PROFIL KOMITMEN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING.

(1)

DAFTAR ISI

halaman

Absrtak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xii

Daftar Bagan ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Metode Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 13

BAB II KOMITMEN BELAJAR KONSEP DASAR DAN PENGEMBANGANNYA G. A. Konsep Dasar Belajar ... 14

1. Definisi Belajar ... 14

2. Teori-teori Belajar ... 15

B. Konsep Komitmen Belajar ... 19

1. Definisi Komitmen Belajar ... 19

2. Pengembangan Komitmen Belajar ... 20

3. Aspek-aspek Komitmen Belajar ... 23

4. Faktor Ekologi Perkembangan yang Mempengaruhi Perkembangan Komitmen Belajar ... 27


(2)

1. Pengertian Remaja ... 29

2. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas ... 29

D.Pengukuran Komitmen Belajar ... 31

E. Kerangka Pemikiran ... 33

F. Asumsi Penelitian ... 34

G.Penelitian Terdahulu... 35

BAB III METODE PENELITIAN H. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 39

C.Definisi Operasional ... 41

D.Instrumen Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Umum Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013... 2. Tingkat Persentase Ketercapaian Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung 2012-2013... 53 58 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

C.Rancangan Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Komitmen Belajar... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN J. A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87


(3)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 38

3.2 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komitmen Belajar(Setelah Judgment) ... 44

3.3 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Komitmen Belajar... 46

3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar... 47

3.5 Hasil Uji Validitas Komitmen Belajar Peserta Didik ... 49

3.7 Konversi Skor T ... 52

3.8 Kualifikasi Skor Komitmen Belajar ... 52

4.1 Rekapitulasi Kategorisasi Komitmen Belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 54

4.2 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek-aspek Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 55

4.3 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator-indikator Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 57

4.4 Tingkat Persentase Ketercapaian Skor Peraspek Komitmen Belajar Peserta Didik di SMA PGRI 1 Bandung ... 59

4.6 Gambaran Indikator Aspek Kemampuan untuk Mengetahui... 60

4.7 Gambaran Indikator Aspek Keterampilan Mengelola Emosi... 62

4.8 Gambaran Indikator Aspek Kemampuan Mengidentifikasi Orang Lain... 63

4.9 Gambaran Indikator Aspek Proyeksi Diri ke Masa Depan... 64

4.10 Prioritas Pengembangan Materi Layanan ... 74


(4)

DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik Halaman 4.1 Gambaran Komitmen Belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013 ... 54 4.2 Gambaran Komitmen Belajar Peraspek Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

Bandung ... 80 4.3 Gambaran Komitmen Belajar Perindikator Peserta Didik Kelas X SMA PGRI

1 Bandung ... 83 4.4 Tingkat Ketercapaian Skor Komitmen BelajarPeserta Didik Berdasarkan

Masing-masing Aspek di SMA PGRI 1 Bandung ... 59 4.5 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Keinginan untuk

Mengetahui... ... 60 4.6 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Memiliki Dorongan

untuk Mencapai Prestasi Unggul... 61 4.7 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Keterampilan

Mengelola Emosi... 62 4.8 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Kemampuan

Mengidentifikasi Orang Lain... 63 4.9 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Proyeksi Diri Ke Masa


(5)

DAFTAR BAGAN

Nama Gambar Halaman 1.1 Komponen Utama PBM ... 2 2.1 Kerangka Pemikira ... 33 3.1 Alur Penelitian ... 40


(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional masih dihadapkan dengan masalah yang cukup kompleks meskipun telah adanya keberhasilan pembangunan sarana pendidikan. Permasalahan yang dimaksud termasuk dalam rencana strategis departemen pendidikan nasional Tahun 2005-2009, yaitu meliputi: 1) masih rendahnya pemerataan dan akses pendidikan, 2) masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta 3) masih lemahnya tatakelola, akuntabilitas, serta pencitraan publik pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional 2007).

Pendidikan dengan kata lain merupakan sebuah proses yang diselenggarakan secara sadar untuk memfasilitasi individu agar bisa mengenali dan menemukan potensi dan keunikan yang dimilikinya,Pulaski Community Partners Coalition (2003: 1) menyatakan:

One of the keys to a successful adulthood is getting a good education. It’s something every parent wants for her or his child. But getting that good education requiresfrom both students and parentsa strong commitment to learning.

Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih kedewasaan adalah dengan pendidikan yang baik, akan tetapi untuk mendapatkan pendidikan yang baik memiliki satu syarat mutlak bagi orang tua dan peserta didik, yaitu komitmen yang kuat untuk belajar.

Satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah komitmen yang kuat untuk belajar. Morrison(2001: 23) menyatakan, “belajar adalah sebuah proses, yang mengalir dari kebutuhan untuk masuk akal dari pengalaman, mengurangi tidak diketahui dan tidak pasti dimensi kehidupan dan membangun kompetensi yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan berubah.”


(7)

2

Berikut bagan sistematik mengenai komponen utama PBM yang dikemukakan oleh Syamsudin (2007: 165):

Bagan 1.1 Komponen Utama PBM

Bagan 1.1 Komponen Utama PBM

Pada bagan proses kegiatan belajar mengajar menurut Syamsudin (2007: 165) di atas menjelaskan terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: (1) kapasitas (IQ); (2) bakat khusus; (3) motivasi; (4) minat; (5) kematangan kesiapan; (6) sikap kebiasaan, dll. Komitmen merupakan salah satu faktor penunjang pada komponen kematangan kesiapan yang akan menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

Metode,

teknik, media program tugas Bahan

sumber Guru dan

lain-lain Kapasitas (IQ)

Bakat khusus instrumental input (sarana)

Motivasi Perilaku:

Minat Raw input expected output Kognitif

Peserta didik (hasil belajar yang

Kematangan diharapkan) Afektif

Sikap/kebiasaan Environmental input (lingkungan) Psikomotor Dan lain-lain Fisik dan lain-lain

Sosial Kultural PBM


(8)

3

Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral layanan pendidikan di sekolah, mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dalam membina perkembangan peserta didik. Sebagai layanan yang profesional maka layanan bimbingan dan konseling saat ini harus memperhatikan kebutuhan peserta didik. William J. Kolarik (Nurihsan, 2005: 55) mengungkapkan „kualitas mutu layanan bimbingan akan mendapatkan pengakuan jika layanan bimbingan dan konseling mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh para konseli.‟

Salah satu komponen yang harus ada dalam proses pelaksanaan pendidikan adalah komponen layanan pembinaan dan pengembangan peserta didik yang merupakan area kerja Bimbingan dan Konseling.

Tujuan utama dari layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah adalah untuk membantu agar peserta didik dapat : (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (ABKIN, 2007:17).

Secara khusus bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir.Komitmen belajar merupakan salah satu keterampilan belajar yang perlu dimiliki peserta didik.Dan pada bimbingan dan konseling hal tersebut termasuk ke dalam bimbingan belajar.

Komitmen dalam konteks pendidikan dan belajar harus merupakan bentuk kesadaran dari dalam diri individu. Espeland&Verdick (2005: 1) memaparkan:

a commitment is a promise you make to your self or someone else. A commitment to learning is a promise to do your best in school, learn new things, do your homework, care about teachers, and read – not just when you have to, but because you want.


(9)

4

Komitmen adalah suatu janji terhadap diri dan atau orang lain. Komitmen belajar adalah sebuah janji untuk melakukan yang terbaik di sekolah, mempelajari hal yang baru, mengerjakan tugas, adanya perhatian kepada para gurudan membaca bukan hanya karena merasa harus, akan tetapi karena membutuhkannya.

Masa remaja merupakan suatau periode dimana terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dalam diri individu dimana masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa.

Sebagaimana dikembangkan oleh Marcia (1993: 102)masa remaja dapat dibedakan menjadi tiga masa yaitu “masa remaja awal (usia 12 sampai 15 tahun), masa remaja pertengahan (usia 16 sampai dengan 18 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 22 tahun).” Pembagian ini dapat berdasarkan usia perkiraan yang biasanya menandai kehadiran remaja pada institusi-intitusi pendidikan, yaitu SMP, SMA dan bangku perkuliahan.

Erikson (Yusuf, 2004: 71) menyatakan bahwa „Pada masa remaja identitas merupakan vocal point atau inti dari pengalaman individu pada masa remaja, keberhasilan individu mendapatkan identitas akan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.‟ Identitas yang dimaksud seperti dipaparkan oleh Marcia (Kartini, 2004: 1) sebagai berikut: “identity as a set of statuses that are defined by the extent to which an individual has explored option for his or her life and has shown evidence of having made a commitment to an occupation and ideologi.”

Identitas adalah sekumpulan status yang didefinisikan dari tingkat eksplorasi yang dilakukan oleh individu tentang aspek-aspek kehidupan yang ditunjukan dengan komitmen terhadap pilihan karir dan ideologi (prinsip hidup). Dengan kata lain, remaja yang telah memiliki kejelasan identitas adalah remaja yang telah mampu menilai kemampuan serta minatnya, mampu melihat peluang yang dapat mereka raih serta membuat komitmen terhadap pilihan pendidikan dan pekerjaan.


(10)

5

Dreyer (Imaddudin, 2008: 8)‘identity formation in adolescent can be encoraged and promoted by surrounding them with educational environment that stimulate exploration and commitment.’ Pembentukan identitas pada masa remaja dapat dibantu dengan memberikan dorongan melalui lingkungan pendidikan yang dapat memberikan stimulasi dalam proses eksplorasi diri dan pembentukan komitmen.

Salah satu fenomena umum yang menunjukan indikasi pentingnya layanan bimbingan bagi peserta didik adalah fenomena bunuh diri dan percobaan bunuh diri, tindakan kekerasan dan depresi yang disebabkan oleh gagal dalam ujian nasional (UN).Seperti ditulisPikiran Rakyat (online) “terjadi banyak kasus percobaan bunuh diri dan kasus depresi peserta didik yang gagal ujian nasional.Menurut Komnas Perlindungan Anak mencatat sedikitnya 100 anak menderita trauma psikis akibat gagal ujian nasional pada tahun 2006.”

Seto Mulyadi (Imaddudin, 2008: 4) menguraikan penyebab banyaknya kasus percobaan bunuh diri, tindakan kekerasan dan depresi paska gagal ujian nasional dikarenakan peserta didik tidak memiliki kesiapan mental dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang akan dihadapai oleh para peserta didik. Terkait dengan masalah ketidaksiapan mental peserta didik dalam menghadapi perubahan dan ujian memiliki hubungan dengan komitmen peserta didik dalam belajar. Marcia (1993: 206–211) memaparkan “dalam perkembangan komitmen individu terdapat beberapa indikator, diantaranya: aspek kemampuan mengelola emosi (emosional tone) dan kemampuan bertahan dalam menghadapi goncangan (resistance to being swayed).” Dengan kata lain siswa yang memiliki komitmen dalam belajar akan mampu menghadapi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi dan mampu mengelola perasaan dan emosi, sehingga siswa memiliki pertimbangan pemikiran yang lebih luas.


(11)

6

Fenomena umum yang dipaparkan di atas menggambarkan kondisi nyata peserta didik yang jika ditinjau dari perspektif perkembangan belum optimal, sehingga untuk membantu peserta didik mampu mengoptimalkan potensi diri dibutuhkan upaya layanan bimbingan dalam proses yang akan dilalui dalam fase ini.

Berdasarkan data yang ada dan menjadi permasalahan di SMA PGRI 1 Bandung yaitu hasil Ujian Nasional yang mengkhawatirkan (pada tahun 2008/2009 kelulusan IPA 100% dan IPS 95,54% sedangkan pada tahun 2009/2010 kelulusan IPA 100% dan IPS 61,11% dan pada tahun 2010/2011 kelulusan IPA 100% dan IPS 100%), meningkatnya ketidak hadiran peserta didik di sekolah/bolos pada tahun 2010/2011 kelas X-1 (59,11%), kelas X-2 (58,81%), kelas X-3 (89,6%), kelas X-4 (86%), kelas X-5 (86%), XI IPS 1 (74%), XI IPS 2 (62,5), XI IPS 3 (77%) dan XI IPA (88%), keterlambatan, rata-rata nilai akademik baik peserta didik X, XI dan XII di bawah KKM, keadaan keluarga yang tidak harmonis, dan tingkat perekonomian keluarga menengah kebawah.

Berdasarkan pemaparan tersebut mengindikasikan komitmen belajar peserta didik di SMA PGRI 1 Bandung belum optimal.Hal tersebut senada dengan Pulaski

Community Partners Coalition, (2003: 1) yang menyatakan bahwa “komitmen

belajar akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah.” Lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat teman sebaya merupakan bagian dari ekologi perkembangan.

Permasalahan yang muncul menyangkut komitmen bagi peserta didikkelas X di SMA dapat terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Imaddudin (2008: 78) tentang profil komitmen belajar peserta didik SMA menunjukkan: a) adanya keberagaman tingkat komitmen belajar peserta didik, dan b) secara umum baru sebagian peserta didik (52.66 %) yang mencapai tingkat komitmen belajar tinggi, 44.66 % baru mencapai tingkat perkembangan komitmen sedang; c) dari seluruh sampel penelitian yang dapat mencapai tingkat komitmen belajar yang optimal atau sangat tinggi baru mencapai 1.33 % dan 0.66 % yang masih belum optimal atau rendah tingkat komitmen belajarnya.


(12)

7

Penelitian Lestari (2006:65) menyatakan “aspek-aspek kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%), kegiatan belajar (83%), dan keterampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong kedalam kategori sedang yaitu menjaga sarana prasarana (60%) dan dari data aspek upacara (68%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan sangat rendah.”

Aspek kegiatan belajar termasuk peringkat tertinggi ke tiga dalam pelanggaran yang sering dilakukan peserta didik di sekolah yaitu 83%. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan, dan disinilah arti pentingnya komitmen belajar pada diri peserta didik. Data yang dipaparkan di atas menunjukkan rendahnya mutu pendidikan nasional yang disebabkan oleh rendahnya komitmen belajar peserta didik. Artinya, jika peserta didik yang memiliki komitmen belajar tinggi cenderung akan melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dengan hasil yang optimal.

Molly Lee (Handayani, 2007: 1) menyatakan:

Komitmen belajar sangat menentukan proses dan hasil belajar, artinya anak yang komitmen belajarnya tinggi cenderung melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan pembelajaran yang berkualitas memungkinkan tercapainya hasil belajar yang optimal.

Oleh karena itu, lingkungan pendidikan harus mampu menstimulasi peserta didik untuk bisa mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan komitmen belajar sehingga peserta didik dapat mencapai tugas perkembangan secara optimal dan meraih prestasi yang bagus.

Mencermati pentingya komitmen belajarmaka penelitian difokuskan pada upaya untuk mengembangkan komitmen dalam belajar peserta didik SMA. Dari paparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling.


(13)

8

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masa remaja merupakan suatau tahap dimana terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dalam diri individu dimana masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut Dreyer (Imaddudin, 2008: 8)‘identity formation in adolescent can be encoraged and promoted by surrounding them with educational environment that

stimulate exploration and commitment.’ Pembentukan identitas masa remaja dapat

dibantu dengan memberikan dorongan melalui lingkungan pendidikan yang dapat memberikan stimulasi dalam proses eksplorasi diri dan pembentukan komitmen.

Komitmen dapat diartikan sebagai sikap yang stabil terhadap satu tujuan yang akan dicapai dan diwujudkan dengan aktivitas yang mendukung. Konsep ini senada dengan pendapat Marcia (1993: 181) yang menyatakan bahwa “komitmen merujuk pada investasi yang stabil terhadap satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang dibuktikan dengan aktivitas yang mendukung.”

Selanjutnya Marcia (1993:164) mengemukakan:

Keberadaan komitmen pada diri individu ditandai dengan adanya keteguhan dalam menetukan keputusan, dan senantiasa keputusan itu dipegang kuat, sehingga individu cenderung mempunyai prinsip hidup yang tidak mudah berubah, kecuali dengan pertimbangan yang sangat matang.

Komitmen dalam perkembangan remaja berhubungan dengan proses pencarian serta pencapaian identitas remaja. Marcia (Archer, 1994: 17) menyatakan „pencapaian status identitas idealnya ditempuh remaja dengan cara penetapan komitmen setelah melalui eksplorasi terhadap berbagai alternatif yang ada dan komitmen merupakan kulminasi dari proses eksplorasi.‟

Dengan demikian, remaja yang telah memiliki kejelasan identitas adalah remaja yang telah matang menentukan peluang yang dapat mereka raih serta serta membuat komitmen terhadap pilihan pendidikan dan pekerjaan.


(14)

9

Selanjutnya Marcia (1993: 206–211) menyatakan:

Tingkat komitmen remaja ditunjukkan oleh sejauh mana keteguhan dalam pendirian remaja itu terhadap domain topik identitas sebagaimana direfleksikan oleh keluasan dan kedalaman aktivitas aspek: (1) knowledgeability, (2) activity directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed.

Remaja harus memiliki komitmen terhadap penetapan tujuan dalam hidup yang akan memberikan arahan serta kejelasan bentuk upaya dalam usaha mencapai tujuan hidupnya.

Bandura (2006: 10) mengungkapkan:

Komitmen penting dimiliki oleh remaja “Adolescents need to commit themselves to goals that give them purpose and a sense of accomplishment. Without personal commitment to something worth doing, they are unmotivated, bored, or cynical. They become dependent on extrinsic sources of stimulation.

Tanpa ada komitmen para remaja akan kurang termotivasi, bosan dan merasa pesimis terhadap apa yang akan mereka kerjakan. Bahkan sangat mungkin remaja akan bergantung pada sumber stimulasi eksternal.

Pada proses kegiatan belajar mengajar Syamsudin (2007: 165) menjelaskan terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: (1) kapasitas (IQ); (2) bakat khusus; (3) motivasi; (4) minat; (5) kematangan kesiapan; (6) sikap kebiasaan, dll. Komitmen merupakan salah satu faktor penunjang pada komponen kematangan kesiapan yang akan menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

Bagi remaja, komitmen diperlukan dalam proses belajar. Komitmen belajar merupakan sikap yang stabil terhadap satu tujuan belajar yang akan dicapai diwujudkan dengan aktivitas belajar yang optimal. Selain itu komitmen belajar merupakan salah satu aspek penting dalam proses belajar, karena dengan adanya komitmen dalam proses belajar akan muncul motivasi berprestasi,kepercayaan terhadap kemampuan diri danrasa tanggung jawab atas pentingya belajar.


(15)

10

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah, diperoleh sebuah pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian, yaitu:seperti apa gambaran umum komitmen belajar dan bagaimana implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling ?

Dari pertanyaan umum ini, diturunkan menjadi dua pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil komitmen belajar pererta didikkelas X di SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?

2. Bagaimana rancanganlayanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil komitmen belajar peserta didik dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Untuk lebih spesifiknya tujuan dari penilitian ini adalah mengungkap dan menganalisis data tentang:

1. Mendapatkan profil komitmen belajar pererta didikkelas X di SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Memperolehrancangan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.


(16)

11

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ditinjau dari manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis peneliti diharapkan memberikan gambaran dan menambah wawasan dalam bimbingan dan konseling khususnya terhadap komitmen belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pererta didik, pererta didik dapat menumbuhkan dan mengembangkan komitmen dalam belajar.

b. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah untuk lebih memperhatikan komitmen belajar pererta didik dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya dalam mengembangkan komitmen belajar peserta didik.

c. Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah, profil komitmen belajar ini diharapkan dapat memberikan layanan yang berkualitas untuk membantu pererta didik dalam meningkatkan komitmen belajar sehingga pencapaian hasil belajar yang optimal dapat tercapai.

d. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai permasalahan tentang komitmen belajar yang signifikan untuk dikaji pada peneliti selanjutnya.

E. Metode Penelitian 1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik mengenai salah satu strategi layanan untuk meningkatkan harga diri secara nyata dalam bentuk angka sehingga


(17)

12

memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

2. Populasi

Penelitian profil komitmen belajar dilakukan padaKelas X Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen, instrumen yang digunakan yaitu dalam bentuk angket. Untuk mengetahui tingkat komitmen belajarpeserta didik, peneliti mengkonstruksi instrumennya sendiri sesuai dengan kebutuhan.

4. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah untuk distribusi frekuensi peneliti membakukan ke skor Z yang selanjutnya mengkonversikan ke skor T dan untuk profil peneliti menggunakan teknik pengolahan data menggunakan statistik sederhana berupa persentase.

F. Struktur Penulisan

Laporan penelitian ini akan berbentuk skripsi yang dijabarkan menjadi lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teori, yang meliputi konsep belajar, konsep komitmen belajardan konsep remaja.


(18)

13

Bab III Metode penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode dan teknik penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data.

Bab IV Pelaksanaan dan hasil-hasil penelitian, meliputi pengolahan atau analisis data dan pembahasan hasil penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA PGRI 1 Bandung, yang bertempat di Jl. Sukagalih no.80 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian didasari yakni belum tersedianya layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik di SMA PGRI 1 Bandung.

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Adapun populasi dalam penelitian ini ialah seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 154 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 X-1 38

2 X-2 40

3 X-3 40

4 X-1 37

Jumlah

Total 154

Alasan pemilihan populasi terhadap kelas X dikarenakan peserta didik kelas X secara umum masih berada dalam masa peralihan perilaku dari SMP ke SMA peserta didik kelas X berada pada rentang usia 15-16 tahun dalam lingkup psikologi perkembangan individu pada saat ini memasuki masa remaja tengah, pengembangan komitmen belajar idealnya dikembangkan sejak awal sebagai bentuk kesiapan belajar dan komitmen belajar sangat menentukan proses dan hasil belajar, dengan demikian pembentukan komitmen peserta didik pada awal


(20)

38

memasuki jenjang sekolah menengah atas di asumsikan dapat membantu peserta didik mencapai tujuan belajar dengan lebih efektif.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut peserta didik kelas X dianggap dapat mewakili profil umum bidang akademik mengenai komitmen belajarnya.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Setyosari (2010: 33) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata”

Metode deskriptif dalam penelitian yang dilakukan digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi obejktif mengenai komitmen belajar peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Pada akhirnya deskripsi yang diperoleh dari pengambilan data lapangan mengenai komitmen belajar peserta didik merupakan dasar bagi pengembangan layanan dasar bimbingan belajar dalam rangka sebagai upaya untuk meningkatkan komitmen belajar peserta didik ke arah yang lebih positif, sehingga tujuan akhir dari penelitian adalah tersusunnya rumusan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

Berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan, maka pelaksanaan penelitian dilakukan hingga tersusunnya layanan dasar serta revisi layanan dasar tersebut, tanpa diujicobakan kepada peserta didik, secara lebih rinci berikut alur atau tahapan penelitian yang dilakukan:


(21)

39

TAHAP 1 Kajian Teoretis 1. Konsep Dasar Belajar 2. Komitmen Belajar 3. Kosep Dasar Remaja

Bagan 3.1

Alur penelitian untuk mengembangkankan komitmen belajar

Tahap pertama, penelitian dimulai dengan melakukan kajian secara teoritris mengenai permasalahan yang diteliti, baik itu mengenai konsep dasar belajar, konsep dasar komitmen belajar dan konsep dasar remaja.

Tahap kedua, kegiatan penelitian difokuskan untuk mengkaji profil komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1 bnadung Tahun Ajaran 2012-2013. Kajian empiris dilakukan dengan mengidentifikasi gambaran komitmen belajar dengan melakukan penyebaran instrumen berupa angket komitmen belajar pada peserta didik.

Tahap ketiga adalah pengembangan layanan dasar untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik. Pengembangan layanan dasar dilakukan

TAHAP 2 Kajian Empiris Komitmen belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

Bandung

TAHAP 3

Pengembangan Rancangan Layanan dasar untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Peserta Didik


(22)

40

berdasarkan kajian mengenai profil komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

C.Definisi Operasional

Secara etimologis istilah komitmen berasal dari bahasa Inggris to commite (verb) -- commitment (noun) yang merujuk pada pengertian earnestness, seriousness, sincerity, yakni kesungguhan seseorang dalam melakukan sesuatu (Espeland&Verdick, 2005: 1). Kesungguhan tersebut merupakan wujud kesetiaan dalam melakukan sesuatu. Istilah komitmen dalam The American Heritage Dictionary of the English Language (Imaddudin, 2008: 28) diartikan sebagai “ the state of being bound emotionally or intellectually to a course of action or to another person or person”. Keadaan yang mengikat individu secara emosional atau intelektual untuk melakukan suatu tindakan. Dalam Thesaurus, komitmen merupakan “the trait of sincere and steadfast fixity of purpose”. Ciri kesungguhan dan ketetapan untuk mencapai tujuan.

Komitmen menurut Goleman (Imaddudin, 2008: 63) adalah „ikrar melakukan sesuatu aktivitas yang bermanfaat dengan sungguh-sungguh, tekun, dan bertanggung jawab.‟

New Webster‟s New World Dictionary (Imaddudin, 2008: 63) mengulas beberapa makna dari komitmen, antara lain : a pledge to do something; dedication to a long-term action; engagement; involvement.

Berdasarkan definisi di atas komitmen menyiratkan beberapa komponen yang tercakup dalam pengertian yaitu: 1) niat dan kesunguhan (keterikatan secara intelektual dan emosional) dalam melakukan aktifitas, 2) tanggung jawab, 3) dedikasi, 4) perjanjian dan 5) keterlibatan.

Hal diatas senada dengan Marcia et al. (1993: 206–211) bahwa komitmen adalah keteguhan pada satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang ditunjukan dengan aktivitas yang mendukung. Tingkat komitmen individu dapat ditunjukkan oleh sejauh mana keluasan dan kedalaman aspek: (1) knowledgeability, (2) activity


(23)

41

directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed.

Espeland&Verdick (2005: 1) memaparkan bahwa “ a commitment is a promise you make to your self or someone else. A commitment to learning is a promise to do your best in school, learn new things, do your homework, care about teachers, and read – not just when you have to, but because you want to.” Komitmen adalah janji terhadap diri dan atau orang lain. Komitmen belajar adalah sebuah janji untuk melakukan dan menunjukan hal terbaik di sekolah, mempelajari hal yang baru, mengerjakan tugas, menunjukan kepedulian dan perhatian kepada para guru, dan membaca bukan hanya karena merasa harus, akan tetapi karena merasa butuh dan menyukainya.

Devinisi operasional variabel komitmen belajar dalam penelitian adalah respon peserta didik yang menunjukan Knowledgeability, Need for Achievment, Emotions Abillity, Identification With Significant Other, Projecting One’s Personal Future, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Knowledgeability, kemampuan untuk mengetahui potensi diri dan informasi sumber belajar yang dipergunakan untuk kepentingan belajar.

2. Need for Achievment, memiliki aktivitas yang terarah pada tujuan yang realistik dan usaha untuk merealisasikan pencapaian prestasi.

3. Emotions Abillity, kemampuan menghadapi stres dan kemampuan

mengendalikan amarah dengan tepat dalam proses pembelajaran

4. Identification With Significant Other, memiliki keterampilan mengidentifikasi orang lain yang dianggap sukses dalam belajar dan dapat mengidentifikasikan diri terhadap prilaku orang lain yang dianggap sukses dalam belajar.

5. Projecting One’s Personal Future, memiliki rencana masa depan dalam pendidikan serta konsisten dengan pencapaian tujuan pembelajaran.


(24)

42

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu angket atau kuesioner. Angket atau kuisioner pengungkap komitmen belajar peserta didik dirancang berjumlah 52 item pernyataan dan disebarkan pada seluruh peserta didik kelas X.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

a. Pengembangan Kisi-kisi Angket Komitmen Belajar Peserta Didik Angket atau kuisioner komitmen belajar peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Angket berisi pernyataan mengenai aspek-aspek komitmen belajar merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh Marcia et.al . (1993: 206–211) Tingkat komitmen individu dapat ditunjukkan oleh sejauh mana keluasan dan kedalaman aspek: (1) knowledgeability, (2) activity directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed. Berikut disajikan dalam tabel kisi-kisi angket pengungkap komitmen belajar peserta didik.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket Pengungkap Komitmen Belajar Peserta Didik No

ASPEK INDIKATOR JML

ITEM PERNYATAAN (+) (-) 1. Knowledgeability (kemampuan mengaktualiasasi kan sejumlah informasi yang terkait dengan diri, sumber belajar lain yang dapat menunjang pencapaian tujuan atau pilihan yang telah ditetapkan)

a. Kampuan untuk mengetahui informasi sumber belajar yang dapat menunjang pencapaian prestasi.

4 1 ,2 3, 4

b. Kemampuan mengetahui potensi diri dalam belajar


(25)

43

No

ASPEK INDIKATOR JML

ITEM

PERNYATAAN

(+) (-)

2. Need for

Achievment (suatu dorongan dalam ciri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji) c. d.

e. Memiliki aktivitas yang

terarah pada pencapaian tujuan yang realistik dalam belajar

4 10, 11 12, 13

f. g.

h. Usaha untuk merealisasikan

pencapaian prestasi. 4

14, 15,

16 17

3. Emotions Abillity

(berbagai perasaan (suasana hati) dalam kaitannya dengan penetapan keputusan sampai pada tahap implementasi kepetusan tersebut) i. j.

k. Memiliki kemampuan menghadapi stres l.

4 18, 19 20,21

m.

n. Kemampuan mengendalikan amarah dengan tepat dalam

proses pembelajaran 3 22 23 , 24

4. Identification

With Significant Other (kemampuan peserta didik mengidentifikasi orang yang dianggap penting atau tokoh panutan dan mengetahui sejauh mana tokoh tersebut mempengaruhi dirinya secara signifikan)

o. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang dianggap sukses dalam belajar

4 25,26 27, 28

p. q. r.

s. Mengidentifikasikan diri terhadap orang-orang yang dianggap sukses dalam belajar


(26)

44

No

ASPEK INDIKATOR JML

ITEM

PERNYATAAN

(+) (-)

5. Projecting One’s

Personal Future (kemampuan peserta didik memproyeksikan/ merencanakan masa depan, dan merancang berbagai aktivitas dalam jangka waktu tertentu dengan tetap konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan)

t.

u. Memiliki rencana masa depan

dalam pendidikan 6 32,33,34 35,36,37

v. Konsisten dengan pencapaian

tujuan pembelajaran 3 38,39,40

2. Pedoman Penyekoran (scoring)

a. Instrumen Komitmen Belajar Peserta Didik

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, item pernyataan komitmen belajar peserta didik dalam bentuk pilihan. Skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala sikap Likert.

Penggunaan skala Likert biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah besar di mana skala nilai psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, subjek diizinkan memberi jawaban dalam lima kategori: a) Sangat Setuju, b) Setuju, c) Bingung, d) Tidak Setuju, dan e) Sangat Tidak Setuju. di dalam mengkontrukskian skala sikap Azwar (2011: 144) menyatakan

Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang komplikasi pertimbangannya.” Jadi statment favorable yang direspons Sangat Setuju diberi nilai pertimbangan= 5, Setuju= 4, Bingung= 3, Tidak Setuju= 2, dan Sangat Tidak Setuju= 1. Demikian juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi penilaiaan untuk Sangat Tidak Setuju= 5, sampai ke yang Sangat Setuju= 1


(27)

45

Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif

(Azwar, 2011: 139) Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel. Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel. Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorable.”

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket komitmen belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Komitmen belajar

Pernyataan Skor

S S S B T S S T S

Positif 5 4 3 2 1


(28)

46

3. Uji Coba Alat Pengumpul Data a. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen komitmen belajar peserta didik yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd, 2) Dra. SA. Lily Nurlillah, M.Pd, 3) Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad dan 4) Yusi Riksa Yustiana, M.Pd

Table 3.4

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar

Hasil Penimbangan Pakar Nomor Item Jumlah

Dipakai 7, 8, 9, 11, 12, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52

38

Direvisi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 13, 14, 15, 19, 21, 27, 28

14

Dibuang - -


(29)

47

b. Uji Keterbacaan

Sebelum instrument komitmen belajar peserta didik diuji secara empiris, instrument terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu 9 orang peserta didik kelas X SMA untuk mengukur keterbacaan instrumen. Uji keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh subjek penelitian. Setelaj uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap komitmen belajar peserta didik. Sugiyono (2010: 267) mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur”. Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan.

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan menggunakan prosedur pengujian Spearmen Brown.

Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in).

Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan dari 52 butir item pernyataan dari angket komitmen belajar peserta didik, terdapat 12 butir item yang dinyatakan tidak valid. Koefisien korelasi yang digunakan dalam pengujian validitas ini adalah diatas 0.30, hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan Azwar (2011: 103) “suatu koefisien validitas dinyatakan lebih baik


(30)

48

jika minimalnya koefisien korelasi 0.30”. Oleh karena itu dalam penelitian ini suatu item dikatakan valid jika koefisien korelasinya minimal 0. Hasil item-item pernyataan validasi disajikan pada table 3.5

Table 3.5

Hasil Uji Validitas Komitmen Belajar Peserta Didik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 52

Dipakai 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40, 41, 42,

43, 44, 45, 46, 47, 48, 49

40

Dibuang 3, 11, 14, 20, 24, 28, 29, 35, 39, 50, 51, 52

12

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer SPSS for Windows Versi 16.0.


(31)

49

Sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Sugiyono, 2011: 257) Berdasarkan hasil pengujian reabilitas memperlihatkan dari 40 butir item, menunjukan koefisien reabilitas (konsistensi interval) instrument komitmen belajar sebesar 0,938. Artinya, tingkat korelasi dan derajat instrument komitmen belajar berada pada kategori sangat tinggi hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu direvisi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai komitmen belajar peserta didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Angket yang digunakan adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan dengan alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), B (Bingung), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran alat pengumpul data berupa angket untuk mengumpulkan data mengenai gambaran komitmen belajar peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen. 2. Mengecek kesiapan peserta didik.

3. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya.


(32)

50

4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.

F. Analisis data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Penetapan penyekoran Instrumen

Perhitungan skor komitmen belajar peserta didik adalah dengan menjumlahkan seluruh skor dari tiap-tiap pertanyaan sehingga didapatkan skor total komitmen belajar. Data yang telah terkumpul dari responden selanjutnya dibagi ke dalam lima kategori komitmen belajar dengan menggunakan katagori tinggi sekali, tinggi, sedang, rendah dan rendah sekali yang diperoleh melalui konversi skor mentah menjadi skor T dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung skor total masing-masing responden.

2) Mengkonversi skor responden menjadi skor baku, dengan rumus:

Keterangan : � = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T

� = rata-rata skor kelompok


(33)

51

3) Mengkonversi skor baku menjadi skor matang, dengan rumus:

Keterangan : Skor T = Skor T atau skor matang yang dicari 50 = konstanta nilai tengah sebagai rata-rata 10 = konstanta standar deviasi (Azwar, 2011: 156) 4) Mengelompokan data menjadi lima kategori dengan pedoman sebagai

berikut

Tabel 3.7 Konversi Skor T

Skala Skor T Kategori Skor

x ≥ μ + 1.5 ơ Tinggi Sekali

μ –1.5 ơ < x < μ + 1.5 ơ Tinggi

μ –1.5 ơ < x < μ + 0.5 ơ Sedang

μ - 0.5 ơ < x < μ + 0.5 ơ Rendah

x ≤ μ –0.5 ơ Rendah Sekali

(Azwar, 2011: 108) Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pengelompokan data untuk gambaran komitmen belajar sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kualifikasi Skor Komitmen Belajar Peserta Didik

No. Skala Skor T Kategori Komitmen

Belajar

1. ≥ 66 Tinggi Sekali

2. 56 – 65 Tinggi

3. 46 – 55 Sedang

4. 36 – 45 Rendah

5. ≤ 35 Rendah Sekali

5) Menghitung tingkat komitmen belajar peserta didik dengan menggunakan rumus:

Keterangan : rata-rata skor = rata-rata skor yang diperoleh skor ideal = skor maksimal × jumlah item


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanyang

berhubungandengangambarankomitmenbelajardalamrancanganlayanandasarbimbi ngandankonselinguntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung, makadapatdisimpulkansebagaiberikut:

1. Secaraumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandungberadapadakategoritinggidalamkomitmenbelajar yang

artinyapesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung

cukupmemilikiKemampuan untuk

menggalipotensidiridaninformasisumberbelajar yang

dipergunakanuntukkepentinganbelajar, memilikiaktivitas yang

terarahpadatujuan yang

realistikdanusahauntukmerealisasikanpencapaianprestasi,

kemampuanmenghadapistresdankemampuanmengendalikanamarahdengantepa tdalam proses pembelajaran, memiliki keterampilan mengidentifikasi orang

lain yang dianggap

suksesdalambelajardandapatmengidentifikasikandiriterhadapprilaku orang lain yang dianggapsuksesdalambelajar, memilikirencana masa depan dalampendidikansertakonsistendenganpencapaiantujuanpembelajaran.Namun meskipundemikianmasihterdapatkeberagamantingkatketercapaianhalinidiseba bkanpesertadidikbelumseluruhnyamencapaitingkatkomitmenbelajar yang optimal padasetiapaspekdanindikatornya.

2. Hasilakhirpenelitianiniyaitutersusunnyalayanandasarbimbingandankonselingu ntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung. Secaraumumtingkatketercapaiankomitmenbelajarpesertadidikkelas X di SMA PGRI 1 Bandung termasukkategoritinggi, makalayanandasardisusununtuklebihmengembangkankomitmenbelajarpeserta


(35)

88

didik yang belum optimal,

selainitujugauntukmempertahankandanmengembangkankomitmenbelajarpeser tadidik.

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan,

berikutinibeberaparekomendasi yang diharapkandapatmemberikanmasukan yang bermanfaat.

1. Bagi Guru BimbingandanKonseling

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwatingkatkomitmenbelajarsecaraumumter masukkedalamkategoritinggi.Namundalamsetiapaspekdanindikatorterdapattingkat

perkembangan yang berbeda,

artinyapesertadidikbelumseluruhnyadapatmencapaikomitmenbelajar yang optimal padasetiapaspekdanindikatornya.

ProfilperilakukomitmenbelajarapesertadidikSekolahMenengahAtas yang dihasilkanpenelitianinimerupakansalahsatugambaranperkembanganpesertadidikda lam proses pembelajaran

Bagipelaksanalayanan BK SMA PGRI 1 Bandung,

Profiltersebutdapatdimanfaatkansebagaisalahsatutimbangandalamoptimalisasilaya nanbimbingandankonseling di SMA PGRI 1 Bandung.

Padapenelitianini, disampaikanrekomendasikepadapihakpelaksanalayanan

BK SMA PGRI 1 Bandung

beruparumusanlayanandasarbimbingandankonselinguntukmengembangkankomit menbelajarpesertadidiksekolahmenengahatas.Masihdiperlukan basis empiris,

suprastrukturdaninfrastruktur yang

memadaiuntukmendukungditerapkannyarumusanlayanandasartersebut.Untukitu,

pihak BK SMA PGRI 1 Bandung disarankan agar

menempuhtigalangkahsebagaiberikutini.

a. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung

memverifikasisecaramenyeluruhprofilkomitmenbelajarpesertadidik yang dihasilkanpenelitianini.


(36)

89

b. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung

Bandungmelakukanpengukurantingkatkomitmenbelajarpadasetiapjenjangseba gaianalisiskebutuhanpenunjang.

2. BagiPenelitiSelanjutnya

Keterbatasan proses

danhasilpenelitianinitidakdapatdipisahkandariketerbatasanpenyusunskripsidalam

mengelolakegiatanpenelitian. Olehkarenaitu,

kepadapenelitiselanjutnyadirekomendasikanuntuk :

a. Membandingkangambaranumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidiksekol ahmenengahataspadasetiapjenjangkelas, jeniskelaminsertatingkatprestasi, sehinggagambaran yang dihasilkancenderungdinamisdanmenyeluruh. b. Menggunakanpendekatandanmetodepenelitian yang lebihberagam.

Sejauhini, cukupsulitmenemukanhasil-hasilpenelitian yang khususmengenaikomitmenbelajarpadasetiapjenjangpendidikan (SD, SMP, SMA dan PT)


(37)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan. Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Archer, S.L. (editor),. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. London: Sage.

Azwar, S. 2011. PenyusunanSkalaPsikologi. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Azwar, S.2011. SikapManusia (TeoridanPengukurannya). Yogyakarta: PustakaBelajar.

Bandura. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents [online]. Tersediadi : books.google.com. (12062012).

Connecticut School Counselor Association(2000).Connecticut Comprehensive School Counseling Program.Connecticut : CSCA incorporation with CACES and CSDE

Dahar,R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

DepartemenPendidikanNasional (2007).

PenataanPendidikanProfesionalKonselordanLayananBimbingandanKonse lingdalamJalurPendidikan Formal.Bandung :JurusanPsikologiPendidikan FIP UPI Bandung Bekerjasamadengan PB. ABKIN.

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Dimyati&Mudjiono.(2002). BelajardanPembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta. Djamarah, B.S. (2002). PsikologiBelajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Espeland,P&Verdick, E. (2005). Loving to Learn The Commitment to Learning Assets, The Adding Assets Series for Kids. Minneapolis : Free Spirit Publisher.

Handayani, L. (2007). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Komitmen Belajar Siswa. Skripsi : PPB FIP UPI.

Imaddudin, A. (2008). ProgamBimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah. Skripsi: PPB FIP UPI.


(38)

Jumhana, N. (2004). HubunganPolaInteraksiDosenPembimbingDalam Proses

BimbinganAkademikDenganKemandirian Dan

KomitmenBelajarMahasiswa Tuna Netra.Tesispada Program Pascasarjana UPI Bandung :tidakditerbitkan.

Kartini, T. (2004). “Hubungan Pola Interaksi Guru BP dengan Remaja dalam Layanan Bimbingan Karir dan Kemandirian Remaja dengan Eksplorasi

dan Komitmen Identitas Vokasional Remaja AkhirLaporan

penelitian.[online]Tersedia di : www.ditplb.go.id(15052012). KBBI [online] tersedia di: http://kbbi.web.id /[20062012].

Lestari, M.

(2006).KontribusiDisiplinterhadapKedisiplinanSiswadi.Sekolah.Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Mangkunegra.A.P (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Rosda

Marcia, J.E. et al. (1993), Ego Identity, A Handbook for Psychososial Research, New York: Springer-Verlag.

Morrison, T (2001). Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building Through Case Base Learning. Asian Development Bank. Tokyo.

Mu'tadin, Z. (2008). Prilaku Agresi. [Online]. Tersedia: http//:www.e-psikologi.com. [15102012].

Nugraha, A. (2009). Efektivitas Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi: PPB FIP UPI. Nurihasan.J. (2005).Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung

:Refika Aditama.

Pikiran Rakyat (edisi Minggu, 24 Juni 2007). Naik, Siswa Gagal UN. [Online] Tersedia di : www.pikiranrakyat.com (21042012).

Pulaski Community Partners Coalition (2003).Nurture in young people a

commitment to learning.[online] Tersediadi :www.aboutpcpc.org.

(15042012).

Purwanto,N. (1990). Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Remaja Karya.

Saepuloh. (2006). “ Hubungan Antara Status Identitas Agama dengan Ketabahan” Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(39)

Santrock,J.W. 2003. AdolescecePerkembanganRemaja. Jakarta:Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program

BimbinganUntukMengembangkanPerilakuPrososialAnak. Tesispada

Program PascaSarjana BK UPI. Bandung: Tidakditerbitkan. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatifdan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung : ROSDA.

Surya, M. (1996).PsikologiPembelajaran dan Pengajaran.Bandung : Publikasi Jurusan PPB-FIP UPI Bandung.

Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Syamsudin, A.M. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : RemajaRosdakarya. Syamsudin, A.M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda.

Karya.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Th 200.[Online].Tersedia di Http//:www.hukumonline.com.[20112012].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Willis, S. (2005). Remaja dan Permasalahannya. Rosda: Bandung.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung : Rosda. Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :


(1)

Mustika Hidayat, 2013

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanyang

berhubungandengangambarankomitmenbelajardalamrancanganlayanandasarbimbi

ngandankonselinguntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X

SMA PGRI 1 Bandung, makadapatdisimpulkansebagaiberikut:

1. Secaraumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1

Bandungberadapadakategoritinggidalamkomitmenbelajar yang

artinyapesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung

cukupmemilikiKemampuan untuk

menggalipotensidiridaninformasisumberbelajar yang

dipergunakanuntukkepentinganbelajar, memilikiaktivitas yang

terarahpadatujuan yang

realistikdanusahauntukmerealisasikanpencapaianprestasi,

kemampuanmenghadapistresdankemampuanmengendalikanamarahdengantepa tdalam proses pembelajaran, memiliki keterampilan mengidentifikasi orang

lain yang dianggap

suksesdalambelajardandapatmengidentifikasikandiriterhadapprilaku orang lain

yang dianggapsuksesdalambelajar, memilikirencana masa depan

dalampendidikansertakonsistendenganpencapaiantujuanpembelajaran.Namun meskipundemikianmasihterdapatkeberagamantingkatketercapaianhalinidiseba

bkanpesertadidikbelumseluruhnyamencapaitingkatkomitmenbelajar yang

optimal padasetiapaspekdanindikatornya.

2. Hasilakhirpenelitianiniyaitutersusunnyalayanandasarbimbingandankonselingu

ntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung. Secaraumumtingkatketercapaiankomitmenbelajarpesertadidikkelas

X di SMA PGRI 1 Bandung termasukkategoritinggi,


(2)

88

Mustika Hidayat, 2013

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

didik yang belum optimal,

selainitujugauntukmempertahankandanmengembangkankomitmenbelajarpeser tadidik.

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan,

berikutinibeberaparekomendasi yang diharapkandapatmemberikanmasukan yang bermanfaat.

1. Bagi Guru BimbingandanKonseling

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwatingkatkomitmenbelajarsecaraumumter masukkedalamkategoritinggi.Namundalamsetiapaspekdanindikatorterdapattingkat

perkembangan yang berbeda,

artinyapesertadidikbelumseluruhnyadapatmencapaikomitmenbelajar yang optimal padasetiapaspekdanindikatornya.

ProfilperilakukomitmenbelajarapesertadidikSekolahMenengahAtas yang

dihasilkanpenelitianinimerupakansalahsatugambaranperkembanganpesertadidikda lam proses pembelajaran

Bagipelaksanalayanan BK SMA PGRI 1 Bandung,

Profiltersebutdapatdimanfaatkansebagaisalahsatutimbangandalamoptimalisasilaya nanbimbingandankonseling di SMA PGRI 1 Bandung.

Padapenelitianini, disampaikanrekomendasikepadapihakpelaksanalayanan

BK SMA PGRI 1 Bandung

beruparumusanlayanandasarbimbingandankonselinguntukmengembangkankomit

menbelajarpesertadidiksekolahmenengahatas.Masihdiperlukan basis empiris,

suprastrukturdaninfrastruktur yang

memadaiuntukmendukungditerapkannyarumusanlayanandasartersebut.Untukitu,

pihak BK SMA PGRI 1 Bandung disarankan agar

menempuhtigalangkahsebagaiberikutini.

a. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung

memverifikasisecaramenyeluruhprofilkomitmenbelajarpesertadidik yang


(3)

89

Mustika Hidayat, 2013

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung

Bandungmelakukanpengukurantingkatkomitmenbelajarpadasetiapjenjangseba gaianalisiskebutuhanpenunjang.

2. BagiPenelitiSelanjutnya

Keterbatasan proses

danhasilpenelitianinitidakdapatdipisahkandariketerbatasanpenyusunskripsidalam

mengelolakegiatanpenelitian. Olehkarenaitu,

kepadapenelitiselanjutnyadirekomendasikanuntuk :

a. Membandingkangambaranumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidiksekol

ahmenengahataspadasetiapjenjangkelas, jeniskelaminsertatingkatprestasi, sehinggagambaran yang dihasilkancenderungdinamisdanmenyeluruh.

b. Menggunakanpendekatandanmetodepenelitian yang lebihberagam.

Sejauhini, cukupsulitmenemukanhasil-hasilpenelitian yang

khususmengenaikomitmenbelajarpadasetiapjenjangpendidikan (SD, SMP, SMA dan PT)


(4)

Mustika Hidayat, 2013

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan. Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Archer, S.L. (editor),. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. London: Sage.

Azwar, S. 2011. PenyusunanSkalaPsikologi. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Azwar, S.2011. SikapManusia (TeoridanPengukurannya). Yogyakarta:

PustakaBelajar.

Bandura. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents [online]. Tersediadi : books.google.com. (12062012).

Connecticut School Counselor Association(2000).Connecticut Comprehensive School Counseling Program.Connecticut : CSCA incorporation with

CACES and CSDE

Dahar,R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

DepartemenPendidikanNasional (2007).

PenataanPendidikanProfesionalKonselordanLayananBimbingandanKonse lingdalamJalurPendidikan Formal.Bandung :JurusanPsikologiPendidikan

FIP UPI Bandung Bekerjasamadengan PB. ABKIN.

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Dimyati&Mudjiono.(2002). BelajardanPembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta. Djamarah, B.S. (2002). PsikologiBelajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Espeland,P&Verdick, E. (2005). Loving to Learn The Commitment to Learning

Assets, The Adding Assets Series for Kids. Minneapolis : Free Spirit

Publisher.

Handayani, L. (2007). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan

Komitmen Belajar Siswa. Skripsi : PPB FIP UPI.

Imaddudin, A. (2008). ProgamBimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan


(5)

Mustika Hidayat, 2013

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jumhana, N. (2004). HubunganPolaInteraksiDosenPembimbingDalam Proses

BimbinganAkademikDenganKemandirian Dan

KomitmenBelajarMahasiswa Tuna Netra.Tesispada Program Pascasarjana

UPI Bandung :tidakditerbitkan.

Kartini, T. (2004). “Hubungan Pola Interaksi Guru BP dengan Remaja dalam

Layanan Bimbingan Karir dan Kemandirian Remaja dengan Eksplorasi

dan Komitmen Identitas Vokasional Remaja AkhirLaporan

penelitian.[online]Tersedia di : www.ditplb.go.id(15052012).

KBBI [online] tersedia di: http://kbbi.web.id /[20062012]. Lestari, M.

(2006).KontribusiDisiplinterhadapKedisiplinanSiswadi.Sekolah.Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Mangkunegra.A.P (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung : Rosda

Marcia, J.E. et al. (1993), Ego Identity, A Handbook for Psychososial Research, New York: Springer-Verlag.

Morrison, T (2001). Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building

Through Case Base Learning. Asian Development Bank. Tokyo.

Mu'tadin, Z. (2008). Prilaku Agresi. [Online]. Tersedia: http//:www.e-psikologi.com. [15102012].

Nugraha, A. (2009). Efektivitas Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan

Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi: PPB FIP UPI.

Nurihasan.J. (2005).Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :Refika Aditama.

Pikiran Rakyat (edisi Minggu, 24 Juni 2007). Naik, Siswa Gagal UN. [Online] Tersedia di : www.pikiranrakyat.com (21042012).

Pulaski Community Partners Coalition (2003).Nurture in young people a

commitment to learning.[online] Tersediadi :www.aboutpcpc.org.

(15042012).

Purwanto,N. (1990). Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Remaja Karya.

Saepuloh. (2006). “ Hubungan Antara Status Identitas Agama dengan Ketabahan” Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI


(6)

Mustika Hidayat, 2013

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Santrock,J.W. 2003. AdolescecePerkembanganRemaja. Jakarta:Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program

BimbinganUntukMengembangkanPerilakuPrososialAnak. Tesispada

Program PascaSarjana BK UPI. Bandung: Tidakditerbitkan. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatifdan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung : ROSDA.

Surya, M. (1996).PsikologiPembelajaran dan Pengajaran.Bandung : Publikasi Jurusan PPB-FIP UPI Bandung.

Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Syamsudin, A.M. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : RemajaRosdakarya. Syamsudin, A.M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda.

Karya.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Th 200.[Online].Tersedia di Http//:www.hukumonline.com.[20112012].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Willis, S. (2005). Remaja dan Permasalahannya. Rosda: Bandung.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung : Rosda. Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :