DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA BERMUATAN NILAI PADA TOPIK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT.
DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA BERMUATAN NILAI PADA TOPIK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Astrid Sutrianing Tria 0901977
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA BERMUATAN NILAI PADA TOPIK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh
Astrid Sutrianing Tria 0901977
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Astrid Sutrianing Tria 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa izin penulis.
(3)
DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA BERMUATAN NILAI PADA TOPIK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh:
ASTRID SUTRIANING TRIA 0901977
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Dr. Wawan Wahyu, S.Pd, M.Pd. NIP. 19711120 199802 1 001
Pembimbing II,
Dr. Nahadi, S.Pd, M.Si, M.Pd. NIP. 19710204 199702 1 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Dr. rer. nat, Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 19661121 199103 1 002
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai Pada Topik Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Instrumen penelitian berupa format kesesuaian pembuatan desain pembelajaran bermuatan nilai dan lembar validasi. Desain pembelajaran disusun sesuai dengan format kesesuaian. Desain pembelajaran divalidasi oleh tujuh validator yang terdiri dari tiga guru kimia SMA dan empat dosen pendidikan kimia. Setiap desain pembelajaran yang dikembangkan akan dihitung nilai validasinya. Hasil analisis data CVI untuk desain kompetensi/tujuan adalah 0,89 dengan kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain kompetensi/tujuan bermuatan nilai adalah dirumuskannya tujuan/kompetensi aspek afektif yang dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan pada siswa. Hasil data CVI untuk analisis materi ajar bermuatan nilai menunjukkan angka sebesar 1 dengan kategori sangat sesuai. Karakteristik dari materi ajar bermuatan nilai yakni materi ajar dapat disisipkan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi kehidupan siswa. Hasil analisis data CVI untuk desain strategi/metode pembelajaran adalah 0,99 dengan kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain strategi/metode pembelajaran bermuatan nilai adalah dipilihnya metode praktikum & diskusi, pendekatan scientific dan model pembelajaran kooperatif inkuiri yang dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan pada diri siswa. Hasil analisis data CVI untuk desain evaluasi/assessment pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah 0,94 dengan kategori sangat sesuai. Karakteristik desain evaluasi/assessment
bermuatan nilai ialah dirumuskannya penilaian menggunakan self assessment dan
peer assessment. Materi ajar bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit dapat menanamkan nilai kerja keras, religius dan disiplin.
(5)
ABSTRACT
The title of this research is “Instructional Design of Chemistry Contained Value on Topic Electrolytes and Non Electrolytes Solution”. The purpose of this research is to obtain information about instructional design of chemistry contained value on topic electrolytes and non electrolytes solution. The method of this research is descriptive method. Instruments of this research are suitability of instructional design and validation sheet. Instructional design validated by seven validator. The result of CVI on the competencies design is 0,89 and belong to very appropriate category. Characteristic of competencies design, there are a affective aspect that can instill the values of life. The result of CVI on the instructional material design is 1 and belong to very appropriate category. Characteristic of the instructional material design is instructional material can be inserted values of life. The result of CVI on instructional strategies design is 0,99 and belong to very appropriate category. Characteristic of strategies design are choosed experiment and discussion method, scientific approach, and cooperative inquiry model. The result of CVI on evaluation design is 0,94 and belong to very appropriate category. Characteristic of evaluation design, there are self and peer assessment. Instructional materials on topic electrolytes and non electrolytes solution can instill work hard, religious and discipline.
(6)
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Desain Pembelajaran ... 8
B. Pembelajaran Bermuatan Nilai ... 33
C. Tinjauan Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
A. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 42
B. Metode Penelitian... 41
C. Definisi operasional ... 44
D. Instrumen Penelitian... 44
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 44
F. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasil Penelitian ... 49
1. Validasi Desain Kompetensi/Tujuan... 49
(7)
3. Validasi Desain Strategi/Metode Pembelajaran ... 51
4. Validasi Desain Evaluasi/Assessment ... 52
B. Pembahasan ... 53
1. Desain Kompetensi/Tujuan ... 53
2. Desain Materi Pembelajaran ... 55
3. Desain Strategi/Metode Pembelajaran ... 56
4. Validasi Desain Evaluasi/Assessment ... 59
5. Materi Ajar Bermuatan Nilai ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN A ... 69
LAMPIRAN B ... 86
LAMPIRAN C ... 97
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 21
Tabel 2.2. Sintak Model Pembelajaran Inkuiri ... 23
Tabel 2.3. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Inkuiri ... 23
Tabel 2.4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran ... 35
Tabel 2.5. Perbedaan Larutan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah dan Non Elektrolit ... 40
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Angket Tanggapan ... 46
Tabel 3.2. Harga CVR Kritis Lawshe dari Beberapa Validator ... 47
Tabel 3.3. Kategori Hasil Perhitungan CVI ... 48
Tabel 4.1. Data Hasil Validasi Desain Kompetensi/Tujuan Pembelajaran ... 49
Tabel 4.2. Data Hasil Validasi Desain Materi Pembelajaran ... 50
Tabel 4.3. Data Hasil Validasi Desain Strategi/Metode Pembelajaran ... 51
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ranah Kemampuan Intelektual ... 12
Gambar 2.2. Domain Kognitif ... 13
Gambar 2.3. Domain Afektif ... 15
Gambar 2.4. Domain Psikomotor ... 17
Gambar 2.5. Rangkaian Alat untuk Pengujian Daya Hantar Listrik pada Larutan ... 38
Gambar 2.6. Gejala Daya Hantar Listrik Larutan ... 40
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A... 69 Lampiran B...86 Lampiran C...97
(11)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan melalui pendidikan. Pendidikan adalah unsur terpenting dalam pembangunan bangsa, karena melalui pendidikan nilai-nilai dalam kehidupan dapat ditanamkan. Pendidikan berlandaskan nilai sebenarnya telah dicita-citakan bangsa Indonesia, hal ini tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, bahwa untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer 81 A tentang Implementasi Kurikulum itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama (Kemendikbud, 2013).
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa pendidikan Indonesia kini mengacu pada kurikulum baru yakni kurikulum 2013. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja. Pada kurikulum 2013, aspek kompetensi lulusan dibuat berimbang antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pada jenjang SMA dan sederajat, kurikulum 2013 menuntut siswa agar memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Hal ini dipertegas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
(12)
Jika kita telaah lebih dalam, kondisi perilaku para siswa di Indonesia kini sangat menghawatirkan. Para siswa di Indonesia dihadapkan oleh nilai-nilai modernitas yang kian lama kian menghantam nilai-nilai tradisi masyarakat Indonesia. Materialisme dan hedonisme begitu lebih diagungkan dari norma agama dan Pancasila. Beberapa siswa terjerumus pada sikap permisif, agresif, dan arogan. Krisis nilai pada diri siswa begitu dahsyat sehingga menghantam sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan juga bermasyarakat. Beberapa siswa di Indonesia mengalami disorientasi nilai dimana arah kehidupan yang lama tiba-tiba berubah dan menjadi sangat tidak beraturan. Nilai-nilai tradisional seperti gotong-royong, santun, dan jujur seperti kehilangan relevansi dari kehidupan para siswa di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Hasan (2009) dengan judul Correlation Between Learning Motivation and Academic Cheating Behavior at PI High School Student Jakarta menemukan bahwa sekitar 90,7 % siswa kelas XI SMA (usia 16-18 tahun) pernah mencontek minimal satu kali, bahkan sebagian besar (65,1%) mencontek lebih dari 10 kali. Hal ini sangat ironis, mencontek seperti sudah membudaya pada kehidupan di negara ini.
Dari pemamaparan di atas dapat ditarik suatu pernyataan bahwa terjadi ketidaksejalanan antara tuntutan pemerintah dan tuntutan kurikulum dengan fakta yang terjadi pada dunia pendidikan saat ini. Pendidikan yang menurut Permendikbud no. 81 A tahun 2013 dan kurikulum 2013 seharusnya bisa membentuk nilai dan budi pekerti yang baik, kini belum dapat terlaksana dengan maksimal. Fenomena krisis nilai yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya salah satunya disebabkan karena adanya kesalahan sistem pendidikan di sekolah. Kesalahan pendidikan pada zaman sekarang adalah para guru lebih mengutamakan nilai yang bersifat kuantitatif saja daripada nilai yang bersifat kualitatif yang merupakan nilai moral dan sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kata lain, nilai dalam bentuk angka lebih diutamakan daripada nilai moral yang baik.
Krisis nilai pada siswa di Indonesia tidak bisa dibiarkan begitu saja, oleh karena itu perlu adanya penanaman nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di lingkungan sekolah penanaman
(13)
nilai-nilai karakter dapat juga dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Praktik pendidikan nilai di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab mata pelajaran Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) saja, semua mata pelajaran pun bertanggung jawab untuk mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan dalam setiap pokok bahasannya, termasuk dalam mata pelajaran kimia. Oleh karena itu perlu disusun suatu desain pembelajaran kimia yang mengedepankan pada penanaman nilai-nilai kehidupan. Desain pembelajaran dapat dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sangat penting karena setiap pelaksanaan pembelajaran diperlukan suatu perencanaan yang baik, matang dan optimal. Penanaman nilai-nilai kehidupan pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilakukan seorang guru dengan cara penggunaan model pembelajaran yang menekankan partisipasi siswa dalam aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model pembelajaran kooperatif inkuiri.
Pembelajaran kooperatif yang dipadukan dengan inkuiri dipilih karena pembelajaran ini dapat memenuhi tuntutan Kompetensi Inti yang tertera pada Silabus Kurikulum 2013. Kompetensi Inti menuntut agar siswa tidak hanya dapat mencapai tujuan kognitif saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran kooperatif inkuiri dapat disusun sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, sikap rasa ingin tahu, nilai kejujuran, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama sehingga akan muncul sikap saling menghargai dan bekerja sama antar siswa. Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung merupakan proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan
(14)
pola 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pendidikan nilai, salah satunya yang dilakukan oleh Trisnahada (2011). Penelitian ini memberikan informasi bahwa pembelajaran IPA yang dikembangkan dengan strategi penanaman nilai-nilai kejujuran menunjukkan adanya perubahan sikap yang diperlihatkan terhadap mata pelajaran IPA dan perilaku siswa di kelas dan di luar kelas, keberanian untuk mengakui bila melakukan kekeliruan, selalu melaksanakan tugas-tugas dengan baik, serta percaya diri dalam berucap dan bertindak.
Penelitian mengenai pembelajaran kooperatif juga telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian yang dilakukan Umar (2011) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif sangat efektif mengembangkan nilai-nilai demokrasi bagi upaya penumbuhan sikap warga negara yang demokratis, yaitu: kebebasan mengemukakan pendapat, bertanya, dan menghargai pendapat temannya, saling bekerja sama, terjadinya dialog, rembug dan musyawarah, terciptanya rasa persaudaraan dalam keberagamaan; dan bersikap toleran bersama teman/orang lain.
Penelitian mengenai pembelajaran dengan model inkuri telah dilakukan oleh Sulistyarini (2011). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model inkuiri bermuatan nilai demokrasi memunculkan kemampuan berpikir kritis, tumbuh semangat berkreativitas, komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai demokrasi, keberanian bertanya, mengeluarkan pendapat, ide, gagasan serta berargumentasi, tidak takut salah dalam belajar dan berani berbeda pendapat tetapi tetap bertoleransi. Proses pembelajaran lebih terarah, interaksi di kelas menjadi lebih optimal, siswa merasa tidak bosan dan tidak merasa tertekan. Siswa mampu menunjukkan sikap bekerja sama, menunjukkan sikap keterbukaan dan sikap bertanggung jawab.
Penelitian yang dilakukan Murtiani et al. (2009) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran materi difusi dan osmosis dapat
(15)
ditingkatkan dengan menggunakan kolaborasi model pembelajaran kooperatif dan inkuiri. Dengan menggunakan model kooperatif dan inkuri, ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan ≥ 85%. Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan Ramadhani et al. (2013), penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan pendekatan inkuiri lebih baik dari hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
Agar tidak bertentangan dengan pembelajaran kontekstual, metode pembelajaran dilakukan dengan praktikum. Dengan metode praktikum dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa, siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuri, sikap ilmiah, mengamati proses, serta siswa dilatih berbagai kecakapan hidup dan penanaman nilai kehidupan. Pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit ada banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat ditanamkan pada diri siswa. Selain itu, praktikum dengan topik larutan elektrolit dan non elektrolit ini dapat merangsang rasa ingin tahu pada diri siswa. Oleh karena itu, larutan elektrolit dan non elektrolit dipilih sebagai topik pada penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai pada Topik Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah : “Bagaimana desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit?“. Pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi sub masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik desain pembelajaran bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit?
2. Nilai-nilai apakah yang dapat ditanamkan dari topik larutan elektrolit dan non elektrolit ?
(16)
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini berjalan lancar dan terarah diperlukan adanya pembatasan masalah yang diteliti, yaitu:
1. Desain pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkatnya.
2. Model pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif inkuiri pola 5 M.
3. Nilai yang dikembangkan adalah religius, rasa ingin tahu, disiplin, jujur, terbuka, teliti, tanggung jawab, kritis, demokratis, komunikatif, kerja sama, santun, toleran, peduli lingkungan, responsif, pro-aktif, kerja keras dan menghargai prestasi.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif inkuiri adalah:
1. Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit sehingga dapat memberikan referensi baru bagi guru kimia mengenai strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di institusi terkait.
(17)
3. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan peneliti lain untuk mengembangkan desain pembelajaran bermuatan nilai pada konten dan konteks kimia yang sama ataupun berbeda.
(18)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia dan beberapa Sekolah Menengah Atas di kota Bandung. Penelitian difokuskan pada pembuatan desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Perangkatnya.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut (Arikunto, 2005), metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Pada penelitian ini, peneliti menggambarkan kondisi apa adanya dalam menjelaskan temuan yang diperoleh selama penelitian. Peneliti akan menjelaskan nilai validitas yang diperoleh dari hasil validasi desain pembelajaran bermuatan nilai, karakteristik dari desain pembelajaran bermuatan nilai serta pembahasan mengenai nilai-nilai yang ditanamkan pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk kata-kata atau frase. Di bawah ini merupakan alur/tahap-tahap kegiatan yang peneliti lakukan dalam melaksanakan penelitian. Alur penelitian tersebut akan disajikan dalam bentuk Gambar 3.1.
(19)
Gambar 3.1. Alur Penelitian Kurikulum 2013
Standar Kompetensi Lulusan Standar Isi Standar Proses Standar Penilaian
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Materi Ajar Strategi
Pembelajaran
Alat Evaluasi
Validasi
Jika belum valid
Jika sudah valid Format Kesesuaian Tujuan Pembelajaran Format Kesesuaian Materi Ajar Format Kesesuaian Strategi Pembelajaran Format Kesesuaian Penilaian Pembelajaran Indikator Ketercapaian Kompetensi Materi Ajar Bermuatan Nilai Metode, Pendekatan, dan Model Pembelajaran Lembar Penilaian Aspek pengetahuan
Aspek sikap
(observasi, self dan peer assessment) Aspek keterampilan Desain Tujuan Pembelajaran Bermuatan Nilai Desain Materi Ajar Bermuatan Nilai Desain Strategi Pembelajaran Bermuatan Nilai Desain Evaluasi Pembelajaran Bermuatan Nilai Instrumen Lembar Validasi
Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai (hipotetik)
Revisi
Analisis Data
Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai
(20)
C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan pada penelitian, maka istilah-istilah yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:
1. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran merupakan kumpulan proses tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Desain pembelajaran dilakukan untuk mendekatkan kegiatan pembelajaran yang dikerjakan agar memenuhi tujuan.
2. Pendidikan Bermuatan Nilai
Pendidikan bermuatan nilai merupakan proses pendidikan dengan cara menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik agar dapat diterapkan dalam kehidupannya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang berupa lembar format kesesuaian pembuatan desain pembelajaran kimia bermuatan nilai dan validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi ajar, dan lembar kerja siswa (LKS) yang diuji secara hati-hati dan kritis oleh tujuh orang yang ahli dalam bidangnya (expert judgement). Validator terdiri dari empat orang dosen kimia dan tiga orang guru kimia, sehingga diperoleh validitas yang baik.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Berdasarkan bagan alur diatas maka dapat dijelaskan bahwa alur penelitian yang dilakukan adalah:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan berbagai sumber dan acuan guna mempermudah proses pembuatan desain pembelajaran bermuatan nilai
(21)
a). Menganalisis Kurikulum 2013 untuk mengetahui bagaimana Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penialian yang ditetapkan serta memperkaya pustaka penunjang.
b). Membuat format kesesuaian dalam pembuatan tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi pembelajaran, dan alat ukur pembelajaran.
c). Membuat lembar validasi untuk materi ajar bermuatan nilai, RPP bermuatan nilai serta LKS.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan dalam tahap pelaksanaan meliputi: a). Pembuatan materi ajar bermuatan nilai
b). Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan nilai dan perangkatnya.
c). Menyebarkan lembar validasi kepada para ahli, yaitu tiga orang guru yang berpengalaman dan ahli di bidang kimia serta empat orang dosen pendidikan kimia.
d). Merevisi materi ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS bermuatan nilai dengan topik larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan model pembelajaran bermuatan kooperatif inkuiri pola 5 M.
3. Tahap penyusunan laporan
Dalam tahap akhir ini kegiatan yang dilakukan adalah: a). Mengolah data hasil penelitian.
b). Menganalisis dan membahas data penelitian.
c). Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan dan analisis data.
F. Teknik Analisis Data
Analisis validasi RPP bermuatan nilai dan perangkatnya menggunakan metode Content Validity Ratio (CVR). Menurut lawshe (1975), CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi untuk mengetahui kesesuaian item dengan domain yang diukur berdasarkan judgement para ahli. Validasi melibatkan empat dosen
(22)
dan tiga guru yang ahli dalam bidang kimia. Untuk mengukur Content Validity Ratio (CVR), sejumlah ahli (panel) diminta untuk memeriksa setiap komponen pada instrumen pengukuran. Masukan para ahli ini kemudian digunakan untuk menghitung Content Validity Ratio (CVR) untuk setiap komponen. Hasil validasi dari seluruh validator dianalisis dengan cara:
1. Kriteria Penilaian Tanggapan Validator
Pemberian skor pada tanggapan validator memiliki kriteria sebagai berikut: Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Angket Tanggapan
Kriteria Skor
Ya 1
Tidak 0
2. Pemberian Skor pada Jawaban Item Diolah dengan Menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor, kemudian skor tersebut diolah.
a). Menghitung nilai CVR
e : jumlah responden yang menyatakan ya
N : total respon Ketentuan:
1). Saat kurang ½ total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = -. 2). Saat ½ dari total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = 0 3). Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur
menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden)
4). Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total responden maka nilai CVR = 0 – 0,99.
(23)
b). Menghitung nilai CVI (Indeks Validitas Konten)
Setelah mengidentifikasi setiap sub pertanyaan pada instrumen angket dengan menggunakan CVR, CVI digunakan untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk komponen RPP, LKS, dan materi ajar yang dijawab Ya.
CVI =
(Lawshe, 1975)
c). Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa nilai CVR digunakan untuk menguji validitas dari tiap komponen materi ajar bermuatan nilai, RPP dan perangkatnya, sedangkan untuk menguji validitas secara keseluruhan dapat dihitung menggunakan CVI (Content Validity Index). Berikut tabel harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang berbeda.
Tabel 3.2. Harga CVR Kritis Lawshe dari Beberapa Validator
Jumlah Ahli Nilai CVR Minimum
5 0.736
6 0.672
7 0.622
8 0.582
9 0.548
10 0.520
11 0.496
12 0.475
13 0.456
14 0.440
15 0.425
20 0.368
25 0.329
30 0.300
35 0.278
40 0.260
(24)
Hasil perhitungan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut
Tabel 3.3. Kategori Hasil Perhitungan CVI
Rentang Kategori
0-0,33 Tidak sesuai
0,34-0,67 Sesuai
(25)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat dua kesimpulan:
1. Karakteristik desain pembelajaran bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit meliputi:
a. Hasil analisis data CVI untuk desain kompetensi/tujuan pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain kompetensi/tujuan bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah dirumuskannya tujuan/kompetensi aspek afektif yang dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan pada siswa. b. Hasil analisis data CVI untuk desain materi pada topik larutan elektrolit dan
non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain materi bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah materi pembelajaran disisipkan dengan nilai-nilai kehidupan.
c. Hasil analisis data CVI untuk desain strategi/metode pembelajaran pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain strategi/metode pembelajaran bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah dipilihnya metode praktikum & diskusi, pendekatan scientific dan model pembelajaran kooperatif inkuiri sebagai upaya menanamkan nilai kehidupan pada diri siswa.
d. Hasil analisis data CVI untuk desain evaluasi/assessment pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik desain evaluasi/assessment bermuatan nilai ialah dirumuskannya penilaian menggunakan self assessment dan peer assessment.
2. Materi ajar bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit dapat menanamkan nilai kerja keras, religius dan disiplin.
(26)
B. Saran
a. Bagi guru-guru kimia hendaknya memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia yang dilakukan.
b. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dilakukan penelitian penanaman nilai yang didasari dari delapan belas karakter yang dikembangkan Kemendikbud. c. Diperlukan penelitian implementasi ke dalam kelas kimia terhadap desain
(27)
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Barnawi & Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan dan Nasional nomor 52 tahun 2008 tentang Kriteria dan Perangkat Akreditasi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemendikbud
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Elfindri. et al. (2012). Pendidikan Karakter. Jakarta: Baduose Media.
Hasan, A.B.P. (2009). “Correlation Between Learning Motivation and Academic
Cheating Behavior at PI High School Students Jakarta”. Psibernetika Jurnal Psikologi Universitas Bunda Mulia. 2(1), 1-22.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
(28)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru Inti. Jakarta: Kemendikbud
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
Lawshe. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Personal Psychology. 28, 563-575
Lie, A. (2004). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia
Marzuki. (2012). “Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di
Sekolah”.Jurnal Pendidikan Karakter. 1, 33-44
Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Murtiani. et al. (2009). “Penggunaan Pendekatan Inquiri dengan Pendekatan
Kooperatif pada Materi Difusi dan Osmosis di SMP Negeri 1 Batu Ampar”. Jurnal Wahana-Bio. 1, 11-22.
Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Ramadhani. et al. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Pendekatan Inkuiri pada Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas VII MTsN Payakumbuh”.Jurnal Universitas Bung Hatta. 1, 1.
Sahlan, A. & Prastyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berrbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.
(29)
Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardjiyo. (2011). Kajian Model Implementasi Pendidikan Nilai Sebagai Dukungan Akademik Terhadap Pendidikan Karakter. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sastroamihardjo. (2008). Media dan Sumber Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sulistyarini. (2011). Pengembangan Model Inkuiri Bermuatan Nilai Demokrasi untuk Pengayaan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan
Sunarya, Y. & Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Team Penyusun Desain Pembelajaran. (2013). Desain Pembelajaran. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Trisnahada. (2011). Pengembangan Strategi Penanaman Nilai-Niai Kejujuran dalam Upaya Membina Disiplin dan Kemandirian Siswa melelui Pembelajaran IPA di sekolah. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan
Umar, S. (2011). Implementasi Model Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Melalui Pembelajaran Kooperatif Bagi Upaya Penumbuhan Sikap Warga Negara yang Demokratis. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan
Whitten. et al. (2004). General Chemistry Seventh Edition. Amerika: Brooks Cole.
(30)
Widjajanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihan Penyusunan LKS untuk Guru SMK/MAK pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Pendidikan FMIPA Universitas Yogyakarta.
Wilson, F.R., Pan, W., and Schumsky, D.A. (2012). “ Recalculation of the Critical
Values for Lawshe’s Content Validity Ratio”. Measurement and evaluation in Counseling and Development. 20, (10), 1-14
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(1)
Astrid Sutrianing Tria, 2014
Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai Pada Topik Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat dua kesimpulan:
1. Karakteristik desain pembelajaran bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit meliputi:
a. Hasil analisis data CVI untuk desain kompetensi/tujuan pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain kompetensi/tujuan bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah dirumuskannya tujuan/kompetensi aspek afektif yang dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan pada siswa. b. Hasil analisis data CVI untuk desain materi pada topik larutan elektrolit dan
non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain materi bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah materi pembelajaran disisipkan dengan nilai-nilai kehidupan.
c. Hasil analisis data CVI untuk desain strategi/metode pembelajaran pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik dari desain strategi/metode pembelajaran bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit adalah dipilihnya metode praktikum & diskusi, pendekatan scientific dan model pembelajaran kooperatif inkuiri sebagai upaya menanamkan nilai kehidupan pada diri siswa.
d. Hasil analisis data CVI untuk desain evaluasi/assessment pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori sangat sesuai. Karakteristik desain evaluasi/assessment bermuatan nilai ialah dirumuskannya penilaian menggunakan self assessment dan peer assessment.
2. Materi ajar bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit dapat menanamkan nilai kerja keras, religius dan disiplin.
(2)
B. Saran
a. Bagi guru-guru kimia hendaknya memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia yang dilakukan.
b. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dilakukan penelitian penanaman nilai yang didasari dari delapan belas karakter yang dikembangkan Kemendikbud. c. Diperlukan penelitian implementasi ke dalam kelas kimia terhadap desain
(3)
Astrid Sutrianing Tria, 2014
Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai Pada Topik Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Barnawi & Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan dan Nasional nomor 52 tahun 2008 tentang Kriteria dan Perangkat Akreditasi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemendikbud
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Elfindri. et al. (2012). Pendidikan Karakter. Jakarta: Baduose Media.
Hasan, A.B.P. (2009). “Correlation Between Learning Motivation and Academic Cheating Behavior at PI High School Students Jakarta”. Psibernetika Jurnal Psikologi Universitas Bunda Mulia. 2(1), 1-22.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
(4)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru Inti. Jakarta: Kemendikbud
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
Lawshe. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Personal Psychology. 28, 563-575
Lie, A. (2004). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia
Marzuki. (2012). “Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah”.Jurnal Pendidikan Karakter. 1, 33-44
Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Murtiani. et al. (2009). “Penggunaan Pendekatan Inquiri dengan Pendekatan Kooperatif pada Materi Difusi dan Osmosis di SMP Negeri 1 Batu Ampar”. Jurnal Wahana-Bio. 1, 11-22.
Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Ramadhani. et al. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Pendekatan Inkuiri pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTsN Payakumbuh”.Jurnal Universitas Bung Hatta. 1, 1.
Sahlan, A. & Prastyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berrbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.
(5)
Astrid Sutrianing Tria, 2014
Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai Pada Topik Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardjiyo. (2011). Kajian Model Implementasi Pendidikan Nilai Sebagai Dukungan Akademik Terhadap Pendidikan Karakter. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sastroamihardjo. (2008). Media dan Sumber Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sulistyarini. (2011). Pengembangan Model Inkuiri Bermuatan Nilai Demokrasi untuk Pengayaan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan
Sunarya, Y. & Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Team Penyusun Desain Pembelajaran. (2013). Desain Pembelajaran. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Trisnahada. (2011). Pengembangan Strategi Penanaman Nilai-Niai Kejujuran dalam Upaya Membina Disiplin dan Kemandirian Siswa melelui Pembelajaran IPA di sekolah. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan
Umar, S. (2011). Implementasi Model Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Melalui Pembelajaran Kooperatif Bagi Upaya Penumbuhan Sikap Warga Negara yang Demokratis. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Umum UPI Bandung: tidak diterbitkan
Whitten. et al. (2004). General Chemistry Seventh Edition. Amerika: Brooks Cole.
(6)
Widjajanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihan Penyusunan LKS untuk Guru SMK/MAK pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Pendidikan FMIPA Universitas Yogyakarta.
Wilson, F.R., Pan, W., and Schumsky, D.A. (2012). “ Recalculation of the Critical Values for Lawshe’s Content Validity Ratio”. Measurement and evaluation in Counseling and Development. 20, (10), 1-14
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.