PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION

(STAD) DALAM

KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Cibanteng Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)

SEKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Besar Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ELIN

0908171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PENERAPAN COOPRATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cibanteng Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat )

Oleh ELIN NIM : 0908171

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© ELIN2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)

Oleh ELIN NIM : 0908171

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing I

Drs. Dede Somarya, M.Pd

NIP. 19580305 198403 1 002 Pembimbing II

Drs. Muslim, M.Pd

NIP. 19640606 199003 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


(4)

(5)

Elin , 2013

Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ELIN NIM : 0908171

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Latar belakang dari penelitian ini adalah kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan perolehan nilai yang masih rendah. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Cooperative Learning tipe STAD yang terdiri dari lima tahapan yaitu, tahap persiapan, tahap penyajian materi, tahap kegiatan kelompok, tahap tes hasil belajar dan tahap penghitungan skor. Penelitian ini difokuskan pada situasi kelas yang lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan materi energi panas pada siswa kelas IV SDN Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat dan subjek dalam penelitian ini sebanyak 32 orang siswa. Penelitian terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas satu tindakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, lembar evaluasi, lembar pengamatan proses, dan kamera foto. Data penelitian akan disajikan secara deskriptif kualitatif yang diperoleh dari hasil analisis dan refleksi dari setiap tindakan. Beberapa temuan esensial yang ditemukan dalam peneltiain ini adalah (1) Adanya perbedaan pendapat antar siswa dalam kegiatan diskusi (2) Aktivitas siswa dalam setiap siklus mengalami peningkatan, aktivitas siswa diluar kegiatan pembelajaranpun semakin berkurang (3) Adanya ketertarikan siswa pada alat percobaan. Kesimpulan yang didapat dari peneltiain ini adalah dapat diketahui langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD yaitu tahap persiapan, tahap penyajian materi, tahap kegaitan kelompok, tahap tes hasil belajar dan tahap penghitungan skor. Aktivitsas dan hasil belajar siswa mengenai materi energi panas dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD mejadi lebih meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dibandingkan pada pra siklus, dari 56,25% menjadi 71,8%, pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat dari 60,31% menjadi 81,20%. Dengan demikian penerapan Cooperative Learning tipe STAD direkomendasikan kepada guru atau peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu alternative


(6)

Elin , 2013

Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep

model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

THE APPLICATION OFCOOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI

PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ELIN NIM : 0908171

ABSTRACT

This study was conducted as an effort to find out the lesson, student activities and student learning outcomes in science teaching in primary schools. The background of this research is the lack of activity in the learning process and the acquisition value is still low. Learning model used in this study is STAD Cooperative Learning consists of five stages, namely, the preparation stage, the stage presentation of the material, phase of the group's activities, stage and phase of achievement test scores counting. This study focused on the classroom situation, better known as Classroom Action Research (CAR), with the material of heat energy in the fourth grade students of SDN Cibanteng Saguling District of West Bandung regency and the subjects in this study were 32 students. The study consisted of two cycles, each cycle consisting of one action. Data collection techniques in this study conducted using observation sheets, questionnaires, field notes, evaluation sheet, the sheet observations, and camera. The research data will be presented in descriptive qualitative results obtained from analysis and reflection of each action. Some of the essential findings were found in this peneltiain is (1) The difference of opinion among the students in the discussion (2) Activities of students in each cycle has increased, student activities outside activities decreases pembelajaranpun (3) The interest of students in the experimental apparatus. The conclusion of this is knowable peneltiain learning steps STAD Cooperative Learning the preparation stage, the stage presentation of the material, credible form of group stages, phases and stages of achievement test scores counting. Aktivitsas and students about the material thermal energy by using the application form the STAD Cooperative Learning more increased. In the first cycle, the average value of students has increased compared to pre-cycle, from 56.25% to 71.8%, the second cycle students' average score increased from 60.31% to 81.20%. Thus the application of cooperative learning STAD recommended to the teacher or researcher can then be used as one alternative


(7)

Elin , 2013

Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep

learning model for improving the activity and student learning outcomes, so that learning becomes more meaningful.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR GAMBAR……… vi

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GRAFIK……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 7

C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ……….……. 8

D.Definisi Operasional ……… 9

E. Hipotesis Tindakan ……… 10

BAB II PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION (STAD) A.Penerapan Cooperative Learning …..……… 11

B. Teori Belajar Mendukung Penerapan Cooperative Learning…………. 19

C.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ………. 20

D.Pembelajaran Konsep Energi Panas ……….. 22

E. Energi Panas dan Sumber-sumberya ……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ……….. 31

B. Model Penelitian ……… 33

C.Subjek Penelitian ……….. 34

D.Prosedur Penelitian ……… 34

E. Instrument Penelitian ……… 41

F. Pengolahan Data dan Anasilis Data ……….. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ………. 47


(9)

B. Pembahasan Penelitian ………. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ………. 69

B. Saran ………. 70

DAFTAR PUSTAKA ……… 72

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……… 74


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau disebut juga dengan sains merupakan pelajaran yang sudah dikenalkan sejak SD. Banyak orang menganggap bahwa IPA merupakan mata palajaran yang membosankan. Padahal, sebenarnya pembelajaran IPA sangat menyenangkan apabila pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. meskipun demikan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salahasatunya adalah penggunaan metode dan media pembelajaran yang disajikan secara tidak tepat.

Menutur Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaraanya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam skitar secara ilmiah. Pendidikan sains diharahkan untuk


(11)

inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau lingkungan sekitar.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan. Menurut Powler (Samatowa, 2006 : 2) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis tersusun secara teratur, berlaku umum, berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Untuk itu IPA berperan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam kerja ilmiah seperti melakukan keterampilan observasi, mengklasifikasi, menginterprestasi, memprediksi, membuat hipotesis, mengendalikan variable, eksperimen, mengaplikasi serta mengkomunikasikan.

Dalam GBPP pendidikan dasar (Depdikbud, 1994) dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah : (1) Memahami konsep IPA, (2) Memiliki keterampilan proses (3) Bersikap ilmiah (4) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam semesta dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (5) Memupuk rasa cinta terhadap alam semesta dan menyadari kebebasan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyapa, 2007:111), tujuan pelajaran IPA di SD adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya


(12)

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memcahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Pembelajaran IPA saat ini sesuai dengan tujuan IPA, lebih menitikberatkan pada proses aktif siswa dalam belajar dari pada gurunya, sehingga hasil belajar tidak bergantung pada apa yang diberikan oleh guru, tetapi dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati oleh siswa dalam mengolah dan mengkorelasikan informasi tersebut berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelunrnya.

Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator yang selalu membimbing dan mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengacu kepada bagian-bagian yang paling utama dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini


(13)

dapat melatih siswa untuk menyampaikan gagasan dan memberikan respon yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan. Semakin dan terarah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan maka semakin memberi peluang kepada siswa untuk secara baik membangun pengetahuan baru.

Pembelajaran IPA juga harus sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget (Mikarsa, 2007: 69) bahwa tahap perkembangan kognitif individu melewati empat tahapan, yaitu;

1. Tahap Sensor Motor (+ 0 - 2 tahun) 2. Tahap Praoperasional ( + 2 - 7 tahun) 3. Tahap Operasional Konkrit ( ± 7 - 12 tahun) 4. Tahap Operasional Formal ( ± 12 - 15 tahun)

Setiap individu mengalami perkembangan melalui tahapan-tahapan tersebut, namun kadang kecepatan perkembangan setiap individu itu selalu berbeda tergantung pada proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif setiap individu. Usia anak sekolah dasar umumnya berada pada tahap operasional konkrit artinya siswa berfikir atas dasar pengalaman nyata (konkrit).

Berdasarkan pengalaman peneliti di SDN Cibanteng Desa Saguling Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat didapati bahwa pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA belum maksimal. Hal ini terlihat randahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga siswa cenderung tidak aktif. Gejala-gejala tersebut


(14)

ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa seperti : 1) sering mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering keluar masuk kelas. 2) rendahnya prestasi belajar siswa pada materi energi panas, hal tersebut dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi hanya 11 orang dengan nilai 68 ke atas dari 32 orang siswa, hal ini menunjukkan siswa yang masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70 masih rendah. Hal ini dikarenakan di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat sederhana sehingga siswa kurang termotivasi dengan materi pembelajaran yang berakibat pada perolehan nilai yang masih rendah.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran IPA diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang ditunjang oleh media pengajaran yang bersifat konkrit. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA untuk konsep energi panas adalah penerapan Cooperative Learning tipe STAD dimana anak dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan pengembangan penerapan cooperative learning

diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik dan meningkatkan hasil belajar.

Adapun yang melatar belakangi mengambil penerapan cooperative learning dikarenakan adanya pembelajaran yang monoton, sehingga aktivitas siswa kurang berkembang. Banyaknya siswa dengan jumlah 32 orang


(15)

timbulnya sifat keegoisan dari diri siswa pada waktu belajar, sehingga peneliti mencoba melakukan perubahan pada iklim pembelajaran dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD dalam konsep energi panas.

Penerapan Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara struktur dalam kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah (Karli dan Yuliartiningsih; 2002).

Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Belajar cooperative juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran yaitu teman sebaya (tutor sebaya). Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil terstruktur dengan baik. Belajar dengan cooperatvie bisa dilakukan dengan metode diskusi, dengan kata lain penerapan Cooperative Learning bisa dilakukan dengan cara berdiskusi baik dengan bimbingan guru maupun dengan tutor sebaya.

Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa guru dalam mengajar harus merancang program pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek


(16)

kebersamaan siswa sehingga mampu mengkondisikan dan menyatukan kegiatan belajar siswa dalam interaksi yang aktif, interaktif dalam suasana kebersamaan bukan saja di dalam kelas tetapi juga di luar lingkungan kelas, keharmonisan dalam pembelajaran dapat terwujud bila masing-masing mau terbuka, mau mendenganr dan saling memahami kekurangan serta kelebihan orang lain, menyadari bahwa hal-hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil, jadi guru dapat memulainya dari muali anak-anak duduk di sekolah dasar melalui proses pembelajaran.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran konsep energi panas dengan menggunakan penerapan Cooperative Leraning tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran konsep energi panas dengan menggunakan Penerapan Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

3. Seberapa besarkah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang konsep energi panas di SD dengan menggunakan penerapan

Cooperative Learning tipe STAD?

C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


(17)

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model

Cooperative Learning sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD.

b. Tujuan Khusus :

1. Untuk membedakan gambaran tentang perencanaan pembelajaran dengan penerapan Cooperative Learning tipe STAD pada materi energi panas.

2. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran energi panas dengan menggunakan penerapan

Cooperative Learning tipe STAD.

3. Untuk mengetahui gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran energi panas dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peserta Didik;

1. Menumbuhkan sikap kerjasama dengan teman satu kelompok semakin berkembang yang dapat menimbulkan pengaruh positif.

2. Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. 3. Motivasi belajar siswa semakin meningkat.


(18)

b. Bagi Guru;

1. Dapat menambah wawasan pemahaman dalam pembelajaran dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD.

2. Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

3. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar akan semakin meningkat.

4. Mendapatkan pengalaman kepada guru dalam mencari solusi pada permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Bagi Peneliti;

1. Mengetahuai masalah dan cara penyelesiannya.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian. 3. Menembah pengalaman menulis karya ilmiah.

d. Bagi Lembaga Pendidikan

1. Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu.

2. Diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang professional


(19)

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan istilah tertentu dari judul penelitian.

1. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dimana suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama yang lainnya (Tim MK PBM, 2004:218). 2. STAD (Student Team Achievment Division) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif dengan tahapan pembelajaran yaitu penyajian materi, kegiatan kelompok, test, perhitungan skor perkembangan individu, pemberian penghargaan kelompok.

3. Energi Panas adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena suhunya. Energi panas (atau hanya panas) adalah suatu bentuk energi yang ditransfer diantara partikel dalam suatu zat (atau system) dengan menggunakan energi kinetik pertikel tersebut.

4. Hasil belajar adalah pengetahuan keterampilan dan sikap siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Bloom (Supratman, 1996:126)

E.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut; “Jika pembelajaran materi energi panas di Kelas IV Sekolah Dasr dibelajarkan dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD, maka hasil belajar siswa akan meningkat.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah bentuk penelitian yang reflekstif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto, 1997:4). Pendapat senada dikemukakan oleh Carr dan Kemmis (Wardani dkk, 2003:1,4) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dengan demikian melalui penelitian tindakan kelas dilakukan refleksi pembelajaran dengan melakukan tindakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini disusun atas dasar kekurang puasan guru terhadap hasil pembelajaran siswa yang dilakukan sebelumnya.

Dalam penelitian tindakan kelas, peneltian difokuskan pada situasi kelas, dimana guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tindakan yang direcanakan, dilaksanakan, dan kemudian dievaluasi untuk memperoleh umpan balik mengenai apa yang selalu dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga guru dapat merancang perbaikan proses pembelajaran. Dalam


(21)

pelaksanaanya guru terlibat penuh secara langsung, baik dalam proses perencaan, tindakan observasi maupun refleksi pembelajaran.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran, perbaikan dalam pelayanan pembelajaran, memperbaiki dan meningkatkan layanan professional guru dalam menangani kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan tujuan tersebut, maka secara tidak langsung melalui penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan professionalisme guru terhadap proses pembelajaran.

Peneliti mengambil penelitian ini karena hasil penelitian langsung bisa diterapkan untuk mengatasi masalah yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Selain itu prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas yang dapat dilakukan di kelas sendiri tanpa harus mengganggu tugas pokok sebagai guru. Selanjutnya prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas tersebut meliputi:

1. Tidak mengganggu komitmen belajar,

2. Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus, 3. Metode pemecahan masalah realibel, dan

4. Permasalahan berorientasi pada pemecahan masalah guru dalam tugas keseharian (Ridwan S.,2002)

Dalam penelitian ini fokusnya adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sejalan dengan permasalahan yang dihadapi peneliti yang notabene sebagai guru kelas, maka untuk memecahkan masalah yang dihadapi dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan kajian teori pembelajaran, strategi belajar mengajar, dan teori pembelajaran IPA serta sumber lain yang mendukung.


(22)

B.Model Penelitian

Model penelitian kelas ini merujuk pada model penelitian tindakan kelas Kemmis dan MC Taggart (Hermawan et al 2007:235) yang menguraikan bahwa tindakan yang digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dari aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Model penelitian tindakan kelas yang dimaksud sebagari berikut:

Identifikasi Masalah Siklus I Menyusun rencana (planning) Tindakan I Tindakan I  Pelaksanaan pembelajaran materi sumber energi panas

Siklus II Menyusun rencana

(planning) Tindakan I

Refleksi Tindakan I 1. Analisis Temuan 2. Analisis

Pendekatan Pembelajaran 3. Analisis PBM

Observasi (Pengamatan) / Pengumpulan Data I Tindakan I  Pelaksanaan pembelajaran dengan materi perpindahan energi panas (konveksi, konduksi dan radiasi) Observasi (Pengamatan) / Pengumpulan Data I

Refleksi Tindakan II 1.Analisis temuan 2.Analisis

pendekatan temuan pembelajaran 3.Analisis PBM

HASIL

Bagan 3.1


(23)

Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti gambar di atas adalah penelitian yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dimulai dari rancana (planning), kemudian tindakan (acting), dilanjutkan dengan observasi (observing), dari tindakan yang telah dilakukan dan yang terakhir adalah refleksi (reflecting). Jika pada siklus pertama penelitian tersebut kurang baik, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua dengan memperbaiki pada tahap perencanaan yang pertama. Siklus tersebut akan berhenti dengan penelitian yang dilakukan dirasa cukup.

C.Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibanteng Desa Saguling Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Dilihat dari segi intelektual siswa kelas IV ini normal, namun dengan latar belakang keluarga yang berbeda maka dalam pembelajaran pun hasilnya bervariatif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan energi panas dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD.

D.Prosedur Penelitian

Penelitian PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Apabila dua siklus yang dilaksanakan belum dapat mengatasi masalah maka akan dilakukan tindakan


(24)

perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun perencanaan yang dibuat dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Perancanaan Siklus I

Dalam perencanaan siklus I, peneliti menyusun rencana tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan penelitian. Rencana ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Menetapkan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan digunakan yaitu sumber-sumber energi panas.

b. Menetapkan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang sudah ada, agar tidak menganggu proses belajar mengajar yang sudah berlangsung. Penelitian dilakukan pada hari Kamis tanggal 25 April 2013.

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi sumber-sumber energi panas dan benda-benda konduktor.

d. Merumuskan lembar pengamatan untuk guru dan siswa (terlampir). e. Merumuskan dan membuat alat penelitian berupa LKS dan soal evaluasi

(preetes dan postes) untuk tes tertulis (terlampir). f. Menyusun lembar catatan lapangan.

g. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan observer, agar pelaksanaan penelitian terselenggara dengan baik.


(25)

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai peneliti, tetapi dalam proses observasi guru dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan beberapa alat instrument penelitian yaitu LKS, lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, serta hasil tes belajar.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Tahapan awal SiklusI

(1) Guru mengkondisikan siswa untuk berdoa dan menyiapkan alat belajar.

(2) Guru membagikan soal pretes kemudian siswa mengisinya.

(3) Guru melakukan apresepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa. (4) Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran yaitu agar peserta

didik dapat menyebutkan sumber-sumber energi panas

b. Tahap Inti Siklus I

(1) Guru melakukan Tanya jawab tentang sumber-sumber energi panas dan cara perpindahan panas.

(2) Guru membentuk siswa ke dalam enam kelompok masing-masing terdiri 5-6 orang.

(3) Guru membimbing siswa untuk mengindentifikasi sumber-sumber energi panas


(26)

(4) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan mereka melalui kegiatan observasi terhadap lingkungan sekitar sekolah, kemudian mempresentasikan di depan kelas secara berkelompok.

(5) Berdasarkan pengamatan, peserta didik bersama guru membuat kesimpulan tentang sumber-sumber energi panas.

(6) Guru memberikan koreksi terhadap jawaban dan pendapat siswa.

c. Tahap Akhir Siklus I

(1) Guru membantu siswa untuk merekleksi terhadap kegiatan belajar siswa yang telah dilakukan.

(2) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil proses pembelajaran.

(3) Guru memberikan soal evaluasi berupa soal postes.

(4) Guru memberikan perbaikan dan pengayaan kepada siswa yang belaum mencapai kompetensi disesuaikan dengan kebutuhan siswa. (5) Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

d. Observasi

Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat selaku observer untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa selam proses pembelajaran berlangsung, selanjutnya bersama-sama mendiskusikan temuan-temuan yang didaptkan berdasarkan hasil observasi oleh observer dan


(27)

merencanakan kebali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai penelitian yang diharapkan.

e. Refleksi

Refleksi tehadap pelaksanaan siklus I didasarkan pada hasil, baik pengamatan selama kegaitan pembelajaran maupun perolehan nilai siswa. Bersama-sama dengan observer peneliti menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran siklus I. untuk keperluan analisis dilakukan kegiatan memeriksa dan mengkaji hasil belajar siswa pada siklus I. hasil refleksi ini digunakan untuk mengevaluasi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan. Adapun kekurangan dan kelebihan selama pelaksanaan tindakan menjadi bahan rekomendasi dan revisi pada perencanaan dan pelaksanaan tindakan berikutnya.

1. Perencanaan Siklus II

Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus pertama. Penelitian ini mengkaji lebih lanjut komponen pembelajaran yang telah disusun sesuai hasil evaluasi dari siklus pertama, selanjutnya apabila hasil dari pelaksaaan pertama belum sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan penelitian ini, untuk itu dilakukan tindakan siklus II, adapaun tahapan-tahapannya sama dengan siklus pertama, yaitu perencanaan, pelaksanaan, obeservasi, dan refleksi.


(28)

Perencanaan membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. berdasarkan refleksi yang dilakukan siklus I, maka dibuat perbaikan pembelajaran untuk siklus II dengan materi perpindahan atau perambatan panas yaitu konveksi, konduksi dan radiasi.

Adapun tahapan perencaan siklus II yang dilakukan peneliti secara konkrit adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan kompetensi dasar serta materi pokok perpindahan atau perambatan panas.

b. Menetapkan jadwal penelitian yaitu pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi perpindahan atau perambatan panas melalui benda cair dan udara (konveksi).

d. Merumuskan lembar pengamatan untuk guru dan siswa (terlampir). e. Merumuskan dan membuat alat penelitian berupa LKS dan soal evaluasi

(preetes dan postes) untuk tes tertulis (terlampir). f. Menyusun lembar catatan lapangan.

g. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan observer, agar pelaksanaan penelitian terselenggara dengan baik.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan penjelasan dan nasihat pada siswa agar dalam kegiatan pembelajaran yang akan


(29)

dilaksanakan, menunjukkan sikap ingin tahu dan bekerjsama secara berkesinambungan, mempunyai rasa percara diri, jangan takut salah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, dalam menjawa soal harus teliti tidak boleh tergesa-gesa karena semua itu akan berdampak pada nilia akhir pada pembelajaran.

Dijelaskan pula agar semua siswa saling menghargai perbedaan pendapat, saling membantu dan selalu disiplin dalam belajar sehingga dapat mengerjakan tugas tepat waktu. Guru juga memeriksa alat percobaan dan mengatur tempat duduk siswa supaya semua siswa dapat mengamati berlangsungnya percobaan, karena alat percobaannya terbatas.

3. Observasi

Pada tahap ini peneliti bersama observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran baik aktivitas guru maupun siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer ditulis pada lembar ovservasi yang telah disediakan

4. Refleksi

Tahapan ini merupakan tahapan pengkajian tindakan yang dilakukan untuk menyempurnakan kekurangan pada sikus sebelumnya. Hasil observasi, hasil evaluasi pembelajaran, dan aktivitas siswa selama peroses pembelajaran berlangsung direfleksi sehingga dapat mengukur keberhasilan siswa, mengetahuai kekurangan dan kelamahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran, dan untuk mengukur peningkatan proses pembelajaran


(30)

apakah proses pembelajarajan siklus II telah mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana telah dirumuskan pada tahapan sebelumnya.

Selain itu guru dapat merefleksi diri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah terprogram. Untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan sesuai yang diharapkan.

E.Instrument Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan data yang otentik dan sistematis. Untuk mendapatkan data yang otentik dan sistematis tersebut diperlukan alat pengumpul data yang tepat sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Instrument yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk merekam yang terjadi saat kegiatan pembelajaran, melalui lembar observasi dapat tergambar tampilan siswa dan guru secara langsung dalam keadaan sebenarnya. Lembar observasi juga berguna untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki untuk pertemuan berikutnya.


(31)

Lembar wawancara merupakan suatu kegiatan dialog atau percakapan yang dilakukan peneliti dengan siswa dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran. Lembar wawancara berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa mengenai ketertarikan, kesulitan, dan aktivitas selama pembelajaran berlangusng. Dari hasil wawancara tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang terjadi, apa yang didengar, dan apa yang dirasakan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat data kualitatif yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, baik yang bersifat negative maupun yang bersifat positif yang dilakukan siswa dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir.

d. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siwa (LKS) yang dimaksudkan dalam penelitian kelas ini adalah berupa panduan siswa untuk melaksanakan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Kegiatan siswa dalam menyelesaikan LKS dipantau oleh observer serta guru sebagai peneliti. Dari hasil LKS guru bisa merefleksikan sejauh mana LKS dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep.


(32)

Lembar evaluasi merupakan instrument yang digunakan dan dilaksanakan secara individu pada setiap akhir tindakan. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur kemampuan setiap siswa dalam memahami konsep yang telah dipelajari.

f. Dokumentasi

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Maka diperlukan alat yang dapat diandalkan. Alat yang tepat untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut adalah kamera foto. Sebagai alat yang cukup efektif dan efesian, kamera foto digunakan untuk memotret situasi proses pembelajaran yang hasilnya dapat dilampirkan dalam penelitian sebagai bukti pembelajaran dalam penelitian benar-benar dilaksanakan.

F. Pengolahan dan Anaisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang berfungsi untuk merekam peristiwa yang rerjadi selama pembelajaran berlangsung dengan sebenar-benarnya. Menurut Soedarsono (1997:16). Observasi adalah mencatat data dengan mengamati dampak proses belajar mengajar. Jadi selama tindakan berlangsung, hal-hal yang diteliti bisa teramati dari beberapa aspek, baik


(33)

aspek yang meliputi proses pembelajaran, guru siswa, ataupun situasi kelas pada saat kegiatn pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung antara peneliti dengan sumber data (siswa). Wawancara ini dilakukan dengan memberikan beberapa pretanyaan yang telah ditentukan oleh peneliti. Siswa yang dipilih oleh peneltiti adalah siswa yang dianggap bermasalah dan memiliki keunggulan. Hasil wawancara ini digunakan sebagai data atau informasi yang dianalisis secara kualitatif.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah cataan peneliti yang muncul di luar dugaan selama pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang terjadi diluar lembar pengamatan / observasi yang telah dibuat. Catatan yang diperoleh dapat dijadikan temuan yang bermanfaat bagi peneliti untuk perbaikan terhadap tindakan selanjutnya.

d. Evaluasi

Evaluasi digunakan untuk memperoleh informasi atau data mengengai hasil belajar yang dicapai secara individual setelah dilakukan kegiatan pembelajaran. Data hasil tes yang diperoleh pada setiap siklus melalui alat tes, kemudian diberi skor untuk setiap item. Soal uraian yang benar diberi bobot soal sesuai dengan kualitas jawabannya. Setelah menilai setiap siswa


(34)

kemudian menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk melihat sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Data hasil observasi yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai bahan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran. Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan pengolahan data, adapaun teknik pengolahan data tersebut sebagai berikut:

Rumusan menghitung nilai siswa :

N =

X 100

Rumusan mengitung nilai rata-rata siswa :

X = ∑ Keterangan : X = Rata-rata

∑x = Jumlah keseluruhan nilai yang diperoleh N = Banyak data (Siswa)

Tabel 3.1

Kategori Nilai Rata-rata Siswa

Nilai Kategori

90 – 100 A (Sangat Baik) 75 – 89 B (Baik)

55 – 74 C (Cukup) 40 – 54 D (Kurang)


(35)

0 – 39 E (Kurang Sekali)

e. Lembar Kerja Siswa

Untuk mengetahui pemahman siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajran secara berkelompok melalui penerapan Cooperative Lerning tipe STAD. Rata-rata hasil lembar kerja siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

X = ∑

Keterangan :

X = Nilai rata-rata

∑N = Total nilai yang diperoleh

n = Banyaknya item yang dinilai

2. Analisis data

a. Pensekoran

Kriteria penilaian pada postes siklus I dan siklus II adalah setiap soal memiliki bobot skor sebesar 20 sehingga skor keseluruhan sebesar 100.

b. Pengujian Keberhasilan

Kriteria yang menjadi panduan untuk menguji keberhasilan menggunakan Pedoman Kriteria Penguasaan dari Sabino (1987)

Tabel 3.2

Daftar Kategori Perolehan Prosentase KKM Siswa

Prosentase KKM Kategori


(36)

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diutarakan, kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakana penerapan

Cooperative Learning tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, tahap ini ditempu dengan mempersiapkan terlibih dahulu alat-alat pengamatan/percobaan yang akan digunakan pada saat kegiatan kelompok, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan tanya jawab (apresepsi) untuk mengetahui konsep awal siswa/pengetahuan awal siswa terhadap materi pembelajaran.

b. Tahap penyajian materi, pada tahap ini guru membimbing dan mengarahkan siswa pada pembelajaran yang talah dipersiapkan.

c. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini siswa secara berkelompok mengerjakan LKS sesuai dengan perintah yang telah dibuat dengan memperhatikan aturan-aturan yang telah disepakati.

d. Tahap tes hasil belajar, pada tahap ini guru melakukan penelitian sikap ilmiah dan keterampilan sains dilakukan pada saat proses kerja kelompok.

e. Tahap penghitungan skor, pada tahap ini dilakukan oleh guru pada saat melakukan penilaian diakhir pembelajaran.


(38)

2. Aktivitas siswa selama pembelajaran terhadap konsep energi panas dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD mejadi lebih bermakna. Dalam kegiatan kelompok semua anggota kelompok ikut terlibat aktif dan bekerjasama dalam diskusi. Siswa mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapat, keberanian untuk maju ke depan secara bergiliran dan tumbuh rasa tenggung jawab terhadap kelompoknya.

3. Pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya melalui penerapan

Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pernyataan tersebut didasarkan atas adanya peningkatan keterampilan sains siswa, sikap ilmiah siswa serta adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya dalam proses pembelajaran keterampilan sains siswa yang berkembang antara lain dengan aspek keterampilan mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan dan mengaplikasikan sikap ilmiah siswa juga mengalami peningkatan selama dan setelah pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata dari hasil pretes postes siswa dari tiap siklusnya. Siklus I sebesar 71.8, siklus II 81.20. Hal ini menunjukkan pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning

tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat sebagai berikut:


(39)

1. Guru hendaknya memperhatikan dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang sistematis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan diterapkan serta mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran agar siswa lebih memahami konsep dan tidak bersifat verbalisme.

2. Dalam pembelajaran sains penerapan Cooperative Learning tipe STAD dapat dijadikan salah satu alternative yang dapat diterapkan, guna mengaktifkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran konsep energi panas. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang relevan yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik, guru hendaknya melakukan penilaian tindakan kelas sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui kegiatan refleksi dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning. Dan dalam menerapkan suatu model pembelajaran, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan sekolah, sehingga hasil belajar siswa yang didapatkan akan lebih maksimal.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.

Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas

Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.

Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media

Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD

Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia :

http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013] Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo

Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.

Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur

Sudjana-Ibrahim N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo


(41)

Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Dirjen Dikti Depdikbud, IKIP Yogyakarta

Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI

Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013] Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD

kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara

Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud

Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.

Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas

Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.

Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media

Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD

Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia :

http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013] Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo

Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.

Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur

Sudjana-Ibrahim N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sutardi Didi, dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Dirjen


(43)

Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI

Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013] Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD

kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara

Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud

Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :


(1)

2. Aktivitas siswa selama pembelajaran terhadap konsep energi panas dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD mejadi lebih bermakna. Dalam kegiatan kelompok semua anggota kelompok ikut terlibat aktif dan bekerjasama dalam diskusi. Siswa mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapat, keberanian untuk maju ke depan secara bergiliran dan tumbuh rasa tenggung jawab terhadap kelompoknya.

3. Pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya melalui penerapan Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pernyataan tersebut didasarkan atas adanya peningkatan keterampilan sains siswa, sikap ilmiah siswa serta adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya dalam proses pembelajaran keterampilan sains siswa yang berkembang antara lain dengan aspek keterampilan mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan dan mengaplikasikan sikap ilmiah siswa juga mengalami peningkatan selama dan setelah pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata dari hasil pretes postes siswa dari tiap siklusnya. Siklus I sebesar 71.8, siklus II 81.20. Hal ini menunjukkan pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(2)

1. Guru hendaknya memperhatikan dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang sistematis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan diterapkan serta mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran agar siswa lebih memahami konsep dan tidak bersifat verbalisme.

2. Dalam pembelajaran sains penerapan Cooperative Learning tipe STAD dapat dijadikan salah satu alternative yang dapat diterapkan, guna mengaktifkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran konsep energi panas. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang relevan yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik, guru hendaknya melakukan penilaian tindakan kelas sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui kegiatan refleksi dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning. Dan dalam menerapkan suatu model pembelajaran, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan sekolah, sehingga hasil belajar siswa yang didapatkan akan lebih maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.

Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas

Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.

Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media

Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD

Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia :

http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013] Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo

Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.

Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur


(4)

Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Dirjen Dikti Depdikbud, IKIP Yogyakarta

Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI

Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013] Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD

kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara

Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud

Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.

Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas

Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.

Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media

Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD

Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia :

http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013] Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo

Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.

Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur


(6)

Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI

Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013] Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD

kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara

Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud

Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

PENERAPAN STRATEGI STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Strategi Student Team Achievement Devision (Stad) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas III SDN 2 Brajan Prambanan Klaten.

0 1 15

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 36

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA ARAB SISWA.

0 0 56

Penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam belajar ekonomi.

0 3 299

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

0 0 7