POTRET LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DENGAN DUNIA KERJA DI SMK NEGERI 1 NGAWI.

(1)

i

POTRET LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DENGAN DUNIA KERJA

DI SMK NEGERI 1 NGAWI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Desy Ria Ningsih NIM 12110241027

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Barangsiapa menolong Agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan mengukuhkan kedudukannya” (Q.S Muhammad : 7)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...” (Q.S Al-Baqarah : 286)

Setidak berharganya kamu dimata orang lain, kamu tetap harus berharga dimatamu sendiri. Ingat kamu sangat berharga. (Anonim)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugerah-Nya, karya ini ku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Minu dan Ibu Sripah, yang telah memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada terputus selama ini, doa dan dukungan baik moriil, spirituil, dan materiil sehingga penulis berhasil menyelesaikan karya tulis ini.

2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Nusa dan Bangsa


(7)

vii

POTRET LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DENGAN DUNIA KERJA DI SMK

NEGERI 1 NGAWI Oleh :

Desy Ria Ningsih /12110241027

Program Studi : Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) daya serap dan tingkat relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya program keahlian Akuntansi dengan dunia kerjanya, (2) bagaimana strategi yang dimiliki oleh pihak sekolah guna menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan, dan (3) faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi di SMK Negeri 1 Ngawi.

Subjek dari penelitian ini adalah beberapa Wakil Kepala Sekolah, pengelola BKK, pihak jurusan Akuntansi dan Guru BK SMK Negeri 1 Ngawi. Objek dari penelitian ini adalah data penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015 dan data penunjang lainnya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan penelitian di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan analisis dokumentasi.

Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian akuntansi cukup tinggi yaitu berada di angka 69,90% per tahun, sedangkan tingkat relevansi program keahlian akuntansi berada pada angka 27,12% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 19,19% jika dibandingkan dengan lulusan secara keseluruhan. Strategi yang digunakan sekolah antara lain pengembangan kultur yang mendukung, pelaksanaan praktek kerja Industri (Prakerin), Kunjungan Industri, Bimbingan karir, BKK, Teaching Factory, dan LSP. Faktor pendukung relevansi lulusan dengan dunia kerjanya antara lain, (1) adanya sarana dan prasarana yang mendukung, (2) tenaga pendidik yang berkualitas, (3) adanya BKK, dan lain sebagainya. Faktor penghambatnya adalah terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya pesaing untuk memperoleh pekerjaan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia berupa rahmat dan nikmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan baik. Tugas Akhir Skripsi ini memiliki judul

Potret Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntansi dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dan secara umum menambah pengetahuan peneliti dalam hal relevansi pendidikan sehingga besar harapannya dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan ( April- Juni 2016) ini bisa memberikan rekomendasi kebijakan baik untuk sekolah maupun untuk instansi terkait untuk perbaikan dan kemajuan pendidikan Indonesia.

Banyak pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Atas bantuan dan dukungan serta motivasinya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan saya kesempatan untuk dapat melakukan penyusunan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan sarana dan prasarana, fasilitas, dan telah memberikan ijin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang memberi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

4. Bapak Drs. Murtamadji, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan dukungan moriil dan memberikan bimbingan yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir penyusunan. 5. Ibu Nany Sutarini, M.Si (almh) dan Bapak Prof. Dr. Achmad Dardiri,

M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa mendampingi proses belajar dan perkuliahan dari awal hingga akhir proses studi.

6. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah 1 dan 4, Ketua Jurusan Akuntansi, Ketua dan Pengurus Bursa Kerja Khusus (BKK), dan Guru BK sekaligus Pengelola BKK SMK Negeri 1 Ngawi, yang telah mengijinkan peneliti untuk melalukan penelitian dan memperoleh data penelitian, serta memberikan dukungan dan kemudahan selama proses penelitian sehingga sangat membantu dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Minu dan Ibu Sripah, selaku orang tua saya, serta Suminem, selaku kakak saya, yang senantiasa memberikan dukungan moriil, materiil dan spiritual sehingga proses penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. 8. Sahabat seperjuangan saya, Ida Widiyastuti dan Siti Marfuah, serta Siti

Basriyah, Khusna Uswatun Khasanah, Rani Rahmawati, Ririn Ristiani,

‘Aisyah, Muhammad Nur, dan sahabat lainnya dari BEM KM UNY 2014

khususnya departemen PSDM dan BEM REMA UNY 2015 khususnya Kementerian Sosial Masyarakat yang senantiasa membagikan semangat dan inspirasinya sehingga proses penyusunan skripsi ini berjalan sangat menyenangkan.


(10)

x

9. Teman-teman seperjuangan Kebijakan Pendidikan kelas A angkatan 2012, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi guna memperlancar proses studi dari awal hingga akhir.

10.Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Besar harapan saya, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri khususnya, dan bagi pembaca secara umum. Tak lupa saya haturkan permohonan maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran dari pihak manapun sangat saya harapkan demi perbaikan penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, September 2016


(11)

xi DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Batasan Masalah ... 14

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Daya Serap dan Relevansi Pendidikan ... 19

B. Kebijakan Pendidikan Kejuruan ... 26

C. Pendidikan Kejuruan ... 28

D. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 32

E. Program Keahlian Akuntansi ... 40

F. Ketenagakerjaan ... 46

G. Penelitian Yang Relevan ... 52

H. Alur Pikir Penelitian ... 54


(12)

xii

Hal BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 62

B. Setting Penelitian ... 63

C. Subyek dan Objek Penelitian ... 64

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 65

1. Teknik Pengumpulan Data ... 65

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 67

E. Analisis Data ... 68

F. Uji Keabsahan Data ... 70

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 72

1. Profil SMK Negeri 1 Ngawi ... 72

2. Kultur Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi ... 78

3. Profil Program Keahlian Akuntansi ... 86

4. Pemetaan Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2011-2015 ... 90

5. Daya Serap Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi dalam memenuhi kebutuhan lapangan Pekerjaaan tahun 2011-2015 ... 96

6. Relevansi Lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan ... 100

7. Praktek Kerja Industri dan Kunjungan Industri ... 105

a. Praktek Kerja Industri ... 105

b. Kunjungan Industri ... 116

8. Bimbingan Karir ... 121

9. Bursa Kerja Khusus (BKK) ... 127

10. Teaching Factory ... 132

11. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) ... 139

12. Faktor Pendukung Relevansi Lulusan dengan Lapangan pekerjaan ... 146

13. Faktor Penghambat Relevansi Lulusan dengan Lapangan Pekerjaan dan alternatif pemecahannya ... 154


(13)

xiii

Hal B. Pembahasan

1. Tingkat Relevansi Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program

Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan ... 161 2. Strategi dalam Upaya meningkatkan Relevansi lulusan dengan

Dunia kerja ... 169 3. Faktor Pendukung dan Penghambat tingkat relevansi lulusan

dengan Lapangan Kerja ... 179 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 186 B. Saran ... 188 DAFTAR PUSTAKA ... 189 LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Kompetensi Dasar Pengantar Akuntansi Kurikulum 2013 ... 41 Tabel 2. Minat Masyarakat pada SMK Negeri 1 Ngawi dilihat dari jumlah

pendaftar tahun 2011/2012-2015/2016 ... 75 Tabel 3. Calon Peserta Didik SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2016/2017 jalur

PPDB... 86 Tabel 4. Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi tahun 2011-2015 .. 91 Tabel 5. Analisis masa tunggu penempatan BKK SMK Negeri 1 Ngawi

tahun 2014 ... 98 Tabel 6. Daya Serap lulusan program keahlian Akuntansi tahun 2011-2015 .. 99 Tabel 7. Tingkat relevansi rerata program keahlian Akuntansi dibandingkan

dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi ... 102 Tabel 8. Daftar instansi yang digunakan untuk Praktek Kerja Industri

Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi ... 110 Tabel 9. Daftar Nama Asesor Kompentensi LSP SMK Negeri 1 Ngawi ... 145 Tabel 10. Daya Serap Lulusan Program keahlian akuntans tahun

2011-2015 ... 162 Tabel 11. Tingkat relevansi rata-rata program keahlian akuntansi ... 163


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Alur Pikir Penelitian ... 54 Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian... 57 Gambar 3. Komponen Analisis data (interactive model) Model Miles and

Huberman ... 68 Gambar 4. Struktur Organisasi Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi ... 76 Gambar 5. Struktur Organisasi Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1

Ngawi ... 88 Gambar 6. Diagaram pemetaan lulusan program keahlian Akuntansi

SMK Negeri 1 Ngawi ... 95 Gambar 7. Diagram baris tingkat relevansi program keahlian Akuntansi

dengan program keahlian lainnya di SMK Negeri 1 Ngawi ... 101 Gambar 8. Struktur Organisasi Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1

Ngawi ... 135 Gambar 9. Struktur Organisasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) SMK

Negeri 1 Ngawi ... 141 Gambar 10. Diagram Pie pemetaan lulusan Program Keahlian Akuntansi

SMK Negeri 1 Ngawi ... 165 Gambar 11. Diagram baris pemetaan lulusan Akuntansi dengan Lapangan

pekerjaan ... 166 Gambar 12. Diagram pie relevansi rata-rata lulusan Program keahlian


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Surat perijinan penelitian ... 192

Lampiran 2. Pedoman Pengambilan Data ... 196

Lampiran 3. Panduan Wawancara... 197

Lampiran 4. Pedoman Analisis Dokumentasi ... 205

Lampiran 5. Profil SMK Negeri 1 Ngawi ... 207

Lampiran 6. Data Penelusuran Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi ... 213

Lampiran 7. Analisis Data Penelusuruan Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi ... 236

Lampiran 8. Transkrip Wawancara ... 244


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak pada berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan bidang lainnya. Salah satu wujud globalisasi yang dapat dirasakan langsung adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi tantangan bagi seluruh negara, utamanya negara maju dan negara berkembang. Globalisasi merupakan suatu proses mendunia. Globalisasi sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu Globalization. Kata "Global" berarti mendunia sedangkan "Lization" berarti proses. Globalisasi mengakibatkan suatu negara semakin kecil, karena kemudahan dalam berinteraksi antarnegara baik dalam bidang perdagangan, teknologi, arus komunikasi, gaya hidup serta interaksi-interaksi lain. Globalisasi memiliki dampak yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung serta dampak positif dan dampak negatif.

Zakapedia (2014) menyampaikan bahwa dampak dari globalisasi antara lain sebagai berikut, sebagai dampak positif antara lain (a) Komunikasi yang semakin cepat dan mudah; (b) Meningkatnya taraf hidup dari masyarakat; (c) Mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan; (d) Tingkat pembangun yang semakin tinggi; (e) Meningkatnya turisme dan pariwisata; serta (f) Meningkatnya ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Selain memiliki dampak positif, globalisasi tentunya memiliki dampak negatif. Dampak negatif dari


(18)

2

terjadinya globalisasi antara lain (a) Informasi yang tak terkendali; (b) Timbulnya sikap yang ala kebarat-baratan; (c) Munculnya sikap individualisme; (d) Berkurang sikap solidaritas, gotong royong, kepedulian dan kesetiakawanan; (e)Perusahaan dalam negeri lebih mementingkan perusahaan dari luar ketimbang perusahaan yang ada dalam negeri membuat perusahaan dalam negeri sulit berkembang; (f) Berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor industri yang menyerap seluruh petani; dan (g) Budaya bangsa akan terkikis. Demikianlah bagaimana globalisasi memberi pengaruh terhadap seluruh negara di seluruh lapisan dunia ini.

Tantangan di wilayah Asia Tenggara adalah munculnya kesepakatan dibidang ekonomi yang menuntut keterbukaan antara negara anggotanya. Seperti yang dilansir dari halaman web BBC Indonesia (www.bbc.com/indonesia) disampaikan bahwa lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 yang lalu. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.


(19)

3

Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN berdampak pada perdagangan bebas yang mencakup barang dan jasa antar sesama negara anggota ASEAN menjadi tidak terbatas. Hal ini membawa dampak, terutama bagi pekerja ASEAN dalam bidang tenaga medis, arsitek, dokter gigi, perawat, akuntan, tenaga riset dan pariwisata yang kini dapat bekerja di negara-negara yang menjadi anggota ASEAN bila memiliki spesialisasi yang dibutuhkan. Agar pekerja Indonesia tidak kalah bersaing, menurut seorang ekonom, Kresnayana Yahya, dalam www.bbc.com/Indonesia, mengatakan para pekerja harus pandai membekali diri dengan berbagai keterampilan dan kemampuan seperti berbahasa asing terutama bahasa Inggris, dan mengikuti berbagai pelatihan. Dia menambahkan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bisa menjadi kesempatan emas bagi profesional Indonesia untuk mendapatkan pengalaman bekerja di luar negeri mulai dari level staf, supervisor, manajer hingga direktur. Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia memang harus dipersiapkan sebaik mungkin, sehingga siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada taraf regional Asia Tenggara, maupun dalam menghadapi globalisasi.

Fakta yang terjadi di lapangan belum menunjukkan hal tersebut. Berdasarkan laporan Indeks Sumber Daya Manusia (SDM) 2015 yang diterbitkan oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/ WEF) disampaikan bahwa Indonesia menduduki urutan ke-69 dari 124 negara. Hal ini menunjukkan penurunan, karena dua tahun yang lalu Indonesia


(20)

4

menduduki peringkat ke-53 dari 124 negara. Sekalipun pemerintah telah menaikkan sumber anggara pendidikan nasional, setidaknya dua tahun belakangan ini pemerintah telah menunjukkan komitmen melalui kenaikan anggaran pendidikan sebesar 7,5 persen pada APBN 2014 sebesar Rp 371,2 triliun (20,39 persen dari APBN 2014) dibandingkan dengan 2013 yang hanya Rp 345,3 triliun. Porsi sektor pendidikan di APBN-P 2015 meningkat hingga 0,2 persen menjadi Rp 408,5 triliun. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hingga tingkat kualitas SDM Indonesia tertinggal dari negara lain. Mulai dari kualitas dan kuantitas pendidikan kejuruan yang dimiliki hingga tingkat kemudahan dalam berbisnis yang berpengaruh pada jumlah tenaga kerja yang berwirausaha.

Belum banyaknya masyarakat Indonesia yang berkeinginan untuk berwirausaha mengakibatkan tingginya angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam laman resmi BPS http://www.bps.go.id/ ) terkait dengan pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2013-2014. Data tersebut menyampaikan bahwa angka pengangguran pada dua tahun terakhir telah menyentuh angka lebih dari 7.100.000-7.200.000 orang. Sekalipun mengalami penurunan dari tahun 2013, namun angka ini merupakan angka yang cukup tinggi. Tahun 2016 ini, diprediksi angka pengangguran ini akan terus meningkat seiring dengan adanya isu penutupan industri besar yang memiliki tenaga kerja yang banyak. Fakta ini menunjukkan bahwa sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk


(21)

5

masyarakat Indonesia, baik yang berpendidikan tinggi, maupun bagi mereka yang belum pernah sekolah sekalipun. Selain minimnya lapangan pekerjaan yang ada, hal ini juga menunjukkan bahwa lulusan yang dihasilkan belum memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri yang ada. Angka di atas dapat dijadikan salah satu sudut pandang untuk menilai bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia masih rendah.

Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dan juga untuk mengatasi permasalahan di atas. Pendidikan memiliki peran dalam menjawab tantangan globalisasi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, serta terbukanya persaingan ekonomi, utamanya terkait dengan tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran yang penting dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi kondisi tersebut. Berdasarkan buku Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) ketetapan MPR RI No IV/MPR/73 diketahui bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Sutari, 1989: 29). Pendidikan diharapkan mampu menciptakan orang-orang yang berpendidikan. Achmad Dardiri (2013: 4) menyatakan bahwa orang yang berpendidikan merupakan orang yang mampu mengombinasikan keahlian dalam beberapa keterampilan termasuk kemampuan sosial dengan kebaikan karakter dan penilaian yang bijak.


(22)

6

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, tentu saja tidak lepas dari permasalahan. Mulai dari rendahnya kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Masing-masing permasalahan tersebut akan memiliki dampak negatif untuk peningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas adalah rendahnya relevansi pendidikan di Indonesia. Riskamayanti (2012) menyampaikan bahwa masalah relevansi pendidikan yaitu masalah yang berhubungan dengan kesesuaian atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat (kebutuhan tenaga kerja). Hal ini tidak terjadi maka dampak yang ditimbulkan atas ketidaksesuaian tersebut, atau biasa disebut dampak tidak relevannya pendidikan, yaitu:

1. Bagi perusahaan-perusahaan, setelah melakukan rekruitmen masih harus mengeluarkan anggaran untuk pendidikan atau pelatihan bagi calon karyawannya, karena mereka dinilai belum memiliki keterampilan kerja seperti yang diharapkan.

2. Bagi jenjang pendidikan selanjutnya, banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan selanjutnya.

3. Banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.


(23)

7

4. Jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia. Sebagai upaya untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan atas tidak relevansinya pendidikan di Indonesia, serta sebagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia, dan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja, maka pemerintah memutuskan untuk menciptakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan merupakan jenjang pendidikan yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menekankan pada kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki beberapa rumpun, antara lain Bisnis dan manajemen, Pariwisata, Teknologi Komputer dan Jaringan, dan banyak lainnya. Yang kemudian dari rumpun-rumpun di atas memiliki Program Keahlian masing-masing. Menurut Ace Suryadi, di Indonesia memiliki kebijakan perluasan SMK yang cukup bervariasi dari menteri satu dengan menteri yang selanjutnya. Pada tahun 1990-an sampai tahun 2003, kebijakan perluasan pendidikan menengah kejuruan menganut teori vocational school fallacy karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat itu tidak memiliki pandangan untuk memperluas SMK, namun lebih memandang penting peningkatan relevansi SMK dengan dunia kerja yang dibutuhkan.

Tahun 2005 mulai muncul kebijakan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Mendiknas) terkait dengan perluasan jumlah SMK dan mengonstankan jumlah SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan tujuan untuk memperbesar proporsi SMK lebih besar daripada SMA. Hal ini


(24)

8

dimaksudkan agar jumlah siswa SMK semakin besar dan SMA semakin menurun, sehingga pada tahun 2015 ini proporsi SMA dan SMK yaitu 30:70. Kebijakan ini didasarkan pada asusmsi bahwa lulusan SMK mampu mengembangkan kecakpaan dan keterampilan kerja lulusannya, sedangkan SMA dirancang sebagai program untuk pendidikan akademis yang dirancang agar lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, terkait dengan jumlah pengangguran di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan, diketahui bahwa dari tahun 2013 ke 2014 jumlah pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 1.258.201 menjadi 1.332.521 pada bulan Agustus pada masing-masing tahun. Jumlah ini juga memberikan sumbangan 18,39 % dari jumlah pengangguran keseluruhan. Pemberitaan yang dilansir oleh viva.co.id yang diterbitkan pada kamis, 5 November 2015, diketahui bahwa Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Razali Ritonga, menyampaikan bahwa alasan banyaknya pengangguran dari tingkat SMK adalah karena minimnya kemampuan mereka untuk pindah ke sektor lain yang tidak sesuai dengan keahliannya., dengan kata lain lulusan SMK memiliki kompetensi keahlian yang terbatas dan sulit beradaptasi dengan lingkungan atau sektor kerja yang baru dan berbeda dengan kompetensi keahlian mereka. Lulusan pendidikan yang seharusnya menjadi modal dan motor penggerak pembangunan, ternyata sebaliknya menjadi beban pembangunan.


(25)

9

Potensi dan kebutuhan masing-masing wilayah seharusnya menjadi dasar acuan pengembangan program keahlian di SMK. Sesuai dengan tujuan pendidikan SMK, yaitu membekali peserta didik dengan keterampilan tertentu untuk memasuki dunia kerja/dunia usaha, maka pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja. Namun pengembangan SMK bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit SMK dan jumlah siswa, tetapi bagaimana keberadaan SMK jika dikaitkan dengan potensi wilayah daerah. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara output pendidikan SMK dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) sebagai pengguna output pendidikan SMK belum tercapai. Diantara kebutuhan tersebut, kebutuhan atau tuntutan dunia kerja/usaha/industri, dirasakan amat mendesak, maka prioritas “link and match” diberikan pada pemenuhan kebutuhan dunia. Salah satu masalahnya terletak pada kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan pasar tenaga kerja.

Pekerjaan yang dilakukan oleh lulusan dari SMK saat ini pun belum tentu sesuai (relevan) dengan Program Keahlian yang dulu diambil ketika menempuh pendidikan SMK. Banyak sekali terjadi bahwa lulusan dengan keahlian akuntansi misalnya, mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik elektronik, atau bahwa menjadi buruh pabrik salah satu produk makanan, sedangkan pekerjaan yang sesuai atau yang relevan dengan Program Keahlian Akuntansi antara lain adalah teknisi akuntansi pelaksana,


(26)

10

pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian terkait dengan daya serap dan relevansi SMK, khususnya Program Keahlian akuntasi, yang dikenal sebagai Program Keahlian yang memiliki banyak peminat, dan hampir seluruh SMK di Ngawi memiliki Program Keahlian tersebut, dengan lapangan pekerjaan yang disediakan.

Melihat pada analisis kebutuhan maka dapat dianalisis bahwa penduduk Kabupaten Ngawi sebagian besar bergantung pada pertanian, dengan semakin majunya jaman yang ada, maka yang dibutuhkan oleh masyarakat Ngawi atau kabupaten Ngawi pada umumnya adalah lulusan dibidang teknologi pangan, atau teknologi pertanian. Namun Program Keahlian yang memiliki banyak peminat adalah Program Keahlian akuntansi, TKJ, Pemasaran dan sebagainya. Program Keahlian akuntansi merupakan Program Keahlian yang bisa dikatakan paling awal berdiri dan memiliki peminat yang tinggi dari dahulu hingga sekarang. Akuntansi secara umum merupakan ilmu untuk menghitung keuangan dari sebuah instansi. Kompetensi lulusan yang telah menempuh pendidikan di program keahlian akuntansi memiliki kemampuan untuk memproses dokumen yang berkaitan dengan keuangan, mulai dari kas kecil, dokumen kas bank, entry

jurnal, mengelola buku besar, neraca, laporan keuangan, serta dapat mengoperasikan aplikasi program pengolah angka seperti Ms. Excel dan aplikasi komputer akuntansi seperti MYOB. Seperti yang telah disampaikan


(27)

11

di atas, program keahlian akuntansi seharusnya bekerja di bidang keuangan kelembagaan secara formal, misalnya teknisi akuntansi pelaksana, pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya.

Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang terdapat di Kabupaten Ngawi yang memiliki program keahlian akuntansi sebagai program keahlian yang memiliki banyak peminat adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ngawi. Sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang bisa dikatakan favorit di Kabupaten Ngawi, sekolah ini beralamat di Jalan Teuku Umar No. 10, Ngawi, Jawa Timur. Terletak tepat di pusat Kabupaten Ngawi, sebelah timur berbatasan dengan Kantor Bupati Ngawi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Alun-Alun Kota Ngawi, sebelah Uojiptara berbatasan dengan SMP Negeri 1 Ngawi, serta sebelah barat berbatasan dengan jln. Ronggowarsito, sekolah ini bisa dikatakan sangat strategis.SMK Negeri 1 Ngawi telah memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) untuk menyalurkan lulusannya pada dunia kerja. Bursa Kerja Khusus ini telah memiliki banyak jaringan dengan berbagai perusahaan dan industri baik ditingkat Kabupaten, tingkat provinsi, nasional maupun internasional, sehingga beberapa lulusan dari sekolah lain pun banyak yang mengikuti program dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi ini.

Keberadaan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK Negeri 1 Ngawi ini memberikan jaminan kepada lulusan untuk dapat memperoleh pekerjaan setelah siswa tersebut dinyatakan lulus. Fakta yang terdapat di lapangan


(28)

12

tetap terdapat lulusan yang belum bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Seperti yang telah dicontohkah sebelumnya, lulusan program keahlian akuntansi bekerja di pabrik salah satu makanan instan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menggali dan memberikan informasi terkait dengan relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi terhadap lapangan pekerjaan, serta untuk mengetahui bagaimana daya serap dan tingkat relevansi pendidikan, khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, serta sebagai upaya untuk menggali bagaimana langkah strategis yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan meningkatkan relevansi lulusan, utamanya program keahlian Akuntansi. Peneliti, dalam penelitian ini, melakukan pembatasan pada Program Keahlian Akuntasi, rumpun Bisnis Manajemen dan lapangan pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah instansi-instansi yang memiliki jobdesk sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa lulusan program keahlian akuntansi. Penelitian ini juga mengungkap faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh sekolah, SMK Negeri 1 Ngawi, dalam menjaga dan meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja yang tersedia.


(29)

13 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diketahui beberapa permasalahan, antara lain sebagai berikut ini :

1. Globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi tantangan untuk pendidikan di Indonesia, utamanya dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Rendahnya kualitas sumber daya Manusia di Indonesia dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi.

3. Tingginya angka pengangguran di Indonesia, khususnya pengangguran terdidik mulai dari jenjang SMP sederajat, SMA/SMK sederajat, D3, S1 dan sebagainya.

4. Adanya kesenjangan antara kurikulum SMK dengan kemajuan dunia industri, dunia usaha dan dunia kerja.

5. Banyaknya lulusan SMK yang tidak bekerja sesuai dengan Program Keahlian yang telah ditempuh di SMK.

6. Keberadaan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK Negeri 1 Ngawi, belum menjadikan jaminan bahwa lulusan dari SMK Negeri 1 Ngawi dapat bekerja sesuai dengan program keahlian.

7. Banyak lulusan SMK, khususnya Program Keahlian akuntansi yang tidak bekerja sesuai dengan bidang keahliannya.

8. Terdapat lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi yang bekerja tidak sesuai dengan bidang keahliannya.


(30)

14 C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan masalah berupa batasan masalah Konseptual dan batasan Kontekstual. Batasan Konseptual dari penelitian ini adalah Daya Serap dan Relevansi Lulusan SMK Program Keahlian Akuntansi dengan lapangan kerja. Sedangkan batasan kontekstualnya adalah menelusuri lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntasi dari tahun 2011-2015.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Daya Serap dan Relevansi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi ?

2. Bagaimana strategi Sekolah dalam menjaga dan meningkatkan Daya Serap dan Relevansi Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi ?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi ?


(31)

15 E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Daya serap dan relevansi lulusan SMK Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.

2. Langkah strategis sekolah dalam menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan SMK program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.

3. Faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk Peneliti

a. Peneliti dapat mengetahui bagaimana daya serap dan relevansi pendidikan, khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Lapangan Pekerjaan yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi.

b. Peneliti dapat mengetahui informasi terkait relevansi antara Program Keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi.

c. Peneliti dapat mengetahui informasi terkait strategi sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam menjaga


(32)

16

dan meningkatkan relevansi lulusan SMK, program keahlian Akuntansi, dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. d. Peneliti dapat mengetahui tentang faktor pendukung dan

penghambat guna meningkatkan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.

2. Untuk Instansi

a. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Sebagai informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan khususnya pada Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi, Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, khususnya terkait dengan daya serap dan relevansi SMK dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian Akuntansi. b. Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ngawi

1) Sebagai informasi terkait dengan daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya program keahlian Akuntansi dengan dunia kerja.

2) Sebagai pengetahuan baru, terkait dengan strategi yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan lapangan pekerjaan. 3) Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk mengambil


(33)

17

daya serap dan relevansi pendidikan, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masing-masing, guna menciptakan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan.

4) Sebagai informasi terkait faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.

5) Sebagai alternatif untuk memecahkan permasalahan yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi khususnya yang berkaitan dengan daya serap dan relevansi lulusannya dengan dunia kerja. 3. Untuk Masyarakat Umum

a. Sebagai Informasi untuk masyarakat dalam upaya pencerdasan dan penyadaran terkait daya serap dan relevansi pendidikan, dalam hal ini lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.

b. Memberi motivasi pada masyarakat, utamanya pada penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang baik, bukan hanya pada proses saja, namun juga sampai pada output dan outcome.

c. Untuk memberi informasi kepada masyarakat terkait langkah strategis yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan


(34)

18

meningkatkan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) utamanya program keahlian Akuntansi.

d. Sebagai informasi kepada masyarakat secara umum terkait dengan faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.


(35)

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Daya Serap dan Relevansi Pendidikan

Langeveld dalam Hasbullah (2006: 2) menyatakan bahwa pendidikan merupakan setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak dengan tujuan untuk mendewasakan anak tersebut, atau dengan kata lain membantu anak agar cukup terampil dalam melaksanakan tugas dan dapat hidup secara mandiri. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa :

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirnya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.”

Crow and Crow, dalam Nanang Fattah (2012: 39), menyampaikan bahwa pendidikan seharusnya memiliki fungsi yang dikenali sebagai panduan dan pedoman bagi pembelajar, bersifat menyeluruh mulai dari tahapan keinginan, kebutuhan dan potensi yang akan memastikan dirinya suatu kepuasan pribadi dan pola hidup sosial yang diharapkan. Nanang Fattah (2012: 40) pendidikan diarahkan dalam upaya untuk beberapa hal berikut ini.

a. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu

Pendidikan selalu berusaha mengembangkan peserta didik agar mampu hidup secara mandiri. Pendidikan memberikan bantuan agar anak bisa menolong dirinya sendiri, melalui berbagai pengalaman di dalam


(36)

20

berbagai hal seperti konsep, generalisasi, kreativitas, keterampilan, dan lain sebagainya agar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dapat berkembang secara optimal.

b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial

Selain berkembang sebagai makhluk individu, manusia juga perlu melakukan interaksi sosial dengan sesamanya. Pendidikan memiliki peran untuk mengembangkan suatu keadaan yang seimbang antara aspek individu dan aspek sosial manusia.

c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila

Melalui pendidikan dikembangkan manusia yang memiliki tata susila, anak didik diupayakan untuk mendukung norma kaidah dan nilai-nilai susila serta sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

d. Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama

Pendidikan diusahakan mampu untuk mengembangkan dan membekali anak didiknya untuk memahami agama yang dianutnya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pengembangan manusia sebagai makhluk profesi

Manusia secara umum dituntut untuk dapat hidup dengan memiliki keahlian dan keterampilan. Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran untuk membekali anak didik dengan berbagai keahlian yang dapat dijadikan bekal hidupnya dan menjadi lebih bermartabat.

Terkait dengan arah pendidikan yang terakhir, maka akan berkaitan dengan bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik untuk


(37)

21

memperoleh keterampilan untuk dapat memperoleh profesi atau pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka pendidikan akan terkait dengan bagaimana menciptakan lulusan yang dapat diterima di masyarakat secara umum maupun dalam dunia kerja secara khusus. Oleh karena itu, daya serap lulusan suatu instansi pendidikan menjadi hal yang perlu diperhatikan guna menjaga kualitas pendidikan secara umum.

Daya serap lulusan yang dimaksud disini adalah bagaimana lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mampu diterima di dunia kerja. Dalam mendukung daya serap lulusan SMK, maka inovasi terkait pendidikan kejuruan telah dilaksanakan, yaitu perubahan dari pendekatan supply driven ke pendekatan demand driven.

Wardiman Djojonegoro (1998: 70), demand driven justru mengharapkan pihak dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja memiliki peran yang menentukan, mendorong dan menggerakan pendidikan kejuruan, karena pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.

Ali Muhson, dkk (2012) menyatakan bahwa relevansi pendidikan dalam arti adanya kesepadanan atau kesesuaian dalam bentuk link and match. Pendidikan sampai saat ini masih dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia. SDM lebih bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Dengan demikian, dapat kita ketahui bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar


(38)

22

memiliki kualifikasi yang sama atau sejajar dengan manusia lain, baik dalam taraf nasional, regional, maupun pada taraf Internasional.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 943) menyatakan bahwa relevansi memiliki arti hubungan; kesesuaian; kaitan dengan tujuan; berguna secara langsung dengan apa yang dibutuhkan. Secara ajektif, relevansi memiliki arti (1) terkait dengan apa yang sedang terjadi atau dibahas; (2) benar dan atau sesuai untuk tujuan tertentu. Sebagai kata benda, relevansi memiliki arti tingkat kerterkaitan atau kebermaknaan sesuatu dengan apa yang terjadi atau dibahasnya.

Relevansi pendidikan adalah tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil keluaran program ditinjau dari ukuran ideal secara normatif yang didukung oleh ketepatan unsur masukan, proses, dan keluaran. Hal ini tertulis dalam Panduan Akreditasi tahun 2004 dalam Ali Muhson,dkk (2012: 46). Oemar Hamalik (2013: 45) menyampaikan bahwa relevansi harus berkaitan dengan masalah dunia kerja (vocation), kependudukan (citizenship), dan berbagai aktivitas masyarakat lainnya yang menyangkut budaya, sosial, politik dan sebagainya. Riskamayanti (2013) menyampaikan bahwa relevansi pendidikan adalah sejauh mana sistem pendidikan yang telah diimplementasikan dapat mencetak luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

Soemantri dkk (2010: 2) menyatakan bahwa relevansi pendidikan dapat ditunjukkan dengan profil pekerjaan (jenis dan tempat kerja),


(39)

23

relevansi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, manfaat mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum dengan pekerjaan yang diperoleh, saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Relevansi lulusan juga dapat dinilai melalui pendapat dari pihak pengguna lulusan tentang kepuasan pengguna lulusan, kompetensi lulusan, dan saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan.

Rizha S. Sadjad dalam Ali Muhson, dkk (2012: 47) menyatakan bahwa relevansi merupakan komponen yang terpenting karena relevansi merupakan faktor yang menentukan eksistensi dari lembaga pendidikan yang bersangkutan. Suatu lembaga pendidikan, misalnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan dikatakan baik atau buruk berdasarkan dari faktor relevansi, yaitu seberapa besar sekolah tersebut keseluruhan atau sebagian besar dari lulusannya dapat diserap dalam lapangan kerja yang tersedia dan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, baik ditingkat lokal, nasional, regional, maupun pada taraf internasional. Ketika luaran pendidikan, SMK, dapat mengisi lapangan pekerjaan yang dibutuhkan maupun seluruh aspek pembangunan yang dibutuhkan, seperti sektor produksi, maka relevansi pendidikan tersebut dapat dikatakan tinggi.

Relevansi pendidikan menengah kejuruan bagi siswa atau lulusan terkait dengan lulusan yang memperoleh pekerjaan atau dapat melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi yang sesuai dengan program keahlian yang telah ditempuh sebelumnya. Disampaikan oleh Bowman, M.J dalam Trijahjo (2005: 56) terdapat 3 hal penting yang perlu diperhatikan, yakni :


(40)

24

1. Isi atau kurikulum yang dipelajari dalam sekolah dasar mungkin tidak begitu penting dalam bersedianya siswa dalam belajar sendiri merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki

2. Tingkat relevansi, jika itu dapat tercapai akan sedikit memberi manfaat ketika biaya dan kelayakan diabaikan.

3. Upaya untuk membuat isi atau kurikulum yang relevan dengan kebutuhan terlalu singkat untuk melakukan pendekatan vokasional sebuah bentuk dapat menjadi dan seringnya terjadi disfungsi

Relevansi pendidikan disini berhubungan dengan dunia kerja dan atau dunia industri maupun dengan dunia pendidikan. Riskamayanti (2012) menyampaikan bahwa relevansi pendidikan dapat dilihat dengan mengikuti alur input-proses-output. Masukan (input) dalam komposisi tertentu yang diproses dengan metode tertentu akan membuahkan dua macam hasil, yaitu hasil jangka pendek (output) dan hasil jangka panjang (outcome).

1. Input pendidikan terdiri atas kurikulum, siswa/peserta didik, guru/tenaga pendidik, sarana-prasarana, dana, dan masukan lain. 2. Proses pendidikan meliputi seluruh proses pembelajaran yang

terjadi sebagai bentuk interaksi dari berbagai input pendidikan. 3. Hasil pendidikan (output) mencakup antara lain kemampuan

peserta didik, yang dapat diukur melalui prestasi belajar siswa. 4. Outcome pendidikan antara lain peningkatan mutu lulusan, yang


(41)

25

ke jenjang pendidikan berikutnya dan jumlah lulusan yang dapat bekerja. Oleh karena itu, mutu input dan mutu proses merupakan faktor penentu mutu hasil, baik yang berupa hasil jangka pendek maupun hasil jangka panjang.

Beberapa faktor yang berkenaan dengan input pendidikan dapat dikelompokkan kedalam faktor rumah atau keluarga, faktor sekolah, dan faktor siswa. Diantara ketiganya, sekolah merupakan komponen input yang paling erat hubungannya dengan kebijakan pendidikan. Kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut:

1. Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.

2. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.

3. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat dugunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia. (Riskamayanti ; 2013) Sehingga dalam penelitian ini, peneliti memaknai relevansi pendidikan sebagai suatu keterkaitan antara kompetensi, keahlian dan pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki oleh lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan lapangan pekerjaan yang diperoleh. Kesesuaian inilah yang akan menjadi tolok ukur,


(42)

26

apakah instansi atau jurusan tersebut memiliki relevansi yang rendah atau tinggi.

B. Kebijakan Pendidikan Kejuruan

Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik yang berfokus pada aspek pendidikan. H.A.R Tilaar (2008: 140) menyampaikan bahwa :

“kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil

perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu

kurun waktu tertentu”

Struktur kebijakan makro pelaksanaan pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Standart Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Dalam Undang-Undang Standart Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan bahwa jenjang pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pasal 18 Undang-undang Sisdiknas ayat (2) dan (3) menyebutkan bahwa pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Fungsi pendidikan kejuruan diatur dalam Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 pasal 76 ayat (2) disebutkan : (a) meningkatkan, menghayati,


(43)

27

dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur, (b) meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air, (c) membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (d) meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni, (e) menyalurkan minat dan bakat dibidang olahraga dan (f) meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di Masyarakat.

Sasaran dan tujuan pendidikan kejuruan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 3 sebagai pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan bidang kejuruannya. Terkait dengan kerangka kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan. Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses


(44)

28

pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi.

C. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan bagian dari program yang dirancang untuk menyiapkan individu untuk pekerjaan yang menguntungkan sebagai pekerja semi trampil atau trampil penuh atau teknisi atau bagian dari profesionalis yang dibutuhkan dalam pekerjaan atau jabatan baik untuk jabatan baru atau jabatan atau pekerjean mendesak ( Putu Sudira, 2012:10). Definisi Pendidikan kejuruan yang dikemukakan dalam

United States Congress, dalam Wardiman Djojonegoro (1998: 34), merupakan salah satu program pendidikan yang secara langsung dapat dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau merupakan pendidikan untuk mempersiapkan karir seseorang. Dari pengertian ini, dapat diartikan bahwa pendidikan kejuruan merupakan suatu proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang ada dalam memasuki dunia kerja.

Putu Sudira (2012: 11) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Indonesia menempatkan pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional untuk menyiapkan lulusan bekerja atau melanjutkan kejenjang lebih tinggi atau bekerja mandiri berwirausaha. Rupert Evans, dalam


(45)

29

Wardiman Djojonegoro (1998: 36), menyampaikan bahwa pendidikan kejuruan memiliki tujuan untuk : (a) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja; (b) meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu; dan (c) mendorong motivasi untuk terus belajar.

Tujuan pendidikan kejuruan juga dijabarkan secara lebih rinci dalam Keputusan Mendikbud No 0490/U/1990, antara lain adalah sebagai berikut: 1) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau memperluas pendidikan dasar, 2) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan sekitar; 3) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian, dan 4) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan pekerjaan (Wardiman Djojonegoro, 1998: 36). Tujuan pendidikan kejuruan yang dimaksudkan disini, jika dilihat dari ketiga rumusan di atas, adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar siap dan mampu secara kognitif, afektif dan psikomotor untuk dapat mengembangkan kemampuan diri sehingga memiliki kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Tujuan pendidikan kejuruan lebih jelas dijabarkan oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut: Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan untuk (1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta


(46)

30

didik, (3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.

Tujuan khusus dari pendidikan kejuruan antara lain : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional menurut Depdikbud (2001) adalah :

(1) penghasil tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan,

(2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri,


(47)

31

(3) penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global,

(4) penghasil tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.

Muhyadi dkk (2011: 1) menyatakan bahwa paradigma pendidikan kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum. Pendidikan kejuruan

(education for earning living) menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven). kebersambungan

(link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan serta kecocokan (match) diantara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan pendidikan kejuruan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya.

Butler, dalam Sudji Munadi (2010: 78) menyampaikan bahwa lulusan pendidikan kejuruan, termasuk didalamnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah memiliki bekal yang berorientasi pada jabatan. Dengan demikian, maka lulusan dari sekolah menengah kejuruan diharapkan telah memiliki kompetensi (1) mampu menunjukkan penguasaan pengetahuan dan kemampuan khusus, setidaknya untuk bidang kerja tertentu, (2) mampu menunjukkan kemampuan dasar akademik dan pengetahuan penunjang yang sesuai dengan awal karir, dan (3) mampu menunjukkan kemampuan akademik, sosial dan kejuruan sehingga dapat


(48)

32

mengembangkan karir dimasa yang mendatang. Pendidikan kejuruan juga diharapkan mampu memberikan manfaat bagi dunia kerja secara langsung maupun bagi masyarakat secara umum. Bagi dunia kerja, pendidikan kejuruan memiliki manfaat yaitu memperoleh tenaga kerja yang berkualitas tinggi, meringankan biaya usaha, serta membantu memajukan dan mengembangkan usaha (Wardiman Djojonegoro, 1998: 37)

D. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA. SMK ini menyelengarakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai lanjutan dari sekolah menengah pertama atau sederajat. Berbeda dengan SMA, SMK mempelajari materi dan banyak di prakteknya. SMK merupakan jenis pendidikan menengah yang secara khusus mempersiapkan tamatannya untuk menjadi tenaga terampil dan siap terjun ke dalam masyarakat luas.

Secara kelembagaan, SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang memiliki orientasi yang sangat jelas, yaitu menyiapkan peserta didik utnuk memasuki dunia kerja dengan menguasai keahlian kejuruan tertentu sesuai dengan pilihan siswa. (Dedi Supriadi, 2004: 197). Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan pendidikan, menyebutkan bahwa :

“Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK,

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang


(49)

33

sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara

SMP atau MTs.”

Sampai saat ini, setidaknya terdapat enam bidang pekerjaan yang disiapkan pendidikan dan pelatihannya melalui pendidikan menengah kejuruan. Bidang tersebut antara lain : (1) bidang keahlian teknologi dan rekayasa; (2) bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi; (3) bidang keahlian kesehatan; (4) bidang keahlian seni, kerajinan, dan pariwisata; (5) bdiang keahlian agrobisnis dan agroteknologi; dan (6) bidang keahlian bisnis manajemen. (Putu Sudira, 2012: 46).

Wardiman Djojonegoro (1998: 59) berpendapat bahwa, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia (SDM), maka SMK dapat diandalkan untuk memegang peranan dan tugas sebagai berikut :

1. Menghasilkan tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), dengan bidang dan tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, serta mengisi kebutuhan Dunia usaha, Dunia Industri maupun usaha mandiri. 2. Menghasilkan tamatan yang memiliki kemampuan produktif, keahlian

yang mampu membuat tamatan berpenghasilan sendiri dengan pekerjaan dan penghasilan yang mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sendiri, dan menyiapkan tamatan untuk dapat hidup secara mandiri, yaitu dengan bekerja atau menciptakan pekerjaan bagi orang lain.


(50)

34

3. Menghasilkan tamatan yang berkualitas tinggi dan memiliki keunggulan, dan mampu berperan dalam peningkatan kemampuan kompetisi Indonesia dalam menghadapi persaingan global.

4. Menghasilkan tamatan yang memiliki bekal dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang kuat, dan memadai bagi tamatan SMK sehingga dapat mengembangkan kemampuan diri secara berkelanjutan.

Standar Pelayanan Minimal merupakan tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional no 129a/U/2004, Standar Pelayanan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasal 4 ayat (2) adalah sebagai berikut.

1. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah.

2. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional

3. 80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya. 4. 90 persen dari jumlah guru SMK memiliki kualifikasi sesuai dengan

kompetensi yang ditetapkan secara nasional.

5. 100 persen siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran.


(51)

35

7. 20 persen dari lulusan SMK melanjutkan ke perguruan tinggi yang terakreditasi

8. 20 persen dari lulusan SMK diterima di dunia kerja sesuai dengan keahliannya.

Berdasarkan Perarturan Pemerintah Tahun 2005, Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) bertujuan untuk meningkatkan kercerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan ini kemudian dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan menengah kejuruan lebih lanjut dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan SMK dirumuskan dalam 23 butir, antara lain :

1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja;

2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya;

3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya;

4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial;

5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global;


(52)

36

6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan;

8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri;

9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik;

10.Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah yang kompleks;

11.Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial ; 12.Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan

bertanggungjawab;

13.Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

14.Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya; 15.Mengapresiasi karya seni dan budaya;

16.Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok; 17.Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta

kebersihan lingkungan;


(53)

37

19.Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;

20.Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain;

21.Menunjukkan ketrampilan membaca dan menulis naskah secara sisematis dan estetis;

22.Menunjukkan ketrampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris; 23.Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan

baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupu untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan menengah kejuruan dan 23 SKL SMK merupakan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pendidikan untuk dunia kerja. Kegiatan instruksional di SMK dikembangkan untuk membangung SKL pada setiap individu siswa. SKL nomor 1 sampai 22 merupakan standar kompetensi yang berlaku secara umum bagi setiap lulusan SMK, apapun jurusan dan bidang keahliannya. Sedangkan SKL nomor 223 merupakan standar kompetensi spesifik per bidang dan/ atau program keahlian sebagai penciri pendidikan untuk dunia kerja ( work-based-education) (Putu Sudira, 2012: 61).

Penyelenggaraan SMK membutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun ini merupakan proses untuk menghasilkan tamatan yang memiliki kompetensi


(54)

38

keahlian yang sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Dilihat secara umum, penyelenggaraan SMK seharusnya mengandung setidaknya 3 muatan, antara lain :

1. Kompetensi produktif, merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh peserta didik SMK yang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja sehingga lulusan SMK mampu bekerja setelah menempuh pendidikan SMK.

2. Memiliki keunggulan, merupakan kompetensi yang dapat digunakan sebagai faktor keunggulan kompetitif menghadapi persaingan, dan sebagai modal kuat untuk menjalin kerjasama.

3. Memiliki bekal dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai bekal dasar menguasai perkembangan IPTEK, dan sebagai bekal dasar untuk penyesuaian diri menghadapi perubahan (Wardiman Djojonegoro, 1998: 67)

Seiring dengan bergulirnya era globalisasi perdagangan dan investasi yang merupakan era keterbukaan tanpa batas (kesejagatan) khususnya dalam bidang ekonomi, menuntut sumberdaya manusia yang kompeten dan berdaya saing. Wardiman Djojonegoro, dalam Muhyadi dkk (2011), menyebutkan kompetensi kunci SMK menghadapi era global yaitu: 1) Memiliki keterampilan dasar yang kuat dan luas, yang memungkinkan pengembangan dan penyesuaian diri sesuai dengan perkembangan IPTEK; 2) Mampu mengumpulkan, menganalisa, dan menggunakan data dan informasi; 3) Mampu mengkomunikasikan ide dan informasi; 4) Mampu


(55)

39

merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan; 5) Mampu bekerjasama dalam kerja kelompok; 6) Mampu memecahkan masalah; 7) Berpikir logis dan mampu menggunakan teknik-teknik matematika; serta 8) Menguasai bahasa komunikasi global (Bahasa Inggris).

Hadiwaratama, dalam Putu Sudira (2012: 53), landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dialurkan dalam 4 (empat) proses. Keempat proses ini harus termuat dalam proses belajar mengajar, baik di sekolah maupun di dunia usaha dan/atau industri. Keempat proses tersebut antara lain adalah berikut ini :

1. Transfer of knowledge

Merupakan proses mengalihan atau penimbaan ilmu melalui teori-teori yang disampaikan melalui proses belajar dan mengajar

2. Digestion of knowledge

Merupakan proses pemaknaan atau mencerna ilmu yang telah diperoleh melalui tugas-tugas, pekerjaan rumah maupun tutorial. 3. Validation of knowledge

Merupakan proses pembuktian ilmu yang telah diperoleh melalui percobaan-percobaan yang dilakukan di laboratorium maupun di bengkel-bengkel yang telah disediakan. Percobaan ini dapat dilakukan baik secara empiris maupun secara visual.

4. Skill development

Merupakan tahapan pengembangan keterampilan melalui pekerjaan nyata di bengkel atau lapangan.


(56)

40

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada merupakan salah satu alternatif yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia, khususnya dalam menghadapi dunia kerja dan dunia industri. Penyelenggaraan SMK sendiri tidak hanya tentang pengajaran di dalam kelas saja (bersifat teori) namun juga dilengkapi dengan praktik, baik praktik yang dilakukan dalam sekolah, maupun praktik secara langsung dengan dunia kerja, misalnya dengan program PSG (Pendidikan Sistem Ganda) atau Prakerin (Praktek Kerja Industri). Peserta didik dituntut untuk terjun langsung dalam dunia kerja yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang sedang ditekuni oleh peserta didik tersebut dalam pelaksanaan PSD. Oleh karena hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa penyelenggaran SMK yang ada saat ini sudah cukup komprehensif untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi dunia kerja.

E. Program Keahlian Akuntansi

Jurusan/ program keahlian akuntansi merupakan bagian dari bidang keahlian bisnis dan manajemen. Pekerjaan yang sesuai atau yang relevan dengan jurusan Akuntansi antara lain adalah teknisi akuntansi pelaksana, pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya (Putu Sudira, 2012: 53).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)


(57)

41

diketahui bahwa kurikulum untuk program keahlian akuntansi dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 1. Kompetensi Dasar Pengantar Akuntansi dalam Kurikulum 2013

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

KELAS: X 1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran Sang Pencipta karena menyadari

keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya yang diatur oleh Sang Pencipta. 1.2Menyadari kebesaran Tuhan yang

menciptakan alam semesta dan semua unsur di dalamnya.

2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami pengetahuan dasar tentang ilmu yang dipelajarinya. 2.2Menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin,

jujur, teliti, tanggung jawab, obyektif, kritis, kreatif, inovatif, santun, peduli dan ramah lingkungan) dalam melakukan pekerjaan sebagai bagian dari sikap ilmiah.

2.3Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap kerja


(58)

42 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

3.1Menjelaskan pengertian, fungsi dan jenis uang

3.2Menjelaskan tujuan, fungsi dan peranan keuangan dalam perusahaan

3.3Menjelaskan posisi bidang keuangan dalam struktur organisasi perusahaan 3.4Menjelaskan jabatan/karier dalam bidang

keuangan perusahaan

3.5Menjelaskan bentuk-bentuk alternatif organisasi bisnis

3.6Menjelaskan sumber-sumber keuangan perusahaan

3.7Menjelaskan sistem dan prosedur penggunaan dana perusahaan

3.8Menjelaskan pasar uang dan pasar modal 3.9Menjelaskan penganggaran modal melalui

pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing)

3.10 Menjelaskan nilai waktu dari uang

4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

4.1Mengidentifikasi jenis-jenis uang

4.2Mengevaluasi fungsi dan peran keuangan di berbagai perusahaan

4.3Mengidentifikasi posisi bidang keuangan dalam struktur organisasi perusahaan 4.4Mengklasifikasi berbagai jabatan/karier

dalam bidang keuangan perusahaan 4.5Mengklasifikasi bentuk-bentuk badan

usaha berdasarkan kepemilikan modal 4.6Mengklasifikasi sumber-sumber keuangan

perusahaan

4.7Mengidentifikasi sistem dan prosedur dalam penggunaan dana

4.8Mengidentifikasi lembaga-lembaga pasar uang dan pasar modal


(59)

43

4.9Mengevaluasi penganggaran modal

melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing)

4.10 Menghitung nilai uang sekarang dan nilai uang masa depan

KELAS XI 1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya

1.1Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran Sang Pencipta karena menyadari

keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya yang diatur oleh Sang Pencipta. 1.2Menyadari kebesaran Tuhan yang

menciptakan alam semesta dan semua unsur di dalamnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami pengetahuan dasar tentang ilmu yang dipelajarinya. 2.2Menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin,

jujur, teliti, tanggung jawab, obyektif, kritis, kreatif, inovatif, santun, peduli dan ramah lingkungan) dalam melakukan pekerjaan sebagai bagian dari sikap ilmiah.

2.3Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap kerja


(1)

271 SKANSA Mart, seperti itu. Kalau AK

sama AP itu ya di lab masing-masing, ehh ada Bank Mini juga ya, Bank Mini itu miliknya anak AK ya, kalau AP mana ya? Kalau AP itu cenderung ke fotocopy itu anak AP. jadi memang cenderung masing-masing jurusan punya semua ternyata. Kalau TEI sekarang punya itu yang menghadap ke barat itu, itu apa itu, nanti coba kamu lihat nanti. Nah disana nanti ada pelayanan masyarakat, namanya Bengkel TEI disana nanti ada macam-macam disitu, jual apa menangani apa nanti ada disitu,” (SA/02/05/2016) 20 “sebetulnya dampaknya bank mini itu

untuk tempat praktik anak-anak jurusan akuntansi, jadi setiap hari itu digilir, 2-3 anak ke Bank Mini, itu mungkin tugasnya itu nanti merekap data keuangan, yang ada hubungannya dengan materi akuntansi yang ada di kelas. Jadi bergantian, memasukan data, menghitung, membuat laporan itu memang untuk akuntansi itu memang di bank mini. Kalau untuk administrasi itu di Fotocopy itu, itu bedanya. Jadi memang walaupun dalam lingkup kecil itu ada untuk praktik, terus kalau

“yang diharapkan ya, memenuhi kebutuhan siswa, memenuhi kebutuhan siswa tetap ada untungnya tapi ya gak banyak2 untungnya, kalau dibandingkan dengan yang diluar itu ya harganya dibawah umum, dibawah. Habis itu ada bank mIni itukan, juga bisa sebagai sarana untuk praktik juga untuk yang anak AK” (AM/31/05/2016)

“...Praktek satu hari, satu anak satu hari gitu lho, dalam jangka satu semester satu hari itu gimana gitu, melayani di toko situ, di skansa mart situ. Di bank mini juga ada kayak gitu, anak akuntansi yang tiap hari ada yang praktik juga. Apa ya kayak gitu namanya, coba nanti tanya sama bagian TF saja ya, yang lebih tahunya. Tapi yang jelas itu, anak-anak itu juga banyak memperoleh ilmu pengetahuan dari situ juga, jadi TF itu gunanya untuk anak-anak

Harapan dari adanya teaching

factory adalah untuk

memenuhi kebutuhan warga SMK Negeri 1 Ngawi, serta menjadi wadah untuk praktik siswa


(2)

272 pemasaran itu ada skansa mart itu ada.

Kalau bank mini itu memang khusus untuk anak akuntansi memang, setiap hari itu gantian, 2-3 anak itu praktik disana, jadi dari materi dikelas, selain praktik dikelas, siswa juga praktik disana, tim nya juga sudah timnya akuntansi semua, mulai dari penanggung jawab, ketuanya itu dari akuntansi semua itu,” (MS/19/05/2016)

mencari ilmu juga disitu” (SA/26/05/2016)

21 “LSP itu lembaga yang berwenang untuk menguji kompetensi anak sesuai dengan jurusan, jadi nanti kita tidak perlu mengundang penguji dari luar untuk menguji, kalau dulu kan mengundang dari luar untuk menguji tapi kayaknya hampir semua sekolah punya kok mbak, kita yang di Ngawi itu punya semua, jadi kayak gitu nanti akan lebih praktis, akan terasa lebih nyaman kalau diuji oleh gurunya sendiri, tapi fear kok kebijakannya, guru yang menguji tidak boleh mengajar di kelas itu, jadinya itu fear kalau gitu. Jadi misalnya guru tersebut akan menguji kelas TEI 1, jadi ngajarnya di TEI 2, jadi nanti anak akan memiliki kewibawaan akhirnya.” (ME/13/05/2016)

“kalau yang saya ketahui itu LSP itu yang Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu nanti yang sesuai dengan jurusannya, jadi anak yang lulus akan diberikan keteranga bersertifikat, kebetulan yang sertifikat itu merupakan syarat untuk memperoleh pekerjaan, biasanya seperti itu biasanya, yang saya ketahui itu, jadi lembaga yang memberikan sertifikat yang menjadi nilai lebih dari siswa itu” (AM/31/05/2016)

“setahu saya kalau misalnya waktu rapat begitu disinggung tentang LSP itu bahwa LSP itu merupakan lembaga yang nanti, kok lembaga ya, lembaga atau bagian ya, hmm, maksudnya gini, guru-guru itu nanti punya punya punya hak guru-guru itu nanti punya hak untuk menguji kemampuan anak-anak yang nanti kalau dia lulus anak itu nanti mendapatkan sertifikasi atau sertifikat yang kalau gak salah sertifikat itu nanti sifatnya kalau gak minimal nasional itu internasional. Maksudnya itu tinggal tinggal apa ya, saya sendiri juga gak begitu tahu grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa

Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan uji kompetensi serta menyatakan apakah siswa tersebut lulus uji kompetensi atau tidak, serta mengeluarkan sertifikat profesi untuk siswa yang lulus uji kompetensi.


(3)

273

memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” (SA/06/06/2016)

22 “jadi kalau siswa itu punya sertifikat itu nanti siswa lebih mudah untuk diterima menjadi karyawan disebuah perusahaan, ya harapannya nanti seperti itu. Lain dengan yang belum punya sertifikat LSP, karena mungkin di perusahaan2 atau di PT-PT yang besar-besar itu sudah ee tahu kalau anak itu punya sertifikat LSP itu sudah kita koordinasikan dengan pihak perusahaan” (MS/26/05/2016)

“...grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” (SA/06/06/2016)

“Ya kalau di SMK Negeri 1 Ngawi baru dimulai tahun ini, baru beberapa bulan yang lalu secara resmi memiliki LSP, jadi itu Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu sesuai dengan program keahlian siswa masing-masing, jadi itu nanti akan mempermudah dan mempercepat siswa dalam memperoleh pekerjaan.” (AM/02/05/2016)

Dampak dari adanya sertifikat profesi tersebut adalah

menunjang siswa untuk dapat bekerja sesuai dengan

kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa.

23 “nah itu sarana dan prasarananya dibidang akuntansi itu ya komputer, itu sudah ada sekitar 40an, nah terus kalkulator ya dan peralatan praktik lainnya nah itu mungkin tiap anak sudah punya satu-satu, disediakan tapi setelah selesai dikembalikan. Dan setiap praktik itu satu anak itu satu komputer, malah untuk bidang MYOB itu sering praktikny daripada teorinya, kalau di Spreed sheet itu sama 50:50 antara teori dan praktik. Tapi kalau sudah kelas XI

“ya itu tadi adanya TF tadi, terus itu apa ya namanya kalau anak penjualan itu misalnya habis ujian semester itu terus disuruh menjual gitu, itu kan sebetulnya kan itu, tapi kalau anak teknik ya sekolah berusaha bahwa masih punya Laboratorium” (SA/26/05/2016)

“kebetulan sarana dan prasarananya menunjang ya mbak, ya, kita itu punya lab yang lengkap, labnya itu lengkap semua itu, hampir semua jurusan itu punya. Yang belum punya itu lab bahasa indonesia, kalau hubungannya dengan sarana dan prasarana yang lengkap ya” (ME/25/05/2016)

Faktor pendukung tingkat relevansi dan daya serap lulusan tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain adanya sarana dan prasarana yang mendukung.


(4)

274 kelas XII itu lebih banyak praktiknya”

(MS/19/05/2016)

24 “kalau dijurusan akuntansi itu, sejumlah 7 guru itu alhamdulillah semuanya sudah tersertifikasi sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi, jadi sudah menguasai dengan baik sesuai bidangnya akuntansi. Jadi 7 itu semuanya sudah memiliki sertifikat sertifikasi akuntansi, jadi memang sudah baik, khususnya untuk program akuntansi, jadi seandainya e apa itu mengajar ya, sudah mampu dengan jurusannya, nah lain dengan di luar itu kok mengajar program akuntansi kan lain” (MS/19/05/2016)

“wah kalau guru itu, kayaknya yang muda-muda ini kuliah S2, gurunya linear, jadi yang mendukung itu, namun untuk jurusan TEI itu yang masih belum punya guru pengajar yang tetap, statusnya masih GTT semua, tetapi tetap linear dengan bidangnya..” (ME/25/05/2016)

“nah iya, sekolah Bertaraf Internasional itu dituntut gurunya harus S2 itu sebanyak 20%lah. 20% guru harus S2, nah itu guru-guru juga mau untuk kuliah s2 dan sekarang itu jumlahnya sudah lebih dari 20%,itu itu diantaranya itu usahanya ya seperti itu” (SA/06/06/2016)

Faktor pendukung tingkat relevansi dan daya serap lulusan tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah kualitas guru SMK Negeri 1 Ngawi yang baik, yaitu hampir 20% guru SMK Negeri 1 Ngawi sudah menempuh pendidikan S2

25 yang jurusan akuntansi ada yang sudah bekerja di BRI atau di BPD, nah itu memang sudah sesuai, cocok sekali. Kalau biasanya yang seperti itu, siswa nya yang aktif dan memang siswanya itu pinter, siswa pandai itu mencari lowongan sendiri. Saya yakin pinter, Seperti itu biasanya.” (AM/02/05/2016)

“iya dari anak sendiri yang mencari kerja itu sendiri, kalau dari pihak sekolah itu yang jelas sudah mengarahkan seperti itu, paling tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki itu, skillnya itu” (MS/26/05/2016)

“namun gini mbak, mungkin karena yang masuk sini itu memang sudah anak-anak pilihan ya mbak, jadi mau bekerja apaapun itu sudah bagus,apalagi kalau waktu PSG begitu ya, saya itu ada anak yang PSG di warnet saya itu anak TKJ, karena pinter ya langsung saya rekrut itu, jadi beberapa DU/DI itu memang ada mengatakan kalau anak SMK Negeri 1 Ngawi itu yang PSG disana itu menunjukkan kinerja yang bagus

Faktor pendukung tingkat relevansi dan daya serap lulusan tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah keaktifan siswa untuk mencari lapangan pekerjaan secara mandiri.


(5)

275

mbak, iya. Berbeda dengan sekolah yang lain” (ME/25/05/2016)

26 “...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya pas sambutan juga gak enak mbak,

“...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh. Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal.” (MS/26/05/2016)

Kurang efektifnya pelaksanaan kunjungan industri di SMK Negeri 1 Ngawi.


(6)

276 sudah saya sampaikan juga, bahwa

sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa-apa wis monggo...” (ME/25/05/2016)

27 “ya itu tadi, karena keterbatasan daripada lapangan pekerjaan, jadi tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia dengan tenaga yang dihasilkan, persaingan banyak sekali, sehingga si lulusan ini akhirnya bekerja dimanapun, dan ditempatkan dimanapun itu mau, dan yang lebih parah lagi itu nanti ditempatkan dimana-mana mau, dan dengan gaji yang berapapun mau. Nah itu yang lebih parah lagi itu.” (AM/02/05/2016)

“hambatan memang ya kalau saya lihat sih, secara umum, perusahaan itu bisa menerima sesuai dengan keahliannya kebanyakan D3, kalau lulusan SLTA itu rata-rata ya jadi operator produksi ee apa ya, tempat tempat itu terbataslah, kalau resepsionis kalau masih ketemu anak SMK cantik ya masih bisa masuk... ya itulah kendalanya itu tadi, rasanya DU/DI menghargai kalau sudah D3, dan memang sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada SLTA untuk sesuai dengan jurusannya.” (SA/02/05/2016)

“iya memang terbatas lapangan pekerjaan sekarang ini, karena ya setiap tahun banyak yang lulus, banyak yang kerja. Maunya juga yang sesuai dengan keahliannya kalau bekerja kan ya sulit kalau pengennya seperti itu” (MS/19/05/2016)

Hambatan tercapainya daya serap dan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi adalah terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya saingan dari Sarjana dan Diploma


Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI BERSTANDAR NASIONAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGARI 1 KUDUS

0 3 121

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Kebutuhan Dunia Usaha Dan Insdustri.

0 3 15

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Kebutuhan Dunia Usaha Dan Insdustri.

0 2 12

RELEVANSI PROGRAM SMK DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA : Studi Tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung.

2 8 58

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA (SMK) SE-KOTA SEMARANG.

1 3 213

ANALISIS MANAJEMEN KERJASAMA ANTARA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGANDUNIA USAHA/DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN).

0 0 18

STUDI TENTANG KESIAPAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DALAM BERKOMPETISI DI DUNIA KERJA ( Studi Kasus di SMK Bhinneka Karya Surakarta Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Tahun Pelajaran 2010/2011 ).

0 0 18

IDENTIFIKASI SPEKTRUM PASAR KERJA SEBAGAI RUJUKAN DALAM PENETAPAN PROGRAM KEAHLIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 0

0 0 10

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan SMK

0 0 17

Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Guru Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk)Negeri 1 Sibolga

0 0 11