RELEVANSI PROGRAM SMK DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA : Studi Tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung.

(1)

RELEVANSI PROGRAM SMK

DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA

(Studi Tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia

Kerja Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan

Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan

Promovendus:

Yati Siti Mulyati

NIM: 0808791

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA S3

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Relevansi Program SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Pada SMK di Kota Bandung (Studi tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Khususnya Melalui Kajian Program PRAKERIN SMK Pada Dunia Bisnis dan Industri) ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung,17 Desember 2012 Yang membuat pernyataan,

Yati Siti Mulyati NIM:

0808791


(3)

Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung) Yati Siti Mulyati (0808791)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan menengah di Indonesia, yang penyelenggaraan pendidikannya dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki lapangan kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya yang sifatnya spesifik. Dewasa ini tidak sedikit lulusan siswa SMK masih banyak mengalami kendala dalam memasuki lapangan pekerjaan. Masalah ini disebabkan terbatasnya lapangan kerja dan juga karena kualitas dan relevansi lulusan sekolah yang masih rendah. Akibat rendahnya kualitas prestasi belajar lulusan sekolah, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan pada instansi pemerintah dan dunia usaha dunia industri, sehingga SMK diarahkan untuk menjaga mutu dan relevansi. Berkaitan dengan mutu SMK, diukur dari kualitas dan relevansi lulusannya dengan kebutuhan lapangan kerja. Sementara kebutuhan kemampuan lapangan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan DU/DI dan perkembangan teknologi yang diaplikasikan, sehingga untuk mempertahankan kualitas penyelenggaraan pendidikannya SMK secara terus menerus mengembangkan diri. Sedangkan relevansi, yaitu SMK senantiasa menjaga lulusannya sesuai dengan kebutuhan DU/DI. Praktek kerja industri (Prakerin) di SMK menjadi salah satu wahana untuk melihat kesesuaian kurikulum SMK dengan kebutuhan DU/DI.

Pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: pertama bagaimana profil SMK dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Kedua bagaimanakah perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Ketiga bagaimanakah implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Keempat bagaimanakah manfaat atau pengaruh program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar Relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Kelima bagaimanakah evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tempat penelitian ini adalah SMK Negeri dan Swasta yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan

Pertama Secara umum profil SMK di Kota Bandung yang meliputi sumber daya baik material

ataupun non material telah mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang relevan dengan dunia kerja. Kedua dalam perencanaan prakerin telah melibatkan berbagai pihak seperti pihak sekolah, komite sekolah dan DU/DI. Ketiga implementasi prakerin dalam mencapai kompetensi keahlian siswa ditempatkan sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh siswa dan juga dibimbing oleh guru pembimbing dan juga instruktur dari DU/DI.

Keempat pelaksanaan prakerin memberikan manfaat bagi siswa, sekolah dan DU/DI. Kelima

evaluasi program prakerin berbentuk jurnal, dan uji kompetensi, yang melakukan evaluasi adalah guru pembimbing dan instruktur dari DU/DI.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diajukan oleh peneliti pertama dinas pendidikan untuk memfasilitasi SMK dalam melaksanakan prakerin, melalui penyediaan data DU/DI yang berpotensi untuk dijadikan tempat pelaksanaan prakerin. Kedua SMK dalam melakukan kerjasama dengan DU/DI diawali dengan melakukan MOU terlebih dahulu.

Ketiga DU/DI memiliki kewajiban kepada SMK untuk membantu meningkatkan kualitas


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Sistematika Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 16

A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan ... 16

B. Pendidikan Kejuruan ... 31

1. Karakteristik Pendidikan Kejuruan ... 34

2. Tujuan Pendidikan Kejuruan ... 34

3. Peserta Didik ... 37

4. Substansi Pendidikan Kejuruan ... 39

C. Program SMK ... 45

1. Kurikulum Pendidikan Kejuruan ... 45

2. Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ... 51

3. Perencanaan Program PRAKERIN ... 53

4. Pelaksanaan Program Prakerin ... 55

5. Evaluasi Program PRAKERIN dan Tindak Lanjut ... 56

D. Perkembangan Pendidikan Kejuruan ... 59

1. Tuntutan Peserta Didik ... 59

2. Tuntutan Menjawab Kebutuhan Masyarakat ... 61

3. Tuntutan Manajemen Pendidikan Kejuruan ... 64

E. Sekolah Menengah Kejuruan ... 70

F. Program Kejuruan Keahlian Bisnis Manajemen ... 72

1. Tujuan Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 72

2. Isi Kurikulum SMK Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 72

3. Strategi Pembelajaran ... 85


(5)

G. Konsep Kurikulum SMK Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 86

H. Model Pengembangan Kurikulum SMK Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 90

I. Pembelajaran Keahlian Usaha Perjalanan Wisata di SMK ... 93

1. Model Pembelajaran ... 95

2. Pendekatan Pembelajaran Keahlian Pariwisata di SMK ... 98

3. Mutu Proses Pembelajaran Praktek kerja industri (Prakerin) ... 109

J. Penelitian yang Relevan ... 111

K. Kerangka Pikir Penelitian ... 117

L. Premis Penelitian ... 119

BAB III METODE PENELITIAN ... 121

A. Pendekatan Penelitian ... 121

B. Definisi Istilah ... 122

C. Objek Penelitian ... 123

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 126

E. Proses Pengumpulan Data... 128

F. Keabsahan Data Penelitian ... 134

G. Analisis Data ... 138

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 140

A. Hasil Penelitian ... 140

1. Gambaran profil SMK dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian Dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 141

2. Perencanaan Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 233

3. Implementasi Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 287

4. Manfaat Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 324

5. Evaluasi Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 339

B. Pembahasan Penelitian ... 369

1. Pembahasan profil SMK ... 369

2. Pembahasan Perencanaan Program Prakerin SMK ... 384

3. Pembahasan Implementasi Program Prakerin SMK ... 422

4. Pembahasan Manfaat Program SMK ... 461


(6)

6. Analisis SWOT Relevansi Program SMK dengan Kebutuhan

Dunia Kerja pada SMK di Kota bandung ... 503

7. Rangkuman Relevansi Program SMK dengan Kebutuhan Dunia Kerja Pada SMK di Kota Bandung ... 509

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 528

A. Kesimpulan ... 528

B. Rekomendasi ... 531


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pendapat Pakar tentang Manajemen ... 19

Tabel 2.2 Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 79

Tabel 2.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran ... 81

Tabel 2.4 Kurikulum Pendidikan Kejuruan ... 89

Tabel 2.5 Standar Kompetensi Kejuruan Usaha Perjalanan Wisata ... 104

Tabel 2.6 Standar Kompetensi Kejuruan Akomodasi Perhotelan ... 107

Tabel 3.1 SMK yang dijadikan Objek Penelitian ... 125

Tabel 3.2 SMK yand dijadikan Objek Penelitian ... 125

Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pendidik ... 145

Tabel 4.2 Keadaan Data Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 148

Tabel 4.3 Keadaan Data Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 148

Tabel 4.4 Keadaan Data Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 149

Tabel 4.5 Keadaan Fasilitas dan Sarana Prasarana ... 149

Tabel 4.6 Anggaran Praktek Kerja Industri Tahun 2010/2011 Kompetensi Keahlian AK, AP, PS ... 150

Tabel 4.7 Data Keadaan, Kekurangan dan Kelebihan Tenaga Guru Produktif ... 156

Tabel 4.8 Data Keadaan, Kekurangan dan Kelebihan Tenaga Guru Normatif ... 157

Tabel 4.9 Jumlah Guru SMK Negeri 3 Bandung Dinas Pendidikan Kota Bandung Per April 2012 ... 158

Tabel 4.10 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandung……. 164

Tabel 4.11 Jumlah Calon Siswa yang Mendaftar&Jumlah Siswa Diterima di SMK Negeri 3 Bandung ... 169

Tabel 4.12 Perincian Biaya Prakerin Per Siswa Tahun 2010/2011 ... 170

Tabel 4.13 Data Jumlah tenaga Pendidik Guru Normatif ... 172

Tabel 4.14 Guru Adaptif ... 172

Tabel 4.15 Guru Produktif ... 173

Tabel 4.16 Guru Kompetensi Keahlian/Produktif ... 173

Tabel 4.17 Jumlah SDM ... 175

Tabel 4.18 Daftar Tempat Pelaksanaan Diklat ... 175

Tabel 4.19 Fasilitas Bengkel ... 175

Tabel 4.20 Program Studi Keahlian Tahun Ajaran 2008-2009 ... 177

Tabel 4.21 Daftar Mata Pelajaran ... 178

Tabel 4.22 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 180

Tabel 4.23 Data Pendidik Berdasarkan Latar Belakang Mata Pelajaran Yang Diajarkan ... 180

Tabel 4.24 Data Tenaga Pendidik PNS ... 181

Tabel 4.25 Kompetensi Keahlian ... 188

Tabel 4.26 Sarana dan Prasarana ... 188

Tabel 4.27 Status Kepegawaian ... 189 Tabel 4.28 Prestasi Yang Diraih Siswa Dalam Mengikuti Lomba-Lomba


(8)

Bidang non-Akademik ... 189

Tabel 4.29 Rekapitulasi Pendidik ... 191

Tabel 4.30 Rekapitualasi Tenaga Kependidik ... 191

Tabel 4.31 Kualifikasi Pendidikan ... 192

Tabel 4.32 Keadaan Data Siswa... 192

Tabel 4.33 Kualifikasi Tenaga Pendidikan ... 192

Tabel 4.34 Data Ruang Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 193

Tabel 4.35 Anggaran Prakerin Kelas XI SMK Bina Warga Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 195

Tabel 4.36 Sarana dan Prasarana ... 196

Tabel 4.37 Data Personil Tenaga Pendidik ... 197

Tabel 4.38 Anggaran Pembiayaan Prakerin SMK Kencana ... 198

Tabel 4.39 Jumlah Data Siswa UPW ... 202

Tabel 4.40 Data Personil pada SMK Negeri 1 Bandung ... 203

Tabel 4.41 Sarana dan Prasarana ... 204

Tabel 4.42 Anggaran Praktek Kerja Industri dan Kompetensi Keahlian Usaha Jasa Pariwisata ... 206

Tabel 4.43 Data Keadaan ... 212

Tabel 4.44 Perincian Biaya Prakerin Per Siswa ... 218

Tabel 4.45 Status Kepegawaian ... 223

Tabel 4.46 Sarana dan Prasarana ... 223

Tabel 4.47 Identitas Sekolah ... 227

Tabel 4.48 Personil Sekolah ... 228

Tabel 4.49 Keadaan Siswa dan Rombongan Belajar di SMK SMIP YPPT Bandung ... 229

Tabel 4.50 Anggaran Biaya Uji Kompetensi ... 230

Tabel 4.51 Data Tenaga Kependidikan dan Siswa ... 232

Tabel 4.52 Anggaran Praktek Kerja Lapangan SMK Sandhy Putra ... 232

Tabel 4.53 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2009-2010 ... 250

Tabel 4.54 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2009-2010 ... 255

Tabel 4.55 Ketenagaan (SDM) ... 266

Tabel 4.56 Jumlah Calon Siswa yang Mendaftar dan Jumlah Siswa Diterima di SMK Negeri 3 Bandung ... 273

Tabel 4.57 SWOT Analisis Relevansi Program SMK dengan Kebutuhan Dunia Kerja Pada SMK di Kota Bandung ... 503

Tabel 4.58 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 1 Bandung ... 569

Tabel 4.59 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 3 Bandung ... 569

Tabel 4.60 Rekapitulas Penelusuran Tamatan Siswa SMK Negeri 3 ... 570

Tabel 4.61 Rekapitulasi Penelusuran Tamatan Siswa SMK Negeri 3 ... 570

Tabel 4.62 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 11 Bandung ... 571

Tabel 4.63 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 11 Bandung ... 578

Tabel 4.64 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 11 Bandung ... 583

Tabel 4.65 Rekapitulas Daya Serap Tamatan SMK Negeri 11 Bandung ... 588

Tabel 4.66 Penelusuran Lulusan SMK Pasundan 1 Bandung ... 589

Tabel 4.67 Data Penelusuran Tamatan ... 589


(9)

Tabel 4.69 Penelusuran Lulusan SMK Bina Warga ... 591

Tabel 4.70 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 1 Bandung ... 591

Tabel 4.71 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 3 ... 593

Tabel 4.72 Data Penelusuran Lulusan SMK Negeri 3 ... 593

Tabel 4.73 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 9 ... 596

Tabel 4.74 Penelusuran Lulusan SMK SMIP YPPT Bandung... 597

Tabel 4.75 Data Penelusuran Lulusan SMK SMIP YPPT Bandung ... 599

Tabel 4.76 Data Penelusuran Lulusan SMK SMIP YPPT Bandung ... 599


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Diagram Alur PRAKERIN ... 54 Gambar 2.2 Kerangka Pikir Program Pengembangan SMK ... 118 Gambar 4.1 Grafik Lulusan SMK Kencana ... 355 Gambar 4.2 Relevansi Program Prakerin dengan Kebutuhan Dunia Kerja .. 510


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Observasi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Penelusuran Tamatan SMK Lampiran 4 Foto-Foto

Lampiran 5 Surat-surat Lampiran 6 Riwayat Hidup


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yang dilematis adalah rendahnya tingkat relevansi pendidikan, di samping masalah mutu, pemerataan, efektivitas, dan efisiensi pendidikan. Maslah-masalah tersebut harus segera ditanggulangi, baik melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan satu kesatuan sistem dengan lingkungan alam, sosial, budaya, masyarakat dan dunia usaha atau lapangan kerja di mana sekolah itu berada. Oleh karena itu, dalam perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pada lingkungan yang selalu berubah dan mengalami dinamika yang terus menerus.


(13)

Berbagai tuntutan dari semua pihak pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang semakin tinggi dengan adanya persaingan bebas, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan dunia usaha/industri yang semakin mengglobal. Dalam hal ini diharapkan lembaga-lembaga pendidikan khususnya SMK serta dunia usaha atau industri bekerja sama dalam menerapkan prinsip link

and match, atas dasar kesadaran bahwa pada hakikatnya sekolah dari masyarakat

dan untuk masyarakat. Salah satu jenis sekolah atau lembaga pendidikan menengah yang dapat diharapkan memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis pendidikan menengah di Indonesia, penyelenggaraannya dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki lapangan kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya yang sifatnya spesifik. Kondisi dan perkembangan lapangan kerja dan lembaga kelanjutan studi siswanya, menjadi acuan operasional penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Orientasi lapangan kerja khususnya, mengarahkan proses pendidikan di SMK cenderung lebih banyak memberikan proses belajar mengajar praktikum, untuk membentuk sikap, kemampuan dan keterampilan kerja bagi siswanya, sesuai dengan kebutuhan kemampuan keterampilan tenaga kerja di lapangan.

Sekolah menengah kejuruan diharapkan dapat mencetak lulusan yang dapat langsung berpartisipasi aktif di dunia kerja. Harapan tersebut tidak mudah untuk diwujudkan, karena terdapat kesenjangan sistem pendidikan di sekolah dan dunia kerja. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, sistem pendidikan di SMK


(14)

masih banyak tertinggal dengan kemajuan teknologi di industri. Dari beberapa elemen pendidikan, secara terus-menerus harus dikembangkan dan diperbaiki, agar ketertinggalan itu bisa diperkecil.

Fokus pengembangan pendidikan di SMK diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan aplikasi dari pada pengetahuan dan keterampilan yang mengacu pada industri atau dalam lingkup pekerjaan atau tingkatan industri berdasarkan pada standar penilaian yang dibutuhkan, yang berlandaskan pada keahlian, pengetahuan dan perilaku yang diinginkan dari seorang karyawan di tempat kerja, sedangkan kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk mentransfer, menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada lingkungan yang baru.

Namun dalam perkembangan selanjutnya pendidikan kejuruan belum mampu memenuhi harapan tersebut dikarenakan kemajuan dunia kerja selalu berjalan cepat, sementara pendidikan hanya mampu mengikuti, belum mampu mengimbangi kemajuan dunia kerja. Ketidaksamaan langkah tersebut merupakan hal klasik yang selalu tampil ke permukaan saat evaluasi dilaksanakan. Pembangunan pendidikan yang telah dilakukan seharusnya membawa dampak

multiplier terhadap kualitas SDM dan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.

Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008, meskipun angka lowongan kerja masih jauh lebih rendah dari angka pencari kerja, namun pada kenyataannya tidak semua lowongan kerja terpenuhi penempatannya. Pada tahun 2007 tersedia 375,16 ribu pencari kerja terdaftar, dan 300,40 ribu lowongan kerja terdaftar, serta sebanyak 175,54 ribu tenaga kerja ditempatkan. Keadaan tersebut


(15)

menunjukkan telah terjadinya mismatch dalam pasar kerja (BPS, 2008: 62) Sementara di Jawa Barat terdapat 38,490 tenaga kerja terdaftar (pencari kerja), sementara jumlah lowongan kerja terdaftar hanya sebanyak 22,208 lowongan. Dari jumlah tersebut hanya sebesar 17,106 penempatan kerja.

Pada tahun 2010, angka pengangguran diperkirakan mencapai 10% dari angkatan kerja yang ada. Tingkat pengangguran terjadi pada semua level pendidikan, misalnya pada pengangguran berpendidikan tinggi, baik diploma maupun sarjana, selama periode 2004-2009 bertambah 529.662 jiwa, yaitu dari 585.358 jiwa pada tahun 2004 menjadi 1.115.020 jiwa pada tahun 2009. Rata-rata per tahun pengangguran berpendidikan tinggi bertambah hampir 106.000 jiwa, sebanyak 23,80 persen pada tahun 2008 dan menjadi 26,74 persen pada tahun 2009.

Ada beberapa faktor penyebab tingginya angka pengangguran, diantaranya adalah ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran serta kualitas SDM yang dihasilkan masih rendah. Kesempatan kerja yang terbatas telah membuat kompetisi semakin ketat antar pencari kerja dan seringkali mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Pengembangan sistem pendidikan sudah senantiasa dilakukan, mulai dari materi pengajaran, kemampuan instruktur, sarana penunjang, sistem kompetensi kerja nasional, sistem pembiayaan pendidikan yang murah, standarisasi sekolah, kemandirian sekolah dan masih banyak lagi. Pengembangan materi pengajaran salah satunya adalah dengan diterbitkannya Standar


(16)

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI diterbitkan dari masukan berbagai industri di Indonesia tentang kebutuhan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan bidang kebutuhan di industri.

Berdasarkan peraturan presiden Nomor 8 Tahun 2012 pasal 8 disebutkan bahwa penerapan KKNI sebagi acuan pembelajaran melalui pendidikan formal, non formal dan informal oleh menteeri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan. Untuk jenjang SMK berdasarkan peraturan tersebut termasuk pada kualifikasi II yang harus mampu memiliki kualifikasi sebagai berikut:

- Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya - Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang

kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.

- Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain.

Penetapan kualifikasi nasional tersebut sesuai dengan tantangan dunia kerja yang semakin meningkat. Tantangan kerja pada masa mendatang terutama menjelang Asian Free Trade Area (AFTA), semakin membutuhkan kualifikasi sumber daya manusia dengan spesifikasi keterampilan teknis dan praktis yang semakin tinggi. Sehingga penguasaan terhadap kompetensi bidang studi sesuai yang diminta pasar kerja harus menjadi tumpuan penyelenggara pendidikan dalam rangka mempersiapkan lulusannya agar kompetetitif dan komparatif. Keberadaan


(17)

sekolah menengah kejuruan pada masa yang akan datang dapat diproyeksikan merupakan pendidikan yang unggul dan sangat dibutuhkan. Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu menghasilkan teknisi menengah dan sarjana sain terapan yang memiliki keunggulan bidang IPTEK, mandiri, dan inovatif serta berwawasan entrepreneurship yang tinggi, sehingga mampu bersaing dalam berbagai lapangan kerja dan usaha serta mampu mengembangkan diri sendiri selaras dengan perkembangan IPTEK.

Selain potensi fisik dan material potensi lain perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan. Pengembangan tersebut adalah suatu upaya optimalisasi segala sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga pendidikan. Pengembangan tersebut diharapkan dapat mendukung setiap upaya lembaga dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Pemanfaatan fasilitas tersebut meliputi pemanfaatan fasilitas fisik, investasi alat, siswa dan manajemen, terutama dalam pengembangan profesionalitas yang dapat dilakukan manakala lembaga bekerjasama dengan industri atau dunia usaha. Untuk mendukung program tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan tenaga pendidik (guru) yang memiliki kemampuan dan ketrampilan. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh tenaga pendidik bidang akademis dan profesional dalam bidangnya.

Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini di arahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan


(18)

pendidikan. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.

Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreativitas siswa untuk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat.

Relevansi pendidikan adalah kesesuaian antara kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan dengan kebutuhan pekerjaan (Ali, 2009: 300). Sehingga relevansi adalah kesesuaian antara proses dan materi yang diberikan dalam pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Atau bila dikaitkan dengan istilah lain merupakan keterkaitan (link) dan kesepadanan (match) antara pendidikan dan permintaan pasar. Persoalan relevansi hingga saat ini menjadi isu yang cukup hangat, .secara lebih spesifik, persoalan relevansi yang berkaitan dengan kesesuaian pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Konteks relevansi dalam komunikasi digunakan sebagai sebuah ukuran (measurement), di mana ukuran ini dikenakan kepada sebuah kinerja sistem. Dengan kata lain, ukuran ini biasanya datang dari sisi luar sebuah sistem, sebab itu dapat pula disebut sebagai ukuran eksternal. Secara konseptual, ukuran relevansi eksternal memiliki


(19)

kelemahan. Dalam konsep relevansi, sebuah program pendidikan dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian ini kemudian ditetapkan sebagai sebuah ukuran kuantitatif yang tetap (Ibrahim, 2009).

Indikator relevansi adalah kesepadanan dan kesetaraan antara pendidikan dan permintaan pasar, berarti bahwa kesesuaian antara permintaan pasar dengan apa yang diselenggarakan oleh pendidikan pada lembaga pendidikan formal yang mencakup pemberian kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan oleh lulusan, sehingga kemampuan tersebut dapat digunakan dalam bekerja. Kesetaraan pendidikan menunjukkan tingkat penguasaan kemampuan tersebut sesuai dengan tingkat penguasaan yang diminta untuk melaksanakan pekerjaan.

Dalam relevansi terdapat dua indikator efisiensi yang menjadi pertimbangan dalam pendidikan, yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal merupakan kemampuan lembaga dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menghasilkan output yang optimal yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat putus sekolah dan angka mengulang kelas.

Sementara efisiensi eksternal menunjukkan tingkat kemanfaatan hasil pendidikan dalam pasar kerja. Indikator utama yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi derajat efisiensi eksternal ini adalah tingkat keterserapan keluaran lembaga pendidikan oleh pasar kerja, sehingga efisiensi eksternal berkaitan erat dengan relevansi dan kualitas pendidikan.

Relevansi pendidkan dengan dunia usaha senantiasa akan menjadi perhatian pemerintah Dalam kaitan itu, indikator-indikator yang perlu diperhatikan adalah: (1) adanya kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan


(20)

kondisi daerah tersebut; (2) penjurusan berdasarkan potensi individu siswa; (3) jenis keahlian/rumpun kejuruan pada SMK; (4) persentase SMK yang melaksanakan pendidikan sistem ganda (PSG) serta jumlah siswa yang terlibat; (5) jumlah lulusan yang dapat diserap di sektor ekonomi dan persentase jumlah lulusan yang menganggur dan(6) pasar kerja unggulan yang diminati oleh lulusan.

B. Fokus Penelitian

Perkembangan globalisasi saat ini secara signifikan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya perkembangan pada bidang manajemen pendidikan, baik yang berkaitan dengan pendidikan level makro, messo maupun mikro menuntut ilmuwan, praktisi pendidikan dan lembaga pandidikan baik pada tingkatan regional, nasional bahkan internasional untuk dapat mengembangkan, mengantisipasi, tuntutan era globalisasi tersebut. Sehingga program-program pendidikan dengan segala aktivitasnya harus bernuansa kompetitif, unggul, dan dapat dikendalikan ke arah yang diinginkan dalam kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Esensi dari pembangunan pendidikan adalah pembangunan sumber daya manusia itu sendiri. Jika kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah berarti pembangunan pendidikan yang dilakukan selama ini belum memberikan solusi total terhadap permasalahan ketenaga kerjaan yang ada. Permasalahan kekurang selarasan dengan dunia kerja terkait dengan penawaran kurang sesuai dengan permintaan bukanlah masalah baru. Kesenjangan inilah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan angka pengangguran.

Dari segi konsep, Kementrian Pendidikan Nasional (2003) telah merumuskan konsep tiga pilar pembangunan pendidikan. Pertama, pendidikan


(21)

yang merata dan dapat diakses oleh seluruh anak bangsa. Kedua, pendidikan yang bermutu, relevan, dan berdaya saing tinggi. Ketiga, pendidikan yang dikelola dengan atau secara good governance. Secara konseptual, tiga pilar pendidikan tersebut memang merupakan persoalan mendasar pendidikan yang harus segera dilaksanakan untuk menghadapi persaingan global.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang pendidikan, antara lain kurangnya pemerataan, kualitas, relevansi pendidikan, efisiensi-efektivitas, dan belum optimalnya manajemen dan kemandirian. Lima permasalahan tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan berbagai bentuk dan jenis pendidikan yang ada selama ini belum seluruhnya sesuai dengan tingkat kebutuhan pasar kerja, sehingga setelah anak didik selesai mengikuti pendidikan klasikal, mereka baru mampu menguasai ilmu pengetahuan secara teori, sedangkan untuk aplikasi dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu masih memerlukan pengalaman teknis. Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan, sebenarnya bukan sekadar meningkatkan kualitas dari aspek penguasaan materi pelajaran di bangku pendidikan klasikal secara teori saja, tetapi perlu diberikan muatan-muatan lain seperti pembentukan jiwa atau sikap mental yang entrepreneurship dan praktik dengan muatan kegiatan yang mendekatkan kepada kebutuhan pasar kerja. Dengan cara demikian maka para lulusan secara seimbang akan memiliki bekal untuk memasuki pasar kerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya lebih lanjut secara mandiri.

Dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah kejuruan harus selalu melakukan penyesuaian tentang isi pendidikan (kurikulum), sistem, metode,


(22)

sarana belajar, kemampuan profesional guru dan sebagainya, sehingga sekolah mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha atau dunia industri. Dewasa ini tidak sedikit lulusan sekolah, bahkan lulusan perguruan tinggi yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Masalah ini disebabkan terbatasnya lapangan kerja dan juga karena kualitas dan relevansi lulusan sekolah yang masih rendah. Lulusan sekolah kejuruan cukup banyak yang jadi pengangguran, terutama mereka yang tidak berprestasi dan tidak mampu sosial ekonominya untuk meneruskan studi ke perguruan tinggi. Akibat rendahnya kualitas prestasi belajar lulusan sekolah, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan pada instansi pemerintah dan dunia usaha/industri. Sehubungan dengan masalah itu, John Oxenham (1984) secara tegas mengatakan bahwa apabila lulusan suatu sekolah tidak dapat dipekerjakan atau memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan yang dimilikinya, sekolah atau guru-guru dianggap tidak berhasil dengan tugasnya. Hal ini berarti sekolah dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat atau dunia kerja. Hal inilah yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaiamana relevansi program SMK khususnya penyelenggaraan Praktek Kerja Industri (Prakerin) dengan kebutuhan dunia kerja di Kota Bandung.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas dan fokus penelitian yang berhubungan dengan mutu dan relevansi pada pendidikan menengah kejuruan (SMK), maka dapat dirangkum menjadi suatu permasalahan pokok yang diteliti yaitu:


(23)

1. Bagaimana profil SMK dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian dengan kebutuhan dunia kerja ?

2. Bagaimanakah perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK disusun agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

a. Apakah perencanaan Program prakerin dalam mendukung pencapaian komptetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK disusun agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

b. Bagaimana perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK disusun dan ditetapkan agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

3. Bagaimanakah implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

a. Bagaimana implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

b. Apakah ada dukungan kebijakan implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

c. Bagaimana efektivitas program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?


(24)

4. Bagaimanakah manfaat program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar Relevan dengan kebutuhan dunia kerja?

5. Bagaimanakah evaluasi terhadap program prakerin dilakukan dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja?

a. Bagaimana pelaksanaan evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian komptensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja?

b. Bagaimana tindak lanjut evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan evaluasi program pengembangan dan implementasinya serta dampak dari program pengembangan terhadap peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilaksanakan oleh SMK sehingga dapat memenuhi harapan dan tuntutan stakeholder khususnya dunia industri dan jasa yang sebagai pengguna lulusan SMK yang secara spesifik tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran profil SMK dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian dengan kebutuhan dunia kerja.


(25)

2. Mengetahui gambaran perencanaan program prakerin dalam mendukung kompetensi keahlian yang diterapkan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan relevansi kebutuhan dunia kerja.

3. Mengetahui gambaran bagaimana implementasi program prakerin dalam mendukung kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam pengembangan pendidikan dan memenuhi kebutuhan dunia kerja. 4. Mengetahui gambaran manfaat program prakerin dalam mendukung

kompetensi keahlian bagi Sekolah, bagi siswa, dan bagi dunia kerja, dengan diterapkannya program prakerin oleh SMK terhadap kebutuhan dunia kerja, 5. Mengetahui gambaran pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut program

prakerin kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK terhadap pengembangan mutu pendidikan dan relevansi kebutuhan dunia kerja.lulusan. E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah tentang berbagai alternatif usaha pengembangan program prakerin kompetensi keahlian terhadap relevansi pendidikan pada sekolah menengah kejuruan (SMK) pada khususnya. Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemangku kebijakan dan stakeholder lainnya yang berkepentingan terhadap peran dan fungsi SMK dalam mempersiapkan lulusan yang siap kerja sesuai dengan tuntutan dan harapan dunia usaha.


(26)

F. Sistematika Penulisan Organisasi Disertasi

Bab I pendahuluan. Membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan juga sistematika penulisan disertasi.

Bab II kajian pustaka. Pada bab II ini dibahasa mengenai beberapa konsep dan teori mengenai SMK dan pengelolaan Prakerin Pada berbagai SMK. Serta dibahas juga mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.dibahas juga kerangka fikir penelitian dan juga premis penelitian.

Bab III metode penelitian. Pada Bab III ini dibahas pendekatan penelitian, definisi istilah, objek penelitian, teknik penelitian, keabsahan data dan analisis data.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab IV ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan temuan-temuan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian, yang mencakup pembahasan temuan-temuan dari penelitian.

Dalam Bab V kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan bersikan point utama dari temuan penelitian, dan rekomendasi berisikan berbabagai masukan dan saran dari hasil serta temuan penelitian ini.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan relevansi program SMK dengan kebutuhan lapangan kerja dengan menggunakan rnetode kualitatif. Dalam dunia pendidikan penelitian kualitatif sering disebut sebagai penelitian naturalistik karena peneliti sering menempatkan dirinya pada tempat kejadian alami. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kirk dan Miller (1986:9) "Qualitative

research is a particular tradition in a social science than fundamentally depends on watching people in their own territory and interacting with them in language, on their own terms" Hal ini sesuai dengan ciri penelifian kualitatif

(Nasution,1992: 5) bahwa pada hakekatnya penelitian naturalistik mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, dan berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka sendiri (perspektif emic) tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1992: 21) merupakan “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif”. Data deskriptif sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman (1992 : 1) berwujud kata-kata dari pada deretan angka-angka, yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi atau pengamatan partisipan yang dapat diamati dari subyek penyelidikan. Ciri-ciri lain yang tidak kalah pentingnya adalah gambaran dari karakteristik penelitian kualitatif yang diberikan oleh Bogdan dan Biklen (1992: 31) "...1) Qualitative Research has the natural setting as the direct source


(28)

of data and the researcher is the key instrument; 2) concerned with process rather than simply with outcomes or products; 3) Tend to analyze their data inductively;

4) “meaning of essential to the qualitative approach”.

Garnbaran dari karakteristik penelitian kualitatif yang diberikan oleh pendapat-pendapat di atas tersebut sesuai dengan maksud penelitian ini, karena fokus penelitian ini adalah situasi sosial yang tidak hanya rnenunjuk pada perilaku (budaya) dari orang-orang yang tergabung dalarn unit produksi secara keseluruhan, melainkan juga ternpat dan adanya suatu kegiatan. Tempat yang dimaksud adalah lokasi di mana dilakukan kegiatan produksi. Sedangkan kegiatan yang dimaksud adalah apa yang dilakukan orang. Dalam hal ini kegiatan dalam unit produksi ditekankan pada aspek manajernen.

B. Definisi Istilah 1. Relevansi

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia relevansi diartikan sebagai hubungan atau kaitan. Yang dimaksud relevansi dalam penelitian ini adalah hubungan atau keterkaitan antara program SMK dengan lapangan kerja khususnya kebutuhan dunia usaha dan dunia industri

2. Program SMK

Program diartikan sebagai rancangan mengenai asas serta usaha, atau juga suatu kegiatan multidisiplin yang berorientasi kepada tujuan yang dirancang oleh berbagai macam tugas dengan hasil yang telah ditentukan. Sedangkan SMK Berdasarkan UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 SMK merupakan sebuah


(29)

pendidikan pada jenjang menengah. Rupert Evans (1978) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya. Jadi yang dimaksud dengan Program SMK dalam penelitian ini adalah Segala rancangan kegiatan pada Sekolah Menengah Kejuruan baik negeri ataupun swasta yang berada di lingkungan kota Bandung.

3. Prakerin

Kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha atau dunia industri, yang masih relevan dengan kompetensi siswa. Jadi prakerin dalam penelitian ini adalah kegiataan pendidikan dan pelatihan serta pembelajaran yang dilaksanakan oleh SMK di Kota Bandung dengan bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri.

4. Lapangan Kerja

Definisi lapangan pekerjaan menurut Sensus Penduduk 2000, adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/ instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Yang dimaksud lapangan pekerjaan dalam penelitian ini adalah bidang kegiatan/usaha yang disediakan oleh DU/DI (dunia usaha dan dunia industri) yang bekerja sama dengan SMK di lingkungan Kota Bandung

C. Objek Penelitian

Pemilihan objek penelitian didasarkan atas tujuan penelitian untuk melakukan evaluasi program pengembangan dan implementasinya serta dampak


(30)

dari program pengembangan terhadap peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilaksanakan oleh SMK sehingga dapat memenuhi harapan dan tuntutan

stakeholder khususnya dunia industri dan jasa yang sebagai pengguna lulusan

SMK.. Berkenaan dengan maksud penelitian itu dipilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diwilayah Jawa Barat di Kota Bandung Daerah, hal ini dikarenakan beberapa SMK di daerah ini memiliki keunggulan di antaranya adalah karena beberapa SMK telah mendapatkan pengakuan kualitas layanan pendidikan berdasarkan pada ISO 9000-2001. Pengelolaan sistem pendidikan khususnya pembelajaran praktik SMK di wilayah ini dikaitkan dengan kegiatan produksi di UP. Dengan demikian dalam menjalankan proses produksi, unit produksinya sekaligus digunakan sebagai sarana bagi siswa. untuk menerapkan keterampilan secara langsung dalarn proses produksi dan menanamkan sikap rnental kerja di industri. Dalarn pelaksanaannya, kegiatan yang dilakukan di unit produksi sekolah diintegrasikan ke dalarn kurikulum sekolah. Pelaksanaan kegiatan praktik siswa dilakukan di dua tempat, yaitu unit sekolah atau disebut sebagai tempat Latihan dan unit produksi atau disebut sebagai Bengkel Produksi yang lokasinya berada di dalarn lingkungan sekolah. Unit sekolah merupakan tempat praktik yang diperuntukkan bagi siswa yang duduk di kelas satu, dua dan tiga. Di unit sekolah, kegiatan praktik siswa perorangan ditekankan pada penguasaan keterampilan dasar yang diperlukan untuk melakukan produksi dan melakukan pelayanan jasa perbaikan. Siswa yang telah duduk di kelas tiga, kegiatan praktiknya dialihkan ke unit produksi. Di unit produksi siswa telah


(31)

dituntut kemandiriannya dalam berproduksi atau melayani jasa perbaikan serta mulai dikenalkan dengan lingkungan kerja yang sebenarnya.

Adapun nama SMK, program keahlian, dan responden yang dijadikan objek penelitian dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

SMK yang Dijadikan Objek Penelitian Program Keahlian Bisnis Manajemen No

Nama SMK Negeri/ Swasta

Program Keahlian

Responden

1 SMK Negeri 1

Bisnis manajemen

 Kepala sekolah

 Wakasek kurikulum

 Wakasek Hubin

 Kaprodi

 Guru

pembimbing

 Siswa

 Dunia usaha & industri (DU/ DI) 2 SMK Negeri 3

3 SMK Negeri 11 4 SMK Pasundan 1 5 SMK Kencana 6 SMK Binawarga

Tabel 3.2

SMK yang Dijadikan Objek Penelitian Program Keahlian Usaha Jasa Pariwisata (UJP) No Nama SMK Negeri/ Swasta Program Keahlian Responden

1 SMK Negeri 1

Usaha Jasa Pariwisata (UJP)

 Kepala sekolah

 Wakasek kurikulum

 Wakasek Hubin

 Kaprodi

 Guru

pembimbing

 Siswa

 Dunia usaha & industri (DU/ DI) 2 SMK Negeri 3

3 SMK Negeri 9 4 SMK SMIP YPPT 5 SMK Shandy Putra


(32)

Ada beberapa alasan dipilihnya sekolah ini sebagai setting penelitian , yaitu:

A. Beberapa SMK diwilayah ini telah mendapatkan pengakuan baik akreditasi sekolah, status sebagai sekolah berstandar nasional (SSN) maupun RSBI. B. Penyelenggaraan unit produksi yang telah berjalan dan mendapatkan bantuan

dari Direktorat Pembinaan SMK Dijetmandikdasmen Depdiknas.

C. Beberapa SMK diwilayah ini merupakan SMK yang memiliki fasilitas pabrik seperti di SMK Negeri 3 Jln. Solontongan Bandung, SMK Negeri 1 Jalan. Wastukencana Bandung, SMK Negeri 9 Jln. Sukarno Hatta Bandung, serta beberapa BLPT baik di Bandung maupun yang telah mengintegrasikan Unit Produksinya pada program pendidikan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat pengumpul data, yang menjadi instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Karena peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian sehingga terjun ke lapangan. Yang dimaksudkan validasi pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono,2007:59).

Validasi dilakukan oleh peneliti melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori, dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Sebagai human


(33)

instrument, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memillih responden sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan hasil penelitian.

Menurut Lincoln dan Kuba (1985) mengidentifikasi karakteristik yang menyebabkan peneliti menjadi pilihan instrumen dalam penelitian naluralistik. Peneliti responsif terhadap petunjuk-petunjuk lingkungan, dan mampu berinteraksi dengan lingkungan, memiliki kemampuan untuk memahami situasi secara menyeluruh, mampu mengolah data secepat mungkin tersedia, dan mampu memberikan feed back dan verifikasi data serta mampu menggali respon umum yang tak biasa.

Penelitian kualitatif kedudukan peneliti sangat kompleks. Selain sebagai perencana juga sebagai pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya juga berperan sebagai pelopor hasil penelitian itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti dalam pengumpulan data memiliki peran yang strategis.

Dalam instrumen pengumpulan data, yang menjadi alat penelitian menggunakan instrumen preleminary survey relevansi program SMK dengan kebutuhan dunia kerja pada SMK di Kota Bandung. Instrumen preleminary survey dilakukan untuk mengetahui kondisi sekolah/profil sekolah yang dijadikan penelitian sebanyak sebelas SMK, yaitu 6 SMK Negeri dan 5 SMK Swasta. Instrumen Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan mulai bulan april 2010-Juni 2010. Instrumen preleminary survey disajikan pada lampiran 1 halaman 541-545.


(34)

E. Proses Pengumpulan Data

Salah satu yang menjadi ciri khas dalam penelitian kualitatif menurut Nasution (1992: 92) adalah bahwa yang berperan sebagai alat penelitian utamanya adalah peneliti sendiri. Hal serupa juga dikemukakan Bogdan dan Biklen (1992: 29) "Qualitative research has natural setting as the direct source of data and

researcher is the key of instrument” dengan kata lain digunakannya manusia sebagai alat penelitian utama karena dalam penelitian naturalistik mengutamakan pengamatan situasi yang wajar (kejadian apa adanya), untuk itu diperlukan kemampuan beradaptasi yang tinggi, yaitu sikap senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu. Dengan jenis data demikian, maka setiap data ini harus di cek kebenarannya. Untuk keperluan itu dalam hal ini manusialah yang dianggap sebagai alat yang serasi (Nasution, 1992: 55). Selain itu ditegaskan pula bahwa hanya manusia sajalah yang dapat berhubungan dengan responden dan mampu memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Untuk memperoleh data deskriptif dalarn penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu pengarnatan partisipan (participant observation), wawancara dan dokumentasi (Moleong, 1994: 112). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengamatan partisipan

Pengamatan partisipan dimaksudkan untuk mengetahui sesuatu peristiwa yang ada dan dilakukan oleh orang-orang dalam situasi di mana peneliti ikut serta.


(35)

Melalui pengamatan partisipan, peneliti dengan sengaja mempertajam dan memusatkan perhatiannya terhadap hal-hal yang ada di lapangan. Pengarnatan dalam penelitian ini dilakukan secara terbuka atau terus terang. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mendatangi responden (berada dalam lapangan penelitian), jadi ada pertemuan dan terjadi suatu interaksi. Dengan menggunakan pendekatan interaktif, antara peneliti dan responden tidak merasa sebagai orang asing. Kehadiran peneliti tidak akan mengganggu situasi yang dijadikan obyek penelitian, sebab kehadiran peneliti tidak dicurigai oleh responden. Peneliti menggunakan partisipasi pasif untuk memperoleh data yang diperlukan. Pada tingkat partisipasi ini kedatangan peneliti ke obyek-obyek yang diamati berada pada posisi sebagai pendidik dari tempat lain yang ingin melihat Lebih dekat, lebih mendalam bagaimana kegiatan yang dilakukan di unit produksi sekolah tersebut. Di sela-sela pengamatan, peneliti secara spontan dapat melangsungkan wawancara atas kegiatan atau situasi yang sedang berlangsung, sehingga data yang diperoleh semangkin lengkap. Dengan demikian dari partisipasi pasif peneliti dapat beralih menjadi lebih aktif. Posisi peneliti yang demikian termasuk sebagai orang luar, dengan demikian peneliti dapat mengamati sikap yang lebih obyektif. Selain pengamatan yang dilakukan secara terus terang, peneliti juga melakukan pengamatan secara tersamar.

Pengamatan secara terus terang berarti orang yang diamati sadar bahwa ada orang lain yang sedang memperhatikannya. Pengamatan ini dilakukan terhadap siswa-siswa yang ikut terlibat dalam kegiatan produksi di unit produksi sekolah. Pada situasi tertentu peneliti juga melakukan pengamatan tersamar,


(36)

dengan maksud agar suatu kegiatan yang berlangsung tidak akan terpengaruh oleh kehadiran peneliti. Pengamatan ini, seolah-olah hanya dilakukan sambil lalu, misalnya situasi pada taraf awal, situasi sekolah secara keseluruhan. Dalam pengambilan data, peneliti dibekali dengan seperangkat acuan instrumen

Preleminary survey dan instrumen pedoman wawancara (data terlampir pada

lampiran 1 dan lampiran 2) tentang hal-hal yang akan diamati yang akan membimbing dalam melakukan pengamatan. Selain itu hasil pengamatan ditulis dalam buku dalam bentuk catatan. Melalui catatan inilah peneliti menuangkan hasil pengamatannya. Catatan ini kemudian dirubah menjadi catatan lengkap (disebut catatan lapangan), setelah peneliti tiba di rumah (Moleong: 1994). Selain catatan, peneliti juga menggunakan alat perekam situasi (berupa Recorder) yang diperlukan untuk memperoleh tingkat kebenaran data.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk melengkap teknik pengamatan partisipan. Pengambilan data yang hanya dilakukan dengan mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkap apa yang diamati atau dirasakan orang lain. Menurut Nasution (1992: 69) dengan melakukan wawancara peneliti dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden. Hal serupa ditegaskan pula oleh Sanafiah (1990: 62) melalui wawancara, peneliti bisa mengungkap apa yang tersembunyi jauh dalam diri subyek penelitian (exsplicit knowledge maupun tacit knowledge) dan bahkan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang dan juga masa mendatang.


(37)

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat terbuka dan pada taraf awal akan bersifat tak berstruktur, tujuannya untuk memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan responden. Dengan wawancara tak berstruktur, peneliti bisa mengajukan pertanyaan secara lebih bebas, leluasa, Iuwes tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya sehingga pembicaraan tidak menjemukan kedua belah pihak. Sedangkan dengan wawancara yang dilakukan secara terbuka atau berterus terang, pihak yang diajak vwawancara akan mengetahui untuk keperluan apa dari informasi yang diberikan.

Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara didasarkan atas perkembangan wawancara secara wajar, artinya wawancara didasarkan atas ucapan dan buah pikiran yang dicetuskan oleh responden yang diwawancarai (bersifat emic). Peneliti tidak dapat meramalkan ke arah mana pembicaraan itu berkembang. Perkembangan pembicaraan yang didasarkan atas pertanyaan pada tingkat awal, bergantung dari tanggapan responden. Pembicaraan dalam wawancara itu berangsur-angsur akan mengarah menjadi lebih berstruktur. Perubahan ini terjadi karena adanya sejumlah informasi (emic) yang telah diperoleh pada wawancara taraf awal. Dari informasi emic dijadikan bahan untuk merumuskan pertanyaan yang lebih berstruktur, namun demikian tetap diharapkan diperoleh informasi yang bersifat emic.

Data penelitian yang dikumpulkan melalui wawancara berupa data verbal dan non-verbal. Kedua jenis data itu diperlukan untuk memahami makna ucapan dalam wawancara. Sehubungan dengan itu, maka alat bantu yang diperlukan adalah alat perekam (tape recorder) dan catatan. Alat perekam paling efektif


(38)

untuk tujuan menangkap data verbal secermat mungkin, selain itu karena didasari bahwa tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencatat langsung semua hasil wawancara dengan responden di lapangan. Sedangkan data non-verbal dapat direkarn dengan menggunakan catatan lapangan (Nasution, 1992: 69).

Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan cara berikut ini, wawancara diawali dari seorang responden, kemudian dapat dilanjutkan lagi sesuai dengan yang ditunjuk oleh responden sebelumnya demikian seterusnya sampai diperoleh sernua informasi yang dianggap memadai dan akurat untuk pengambilan data penelitian tersebut Informasi dari responden tentang data yang diperlukan dilakukan sampai pada taraf ketuntasan atau kejenuhan (redudancy), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan secara bebas supaya mendapatkan data yang luas dan mendalam. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan cara berikut ini: Wawancara diawali dengan responden kepala sekolah kemudian dapat dilanjutkan lagi sesuai dengan kondisi kesediaan waktu responden. Pelaksanaan wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada. Wawancara dalam penelitian ini dengan responden Kepala Sekolah, Waka. Hubin, Waka. Kurikulum, Ka. Prodi, Guru Pembimbing, Siswa dan Dudi. Sehingga menjaga hubungan baik antara pewawancara dan yang diwawancarai.

Pedoman wawancara dibuat berdasarkan pada rumusan permasalahan penelitian yang ada pada bab I. Pedoman wawancara telah dilakukan oleh peneliti


(39)

pada 11 SMK di Kota Bandung yang meliputi 6 SMK Negeri dan 5 SMK Swasta selama satu tahun lebih mulai dari bulan September 2010-November 2012. Pedoman wawancara ini dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 546-568.

3. Dokumentasi

Bentuk data lain yang diperlukan oleh peneliti adalah dokumentasi. Pemanfaatan bahan dokumentasi dalarn penelitian ini diperlukan, karena banyak pengetahuan yang dapat diserap melalui dokumen bila dianalisis dengan cermat. Menurut Sanafiah (1990: 81) ada dua jenis sumber-sumber informasi non-manusia, yaitu dokumen dan rekaman atau catatan. Demikian pula menurut Lincoln dan Guba (Sanafiah, 1990: 81) memilah menjadi dokumen resmi, dokumen pribadi dan foto-foto. Meskipun kedua istilah tersebut berbeda, namun memiliki rnaksud yang serupa. Yang termasuk catatan adalah semua ienis pernyataan tertulis yang disiapkan oleh atau untuk seseorang atau untuk lernbaga yang mempunyai nilai pertanggungjawaban resmi atau publisitas resmi. Sedangkan yang termasuk ke dalarn dokumen adalah semua jenis rekaman atau catatan sekunder lainnya termasuk dokumen foto-foto (terlampir pada lampiran 4 halaman 599-602).

Dalam penelitian ini informasi yang berasal dari catatan yang diperoleh peneliti adalah semua catatan dan sejarah pertumbuhan unit produksi yang ada pada SMK dan majalah sekolah. Sedangkan informasi yang berasal dari dokumen antara lain surat keputusan Mendikbud tentang pengakuan SMK, struktur program kurikulum, denah sekolah, surat-surat permintaan akan lulusan yang datang dari


(40)

industri, daftar Mata Pelajaran, siswa, ikhtisar program praktik , daftar peralatan di Unit Produksi, struktur organisasi dan out-line pembagian kerja dalam struktur organisasi unit produksi SMK.

Sebagaimana yang menjadi salah satu ciri penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1992: 30) adalah bahwa data yang diperoleh adalah berupa data deskriptif yang berwujud kata-kata atau gambar. Data-data yang diperoleh melalui hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi ini ditulis dalarn bentuk kata-kata untuk dijadikan sebagai catatan lapangan (Bogdan dan Biklen, 1992: 107). Dengan demikian catatan lapangan merupakan catatan tertulis yang berisi tentang sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan oleh peneliti selarna proses pengumpulan data dilakukan. Isi dari catatan lapangan memuat dua hal yang berbeda. Pertama, bersifat deskriptif, yaitu catatan yang berisi uraian yang berkaitan dengan hal-hal yang teramati menurut apa yang terlihat, terdengar melalui indra rnanusia. Kedua, bersifat reflektif, yaitu catatan yang berisi uraian yang berkaitan dengan kesan, pendapat, ide, keragu-raguan atau hal-hal lain yang terlintas dalam pemikiran peneliti.

F. Keabsahan Data Penelitian

Keilmiahan hasil penelitian sangat penting karena keabsahan data dalam penelitian naturalistik, hal ini dapat dipertanggungjawabkan melalui pemeriksaan terhadap keabsahan data. Pemeriksaan keabsahan data menurut Moleong (1994: 173) didasarkan atas empat kriteria. Kriteria yang dipergunakan dalam pemeriksaan data dalam penelitian ini adalah kriteria kredibilitas (credibility), kriteria transferabilitas (transferability), kriteria dependabilitas (dependability)


(41)

dan kriteria konfirmobilitas (confirmability). Berikut ini akan diuraikan masing masing kriteria tersebut:

1. Kriteria kredibilitas (credibility)

Pengertian kredibilitas dalam penelitian naturalistik menunjuk pada kesesuaian konsep antara peneliti dengan partisipan. Dengan kata lain bahwa kredibilitas berkenaan dengan kebenaran data yang diperoleh. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh kriteria kebenaran dilakukan dengan memperpanjang masa observasi, triangulasi, mengadakan member check. Perpanjangan masa observasi akan memungkinkan meningkatkan criteria kebenaran data yang diperoleh. Dalam hal ini ketidak benaran informasi data baik yang berasal dari diri sendiri maupun responden dapat diuji. Selain itu akan meningkatkan kepercayaan responden terhadap diri peneliti, sehingga akan memperkecil kemungkinan perolehan data yang salah.

Dalam penelitian ini, perpanjangan proses observasi dilakukan setelah proses survei selesai dilakukan. Pelaksanaannya dilakukan dalam beberapa kali mengadakan kontak dengan responden. Melalui perpanjangan masa observasi dimaksudkan untuk mengecek data yang telah diperoleh sebelumnya untuk merigantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan data di lapangan. Selanjutnya dilakukan validasi dalam upaya mengoreksi kesimpulan yang mungkin keliru.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang berasal dari sumber lain. Adanya dua atau lebih data yang menunjukkan hasil yang sama, maka secara pasti dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki tingkat kebenaran yang dapat dipercaya. Melalui teknik


(42)

trianggulasi akan terlihat hubungan antara berbagai data dengan lebih tajam, sehingga dapat mencegah kesalahan dalam analisis data. Selain itu akan mencegah masuknya unsur subyektivitas dalam penelitian (Nasution, 1992: 116). Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap sumber maupun metode.

Member check merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

caranya dilakukan dengan membuat kesimpulan tehadap pembicaraan dalam bentuk garis besar yang dilakukan di akhir wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki informasi yang diberikan oleh responden bila kemungkinan dalam wawancara yang dilakukan terjadi suatu kekeliruan, sehingga dengan segera responden dapat memperbaikinya. Dengan demikian tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh informan (Nasution, 1992: 118).

2. Kriteria Transferabilitas (transferability)

Kriteria keteralihan yang dimaksud berkaitan dengan keberlakuan hasil penelitian bagi situasi lain. Dengan kata lain menyangkut tingkat keterterapan hasil penelitian untuk diberlakukan pada situasi lain. Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk memenuhi kriteria ini dilakukan dengan menguraikan data secara rinci, jelas dan secermat mungkin agar tidak menirnbulkan makna yang berbeda. 3. Kriteria Dependabilitas (dependability)

Dependabilitas menunjuk pada konsistensi dan hasil penelitian, artinya bahwa hasil penelitian akan memberikan kesarnaan hasil apabila dilakukan replikasi oleh peneliti lain dengan metode yang sama tapi dalam waktu berbeda. Dependabilitas dalam penelitian ini berupaya dicapai melalui metode audit trail.


(43)

Audit trail merupakan suatu cara pemeriksaan data hasil penelitian oleh orang

yang ahli. Proses ini dilakukan oleh peneliti kepada pembimbing penelitian selarna pelaksanaan penelitian berlangsung. Dalam pelaksanaannya dilakukan konsultasi mulai dari langkah awal pengambilan data di lapangan sarnpai pada hasil penelitian baik yang berupa data mentah maupun data hasil analisis untuk diperiksa kemudian dikonfirmasi oleh pembimbing, bila ternyata memang data tersebut benar. Melalui cara ini kebenaran hasil penelitian dapat dijamin.

4. Kriteria konfirmabilitas (conflmability)

Konfirmabilitas yang dimaksud adalah berkaitan dengan data yang harus bersifat obyektif. Dalam penelitian naturalistik menurut Nasution (1992: 113) pengertian konfirmabilitas mengandung aspek kuantitas. Artinya bahwa kriteria ini dapat tercapai dalam penelitian naturalistik bergantung pada jumlah orang yang membenarkan atau mengkonfirmasikannya. Bila kebenaran data dapat dibenarkan atau dikonfifrmasikan oleh orang lain dengan jumlah lebih dari seorang, maka hasil penelitian dikatakan memenuhi kriteria tersebut. Konfirmabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghapus kesan bahwa data yang diperoleh peneliti melalui pengamatan bersifat perspectif etic. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masuknya unsur subyektifitas peneliti (dalam rangka rnemperkecil perspectif etic), adalah mendiskusikan hasil analisis data dengan dosen pembimbing. Dengan dilakukan konfirmasi oleh dosen pembimbing, maka hasil penelifian akan bersifat lebih obyektif.


(44)

G. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis merupakan upaya mencari dan menata sekumpulan data secara sistematis yang diperoleh baik melalui teknik pengamatan, wawancara maupun dokumentasi untuk disajikan sebagai temuan bagi orang lain (Noeng Muhadjir, 1996: 104). Dengan demkian secara garis besar terdapat dua pekerjaan dalam analisis data yaitu menata dan menyajikan data. Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman (1992: 16). Analisis interaktif dibagi menjadi tiga alur kegiatan yang terjadi bersaman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Proses analisis data dilakukan secara terus-menerus dalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung sebagai berikut ini: (1) Reduksi data dilakukan dengan melalui proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dari catatan tertulis. Proses reduksi ini dilakukan terus menerus sampai akhir penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang tajam tentang hasil penelitian, membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu yang menjadi fokus penelitian. (2) Penyajian data dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalarn memahami data yang diperoleh, baik oleh peneliti maupun orang lain. Penyajian data dapat berbentuk tulisan, matrik grafik, diagram maupun tabel. Penyajian data dalarn penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, dan yang harus dilakukan sehingga dapat menganalisa kembali, secara keseluruhan untuk untuk keperluan penarikan kesimpulan. (3) Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan sejak dimulai


(45)

pengumpulan data lapangan. Dalam hal ini peneliti mencari arti dari komponen yang disajikan, mencatat pola-pola, tema konfigurasi yang mungkin ada, preposisi, hubungan dan persamaan dari hal-hal yang sering muncul. Kesimpulan dalam penelitian ini senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pelaksanaan analisis dilakukan sejak awal sampai akhir penelitian. Melalui langkah-langkah analisis di atas dimaksudkan untuk menemukan data tema yang bermakna pada akhirnya diangkat menjadi teori substantif. Reduksi data, penyajian data dan kesimpulan merupakan bagian dari analisis data tentang relevansi program SMK dengan kebutuhan dunia kerja.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Secara umum profil SMK dikota Bandung yang meliputi sumber daya baik material ataupun non material telah mendukung pencapaian kompetensi keahlian. Dalam penelitian ini dibagi kedalam dua bagian berdasarkan statusnya yaitu SMK Negeri dan SMK Swasta. SMK yang berstatus Negeri terdiri dari SMKN 1 Bandung Program Keahlian Bisnis dan Manajemen, SMKN 3 Bandung Program Keahlian Bisnis dan manajemen, SMKN 11 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen, SMK Negeri 3 Bandung program keahlian Uasaha Perjalanan Wisata, SMK Negeri 9 Bandung program keahlian Usaha Perjalanan Wisata Dn SMK Negeri 1 Bandung program keahlian Usaha Perjalan Wisata sedangkan SMK yang berstatus swasta di bawah yayasan adalah SMK Pasundan 1 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen, SMK Bina Warga Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Kencana Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Sandhy Putra program keahlian Usaha Perjalanan Wisata, dan SMK YPPT Program keahlian Usaha Perjalanan Wisata. 2. Perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi

keahlian yang diterapkan oleh 11 SMK Negeri dan Swasta di Kota Bandung agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja secara umum sudah berjalan dengan baik. Perencanaan prakerin sudah melibatkan berbagai


(47)

stakeholder hal ini seperti terjadi di SMKN 1 Bandung Program Keahlian

Bisnis dan Manajemen, SMKN 3 Bandung Program Keahlian Bisnis dan manajemen, SMKN 11 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen, SMK Bina Warga Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Kencana Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Negeri 3 Bandung program keahlian Uasaha Perjalanan Wisata, SMK Negeri 9 Bandung program keahlian Usaha Perjalanan Wisata dan SMK Sandhy Putra program keahlian Usaha Perjalanan Wisata. Sedangkan SMK Pasundan 1 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen dan SMK Negeri 1 Bandung program keahlian Usaha Perjalan Wisata menggunakan sistem workshop dalam proses perencanaannya. Pada SMK YPPT Program keahlian Usaha Perjalanan Wisata proses perencanaannya sudah ditentukan oleh sekolah dan DU/DI hanya mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dalam proses perencanaan prakerin ini umumnya menetapkan MOU antara sekolah dan DU/DI sebagai dasar kerjasama yang akan dilakukan.

3. Implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi

keahlian yang diterapkan oleh 11 SMK Negeri dan Swasta di Kota Bandung agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja secara umum berjalan dengan baik. Salah satu indikator keberhasilan dalam imlementasi prakerin ini adalah pemetaan siswa sesuai dengan kompetensi keahlian pada sebelas SMKN Negeri dan Swasta di Kota Bandung. Terdapat pembimbing dari sekolah dan instruktur dari DU/DI ditempat prakerin. Kebijakan pembiayaan dalam mendukung pelaksanaan prakerin cukup signifikan.


(48)

SMK yang berstatus Negeri cenderung tidak hanya di dalam kota Bandung saja, tetapi sudah di luar Kota Bandung dan yang swasta masih terpaku di sekitar Kota Bandung.

4. Manfaat atau pengaruh program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh 11 SMK Negeri dan Swasta di Kota Bandung agar Relevan dengan kebutuhan dunia kerja secara umum telah memberikan dampak pada sekolah, siswa dan dunia usaha dan industri. Tiga hal diantaranya: Pertama manfaat bagi lembaga khususnya SMK diantaranya: 1) Dengan prakerin SMK merasa terbantu sebagai tempat pengembang kompetensi siswa; 2) Program prakerin sangat dibutuhkan sebagai alat bantu mengembangkan kurikulum; 3) dapat menyiapkan tenaga kerja siap pakai sesuai kompetensi keahlian; 4) adanya kerja sama yang lebih baik lagi; 5) Sebagai pengembang SDM.

Kedua bagi siswa diantaranya: 1) Mendapatkan pengetahuan wawasan dan

pengalaman tentang lingkungan pekerjaan; 2) Memperoleh pembelajaran pengetahuan menjadi lebih dewasa dan mandiri; 3) Memperoleh etos kerja, kreatif, terampil dan disiplin; 4) belajar lebih percaya diri dan bertanggung jawab; 5) dapat memberi pengakuan dan pengakuan; 6) dapat melaksanakan evaluasi terhadap lembaga. Ketiga bagi dunia usaha dan dunia industry selaku rekanan sekolah, diantaranya adalah: 1) DU/DI merasa terbantu mendapatkan tenaga kerja siap pakai; 2) dapat merekrut tenaga kerja siap pakai; 3) DU/DI dapat meningkatkan produktivitas;


(49)

4) dapat memperoleh keuntungan secara financial; 5) dapat mengembangkan kerjasama yang lebih baik.

5. Evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh 11 SMK Negeri dan Swasta di Kota Bandung agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja dilakukan secara bersama-sama antara sekolah dan juga DU/DI. Model evaluasi prakerin yang dilakukan dengan menggunakan sistem jurnal. Tindak lanjut dari evaluasi prakerin untuk internal sekolah adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum disesuaikan dengan temuan dari hasil evaluasi. Tindak lanjut untuk DU/DI salah satunya yaitu lulusan SMK yang pernah magang terkadang setelah lulus langsung bekerja di lembaganya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan, tujuan, temuan dan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi berikut ini:

1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung

Dinas Pendidikan khususnya di lingkungan Kota Bandung dalam menyusun kebijakan mengenai SMK harusnya diarahkan pada hal-hal berikut: 1) Dinas Pendidikan Kota Bandung memfasilitasi SMK dalam melaksanakan prakerin, melalui penyediaan data DU/DI yang berpotensi untuk dijadikan tempat pelaksanaan prakerin oleh siswa SMK; 2) Dinas Pendidikan diharapkan memiliki

data base mengenai pelaksanaan prakerin dari masing-masing SMK, sehingga


(50)

tingkat relevansi kompetensi keahlian dari masing-masing SMK dengan tempat pelaksanaan prakerin. 3) Dinas Pendidikan memfasilitasi kerjasama antara SMK, DU/DI dan Dinas Pendidikan dalam hal pelaksanaan prakerin, sehingga pelaksanaan prakerin dapat efektif dan juga mendorong lulusan SMK untuk dapat langsung bekerja di DU/DI tersebut; 4) Dinas Pendidkan memfasilitasi SMK untuk mendapatkan ISO, sehingga pelaksanaan prakerin dapat sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

2. Bagi SMK di Lingkungan Kota Bandung

SMK sebagai sekolah yang melaksanakan program prakerin disarankan untuk melakukan hal-hal berikut: 1) Perkuat kerjasama dengan DU/DI dengan melakukan MOU terlebih dahulu, sehingga kerjasama yang terjalin konstruktif dan terarah; 2) Penyusunan perencanaan prakerin sekolah harus mempertahankan cara penyusunan bersama dengan DU/DI dan komite sekolah; 3) SMK sebaiknya memiliki audit internal baik dalam kurikulum prakerin ataupun pelasanaan dan evaluasi prakerin, sehingga pelaporannya transfaran dan akuntabel; 4) Tempat prakerin sebaiknya bukan saja di sekitar sekolah dimana SMK itu berada, tetapi juga pada DU/DI yang maju di luar Kota Bandung; 5) Sistem penganggaran pelaksanaan prakerin dioptimalkan dan sekolah melakukan penggalian sumber-sumber dana baik internal ataupun eksternal seprti halnya DU/DI secara langsung.


(1)

Danim, Sudarwan, (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia.

Dasuqi, A. Dadang dan Somantri, Setyo. (1994). Wawasan Dasar Pendidikan dan Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan, dalam Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Adpend.

Dedi Supriyadi (2002). Sejarah Pendidkan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdas dan Dikmenjur.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Pariwisata. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

--- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Pariwisata. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based

Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Gafar, M F. (2002) Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan abad abad ke-21 (SPTK-21), Jakarta:Depdiknas.

Gronlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc.


(2)

Guba, E.G, & Lincoln, Y.S.(1981). Effective Evaluation: Improving the Usefulness of Evaluation Result Throught Responsive and Naturalistic Approach. San Francisco, California: Jossey_Bass Inc. Publishers.

Harold M B dan Ralph C (1956) Vocational Education and Practical Arts in the Comunity School. New York: The Maccmilan Company.

Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK.

Hazel Raid (2010) Supervision to enhance educational and vocational guidance practice: A review. International Journal for Educational and Vocational Guidance, 10. 3.

Horridge, J., B.R. Parmenter and K.R. Pearson. (1993). ORANI-F: A General Equilibrium Model of the Australian Economy. Economic and Financial Computing, 3: 71-140. Center of Policy Studies and Impact Project, Monash University.

Hoy, Wayne K dan Miskel, Cecil G. (1978). Educational Administration: Theory Research and Practice. Toronto: Random House, Inc.

Ian Cuningham dan Graham D (2004). The Handbook of Work Based Learning. Burlington: Gower Publishing Company

Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001). Competency Based Training. West Java Institutional Development Project. Jac Fitz-enz (2000) ROI of Human Capital, Measuring the Economic Value of

Employee Performance New York: Amacom

Jalal, F & Supriyadi (2001) Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.

Joni, T. Raka. (2005) Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM-Cakrawala Indonesia.

Joyce, Bruce & Marshal Weil. (2000) Model of Teaching. Amerika A.Person Education.

Kenneth G.W dan Bennet Daviss (1994). Redesigning Education. New York: Ajohn Macrae Book.


(3)

Kirk, Jerome and Marc L. Miller (1985). Reliability and validity in Qualitative Research. London : Sage Publications, Inc

Lincoln, IS. Dan Guba, EG. (1984). Naturalistic Inquiry. New Yor: Sage Publication.

Makmun, Abin, Syamsuddin (1999). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Pedoman dan intisari Perkuliahan. PPS. IKIP. Bandung. Miles, Matthew B dan Huberman A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif

(Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta : UI Press

Moleong, L. J. (1994) “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhadjir, Noeng, (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih

Muliati A.M.A (2008) Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda. Disertasi Pascasarjana UNJ. Tidak Diterbitkan.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munir, (2008). Kurikulum Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nanang, Fattah. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: CV Adira. Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung.

Ngalim Purwanto. (2006) Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22. Terdapat di [On line]

http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pr0=148&iduser=5) Petrides, K.V. and Furnham, A. (2001) Trait Emotional Intellegences:

Psychometric Investigation with Reference to the Establishment of Trait Taxonomies. European Journal of Personality, vol.15, pp. 425-48.


(4)

Ralph C. W. Dan J Willam W (1988). Administration of Vocational Education. USA: American Technical Publishers.

Rasyid, Mardi H. (1997 ) Makna Pentingnya Pendidikan Sistem Ganda untuk Menghasilkan Tenaga Terampil, “Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. III No. 010,September.

Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Rifai, Moh. (1982). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jerman. Rivai, A. (1995). Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan

Kompetensi). Bandung : Technical Education Development Centre.

Rudduck, J.,Chaplain, R. and Wallace. G. (1998) School Improvement. What Can Pupils Tell Us. London: David Fulton.

Salam, Burhanuddin H. (1997) Pengantar Pedagogik: Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: PT Rinneka Cipta.

Samsudin. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotof). Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sarwoto. (1998) Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Slamet, Mamiek. (2004) Hasil Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Ganda, Jurnal Pendidikan Nasional, edisi khusus,

Sonhadji, A. (2006) Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Terdapat di [On line]

http://www.depdiknas.go.id/sikep/Issue/SENTRA1/F18.html (3 Oktober 2006.

Starratt, R.J. (1991) Building an Ethical Schhool: a theory for Practice. Educational Administration Quartely, vol.27, no.2, pp.185-202.

Sudjana, N. dan Rivai, A. (1997). Media Pengajaran. Bandung : CV. Sinar Baru. Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


(5)

Sumarno. (2007). Evaluasi Program Pendidikan sekolah Menengah Kejuruan Teknologi dan Industri (SMKTI) Kota Bandar Lampung untuk Perencanaan Strategis Level Mikro. Disertasi. PPS Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.

Suparlan Bawuk. (2008). Pengaruh pendidikan sistem ganda (PSG) terhadap daya adaptif kerja siswa SMK di Malang Raya . Disertasi. Pascasarjana Universitas Malang. Tidak Diterbitkan

Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Theodore W. Schultz,(1960) Investment in Man: An Economist’s View”, The Social Service Review, Vol. 33, No. 2, Jgne 1959, University of Chicago Press.

Todaro, M. P. (2003). Economic Development. Pearson Education Limited, New York.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wallace. M. (1994) Towards a Contingency Approach to Development Planning in School Improvement. London: Cassel.

Wena, Made. (1997) Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar dalamPendidikan Sistem Ganda, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Th. III, No. 010 September.

Wenrich, (1988). Administration of Vocational Education. American Technical Publishers. INC.

Wiraatmadja, R. (2002) Pendidikan Sejarah di Indonesia. Persfektif lokal, Nasional dan Global. Bandung: Historia Press.

Wuviani, Via. (2005). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru (Studi Tentang Pengaruh Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMAN di kota Bandung). Tesis. Program Pascasarjana – UPI. Tidak Diterbitkan.

Yadi Mulyadi, dkk (2010) Pemetaan SMK Di Jawa Barat, Bangka Belitung Dan Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan. (6) 98


(6)

--- (2001). Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum. Bandung: Program Studi Pengembangan Kurikulum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

______________, (2000). Kebijakan dan Perencanaan Sosial. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Telaah Cross Discipline. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

______________, (2003). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin. ______________. (2003). Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation

Research. Integrasi Penelitian, Kebijakan dan Perencanaan. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.