 9 TAHUN

PERIODE 1993/1994 SAMPAI DENGAN 1996/1997
NO KEADAAN
1

TAHUN

Populasi Usia 93/94
7-12

Tahun 94/95

95/96
96/97
13 -

15 Tahun 93/94

94/95
95/96
96/97
2

Enrolment
7 - 1 2 Tahun

94/95
95/96
96/97

NASIONAL

PROP.JABAR

KDY.BANDUNG

24.685.932
26.167.087
27.648.243
27.795.543

4.934.984
5.634.203
6.299.116
6.781.462

270.038
271.836
273.619
275.476

13.243.699
13.488.289
13.499.200
13.470.729

2.677.101
2.725.359
2.754.100
2.764.700

158.771
164.297

24.075.061
27.316.646
31.417.657

5.566.592
5.960.236
6.032.628

154.304
158.934

- 162.324
152.452
272.170

APK/APM (%)

92,00/83,44 98,80/67,34 59,71/56,44
94/95
98,98/87,99 94,62/69,99 55,71/51,51
95/96
96/97 113,03/89,96 88,95/73,28 98,07/82,21

13-15

94/95
95/96

5.563.187
6.298.726

1.119.290
1.273.623

111.540
119.618

96/97

6.937.425

1.363.326

154.304

Tahun

APK/APM (%)

94/95
95/96
96/97

58,02/41,50 48,85/39,98 70,23/59,37
62,65/46,66 55,77/48,31 72,86/58,06
68,74/50,36 58,83/48,76 77,51/60,06

Sumber:Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat (1997)

13

Data pada Tabel 3 di atas dapat dideskripsikan

se

bagai berikut:

Perkembangan penduduk usia 7 - 12 dan 13 - 15 tahun dalam

kurun waktu 1993/1994 (Tahun pertama)
1996/1997.

sampai

dengan

Rata-rata pertumbuhan anak usia 7-12 tahun pa

da tingkat nasional 3,9%, tingkat propinsi 9,07%,
kodya 0,99%.

tingkat

Rata-rata pertumbuhan anak usia 13-15

tahun

pada tingkat nasional 1,68%, tingkat propinsi 3,16%, ting
kat kodya 0,10%.

Memperhatikan kondisi

propinsi Jawa Barat dalam

hal

berusia 7-12 tahun dan 13-15

tersebut

pertumbuhan

posisi

penduduk yang

tahun melebihi

tingkat na

sional. Akan tetapi untuk tingkat kotamadya Bandung posisi

pertumbuhannya baik terhadap propinsi,

maupun

nasional,

masih relatif kecil.

Enrolment dan APK/APM, pada Tabel 3 di atas

jukkan: APK untuk tingkat nasional tahun

1994/1995-1995/-

1996 terjadi kenaikan 4,63%, tahun 1995/1996
naik lagi menjadi 6,09%,

selama

kurun

waktu tersebut

tahun 1996/1997

-

1996/1997

atau rata-rata kenaikan nasional

5,36%.

Sedangkan APM yang

dicapai pada tahun 1994/1995 - 1995/1996

5,16%,

menun

naik 3,70%,

terjadi kenaikan

atau

rata-rata

ke

naikan 4,43%.

Pada tingkat propinsi Jawa Barat ternyata APK untuk

tahun 1995/1996 menunjukkan adanya kenaikan

1995/ 1996 naik

3,99%,

atau

kenaikan

6,92%,

rata-rata

tahun

4,99%.

14

Pencapaian

APM

pada

kenaikan 8,33 %,

tahun 1994/1995 - 1995/1996 terjadi

tahun 1995/1996 - 1996/1997

naik 0,16%,

atau rata-rata kenaikan 4,25%.

Pada tingkat Kodya menunjukkan APK pada tahun 1994/
1995 - 1995/1996 terjadi

kenaikan 2,63%,

tahun 1995/1996 -

1996/1997 naik 4,65%, atau kenaikan rata-rata 3,64%.
paian

APM

pada tahun 1994/1995 - 1996/1997 naik 2%,

Penca
atau

kenaikan rata-rata hanya 0,7%.
Memperhatikan
dengan
itu

kondisi

di

atas,

jika dibandingkan

APK/APM pada tingkat nasional maka kedua indikator

dapat

rendah dari

diungkapkan

bahwa posisi

APK propinsi

rata-rata nasional, yaitu 0,37%,

lebih tinggi 0,45%. Demikian

pula

kotamadya Bandung terhadap propinsi

posisi

lebih

sedangkan APM
APK

rata-rata

lebih rendah dari

1,35%

dan APM rata-rata lebih rendah 3,45%.

Makna
lenggaraan

dari

Wajar

informasi
Dikdas

masih

rendah

dibanding

upaya

penyelenggaraan

kotamadya Bandung

di

tersebut ialah upaya penye
tingkat propinsi

tingkat nasional.
Wajar

Dikdas

yang

Jawa Barat

Demikian juga,
telah dicapai

dibandingkan sasaran yang harus dicapai

masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Implikasinya,
garaan

pendidikan,

ditinjau

khususnya

dari

manajemen penyeleng

pelaksanaan Wajar Dikdas

9

15

Tahun di Kodya Bandung itu

sangat perlu

untuk

dilakukan

penyempurnaan.

Kedua: Angka Melanjutkan Sekolah Propinsi Jawa

Barat

dan

Kntamadva Bandung

Untuk propinsi Jawa Barat tabel 4 menunjukkan bahwa

angka melanjutkan lulusan

SD/MI

1996/1997 mengalami peningkatan

1995/1996.

meningkat

ke

sebesar

pada

tahun

3,61% dari tahun

Pada tahun 1996/1997 daya serap Kejar Paket

dari

1,55%

empiris ditunjukkan

menjadi 7,15%.

waktu

Bardasarkan

pada Tabel 4, tentang

melanjutkan lulusan SD/MI di propinsi
kurun

SMP/MTs

Jawa

B

data

keadaan

angka

Barat

selama

1994/1995 sampai dengan 1995/1996.
TABEL 4

ANGKA MELANJUTKAN LULUSAN SD/MI TAHUN 1994/1995
1995/1996 DAN 1996/1997 KE SLTP YANG SEDERAJAT
DI PROPINSI JAWA BARAT DAN KOTAMADYA BANDUNG
LULUSAN

ANGKA MELANJUTKAN

SD/MI
TAHUN
LULUS

JALUR SEKOLAH LUAR SEKOLAH JUMLAH
TAHUN
JUMLAH
JUM
JUM
LULUSAN MELAN
%
%
%
LAH
LAH
JUTKAN

Prop:
93/94

789.189

94/95 586.173 74,40

75.418 9,56

83,96

94/95

799.967

95/96 600.189 75,18

13.334

1,55

76,73

95/96
Kodya:

823.864

96/97 652.775 79,23

59.269 7,19

86,43

93/94
94/95
95/96

43.800
41.636
40.251

1,33
1,67
1,85

98,65
98,80
98,91

94/95
95/96
95/96

42.618 97,30
40.439 97,13

492

39.069 97,06

743

697

Suber.-Kanwil Depdibud Propinsi Jawa Barat (1997)

16

Data dalam Tabel di atas menunjukkan bahwa

SD/MI yang melanjutkan

ke

SLTP

mulai tahun 1993/1994 sampai

4,83%.

melalui

dengan

angka

jalur

nurunan

Namun pada tahun

yang drastis yakni

rata-rata

sekolah,

tahun diprogramkan melalui paket B mampu
transisi 9,56%.

sekolah,

1996/1997

Angka melanjutkan jalur luar

lulusan

pada

menyerap

awal
angka

1994/1995 mengalami pe-

hanya

1,55% dan

pada

tahun

1995/1996 naik menjadi 7,18%.

Data dalam Tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa angka

lulusan

SD/MI

ke SLTP sederajat melalui

jalur

pada tahun 1996/1997 mencapai 39,069 atau

sekolah,

97,06%.

Pada

tahun yang sama melalui jalur luar sekolah (Paket B) , 160
siswa atau 0,40%, pondok pesantren mencapai 481 orang atau

1,2% dan kursus mencapai 102 orang

atau

0,25%,

sehingga

jumlah melanjutkan di luar sekolah 743 orang atau 1,85%.
Interpretasi, angka melanjutkan lulusan

SD/MI

tingkat propinsi Jawa Barat pada jalur sekolah
minan dibandingkan dengan jalur luar

juga di tingkat Kodya Bandung

pada

sekolah.

jalur

masih

pada

do-

Demikian

sekolah

masih

lebih diminati dibandingkan jalur luar sekolah.

Implikasinya

terhadap

manajemen

penyelenggaraan

pendidikan jalur sekolah dan jalur luar sekolah

perlu ada

17

penyempurnaan,

khususya

berkenaan

dengan

optimalisasi

sumber-sumber daya pendidikan.

Ketigai Angka Partisipasi Penduduk

Usia

13-15

lahun

di

Jalur Sekolah dan Jalur Luar Sekolah

Untuk

melihat

perkembangan

angka

partisipasi

penduduk usia 13-15 tahun di jalur sekolah dan jalur

luar

sekolah pada tahun 1996/1997, dapat ditunjukkan pada Tabel
5

di bawah ini.

TABEL 5

APK DAN APM USIA 13-15 JALUR SEKOLAH

DAN JALUR LUAR SEKOLAH TAHUN 1996/1997
TINGKAT
KELOMPOK
APK:
JML PEND.13-15
- SLTP
- MTs
- SLTP TERBUKA
-

PAKET B

JAMLAH
APM:

NASIONAL

PROPINSI

JABAR

KODYA BANDUNG

13.470.729

2.800.128

158.934

7.246.050
1.380.763
121.830
315.755

1.289.965
385.447
19.987
20.503

120.912
5.990

9.064.396 67,29% 1.715.902

0

658

61,52% 127560 80,26

-

SLTP

5.619.936

1.061.332

91.328

-

MTs

1.069.600

305.045

5.138

-

SLTP TERBUKA
94.109
PAKET B
153.344
JUMLAH
6.936.989 51,50%

Sumber: Depdikbud Jakarta

Data dalam Tabel 5 di atas

18.711
9.238

1.394.326

0
658

49,99% 97.124 |61,11

(1997)

menunjukkan

APK

dan APM usia

13-15 tahun, berdasarkan partisipasi pendidikan baik jalur

18

sekolah maupun jalur luar sekolah.

Pada tingkat

nasional

tahun 1996/1997 APK mencapai 67,29% dan APM 51,50%.

pinsi Jawa Barat pada tahun 1996/1997 APK mencapai
dan APM 49,99%.

61,52%

Kotamadya Bandung pada tahun yang

APK mencapai 80,26% dan APM 61,11%.
kan posisi propinsi Jawa Barat
sional.

Pro

di

Keadaan ini menempatbawah

Sebagai bahan perbandingan,

11,53% sedangkan nasional mencapai

sama

pencapaian

APK - APM
15,79%,

na

mencapai

artinya per-

bedaan antara APK dan APM sebesar 4,26%.

Interpretasi, penyelenggaraan di tingkat

Kotamadya

Bandung pencapaian APK maupun APM lebih tinggi

dibanding

kan dengan APK - APM tingkat propinsi, demikian
bandingkan

dengan

APK - APM tingkat

pula

nasional.

untuk jalur sekolah khususnya SMP Terbuka dan

di

Walaupun

jalur

luar

sekolah belum terinventarisir untuk periode 1996/1997.

Implikasi dari peningkatan ketercapaian APK dan APM
adalah peningkatan layanan dan

pengelolaan

sumber-sumber

pendidikan di Kotamadya Bandung.

Keempat: Kondisi Dava Tjampung SLTE di Eroplnai Jasa Eaxat
Pada

tahun

ajaran

1996/1997

di

tercatat 28.467 ruang kelas (RK).

propinsi

Jawa

Menurut data

rata-rata

rasio RK : Marid di propinsi Jawa Barat pada tahun

1996/1997 1 : 44.

Artiya

total

daya

tampung

Barat

ajaran

SLTP/MTs

19

negeri dan swasta adalah 1.252.548 siswa.

Daya

ini baru mencapai 81,65% dari jumlah total siswa

yang jumlahnya 1.534.018 siswa.

tampung
SLTP/Mts

Secara garis besar

dapat

dikatakan bahwa Jawa Barat masih mengalami kekurangan daya

tampung bagi 281.470 siswa atau 6.397 RK.

Pada tahun 1996/1997 di kotamadya Bandung

2.198 ruang kelas (RK).

terdapat

Menurut data, rata-rata rasio RK:

Murid adalah 1 : 42, total daya tampung SMP/MTs negeri dan
swasta adalah 92.316 siswa, daya tampung ini baru mencapai

77,19% dari
siswa.
6

jumlah

total

siswa

yang

mencapai

119.601

Sebagai bahan perbandingan ditunjukkan pada

Tabel

berikut ini.
TABEL 6

JUMLAH RUANG KELAS, R0MB0NGAN BELAJAR, DAN KEKURANGAN
RUANG KELAS SLTP/MTs TAHUN 1995/1996 DAN 1996/1997
TINGK

JUMLAH RUANG KELAS

SMPN ISMPS IMTs

JUMLAH ROMBEL

IJUMLAH SMPN

SMPS

MTs

JUMLAH

Prop :
95/96 11.80 8.380 8.170 28.467 19.08 9.544 9.013 37.565

dalam proses pengolahan
96/97 12.57 8.735 8.170 29.407
Kodaya
2.198 1.14311.4821219
I
642
178
665
1.335
95/96
Sumber :Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat (1997)
Data dalam Tabel di atas, menyiratkan

shift ruang kelas SMP/MTs di

Jawa

bahwa

Barat

angka

doble

mencapai

1,32.

Selain itu angka-angka yang tertera menunjukkan jumlah

RK

20

SLTP

pada

tahun

1996/1997 baru

mencapai

75,8%.

tingkat kodya SMP negeri baru mampu memenuhi

24,05% dari

kebutuhan RK, SMP swasta 46,88% dan MTs negeri dan

6,25%.

Pada
swasta

Dari kondisi ini menunjukkan peran swasta dalam

pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun di kotamadya Bandung,
cukup besar.

KeJLimaj. Eeadaan, Gutju, SLIP, di lingkat Propinsi Jam Barak
dan Kotamadva Bandung

Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 7 pada halaman 21,
guru SMP/MTs negeri
73,193 orang.

dan swasta di propinsi Jawa Barat

Angka ini baru mencapai 83,68% dari

yang dibutuhkan 87,466 orang,

sehingga masih

jumlah

kekurangan

guru sebesar 16,32%.

Di kodya Bandung guru

SMP/MTs

berjumlah 5.022 orang, jumlah guru SMP

capai 86,13% dari yang dibutuhkan,
dan MTs secara umum mencapai

gambarkan bahwa

negeri
negeri

sedangkan

75,15%.

sebagian besar

guru

Angka

di

dan

swasta

baru

SMP
ini

men

swasta
meng-

SMP Negeri

dan

Swasta serta MTs bekerja melebihi jumlah jam mengajar.

Implikasi

dari

jumlah

diperlukan kebijakan untuk

guru

mengangkat

yang

guru

masih

baru.

kurang,

21

TABEL 7

JUMLAH GURU YANG ADA DAN YANG DIBUTUHKAN
DI PROPINSI JAWA BARAT DAN KOTAMADYA BANDUNG
TAHUN AJARAN 1996/1997
TINGKAT

Propinsi
Yang ada

JUMLAH

MTS

SMPS

SMPN

25.062
44.110

24.570
22.266

23.561
21.090

73.193
87.466

2-297
2.667

2.244
3.551

481

1.614
6.636

Menyimak hasil

informasi

Dibutuhkan

Kotamadya

Yang ada
Dibutuhkan

55!

sesuai

dengan

studi

penjajagan, meskipun kenaikan rata-rata APK dan APM pada
tingkat kotamadya Bandung melebihi, dari

propinsi Jawa

Barat serta nasional, namun angka-angka kenaikan ini masih

perlu ditingkatkan.

Salah satu upaya peningkatan hasil

yaitu mengoptimalkan sumber daya yang ada, termasuk

mem-

berdayakan peranserta masyarakat,

lain

dan

semua

pihak

yang berkepentingan (stake holders).

Menurut perolehan

informasi

awal,

melalui

studi

penjajagan di lingkungan Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Ta
hun di kotamadya

Bandung

khususnya,

aspek yang masih menjadi persoalan

ditemukan

yang

beberapa

dihadapi

antara

lain.

(1) Kondisi Geografis

Kondisi dan

karakateristik

kotamadya

Bandung

masih

22

terdapat

perbedaan

laju

perkembangan

pembangunan,

antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya.

ini

ditunjukkan

tingggi,

dengan

pertumbuhan

Hal

penduduk

sedangkan lahan yang dibutuhkan

yang

untuk mem-

bangun UGB SLTP sulit dicari.
(2)

Keadaan Guru

Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun masih dihadapkan pa

da persoalan tenaga kependidikan khususnya guru SLTP,
yaitu

:

a. Kurikulum 1994 menekankan

pentingnya

profesionalisme dan kualitas

kerja

dengan batasan jumlah jam wajib

per minggu.

Hal

ini

terkait

tenaga guru yang tentunya sangat

peningkatan

guru,

mengajar

dengan

yaitu
18

jam

penambahan

ditentukan

oleh

kemampuan dana;

b. Pola pemerataan penyebaran guru belum tepat, masih
ditemukan
kelebihan,

sekolah-sekolah di pusat kota mengalami
sedangkan di daerah

pengembangan atau

perluasan kota mengalami kekurangan;
c. Masih ditemukan adanya kebutuhan kualifikasi

yang

sesuai antara mata pelajaran dengan latar belakang

pendidikan guru.
tutan.

Hal ini belum sesuai dengan tun

23

(3) Daya Tampung

Daya tampung khususnya SLTP Negeri masih terbatas, sementara banyak orang tua lebih

percaya

menyekolahkan

anaknya ke SLTP Negeri.

(4) Pengadaan Lahan UGB

a. Ketidak sesuaian harga lahan UGB SLTP yang dialoka-

sikan APBN dengan harga lahan di perkotaan, sehing

ga sulit untuk mendapatkan lahan yang memadai;
b. Masih rendahnya

partisipasi pengembang kawasan pe-

rumahan untuk penyediaan fasilitas sosial, termasuk
sekolah.

(5) Kemampuan Sosial Ekonomi Orang Tua

a. Masih banyaknya orang tua

dah sehingga

berpengaruh

yang berpenghasilan ren

terhadap

motivasi untuk

menyekolahkan anak-anaknya;

b. Masih rendahnya aspirasi dan

apresiasi

orang

tua

terhadap pendidikan, khususnya di lingkungan masya
rakat marj inal.

(6) Dukungan Masyarakat dan Dunia Kerja
Secara umum, masyarakat kotamadya Bandung dapat

sakan

perkembangan industri serta

ini dapat dilihat

dari

daya

dunia

serap

usaha.

mera-

Hal

angkatan kerja.

24

Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam kaitannnya

dengan upaya mensukseskan Wajar Dikdas 9 Tahun, yaitu:
a.

Industri dan dunia usaha belum

secara

keseluruhan

memberikan penghargaan (kompensasi) kepada karyawan
berkaitan dengan latar belakang pendidikan.
kata lain kurang dipertimbangkan besaran

Dengan

gaji

an

tara lulusan SD 6 Tahun dengan lulusan SLTP/sederajat;

b.

Industri atau dunia usaha belum maksimal memberikan

pengakuan yang sama

terhadap

para

lulusan

SLTP/

sederaj at;

c.

Pertumbuhan dan perkembangan

sektor

industri

ringkali menyebabkan penduduk sekitar yang
SLTP/sederajat cenderung memilih

se-

berusia

bekerja

daripada

melanjutkan pendidikan SLTP;
d. Pengembangan daerah industri dan pemukiman
kali tidak diimbangi

dengan

penyediaan

sering-

fasilitas

pendidikan.

3.

Urgensi Pemberdayaan Tim Koordinasi Meningkatkan Peran
serta Masyarakat Dalam Wajib Belajar 9

Tahun.

Dari beberapa aspek yang diuraikan di atas, merupa

kan tantangan dalam pelaksanaan

Wajar Dikdas 9

Tahun

di

25

kotamadya

nyebabnya.

Bandung.

Persoalan

tersebut banyak faktor pe-

Salah satu faktor

penyebab antara lain belum

optimalnya peranserta masyarakat.
asumsikan

erat

Peranserta tersebut di-

kaitannya dengan kinerja peran dan fungsi

Tim Koordinasi, baik

secara

internal

maupun

Internal artinya bagaimana upaya agar

keterpaduan dalam tindakan

(action)

dalam

eksteranl.

tim

terjadi

sehingga dihasilkan

kinerja yang optimal sesuai dengan harapan.

Demikian pula

bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas memberdayakan peran

serta masyarakat, agar terlibat langsung

dalam mendukung

lembaga pendidikan terutama sekolah-sekolah yang ada.
Dalam PP.39 Tahun 1992 terdapat beberapa butir
tentuan tentang peranserta

masyarakat

dalam

pendidikan meliputi: pendirian semua jalur,

ke-

pembangunan

jenjang dan

jenis pendidikan, baik jalur sekolah maupun luar sekolah.
Pendidikan jalur sekolah tingkat SD, seperti pendirian SD,
MI.

SD-Kecil,

dan

SD-Kelas-Jarak-Jauh.

Sedangkan pada

tingkat SLTP, seperti pendirian SMP,MTs, SMP-Terbuka, SMPKecil, dan SMP-Kelas-Jarak-Jauh.

Pendidikan

berupa jalur luar sekolah baik setingkat

SD

antara lain penyediaan tempat-tempat belajar.

Dasar

yang

maupun

SLTP

26

kursus-kursus dan program Paket A dan Paket B serta Pondok

Pesantren, termasuk masyarakat industri (yang

menyediakan

sarana pendidikan di tempat bekerja).

Hakikat peranserta masyarakat mengandung makna yang

luas, artinya tidak hanya masyarakat

atau

langsung mendirikan lembaga pendidikan.

kelompok

yang

Akan tetapi dapat

dilakukan dengan berbagai bentuk seperti;

bantuan

tenaga

kependidikan untuk pelaksanaan latihan bagi peserta didik,
memberikan bantuan tenaga ahli untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar dan penelitian

serta

pengetahuan di bidang kependidikan.
dan menylenggarakan

program

pengembangan

Dapat juga mendirikan

pendidikan

selenggarakan oleh pemerintah untuk
dan program pembangunan nasional.

ilmu

yang

menunjang

belum

di

pendidikan

Selain itu menciptakan

hubungan komunikasi, konsultasi, dan kerjasama

nyelenggara pendidikan yang bersangkutan

antar

pe-

(PP. NO.39 Tahun

1992).

B.

Fokus Penelitian

Operasional

penyelenggaraan

di kotamadya Bandung,

yang ditangani

Wajar Dikdas

9 Tahun

oleh Tim Koordinasi

Wajar Dikdas sesuai dengan peran dan fungsinya sampai saat

ini masih menghadapi kendala-kendala.

27

Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi

kelancaran

sional Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun.

opera-

Faktor inter

nal dapat dilihat dari indikator-indikator dalam pengamatan empiris antara lain

:

1.

rapat-rapat

Tingkat kehadiran

Tim

Koordinasi

Wajar

Dikdas masih terbatas pada pembahasan laporan dari pihak Depdikbud sebagai leading sector.
2.

Kurang berjalannya fungsi komponen Tim Koordinasi

Wa

jar Dikdas sesuai dengan misi

hal

instansi

terkait,

ini dibuktikan oleh sering terlambatnya informasi yang
seharusnya di terima dengan segera oleh
bagai leading sector.

Depdikbud

se

Sering terjadi pengambil alihan

peran yang semestinya menjadi

garapan

instansi

ter

kait, namun karena tidak berjalan maka ditindaklanjuti
oleh Depdikbud.

3.

Kesejajaran komunikasi dari tim masih ditemukan adanya
kesenjangan, mengingat

instensitas

kerja

penanggung

jawab sebagai kepala pemerintahan yang sangat padat.
Faktor tersebut di atas berimplikasi terhadap kinerja

Tim

Koordinasi Wajar Dikdas, sehingga faktor eksternal agaknya
terabaikan atau kurang tergarap secara mantap.

sebut dapat dilihat dari indikator-indikator
amatan empiris antara lain

:

Hal

dalam

ter

peng-

28

.1.

Masih belum menampakkan hubungan timbal balik,

maupun

konsultataif antara Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9

hun di kotamadya

Bandung

dengan

lembaga

Ta

legislatif

dalam hal ini DPRD TK IT kotamadya Bandung.
2.

Masih belum menampakkan hasil

hubungan

timbal

balik

dalam perencanaan penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun
antara Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9

Tahun

di

kota

madya Bandung dengan BAPEDA TK II.

3.

Pemahaman peranserta dalam pelaksanaan Wajar Dikdas

Tahun dari pihak

masyarakat

luas

masih

9

bervariasi,

sehingga tingkat kepeduliannya pun bervariasi.

Bertitik tolak dari faktor-faktor yang dijelaskan di atas,
maka sebagai fokus penelitian adalah intern tim koordinasi

Wajar Dikdas 9 Tahun dalam memberdayakan peranserta masya
rakat pada penyelenggaraan Wajar

Dikdas

9 Tahun di kota

madya Bandung.

Kondisi di atas,

dipandang

dari

efetivitas

optimalisasi Tim Koordinasi apabila tidak dilakukan

dan

pem-

benahan maka diperkirakan menimbulkan :
a.

Terjadi kemandegan

program

yang

telah

secara kolektif, dan keberhasilan yang
menutup kemungkinan hanya perhitungan

direnoanakan

dicapai

tidak

angka-angka

di

atas kertas tanpa diikuti dengan koreksi kolektif.

b.

Pemahaman peranserta masyarakat dalam turut

mengambil

29

bagian dalam penyelenggaraan Wajar Dikdas 9

Tahun

terbatas pada mendirikan lembaga pendidikan.

c.

Tidak

tercapainya

target yang dicanangkan

amanat Presiden pada Rakernas Depdikbud

seperti

Tahun

1996,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif yakni dapat
tercapainya penyelesaian pada

Berkenaan

dengan

tahun 2003/2004.

perkiraan di atas,

perlu

suatu pemecahan atau salah satu jalan keluarnya.

akan

adanya

Studi ini

mencoba berupaya ke arah mencari cara sebagai

pemberdayaan
tungkan

dayaan

termaksud yang dipandang efektif dan

semua pihak. Oleh sebab itu

Tim

Koordinasi

masyarakat

dalam

dilakukan.

Sedangkan

meningkatkan

peran serta

mengun

penelitian

pember

peranserta

penyelenggaraan Wajar Dikdas

dari Tim Koordinasi
diadakan

dalam

masyarakat

9

tersendiri

oleh

pihak

Tahun

eksternal

Wajar Dikdas, penulis anjurkan

penelitian

upaya

lain

untuk
yang

bermi nat.

C.

Perumusan Masalah

Berdasarkan

tersebut

di

penelitian
Potensi

Tatar

atas,
ini

dapat

belakang

yang menjadi

yang

fokus

adalah potensi-potensi
dipandang

dari

internal

telah

diuraikan

perhatian

dalam

masyarakat.
Tim

maupun eksternal yakni masyarakat (orang tua,

Koordinasi

LSM, Tokoh

30

masyarakat, dunia usaha/industri),

di

Kotamdya Bandung

dapat berperanserta dalam pembangunan

nasional

khususnya

penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 Tahun.

Bagaimana potensi-

potensi itu dapat ditumbuhkembangkan dan diwujudkan dalam

peranserta yang dilandasi konsepsi.

Maka rumusan masalah

yang diajukan penulis adalah :

"Bagaimana mekanisme Tim Koordinasi Wajar Dikdas dalam menumbuhkan keaadaran dan memberdayakan peranserta

masyara

kat sebagai mitra pemerintah dalam Penyelenggaraan

Wajar

Dikdas 9 Tahun di Kotamadya Bandung ?

Dari rumusan di atas,

lebih

jelasnya

dikemukakan

pokok-pokok masalah yang dianalisis meliputi :

1. Bagaimana mekanisme kerja komponen instnasi terkait da
lam Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9

Tahun

di

Kotamadya

Bandung ?

2. Bagaimana memberdayakan peran dan fungsi komponen

ins

tansi terkait, termasuk satuan-satuan lembaga pendidik
an dalam Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun

di

Kota

madya Bandung ?

3. Bagaimana gambaran hasil

pemberdayaan

Tim Koordinasi

dalam peningkatan peranserta masyarakat pada penyeleng
garaan Wajar Dikdas 9 Tahun di Kotamadya Bandung ?

ol

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian
a.

Secara Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran

empirik tentang mekanisme Tim Koordinasi dalam

member

dayakan peranserta masyarakat, sebagai mitra pemerintah
dalam penyelenggaraan

madya Bandungtentang

Wajar Dikdas 9

Selain itu

SWOT-nya,

untuk

kemungkinan

Tahun

di

Kota

memperoleh

gambaran

implikasinya

terhadap

upaya pemecahan masalah yang dihadapi dalam peningkatan
pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan dasar.

b.

Secara Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah

untuk

memper

oleh gambaran empirik tentang :

1)

Mekanisme
dalam

operasional

komponen

Tim Koordinasi

Wajar

instansi

Dikdas

9

terkait
Tahun

di

kotamadya Bandung.

2)

Pemberdayaan peran

terkait,

dan

fungsi

komponen

instansi

termasuk satuan-satuan lembaga pendidikan

dalam Tim Koordinasi
madya Bandung.

Wajar Dikdas 9

Tahun di kota

32

3) Hasil
kasinya

pemberdayaan
terhadap

peranserta

pencapaian

masayarakat

APK/APM

impli-

dibandingkan

dengan rencana penyelenggaraan Wajar Dikdas 9

Tahun

di kotamadya Bandung, serta analisis Swot-nya.
2.

Manfaat Penelitian

a.

Aspek Teoritis

Secara teoritis penelitian
berikan manfaat bagi

upaya

diharapkan

pengembangan

dapat

mem

implementasi

ilmu administrasi pendidikan, khususnya pada pengelola
an pendidikan.

Selain itu

hasil

penelitian

ini

di

harapkan dapat bermanfaat dalam penelitian lebih lanjut
terutama berkenaan dengan penyelenggaraan Wajar
9

Dikdas

Tahun.

b.

Aspek Praktis

Penelitian ini mengenai pemberdayaan peranserta ma
syarakat dalam penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 Tahun

kotamadya Bandung.

Hal tersebut dipandang penting

tuk diteliti, karena

sangat

erat

dengan

di

un

upaya-upaya

perbaikan yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Wajar Dik

das.

Dengan optimalnya mekanisme kerja Tim

Wajar Dikdas, diharapkan bermanfaat

Wajar

Dikdas

9

Tahun

di

dalam

kotamadya

mencapai sasaran sesuai dengan rencana.

Koordinasi

pelaksanaan

Bandung

untuk

33

E.

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini tidak bermaksud untuk

mengungkapkan

hubungan antar variabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi

meneliti

mengenai perilaku manusia dalam organisasi serta interkasi
dengan lingkungan.

Oleh karena itu penelitian

ini

meng

gunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan
litatif.

Pelaksanaan penentuan

sampel

dalam

ini menggunakan snowball sampling technique
klen, 1982: Meleong, 1990).

kua-

penelitian

(Bogdan & Bi-

Dengan teknik ini

diharapkan

peneliti dapat bervariasi secara memadai,dan dapat memperluas informasi yang telah diperoleh

hingga dapat dipertentangkan

atau

terlebih dahulu, se

dapat

diisi

sekedar

adanya kesenjangan informasi yang ditemui.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan
informasi adalah studi dokumentasi, wawancara,

vasi.

data

atau

dan obser-

Khusus dalam observasi dapat dilakukan melalui dua

cara yakni observasi partisipasi langsung.
teknik itu diharapkan dapat

saling

Dari

mendukung

teknik-

atas

data

yang diperoleh dalam penelitian ini.

Langkah-langkah penelitian dilakukan melalui
orientasi,

eksplorasi,

dur analisis

dan member check.

data hasil

data.

Sedangkan prose

eksplorasi yakni,

display data, dan mengambil

kesimpulan

tahap

reduksi data,

serta

verivikasi

34

GBHN

1/
WAJAR DIKDAS
9

TAHUN
MASALAH

Bagaimana

V
'ENOMENA

memberdayakan

Tim Koordinasi Wajar Dik

das dalam upaya mening
katkan peranserta masya
rakat sebagai mitra pe
merintah dalam
penye

feografis
enaga Guru

)aya Tampung
-alian UGB
!osek Ortu

lenggaraan Wajar Dikdas

'eranserta

9 Tahun di Kotamadya

lasyarakat
•ang bervariasi

Bandung

iWOT-Nya
V

TIM KOORDINASI WAJAR DIKDAS
9 TAHUN TK II KOTAMADYA BANDUNG
PENANGGUNG JAWAB KOORDINASI
KETUA PELAKSANA PENYELENGGARA

(MASYARAKAT)
Pengusaha Industri/Per-

SEKRETARIAT

rumahan/Parawisata dan

Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok

Pendataan dan Pemetaan
Penyuluhan dan Publikasi
Pemantauan dan Evaluasi
Penerapan Pola Wajar

MITRA YANG BERPOTENSI

dagangan/Pengembang PeMedia Massa, LSM, BP3
MUI, MPS dan Tokoh Ma
syarakat

FORUM KOMUNIKASI

>

t
PENGELOLAAN DIKDAS
9

TAHUN

1/

T
JALUR

SEKOLAH

JALUR LUAR SEKOLAH
PAKET A DAN E

SD/MI/SLTP/MTS

T

X

Pemerataan Kesempatan Pendidikan Dasar:

Keterkaitan Dengan Kebutuhan Hidup/Masyarakat:
dan

Kualitas &

Efisiensi Proses

Luaran

Gambar 1. Paradigma Penelitian

35

G.

Sistematika Penulisan Tesis

Laporan penelitian ini disusun
sebagai berikut

Bab I.

dengan

sistematika

:

Pendahuluan meliputi,

latar belakang masalah,

pe-

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pendekatan
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II.

Pelaksanaan Kebijakan Penuntasan

Penyelenggaraan

Wajar Dikdas 9 Tahun di Lingkungan Kandep Depdikbud

Kota

madya Bandung.

Meli

puti,

Bagian Pertama:

Konsepsi

administrasi

Tinjauan Teoritis.
pendidikan, Konsepsi

belajar, Implementasi wajar Dikdas di Indonesia,

wajib

dan Kon