PENERIMAAN TERHADAP PASANGAN DAN RELIGIUSITAS SEBAGAI KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH MELALUI PROSES TA’ARUF : Studi Kasus Pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Kota Bandung.
PENERIMAAN TERHADAP PASANGAN DAN RELIGIUSITAS
SEBAGAI KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN
YANG MENIKAH MELALUI PROSES
TA’ARUF
(Studi Kasus Pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Aji Samba Pranata Citra 0901779
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Oleh
Aji Samba Pranata Citra 0901779
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
© Aji Samba Pranata Citra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
(3)
(4)
(5)
Aji Samba Pranata Citra, 2013
ABSTRAK
Aji Samba Pranata Citra (0901779). Penerimaan Terhadap Pasangan dan Religiusitas Sebagai Kepuasan Pernikahan pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf (Studi Kasus pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Kota Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2013.
Pada umumnya setiap orang akan mengalami fase dimana mereka memiliki pasangan dalam hidupnya melalui ikatan yang sah yaitu pernikahan. Dalam agama Islam khususnya menikah merupakan bentuk ibadah yang wajib dilakukan sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab Al-Qur'an dan juga berdasarkan sunah Nabi Muhammad SAW. Ta’aruf merupakan alternatif pilihan proses menuju pernikahan yang sangat sesuai dengan kaidah dalam agama Islam. Melalui proses ta’aruf kedua calon pasangan yang akan menikah saling bertukar informasi seputar karakteristik diri dan latar belakang keluarga. Proses ta’aruf biasanya dilanjutkan menuju jenjang pernikahan jika kedua calon pasangan merasa cocok dan dapat mencapai kesepakatan untuk menikah. Melalui proses
ta’aruf yang terbilang singkat lalu kemudian dilanjutkan menuju sebuah
pernikahan dibutuhkan kemampuan untuk menerima karakteristik pasangan yang dinikahinya. Karena, sangat mungkin ketika sudah menikah banyak terungkap perilaku baru pada pasangannya. Pasalnya pernikahan bisa saja hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup. Jadi mau tidak mau seseorang harus dapat memberikan toleransi terhadap perilaku pasangannya yang sulit untuk diterima. Penerimaan terhadap pasangan juga tidak terlepas dari tingkat religiusitas seseorang. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan aspek apa saja yang dapat menimbulkan konflik pada suami dan istri. Aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan pada suami dan istri, serta bagaimana peran penerimaan terhadap pasangan dan religiusitas sebagai kepuasan pernikahan pada pasangan.
(6)
Aji Samba Pranata Citra (0901779). Acceptance of spouse and religiosity as a marital satisfaction of spouses who got married through ta'aruf process (a case study of spouse's who has married through ta'aruf process in Bandung). Research Paper. Psychology Departement. Indonesia University of Education. Bandung 2013.
In general, each person will experience a phase where they have a partner in life through legitimate bond that is marriage. In Islam, marriage is a particular form of worship that must be done as Allah SWT says in the Al-Quran and Sunnah by the Prophet Muhammad SAW. Ta'aruf is an alternative process towards marriage that is in accordance with the rules of Islam. Through this process, two candidates of ta'aruf process will exchange information about their personal characteristics and family background. Ta'aruf process usually continues into second stage called marriage if they feel suitable each other and have reached an agreement to marry. Regarding ta'aruf process is fairly short, it requires the ability to accept the characteristics of married couple. Because, quite possibly when they have already married, new behaviors of their couple appear on partner. Regarding marriage is once in a lifetime. So, it means that whether they are able or not, they have to tolerate their partner's behavior who difficult to be accepted. Acceptance of spouse cannot be separated from someone's level of religiosity. The results of this research shows what kind of aspects which can lead husband and wife into conflict. Furthermore, it is found some aspects that contribute to marital satisfaction of husband and wife, the role of the spouse acceptance and religiousness as marital satisfaction in spouses.
(7)
Aji Samba Pranata Citra, 2013
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ... B. Fokus Penelitian ... C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Skripsi ...
1 6 7 7 7 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pernikahan ... B. Kepuasan Pernikahan ... C. Konsep Ta’aruf ... D. Hasil Penelitian Terdahulu ... E. Kerangka Permikiran ...
10 28 40 44 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... B. Instrumen Penelitian ... C. Teknik Pengumpulan Data ...
49 50 59
(8)
F. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Profil Subjek Penelitian ... B. Deskripsi Data atau Penyajian Data ... C. Hasil Penelitian ... D. Pembahasan ...
64 70 70 141
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... B. Saran ...
175 176
DAFTAR PUSTAKA ... 177 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 181
(9)
Aji Samba Pranata Citra, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana dua individu dari dua keluarga yang berbeda bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga yang baru (Santrock, 2003). Fase bersatunya pasangan baru tersebut disahkan dalam hubungan pernikahan.
Pada umumnya setiap orang pasti akan melewati fase pernikahan. Pernikahan seakan-akan menjadi fase yang wajib untuk dilakukan setiap orang di dunia sebagai tanda curahan rasa kasih dan sayang kepada pasangannya. Hampir seluruh agama yang dianut oleh umat manusia juga menyerukan untuk menikah, sama halnya dengan agama Islam. Dalam Islam menikah merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Dalam kitab Al-Qur’an disebutkan:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Ar-rum, 21).
Berdasarkan paparan Q.S Ar-ruum ayat 21 diatas pernikahan merupakan suatu karunia yang telah Allah SWT berikan kepada manusia dengan menciptakan pasangan untuk setiap orang. Allah SWT juga menumbuhkan rasa senang terhadap pasangan kita yang selanjutnya menimbulkan perasaan nyaman, cinta dan kasih sayang. Seluruh perasaan tersebut berbaur dalam kesatuan hubungan pernikahan yang utuh.
Melalui pernikahan manusia dapat menyempurnakan setengah agamanya sehingga dapat menjaga dirinya dari berbagai pelanggaran dengan lebih baik.
(10)
Dalam islam menikah merupakan sunah atau anjuran dari Nabi Muhammad SAW seperti yang disebutkan dalam hadits berikut:
Dari A’isyah RA ia berkata: Rasullulloh SAW bersabda nikah adalah sunahku, barang siapa yang tidak mengerjakan sunahku maka bukan dari kelompokku. Menikahlah kalian sesungguhnya aku bangga karena banyak kaum (pada hari kiamat). Barang siapa yang mempunyai kemampuan (untuk menikah) maka menikahlah, dan barang siapa tidak mampu maka berpuasalah sesungguhnya puasa itu menjadi penahan baginya (HR. Ibnu Majah, Catatan tentang nikah).
Istilah lain yang memiliki pengertian sama dengan pernikahan adalah perkawinan. Pasal 1 dalam UU No.1/1974 tentang perkawinan mendefinisikan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Justice Doris Ling Cohan (dalam Blankenhorn, 2009) mendefinisikan pernikahan sebagai bentuk ekspresi tertinggi dari komitmen dan cinta sepasang yang menikah dan sebagai ekspresi yang unik dari hubungan personal dan cinta yang mendalam diantara pasangan.
Di era modern pada umumnya orang berpacaran, kemudian menuju sebuah pernikahan, tetapi masih ada pasangan yang menikah tanpa melalui proses pacaran yaitu melalui proses ta’aruf. Dalam buku yang ditulis oleh M. Thobroni dan Aliyah A. Munir (2010) mendefinisikan ta’aruf dalam arti luas adalah pendekatan, perkenalan dengan calon suami atau istri dengan cara yang luwes, bisa menyesuaikan dengan kondisi apapun. Tidak mengharuskan calon suami bertemu di rumah calon istri. Pertemuan bisa dilakukan dimana saja dan dalam kesempatan apa saja, dengan syarat tidak ada unsur maksiat dalam pertemuan itu.
Fenomena menikah melalui proses ta’aruf marak terjadi dikalangan mahasiswa yang pada umumnya tergabung sebagai aktivis dakwah islam kampus. Pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf diperbolehkan secara sengaja memilih pasangannya. Pasangan yang dipilih bisa saja teman yang sudah lama
(11)
3
Aji Samba Pranata Citra, 2013
dikenalnya atau seseorang yang baru dikenalnya. Selain itu juga, pasangan yang dipilih bisa juga melalui media jodoh yang dilakukan oleh teman, orang tua atau guru ngajinya.
Proses ta’aruf harus didasarkan untuk ibadah kepada Allah SWT. Ketika melakukan ta’aruf kedua pasangan yang akan saling bertukar informasi mengenai diri harus ditemani oleh pihak ketiga dan sangat tidak diperbolehkan melakukan pembicaraan berdua saja. Berbeda halnya dengan pacaran yang pada umumnya melakukan kegiatan bersama merupakan suatu hal yang biasa dan ketika berkencan tanpa harus ditemani oleh pihak ketiga sudah merupakan hal yang wajar.
Proses menuju pernikahan dengan cara ta’aruf berbeda dengan pacaran. Banyak hal tidak didapatkan pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf dibandingkan dengan pasangan yang menikah melalui proses pacaran. Tetapi bukan sesuatu hal yang mutlak jika salah satu diantara dua proses tersebut lebih baik. Karena diantara pacaran dan proses ta’aruf masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap kontribusinya terhadap kelanggengan suatu hubungan pernikahan dan terhadap kepuasan pernikahan.
Adams dan Alexander (dalam Ponzetti, 2003) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai perasaan seseorang pada pasangannya terhadap hubungan dalam pernikahannya. Hal ini erat kaitannya dengan perasaan bahagia yang dirasakan seseorang dari hubungan pernikahan yang dijalaninya. Emily A. Stone and Todd K. Shackelford (2007) menyatakan bahwa kepuasan pernikahan sangat ditentukan oleh segala sesuatu yang diterima dan berbagai hal yang dikorbankan oleh seseorang dalam hubungan pernikahannya.
Seiring berjalannya waktu kepuasan pernikahan seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan usia pernikahannya. Setelah pasangan individu antara laki-laki dan wanita memasuki jenjang pernikahan, bukan berarti mereka
(12)
akan dapat langsung mewujudkan kebahagiaan, seperti yang diimpikan sewaktu mereka belum menikah atau masa pacaran. Mereka mau tidak mau harus menghadapi berbagai masalah yang timbul selama mereka menikah. Justru sering kali dalam kenyataannya, masalah-masalah yang sepele dan tidak terduga, muncul dalam kehidupan mereka (Dariyo, 2008).
Masalah muncul karena kedua individu yang menikah itu memiliki latar belakang yang berbeda, seperti nilai-nilai, sifat-sifat, karakter, atau kepribadian, agama, budaya, suku bangsa, kelebihan dan kelemahan. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi dalam berpikir, bersikap ataupun bertindak. Ketidakmampuan untuk mengelola perbedaan tersebut akan menimbulkan konflik, pertengkaran atau percekcokan, bahkan dapat berakhir dengan adanya perceraian (Dariyo, 2008). Dalam hal ini penerimaan terhadap pasangan sangat berperan. Karena dengan kondisi tersebut suami atau istri dapat mentoleransi segala bentuk kekurangan pasangannya.
Besar kemungkinan kedekatan diantara pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf masih belum terbangun. Sehingga besar kemungkinan akan menjadi suatu kesulitan tersendiri ketika mengetahui ternyata banyak karakteristik pasangan yang mungkin saja sulit untuk ditoleransi. Tapi hal ini akan terkikis dengan sendirinya ketika dapat menerima kondisi pasangan secara apa adanya. Jika seseorang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi mungkin saja akan dapat menerima karakteristik pasangannya. Karena ketika menikah hal utama yang harus diaktualisasikan adalah pencapaian untuk beribadah. Religiusitas dan penerimaan terhadap pasangan menjadi dua hal yang sangat berperan dalam mencapai kepuasan pernikahan.
Tidak semua pasangan dapat mempertahankan hubungannya dari awal menikah sampai kematian memisahkan pasangan tersebut. Tidak sedikit orang yang pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahannya
(13)
5
Aji Samba Pranata Citra, 2013
dengan perceraian. Fenomena perceraian di Indonesia mungkin saja dijumpai di lingkungan kita. Pasangan suami istri yang cerai di Indonesia terus meningkat drastis. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian hingga 70 persen. Dirjen Badilag MA, Wahyu Widiana, mengatakan tingkat perceraian sejak 2005 terus meningkat di atas 10 persen setiap tahunnya (Republika.co.id, 2012). Data yang terbaru dari pengadilan agama di seluruh indonesia dilaporkan ada 346.446 pasangan yang bercerai di sepanjang tahun 2012 (Detik.com).
Perceraian mungkin saja bisa dialami oleh pasangan yang menikah melalui proses pacaran ataupun yang menikah melalui proses ta’aruf. Tidak menjadi jaminan ketika sudah lama saling mengenal dan menjalin hubungan romantis pada masa berpacaran tetapi bercerai ketika menjalani hubungan pernikahan. Mungkin saja orang-orang yang menikah melalui proses ta’aruf lebih bisa mempertahankan hubungan pernikahannya sampai kematian yang memisahkan pasangan tersebut atau mungkin juga orang yang menikah melalui proses ta’aruf hubungan pernikahannya kandas di tengah perjalan pernikahannya.
Menurut hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan peneliti kepada konsultan pernikahan yang banyak menangani kasus pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf. Didapatkan hasil bahwa ternyata tidak sedikit pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf bercerai. Bahkan ada pasangan yang umur pernikahannya hanya satu minggu. Padahal latar belakang keagamaannya bisa dibilang memiliki pemahaman agama yang baik. Tetapi tetap saja tidak bisa mempertahankan hubungan pernikahannya yang sejatinya sangat bersinggungan dengan agama. Jika dilihat dari kasus tersebut tingkat religiusitas seseorang tidak menjadi jaminan pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf dapat membangun kedekatan dan apakah dapat mencapai kepuasan pernikahan atau tidak.
(14)
Tentunya setiap pasangan tidak mengharapkan suatu perceraian tetapi sudah tentu ingin mencapai keberhasilan dalam pernikahannya. Dalam jurnal psikologi Universitas Gajah Mada dengan judul Kepuasan Pernikahan Ditinjau Dari Berpacaran Dan Tidak Berpacaran yang disusun oleh Iis Ardhianita dan Budi Andayani disebutkan ada beberapa kriteria yang dicetuskan oleh pada ahli dalam mengukur keberhasilan pernikahan. Menurut Burgess dan Locke (dalam Ardhianita & Andayani, 2005) kriteria itu antara lain awetnya suatu pernikahan, kebahagiaan suami dan istri, kepuasan pernikahan, penyesuaian seksual, penyesuaian pernikahan, dan kesatuan pasangan. Dalam pernyataan tersebut kepuasan pernikahan menjadi salah satu penentu bagi keberhasilan pernikahan.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merumuskan sebuah permasalahan mengenai kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan tanpa proses pacaran tetapi melalui proses ta’aruf. Fenomena ini menjadi sangat menarik untuk peneliti sehingga dibuatlah satu penelitian yang bertemakan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf.
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin menggambarkan penerimaan terhadap pasangan dan religiusitas pada seseorang yang menikah melalui proses ta’aruf. Sejatinya penerimaan terhadap pasangan dan religiusitas merupakan aspek kepuasan pernikahan. Oleh karena itu hal tersebut secara langsung akan tergambarkan ketika peneliti menggali informasi mengenai kepuasan pernikahan berdasarkan aspek-aspeknya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek dalam kepuasan pernikahan yaitu: (1) kualitas hubungan dengan keluarga besar dan teman, (2) penyesuaian perilaku, (3) waktu yang dihabiskan bersama, (4) kesetaraan peran gender, (5) pengaturan keuangan keluarga, (6) keintiman, (7) anak dan peran sebagai orang tua, (8) komunikasi, (9) penyelesaian konflik (10) orientasi keagamaan
(15)
7
Aji Samba Pranata Citra, 2013
Pada penelitian ini peneliti berfokus pada pasangan yang menikah melalui proses ta'aruf yaitu menikah melalui cara yang syar'i dalam islam. Pasangan tersebut sekarang bertempat tinggal di Kota Bandung. Pada umumnya ta’aruf dilakukan dalam beberapa tahap seperti berikut: (1) niat karena Allah, (2) menyampaikan niat untuk menikah kepada pihak ketiga (bisa teman, guru ngaji, atau orang tua), (3) membangun kesepakatan dengan calon pasangan untuk melakukan ta’aruf, (4) proses pertukaran informasi, (5) khitbah, dan (6) akad.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan seseorang yang menikah melalui proses ta'aruf mengenai sebuah pernikahan?
2. Bagaimana proses ta’aruf yang dilakukan ketika akan melangsungkan pernikahan?
3. Apa yang menjadi tujuan dari menikah melalui proses ta'aruf?
4. Bagaimana gambaran penerimaan terhadap pasangan dan religiusitas sebagai kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pandangan seseorang yang menikah melalui proses ta'aruf terhadap sebuah pernikahan.
(16)
2. Untuk mengetahui proses ta’aruf yang dilakukan ketika akan melangsungkan pernikahan.
3. Untuk mengetahui tujuan menikah melalui proses ta'aruf.
4. Untuk mengetahui gambaran penerimaan terhadap pasangan dan religiusitas sebagai kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan proses ta’aruf.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut:
a. Individu yang menikah dengan proses ta’aruf
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengalaman hidup terutama mengenai gambaran kepuasan pernikahan kepada setiap pembaca terutama bagi pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf.
b. Jurusan psikologi
Penelitian ini diharapkan bisa menambah sumber keilmuan mengenai kepuasan pernikahan pada individu yang menikah melalui proses ta'aruf sehingga bisa menjadi salah satu referensi untuk melakukan kegiatan seminar atau sejenisnya. Diharapkan juga dapat dijadikan langkah awal untuk dilakukan penelitian yang bertemakan kepuasan pernikahan yang selanjutnya hasil penelitian mungkin dapat dijadikan
(17)
9
Aji Samba Pranata Citra, 2013
jurnal yang memberikan solusi bagi permasalahan perceraian di Indonesia yang semakin meningkat.
c. Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN, berisi latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan, kepuasan pernikahan, konsep ta’aruf, hasil penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.
3. BAB III METODE PENELITIAN berisi desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan data, lokasi dan subjek penelitian.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi data profil subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.
(18)
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam pengumpulan dan analisis data (Creswell, 2012). Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan model penelitian studi kasus.
Menurut Creswell (2012) penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Miles dan Huberman, 1994 (dalam Basrowi & Suwandi, 2008) metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Creswell (dalam Herdiansyah, 2010) menyatakan bahwa studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks.
Peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengeksplorasi aspek-aspek kepuasan pernikahan melalui penggalian data secara mendalam pada individu yang menikah melalui proses ta'aruf.
(19)
50
Aji Samba Pranata Citra, 2013
B. Instrumen Penelitian
Peneliti kualitatif tidak memiliki formula baku untuk menjalankan penelitiannya. Oleh karena itu kompetensi peneliti menjadi aspek paling penting. Peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis data dan menginterpretasikannya (Herdiansyah, 2012).
Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan wawancara dan pendokumentasian peneliti menggunakan alat dokumentasi, pedoman wawancara dan setiap proses wawancara direkam menggunakan recorder. Nusa Putra (2012) menyatakan hasil pengamatan dan wawancara mesti dicatat dengan cermat, rinci dan jelas. Sebab catatan itu merupakan sumber data yang mesti dianalisis dan diolah sebagai hasil penelitian maka dari itu peneliti membuat catatan lapangan di setiap melakukan wawancara. Untuk keperluan tambahan peneliti menggunakan kuesioner MSI-R (terlampir) untuk mengukur kepuasan pernikahan pada subjek yang diteliti.
Dibawah ini disajikan kisi-kisi pedoman wawancara yang akan digunakan:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara Untuk Menjaring Data Mengenai Pandangan Terhadap Sebuah Pernikahan
(20)
Aspek Pertanyaan Pandangan seseorang yang menikah
melalui proses ta’aruf terhadap sebuah pernikahan
1. Bagaimana pandangan Anda terhadap sebuah pernikahan?
Pedoman Wawancara Untuk Menjaring Data Proses Ta'aruf yang Dilakukan
Aspek Pertanyaan
Proses ta’aruf yang dilakukan 1. Bisa Anda ceritakan bagaimana tahapan dan proses ta’aruf yang Anda lakukan?
2. Informasi apa saja yang Anda dapatkan setelah melakukan
ta’aruf?
3. Apa manfaat ta’aruf untuk Anda?
Pedoman Wawancara Untuk Menjaring Data Tujuan Seseorang Menikah Melalui Proses Ta'aruf
Aspek Pertanyaan
Tujuan menikah dari seseorang yang menikah melalui proses
ta’aruf
1. Apa saja yang menjadi tujuan Anda menikah melalui proses
ta’aruf?
2. Apa yang mendasari Anda menikah melalui proses
ta’aruf?
Pedoman Wawancara Untuk Menjaring Data Mengenai Gambaran Kepuasan Pernikahan
Aspek Pertanyaan
(21)
52
Aji Samba Pranata Citra, 2013
besar orang dari keluarga pasangan
Anda?
2. Apakah Anda sering berkumpul atau melakukan kegiatan bersama dengan keluarga besar pasangan Anda?
3. Bisa Anda ceritakan?
4. Bisa Anda ceritakan kegiatan apa yang biasa dilakukan dengannya?
5. Apakah Anda memiliki kedekatan khusus dengan beberapa anggota keluarga atau mungkin dengan seluruh anggota keluarga pasangan Anda?
6. Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa besar nilai kualitas hubungan anda dengan keluarga pasangan?
7. Berapa nilai pengaruh kualitas hubungan Anda dengan keluarga pasangan Anda terhadap kebahagiaan yang Anda rasakan khususnya pada kepuasan pernikahan?
Penyesuaian perilaku 1. Apakah Anda memilih
(22)
karakteristik dari pasangan Anda?
2. Bagaimana cara Anda menanggapi hal-hal yang mungkin tidak Anda sukai pada pasangan Anda?
3. Secara keseluruhan apakah Anda dapat menerima karakteristik pasangan Anda? 4. Bisa anda ceritakan?
5. Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa besar nilai yang Anda berikan dalam penerimaan Anda terahadap karakteristik pasangan Anda?
6. Berapa besar kepuasan pernikahan yang Anda rasakan dilihat dari penerimaan Anda terhadap karakteristik pasangan Anda?
Waktu yang dihabiskan bersama 1. Seberapa sering Anda melakukan kegiatan bersama dengan pasangan?
2. Seberapa besar perbandingan antara kegiatan yang dilakukan bersama pasangan dengan kegiatan lainnya?
(23)
54
Aji Samba Pranata Citra, 2013
khusus yang dihabiskan dengan pasangan Anda?
4. Kegiatan apa saja yang biasa Anda lakukan bersama pasangan?
5. Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa bahagia Anda menikmati waktu yang dihabiskan bersama?
Kesetaraan peran gender 1. Tanggung jawab apa saja yang anda ketahui ketika sudah menikah?
2. Apakah selama ini Anda menikmati peran sebagai suami/istri?
3. Bisa Anda ceritakan?
4. Apakah Anda sudah merasa sesuai dengan peran tersebut? 5. Peran seorang pasangan dalam
keluarga?
6. Bagaimana pendapat Anda mengenai peran pasangan Anda yang sudah dijalani selama pernikahan?
7. Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa nilai yang Anda berikan untuk menggambarkan kesesuaian peran Anda dalam
(24)
keluarga?
8. Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa nilai yang Anda berikan untuk menggambarkan kesesuaian peran pasangan Anda dalam keluarga?
9. Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa kepuasan pernikahan yang Anda rasakan berdasarkan peran Anda dan pasangan Anda dalam keluarga?
Pengaturan keuangan keluarga 1. Apakah Anda memiliki kesepakatan dengan pasangan Anda dalam mengatur keuangan keluarga? Bisa Anda ceritakan? 2. Apakah Anda mengalami
kesulitan untuk itu?
3. Apakah Anda masih memiliki angan-angan untuk memenuhi kebutuhan tertentu?
4. Apakah ada pengaruh antara kondisi keuangan keluarga terhadap kualitas hubungan Anda dengan pasangan?
5. Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa besar pengaruh kondisi keuangan keluarga terhadap kebahagiaan yang
(25)
56
Aji Samba Pranata Citra, 2013
Anda rasakan?
Keintiman 1. Apakah ada kesulitan dalam
menjalin kedekatan ketika awal menikah? Kesulitannya dalam hal apa?
2. Jika dikur dalam rentang 1-10, berapa tingkat kesulitan yang dialami ketika menjalani awal-awal pernikahan?
3. Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa besar kemajuan kualitas kedekatan dengan pasangan anda sekarang?
4. Membutuhkan waktu berapa lama?
5. Bagaimana perasaan Anda ketika melakukan kegiatan bersama pasangan Anda? 6. Apakah Anda sering
mencurahkan segala
pengalaman dalam hidup kepada pasangan Anda?
7. Dalam kondisi apa saja Anda melibatkan pasangan Anda? 8. Apakah Anda melibatkan
pasangan Anda ketika menghadapi permasalahan? 9. Seberapa besar pengaruh
(26)
pasangan terhadap Anda? 10.Bagaimana cara Anda membuat
kesepakatan dengan pasangan mengenai rencana dan tujuan yang akan dicapai dalam hidup? 11.Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa besar kualitas kedekatan Anda dengan pasangan Anda?
Anak dan peran sebagai orang tua 1. Bagaimana perasaan Anda dengan kehadiran anak dalam hubungan pernikahan Anda? 2. Apakah anda merasakan hal
yang berbeda ketika sebelum mempunyai anak dan setelah mempunyai anak? Dalam hal apa saja?
3. Bagaimana Anda menyikapi hal tersebut?
4. Apakah Anda menikmati peran sebagai orang tua? Bisa Anda ceritakan?
5. Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa besar kepuasan pernikahan Anda terhadap keberadaan Anak?
12.Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa nikai yang dapat
(27)
58
Aji Samba Pranata Citra, 2013
menggambarkan kepuasan pernikahan Anda ketika menjadi orang tua?
Komunikasi dan efektivitas dalam pemecahan masalah
1. Bagaimana cara Anda menghadapi permasalahan dalam hubungan pernikahan?
2. Apakah Anda
mengkomunikasikan
permasalahan yang dialami rumah tangga Anda kepada pasangan Anda?
3. Bagaimana respon yang diberikan oleh pasangan Anda? 4. Apakah Anda mengalami
kesulitan untuk mencapai
kesepakatan dalam
memecahkan permasalahan? 5. Bagaimana cara Anda
mengkomunikasikan
penyelesaian masalah dengan pasangan Anda?
6. Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa nilai kualitas komunikasi Anda dengan pasangan Anda dalam memecahkan suatu permasalahan?
Orientasi Keagamaan 1. Apakah anda tergabung dalam kelompok pengajian?
(28)
2. Berapa kali dalam satu minggu intensitas Anda mengikuti kegiatan pengajian?
3. Apakah Anda memiliki peran khusus dalam kelompok pengajian yang Anda ikuti? 4. Bisa Anda jelaskan bagaimana
pengaruh nilai-nilai agama terhadap hubungan pernikahan Anda?
6. Jika diukur dalam rentang 1-10, seberapa besar pengaruh agama terhadap kepuasan pernikahan yang Anda rasakan?
Tingkat kepuasan pernikahan dan pengaruh ta’aruf terhadap kepuasan pernikahan
1. Jika diukur dalam rentang 1-10, berapa nilai yang dapat menggambarkan kepuasan pernikahan yang Anda rasakan? 2. Bagaimana cara Anda
menggambarkan hal tersebut? 3. Berapa nilai pengaruh ta’aruf
terhadap kepuasan pernikahan yang Anda rasakan?
4. Bagaimana cara Anda menggambarkan hal tersebut?
Dalam melakukan wawancara peneliti melakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan pernikahan ditinjau dari aspek kepuasan
(29)
60
Aji Samba Pranata Citra, 2013
pernikahan serta mengukur hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Skala yang digunakan peneliti adalah 1-10. Untuk klasifikasi yang diberikan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skala Kepuasan Pernikahan
Tingkat Klasifikasi
1-2 Sangat Rendah
3-4 Rendah
5-6 Sedang
7-8 Tinggi
9-10 Sangat Tinggi
C. Teknik Pengumpulan Data
Creswell (dalam Raco, 2010) mendefinisikan penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan umum dan agak luas. Informasi tersebut biasanya berupa kata atau teks. Data yang berupa kata-kata atau teks tersebut kemudian dianalisis. Langkah-langkah dalam pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam atau mencatat informasi (Creswell, 2012).
Dalam penelitian ini dikumpulan data mengenai kepuasan pernikahan pada individu yang menikah melaui proses ta'aruf ditinjau dari beberapa aspek kepuasan pernikahan yaitu: (1) kualitas hubungan dengan keluarga besar dan teman, (2) penyesuaian perilaku, (3) waktu yang dihabiskan bersama, (4)
(30)
kesetaraan peran gender, (5) pengaturan keuangan keluarga, (6) keintiman, (7) anak dan peran sebagai orang tua, (8) komunikasi, (9) penyelesaian konflik (10) orientasi keagamaan
Wawancara mendalam (in-depth interview) dan semi terstruktur menjadi teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Haris Herdiansyah (2012) menyatakan bahwa wawancara semi terstruktur lebih tepat jika dilakukan pada penelitian kualitatif daripada penelitian lainnya. Wawancara semi terstruktur berisikan pertanyaan terbuka yang memiliki batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancaranya dapat diprediksi, bersifat fleksibel tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban), pertanyaan yang diajukan berdasarkan pedoman wawancara, dan memiliki tujuan untuk memahami suatu fenomena. Data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan teori kepuasan pernikahan ataupun teori lainnya yang memiliki keterkaitan dengan data yang dikumpulkan.
D. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Wawancara mendalam (in-depth interview) dan semi terstruktur dengan bantuan recorder untuk merekam proses wawancara yang dilakukan.
2. Reduksi Data
Proses reduksi data berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Fungsi dari reduksi data adalah untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik (Basrowi & Suwandi, 2008). Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan
(31)
62
Aji Samba Pranata Citra, 2013
dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara (Herdiansyah, 2012).
3. Display Data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah beragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun alurnya dalam tabel akumulasi tema) ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberikan kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan. Jadi, ada tiga tahapan dalam display data, yaitu kategori tema, subkategori tema dan proses pengodean. Ketiga tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lain (Herdiansyah, 2012). Bentuk penyajian display data bisa berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan (Basrowi & Suwandi, 2008). 4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yang dibuat menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya dan mengungkap “what” dan “how” dari temuan penelitian yang dilakukan. Ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan/verifikasi. Pertama, menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean disertai dengan quote verbatim wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan aspek/komponen/faktor/dimensi dari central phenomenon penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan
(32)
memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan (Herdiansyah, 2012).
E. Keabsahan Data
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua teknik untuk melakukan keabsahan data yaitu mentriangulasi (triangulate) dan member checking. Berikut penjelasan dari John W. Creswell (2012) mengenai dua teknik tersebut:
1. Mentriangulasi (triangulate)
Pada teknik ini peneliti mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.
2. Member Checking
Member checking dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan atau deskripsi atau tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa peneliti membawa kembali transkrip-transkrip mentah kepada partisipan untuk mengecek akurasinya. Tetapi, peneliti hanya membawa bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisi kasus, dll. Pada saat melakukan member checking bisa saja mengharuskan peneliti untuk melakukan wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
(33)
64
Aji Samba Pranata Citra, 2013
F. Lokasi dan Subjek Penelitian
Pada penelitian ini metode purposive sampling dipilih peneliti untuk menentukan subjek dan lokasi penelitian. Melalui metode purposive sampling subjek dipilih menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Dalam hal ini peneliti memilih subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Subjek penelitian dan lokasi penelitian yang dipilih disesuaikan dengan tujuan penelitian (Herdiansyah, 2010). Waktu antara bulan Agustus dan September 2013. Karena subjek pada penelitian menikah melalui proses
ta’aruf besar kemungkinan di beberapa tahun pernikahan masih dalam proses pendekatan. Pemilihan subjek dipilih berdasarkan stage dalam pernikahan yang sedang dijalani yaitu stage kedua disappointment or distress (also called the power struggle) atau pada stage knowledge and awareness seperti apa yang dijelaskan di BAB II. Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan karakteristik sebagai berikut:
1. Jumlah subjek tiga orang yang sudah menikah dan masih mempertahankan hubungan pernikahannya
2. Sudah menjalani usia pernikahan minimal empat tahun dan maksimal delapan tahun
3. Sudah memiliki anak
(34)
A. Kesimpulan
5.1 Bagan Kesimpulan Hasil Penelitian Dari Seluruh Subjek
Keterangan :
Merujuk kepada subjek N (istri dari D)
Niat
Ta'aruf
Tujuan Menghindari
Zinah
Cara yang diharuskan dalam agama Sarana untuk menghilangkan trauma Pernikahan Kepuasan Pernikahan Hal yang berpotensi memicu konflik Internal (Kondisi keuangan, perannya menjadi orang
tua, dan komunikasi afektif) Pemenuhan kebutuhan seksual Eksternal (kualitas hubungan dengan keluarga besar)
Hal yang berkontribusi dominan terhadap kepuasan pernikahan Komitmen untuk beribadah Religiusitas Penerimaan terhadap pasangan Informasi yang
digali Tujuan dan pemahaman tentang pernikahan Seputar keluarga Karakteristik
(35)
Aji Samba Pranata Citra, 2013
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti, diantaranya:
1. Subjek Penelitian
Bagi subjek penelitian agar dapat mempertahankan hal-hal yang berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan yang dirasakan. Serta, agar dapat mengoptimalkan hal-hal yang belum ataupun kurang memberikan kepuasan pernikahan. Meluangkan waktu lebih banyak untuk dapat meningkatkan keintiman, komitmen dan kasih sayang diantara pasangan.
2. Pasangan yang akan menikah melalui proses ta’aruf
Agar pernikahan tetap langgeng sebaiknya melakukan proses ta’aruf dengan seoptimal mungkin. Sebaiknya menggali informasi yang memang sangat diperlukan agar ketika menikah nanti tidak ada hal yang mengecewakan. Serta jangan terlalu tergesa-gesa untuk segera menikah dengan hanya melihat portofolio dari calon pasangannya. 3. Penelitian Selanjutnya
Untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif mungkin juga dapat melibatkan lebih banyak subjek dengan kondisi pernikahan yang variatif, bisa saja bukan hanya suami/istri saja yang dijadikan subjek mungkin saja langsung melibatkan pasangan atau subjek yang bercerai dan pernikahannya melalui proses ta’aruf. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menambahkan variabel penelitiannya.
(36)
Al-Barraq, A. (2011). Panduan Lengkap Pernikahan Islami. Jakarta: Grasindo.
Al-Khasyt, M. U. (2011). Fiqih Wanita Empat Mazhab. Bandung: Khazanah Intelektual
Ardhianita, I dan Andayani, B. (2005). "Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran danTidak Berpacaran". Jurnal Psikologi. 32, No. 2, 101-111 Bagir, M. (2008). Fiqih Praktis II: Menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan Pendapat
Para Ulama. Bandung: Penerbit Karisma
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Blankenhorn, D. (2009). The Future of Marriage. New York: Encounter Books
Boyd, D. G. dan Bee, H. L. (2006). Lifespan Development, 4/E. New York: Pearson
Creswell, J. W. (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, 3rd. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dariyo, A. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo
DeGenova. M. K dan Rice. F. P. (2005). Intimare Relationship, Marriage & Families. New York: McGraw-Hill
el-Bantanie, M. S. (2010). Shalat Jarik Jodoh (Cara Ampuh Mendapatkan Jodoh Idaman). Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Elfida, D. (2011). "Penyesuaian Perkawinan Ditinjau dari Beberapa Faktor Demografi". Jurnal Psikologi. 2, (7), 190-214.
Ghozali, A. R. (2008). Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana
Hasan, A. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
(37)
178
Aji Samba Pranata Citra, 2013
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika
Hurlock, E. B. (1953). Developmental Psychology. 3rd edition. New Delhi: McGraw‐Hill Publishing Co.
Imtichanah, L. (2006). Ta'aruf, Keren! Pacaran, Sorry Men!. Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa
Kahneman, D., Diener, E dan Schwarz, N. (1999). Well-Being: The Foundations of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation
Kertamuda, F. E. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika
Kinoysan. (2007). Istikharah Cinta. Depok: Lingkar Pena
Knox, D dan Schacht, C. 2010. Choices in Relationship : An Introduction to Marriage and the Family, Tenth Edition. USA : Wadsworth.
Lemme, Barbara. Hansen. (1999). Development in Adulthood: Second Edition. USA: Allyn & Bacon
Lipthrott, D. J. (2009). 5 Stages of Relationships: What You Don't Know Can Hurt
You [Online]. Tersedia:http://www.relationshipjourney.com/stagesof
relationships.html
NN. (2002). "Bersiap Menjadi Pengantin". Majalah Wanita Ummi (Mei 2002)
NN. (2013). Marital Satisfaction. [Online].Tersedia:http://psychology.wikia.com/ wiki/Marital_satisfaction [06 Mei 2013]
Olson, D. H., DeFrain, J. & Skogrand, L. (2011). Marriages and Families: Intimacy, Diversity, and Strengths. New York: McGraw-Hill
Onedera, J. D. (2008). The Role of Religion in Marriage and Family Counseling. New York: Routledge
Papalia, D. E., Old, S. W., dan Feldman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana
Perpustakaan tafsir hadits online. tersedia: http://bismillahku2.blogspot.com/2011/ 05/home-tafsir-hadits-tauhid-perpustakaan.html
(38)
Ponzetti. J. J. (2003). International Encyclopedia of Marriage and Family: Second Edition, Vol 1. New York: Thomson Gale
Putra, E. P. dan Didi, P. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70 Persen. [Online].Tersedia:http://www.republika.co.id/berita/ nasional/umum
Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Qisti, A. D. (2010). Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Kepuasan Penikahan. Skripsi Sarjana Psikologi di Jurusan Psikologi UPI Bandung: tidak diterbitkan
Raco. J. R. (2012). Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Raymond, F. P. (1996). Invitation to the Psychology of Religion. USA: Allyn & Bacon, Incorporated
Rivki. (2013). 340 Ribuan Pasangan Cerai di 2012, Istri Lebih Banyak
Menggugat. [Online]. Tersedia:http://news.detik.com/read/2013/03/14/
140736/2193903/10/340-ribuan-pasangan-cerai-di-2012-istri-lebih-banyak-menggugat [06 Mei 2013]
Sadli, W. (2009). Properti Psikometris Marital Satisfaction Inventory-Revised (MSI-R) Versi Bahasa Indonesia. Skripsi Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta: tidak diterbitkan
Saebani, B. A. (2009). Fiqh Munakahat. Bandung: Pustaka Setia
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga
Schneiders, A. A. (1967). Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Snyder, D.K. (1979). Multidimentional Assessment of Marital Satisfaction. Journal of Marriage and the Family, 41, 4, 813‐823.
(39)
180
Aji Samba Pranata Citra, 2013
Soraya, A. (2007). Hubungan Religiusitas dan Kepuasan Pernikahan pada Usia
Madya. [Internet]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/
123456789/23248 [06 mei 2013]
Stone, Emily A. & Shackelford, Todd K. (2007). Marital Satisfaction. [Online]. Tersedia:http://www.toddkshackelford.com/downloads/Stone-Shackelford-Marital-Satisfaction-2006.pdf [30 Mei 2013]
Subhan, Z. (2004). Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Thobroni, M dan Munir, A. A. (2010). Meraih Berkah Dengan Menikah. Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an. (2000). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV Penerbit Dipenogoro
(1)
Aji Samba Pranata Citra, 2013
PENERIMAAN TERHADAP PASANGAN DAN RELIGIUSITAS SEBAGAI KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN
YANG MENIKAH MELALUI PROSES TA’ARUF : Studi Kasus Pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia |Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
5.1 Bagan Kesimpulan Hasil Penelitian Dari Seluruh Subjek
Keterangan :
Merujuk kepada subjek N (istri dari D) Merujuk kepada subjek D (suami dari N) Hal yang sangat menonjol dari seluruh subjek
Niat
Ta'aruf
Tujuan Menghindari
Zinah
Cara yang diharuskan dalam agama Sarana untuk menghilangkan trauma Pernikahan Kepuasan Pernikahan Hal yang berpotensi memicu konflik Internal (Kondisi keuangan, perannya menjadi orang
tua, dan komunikasi afektif) Pemenuhan kebutuhan seksual Eksternal (kualitas hubungan dengan keluarga besar)
Hal yang berkontribusi dominan terhadap kepuasan pernikahan Komitmen untuk beribadah Religiusitas Penerimaan terhadap pasangan Informasi yang
digali Tujuan dan pemahaman tentang pernikahan Seputar keluarga Karakteristik
(2)
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti, diantaranya:
1. Subjek Penelitian
Bagi subjek penelitian agar dapat mempertahankan hal-hal yang berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan yang dirasakan. Serta, agar dapat mengoptimalkan hal-hal yang belum ataupun kurang memberikan kepuasan pernikahan. Meluangkan waktu lebih banyak untuk dapat meningkatkan keintiman, komitmen dan kasih sayang diantara pasangan.
2. Pasangan yang akan menikah melalui proses ta’aruf
Agar pernikahan tetap langgeng sebaiknya melakukan proses ta’aruf dengan seoptimal mungkin. Sebaiknya menggali informasi yang memang sangat diperlukan agar ketika menikah nanti tidak ada hal yang mengecewakan. Serta jangan terlalu tergesa-gesa untuk segera menikah dengan hanya melihat portofolio dari calon pasangannya. 3. Penelitian Selanjutnya
Untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif mungkin juga dapat melibatkan lebih banyak subjek dengan kondisi pernikahan yang variatif, bisa saja bukan hanya suami/istri saja yang dijadikan subjek mungkin saja langsung melibatkan pasangan atau subjek yang bercerai dan pernikahannya melalui proses ta’aruf. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menambahkan variabel penelitiannya.
(3)
Aji Samba Pranata Citra, 2013
PENERIMAAN TERHADAP PASANGAN DAN RELIGIUSITAS SEBAGAI KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN
YANG MENIKAH MELALUI PROSES TA’ARUF : Studi Kasus Pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Al-Barraq, A. (2011). Panduan Lengkap Pernikahan Islami. Jakarta: Grasindo. Al-Khasyt, M. U. (2011). Fiqih Wanita Empat Mazhab. Bandung: Khazanah
Intelektual
Ardhianita, I dan Andayani, B. (2005). "Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari
Berpacaran danTidak Berpacaran". Jurnal Psikologi. 32, No. 2, 101-111
Bagir, M. (2008). Fiqih Praktis II: Menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan Pendapat
Para Ulama. Bandung: Penerbit Karisma
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Blankenhorn, D. (2009). The Future of Marriage. New York: Encounter Books Boyd, D. G. dan Bee, H. L. (2006). Lifespan Development, 4/E. New York:
Pearson
Creswell, J. W. (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, 3rd. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dariyo, A. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo DeGenova. M. K dan Rice. F. P. (2005). Intimare Relationship, Marriage &
Families. New York: McGraw-Hill
el-Bantanie, M. S. (2010). Shalat Jarik Jodoh (Cara Ampuh Mendapatkan Jodoh
Idaman). Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Elfida, D. (2011). "Penyesuaian Perkawinan Ditinjau dari Beberapa Faktor
Demografi". Jurnal Psikologi. 2, (7), 190-214.
Ghozali, A. R. (2008). Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana
Hasan, A. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Helms, D. B. dan Turner, J. S. (1987). Study Guide to Accompany Lifespan
(4)
178
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika
Hurlock, E. B. (1953). Developmental Psychology. 3rd edition. New Delhi: McGraw‐Hill Publishing Co.
Imtichanah, L. (2006). Ta'aruf, Keren! Pacaran, Sorry Men!. Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa
Kahneman, D., Diener, E dan Schwarz, N. (1999). Well-Being: The Foundations
of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation
Kertamuda, F. E. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika
Kinoysan. (2007). Istikharah Cinta. Depok: Lingkar Pena
Knox, D dan Schacht, C. 2010. Choices in Relationship : An Introduction to
Marriage and the Family, Tenth Edition. USA : Wadsworth.
Lemme, Barbara. Hansen. (1999). Development in Adulthood: Second Edition. USA: Allyn & Bacon
Lipthrott, D. J. (2009). 5 Stages of Relationships: What You Don't Know Can Hurt
You [Online]. Tersedia:http://www.relationshipjourney.com/stagesof
relationships.html
NN. (2002). "Bersiap Menjadi Pengantin". Majalah Wanita Ummi (Mei 2002) NN. (2013). Marital Satisfaction. [Online].Tersedia:http://psychology.wikia.com/
wiki/Marital_satisfaction [06 Mei 2013]
Olson, D. H., DeFrain, J. & Skogrand, L. (2011). Marriages and Families:
Intimacy, Diversity, and Strengths. New York: McGraw-Hill
Onedera, J. D. (2008). The Role of Religion in Marriage and Family Counseling. New York: Routledge
Papalia, D. E., Old, S. W., dan Feldman, R. D. (2008). Human Development
(Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana
Perpustakaan tafsir hadits online. tersedia: http://bismillahku2.blogspot.com/2011/ 05/home-tafsir-hadits-tauhid-perpustakaan.html
(5)
179
Aji Samba Pranata Citra, 2013
PENERIMAAN TERHADAP PASANGAN DAN RELIGIUSITAS SEBAGAI KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN
YANG MENIKAH MELALUI PROSES TA’ARUF : Studi Kasus Pada Pasangan yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Ponzetti. J. J. (2003). International Encyclopedia of Marriage and Family:
Second Edition, Vol 1. New York: Thomson Gale
Putra, E. P. dan Didi, P. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik
Drastis 70 Persen. [Online].Tersedia:http://www.republika.co.id/berita/
nasional/umum
Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Qisti, A. D. (2010). Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Kepuasan
Penikahan. Skripsi Sarjana Psikologi di Jurusan Psikologi UPI Bandung:
tidak diterbitkan
Raco. J. R. (2012). Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Raymond, F. P. (1996). Invitation to the Psychology of Religion. USA: Allyn & Bacon, Incorporated
Rivki. (2013). 340 Ribuan Pasangan Cerai di 2012, Istri Lebih Banyak
Menggugat. [Online]. Tersedia:http://news.detik.com/read/2013/03/14/
140736/2193903/10/340-ribuan-pasangan-cerai-di-2012-istri-lebih-banyak-menggugat [06 Mei 2013]
Sadli, W. (2009). Properti Psikometris Marital Satisfaction Inventory-Revised (MSI-R) Versi Bahasa Indonesia. Skripsi Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta: tidak diterbitkan Saebani, B. A. (2009). Fiqh Munakahat. Bandung: Pustaka Setia
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup,
Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga
Schneiders, A. A. (1967). Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Snyder, D.K. (1979). Multidimentional Assessment of Marital Satisfaction. Journal of Marriage and the Family, 41, 4, 813‐823.
(6)
180
Soraya, A. (2007). Hubungan Religiusitas dan Kepuasan Pernikahan pada Usia
Madya. [Internet]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/
123456789/23248 [06 mei 2013]
Stone, Emily A. & Shackelford, Todd K. (2007). Marital Satisfaction. [Online]. Tersedia:http://www.toddkshackelford.com/downloads/Stone-Shackelford-Marital-Satisfaction-2006.pdf [30 Mei 2013]
Subhan, Z. (2004). Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Thobroni, M dan Munir, A. A. (2010). Meraih Berkah Dengan Menikah. Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an. (2000). Al-Qur’an dan