PENGARUH PENERAPAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) DAN TINGKAT KECAKAPAN HIDUP TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PROFESI :Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

.

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Asumsi-asumsi Penelitian ... G. Manfaat Penelitian ... H. Hipotesis Penelitian ... I. Metode Penelitian ... J. Lokasi dan Waktu Penelitian ... K. Analisa Masalah dan Definisi Operasional ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Landasan Filosofis, Historis dan Yuridis Pendidikan

Kecakapan Hidup (Life Skill Education)... B. Pengertian Kecakapan Hidup (Life Skills) ... C. Jenis-jenis Kecakapan Hidup dan Pentingnya dalam Dunia Kerja ... D. Penerapan kecakapan Hidup di SMK ...

i ii iv v vi vii x xii xiv xv 1 1 7 7 8 9 10 11 11 12 13 13 19 20 22 27 35


(2)

E. Pengambilan Keputusan Profesi ... F. Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup terhadap Pengambilan Keputusan Profesi ...

67 81 G. Pengaruh Tingkat Kecakapan Hidup terhada

Pengambilan Keputusan Profesi ... H. Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup dan Tingkat

Kecakapan Hidup terhadap Pengambilan Keputusan Profesi ... I. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya ... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Metode Penelitian ... B. Variabel Penelitian ... C. Definisi-definisi Konseptual dan Operasional ... ... D. Populasi dan Sampel Penelitian ... E. Data dan Pengembangan Alat Pengumpul Data ... F. Uji Coba Instrumen ... G. Rancangan Pengolahan Data ... H. Tahap-tahap Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian ... B. Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... B. Implikasi Hasil Penelitian terhadap SMKN 12

Bandung ... C. Saran-Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

83 86 87 89 89 89 91 94 96 101 106 116 122 122 140 148 148 152 155 157 162


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1.01 Data Keterserapan Lulusan ... 1.02 Kebutuhan Tenaga Kerja Per Tahun Untuk Lima Tahun Kedepan ... 2.01 Kualitas Lulusan yang Dibutuhkan Industri ... 2.02 Kecerdasan Ganda: Minat/Ketertarikan, Keterampilan dan

Profesi/Pekerjaan ... 2.03 Kesiswaan dan Pengembangan Diri SMKN 12 Bandung ... 3.01 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu Dengan Taraf

Kesalahan 1%, 5%, dan 10% ... 3.02 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penerapan Kecakapan Hidup ... 3.03 Kisi-kisi Instrumen Variabel Tingkat Kecakapan Hidup ... 3.04 Kisi-kisi Instrumen Variabel Pengambilan Keputusan Profesi ... 3.05 Format Tabel Distribusi Frekuensi Data ... 3.06 Format Tabel Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi ... 3.07 Format Tabel Mencari χ2... 3.08 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi ... 3.09 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 4.01 Deskripsi Data Variabel Penerapan Kecakapan Hidup ... 4.02 Klasifikasi Data Variabel Penerapan Kecakapan Hidup ... 4.03 Distribusi Frekuensi Skor Penerapan Kecakapan Hidup ...

4 5 32 50 65 95 99 99 100 108 109 109 116 120 123 123 124


(4)

4.04 Deskripsi Data Variabel Tingkat Kecakapan Hidup ... 4.05 Klasifikasi Data Variabel Tingkat Kecakapan Hidup ...

125 125 Halaman

Tabel

4.06 Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Kecakapan Hidup ... 4.07 Deskripsi Data Variabel Pengambilan Keputusan Profesi ... 4.08 Klasifikasi Data Variabel Tingkat Kecakapan Hidup ... 4.09 Distribusi Trekuensi Skor Pengambilan Keputusan Profesi ... 4.10 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 4.11 Anava Uji Linearitas dan Signifikansi Regresi Y atas X1 ...

4.12 Anava Uji Linearitas dan Signifikansi Regresi Y atas X2 ...

4.13 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 4.14 Matrik Korelasi Sederhana ...

126 127 127 128 129 131 134 139 140


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

2.01 Konsep Kecakapan Hidup ………..

2.02 Spektrum Kecakapan Dalam Pekerjaan ………. 2.03 Kecakapan Teknik dan Kunci: Membentuk Kompetensi Kerja dan

Profesional ………..

2.04 Penekanan Pembelajaran Kecakapan Hidup ……….. 2.05 Hubungan Mata Pelajaran, Life Skills dan Kehidupan Nyata ……... 2.06 Rancangan Kontekstual Kecakapan Hidup ……… 2.07 Hubungan Teori dan Penerapan Dalam Problem Nyata ... 2.08 Kutub Belajar dari Ausebel dan Robinson ... 2.09 Model Pengambilan Keputusan atas Dorongan Pencapaian

Kebutuhan ... 2.10 Mo del Pengambilan Keputusan Atas Tarikan Lingkungan ... 3.01 Paradigma Penelitian ... 4.01 Grafik Histogram Variabel Penerapan Kecakapan Hidup (X1) ...

4.02 Grafik Histogram Variabel Tingkat Kecakapan Hidup ... 4.03 Grafik Histogram Variabel Pengambilan Keputusan Profesi ... 4.04 Diagram Pencar Persamaan Regresi Y atas X1...

4.05 Diagram Pencar Persamaan Regresi Y atas X2 ...

4.06 Hasil Perhitungan Korelasi Sederhana dan Ganda ... 31 33 37 40 41 42 44 82 83 83 91 124 126 128 132 135 140


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

UC-01 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... UC-02 Instrumen Penelitian ... UC-03 Skor Uji Coba Instrumen Penelitian ... UC-04 Daftar Pernyataan Tes Variabel Penerapan Kecakapan Hidup (X1)

yang Memenuhi Syarat Normalitas Sebaran ... UC-05 Daftar Pernyataan Tes Variabel Tingkat Kecakapan Hidup (X2)

yang Memenuhi Syarat Normalitas Sebaran ... UC-06 Daftar Pernyataan Tes Variabel Pengambilan Keputusan Profesi (Y) yang Memenuhi Syarat Normalitas Sebaran ... UC-07 Daftar Hasil Uji Daya Pembeda Tes Variabel Penerapan

Kecakapan Hidup (X1) ...

UC-08 Daftar Hasil Uji Daya Pembeda Tes Variabel Tingkat Kecakapan Hidup (X2) ...

UC-09 Daftar Hasil Uji Daya Pembeda Tes Variabel Pengambilan

Keputusan Profesi (Y) ... UC-10 Daftar Hasil Uji Keterpaduan Pernyataan Tes Skala Sikap

Variabel Penerapan Kecakapan Hidup (X1) ...

UC-11 Daftar Hasil Uji Keterpaduan Pernyataan Tes Skala Sikap

Variabel Tingkat Kecakapan Hidup (X2) ...

UC-12 Daftar Hasil Uji Keterpaduan Pernyataan Tes Skala Sikap

Variabel Pengambilan Keputusan Profesi (Y) ... UC-13 Pengujian Reliabilitas Variabel Penerapan Kecakapan Hidup (X1)

UC-14 Pengujian Reliabilitas Variabel Tingkat Kecakapan Hidup (X2) ....

163 165 178 179 181 183 185 187 189 191 192 193 194 196


(7)

UC-15 Pengujian Reliabilitas Variabel Pengambilan Keputusan

Profesi (Y) ... 198

Halaman Lampiran

PS-01 Rekapitulasi Skor Data Penelitian Variabel Penerapan Kecakapan Hidup (X1) ...

PS-02 Rekapitulasi Skor Data Penelitian Variabel Tingkat Kecakapan Hidup (X2) ...

PS-03 Rekapitulasi Skor Data Penelitian Variabel Pengambilan

Keputusan Profesi (Y) ... PS-04 Penyelesaian Uji Distribusi Normalitas Data Penerapan

Kecakapan Hidup (X1), Tingkat Kecakapan Hidup (X2), dan

Pengambilan Keputusan Profesi (Y) ... PS-05 Tabel Penolong Perhitungan Korelasi Sederhana, Regresi

Sederhana, Korelasi Multipel dan Regresi Multipel ... PS-06 Tabel Pengelompokan Variabel X1 Terhadap Y untuk

Perhitungan JK Galat ... PS-07 Perhitungan Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana Variabel Y

atas X1 ...

PS-08 Tabel Pengelompokan Variabel X2 Terhadap Y untuk

Perhitungan JK Galat ... PS-09 Perhitungan Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana Variabel Y

atas X2 ...

PS-10 Analisis Regresi dan Korelasi Ganda Variabel Y atas X1 dan X2 ...

TB-01 Tabel Luas di Bawah Lengkungan Kurva Normal Standar dari 0 ke Z ... TB-02 Tabel Nilai-nilai Dalam Distribusi t ... TB-03 Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat ... TB-04 Tabel Nilai-nilai Distribusi F ...

200 204 208

212 220 224 227 232 235 240 243 244 245 246


(8)

SP-01 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Direktur Pascasarjana UPI Bandung ...

249

Halaman Lampiran

SP-02 Surat Keterangan Penelitian dari SMKN 12 Bandung ... Daftar Riwayat Hidup ...

250 251


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk pendidikan nasional pada jenjang menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), seperti ditegaskan pada pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). yakni “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.

Secara konstitusi, hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan SMK mempunyai peranan strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Hal itu, sejalan dengan kebutuhan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang berkembang di masyarakat.

Jenjang pendidikan SMK merupakan tahap yang strategis dan kritis bagi perkembangan dan masa depan anak. Pada jenjang ini, anak berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya. Pada tahap ini pula, seperti yang tertulis pada pasal 15 diatas, anak harus bersiap untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan kompetisi.

Secara psikologis, masa tersebut merupakan masa pematangan kedewasaan. Pada tahap ini anak mulai mengidentifikasi profesi dan jati dirinya secara utuh. Para ahli pendidikan seperti Montessory dan Charless Buhler


(10)

(Santosa; 2000), menyatakan bahwa pada usia tersebut seseorang berada pada masa ‘penemuan diri’. Secara spesifik, Montessory menyebutkan pada usia 12 – 18 tahun, sementara Charles Buhler menyebutkan pada usia 13 – 19 tahun. Salah satu aspek ‘penemuan diri’ pada anak yang paling penting pada tahap ini adalah pekerjaan dan profesi. Secara psikologis mereka mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan dan profesi yang sesuai dengan bakat, minat, dan kecerdasan serta potensi yang dimilikinya. Pada sisi lain, secara empirik kita melihat kenyataan para pelajar tersebut menghadapi berbagai permasalahan yang serius seperti: tawuran, dan penyalahgunaan obat psikotropika. Selain itu, para pelajar sering pula diberitakan media melakukan tindakan kekerasan, pergaulan yang tidak teratur, serta banyak menyia-nyiakan waktu.

Kondisi tersebut melahirkan berbagai implikasi langsung kepada diri para pelajar maupun implikasi tidak langsung kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa. Dampak kepada para pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut di atas adalah rendahnya prestasi akademik. Sementara dampak kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa dari perilaku pelajar tersebut di atas adalah tingginya angka penggangguran terpelajar (student unemployment) serta rendahnya daya saing bangsa di tengah – tengah bangsa lain di dunia.

Organisasi Buruh Internasional atau International Labor Organisation (ILO,2008:35 dan Kompas 22/8) dalam laporannya tentang tren ketenagakerjaan dan sosial di Indonesia tahun 2008 menyebutkan, sebanyak 4.516.100 dari 9.427.600 orang yang masuk pengangguran terbuka pada Februari 2008 adalah lulusan SMA, SMK, program diploma, dan universitas. Rendahnya daya adaptasi


(11)

lulusan sekolah formal dalam memenuhi tuntutan pasar kerja kian menjadi persoalan mengatasi pengangguran.

Pertanyaan lain yang muncul adalah apakah semua SMK bermutu dan menghasilkan lulusan yang diterima dunia kerja. Di Jawa Timur, lulusan SMK baru 45% yang terserap dunia kerja, selebihnya (55%) masih menjadi pengangguran. Hal ini, lantaran belum semua SMK mampu menyiapkan lulusan yang adaptif dengan dunia kerja. Selain itu, tidak semua SMK benar-benar mampu menyediakan bengkel atau laboratorium kerja yang layak dan modern, serta membangun kerja sama yang kuat dengan dunia kerja. Akibatnya, banyak perusahaan dan industri yang mengeluhkan sulitnya mendapat teknisi tingkat menengah sesuai standar. Padahal, peluang kerja terbuka di dalam dan luar negeri yang tidak terpenuhi, karena lulusan yang ada belum mampu mencapai kompetensi yang dibutuhkan. (Wibowo, 2008:2)

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 12 Bandung yang berlokasi di Jalan Pajajaran nomor 92 merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai visi mencetak tenaga kerja (teknisi dan operator) yang professional sesuai dengan standar penerbangan internasional. Selain visi, sekolah juga mempunyai misi meningkatkan ketrampilan peserta didik yang tangguh , bertanggungjawab, dan santun serta berbudi pekerti yang baik. (Wijanarko,2008:1).

Fenomena serupa juga terjadi di SMKN 12 Bandung terutama terhadap lulusannya. Dari data yang penulis dapatkan dari laporan ketua Bursa Kerja Khusus (BKK) seperti yang terlihat pada Tabel 1.01 menunjukkan bahwa bila


(12)

dibandingkan dengan jumlah lulusan setiap tahunnya, lulusan yang diterima di industri tercatat masih sedikit dan jumlah lulusan yang bekerja di industri dirgantarapun masih sedikit. Data penelusuran tamatan tahun 2007/2008 mencatat bahwa dari 196 orang tamatan, setelah 6 bulan mereka lulus, 38 orang bekerja di industri penerbangan dan 12 orang di industri manufaktur. Sisanya belum terdata mengingat mereka belum mengembalikan data tamatan yang telah diberikan oleh sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan siswa mempunyai keragu-raguan dan kemampuan yang lemah terhadap keputusan pengambilan profesi.

Tabel 1.01.

Data Keterserapan Lulusan

Keterserapan 2005-2006 2006-2007 2007-2008

L P Σ % L P Σ % L P Σ %

Sebelum Kelulusan

20 26

28 28

43 3 bulan setelah

kelulusan

22 22 25 25 22 22

6 bulan setelah kelulusan

23 23

> 6 bulan 17 17 23 23 0 0

Kuliah 1 1 1 1 1 1 5 5 3

Tidak ada data 147 3 150 79 135 4 139 73 101 3 104 54

ΣSiswa 190 100 188 100 192 100

Sumber: Laporan Kinerja Sekolah, SMKN 12 Bandung tahun 2008

Sementara itu berdasarkan informasi yang didapat dari acara Workshop SMK Penerbangan pada tanggal 23-25 Oktober 2008, pasar bagi tenaga kerja lulusan SMK Penerbangan sangatlah besar dalam 10 tahun kedepan, yakni sebanyak 1.982 orang seperti pada Tabel 1.02. (SMKN 12 Bandung, 2008:1). Dari 24 SMK penerbangan di Indonesia yang meluluskan siswanya setiap tahun dan dengan kompetensi yang diharapkan oleh industri penerbangan, antara lain aspek attitude yang meliputi:terbuka, jujur, ceria, kreatif, tahan banting, terus belajar,


(13)

bertanggung-jawab, teliti, berani mengemukakan pendapat, teamwork, komunikasi terutama dalam bahasa Inggris, proaktif dan integrity/loyalitas tinggi, maka diproyeksikan hanya 40-50% saja yang dapat diterima sampai tahun 2010. Terkait dengan hal ini, pada kegiatan Pendidikan Dasar Sikap dan Profesi yang dilaksanakan oleh SMKN 12 Bandung tanggal 22 Juli 2008, Kepala Diklat PT DI, Ir. Ananta Setiadi mengingatkan pentingnya siswa memiliki soft skills yang tinggi baik untuk persiapan recruitment maupun peningkatan karir saat bekerja.

Tabel 1.02

Kebutuhan tenaga kerja per tahun untuk lima tahun kedepan

NO NAMA INDUSTRI JENIS

PEKERJAAN JUMLAH

1 PT Dirgantara Indonesia Aero Structure 500

2 PT Garuda Maintenance Facility Mekanik 700

3 PT Lion Mentari Air Mekanik 180

4 PT Aero Nusantara Indonesia Mekanik 7

5 PT Garuda Indonesia Airways Mekanik 125

6 PT Merpati Nusantara Airlines Mekanik 130

7 PT Sri Wijaya Air Mekanik 130

8 PT Mandala Airlines Mekanik 106

9 PT Indonesia Air Asia Mekanik 104

JUMLAH 1.982

Sumber: Educational Brief SMKN 12 Bandung 2008

Mengingat sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dengan sendirinya dalam kegiatan belajar mengajar juga menerapkan pendidikan kecakapan hidup (soft skills) yang terintegrasi dalam setiap mata diklat dan dilaksanakan di dalam bengkel, kelas, selama praktek kerja industri (Prakerin) dan kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan PP No.19/2005 pasal 13 tentang kecakapan hidup dalam kurikulum sekolah dan penyelenggaraannya lebih lanjut dijelaskan dalam buku panduan yang dikeluarkan oleh Badan Satandar Nasional Pendidikan (BSNP).


(14)

Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMKN 12 Bandung selama ini belum pernah dievaluasi sehingga gambaran menyeluruh tentang hasilnyapun belum diketahui. Padahal, buku pedoman yang dibuat oleh Puskur, Balitbang Depdiknas dapat dipakai oleh para guru dalam mengevaluasi aspek kecakapan hidup siswa selama mengikuti pelajaran. Sementara itu, dalam school business plan yang dibuat sekolah menyebutkan bahwa sasaran lima tahun mendatang, lulusan SMKN 12 Bandung akan diserap oleh industri penerbangan dengan pertumbuhan 5-10 %, sehingga pada tahun 2013, 50% tamatan akan sudah bekerja pada industri tersebut. Lima puluh persen lainya akan bekerja di berbagai industri perakitan dan manufaktur yang relevan sesuai dengan segmen pasar untuk tamatan. (Wijanarko,2008:1).

Untuk mengatasi permasalahan diatas, penulis mencoba mencari jalan keluar dengan mengetahui faktor-faktor yang bisa menjadi pengaruh terhadap fenomena tersebut sehingga perbaikan dapat dilakukan oleh pihak sekolah. Faktor-faktor yang dimaksud adalah penerapan kecakapan hidup (life skills) dan tingkat kecakapan hidup yang dimiliki oleh siswa .

Dari latar belakang yang telah menguraikan tentang kecakapan hidup, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, kondisi secara umum tamatan SMK, kondisi yang terjadi di SMKN 12 Bandung yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup dan profesi tamatan, serta masih terbatasnya buku referensi dan penelitian tentang pendidikan kecakapan hidup di Indonesia, penulis terdorong untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk


(15)

mengetahui bagaimana pengaruh penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang muncul berkenaan dengan hubungan penerapan kecakapan hidup dan pengambilan keputusan profesi diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Penerapan kecakapan hidup (life skills) sesuai KTSP di SMKN 12 belum

pernah dievaluasi,

2. Pemahaman guru dan siswa terhadap pentingnya life skill bagi industri masih sangat diragukan,

3. Pemahaman guru dan siswa terhadap penerapan life skills dalam kegiatan belajar mengajar masih diragukan,

4. Rendahnya jumlah lulusan yang bekerja di industri menunjukkan kemampuan siswa mengambil keputusan profesi masih diragukan ,

5. Rendahnya jumlah lulusan yang bekerja di industri juga menunjukkan tingkat kecakapan hidup siswa yang masih diragukan dan belum sesuai dengan keinginan industri,

6. Banyak siswa yang belum mempunyai pemahaman yang baik tentang profesi.

C. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Penelitian ini ditujukan kepada siswa SMKN 12 Bandung kelas XII di enam kompetensi keahlian yaitu


(16)

Pemesinan, Konstruksi Badan Pesawat Udara, Konstruksi Rangka Pesawat Udara, Kelistrikan Pesawat Udara dan Elektronika Pesawat Udara. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari :

1. Pengaruh penerapan kecakapan hidup (life skills) terhadap pengambilan keputusan profesi,

2. Pengaruh tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi, dan

3. Pengaruh kecakapan hidup dan penerapan kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi

Selain batasan-batasan seperti yang disebutkan di atas, perlu diberikan pula batasan-batasan yang menyangkut variabel-variabel penelitian yang terdiri dari penerapan kecakapan hidup sebagai variabel bebas kesatu (X1), tingkat

kecakapan hidup sebagai variabel bebas kedua (X2), , dan pengambilan keputusan

profesi sebagai variabel terikat (Y).

D. Perumusan Masalah

Dengan berasumsikan bahwa bila penerapan kecakapan hidup di sekolah dilaksanakan dengan baik dan siswa memiliki tingkat kecakapan hidup yang baik maka mereka akan memiliki kemampuan pengambilan profesi yang baik pula sehingga pada gilirannya akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Penelitian ini diselenggarakan untuk memperoleh


(17)

jawaban atas permasalahan rendahnya angka lulusan yang terserap di dunia usaha/industri.

Untuk mengetahui permasalahan tersebut, maka penelitian ini diarahkan dengan perumusan masalah:” Bagaimana Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup dan Tingkat Kecakapan Hidup Terhadap Pengambilan Keputusan

Profesi?.”

Dari rumusan masalah di atas dapat diuraikan menjadi tiga pertanyaan penelitian yaitu:

1. Adakah pengaruh penerapan kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi?,

2. Adakah pengaruh tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi ?, dan

3. Adakah pengaruh penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi ?.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan kecakapan hidup (life skills) terhadap pengambilan keputusan profesi.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi.

3. Untuk mengetahui secara bersama pengaruh penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi.


(18)

F. Asumsi-Asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi dibuat sebagai landasan pemikiran yang menentukan batas-batas dalam keseluruhan proses penelitian ini. Apabila asumsi-asumsi tersebut dapat dipenuhi, maka kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penelitian akan berada dalam batas-batas proses penelitian. Asumsi-asumsi dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Siswa SMKN 12 Bandung yang menjadi responden dalam penelitian ini semuanya telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan tidak ada yang pernah tinggal kelas. Asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa siswa angkatan ini mulai masuk SMK ketika KTSP diberlakukan mulai tahun 2006 dan mereka telah menyelesaikan empat semester.

2. Responden adalah siswa kelas XII SMKN 12 Bandung Kompetensi Keahlian Pemesinan, Konstruksi Badan Pesawat Udara (KBPU), Konstruksi Rangka Pesawat Udara (KRPU), Kelistrikan Pesawat Udara ( KPU) dan Elektronika Pesawat Udara (EPU) dan telah melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin).

3. Responden telah memiliki kecakapan hidup yang mereka peroleh selama mengikuti semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SMKN 12 Bandung, di industri maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bisa menjadi bekal bagi mereka untuk mengambil keputusan profesi.


(19)

G. Manfaat Penelitian

Ada lima manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini, yakni:

1. Dapat membantu para siswa untuk mengenal secara pasti jenis kecakapan hidup yang sangat diperlukan oleh pihak industri dan selanjutnya dapat mempelajari lebih awal sekaligus mengambil keputusan profesi sebelum memasuki dunia kerja.

2. Dapat membantu guru mengenal secara pasti cara-cara dan kegiatan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu menerapkan kecakapan hidup serta memberikan bimbingan yang efektif tentang profesi dan dunia kerja. 3. Dapat memberi masukan kepada Kepala Sekolah dalam mengambil keputusan

untuk melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan guru dalam upaya memperbaiki penerapan kecakapan hidup melalui proses belajar mengajar dan pemberian bimbingan karir/profesi kepada siswa.

4. Dapat membantu pihak industri mengenal secara pasti kecakapan hidup yang kurang dikuasai oleh siswa sehingga pelatihan yang sesuai dapat diberikan. 5. Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan tentang

pendidikan kecakapan hidup dan pengambilan keputusan profesi.

H. Hipotesis Penelitian

Agar penelitian terarah dengan tetap berpegang pada pembatasan masalah dan analisis masalah yang akan diteliti dengan variabel-variabel yang telah dipilih, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(20)

1. Penerapan kecakapan hidup berpengaruh secara positif terhadap pengambilan keputusan profesi

2. Tingkat kecakapan hidup berpengaruh secara positif terhadap pengambilan keputusan profesi

3. Penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup berpengaruh secara positif terhadap pengambilan keputusan profesi.

I. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dan pengambilan data hanya dibuat pada suatu waktu tertentu dengan menggunakan kuesioner untuk menggambarkan suatu permasalahan tertentu. Penelitian ini tidak dapat menerangkan situasi yang akan berlaku pada masa yang akan datang tetapi mampu membantu penelitian selanjutnya yang dilakukan pada masa yang akan datang. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitik, proses penelitian diarahkan untuk menghasilkan laporan berdasarkan hasil analisis data, serta dilengkapi dengan kesimpulan dan saran-saran.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui kuesioner yang selanjutnya untuk memperkuat Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada orang yang memahami terhadap masalah yang diteliti yakni guru dan pihak industri.


(21)

J. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 12 Bandung yang merupakan salah satu SMK di Indonesia yang mendidik dan melatih para siswanya memiliki kompetensi yang diperlukan di industri penerbangan. Pertimbangan memilih lokasi ini, disamping faktor wilayah kerja, waktu, dan biaya, peneliti mempertimbangkan hal-hal lain seperti : (1) SMK Negeri 12 merupakan satu-satunya SMK kelompok teknologi dan industri di Bandung dan mempunyai kompetensi keahlian yang berkaitan dengan pesawat udara; (2) Penelitian yang berkaitan dengan kecakapan hidup dan pengambilan keputusan profesi belum pernah dilakukan di SMK Negeri 12 Bandung ; (3) Keabsahan data dan informasi akan relatif terjamin karena peneliti sendiri merupakan salah satu staf pengajar di SMK Negeri 12 Bandung. Adapun waktu penelitian diadakan pada tanggal 15 Januari 2009 sampai dengan 15 Mei 2009

K. Analisis Masalah dan Definisi- Definisi Operasional

Dengan batasan yang ditetapkan, terdapat satu masalah utama yang memerlukan penjelasan dalam penelitian ini, yakni: bagaimana pengaruh penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi?

Masalah tersebut di atas akan mengungkap aspek-aspek penerapan dan tingkat kecakapan hidup yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Dari hasil analisis masalah akan dirumuskan definisi-definisi operasional tentang


(22)

variabel-variabel penerapan kecakapan hidup, tingkat kecakapan hidup dan pengambilan keputusan profesi.

Untuk keperluan analisis, hubungan antara ketiga variabel penelitian tersebut akan dirinci kedalam sejumlah hubungan antara dua variabel yang secara sistimatis dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis.

1. Pengaruh penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup

terhadap pengambilan keputusan profesi

Kecakapan hidup mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Cakupan life skills amat luas seperti communication skills, decision making skills, resource and time management

skills, and planning skills. Satori dalam Anwar (2006:20) menyebutkan bahwa

pengembangan life skills pada umumnya bersumber pada kajian (1) the world of work, (2) practical living skills, (3) personal growth and management, dan (4)

social skills.

Menurut Anwar (2006:32) kehadiran life skills dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara program pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat dan bukan untuk megubah program yang telah ada. Guru perlu menyadari bahwa dunia usaha/industri memerlukan pekerja yang dilengkapi dengan berbagai kecakapan sehingga mampu mengambil peluang, luwes dan mudah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Selain untuk kepentingan persiapan siswa memasuki dunia usaha/industri, life skills juga membantu siswa


(23)

dalam mengembangkan kemampuan belajar (learning how to learn), menghilangkan kebiasaan dan pola pikir yang tidak tepat, menyadarai dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan dan memecahkan secara kreatif.

Suatu kenyataan dan tidak bisa kita pungkiri bahwa sekolah merupakan konteks sosial yang berpengaruh dalam pemilihan karir remaja (siswa). Di sekolah kejuruan, idealnya siswa dapat memperoleh berbagai macam informasi mengenai alternatif pilihan pendidikan lanjutan, dan perencanaan pekerjaan melalui proses belajar mengajar dan bimbingan karir. Siswa mendapat kesempatan yang lebih besar untuk memasuki dunia pekerjaan dibanding siswa SMA. Hal ini menjadikan mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya, begitu juga orang lain di lingkungannya, yang tidak jarang membuat siswa menjadi merasa terancam (Vurnarable), skeptis, atau bahkan menjadi frustrasi.

Kesulitan yang biasanya dialamai oleh anak adalah memahami keseimbangan antara lapangan kerja yang tersedia dengan pekerjaan yang diinginkan. Oleh karena itu untuk menentukan pilihannya, mereka memerlukan tingkat kemandirian yang tinggi, dan memerlukan informasi guna merealisasikan pengetahuannya dalam membuat keputusan yang sesuai dengan minat dan keberbakatannya.

Sesuai dengan penjelasan Pasal 26 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa penerapan kecakapan hidup (life skills) dapat dilakukan saat proses belajar mengajar di kelas, di bengkel, ketika


(24)

melaksanakan prakerin dan kegiatan eksatrakurikuler. Interaksi antara siswa dengan guru atau pembimbing pada saat proses belajar mengajar di kelas, di bengkel atau pada saat kegiatan ekstrakurkuler akan di persepsi oleh siswa sebagai yang memudahkan (enabling) yaitu apabila guru/pembimbing memberikan kegiatan yang mencerminkan penerapkan kecakapan hidup misalnya berdiskusi memecahkan masalah, bekerja dalam tim dan membuat laporan. Bahkan ketika melaksanakan prakerin di dunia usaha/industri, siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung akan banyak hal misalnya pemahaman akan bahasa komunikasi kejuruan, proses kerja, pengetahuan kejuruan, kebutuhan akan pekerja, perkembangan karir dan kepemimpinan. Dengan demikian selain aspek-aspek kecakapan hidup secara umum dapat dimiliki siswa, dalam kaitannya dengan pilihan karirpun, siswa juga akan mendapatkan pengalaman yang baik dan mendalam akan alternatif pemecahan masalah untuk memecahkan masalahnya sendiri sehubungan dengan pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan, memberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan dan memberi kebebasan untuk menentukan pilihannya atau mengambil keputusan. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya. Dapat dikatakan bahwa penerapan kecakapan hidup akan meningkatkan kecakapan hidup siswa dan pada akhirnya akan memudahkan eksplorasi dan komitmen remaja dalam pembentukan identitas termasuk eksplorasi dan komitmen identitas vokasional.


(25)

2. Definisi Operasional

a. Penerapan Kecakapan Hidup

Penerapan kecakapan hidup akan diselidiki dengan menyusun instrumen skala sikap yang nantinya diberikan kepada responden dan hasilnya diberi penilaian untuk mendapatkan kesimpulan tentang pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan profesi. Indikator-indikator penerapan kecakapan hidup yang akan disusun menjadi instrumen penelitian adalah penerapan kecakapan hidup yang dilaksanakan di kelas, di bengkel, ketika prakerin dan kegiatan ekstrakurikuler.

b. Tingkat Kecakapan Hidup

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah tingkat kecakapan hidup yang dimiliki oleh siswa dalam memasuki dunia usaha/industri yang meliputi kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial

( social skill), kecakapan akademik (Academic skill), dan kecakapan vokasional (Vocational skill). Indikator-indikator kecakapan hidup tersebut akan dipakai sebagai penyusunan instrumen skala sikap dan setelah diberikan kepada responden, hasilnya akan diberi penilaian sehingga dapat disimpulkan bagaimana tingkat kecakapan hidup yang dimiliki siswa sebelum mereka memasuki dunia kerja di industri.


(26)

c. Pengambilan Keputusan Profesi

Pengambilan keputusan profesi juga diselidiki dengan menggunakan instrumen skala sikap dimana indikator yang dipakai adalah adanya tujuan yang jelas, informasi tentang diri sendiri (self concept), informasi dari lingkungan, dan kemampuan bertanggungjawab. Hasil dari responden diberi penilaian dan dianalisa untuk selanjutnya dibuat kesimpulan.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan profesi di kalangan siswa SMKN 12 Bandung. Gambaran yang diperoleh akan dianalisis dan disimpulkan secara deskriptif berdasarkan keadaan sewaktu penelitian diselenggarakan. Oleh karena itu, jenis penelitian studi kasus ini dipilih karena pengambilan data hanya dibuat pada suatu waktu tertentu dengan menggunakan kuesioner untuk menggambarkan suatu permasalahan tertentu. Penelitian ini tidak dapat menerangkan situasi yang akan berlaku pada masa yang akan datang tetapi mampu membantu penelitian selanjutnya yang dilakukan pada masa yang akan datang. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitik, proses penelitian diarahkan untuk menghasilkan laporan berdasarkan hasil analisis data, serta dilengkapi dengan kesimpulan dan saran-saran.

Selain itu peneliti juga akan mengadakan wawancara untuk memperoleh data yang lebih lengkap untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2006:29) bahwa “Dalam penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan data yang utama misalnya menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat


(28)

dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti”.

B. Variabel Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan, maka dalam penelitian ini terdapat tiga variabel operasional yang terdiri dari dua variabel bebas yakni penerapan kecakapan hidup (X1) dan tingkat kecakapan hidup (X2) serta satu variabel terikat

yakni pengambilan keputusan profesi (Y). Hubungan kausal ketiga variabel tersebut diharapkan dapat diungkap melalui penelitian ini sehingga kesimpulan-kesimpulan yang diambil nanti dapat membantu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh SMKN 12 Bandung.

Jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi SMKN 12 Bandung yang diperoleh melalui penelitian ini secara umum dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup di SMK sebagai upaya mengatasi peningkatan angka pengangguran yang terjadi pada siswa SMK., khususnya SMKN 12 Bandung.

Beberapa masalah dalam pokok permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam perumusan masalah perlu dikaji agar lingkup penelitian menjadi lebih jelas. Pengkajian lingkup penelitian itu akan didasarkan pada paradigma seperti yang secara skematis dilukiskan pada gambar 3.01 di bawah ini


(29)

Gambar 3.01: Paradigma Penelitian

Bagan tersebut di atas menunjukkan paradigma penelitian dimana indikator-indikator penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup di SMK diadaptasi dari Puskur, Balitbang Depdiknas (2006) dan NCVER (2003). Sedangkan indikator pengambilan keputusan profesi diadaptasi dari pendapat Solehudin dan Setiawati (1994:3-9), Miller dan Form serta Schaver dalam Hoppock (1976:74-77) mengenai teori keputusan karir dan Peters, G.S., Sampson, J.P. Jr and Reardon, R.C. 1991 dalam Unisa (2008:1) tentang pendekatan kognitif akan pengembangan karir.

C. Definisi-Definisi Konseptual dan Operasional

Definisi konseptual mengacu pada definisi yang dibuat oleh suatu badan atau individu yang mempunyai aktivitas dalam bidang bahasa atau berdasarkan

VARIABEL PENERAPAN KECAKAPAN HIDUP (X1)

1. Kurikulum

• Di dalam kelas • Di dalam bengkel

• Di industri ketika prakerin 2. Kokurikulum/ ekstrakurikuler

VARIABEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PROFESI (Y) 1. Tujuan yang jelas

2. Informasi tentang diri sendiri (self concept) 3. Informasi dari lingkungan 4. Kemampuan

bertanggungjawab VARIABEL TINGKAT

KECAKAPAN HIDUP (X2)

1. Kecakapan personal 2. Kecakapan sosial 3. Kecakapan akademik 4. Kecakapan vokasional


(30)

penelitian yang dibuat melalui suatu sumber rujukan. Definisi pengoperasian juga merujuk pada konteks penelitian saja agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan semula. Berikut adalah definisi istilah dan definisi operasional dalam penelitian ini.

1. Sekolah Menengah Kejuruan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk pendidikan menengah kejuruan yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Penjelasan UU RI No. 20 tahun 2003). Dalam penelitian ini SMK yang dimaksudkan adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12 Bandung.

2. Penerapan Kecakapan Hidup.

Penerapan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta berarti perihal mempraktekkan atau perbuatan mempraktekkan. Penerapan kecakapan hidup dalam penelitian ini mengacu pada sejauh mana kecakapan hidup diterapkan/ diajarakan dalam proses belajar mengajar di SMKN 12 Bandung. Dalam konteks penelitian ini, penerapan dilihat melalui dua bentuk yaitu melalui kurikulum dan kokurikulum. Penerapan melalui kurikulum ditinjau dari kegiatan-kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, di bengkel dan di industri saat siswa melaksanakan prakerin. Sedangkan penerapan melalui kokurikulum ditinjau dari kegiatan-kegiatan kokurikulum/kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk pengembangan bakat dan minat serta untuk memanfaatkan pembentukan kepribadian peserta didik, antara lain dapat


(31)

berupa Kepramukaan, Usaha kesehatan sekolah, Olah raga, Palang Merah Remaja, Kesenian, Kelompok Ilmiah Remaja, Kegiatan sosial, Penyelenggaraan kesiswaan, dan kemasyarakatan dan kegiatan lainnya.

3. Tingkat Kecakapan Hidup (Life Skills).

Tingkat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta berarti tinggi-rendahnya suatu martabat, kedudukan, peradaban dsb. Kecakapan hidup (Life Skills) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Tim BBE Depdiknas, 2001: 9). Dalam penelitian ini kecakapan hidup mengacu pada empat kecakapan yaitu: a. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill), b. Kecakapan sosial ( social skill), c. Kecakapan akademik (Academic skill), dan d. Kecakapan vokasional (Vocational skill). Dari pengertian kata tingkat dan kecakapan hidup dapat ambil pengertian lebih lanjut bahwa tingkat kecakapan hidup dalam penelitian ini adalah kemampuan tertinggi/terbaik kecakapan hidup yang dirasakan dan dimiliki oleh siswa pada saat penelitian ini dilaksanakan.

4. Pengambilan Keputusan Profesi.

Menurut Terry, G.R. dalam Hasan, M.I (2004:10) pengambilan keputusan adalah proses mengembangkan dan menganalisa berbagai alternatif perilaku (kelakuan) tertentu serta memilih diantara alternatif yang ada. Sedangkan


(32)

secara sederhana profesi dapat diartikan sebagai pekerjaan yang didasari oleh keterampilan dan keahlian (skill and expertise) tertentu atau pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus.(Wikipedia, ensiklopedia bebas, 2008). Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan profesi mengacu pada tujuan yang jelas, informasi tentang diri sendiri (self concept), informasi dari lingkungan, dan kemampuan bertanggungjawab. Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa pengambilan keputusan profesi adalah proses mengembangkan, menganalisa dan menentukan pilihan dari berbagai jenis pekerjaan yang didasari oleh ketrampilan dan keahlian tertentu.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas XII di SMKN 12 Bandung. Pada saat penelitian diselenggarakan, jumlah seluruh siswa kelas XII di enam Kompetensi Keahlian sebanyak 196 orang. Siswa kelas XII yang sedang belajar di Kompetensi Keahlian Pemesinan sebanyak 64 orang , Konstruksi Badan Pesawat Udara sebanyak 32 orang, Konstruksi Rangka Pesawat Udara sebanyak 34 orang, Kelistrikan Pesawat Udara sebanyak 33 orang dan Elektronika Pesawat Udara sebanyak 31 orang..

Karena penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengungkapkan sikap siswa yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini, maka sebagai responden dipilih siswa yang sedang belajar di program keahlian secara random (random sampling). Dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari


(33)

populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan 5% seperti pada daftar 3.01, maka dipilih sampel sejumlah 125 orang.(Sugiyono, 2006:98)

Tabel 3.01

Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10%

N S N S N S

1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%

10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 23015 24019 25024 26029 27033 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 135 142 148 154 160 165 171 176 182 187 192 10 14 19 23 28 32 36 40 44 48 51 55 58 62 65 68 72 75 78 84 89 95 100 105 110 114 119 123 127 131 135 139 142 146 149 152 10 14 19 23 27 31 35 39 42 46 49 53 56 59 62 65 68 71 73 78 83 88 92 97 101 105 108 112 115 118 122 125 127 130 133 135 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 440 450 460 469 477 485 492 498 510 520 529 155 158 161 167 172 177 182 186 191 195 198 202 205 213 221 227 233 238 243 247 251 255 258 265 270 275 279 283 286 289 292 294 297 301 304 307 138 140 143 147 151 155 158 162 165 168 171 173 176 182 187 191 195 199 202 205 208 211 213 217 221 224 227 229 232 234 235 237 238 241 243 245 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000 40000 50000 75000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000 650000 700000 750000 800000 850000 900000 950000 1000000 X 537 543 558 569 578 586 598 606 613 618 622 635 642 649 653 655 658 659 661 661 662 662 662 662 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 664 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 334 848 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 349 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 271 271 271 271 271 272


(34)

E. Data dan Pengembangan Alat Pengumpul Data 1. Jenis data

Untuk menguji hipotesis-hipotesis yang tersebut dalam Bab I diperlukan data yang sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap Penerapan Kecakapan Hidup akan

diselidiki dengan menggunakan angket skala sikap model Likert yang nantinya diberikan kepada responden dan hasilnya diberi penilaian untuk mendapatkan kesimpulan tentang pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan profesi. Aspek-aspek penerapan kecakapan hidup yang akan disusun menjadi instrumen penelitian adalah penerapan kecakapan hidup yang dilaksanakan di kelas, di bengkel, ketika prakerin dan kegiatan ekstrakurikuler. Data penerapan kecakapan hidup untuk uji coba akan diadministrasikan dalam lampiran UC-03 dan untuk penelitian sesungguhnya dalam lampiran PS-01.

b. Untuk mengetahui tingkat kecakapan hidup yang dimiliki siswa akan diselidiki dengan menggunakan angket dalam bentuk skala sikap model Likert. Aspek-aspek yang akan diselidiki meliputi kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness)

dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial ( social skill), kecakapan akademik (Academic skill), dan kecakapan vokasional

(Vocational skill). Aspek-aspek kecakapan hidup tersebut akan dipakai sebagai penyusunan instrument skala sikap dan setelah diberikan kepada


(35)

responden, hasilnya akan diberi penilaian sehingga dapat disimpulkan bagaimana tingkat kecakapan hidup siswa. Data ini untuk uji coba akan diadministrasikan dalam lampiran UC-03 dan untuk penelitian sesungguhnya dalam lampiran PS-02.

c. Pengambilan Keputusan Profesi juga diselidiki dengan menggunakan angket skala sikap model Likert dimana aspek yang dipakai adalah kemampuan memahami tujuan yang jelas, informasi tentang diri sendiri (self concept), informasi tentang lingkungan, dan kemampuan untuk

bertanggung-jawab. Hasil dari responden diberi penilaian dan dianalisa untuk selanjutnya dibuat kesimpulan. Data pengambilan keputusan profesi untuk uji coba akan diadministrasikan dalam lampiran UC-03 dan untuk penelitian sesungguhnya dalam lampiran PS-03.

2. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Semua data dari variabel penelitian ini yang pertama diperoleh melalui instrument angket skala sikap, yakni sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang mendasarkan dari laporan tentang diri sendiri (self report) atau pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi subyek atau informasi yang diteliti. Angket dimaksudkan untuk memperoleh data deskriptif guna menguji hipotesis. Untuk memperoleh data tersebut digunakan angket tertutup, yakni sejumlah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang


(36)

sesuai dengan karakter dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (v).(Riduwan, 2008:27).

Sedangkan penyusunan skala pengukuran digunakan metode Likerts Summated Ratings (LSR) (Edwards,1969:151). Penetapan skor didasarkan pada

jenis skala sikap yang digunakan dalam sistem skala Likert dengan modifikasi yaitu meniadakan nilai tengah yang bertujuan agar responden tidak cenderung memilih nilai tengah (ragu-ragu). Sesuai dengan sistem Likert, untuk pertanyaan yang positif, nilai 4 diberikan untuk jawaban sangat setuju artinya responden sangat setuju dengan pertanyaan karena sangat sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden, nilai 3 diberikan untuk jawaban setuju artinya pertanyaan dianggap sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden, nilai 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju artinya responden tidak setuju dengan pertanyaan karena tidak sesuai dengan apa yang dirasakan, dan nilai 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju artinya pertanyaan sangat tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden. Untuk pertanyaan yang negative, pemberian nilai dilakukan sebaliknya, yakni nilai 4 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju dan nilai 1 diberikan untuk jawaban sangat setuju.

Adapun item-item pertanyaan yang telah dirancang dapat dilihat pada tabel 3.02 dibawah ini atau lampiran UC-01 halaman 163 dan instrumen tes skala sikap pada lampiran UC-02 halaman 165.


(37)

Tabel 3.02.

Kisi-kisi Instrumen Variabel Penerapan Kecakapan Hidup

No. Indikator Penerapan

Kecakapan Hidup Nomor Item Jumlah Persentase

1 Di kelas 1,2,3,4,5,6,7,8

,9,10,11,12,13 ,14,15, dan 16

16 29%

2 Di bengkel 17,18,19, 20,

21,22,23,24, 25,26,27, dan 28

12 21%

3 Di industri saat prakerin 29,30,31,32, 33,34,35,36, 37,38,39,40, 41, dan 42

14 25%

4 Ekstrakurikuler 43,44,45,46, 47,48,49,50, 51,52,53,54, 55, dan 56

14 25%

Variabel tingkat kecakapan hidup yang dimiliki siswa sebagai berikut:

Tabel 3.03.

Kisi-kisi Instrumen Variabel Tingkat Kecakapan Hidup

No. Indikator Tingkat Kecakapan Hidup Nomor Item Jumlah Persentase

1 Kecakapan personal (personal skill)

1,2,3,4,5,6,7,8 ,9,10,11,12,13 ,14,15, dan 16

16 28%

2 Kecakapan sosial (social skill)

17,18,19,20, 21,22,23,24, 25,26,27,28, 29,30,31,32, 33, dan 34

18 31%

3 Kecakapan Akademik (Academic Skill)

35,36,37,38, 39,40,41,42, 43,44,45,46, 47, dan 48

14 24%

4 Kecakapan Vokasional (Vocational Skill)

49,50,51,52, 53,54,55,56, 57, dan 58


(38)

Variabel pengambilan keputusan profesi sebagai berikut:

Tabel 3.04.

Kisi-kisi Instrumen Variabel Pengambilan Keputusan Profesi

No. Indikator Pengambilan

Keputusan Profesi Nomor Item Jumlah Persentase

1 Tujuan yang jelas 1,2,3,4,5,6,7,8 , dan 9

9 18%

2 Informasi tentang diri sendiri (self concept)

10,11,12,13,1 4,15,16,17,18, 19,20,21,22,2 3, dan 24

15 31%

3 Informasi tentang lingkungan

25,26,27,28,2 9,30,31,32,33, 34,35,36,37, dan 38

14 29%

4 Kemampuan untuk bertanggung-jawab

39,40,41,42,4 3,44,45,46,47, 48, dan 49

11 22%

Data yang kedua diperoleh melalui studi dokumentasi yaitu mengumpulkan informasi dengan mempelajari sumber data tertulis untuk memperoleh data sekunder mengenai penerapan kecakapan hidup, kepentingan kecakapan hidup di dunia kerja, dan pengambilan keputusan profesi serta data lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Data ketiga diperoleh melalui wawancara dan diskusi dengan kepala sekolah, para guru, dan pihak industri. Wawancara dan diskusi dengan kepala sekolah dan para guru, dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Penerapan Kecakaan Hidup dan Pengambilan Keputusan Profesi para siswa. Sedangkan wawancara dengan pihak industri dilakukan terutama untuk memperoleh informasi pentingnya kecakapan hidup di dunia kerja.


(39)

F. Uji Coba Instrumen

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, dilakukan dengan menyelenggarakan uji-coba. Uji-coba dilakukan dengan menggunakan responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang telah ditetapkan yakni siswa kelas XII sebanyak 30 orang. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun maksud dalam pertanyaan/pernyataan dan jawaban tersebut. Hasil uji-coba tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas test dari instrumen itu. Dengan keterjaminan validitas dan reabilitas alat pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

1. Uji-Validitas.

Uji-Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji-validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen angket yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini juga digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam angket benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan uji normalitas sebaran, uji daya pembeda dan uji keterpaduan pernyataan (Reksoatmodjo, 2007:198).


(40)

a. Uji Normalitas sebaran.

Edwards (Reksoatmodjo, 2007:198) menyatakan bahwa pengujian ini dimaksud untuk memeriksa ketepatan skala dari setiap pernyataan dengan analisis sebaran frekuensi jawaban. Langkah-langkah analisis sebagai berikut (Reksoatmodjo, 2007:198-200):

(1) Menghitung frekuensi setiap kategori jawaban untuk setiap pernyataan. Misalnya untuk pernyataan ke-n diperoleh:

Frekuensi jawaban Sangat Setuju (SS)= fSSn

Frekuensi jawaban Setuju (S)=fSn

Frekuensi jawaban Tidak Setuju (TS)=fTSn

Frekuensi jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)=fSTSn

(2) Menghitung proporsi frekuensi jawaban untuk setiap kategori dengan rumus:

n f

p x

x Σ

= ... (3.01) (3) Menghitung proporsi kumulatif pk dan menentukan titik tengah proporsi kumulatif Md. Rumus untuk menentukan proporsi kumulatif::

pk1 = px1

pk2 = pk1 + px2

pk3 = pk2 + px3

pk4 = pk3 + px4 ... … (3.02) Titik tengah dari setiap proporsi ditentukan dengan rumus :

2

1 1

pk Md =


(41)

2

2 1 2

px pk

Md = +

2

3 2 3

px pk

Md = +

2

4 3 4

px pk

Md = + ... (3.03)

(4) Harga-harga dari titik tengah Md itu digunakan untuk menentukan nilai bilangan baku Z (dengan pertolongan daftar sebaran normal) dan menetapkan nilai skala sikap dengan rumus:

NS = |Zx – (± Zx)maks ... (3.04)

Dimana NS adalah nilai skala, dibulatkan menjadi bilangan utuh terdekat. Apabila sebaran frekuensi normal, akan diperoleh nilai skala (perhitungan) yang sesuai dengan nilai skala yang ditetapkan urutanya yakni 3,2,1, dan 0 untuk pernyataan positif dan 0,1,2, dan 3 untuk pernyataan negatif. Bila persyaratan ini tidak terpenuhi berarti sebaran untuk pernyataan yang bersangkutan tidak normal.

Hasil uji normalitas sebaran frekuensi untuk semua variabel secara lengkap disajikan pada lampiran UC-04, UC-05, dan UC-06 halaman 179, 181, dan 183.

b. Uji Daya Pembeda.

Edwards(Reksoatmodjo, 2007:200) menyatakan bahwa uji daya pembeda

ini bertujuan untuk mengetahui, apakah suatu pernyataan dapat membedakan responden yang bersikap positif (puas terhadap pekerjaan) dan yang bersifat negatif (tidak puas terhadap pekerjaan). Untuk maksud tersebut, berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah terbukti memiliki nilai skala yang memenuhi


(42)

syarat. disusun daftar responden menurut besarnya skor yang diperoleh (dari yang tertinggi ke yang rendah). Kemudian diambil 27% skor tertinggi dan 27% skor terendah. Kemudian dilakukan Uji-t untuk setiap pernyataan dengan menggunakan rumus: ) 1 ( ) ( )

( 2 2

− − + − − = n n X X X X X X t L L H H L H

... (3.05)

Dimana : = H

X rerata skor kelompok atas =

L

X rerata skor kelompok bawah

n= jumlah responden kelompok atas atau bawah (sama besarnya) df = 2 (n – 1)

Hasil uji daya pembeda untuk semua variabel secara lengkap disajikan pada lampiran UC-07, UC-08, dan UC-09 halaman 185, 187, dan 189.

c. Uji Keterpaduan Pernyataan.

Donald Ary (Reksoatmodjo, 2007:201) menjelaskan bahwa pengujian ini adalah untuk memeriksa keterpaduan setiap pernyataan terhadap keseluruhan instrumen skala sikap. Pengujian dilakukan dengan jalan menghitung indeks korelasi antar nilai responden untuk setiap pernyataan dan nilai responden untuk keseluruhan item. Perhitungan koefesien korelasi dan uji-t dilakukan dengan rumus: ) / ) ( )( / ) ( ( / ) )( ( ) ( 2 2 2 2 N Y Y N X X N Y X XY r Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

= ... (3.06)


(43)

2

1 2 .

r N r t

− −

= ... (3.07) Dimana :

X = nilai responden untuk tiap pernyataan Y = nilai responden untuk seluruh pernyataan N = jumlah pernyataan skala sikap

r = koefesien korelasi

Pengujian signifikan harga r tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan keuji-tenuji-tuan, apabila harga uji-thitung lebih besar dari harga ttabel pada tingkat

kepercayaan 95%, item tersebut dinyatakan valid. Jika sebaliknya thitung lebih kecil

dari ttabel maka dinyatakan tidak valid.

Hasil uji keterpaduan pernyataan untuk semua variabel secara lengkap disajikan pada lampiran UC-10, UC-11, dan UC-12 halaman 191, 192, dan 193.

2. Reliabilitas Instrumen.

Reksoatmodjo (2007:187) menjelaskan bahwa reliabilitas berkaitan dengan konsistensi atau kestabilan hasil pengukuran yang diperoleh dari subjek yang sama ketika di tes ulang dengan menggunakn tes yang identik dan ekivalen. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk menjamin konsistensi instrumen penelitian. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan memakai metoda split-half terhadap pernyataan-pernyataan yang dipakai. Perhitungan koefesien korelasi antara setengah perangkat atas dan setengah perangkat bawah menggunakan rumus (3.06). selanjutnya reliabilitas seluruh perangkat dihitung dengan rumus (Reksoatmodjo, 2007:201)

) 1 (

. 2

hh hh tt

r r r

+


(44)

Dimana :

rhh = reliabilitas setengah perangkat skala sikap

rtt = reliabilitas seluruh perangkat skala sikap.

Pengujian signifikansi harga rtt tersebut diketahui dengan

membandingkannya dengan rtabel, dengan ketentuan apabila rtt lebih besar dari rtabel

pada tingkat kepercayaan 95%, item tersebut dinyatakan reliabel. Sedangkan jika rtt < rtabel , maka dinyatakan tidak reliabel.

Hasil pengujian reliabilitas instrumen untuk semua variabel secara lengkap disajikan pada lampiran UC-13, UC-14, dan UC-15 halaman 194, 196, dan 198.

G. Rancangan Pengolahan Data

Tahap pertama dalam pengolahan data penelitian ini adalah pengujian asumsi statistik yang perlu dipenuhi sebagai dasar penggunaan analisis statistik induktif. Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu data yang diperoleh diolah menjadi data kuantitatif untuk memudahkan dilakukannya analisis lebih lanjut.

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengolahan selanjutnya akan dianalisis melalui pendekatan statistik dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu Uji normalitas data dan pendekatan statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian melalui Analisis persamaan regresi dan Korelasi sederhana serta Analisis persamaan regresi dan Korelasi ganda (multiple).


(45)

Untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti dilakukan dengan statistik deskriptif berupa perhitungan skor rata-rata (Mean) dan simpangan baku tiap variabel penelitian.

Secara berurutan pengujian asusmsi statistik sebagai dasar penggunaan analisis statistik induktif dan diteruskan dengan pengujian hipotesis diuraikan dalam paragraf berikut.

1. Pengujian Asumsi Statistik

a. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat (χ2) (Sudjana, 2005:273).

Ei Ei

Oi 2

2 =Σ( − )

χ ... (3.09) Adapun langkah-langkah untuk menguji normalitas data sebagai berikut (Purba, 2008):

1) Menentukan nilai rentang variabel X1, X2 dan variabel Y dengan

rumus:

Nilai rentang (r) = data terbesar – data terkecil ... (3.10)

2) Menentukan banyak kelas interval (k)

k = 1 + (3,3)log n ... (3.11)

3) Menentukan Panjang kelas (p)


(46)

4) Membuat tabel distribusi Frekuensi Data

Tabel 3.05

Format Tabel Distribusi Frekuensi Data

Interval

i

f Xi fi.Xi X (XiX)

2

)

(XiX (XiX)2.fi

kelas

Σ

5) Menentukan Rata – rata (X ) berdasarkan data bergolong dengan rumus:

fi Xi fi X

Σ Σ

= . ... ... (3.13)

6) Mencari Standar Deviasi (SD) dari data bergolong dengan rumus:

1 )

( 2

− − Σ =

n X Xi fi

SD ... (3.14)

7) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi • bk = batas kelas yang terdiri dari:

Xb1 = Xk – 0,5 dan Xa1 = Xk + 0,05

• Menghitung Transformasi normal standar dari batas kelas (Z) dengan rumus:

SD X bk

Z = − ... (3.15) • L = Luas tiap kelas interval


(47)

Ei = n x L ... (3.16)

Tabel 3.06

Format Tabel Frekuensi Observasi Dan Frekuensi Ekspektasi

Interval fi bk Z Luas Kurva

Selisih Luas Ei kelas Xb1 Xa1 (Xb1 - X) /SD (Xa1 - X) /SD Lb La Kurva

Σ

8) Menghitung nilai χ2 (chi kuadrat) dengan rumus (3.09):

Ei Ei

Oi 2

2 =Σ( − )

χ

Tabel 3.07

Format Tabel Mencari χ2

Interval

Oi Ei (Oi - Ei) (Oi - Ei)2 (Oi - Ei)2 /Ei kelas

Σ

9) Menentukan derajad kebebasan (db) dengan rumus:

db = k – 1 ... (3.17). dimana k = banyak kelas


(48)

11) Menentukan keberartian harga χ2 hitung dengan cara

membandingkannya terhadap harga χ2 tabel dengan ketentuan : Dengan taraf kesalahan 5%, jika harga χ2

hitung > χ2tabel maka data tidak berdistribusi

normal dan sebaliknya jika harga χ2hitung <

2

χ tabel maka data berdistribusi

normal.

2. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Sederhana Dan Korelasi Sederhana

Pengujian hipotesis merupakan langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian melalui analisis regresi dan analisis korelasi.

1) Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana antara variabel Y atas X1 dan Y atas X2 dicari dengan perhitungan sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2008:261) yaitu :

Ŷ = a + bX ... (3.18) Dimana ;

Ŷ = Subyek dalam variavel dependen yang diprediksikan

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefesien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen . Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) arah garis turun.


(49)

Harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut: 2 2 2 ) ( . ) )( ( ) )( ( X X n XY X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ

= ... (3.19)

2 2 ) ( . ) )( ( . X X n XY X XY n b Σ − Σ Σ Σ − Σ

= ... (3.20)

2) Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Sederhana

Untuk menghitung analisis varians regresi linear sederhana digunakan rumus Sugiyono (2008:265)

a) Analisis Varians Regresi Y atas X dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menghitung jumlah kuadrat total (tabel)

JK( T ) =

y2 → y= x2 ... (3.21) (2) Menghitung jumlah kuadrat koefisien a

2 ) (        =

n y a JK

... (3.22)

(3) Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a

( )

(

)( )

       − =

n Y X XY b a b JK

... (3.23)

(4) Menghitung jumlah kuadrat sisa (residu)

( )

S JK

( )

T JK

( )

a JK

( )

ba

JK = − − ... (3.24)


(50)

( )

∑ ∑

( )

        − = n Y Y TC JK 2 2

... (3.25)

(6) Menghitung jumlah kuadrat galat (ketidak cocokan).

) ( ) ( )

(G JK S JK TC

JK = − ... (3.26)

b) Menghitung F untuk taraf signifikansi regresi Y atau X

Fhitung=

( )

( )

1 − −k n sisa JK k reg JK

... (3.27)

Dimana :

( )

( )

( )

( )

= − − = = → = = 1 1 k n sisa dk k k a b dk a b JK reg JK

Kaidah pengujian :

Uji signifikan atau keberartian regresi, adalah jika Fhitung > Ftabel maka regresi siginifikan.

c) Uji Kelinearan

Untuk menguji kelinearan digunakan rumus sebagai berikut ;

( )

( )

k n G JK k TC JK Fhitung − − = 2

... (3.28)

Kaidah pengujiannya adalah :


(51)

3). Analisis Korelasi Sederhana

Untuk menguji hubungan antar variabel X1 dengan Y dan X2 dengan Y

digunakan uji korelasi dengan rumus (Sugiyono, 2008:274)

) ) ( )( ) ( ( ) )( ( 2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n r Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

= ... (3.29)

Dimana :

r = koefesien korelasi skor antar variabel n = jumlah responden

X = Skor variabel pertama

Y = skor variabel kedua yang dikorelasikan

4). Uji Signifikansi Koefesien Korelasi Sederhana

Untuk menguji signifikansi koefesien korelasi sederhana dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008:230) sebagai berikut :

( )

2

1 2 r n r thitung − −

= ... (3.30) Dimana :

t = taraf signifikansi korelasi r = koefesien korelasi

n = banyak sampel

5). Menghitung Koefisien Determinasi

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan Koefisien Determinasi yang besarnya adalah kuadrad dari koefisien korelasi (r2) dan digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan (Sugiyono, 2008:231) sebagai berikut :

100 .

2

r

KD= ... (3.31) di mana :


(52)

KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien korelasi

b. Analisis Regresi Ganda (Multiple) dan Korelasi Ganda 1). Analisi Regresi Ganda (multiple)

Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, apabila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel independen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predikator. Jadi, analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independenya minimal dua. Persamaan regresi linear berganda untuk dua variabel independen adalah (Sugiyono, 2008:275)

Y = a + b1X1 + b2X2 ... (3.32) Dimana harga a, b1 dan b2 dapat diselesaikan dengan persamaan dalam bentuk

deviasi dari mean seperti dibawah ini ;

=

+ 2

1 2 +

1

2 1 1

1y b x b x x a x

x ... (3.33)

=

+

+

2

2 2 2 2 1 1

2y b x x b x a x

x ... (3.34)

y=b1

x1+b2

x2 +a.n ... (3.35) Kemudian untuk menentukan nilai a, b1 dan b2 ketiga persamaan tersebut

diatas dapat dilakukan dengan cara eliminasi atau determinan. Tabel penolong uji multikolinearitas digunakan untuk memudahkan mencari : ΣY, ΣX1, ΣX2, ΣY2,

ΣX12, ΣX22, ΣX1Y, ΣX2Y, dan ΣX1X2

2). Uji Signifikan Analisis Regresi Ganda

Persamaan regresi linear berganda perlu diuji tingkat signifikansinya melalui perhitungan statistik uji-F dengan rumus (Sudjana,2005:355):


(53)

Fhitung =

( )

( )

1 − −k n

sisa JK

k reg JK

... (3.36)

Dimana :

JK (reg) = b1 Σx1y + b2 Σx2 y ... (3.37) JK (sisa) = Σy2 - JK (reg) ... (3.38)

Dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = n – k – 1 Kaidah penilaiannya adalah :

Jika Fhitung > Ftabel , maka persamaan linear. 3). Mencari Koefesien Korelasi Regresi Ganda

Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama ubahan X1, X2 terhadap Y (Ry(1,2)) maka dihitung dengan rumus (Sudjana,2005:383):

R2 = ( 2 )

Y reg JK

Σ ... (3.39)

Dan

Ry(1,2) = R 2 ... (3.40)

4). Uji Signifikan Koefisien Korelasi Regresi R

Uji signifikan koefisien korelasi regresi R dapat dihitung dengan rumus (Sudjana,2005:385):

F =

1 ) 1

( 2

2

− −

k n

R K R

= ... (3.40)

Kaidah pengujiannya adalah jika F hitung > F tabel, maka koefisien korelasi regresi R adalah signifikan


(54)

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui sejauh mana hubungan antar variabel penelitian, kemudian diinterpretasikan kuat atau tidaknya hubungan tersebut. Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan, maka digunakan pedoman kriteria yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:231) sebagai berikut:

Tabel 3.08

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,00 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2008), Statistika untuk Penelitian

H. Tahap-tahap Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yakni persiapan administratif dan persiapan teknis.

a. Persiapan Administratif

Persiapan administratif dilakukan melalui permohonan izin mengadakan penelitian kepada Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12 Bandung (SMKN 12 Bandung) dari Direktur Pascasarjana UPI Bandung nomor 1335/H40.7/PL/2009. Sebelum surat permohonan dari Direktur Pascasarjana UPI Bandung diberikan, sebelumnya permohonan juga dilakukan secara lisan oleh


(55)

peneliti agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti. Surat Keterangan oleh Kepala SMKN 12 Bandung diberikan melalui surat dengan nomor 132/571.SMKN 12/V/2009.

b. Persiapan Teknis 1). Penelitian Pendahuluan

Penelitian dilakukan selama empat bulan (Januari sampai April 2009) yang dibagi dalam dua tahapan. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan selama satu bulan. Tahap ini merupakan kegiatan persiapan teknis pelaksanaan, yang bertujuan memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Informasi tersebut selanjutnya dipakai untuk membuat desain penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing untuk mendapatkan persetujuan.

2). Pengumpulan Data

Tahap kedua merupakan tahap pengumpulan data yang meliputi:

a) Penetapan responden. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII disemua kompetensi keahlian yang berjumlah 125 responden yang terdiri dari 25 responden dari Kompetensi Keahlian Pemesinan, 25 responden dari Kompetensi Keahlian Konstruksi Badan Pesawat Udara (KBPU), 25 responden dari Kompetensi Keahlian Konstruksi Rangka Pesawat Udara (KRPU), 25 responden dari Kompetensi Keahlian Kelistrikan Pesawat Udara (KPU), dan 25 responden dari Kompetensi Keahlian Elektronika Pesawat Udara (EPU).


(56)

b) Menyusun instrumen pengumpul data. Instrumen tersebut dikonsultasikan kepada pembimbing dan diuji-cobakan setelah memperoleh persetujuan dari pembimbing (lihat Lampiran UC-02 halaman 159)

c) Pencetakan instrumen penelitian dan lembar jawaban.

d) Uji coba instrumen pengumpul data. Instrumen pengumpul data yang berupa angket dalam penelitian ini diujicobakan kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang telah ditetapkan. Uji coba angket penelitian dilakukan kepada 30 siswa SMKN 12 Bandung kompetensi keahlian Pemesinan yang bukan responden untuk pengambilan data sebenarnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 24 April 2009, sehari setelah Ujian Nasional selesai agar tidak mengganggu persiapan dan konsentrasi siswa dalam menghadapi Ujian Nasional.

e) Evaluasi hasil uji coba. Setelah angket uji coba terkumpul kembali maka dilakukan analisis statistik untuk menguji tingkat validitas, reliabilitas, dan normalitas instrumen penelitian.

(1) Uji Validitas Instrumen

Penelitian ini menganalisis pengaruh penerapan kecakapan hidup dan tingkat kecakapan hidup terhadap pengambilan keputusan profesi pada siswa kelas XII SMKN 12 Bandung di semua kompetensi keahlian. Adapun obyek penelitian yang merupakan variabel bebas (independent variable) adalah pengaruh kecakapan hidup (life skills) (X1) dan Tingkat kecakapan hidup (X2), sedangkan

obyek penelitian yang merupakan variabel terikat (dependent variable) adalah pengambilan keputusan profesi (Y).


(1)

setiap kegiatan pembelajaran karena semuanya akan memberikan sumbangan kepada peningkatan kecakapan hidup mereka yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengambil keputusan profesi. 3. Saran kepada penelitian yang akan datang. Penelitian yang serupa seyogyanya

menggunakan sampel yang lebih banyak yang melibatkan berbagai satuan pendidikan dan kompetensi keahlian yang beragam sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih luas dan mendukung hasil penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini yang mempengaruhi pengambilan keputusan profesi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

_______.(2008). Loyola College: A Catholic Independent Secondary School in

Ignation Tradition. Available at

http://www.loyola.vic.edu.au/cocurriculum/awards.html

________. (2008). Buku Pedoman Pelaksanaan Praktek Lini Produksi 2008/2009. Bandung: SMKN 12 Bandung,

________. (2008). Educational Brief. Bandung: SMKN 12 Bandung ________. (2008). Laporan Kinerja Sekolah tahun Pelajaran 2008/2009.

Bandung: SMKN 12 Bandung,

________. (2008). Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi. 22 des 2008

_________. (2008). Monmouth College: Elements of Cocurriculum Activities.

Tersedia http://www.monm.edu/assessment/manual/co-curriculum.pdf Anwar. (2006). Pendidikan kecakapan Hidup. Bandung: CV Alfabeta.

Brown, Bettina Lankard (2002). Generic Skills in Career and Technical

Education. Myths and Realities. ED472363.Tersedia:

http://www.ericfacility.net/extra/search2/view.html

BSNP, Depdiknas. (2007). Landasan Pengembangan KTSP: Bagian I. Jakarta: Depdiknas.

Callan, V.J. (2003). Generic Skills: Understanding Vocational Education and

Training Teacher and Students Attitudes. Leabrook: NCVER.

Ch’ng, Alan (2002). The Management of Cocurricular Activities (CCAs)-A Situational Leadership Approach. ITE Teacher Conference)

Dawe, S. (2004). “Developing Generic Skills in Training Packages”, dalam

Generic Skills in Vocational Education and Training ; Research readings.

Adelaide SA. National Centre for Vocational Education Research Ltd. Depdiknas. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik Dan Kejuruan di Indonesia.


(3)

Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 39 tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.

Dermawan, R. (2006). Pengambilan Keputusan; Landasan Filosofis, Konsep dan

Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Dikmenjur (1996). Konsep Sistem Magang Pada Pendidikan Menengah Kejuruan

di Indonesia. Bandung: SMKN 12 Bandung.

Dodrige, Melvyn. (1999). Generic Skill Requirements for Engineers in the 21st

Century. November 10-13, 1999 San Juan, Puerto Rico, 29th ASEE/TEEE

Frontiers in Education Conference 13a9-9.

Edwards, A.L. (1969). Techniques of Attitude Scale Construction. Bombay: Vakils, Feffer and Simons Private Ltd.

Employer Organisation Report. (2004). Strategic Training Partnership between

the State and Enterprises. Tersedia:

http://www.logos-net/ilo/150_base/en/pub1/web_2_5.htm.Diambil: 11 Agustus 2008 Gani, R.A. (1986). Bimbingan Karir. Bandung. Angkasa.

Gintings,A. (2008). Esensi Praktis; Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Harsanto, R. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius. Hasan, B. (2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung: Pustaka

Ramadhan.

Hasan, M.I. (2004). Pokok-Pokok Materi: Teori Pengambilan Keputusan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hayadin (2005). Pengambilan Keputusan untuk Profesi pada Siswa

Jenjang Pendidikan Menengah (Survei pada SMA, MA, dan SMK di DKI

Jakarta). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 059 Tahun ke 12, 365. Hoppock, R. (1976). Occupational Information. New York. McGraw-Hill, Inc. ILO (2008). Global Employment Trends for Youth. Geneva: International Labour

Office.Tersedia:http://www.ilo.org/public/english/employment/strat/wer20 04.htm Diambil: 20 Pebruari 2008

International Labour Conference,(2008). Report V. Skills for Improved

Productivity, Employment Growth and Development. Fifth item on the


(4)

http://www.ilo.org/public/english/employment/skills/index.htm. Diambil: 20 Pebruari 2009.

Julian, T. (2004). “Employability skills: Balancing the Equation”, dalam Generic

Skills in Vocational Education and Training ; Research Readings.

Adelaide SA. National Centre for Vocational Education Research Ltd

Oxenham, J. (1988). “What do Employers Want from Education?”, dalam

Vocationalizing Education : An Introduction Perspective. Oxford:

Pergamon Books, Ltd.

Pakpahan, J. (2002). ” Perkembangan Pendidikan Menengah Kejuruan Pada Pelita VI”, dalam Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia.

Membangun Manusia Produktif. Jakarta. Depdiknas.

Pearce, S (Eds) (1988). Jobs for Your Future. Toronto: St. Joseph Printing Limited.

Poerwadarminta, W.J.S. (2005). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka..

Priyombodo, A. (2008). Kesiapan Berwirausaha Siswa dilihat dari Motivasi,

Kemandirian, Lingkungan Sosial, dan Pendidikan Kewirausahaan. Tesis

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

PT Panasonic, (2008). Program Pemagangan. Jakarta: PT Panasonic Manufacturing Indonesia.

Purba, J.P. (2008). ”Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”. Materi Kuliah untuk Mahasiswa S2 PTK UPI Bandung.

Puskur, Balitbang Depdiknas (2006). Pengembangan Model Pendidikan

Kecakapan Hidup. Jakarta. Depdiknas.

Reksoatmodjo, T.N. (2007). Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Riduwan, (2008). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santoso, P.E. (2004). Menyiasati Praktek Kerja Industri. Bandung: CV. Moefh Design.


(5)

Snelbecker, G.E. (1974). Learning Theory, Instruction Theory, and

Psycoeducational Design. New York: McGraw-Hill,Inc.

Solehudin dan Setiawati. (1994). Pembuatan Keputusan Karir. Makalah pada Lokakarya (Workshop) Bimbingan Karir Se-Jawa Barat di Bandung: Tanggal 24-25 Juni 1994.

Stevens, E. and Wood, GH. (1987). Justice, Ideology, and Education. New York: Random House, Inc.

Subijanto, (2007). Program Pendidikan Life Skills Bagi Siswa Sekolah Menengah atas di Wilayah Pesisir. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 066 Tahun ke 13, 365.

Sudjana, (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati,f dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. et all. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah

Menengah. Bandung: PT Refika Aditama.

Tahid & Nurcahyanie (2007). Konsep Teknologi Dalam Pengembangan Industri. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Tempone, I. & Martin, E. (2000). Theory to Practice/Generic Skills/Lifelong

Learning. University of Technology, and Royal Melbourne Institute of

Technology. (Abstrak makalah pada CEET National Conference Monday 30

th

October, 2000).

Tim Penghimpun. (1997). Himpunan Peraturan dan Pedoman Pelaksanaan

Pembinaan Kesiswaan. Bandung: Koperasi Pegawai Kanwil Depdikbud

Propinsi Jawa Barat dan PD Cahaya Kencana.

Tim Redaksi Fokusmedia. (2006). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. Bandung: Fokusmedia.

Unisa. (2008). Tersedia: http://www.myfuture.edu.au

Wahyudiati (2008). Urgensi Literasi Informasi Sebagai Bekal kecakapan Hidup.

Tersedia:http://www.google.com.my/search?hl=en&client=firefox-a&rls=org.mozilla:enUS:official&hs=qiJ&q=kecakapan+hidup+menurut+i ndustri+di+indonesia&start=10&sa=N. Diambil: 23 November 2008.


(6)

Wenrich, Ralp C and Wenrich William J (1974). Leadership in Administration of

Vocational and Technical Education. Colombus, Ohio.A Bell & Howell

Company.

Wibowo, A. (2008). Saatnya Memilih SMK. Tersedia: (http://jawabali.com/ada/agus-wibowo/) (12 Juli 2008)

Wijanarko, Darius D. (2008). Educational Brief: School Business Plan SMKN 12

Bandung. Bandung: SMKN 12 Bandung.

Wikipedia, the free encyclopedia. Co-curricular activity (Singapore). Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Co-curricular_activity

Wilber, G.O. (1962). Industrial Arts In General Education. Scranton, Pennsylvania: The Haddon Craftsmen.

Wingkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta. Grasindo.