IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDUNG.

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA

PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDUNG

(Studi deskriptif terhadap kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan

Kota Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh :

Yoga Gandara

0901713

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA

PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDUNG

(Studi deskriptif terhadap kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung)

Oleh Yoga Gandara

0901713

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Yoga Gandara, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto copy atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

YOGA GANDARA 0901713

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif Terhadap Kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung)

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Drs. Rahmat, M. Si NIP. 19580915 198603 1 003

Pembimbing II

Dra. Dartim Nan Sati 13051477600 Diketahui oleh :

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

ABSTRAK

Yoga Gandara (0901713) Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa di setiap kota harus memiliki lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30%, dimana sebesar 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Kota Bandung merupakan salah satu kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan memiliki luasan lahan RTH yang kurang sesuai amanat Undang-undang..

Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH maka dibuat rumusan masalah sebagi berikut: (1) Bagaimana kebijakan Pemerintah Kota tentang pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), (2) Bagimana proses penyusunan kebijakan tentang RTH Kota Bandung, (3)Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota tentang RTH, (4) hambatan-hambatan yang dialami dalam pemeliharaan RTH di Kota Bandung, dan (5) upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan yang dialami dalam upaya pemeliharaan RTH di Kota Bandung.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah desktiptif . Penelitian dilakukan di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, Aktivis lingkungan, dan warga masyarakat .

Hasil penelitian mengenai Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH antara lain Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, Juknis, SOP dan

master plan dalam pelaksanaan pemeliharaan RTH. Proses kebijakan pemeliharaan RTH itu ada tataran formulatif dan implementatif. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung dapat dilaksanakan dengan baik apabila ada dukungan dari para pemangku kepentingan yang konsen dan konsisten. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Pemerintah Kota dalam upaya pemeliharaan RTH di Kota Bandung ini yaitu; (1) ketersediaan Sumber Daya Manusia dilihat dari kualitas dan kuantitas, (2) keterbatasan sumber dana atau anggaran, (3) sangat minimnya sarana dan prasarana pendukung operasional Diskamtam untuk memelihara RTH di Kota Bandung, (4) kurangnya kesadaran warga masyarakat untuk peduli dan memelihara lingkungan, dan (5) pihak swasta yang hanya berorientasi komersil. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan RTH antara lain; (1) Intensifikasi penataan dan pemeliharaan RTH melalui peningkatan kualitas RTH pada lahan yang ada, (2) Ekstensifikasi RTH melalui penambahan luasan RTH, (3) Penambahan sarana dan prasarana tenaga operasional di lapangan, (4) Pengajuan penambahan anggaran dana guna mendukung pemeliharaan RTH, (5) Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi terhadap seluruh lapisan masyarakat tentang pemeliharaan RTH, (6) Meningkatkan pola-pola


(5)

ABSTRACT

Yoga Gandara (0901713) Implementation of Government Policy in the City of Green Open Space Maintenance Effort Bandung

Law Number 26 of 2007 mandates that every city should have a field of green open space ( RTH ) by 30 % , which amounted to 20 % and 10 % of public green space private green space . Bandung is one of the cities with high population density and has a land area of green space less as mandated by the Act ..

How City Government policy implementation in the maintenance of green space formulation of the problem it is made as follows : ( 1 ) What is the policy of the City Government of maintenance of green open space ( RTH ) , ( 2 ) How Good policy-making processes about RTH Bandung , ( 3 ) How Government Policy Implementation city of RTH , ( 4 ) the constraints experienced in the maintenance of green space in the city of Bandung , and ( 5 ) the efforts made to overcome the obstacles experienced in the maintenance of green space in an effort Bandung .

The approach taken in this study is qualitative , whereas the method used is descriptive . The study was conducted in the Parks Department and the City of London Cemetery , environmental activists , and community members .

The results of research on policies issued by the City Government in the maintenance of open space include Bandung Regulation No. 7 of 2011 on Management of RTH , Bandung Regional Regulation No. 18 Year 2011 on Spatial Planning ( Spatial ) Bandung , technical guidelines , SOP and master plan in implementation of green space maintenance . The process of green space maintenance policy exists formulatif level and implementation. Implementation of Government Policy in the City of Green Open Space Maintenance efforts in Bandung can be executed properly if there is support from the stakeholders concerned and consistent . Barriers experienced by the City in an effort to maintenance of green space in the city of Bandung , namely: ( 1 ) the availability of human resources views of quality and quantity , ( 2 ) lack of financial resources or budget , ( 3 ) very lack of facilities and infrastructure to support operational Diskamtam to preserve green space in the City of London, ( 4 ) lack of awareness among residents to caring and nurturing environment , and ( 5 ) private parties only commercially oriented . Efforts were made in the maintenance of green space , among others : (1 ) Intensification of structuring and maintenance of green space by improving the quality of existing green space on the land , ( 2 ) expand on an area of open space through the addition of green space , ( 3 ) addition of facilities and infrastructure operational personnel in the field , ( 4 ) the submission of additional budget funds to support the maintenance of green space , ( 5 ) Improving communication and outreach to all levels of society about the maintenance of green space , ( 6 ) Enhance partnership patterns to the various stakeholders on the management of open space.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penjelasan Istilah ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Umum Kebijakan Pemerintah Kota ... 13

1. Pengertian Kebijakan Pemerintah Kota ... 14

2. Tujuan Kebijakan Pemerintah Kota ... 17

3. Jenis Kebijakan Pemerintah Kota ... 18

4. Sifat Kebijakan Pemerintah Kota ... 19

5. Proses Pembuatan Kebijakan ... 20

B. Tinjauan Umum tentang Ruang Terbuka Hijau ... 23

1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau ... 23

2. Fungsi Ruang Terbuka Hijau ... 25

3. Manfaat Ruang Terbuka Hijau ... 26

4. Bentuk kegiatan pendidikan Civic responsibility ... 49

C. Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 27

1. Kebijakan Pemerintah Kota tentang Ruang Terbuka Hijau ... 27

2. Kebijakan Pemerintah Kota tentang Ruang Terbuka Hijau sebagai Kajian Pendidikan Kewarganegaraan ... 29

3. Faktor pendukung implementasi kebijakan Pemerintah Kota ... 34

4. Faktor penghambat implementasi kebijakan Pemerintah Kota .. 36

5. Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota ... 38


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan penelitian ... 40

B. Metode penelitian ... 43

C. Teknik pengumpulan data ... 43

D. Subjek penelitian ... 48

E. Tahap analisis data ... 50

F. Pengujian keabsahan data ... 52

G. Tahap-tahap penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 60

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 67

2. Proses Penyusunan Kebijakan Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung ... 70

3. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 72

4. Hambatan yang dialami dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 73

5. Upaya yang dilakukan guna menghadapi hambatan yang dialami dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 75

A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

1. Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 77

2. Proses Penyusunan Kebijakan Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung ... 82

3. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 87

4. Hambatan yang dialami dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 92

5. Upaya yang dilakukan guna menghadapi hambatan yang dialami dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Proses Kebijakan Publik ... 22

Tabel 4.1 : Tenaga Kepegawaian PNS Diskamtam ... 65

Tabel 4.2 : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung ... 68

Tabel 4.3 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Kebijakan

Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 80

Tabel 4.4 : Triangulasi Sumber Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH... 81 Tabel 4.5 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Proses Penyusunan

Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 84 Tabel 4.6 : Triangulasi Sumber Proses Penyusunan Kebijakan

Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 85

Tabel 4.7 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 90 Tabel 4.8 : Triangulasi Sumber Implementasi Kebijakan Pemerintah

Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 91

Tabel 4.9 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Hambatan dalam upaya Pemeliharaan RTH ... 94 11. Tabel 4.10 : Triangulasi Sumber Hambatan dalam upaya Pemeliharaan

RTH ... 95 12. Tabel 4.11 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Upaya dalam

mengatasi hambatan Pemeliharaan RTH ... 97

13. Tabel 4.12 : Triangulasi Sumber Upaya dalam mengatasi hambatan Pemeliharaan RTH ... 98


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana

banjir/longsor serta semakin hilangnya ruang terbuka (Openspace) untuk

artikulasi dan kesehatan masyarakat.

Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.

Terbitnya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan berkelanjutan yang harus menjadi salah satu konsen utama dalam pembangunan baik di negara maju maupun negara berkembang. Di dalam negeri sendiri, Undang-undang tersebut juga sejalan dengan semakin kritisnya kondisi lingkungan di Indonesia yang ditandai dengan fenomena semakin sering dan besarnya banjir, serta tanah longsor yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia.

Dalam rangka merespon hal-hal tersebut pada Undang-undang Nomor 26/2007, muatan terkait dengan isu lingkungan hidup semakin ditekankan. Salah satunya adalah dalam kaitan dengan Perencanaan Ruang Wilayah Kota yang diharuskan memuat rencana penyediaan dan pemanfatan Ruang Terbuka Hijau (RTH).


(10)

Undang-undang tersebut mencantumkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk Ruang Terbuka Hijau, dimana 20% diperuntukan bagi Ruang Terbuka Hijau publik yang merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, serta 10% diperuntukan bagi Ruang Terbuka Hijau privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat.

Kebijakan yang menjadi acuan dalam Pemeliharaan Ruang terbuka Hijau (RTH) ialah Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, selanjutnya Pemerintah Kota Bandung berupaya untuk merealisasikannya dengan lahirnya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Namun hal yang lebih penting sebenarnya ialah bukan hanya sebatas kebijakan itu dibuat, tetapi bagaimana implementasi dari kebijakan tersebut.

Kebijakan pemerintah kota dan pemerintah pusat tentu tidak boleh saling bertentangan, sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan pemerintah kota akan mewujudkan keharmonisan peraturan dan tercipta masyarakat yang kondusif memahami setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Setiap kebijakan pemerintah kota mengacu kepada Undang-undang yang telah dibuat oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota menjalankan melalui Peraturan Daerah (Perda) menyesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat kota tersebut pasca otonomi daerah.

Menurut Mustopadidjaja (dalam Suriakusumah, 2000: 286) memberikan definisi kerja tentang kebijakan yaitu:

Kebijakan yaitu keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.


(11)

Dari pendapat di atas mengenai kebijakan jelas bahwa kebijakan dibuat dalam merespon permasalahan yang ada di masyarakat. Permasalahan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah mengenai luasan RTH yang ada di Kota Bandung yang semakin berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan komersial. Untuk itu perlu kebijakan yang mengatur untuk memelihara luasan RTH itu agar tetap terpelihara dan digunakan sesuai peruntukkannya.

R u a n g T e r b u k a H i j a u m e n u r u t

U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6 T a h u n 2 0 0 7 t e n t a n g P e n a t a a n R u a n g a d a l a h :

R u a n g T e r b u k a H i j a u a d a l a h a r e a

m e m a n j a n g a t a u j a l u r d a n a t a u

m e n g e l o m p o k , y a n g p e n g g u n a a n n y a

l e b i h b e r s i f a t t e r b u k a s e b a g a i

t e m p a t t u m b u h t a n a m a n , b a i k y a n g

t u m b u h s e c a r a a l a m i a h a t a u p u n

s e n g a j a d i t a n a m . K e b e r a d a a n R u a n g T e r b u k a H i j a u m e r u p a k a n s a l a h s a t u

u n s u r p e n t i n g d a l a m m e m b e n t u k

l i n g k u n g a n k o t a y a n g n y a m a n d a n

s e h a t . ( U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6

T a h u n 2 0 0 7 p a s a l 1 )

P e r a t u r a n M e n t e r i D a l a m N e g e r i

R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 1 T a h u n

2 0 0 7 T e n t a n g P e n a t a a n R u a n g T e r b u k a

H i j a u K a w a s a n P e r k o t a a n p a s a l 1 ,

m e n y e b u t k a n b a h w a :

R u a n g T e r b u k a H i j a u K a w a s a n

P e r k o t a a n y a n g s e l a n j u t n y a

d i s i n g k a t R T H K P m e r u p a k a n

b a g i a n y a n g t i d a k t e r p i s a h k a n d a r i

r e n c a n a t a t a r u a n g w i l a y a h p r o p i n s i d a n k a b u p a t e n / k o t a . R T H K P a d a l a h


(12)

k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g d i i s i o l e h

t u m b u h a n d a n t a n a m a n g u n a

m e n d u k u n g m a n f a a t e k o l o g i , s o s i a l , b u d a y a , e k o n o m i d a n e s t e t i k a . L u a s

i d e a l R T H K P m i n i m a l 2 0 % d a r i

l u a s k a w a s a n p e r k o t a a n .

D a r i p e n g e r t i a n y a n g d i s e b u t k a n d i

a t a s , m a k a d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a

R u a n g T e r b u k a H i j a u a d a l a h r u a n g

y a n g d i s e d i a k a n o l e h p e m e r i n t a h k o t a

a t a u p u n s w a s t a u n t u k t u m b u h n y a

t a n a m a n d a n p o h o n d e n g a n t u j u a n

m e n a m p u n g s e g a l a a k t i v i t a s m a s y a r a k a t

k o t a , m e n g u r a n g i p o l u s i u d a r a , d a n

t e r c i p t a n y a k o t a y a n g n y a m a n d a n

s e h a t . R u a n g T e r b u k a H i j a u

m e m b u t u h k a n p e r e n c a n a a n y a n g l e b i h

b a i k l a g i u n t u k m e n j a g a k e s e i m b a n g a n

k u a l i t a s l i n g k u n g a n p e r k o t a a n m e l a l u i

p e m b a n g u n a n b e r k e l a n j u t a n (sustainable

development) d e n g a n m e m p e r h a t i k a n k e l e s t a r i a n l i n g k u n g a n h i d u p .

RTH merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat, selain itu mendukung manfaat ekologis, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika kota. Jadi penting untuk mendukung agar pemeliharaan RTH tetap dilakukan, lebih baik lagi apabila bisa menambah luasan RTH. Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pemakaman dan Pertamanan guna memelihara RTH melakukan upaya pemeliharaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pemeliharaan yang dilakukan yang diutamakan ialah jalur hijau jalan dan taman-taman kota.


(13)

Berdasarkan data dari Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, saat ini Kota Bandung hanya memiliki lahan RTH sebesar 8,87% dari luas wilayah Kota Bandung. Untuk itu Pemerintah Kota berupaya melakukan pemeliharaan lahan tersebuat agar tetap terjaga dan berkoordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Karya Cipta mengenai rekomendasi lahan yang akan dijadikan RTH.

Permasalahan beralih fungsinya lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Masalah pengalih fungsian lahan RTH di Indonesia khususnya Kota Bandung dengan luas lahan 16.726 Ha dan jumlah penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa tergolong kota yang padat penduduk. Sebuah konsekuensi logis yang akan membawa berbagai dampak pembangunan, antara lain apabila tidak ada keseimbangan dalam pemanfaatan antara ruang terbangun dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) akan terjadi degradasi lingkungan.

Pembangunan haruslah terjadi dan berorientasi pada terbentuknya kota yang maju secara ekonomi dan nyaman secara ekologi. Tekanan sosial, ekonomi, dan budaya akibat peningkatan penduduk Kota Bandung menyebabkan perubahan pada pemanfaatan ruang secara signifikan, dimana karena kebutuhan sarana dan infrastruktur kota menyebabkan Ruang Terbuka Hijau semakin termarjinalkan.

Ruang lingkup pengelolaan RTH menurut Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH mencakup :

a. perencanaan pemanfaatan RTH; b. pelaksanaan;

c. pengawasan; d. pengendalian; dan e. evaluasi.


(14)

Berdasarkan data dari Rencana Strategis Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung dijelaskan bahwa yang menjadi permasalahan Diskamtam yaitu:

a. Aspek spasial ruang: Belum ada masterplan RTH, pola sebaran RTH

belum merata

b. Aspek Kelembagaan: belum ada sinergitas program antar instansi

terkait; Pendanaan, SDM dan Pendukung operasional belum optimal

c. Aspek Masyarakat : kurangnya awarness dari masyarakat terhadap

eksistensi RTH sebagai Ruang Publik

Analisis mengenai kebijakan pemerintah kota merupakan salah satu kajian Pendidikan Kewarganegaraan karena dipelajari dalam mata kuliah kebijakan publik. Warga negara tentunya harus mengetahui hak dan kewajibannya salah satunya berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan. Mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan sadar akan tanggung jawabnya merupakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yakni menjadi warga negara yang baik.

Dilihat dari kondisi lingkungan perkotaan yang semakin menurun, ketentuan dalam Undang-undang Penataan Ruang sangat tepat. Sudah bukan rahasia lagi bahwa secara umum kondisi lingkungan perkotaan di Indonesia sudah semakin menurun, dimana luasan Ruang Terbuka Hijau semakin lama semakin berkurang dan berubah fungsi menjadi areal-areal komersial yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding dengan Ruang Terbuka Hijau.

Sudah sepantasnya aturan tersebut, yang mencoba menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi kota-kota di Indonesia khususnya kota Bandung, harus didukung oleh semua pihak, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah,

pelaku ekonomi serta masyarakat (community) secara keseluruhan. Tetapi akan

lebih baik lagi, jika aturan tersebut selain mencoba menjawab dan merespon kondisi dan permasalahan saat ini juga memperhitungkan kapasitas atau kelayakan dari implementasinya. Aturan yang baik tetapi sulit untuk


(15)

diimplementasikan atau dioperasionalkan akan sama nilainya dengan aturan yang sama sekali tidak menjawab permasalahan yang ada.

Melihat data – data dan fakta – fakta yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana implementasi kebijakan pemerintah kota. Maka dari itu penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan

judul : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM

UPAYA PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDUNG (Studi deskriptif terhadap kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung).

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis ialah: bagaimana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung? Mengingat luasnya kajian permasalahan pada penulisan ini, maka penulis membatasi masalah kedalam beberapa rumusan, sebagai berikut:

1. Apa saja kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang

Terbuka Hijau di Kota Bandung?

2. Bagaimana proses penyusunan kebijakan pemerintah kota tentang Ruang

Terbuka Hijau di Kota Bandung?

3. Sejauh mana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya

pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam upaya pemeliharaan

Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung?

5. Bagaimana upaya-upaya pemerintah kota mengatasi hambatan yang

dialami dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian


(16)

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau.

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah kota Bandung dalam upaya

memelihara Ruang Terbuka Hijau

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses penyusunan kebijakan

pemerintah kota Bandung tentang Ruang Terbuka Hijau

3. Untuk mengetahui keefektifan kebijakan pemerintah kota Bandung

dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau

4. Untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang dialamai

pemerintah kota Bandung dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau

5. Untuk menganalisis upaya-upaya pemerintah kota Bandung mengatasi

hambatan yang dihadapi dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teoritis

dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang hukum, khususnya segi Kebijakan Publik.

b. Memberikan sumbangsih teoritis kepada masyarakat bagaimana

berperilaku untuk menciptakan kota yang hijau.

c. Memberikan sumbangsih teoritis kepada pemerintah kota guna


(17)

yang turut andil dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung.

2. Secara praktis

a) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi dalam

menyusun kebijakan upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung

b) Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan informasi mengenai

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kota tentang upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau.

E. Penjelasan Istilah

1. Implementasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, implementasi adalah

pelaksanaan, penerapan. Dengan demikian, implementasi dalam penelitian ini adalah kegiatan pelaksaan dan penerapan kebijakan pemerintah kota dalam hal ini Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung.

2. Kebijakan

Menurut Mustopadidjaja (dalam Suriakusumah, 2000: 286) memberikan definisi kerja tentang kebijakan yaitu:

Kebijakan yaitu keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.


(18)

Budi Winarno (2002: 14) mempergunakan istilah kebijakan, kebijakan digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Menurut Charles O.Jones (dalam (Budi Winarno, 2002: 16), istilah kebijakan tidak hanya digunakan dalam praktik sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda

Berkaitan dengan pengertian kebijakan tersebut, Carl Friedrich dalam Budi Winarno (2002 : 16):

Kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan kesempatan terhadap kebija kan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Istilah kebijakan ini lebih tertuju pada kebijakan (policy) yaitu kebijakan negara, kebijakan yang dibuat negara. Kebijakan publik dapat juga berarti serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. Bentuk kebijakan publik itu bisa berupa undang-undang atau peraturan daerah (Perda) dan yang lain

Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung.

3. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara

terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH),


(19)

R u a n g T e r b u k a H i j a u m e n u r u t

U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6 T a h u n

2 0 0 7 t e n t a n g P e n a t a a n R u a n g

a d a l a h :

R u a n g T e r b u k a H i j a u a d a l a h

a r e a m e m a n j a n g a t a u j a l u r d a n

a t a u m e n g e l o m p o k , y a n g

p e n g g u n a a n n y a l e b i h b e r s i f a t

t e r b u k a s e b a g a i t e m p a t t u m b u h

t a n a m a n , b a i k y a n g t u m b u h

s e c a r a a l a m i a h a t a u p u n s e n g a j a

d i t a n a m . K e b e r a d a a n R u a n g

T e r b u k a H i j a u m e r u p a k a n s a l a h

s a t u u n s u r p e n t i n g d a l a m

m e m b e n t u k l i n g k u n g a n k o t a

y a n g n y a m a n d a n s e h a t .

( U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6

T a h u n 2 0 0 7 p a s a l 1 )

R u a n g T e r b u k a H i j a u d i k e n a l

d e n g a n i s t i l a h R T H , m e r u p a k a n

i s t i l a h y a n g t e l a h l a m a

d i p e r k e n a l k a n . P e d o m a n T e n t a n g

P e n a t a a n R u a n g T e r b u k a H i j a u d i

W i l a y a h P e r k o t a a n ( I n m e n d a g r i

N o m o r 1 4 T a h u n 1 9 8 8 ) ,

m e n e g a s k a n b a h w a u n t u k

m e n i n g k a t k a n k u a l i t a s h i d u p d i

w i l a y a h p e r k o t a a n y a n g m e n c a k u p

b u m i , a i r , r u a n g a n g k a s a d a n

k e k a y a a n y a n g t e r k a n d u n g

d i d a l a m n y a , m a k a d i p e r l u k a n u p a y a

u n t u k m e m p e r t a h a n k a n d a n

m e n g e m b a n g k a n k a w a s a n - k a w a s a n


(20)

T e r b u k a H i j a u d i w i l a y a h p e r k o t a a n

d i t i t i k b e r a t k a n p a d a h i j a u s e b a g a i

u n s u r k o t a , b a i k p r o d u k t i f m a u p u n

n o n p r o d u k t i f , d a p a t b e r u p a

k a w a s a n j a l u r h i j a u p e r t a m a n a n

k o t a , k a w a s a n h i j a u p e r t a n i a n ,

k a w a s a n j a l u r h i j a u p e s i s i r p a n t a i ,

k a w a s a n j a l u r h i j a u s u n g a i d a n

b e n t u k r u a n g t e r b u k a h i j a u l a i n n y a .

S e s u a i I n m e n d a g r i N o m o r 1 4

T a h u n 1 9 8 8 p a s a l 3 , m a k a

p e n g e r t i a n R u a n g T e r b u k a H i j a u

a d a l a h :

R u a n g - r u a n g t e r b u k a d a l a m k o t a

a t a u w i l a y a h y a n g l e b i h l u a s ,

b a i k d a l a m b e n t u k a r e a l

k a w a s a n m a u p u n d a l a m b e n t u k

a r e a l m e m a n j a n g a t a u j a l u r

d i m a n a d i d a l a m p e n g g u n a a n n y a

l e b i h b e r s i f a t t e r b u k a p a d a

d a s a r n y a t a n p a b a n g u n a n .

D a l a m R u a n g T e r b u k a H i j a u

p e m a n f a a t a n n y a l e b i h b e r s i f a t

p e n g i s i a n h i j a u t a n a m a n a t a u

t u m b u h - t u m b u h a n s e c a r a

a l a m i a h a t a u p u n b u d i d a y a

t a n a m a n s e p e r t i l a h a n p e r t a n i a n ,

p e r t a m a n a n , p e r k e b u n a n d a n

s e b a g a i n y a .

P e r a t u r a n M e n t e r i D a l a m N e g e r i R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 1 T a h u n

2 0 0 7 T e n t a n g P e n a t a a n R u a n g

T e r b u k a H i j a u K a w a s a n P e r k o t a a n


(21)

R u a n g T e r b u k a H i j a u K a w a s a n

P e r k o t a a n y a n g s e l a n j u t n y a

d i s i n g k a t R T H K P m e r u p a k a n

b a g i a n y a n g t i d a k t e r p i s a h k a n

d a r i r e n c a n a t a t a r u a n g w i l a y a h

p r o p i n s i d a n k a b u p a t e n / k o t a .

R T H K P a d a l a h b a g i a n d a r i

r u a n g t e r b u k a s u a t u k a w a s a n

p e r k o t a a n y a n g d i i s i o l e h

t u m b u h a n d a n t a n a m a n g u n a

m e n d u k u n g m a n f a a t e k o l o g i ,

s o s i a l , b u d a y a , e k o n o m i d a n

e s t e t i k a . L u a s i d e a l R T H K P

m i n i m a l 2 0 % d a r i l u a s k a w a s a n p e r k o t a a n .

R u a n g t e r b u k a m e r u p a k a n r u a n g

y a n g d i r e n c a n a k a n k a r e n a

k e b u t u h a n a k a n t e m p a t - t e m p a t

p e r t e m u a n d a n a k t i v i t a s b e r s a m a d i

u d a r a t e r b u k a . R u a n g t e r b u k a (open

spaces), R u a n g T e r b u k a H i j a u ( R T H ) ,

R u a n g p u b l i k (public spaces) m e m p u n y a i

p e n g e r t i a n y a n g h a m p i r s a m a .

Ruang Terbuka Hijau yang dimaksud Ruang Terbuka Hijau dalam penelitian ini adalah taman kota yang dibuat oleh pemerintah kota baik dalam upaya mengurangi polusi dan tujuan keindahan kota..

F. Strutur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi penulisan dalam penyusunan skripsi ini meliputi antara lain:

BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan struktur


(22)

organisasi penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka. Pada bab ini diuraikan mengenai

dokumen-dokumen dan teori-teori yang berkaitan mengenai fokus penelitian yang akan diteliti.

BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini diuraikan mengenai

pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik

pengumpulan data, subjek penelitian, tahap analisis data, pengujian kebsahan data, dan tahap-tahap penelitian yang dilakukan.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini diuraikan

mengenai gambaran umum lokasi dan subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian dengan mengaitkan data temuan di lapangan dengan teori yang mendukung penelitian.

BAB V : Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini penulis mencoba

menguraikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dan

hasil penelitian dari permasalahan yang telah


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan untuk memahami subjek secara mendalam, maka dari itu penelitian kualitatif ini meneliti kondisi objektif tertentu, dan peneliti berperan sebagai intsrumen penelitian. Hakikat penelitian kualitatif menurut Moleong (2010: 6) adalah:

Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain secara holistic dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Lebih lanjut Sugiyono (2008: 15) menjelaskan mengenai penelitian kualitatif bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

secara proposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

Seiring dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 1) mengemukakan pengertian pendekatan kualitatif, sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).


(24)

Penelitian kualititatif (Moleong, 2010: 7) berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data, secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antar peneliti dan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif dirasa sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang akan penulis lakukan, karena penelitian ini sangat memberikan kesempatan yang luas kepada peneliti untuk memungkinkan peneliti fokus ke dalam permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam. Peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti yang kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan bagaimana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung.

Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan Basrowi (2008: 22) mengungkapkan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,masyarakat dan atau suatu organisasi

tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut

pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 15) instrumennya adalah

orang atau human instrumen, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat mejadi

instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.


(25)

proses penelitian, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis data, analisis penafsiran dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya.

Peneliti kualitatif pergi ke lapangan dan mengamati sampai ia menemukan secara utuh apa yang dimaksudnya. Peneliti kualitatif yang ingin mengetahui tentang penyelenggaraan sekolah yang efektif, ia akan tinggal, berpartisipasi, merekam, memotret, mencatat, berkonsultasi dan melakukan dialog untuk menemukan konsep tentang sekolah efektif, langkah-langkah yang ditempuh sekolah dalam melaksanakan sekolah efektif, kegiatan guru, siswa, laporan dan sebagainya (Satori dan Aan, 2009: 27).

Mengacu pada pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan, karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk penulis meneliti secara fokus dan mendalam mengenai permasalahan yang akan penulis teliti, yaitu mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan pemerintah kota Bandung dalam upaya pemeliharaan Ruang

Terbuka Hijau.

2. Proses penyusunan kebijakan pemerintah kota Bandung tentang Ruang

Terbuka Hijau

3. Keefektifan kebijakan pemerintah kota Bandung dalam upaya

pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau

4. Hambatan-hambatan yang dialami pemerintah kota Bandung dalam upaya

pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau

5. Upaya-upaya pemerintah kota Bandung untuk mengatasi hambatan dalam


(26)

Sesuai dengan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan, penelitian kualitatif dapat menciptakan suatu hal baru dalam berbagai hal sesuai dengan apa yang ditemukan oleh peneliti di lapangan selama penelitian berlangsung. Dengan demikian penelitian kualitatif akan sangat membantu peneliti untuk memperoleh apa yang menjadi fokus penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode ini dilakukan untuk meneliti suatu objek, suatu kondisi yang bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran secara sistematis terhadap masalah yang sedang dikaji. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2006: 72) yang menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adlaah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Peneliti memandang metode ini sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Peneliti memilih metode ini karena dapat menggambarkan secara luas fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan menyatukannya menjadi padu mengenai implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau kota Bandung..

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kualitatif itu sendiri menggunakan peneliti sebagai alat untuk mengungkap data dari sumber, seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2010:163):

Alat pengumpulan data dalam kualitatif adalah peneliti itu sendiri dalam mengungkap sumber data (responden) secara mendalam dan bersifat radikal, sehingga diperoleh data yang utuh tentang segala pernyataan yang disampaikan sumber data. Sedangkan yang menjadi instrumen pembantu adalah berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman


(27)

Untuk memperoleh data yang akurat, maka penulis bertindak sebagai

instrumen utama (key instrument) dengan cara terjun langsung ke lapangan dan

menyatu dengan sumber data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, dimana peneliti mengamati fenomena-fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan penelitian saat penelitian dilakukan. Nasution dalam Sugiyono (2012a: 64) menyatakan bahwa:

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan seiring dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehngga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Sejalan dengan pendapat Basrowi dan Suwandi (2008: 94) yang menyatakan bahwa “observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer”. Oleh karena itu objektifitas seorang peneliti dalam hal kegiatan observasi ini sangat diutamakan. Lebih lanjut Basrowi dan Suwandi (2008: 94) mengemukakan bahwa:

Observasi ini dilakukan dengan melibatkan diri secara aktif dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yakni tinggal di lokasi penelitian dalam waktu yang relatif lama, sehingga mengetahui secara langsung aktivitas dan interaksi masyarakat dalam hal yang diteliti.

Merujuk pada pendapat di atas, melalui observasi, penulis mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan pengamatan yang berkaitan dengan proses terjadinya kegiatan.


(28)

Dalam konteks penelitian kualitatif, observasi tidak untuk menguji kebenaran tetapi untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan aspek/kategori sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti. Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang ada tidak luput dari perhatian dan dapat dilihat secara nyata. Semua kegiatan, objek, serta kondisi penunjang yang ada dapat diamati dan dicatat (Satori dan Aan, 2012: 106).

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan maksud melakukan pengamatan terhadap segala proses yang terjadi secara langsung di lapangan. Observasi langsung juga dapat disebut dengan observasi partisipatif, artinya peneliti terjun secara langsung ke dalam situasi dan kondisi dari subjek penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012b: 310) yang mengatakan bahwa:

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Pengamatan langsung dilakukan pada Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, aktivis lingkungan dan masyarakat. Adapun jenis data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan terhadap Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung,

berkaitan dengan:

1). Kebijakan yang dikeluarkan dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka

Hijau

2). Proses penyusunan kebijakan dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka

Hijau


(29)

2. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan berdialog yang dilakukan oleh peneliti kepada sumber data, ini dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung dari sumber

data. Menurut Moleong (2010: 186) “wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu”. Sedangkan menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012a: 72) menjelaskan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Stainback dalam Sugiyono (2012a: 318) mengemukakan bahwa dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012a: 72) yang mengemukakan bahwa:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Wawancara adalah kegiatan dialog atau percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara sebagai pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanyang pewawancara ajukan. Maksud mengadakan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007: 186), antara lain:

“... mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi)...”

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur, dengan maksud untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari narasumber dan mendalam. Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota


(30)

Bandung, aktivis lingkungan, dan masyarakat dapat menyampaikan pernyataan-pernyataan secara leluasa atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sesuai dengan kasus yang dialaminya, demikian pula sumber data yang lainnya. Seperti

yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012b: 321) “dalam wawancara tidak

terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden”. Adapun jenis data yang diperoleh dari hasil wawancara secar garis besarnya adalah sebagai berikut:

a. Wawancara terhadap Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota

Bandung, berkaitan dengan:

1. Kebijakan yang dikeluarkan dalam upaya pemeliharaan Ruang

Terbuka Hijau

2. Proses penyusunan kebijakan dalam upaya pemeliharaan Ruang

Terbuka Hijau

3. Keadaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung saat ini

b. Wawancara terhadap aktivis lingkungan, berkaitan dengan keefektifan

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.

c. Wawancara terhadap masyarakat berkaitan dengan kondisi Ruang Terbuka

Hijau saat ini dan aspirasi masyarakat tentang pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau.

3. Studi dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007: 216) memaknai dokumen sebagai “setiap ahan tertulis ataupun film, lain dari record (bukti tertulis) yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”. dokumen bisa bermacam-macam bentuknya, seperti yang dikemukakan oleh Sogiyono (2012a: 82):


(31)

Dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.

Studi Dokumentasi adalah berupa kegiatan mengumpulkan berbagai hal yang berhubungan dengan rumusan masalah, baik itu catatan, buku, agenda dan photo. Menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2007: 217) dokumen sering

digunakan dalam penelitian karena alasan-alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan seperti berikut ini:

1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang

stabil, kaya, dan mendorong.

2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.

3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena

sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.

4) Recod relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.

5) keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik

kajian isi.

6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih

memperluas tubuh pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki.

Dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah, baik berupa catatan, agenda, photo, surat kabar dan sebagainya. Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah melakukan pencatatan tentang bukti fisik proses penyusunan kebijakan yang berhubungan dengan implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung. Adapun jenis data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi adalah sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi terhadap Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota

Bandung, yang berkaitan dengan:


(32)

2) Catatan-catatan bentuk kegiatan rencana kebijakan yang sedang dilakukan ataupun akan dilakukan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung.

3) Segala jenis bukti tertulis dalam upaya mendukung pemeliharaan Ruang

Terbuka Hijau Kota Bandung.

b. Studi dokumentasi terhadap dokumen-dokumen Dinas Pemakaman dan

Pertamanan Kota Bandung, berkaitan dengan:

1) Gambaran umum tentang kondisi Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.

2) Gambaran tentang kebijakan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota

Bandung.

D. Subjek Penelitian

Sebuah penelitian memerlukan data dan informasi dari berbagai sumber yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat sesuai dengan tujuan dari penelitian. Oleh karena itu harus ditentukan subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber data dan informasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012a: 50) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

Dalam penelitian ini, penulis menentukan subjek penelitian sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dilakukan. Berdasarkan pada hal tersebut, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. Hal ini didasarkan

karena Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung selaku


(33)

2. Aktivis lingkungan sebagai orang yang memahami dan meneliti keadaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung yang selanjutnya dapat memberi informasi dan sumbangsih pemikiran pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.

3. Masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan Ruang Terbuka Hijau guna

menunjang aktivitasnya sehari-hari agar bisa turut andil dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.

E. Tahap Analisis Data

Analisis adalah suatu usaha untuk menguraikan suatu masalah atau fokus

kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk

sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Satori dan Aan, 2012: 200).

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007: 248):

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintetisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan ap ayang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Kegiatan analisis ini dilakukan oleh penulis setelah data yang diperlukan terkumpul. Dengan demikian, pada tahap ini penulis berusaha mengorganisasikan data yang terlah dihimpun dalam bentuk catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama penelitian berlangsung dan setelah selesai di lapangan. Namun Sugiyono (2012b: 336) analisis lebih difokuskan selama proses dilapangan, bersamaan dengan pengumpulan data.

Analisis data kualitatif selama di lapangan berdasarkan model Miles dan

Huberman dalam Sugiyono (2012a: 91) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data


(34)

aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data reduction (reduksi data)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Sugiyono: 2012b: 338) menjelaskan mengenai reduksi data sebagai berikut:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu Data yang penulis dapatkan dari lapangan diteliti dan dirinci, karena seiring dengan waktu yang penulis habiskan untuk menghimpun data, data yang terhimpun akan lebih banyak. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan merinci, serta akan memudahkan penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (Penyajian data)

Menurut Sugiyono (2012b: 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori,flowchart dan sejenisnya”. Penyajian data kualitatif paling sering

menggunakan teks yang bersifat naratif.

Lebih lanjut Sugiyono (2012b: 341) menjelaskan “dalam mendisplaykan

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut”. Berkaitan dengan metode penelitian yang penulis pilih yaitu deskriptif analitis, maka display data yang dilakukan oleh penulis lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat.


(35)

3. Conclusion drawing/ verification

Mengenai tentang kesimpulan (Sugiyono, 2012b: 345) menjelaskan sebagai berikut:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data

yang dikumpulkan. Agar mendapatkan suatu kesimpulan yang sahih (valid),

kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, untuk menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan dalam kesimpulan akhir yang akurat

F. Pengujian Keabsahan Data

Hasil penelitian harus memiliki derajat kepercayaan yang dilakukan dengan pengujian keabsahan data. Keabsahan yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh dari nara sumber yaitu dari Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, aktivis lingkungan, dan masyarakat.

Satori dan Aan (2012: 164) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif

dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability)”. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012b: 366) “uji keabsahan

data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (Validitas internal),

transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability

(objektivitas)”.

1. Credibility (Validitas internal)

Sugiyono (2012b: 368) mengemukakan “uji kredibilitas data atau


(36)

diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check”.

Serangkaian aktivitas uji kredibilitas data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperpanjang pengamatan

Perpanjangan pengamatan penulis lakukan guna memperoleh data yang akurat dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan interaksi dengan sumber data. Sugiyono (2012b: 369) menegaskan bahwa “dengan perpanjangan pangamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara

sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi”.

b. Meningkatkan ketekunan dalam penelitian

Kondisi fisik dan mental peneliti tidak selalu dalam kondisi prima, oleh karena itu terkadang peneliti didera rasa malas sehingga kurang dapat berkonsentrasi pada saat melakukan penelitian. Oleh karena itu peneliti harus meningkatkan ketekunan dalam penelitian, ini dapat di tempuh dengan cara membulatkan tekad dan niat dari peneliti tersendiri serta didorong oleh motivasi

yang diberikan oleh orang-orang terdekat. Sugiyono (2012b: 371)

mengungkapkan “meningkatkan ketekunan dapat memberikan deskripsi data yang

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati”.

c. Triangulasi data

Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2012b: 372) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, aktivis lingkungan, dan masyarakat.


(37)

1) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga sumber data

(Sumber: Sugiyono, 2012b: 372)

2) Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Bagan 3.2 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 372)

3) Triangluasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga

Wawancara

Dokumentasi

Observasi Kepala Dinas Pemakaman

dan Pertamanan Kota Bandung

Masyarakat


(38)

Bagan 3.3 Triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 373)

d. Analisis kasus negatif

Analisis kausus negatif (Sugiyono, 2012b: 374) telah menjelaskannya sebagai berikut:

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.

e. Menggunakan referensi yang cukup

Menggunakan referensi yang cukup disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.

f. Member check

Member check sebagaimana di ungkapkan Sugiyono (Sugiyono, 2012b: 376) bahwa:

Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya

Siang

Pagi


(39)

dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan pemberi data.

2. Transferability (Validitas eksternal)

Pengertian Transferability (Sugiyono: 2012b: 376) menjelaskan bahwa:

Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahmai hasil penelitian kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini, maka penulis membuat laporan dalam bentuk uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian penulis menyimpan harapan bahwa pembaca akan dapat memahami hasil penelitian ini dengan mudah dan mendapatkan penjelasan yang seutuhnya.

3. Dependability (Reabilitas)

Berbicara mengenai dependability (Sugiyono, 2012b: 377) disebutkan

bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji

dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji

dependability nya.

Sehubungan dengan uji dependability, penulis melakukannya dengan cara

bekerja sama dengan pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti.


(40)

4. Confirmability (Objektivitas)

Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji

objektivitas penelitian. Pengujian confirmability (Sugiyono, 2012b: 377) ialah:

Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak

orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji

dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan

proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi

standar confirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada,

tetapi hasilnya ada.

Berkaitan dengan uji confirmability peneliti menguji hasil penelitian

dengan mengaitkannya dengan proses penelitian dan melakukan evaluasi terhadap hasil penelitian, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau bukan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian harus melalui bebrapa tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh penulis:

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian penulis melakukan persiapan penelitian yang diperlukan sebelum terjun ke dlaam kegiatan penelitian. Penyusunan rancnagan penelitian, pertimbangan masalah yang menjadi fokus penelitian, dan mengurus perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

Setelah itu penulis memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian yang merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul penelitian dinilai telah mencukup dan disetujui oleh pembimbing maka penulis melakukan studi lapangan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai subjek yang akan dijadikan objek penelitian. Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelitian secara umum,


(41)

penelitian yang terdiri dari perangkat pedoman wawancara, format observasi dan format studi dokumentasi yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, terlebih dahulu penulis menempuh proses perijinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada

Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi yang kemudian disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pembantu Rektor 1 atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan

ijin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung.

d. Setelah itu penulis menyerahkan surat ijin penelitian dari UPI kepada pihak

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung untuk melakukan penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap persiapan penelitian selesai ditempuh, dan persiapan yang menunjang berjalannya penelitian telah lengkap, maka penulis langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, penulis sebagai instrument utama dibantu oleh pedoman observasi dan wawancara antara penulis dan nara sumber atau responden.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan yang belum penulis ketahui sebelumnya. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, penulis menuliskan kembali data-data yang telah dihimun kedalam catatan lapangan, dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data secara utuh.


(42)

3. Tahap Analisis Data

Tahap terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap analisis ini penulis berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.

Demikian serangkaian tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian mengenai implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung belum optimal karena keterbatasan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

2. Kesimpulan Khusus

Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, antara lain:

a. Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH

antara lain Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, Juknis, SOP dan

master plan dalam pelaksanaan pemeliharaan RTH.

b. Proses kebijakan pemeliharaan RTH itu ada tataran formulatif dan

implementatif. Apabila tataran formulatif merumuskan kebijakan dan kemudian lahir sebuah Perda, maka dalam tataran implementatif bagaimana

Perda itu dijalankan oleh Diskamtam sebagai leading sector dalam upaya

pemeliharaan RTH.

c. Implementasi kebijakan Pemerintah Kota tentang Pemeliharaan RTH kurang

maksimal. Pihak Diskamtam menyadari karena dalam pemeliharaan RTH itu banyak menemui hambatan, sementara dari aktivis dan masyarakat juga melihat dari realita kondisi RTH yang ada sekarang yang kurang terpelihara. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung dapat dilaksanakan dengan baik apabila ada dukungan dari para pemangku kepentingan yang konsen dan konsisten


(44)

terhadap kebijakan yang telah ditetapkan yang berorientasi terciptanya kualitas lingkungan yang memiliki fungsi ekologis, sosial, ekonomi dan estetika secara seimbang dan terintegrasi yang membentuk sebuah ekosistem perkotaan.

d. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Pemerintah Kota dalam upaya

pemeliharaan RTH di Kota Bandung ini yaitu; (1) ketersediaan Sumber Daya Manusia dilihat dari kualitas dan kuantitas, (2) keterbatasan sumber dana atau anggaran, (3) sangat minimnya sarana dan prasarana pendukung operasional Diskamtam untuk memelihara RTH di Kota Bandung, (4) kurangnya kesadaran warga masyarakat untuk peduli dan memelihara lingkungan, dan (5) pihak swasta yang hanya berorientasi komersil.

e. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan RTH antara lain; (1)

Intensifikasi penataan dan pemeliharaan RTH melalui peningkatan kualitas RTH pada lahan yang ada, (2) Ekstensifikasi RTH melalui penambahan luasan RTH, (3) Penambahan sarana dan prasarana tenaga operasional di lapangan, (4) Pengajuan penambahan anggaran dana guna mendukung pemeliharaan RTH, (5) Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi terhadap seluruh lapisan masyarakat tentang pemeliharaan RTH, (6) Meningkatkan

pola-pola kemitraan terhadap berbagai stakeholder tentang pengelolaan RTH.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagi pihak Pemerintah Kota Bandung, yaitu:

a. RTH yang digunakan tidak sesuai peruntukkannya misal digunakan oleh

pedagang kaki lima, lahan parkir, gepeng, untuk itu Pemerintah Kota harus lebih mengintensifkan pengawasan dengan memantau secara langsung pelaksanaan pemeliharaan RTH.


(45)

b. Kurangnya publikasi yang dilakukan Pemerintah Kota, untuk itu Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pemeliharaan RTH melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang kondisi RTH di Kota Bandung.

c. Pemerintah Kota harus bisa merangkul aspirasi seluruh unsur lapisan

masyarakat dengan bekerjasama baik dengan komunitas, ormas, ataupun LSM guna pemeliharaan RTH.

2. Bagi Masyarakat Kota Bandung

a. Kurangnya peran aktif masyarakat, untuk itu masyarakat Kota Bandung

harus lebih berperan aktif dalam upaya pemeliharaan RTH di Kota Bandung

b. Kurang pedulinya masyarakat terhadap keadaan RTH, untuk itu

masyarakat Kota Bandung harus lebih giat melaksanakan aksi peduli lingkungan dengan langkah nyata pemeliharaan RTH yang ada di Kota Bandung


(46)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Agustino, Leo. (2006). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djahiri, Kosasih. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian

Metodologi Model Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.

Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Hanindita.

Effendi, R dan Malihah. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial,

Budaya dan Teknologi. Bandung: Maulana Media Grafika

Hakim, R. (2004). Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta:

FALTL. Universitas Trisakti.

Moleong, LJ. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Laboraturium PKn..

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:

PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012a). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012b). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantittif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunggono, Bambang. (1994) Hukum dan Kebijakan Publik. Jakarta. Sinar Grafika


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung belum optimal karena keterbatasan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

2. Kesimpulan Khusus

Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, antara lain:

a. Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH antara lain Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, Juknis, SOP dan

master plan dalam pelaksanaan pemeliharaan RTH.

b. Proses kebijakan pemeliharaan RTH itu ada tataran formulatif dan implementatif. Apabila tataran formulatif merumuskan kebijakan dan kemudian lahir sebuah Perda, maka dalam tataran implementatif bagaimana Perda itu dijalankan oleh Diskamtam sebagai leading sector dalam upaya pemeliharaan RTH.

c. Implementasi kebijakan Pemerintah Kota tentang Pemeliharaan RTH kurang maksimal. Pihak Diskamtam menyadari karena dalam pemeliharaan RTH itu banyak menemui hambatan, sementara dari aktivis dan masyarakat juga melihat dari realita kondisi RTH yang ada sekarang yang kurang terpelihara. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung dapat dilaksanakan dengan baik apabila ada dukungan dari para pemangku kepentingan yang konsen dan konsisten


(2)

91

terhadap kebijakan yang telah ditetapkan yang berorientasi terciptanya kualitas lingkungan yang memiliki fungsi ekologis, sosial, ekonomi dan estetika secara seimbang dan terintegrasi yang membentuk sebuah ekosistem perkotaan.

d. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Pemerintah Kota dalam upaya pemeliharaan RTH di Kota Bandung ini yaitu; (1) ketersediaan Sumber Daya Manusia dilihat dari kualitas dan kuantitas, (2) keterbatasan sumber dana atau anggaran, (3) sangat minimnya sarana dan prasarana pendukung operasional Diskamtam untuk memelihara RTH di Kota Bandung, (4) kurangnya kesadaran warga masyarakat untuk peduli dan memelihara lingkungan, dan (5) pihak swasta yang hanya berorientasi komersil.

e. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan RTH antara lain; (1) Intensifikasi penataan dan pemeliharaan RTH melalui peningkatan kualitas RTH pada lahan yang ada, (2) Ekstensifikasi RTH melalui penambahan luasan RTH, (3) Penambahan sarana dan prasarana tenaga operasional di lapangan, (4) Pengajuan penambahan anggaran dana guna mendukung pemeliharaan RTH, (5) Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi terhadap seluruh lapisan masyarakat tentang pemeliharaan RTH, (6) Meningkatkan pola-pola kemitraan terhadap berbagai stakeholder tentang pengelolaan RTH.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagi pihak Pemerintah Kota Bandung, yaitu:

a. RTH yang digunakan tidak sesuai peruntukkannya misal digunakan oleh pedagang kaki lima, lahan parkir, gepeng, untuk itu Pemerintah Kota harus lebih mengintensifkan pengawasan dengan memantau secara langsung pelaksanaan pemeliharaan RTH.


(3)

92

b. Kurangnya publikasi yang dilakukan Pemerintah Kota, untuk itu Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pemeliharaan RTH melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang kondisi RTH di Kota Bandung.

c. Pemerintah Kota harus bisa merangkul aspirasi seluruh unsur lapisan masyarakat dengan bekerjasama baik dengan komunitas, ormas, ataupun LSM guna pemeliharaan RTH.

2. Bagi Masyarakat Kota Bandung

a. Kurangnya peran aktif masyarakat, untuk itu masyarakat Kota Bandung harus lebih berperan aktif dalam upaya pemeliharaan RTH di Kota Bandung

b. Kurang pedulinya masyarakat terhadap keadaan RTH, untuk itu masyarakat Kota Bandung harus lebih giat melaksanakan aksi peduli lingkungan dengan langkah nyata pemeliharaan RTH yang ada di Kota Bandung


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Agustino, Leo. (2006). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djahiri, Kosasih. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian

Metodologi Model Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.

Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Hanindita. Effendi, R dan Malihah. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial,

Budaya dan Teknologi. Bandung: Maulana Media Grafika

Hakim, R. (2004). Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta: FALTL. Universitas Trisakti.

Moleong, LJ. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Laboraturium PKn..

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012a). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012b). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantittif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunggono, Bambang. (1994) Hukum dan Kebijakan Publik. Jakarta. Sinar Grafika Suriakusumah. (2008). Buku Ajar Sistem Pemerintahan Daerah. Bandung:


(5)

Suryaningrat Bayu. (1989). Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Pemangunan di Indonesia. Jakarta. Bina Aksara

Sutopo., dan Sugiyanto. (2001). Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Thomas R Dye dalam Solihin Abdul Wahab, (1990). Pengantar Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rineka Cipta.

Widagdho, Djoko. (2010). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. (2002) Kebijakan dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.

B. Undang-undang, Peraturan Menteri, dan Disertasi

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 12/PRT/M Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kota/Perkotaan

Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau


(6)

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung

Sapriya. (2007). Perspektif Pemikiran tentang PKn dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Disertasi Prodi IPS Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.