PENYAJIAN SENI DOMYAK PADA GRUP SINAR PUSAKA MUDA KABUPATEN PURWAKARTA.

(1)

PENYAJIAN SENI DOMYAK PADA GRUP SINAR PUSAKA

MUDA KABUPATEN PURWAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni Tari

Oleh Rina Arifa

0901209

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

PENYAJIAN SENI DOMYAK PADA GRUP SINAR PUSAKA

MUDA KABUPATEN PURWAKARTA

Oleh Rina Arifa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Rina Arifa 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RINA ARIFA

PENYAJIAN SENI DOMYAK PADA GRUP SINAR PUSAKA MUDA KABUPATEN PURWAKARTA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn.,M.Si 197303161997022001

Pembimbing II

Ace Iwan Suryawan, S.Pd.,M.Hum 197203042001121002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen.,M.Si 195710181985032001


(4)

ABSTRAK

Seni Domyak merupakan salah satu seni pertunjukan yang memiliki struktur penyajian. Dimana dalam penyajiannya memiliki beberapa tahapan-tahapan, selain itu didalam seni Domyak terdapat bentuk-bentuk seni pertunjukan lainnya. Seni Domyak dapat di pertunjukkan pada kondisi apapun baik dalam bentuk helaran atau arak-arakan maupun menggunakan panggung. Seni Domyak ini hanya terdapat di Desa Pasir Angin II khususnya, yang dapat mempertunjukkan seni Domyak ini adalah Grup Sinar Pusaka Muda. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Hasil penelitian dapat dijelaskan, bahwa seni Domyak lahir pada tahun 1920, pada awalnya sebagai upacara ritual meminta hujan. Dilihat dari penyajian seni Domyak terdiri dari 4 bagian yaitu persiapan, gending tatalu, ngado’a dan hiburan berbagai macam kesenian. Adapun peranan dari masing-masing kelompok/bagian seni Domyak, hanya sebagai pelengkap saja karena inti dari pertunjukan seni Domyak terdapat pada bagian ngado’a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk tetap mempertahankan, menjaga dan melestarikan seni Domyak.


(5)

Rina Arifa, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Metode Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi ... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Struktur Penyajian ... 11

C. Seni Pertunjukan ... 11

D. Perkembangan Seni Domyak ... 14

E. Fungsi Seni Domyak di Masyarakat ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 21

B. Metode Penelitian ... 21

C. Definisi Operasional ... 23

D. Instrument Penelitian... 24


(6)

F. Tahap-tahap Penelitian ... 29

1. Pra Penelitian... 30

2. Pelaksanaan Penelitian ... 31

3. Tahap Akhir Penelitian... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Purwakarta dan Kecamatan Darangdan .. 34

B. Seni Domyak ... 38

C. Struktur Penyajian ... 40

1. Persiapan ... 41

2. Bubuka ... 42

3. Ngado’a ... 44

4. Hiburan ... 46

D. Unsur-unsur Yang Terdapat Dalam Seni Domyak ... 49

E. Peranan dari Masing-masing Kelompok/Bagian... 56

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

GLOSARIUM ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 71

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 71

Lampiran 2 Dokumentasi ... 73


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesenian adalah ekspresi dan sifat eksistensi kreatif manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia tersebut. Seni dapat lahir dan berkembang, karena pada umumnya manusia senang pada kesenian. Seperti yang diungkapkan oleh Koenjtaraningrat (1985: 5) bahwa:

Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan dimana kompleks aktifitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat biasanya berwujud benda-benda hasil dari manusia.

Jawa Barat merupakan daerah yang sangat banyak memiliki ragam kesenian, diantaranya kesenian Sisingaan, Genye, seni Ulin Kobongan, Domyak dan lain sebagainya. Ragam kesenian yang ada di Jawa Barat mempunyai bentuk serta ciri-ciri tersendiri sesuai dengan rasa dan kreativitas masyarakat pendukungnya. Beberapa faktor yang membentuk adanya kreativitas tersebut, diantaranya keadaan sosial ekonomi masyarakat, letak geografis dan pola kegiatan keseharian. Saat ini banyak bentuk kesenian yang hidup dan berkembang di masyarakat yang mencerminkan kondisi suatu daerah dan menjadi ciri khas serta identitas suatu etnis daerahnya.

Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis dibagi menjadi dua bagian di antaranya yaitu, wilayah bagian Pantura dan bagian Priangan. Yang termasuk ke dalam wilayah bagian Pantura meliputi daerah Karawang, Subang, Majalengka, Indramayu, Cirebon, dll. Dilihat secara geografis wilayah Pantura sebagian besar daerahnya di kelilingi oleh pantai. Sedangkan yang termasuk ke dalam wilayah bagian Priangan meliputi daerah Bandung, Cianjur, dll. Secara geografis wilayah bagian priangan ini daerahnya di kelilingi oleh pegunungan dan perkebunan. Kabupaten Purwakarta sendiri


(8)

berada di tengah-tengah bagian antara wilayah Pantura dan Priangan. Hal ini, akan berimbas pada seni pertunjukan milik masyarakat tertentu yang diekspresikan dengan berbagai cara tertentu pula berkaitan dengan itu khususnya di Kecamatan Darangdan, Desa Pasir Angin terdapat seni Domyak. Dimana didalam penyajiannya terdapat berbagai macam kesenian. Sesuai dengan kondisi letak geografisnya Herdiana mengungkapkan bahwa:

Masyarakat setempat umumnya bekerja di perkebunan teh, sayuran dan palawija, sehingga mereka pun akrab dengan kesenian angklung buncis yang merupakan seni buhun. Ditambah lagi, ketika itu konon di sana tidak turun hujan selama 9 bulan. Maka muncullah acara ritual meminta hujan dengan salah satunya menggunakan alat musik angklung buncis, sehingga dikenal dengan nama Seni Buncis yang saat itu keseniannya dipimpin oleh Maman Nuria (alm). Kesenian ini mulai menyebar dan berkembang ke luar Pasir Angin dengan nama Domyak pada tahun 70-an. (2012)

Domyak merupakan salah satu acara ritual untuk meminta hujan atau dapat dikatakan sebagai acara ritual memohon/meminta hujan. Seperti yang ditegaskan oleh Eman pimpinan grup Domyak : “Domyak (nakol dog-dog bari ngarampayak) mengiringi dengan tetabuhan terhadap mereka yang menari dan memberikan hiburan. Domyak dapat dikatakan sebagai alat ritual seperti memohon hujan …” (hasil wawancara dengan Eman: 08 Desember 2012).

Dengan perkembangan jaman yang semakin modern, seni Domyak di Desa Pasir Angin ini dapat dipertunjukan pada kondisi apapun, baik pertunjukan yang menggunakan panggung maupun dalam bentuk helaran,

yaitu semacam arak-arakan. Menurut salah seorang sesepuh Domyak dinyatakan bahwa : “Pertunjukan seni Domyak ini tidak terpaku pada waktu, jadi pertunjukannya disesuaikan dengan kebutuhan”. (hasil wawancara

dengan Didi: 05 Mei 2012).

Seni Domyak merupakan kesenian yang erat kaitannya dengan kegiatan ritual. Seni Domyak yang bernuansa ritual ini dilakukan dengan beberapa persyaratan. Persyaratan ini tentunya dipercaya dapat menghubungkan antara manusia dengan roh leluhurnya.


(9)

Pada saat ini, seni Domyak masih tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Walaupun demikian perkembangan seni Domyak ini lebih bersifat hiburan akan tetapi identitas budaya ritual di dalam kesenian ini masih tetap terjaga. Hal ini nampaknya sebagai upaya masyarakat setempat untuk selalu melestarikan kebudayaannya agar tidak punah.

Pendapat di atas sejalan dengan upaya yang dilakukan Eman selaku pimpinan grup seni Domyak, beliau mulai mengembangkan kembali seni Domyak. Upaya yang dilakukan oleh Eman dalam pengembangan tersebut, yaitu dengan membentuk nama grup menjadi dua (Sinar Pusaka dan Sinar Pusaka Muda) hal ini dilakukan untuk kebutuhan pertunjukan saja. Apabila ada yang membutuhkan ritual untuk meminta hujan, beliau memanggil pemain dari Sinar Pusaka, sedangkan untuk kebutuhan sebagai presentasi estetis atau hiburan seperti khitanan, hajatan, dan lain sebagainya memanggil pemain Sinar Pusaka Muda, hal ini dilakukan agar masyarakat yang melihatnya mempunyai daya tarik tersendiri. Selain itu salah satu hal yang menarik dalam seni Domyak yang terdapat di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta, yakni ada pada beberapa bentuk kesenian seperti bébélokan, momonyetan, kukudaan, seseroan, cangréud, dll.

Seni Domyak merupakan kesenian tradisional yang perkembangannya bersifat secara turun temurun. Seperti yang dijelaskan oleh Sobari dalam bukunya yang berjudul Revitalisasi Seni Domyak, bahwa:

Perintis seni Domyak diawali oleh Uyut Anen, kemudian diturunkan kepada Ama atau mama Nuria, selanjutnya diturunkan kembali kepada Abah Jumanta. Saat ini, generasi yang melanjutkan kesenian tradisional tersebut adalah Mang Didi, putra ma Ijah. Sedangkan ma Ijah adalah puteri dari aki Mirta, dan aki Mitra puteranya Uyut Anen. Dengan demikian, mang Didi adalah cucu buyut dari Uyut Anen. Abah Jumanta adalah pewaris generasi keempat yang mempertahankan eksistensi para seniman tradisi dalam mengalami perubahan dan perkembangan ke arah modernisasi di segala bidang kehidupan, khususnya seni Domyak ini. Seniman Domyak yang masih hidup diantaranya: Abah Tahrudin, Abah Husein, Ujang Itim, Odi, Kena, Tata dan Abah Ueu-ueu. Akan tetapi, seni Domyak ini sudah sangat lama tidak berkembang, bahkan hampir


(10)

punah. Dikatakan oleh para pelakunya, bahwa sudah sekitar 20 tahun seni ini tidak pernah ditanggap oleh masyarakat. (2012: 7-8)

Oleh sebab itu, peneliti sebagai salah satu masyarakat daerah Kabupaten Purwakarta ingin melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional untuk mengetahui tentang penyajian seni Domyak yang merupakan seni buhun di Kabupaten Purwakarta. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber untuk mengembangkan dan melestarikan seni Domyak.

Seni Domyak merupakan seni buhun yang mesti dipelihara dan dilestarikan. Pengaruh era globalisasi yang sangat kuat, membuat kita seakan lupa dan tidak peduli akan warisan leluhur yang seharusnya dipelihara dan dilestarikan. Bangsa yang maju merupakan bangsa yang mampu mengembangkan serta menghargai seni buhun dari leluhur. Peneliti disini berusaha untuk melihat lebih jauh lagi dan dapat memberikan informasi serta dokumentasi yang lebih jelas mengenai Penyajian Seni Domyak di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan.

Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Penyajian

Seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana struktur penyajian seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda

Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana peranan dari masing-masing kelompok/bagian seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan struktur pertunjukan seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.


(11)

2. Untuk mendeskripsikan peranan dari masing-masing kelompok/bagian seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat menggambarkan kembali, menguraikan dan memaparkan hal-hal, atau gejala-gejala sebagaimana adanya untuk mengidentifikasi tentang berbagai data yang berhasil dikumpulkan dari lapangan seperti data tentang struktur penyajian dan peranan dari masing-masing kelompok/bagian seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta. Teknik yang peneliti ambil dalam penelitian ini yakni teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti adalah Grup Sinar Pusaka Muda di Desa Pasir Angin II Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. Teknik wawancara adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data mengenai seni Domyak dengan bertanya langsung pada tokoh-tokoh atau narasumber yang dianggap berkompeten dalam memberi informasi mengenai seni Domyak, seperti para sesepuh grup seni Domyak, pimpinan grup seni Domyak, para pelaku seni Domyak, tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan penikmat keseniannya, sedangkan dokumentasi dan studi literatur dilakukan peneliti untuk mendukung informasi, data-data ataupun dokumentasi mengenai seni Domyak dari buku-buku sumber dan rekaman-rekaman pertunjukan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait yaitu:

1. Peneliti

Peneliti dapat mendapatkan berbagai pengetahuan tentang seni budaya yang berada di Kabupaten Purwakarta, khususnya tentang seni Domyak.


(12)

2. Masyarakat

Agar masyarakat lebih mengenal akan kebudayaan daerah sendiri dan selalu menjaganya dengan melestarikan seni Domyak yang sudah ada. 3. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung

Dapat menambah sumber referensi tentang Seni Domyak serta memberikan kontribusi yang ada pada perpustakaan.

4. Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini dapat menambah referensi bagi Universitas Pendidikan Indonesia mengenai kesenian tari daerah, khususnya kesenian Domyak yang ada di Kabupaten Purwakarta.

5. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Sebagai masukan dalam upaya pelestarian, pembinaan, dan pemeliharaan budaya daerah sebagai kekayaan budaya bangsa.

F. Struktur Organisasi

Sistematika yang akan peneliti terapkan dalam penulisan skripsi, yaitu:

1. Judul

2. Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas bahwa semua isi dari skripsi telah disahkan oleh pembimbing I, pembimbing II dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari.

3. Pernyataan Tentang Keaslian Karya Tulis

Penyataan tentang keaslian karya tulis dimaksudkan untuk mempertegas bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil karya serta


(13)

bebas dari plagiarisme. Oleh sebab itu, pernyataan ini harus ditandatangani oleh peneliti.

4. Kata Pengantar

Mengemukakan ucapan terimakasih dan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Abstrak

Abstrak merupakan uraian singkat dan lengkap yang memuat tentang judul, masalah penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan data, terakhir hasil penelitian dan saran.

6. Daftar Isi

Daftar isi merupakan penyajian sistematika isi secara rinci dari skripsi. Daftar isi berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul yang ingin dibacanya.

7. Daftar Tabel

Daftar tabel menyajikan secara berurutan mulai dari table pertama sampai table terakhir yang tercantum dalam skripsi.

8. Daftar Gambar

Daftar tabel menyajikan secara berurutan mulai dari gambar pertama sampai gambar terakhir yang tercantum dalam skripsi.

9. Daftar Lampiran

Daftar lampiran sama seperti fungsi daftar-daftar lainnya, yakni menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama sampai lampiran terakhir yang tercantum dalam skripsi.


(14)

10.Bab I merupakan pengantar, yaitu terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi.

11.Bab II memaparkan tentang penelitian terdahulu, struktur kesenian tradisional, seni pertunjukan, perkembangan seni Domyak, fungsi seni Domyak di masyarakat. Pada fungsi seni Domyak dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya fungsi sebagai ritual, fungsi sebagai presentasi estetis dan fungsi sebagai hiburan.

12.Bab III memaparkan tentang lokasi dan sasaran penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data. Dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Terakhir memaparkan tentang tahap-tahap penelitian yang dibagi menjadi tiga, yaitu pra penelitian, pelaksanaan penelitian dan tahap akhir penelitian.

13.Bab IV memaparkan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, diantaranya gambaran umum kabupaten Purwakarta dan kecamatan Darangdan, seni Domyak, struktur penyajian seni Domyak yang didalamnya terdapat beberapa bagian-bagian, yaitu bagian pertama, bagian kedua, bagian ketiga dan bagian keempat, unsur-unsur yang terdapat dalam seni Domyak, meliputi pendukung pertunjukan, alat musik yang digunakan, tempat, waktu, rias dan busana. Pembahasan yang terakhir mengenai peranan dari masing-masing kelompok/bagian pada seni Domyak yang didalam penyajiannya ada tiga tahapan, yaitu pembuka, inti dan hiburan.

14.Bab V merupakan kesimpulan dan saran memaparkan tentang hasil penelitian dan saran yang ditujukan kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Purwakarta, lembaga pendidikan, Dinas Pariwisata dan


(15)

Kebudayaan Kabupaten Purwakarta, dan terakhir tentang harapan peneliti agar peneliti-peneliti selanjutnya dapat meneliti sisi lain dari seni Domyak, sehingga akan memperkaya dan menambah referensi bagi yang memerlukannya.

15.Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, dokumen resmi atau sumber-sumber lain dari internet) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah.

16.Lampiran

Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian, seperti lampiran 1 memuat tentang pedoman wawancara, lampiran 2 memuat tentang dokumentasi dan lampiran 3 memuat tentang surat-surat penelitian dan SK.


(16)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Sasaran Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian tentang struktur penyajian dan peranan masing-masing kelompok/bagian dalam seni Domyak adalah di Desa Pasir Angin II Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena Desa Pasir Angin II ini satu-satunya tempat dimana seni Domyak ini berada.

2. Sasaran Penelitian

Seperti yang diungkapkan oleh (Sugiyono, 2011: 219) “Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.”

Peneliti menggunakan sampel sebagai subjek penelitian adalah seni Domyak grup Sinar Pusaka Muda di Desa Pasir Angin II Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. Alasan pemilihan subjek penelitian tersebut, dikarenakan hanya satu-satunya grup seni Domyak yang ada di Kabupaten Purwakarta.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif analisis adalah sebuah metode penelitian yang menggambarkan objek penelitian berupa data-data yang sudah ada. Seperti yang diungkapkan oleh Moleong :

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. (2007: 11)


(17)

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak mungkin memanipulasi dan mengontrol data atau variabel penelitian. Dengan demikian, penelitian ini dikenal sebagai penelitian noneksperimental karena data yang akan diteliti, baik data saat ini maupun data di masa lalu, sudah ada dan tidak mungkin dimanipulasi. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan karakteristik subjek/objek penelitian secara terperinci dan sistematis.

Jadi metode deskriptif analisis dapat disimpulkan sebagai sebuah metode penelitian yang dipilih peneliti untuk menggambarkan subjek/objek penelitian secara jelas, terperinci, dan sistematis.

Metode ini dianggap paling tepat untuk menjawab berbagai macam persoalan yang berkaitan dengan Penyajian Seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian pada penelitian ini akan mendapatkan gambaran dari subjek/objek yang diteliti sesuai dengan fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Selanjutnya menurut Moleong tentang metode penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (2007: 6)

Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat menggambarkan kembali, menguraikan dan memaparkan hal-hal, atau gejala-gejala sebagaimana adanya untuk mengidentifikasi tentang berbagai data yang berhasil dikumpulkan dari lapangan. Adapun data yang dikumpulkan dari lapangan adalah sebagai berikut.

1. Data tentang struktur penyajian, serta

2. Data tentang peranan dari masing-masing kelompok/bagian seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.


(18)

Dengan menggunakan metode ini, data-data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis. Proses analisis data diperkuat oleh hasil wawancara dan studi literatur. Kemudian diinterpretasikan dan dideskripsikan dalam bentuk tulisan oleh peneliti.

Selain itu juga, metode ini dimaksudkan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul untuk membuat kesimpulan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh peneliti.

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, ada beberapa hal terkait. Untuk menyamakan persepsi atau pandangan dan pemahaman antara pembaca dan penulis tentang istilah-istilah tersebut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Sajian adalah suatu proses menampilkan kegiatan-kegiatan kesenian, terdiri dari langkah-langkah yang terstruktur yaitu dari awal sampai akhir. (Widya, 2012: 28)

Dalam kaitan ini berhubungan dengan seni Domyak adalah sebuah acara ritual untuk memohon/meminta hujan. Dalam pandangan masyarakat pemiliknya kegiatan ritual tersebut sebagai suatu kepercayaan untuk meyuburkan tanah mereka. Dinamakan seni Domyak karena bentuk keseniannya ngadogdogan nu ngarampayak (mengiringi dengan tetabuhan

terhadap mereka yang menari dan memberikan hiburan lainnya), menurut Eman (hasil wawancara: 08 Desember 2012).

Berdasarkan dari pendapat di atas, maka penyajian seni Domyak Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta yang dimaksudkan di dalam penelitian ini yaitu mengenai bagaimana cara menyajikan seni Domyak tersebut dari awal hingga akhir yang dipertunjukan di Desa Pasir Angin II. Dan difokuskan pada struktur penyajian serta peranan dari masing-masing kelompok/bagian pada seni Domyak.


(19)

D. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012: 306) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Selanjutnya menurut Sugiyono dalam Nasution (2012: 306) menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya, ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, pada awalnya dalam penelitian kualitatif permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen atau alat penelitian, peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan yang digunakan ketika melakukan wawancara, yang berisi pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan dan menetapkan pihak-pihak yang akan diwawancarai. Pedoman wawancara ini disusun sebelum melaksanakan wawancara. (Pedoman wawancara lihat lampiran)


(20)

Pedoman wawancara digunakan untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, para sesepuh pada seni Domyak, kepala desa setempat, para pemain seni Domyak dan masyarakat sekitar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Observasi

Kegiatan observasi ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian dalam upaya pengumpulan data serta informasi mengenai permasalahan penelitian. Pada penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Seperti yang ditegaskan oleh Sugiyono (2012:204) :

Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Observasi dilakukan untuk mengamati hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu tentang struktur penyajian dan peranan masing-masing kelompok/bagian dalam seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.

Observasi dilakukan dari bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Observasi awal dilakukan pada tanggal 05 Mei 2012, yaitu untuk melihat lokasi tempat latihan (Grup Sinar Pusaka), selain itu juga berkenalan dengan Didi selaku sesepuh dari seni Domyak. Dalam observasi kali ini peneliti berkenalan dengan beberapa pemain seni Domyak yang kebetulan mereka sedang berkumpul di salah satu rumah warga setempat untuk persiapan acara di Purwakarta.

Observasi kedua dilakukan di Purwakarta dalam acara “Launching Kartu AS Purwakarta yang diadakan oleh Pasundan


(21)

Ekspress pada tanggal 06 Mei 2012. Dalam observasi kali ini, peneliti mengamati make up, kostum yang digunakan dan struktur pertunjukannya.

Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 08 Desember 2012 di kediaman rumah Eman (pimpinan grup Domyak), yang biasa digunakan untuk latihan yaitu di halaman rumah.

Observasi keempat dilakukan pada tanggal 09 Februari 2013 di kediaman rumah Eman (pimpinan grup Domyak), pada observasi kali ini peneliti melihat dan mengamati pertunjukan seni Domyak dari awal hingga akhir pertunjukan.

Observasi kelima dilakukan pada tanggal 06 Juni 2013 di kediaman rumah Eman (pimpinan grup Domyak), pada observasi kali ini peneliti mencari data-data yang kurang untuk melengkapi hasil penelitian.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang tidak didapatkan dalam observasi, karena observasi hanya sebatas melihat dan mengamati. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, namun dalam pelaksanaannya lebih bersifat fleksibel.

Wawancara awal dilakukan pada tanggal 05 Mei 2012 yang selanjutnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat. Wawancara dilakukan disesuaikan dengan observasi, karena dalam pelaksanaannya setiap melakukan observasi, peneliti sekaligus mewawancarai narasumber.

Peneliti mewawancarai beberapa narasumber yang memiliki keterlibatan langsung dengan seni Domyak yaitu Didi selaku sesepuh Seni Domyak dan Eman selaku ketua grup seni Domyak. Pertanyaan


(22)

yang diajukan kepada Didi dan Eman adalah tentang struktur penyajian dan peranan dari masing-masing bagian pada seni Domyak. Selain itu juga wawancara dilakukan kepada beberapa anggota, salah satunya adalah pemain musik dan penari mengenai awal mula mereka bergabung dalam seni Domyak.

Wawancara kedua dilakukan di kediaman rumah Eman pada tanggal 08 Desember 2012 untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang seni Domyak.

Wawancara ketiga dilakukan pada tanggal 09 Februari 2013 di kediaman rumah Eman (pimpinan grup Domyak) dengan Suharna (ketua RT setempat) dan para sesepuh seni Domyak, pada wawancara kali ini peneliti membahas mengenai persiapan sebelum pertunjukan seni Domyak yang akan diadakan di Desa Pasir Angin II.

Wawancara keempat dilakukan pada tanggal 06 Juni 2013 di kediaman rumah Eman (pimpinan grup Domyak) dengan Ua Tata (sesepuh Domyak), pada wawancara kali ini peneliti membahas mengenai hal-hal atau data-data yang kurang jelas tentang seni Domyak. 3. Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi sebagai data dalam bentuk fisik yang berbentuk audio, audio visual dan visual. Seni Domyak didokumentasikan berupa foto, video dari seni Domyak dan audio berupa rekaman hasil dari wawancara. Dari semua data yang didapat, dipergunakan sebagai keterangan yang nyata untuk diolah.

Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Kamera foto untuk mendokumentasikan hal-hal yang berhubungan dengan seni Domyak, yakni; make up, kostum yang digunakan, alat musik yang dimainkan, dan perlengkapan untuk pertunjukan seni Domyak (sesaji, dongdang, dan lain sebagainya).


(23)

b. Camera Digital untuk merekam proses penyajian seni Domyak dan direkam sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan.

Penggunaan alat-alat dalam studi dokumentasi sangat membantu dalam proses pengamatan selama pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini.

4. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan peneliti untuk mendukung atau memperkuat konsep-konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang ada dilapangan. Adapun berbagai sumber yang peneliti ambil, diantaranya dari buku-buku, dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian. Adapun buku-buku yang peneliti gunakan sebagai acuan adalah buku dengan judul Pertumbuhan Seni Pertunjukan ditulis oleh Edi Sedyawati (1981) dalam bukunya Edi menguraikan tentang konsep-konsep seni, sejarah seni pertunjukan, perkembangan seni pertunjukan tradisional dan pada akhirnya selesai kepada pelestarian budaya bangsa dibahas secara jelas. Pada buku ini peneliti mengacu pada konsep-konsep tentang perkembangan seni pertunjukan tradisional dengan konteks seni pertunjukan di Indonesia. Pada sub-judul ini dijelaskan Seni pertunjukan di Indonesia berangkat dari suatu keadaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan ethnic yang berbeda satu sama lain.

Literatur lain yang digunakan penulis dalam mengkaji seni tradisional dan seni pertunjukan adalah karya RM Soedarsono (2010) yang berjudul Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi: Buku ini terdiri dari tiga bab yang secara umum menggambarkan tentang berbagai macam kesenian yang ada di Indonesia mulai dari masa pra sejarah hingga di Era Globalisasi. Pada awal pembahasannya Soedarsono memaparkan sejarah perkembangan seni pertunjukan dari masa pra sejarah. Seni pertunjukan yang dilakukan memiliki tujuan untuk ritual upacara pemujaan kepada roh nenek moyang yang pada saat itu


(24)

berkembang dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Selanjutnya dipaparkan tentang perkembangan seni pertunjukan pada pengaruh Hindu, masa pengaruh islam, masa pengaruh cina, masa pengaruh barat, masa kemerdekaan, masa orde baru dan globalisasi. Pada bagian fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat. Soedarsono menjelaskan bahwa fungsi seni pertunjukan dibagi menjadi tiga yaitu; seni pertunjukan sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan sebagai presentasi estetik. Lebih lanjut Soedarsono memaparkan tentang seni pertunjukan dan pariwisata di Era Globalisasi. Menurut Soedarsono di negara-negara berkembang fungsi seni pertunjukan sebagai presentasi estetis berkembang dengan pesat adalah seni pertunjukan yang dipresentasikan kepada wisatawan. Adapun sub-judul yang peneliti gunakan sebagai pedoman yaitu fungsi seni pertunjukan sebagai sarana ritual, hiburan pribadi dan sebagai sarana presentasi estetis.

Selanjutnya dalam buku karya Nunung Sobari (2012) dengan judul Revitalisasi Seni Domyak; Buku ini terdiri dari lima bab secara umum menjelaskan tentang seni Domyak. Pada awal pembahasan dijelaskan tentang seni Domyak dan perkembangannya, selanjutnya diuraikan tentang materi sajian dan pengemasan seni Domyak, lalu pada pembahasan selanjutnya dipaparkan mengenai proses revitalisasi seni Domyak dan di akhir pembahasan mengenai sosialisasi dan diskusi tentang seni Domyak secara keseluruhan.

F. Tahap-tahap Penelitian

Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur dikumpulkan dan diklasifikasikan, kemudian dianalisis guna untuk mendapatkan kesimpulan yang diperlukan untuk kepentingan penulisan. Adapun langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut.


(25)

1. Pra Penelitian

Langkah-langkah yang terdapat pada proses pra penelitian adalah sebagai berikut:

a. Survei

Kegiatan survei awal dilaksanakan pada awal bulan Mei 2012. Guna survei ini dilakukan untuk menentukan objek yang akan diteliti. Ketika melakukan survei awal di lapangan, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian dan judul yang kemudian diajukan kepada dewan skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari.

b. Pengajuan Judul

Setelah melihat fenomena yang terjadi dalam pertunjukan Seni Domyak, kemudian peneliti merumuskan masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai kajian dalam penelitian. Selanjutnya setelah masalah dirumuskan, kemudian menentukan judul penelitian yang akan diajukan kepada dewan skripsi pada pertengahan bulan Oktober 2012 untuk diseleksi ulang.

c. Penyusunan Proposal

Penyusunan proposal penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 dan dikonsultasikan kepada dosen yang dianggap berkompeten dalam menguasai materi yang akan dibahas oleh peneliti.

d. Sidang Proposal

Sidang proposal dilakukan pada akhir bulan Oktober 2012. Pada saat sidang dilanjutkan pada tahap ujian sidang proposal/seminar proposal penelitian yang telah diajukan kepada dewan skripsi. Peneliti juga mendapatkan masukan dari para penguji proposal yang harus diperbaiki. Untuk melengkapi latar belakang yang belum lengkap, revisi judul serta lebih memfokuskan masalah yang akan diungkap.


(26)

e. Revisi Proposal

Setelah sidang/seminar proposal dilaksanakan, selanjutnya adalah tahap revisi proposal sesuai dengan pembimbing I dan pembimbing II yang telah ditunjuk oleh dewan skripsi.

f. Penetapan Instrumen Penelitian

Penentuan instrumen penelitian ini dilakukan setelah revisi proposal. Instrumen penelitian yang disusun berupa beberapa pertanyaan mengenai permasalahan yang ditemukan dan dikonsultasikan kepada Pembimbing I dan Pembimbing II.

g. Pengajuan Izin Penelitian

Langkah-langkah dalam pengajuan izin penelitian adalah sebagai berikut ;

1) Diperlukan surat izin penelitian untuk memperlancar jalannya penelitian. Setelah proposal disetujui dan disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II serta diketahui oleh Ketua Jurusan dan Dewan Skripsi.

2) Surat izin penelitian diajukan kepada ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari kemudian diajukan lagi kepada Dekan FPBS UPI dan selanjutnya diajukan lagi kepada Rektor UPI. Selain mendapatkan surat izin penelitian, peneliti juga mendapat surat keputusan skripsi dan pengangkatan pembimbing I dan pembimbing II yang akan ditugaskan memberi masukan, bimbingan, dan arahan selama penelitian berlangsung hingga sidang skripsi.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Konsultasi

Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II dilakukan pada saat pelaksanaan penelitian sampai sidang skripsi. Konsultasi yang dilakukan yaitu menyangkut keseluruhan bab yang terdapat dalam skripsi.


(27)

b. Observasi

Observasi dilakukan pada bulan Desember 2013, peneliti melakukan observasi awal ke subjek penelitian yaitu seni Domyak grup Sinar Pusaka Muda di Desa Pasir Angin II Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. Dalam observasi awal peneliti mendapatkan gambaran data umum mengenai subjek yang akan diteliti.

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dimulai dari bulan Desember 2012 sampai bulan Juni 2013. Data yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan beberapa cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebuah proses mengolah data setelah semua data terkumpul seperti catatan, rekaman audio visual, visual dan gambar-gambar untuk kemudian dilakukan tahapan-tahapan pengolahan sebagai berikut :

1) Mengumpulkan dan mengelompokan data-data berdasarkan jenis data penelitian.

2) Menyesuaikan dan melakukan perbandingan antara hasil data yang diperoleh dari lapangan dengan literatur yang diperoleh, sebagai bahan kesimpulan penelitian.

3) Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari hasil pengolahan data dalam bentuk laporan tulisan.

d. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun tahapan-tahapan analisis yaitu :


(28)

1) Menganalisis struktur penyajian Seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.

2) Menganalisis peranan dari masing-masing kelompok/bagian Seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta. e. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan setelah data terkumpul dan diolah. Dalam penulisan laporan harus sesuai dengan prosedur berdasarkan perolehan dan pengolahan data.

f. Pra Sidang

Setelah penelitian dan penulisan laporan selesai, kemudian dilaksanakan Pra Sidang atau sidang tahap I.

g. Sidang

Setelah Pra Sidang dilaksanakan ada beberapa yang harus direvisi dan perubahan judul. Setelah itu kemudian dilanjutkan pada sidang atau sidang tahap II.

h. Penggandaan Laporan

Penggandaan laporan merupakan tahap akhir di mana setelah mengikuti Pra Sidang, Sidang dan revisi dengan pembimbing I dan pembimbing II kemudian langkah terakhir yaitu penggandaan laporan.


(29)

Rina Arifa, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Seni Domyak lahir pada tahun 1920, yang pada awalnya sebagai upacara ritual meminta hujan, karena dahulu di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta pernah mengalami kemarau panjang selama 9 bulan sehingga sawah serta ladang masyarakat setempat menjadi kering.

2. Seni Domyak di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta telah mengalami alih fungsi dari awal untuk sarana ritual menjadi sarana presentasi estetis. Dengan adanya alih fungsi menjadi sarana presentasi estetis, maka sudah tentu pertunjukan seni Domyak dibuat dan ditata berdasarkan konsep estetis karena karya yang dibuat akan dipertunjukan sehingga harus dikemas sesuai dengan kebutuhan tetapi tidak mengubah nilai-nilai ritual yang terkandung didalamnya. 3. Struktur penyajian seni Domyak diawali dengan persiapan, dilanjutkan

dengan gending tatalu atau musik pembukauntuk mengundang penonton, dilanjutkan dengan ngado’a dan ditutup dengan hiburan berbagai macam kesenian.

4. Ciri khas dari pertunjukan seni Domyak terdapat berbagai macam kesenian yaitu bébélokan, seseroan, babagongan, momonyetan, kukudaan

dan cangréud.

5. Peranan dari masing-masing kelompok/bagian kesenian tersebut, hanya sebagai pelengkap agar dalam pertunjukan masyarakat tidak jenuh untuk menyaksikan pertunjukan seni Domyak. Karena intinya dari pertunjukan seni Domyak yaitu terletak pada bagian ngado’a.


(30)

B. Saran

Sebagai tindak lanjut kearah setingkat lebih maju khususnya menyangkut pelestarian seni Domyak, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran demi kelangsungan hidup seni Domyak sebagai sebuah pertunjukan seni tradisional khas Kabupaten Purwakarta sebagai berikut.

1. Pada umumnya masyarakat kurang mengetahui seni Domyak, sebaiknya perlu diadakan upaya sosialisasi untuk memperkenalkan seni Domyak khususnya pada generasi muda.

2. Untuk kelestarian seni Domyak, sebaiknya dilakukan pembinaan agar dapat terealisasikan pada lembaga pendidikan dengan menjadikan seni Domyak sebagai salah satu alternativ materi seni tari daerah setempat pada mata pelajaran seni budaya atau pada ekstrakulikuler seni tari.

3. Kelestarian seni Domyak merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat di Kabupaten Purwakarta termasuk petinggi-petinggi pemerintah setempat khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta yang menjadi tanggung jawab lembaganya untuk melestarikan seni budaya yang asli tercipta di Kabupaten Purwakarta. Maka dari itu, sebaiknya lembaga tersebut bukan hanya melakukan investarisir jenis-jenis seni budaya yang pernah ada di Kabupaten Purwakarta tanpa adanya tindak lanjut untuk penanggulangan kelestarian seni Domyak yang tengah sekarat ini. Mengingat banyaknya kesenian buhun yang keberadaanya kurang diketahui, alangkah baiknya digali kembali. Dengan demikian akan menambah investasi budaya yang dapat mendatangkan kesejahteraan baik masyarakat pendukung maupun pemerintah Kabupaten Purwakarta. Tidak hanya itu, usaha untuk merevitalisasi seni Domyak yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah mendapatkan respon yang positif dari masyarakat setempat. Hal ini, seharusnya dijadikan sebagai motivasi untuk tetap mempertahankan, menjaga dan melestarikan seni Domyak.


(31)

4. Dengan adanya karya ilmiah berupa skripsi yang peneliti buat diharapkan ada peneliti-peneliti berikutnya untuk meneliti sisi lain dari seni Domyak, sehingga akan memperkaya dan menambah referensi bagi yang memerlukannya.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Alya, Qonita. (2009) Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.

Bandung: Indahjaya Adipratama

Azman, Nur. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Bandung: Penabur Ilmu

Dipura, Cepi Candra. (2011). Struktur Penyajian Kesenian Reak Pada Acara Khitanan oleh Lingkung Seni Gelar Pusaka di Kabupaten Sumedang.

Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Fitriyani, Herni. (2002). Kesenian Domyak di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Hermanto, Idan. (2010). Pintar Antropologi (Pendamping dan Pengkayaan Siswa Hebat). Yogyakarta: Tunas Publishing

Heryana, Agus dkk. (2009). Mengungkap Nilai Tradisi Pada Seni Pertunjukan Rakyat Jawa Barat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung: CV. Bintang WarliArtika

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Maulani, Noviyanti. (2010) Seni Pertunjukan Belentuk Ngapung di Kampung Pasirceuri Kabupaten Subang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rosala, Dedi. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press

---, dkk. (1999). Pengetahuan Tari dan Drama Sebuah Pengantar.

Bandung: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik FPBS IKIP


(33)

Sobari, Nunung. (2012). Revitalisasi Seni Domyak. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Soedarsono. (2010). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Widya, Ia Rahma. (2012). Sajian Seni Wisata di Desa Binaan Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

B. Internet

Herdiana, Dedy. (2012, 07 April). Domyak bangkit kembali ditangan abah Jumanta. Tribun Jabar [Online], halaman 2. Tersedia: http://jabar.tribunnews.com/2012/04/07/domyak-bangkit-kembali-di-tangan-abah-jumanta [10 Mei 2012]

http://id.wikipedia.org/w/index.php?

Title=berkas:Logo_Purwakarta_color.jpg&filetimestamp=20100530014 528 [10 Juni 2013]


(1)

33

Rina Arifa, 2013

Penyajian Seni Domyak Pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Menganalisis struktur penyajian Seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.

2) Menganalisis peranan dari masing-masing kelompok/bagian Seni Domyak pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta.

e. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan setelah data terkumpul dan diolah. Dalam penulisan laporan harus sesuai dengan prosedur berdasarkan perolehan dan pengolahan data.

f. Pra Sidang

Setelah penelitian dan penulisan laporan selesai, kemudian dilaksanakan Pra Sidang atau sidang tahap I.

g. Sidang

Setelah Pra Sidang dilaksanakan ada beberapa yang harus direvisi dan perubahan judul. Setelah itu kemudian dilanjutkan pada sidang atau sidang tahap II.

h. Penggandaan Laporan

Penggandaan laporan merupakan tahap akhir di mana setelah mengikuti Pra Sidang, Sidang dan revisi dengan pembimbing I dan pembimbing II kemudian langkah terakhir yaitu penggandaan laporan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Seni Domyak lahir pada tahun 1920, yang pada awalnya sebagai upacara ritual meminta hujan, karena dahulu di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta pernah mengalami kemarau panjang selama 9 bulan sehingga sawah serta ladang masyarakat setempat menjadi kering.

2. Seni Domyak di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta telah mengalami alih fungsi dari awal untuk sarana ritual menjadi sarana presentasi estetis. Dengan adanya alih fungsi menjadi sarana presentasi estetis, maka sudah tentu pertunjukan seni Domyak dibuat dan ditata berdasarkan konsep estetis karena karya yang dibuat akan dipertunjukan sehingga harus dikemas sesuai dengan kebutuhan tetapi tidak mengubah nilai-nilai ritual yang terkandung didalamnya. 3. Struktur penyajian seni Domyak diawali dengan persiapan, dilanjutkan

dengan gending tatalu atau musik pembukauntuk mengundang penonton, dilanjutkan dengan ngado’a dan ditutup dengan hiburan berbagai macam kesenian.

4. Ciri khas dari pertunjukan seni Domyak terdapat berbagai macam kesenian yaitu bébélokan, seseroan, babagongan, momonyetan, kukudaan

dan cangréud.

5. Peranan dari masing-masing kelompok/bagian kesenian tersebut, hanya sebagai pelengkap agar dalam pertunjukan masyarakat tidak jenuh untuk menyaksikan pertunjukan seni Domyak. Karena intinya dari pertunjukan seni Domyak yaitu terletak pada bagian ngado’a.


(3)

65

Rina Arifa, 2013

Penyajian Seni Domyak Pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Saran

Sebagai tindak lanjut kearah setingkat lebih maju khususnya menyangkut pelestarian seni Domyak, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran demi kelangsungan hidup seni Domyak sebagai sebuah pertunjukan seni tradisional khas Kabupaten Purwakarta sebagai berikut.

1. Pada umumnya masyarakat kurang mengetahui seni Domyak, sebaiknya perlu diadakan upaya sosialisasi untuk memperkenalkan seni Domyak khususnya pada generasi muda.

2. Untuk kelestarian seni Domyak, sebaiknya dilakukan pembinaan agar dapat terealisasikan pada lembaga pendidikan dengan menjadikan seni Domyak sebagai salah satu alternativ materi seni tari daerah setempat pada mata pelajaran seni budaya atau pada ekstrakulikuler seni tari.

3. Kelestarian seni Domyak merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat di Kabupaten Purwakarta termasuk petinggi-petinggi pemerintah setempat khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta yang menjadi tanggung jawab lembaganya untuk melestarikan seni budaya yang asli tercipta di Kabupaten Purwakarta. Maka dari itu, sebaiknya lembaga tersebut bukan hanya melakukan investarisir jenis-jenis seni budaya yang pernah ada di Kabupaten Purwakarta tanpa adanya tindak lanjut untuk penanggulangan kelestarian seni Domyak yang tengah sekarat ini. Mengingat banyaknya kesenian buhun yang keberadaanya kurang diketahui, alangkah baiknya digali kembali. Dengan demikian akan menambah investasi budaya yang dapat mendatangkan kesejahteraan baik masyarakat pendukung maupun pemerintah Kabupaten Purwakarta. Tidak hanya itu, usaha untuk merevitalisasi seni Domyak yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah mendapatkan respon yang positif dari masyarakat setempat. Hal ini, seharusnya dijadikan sebagai motivasi untuk tetap mempertahankan, menjaga dan melestarikan seni Domyak.


(4)

66

4. Dengan adanya karya ilmiah berupa skripsi yang peneliti buat diharapkan ada peneliti-peneliti berikutnya untuk meneliti sisi lain dari seni Domyak, sehingga akan memperkaya dan menambah referensi bagi yang memerlukannya.


(5)

Rina Arifa, 2013

Penyajian Seni Domyak Pada Grup Sinar Pusaka Muda Kabupaten Purwakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Alya, Qonita. (2009) Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.

Bandung: Indahjaya Adipratama

Azman, Nur. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Bandung: Penabur Ilmu

Dipura, Cepi Candra. (2011). Struktur Penyajian Kesenian Reak Pada Acara Khitanan oleh Lingkung Seni Gelar Pusaka di Kabupaten Sumedang.

Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Fitriyani, Herni. (2002). Kesenian Domyak di Desa Pasir Angin Kecamatan

Darangdan. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Hermanto, Idan. (2010). Pintar Antropologi (Pendamping dan Pengkayaan Siswa

Hebat). Yogyakarta: Tunas Publishing

Heryana, Agus dkk. (2009). Mengungkap Nilai Tradisi Pada Seni Pertunjukan

Rakyat Jawa Barat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung: CV. Bintang WarliArtika

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Maulani, Noviyanti. (2010) Seni Pertunjukan Belentuk Ngapung di Kampung

Pasirceuri Kabupaten Subang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan

Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rosala, Dedi. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press

---, dkk. (1999). Pengetahuan Tari dan Drama Sebuah Pengantar.

Bandung: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik FPBS IKIP


(6)

Sobari, Nunung. (2012). Revitalisasi Seni Domyak. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Soedarsono. (2010). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Widya, Ia Rahma. (2012). Sajian Seni Wisata di Desa Binaan Kecamatan Ciater

Kabupaten Subang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan

B. Internet

Herdiana, Dedy. (2012, 07 April). Domyak bangkit kembali ditangan abah Jumanta. Tribun Jabar [Online], halaman 2. Tersedia: http://jabar.tribunnews.com/2012/04/07/domyak-bangkit-kembali-di-tangan-abah-jumanta [10 Mei 2012]

http://id.wikipedia.org/w/index.php?

Title=berkas:Logo_Purwakarta_color.jpg&filetimestamp=20100530014 528 [10 Juni 2013]