PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
(2)
Rara Permata Sari
ii ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT
DAN NON ELEKTROLIT
Oleh
RARA PERMATA SARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media animasi berbasis represen-tasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit; mendeskripsikan ka-rakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit; mendeskripsikan tanggapan guru dan siswa terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektro-lit; dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi ketika mengembangkan ani-masi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan. Dari hasil tanggapan guru diperoleh data bahwa pada aspek kesesuaian isi media animasi dengan kriteria sangat tinggi sebesar 86,87% dan memiliki tingkat keme-narikan sangat tinggi sebesar 83,43% menurut siswa.
Kata kunci : larutan elektrolit dan non elektrolit, media animasi, representasi kimia
(3)
(4)
(5)
(6)
xii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Media Pembelajaran ... 7
B. Media Animasi ... 11
C. Representasi Kimia ... 15
D. Perencanaan Pengembangan Media Animasi Berbasis Representasi Kimia ... 19
E. Analisis Konsep ... 22
III. METODE PENELITIAN ... 25
A. Metode Penelitian ... 25
B. Subjek Penelitian ... 25
(7)
xiii
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Teknik Analisis Data ... 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Hasil Studi Pustaka ... 43
2. Hasil Studi Lapangan ... 44
B. Hasil Perencanaan Flowchart dan Storyboard ... 46
1. Hasil Perencanaan Flowchart ... 46
2. Hasil Perencanaan Storyboard ... 47
C. Pembuatan Media Animasi ... 48
1. Pembuatan level makroskopik dalam bentuk animasi ... 49
2. Pembuatan level sub makroskopik dalam bentuk animasi ... 49
3. Proses pembuatan tampilan media animasi ... 50
D. Validasi Aspek Kesesuaian Isi ... 51
E. Validasi Aspek Keterbacaan dan Kemenarikan Desain ... 51
F. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Media Animasi Yang Dikembangkan ... 52
1. Hasil angket tanggapan guru ... 52
2. Hasil angket tanggapan siswa ... 54
G. Pembahasan ... 55
1.Karakteristik Produk Pengembangan ... 55
(8)
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN 1. Pemetaan SK-KD ... 63
2. Analisis Konsep ... 65
3. Silabus ... 67
4. RPP ... 71
5. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 95
6. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 98
7. Flowchart Media Animasi Berbasis Representasi Kimia pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 101
8. Storyboard Media Animasi Berbasis Multipel Representasi pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 104
9. Hasil Validasi Kesesuaian Isi Oleh Ahli ... 121
10. Persentase Hasil Validasi Kesesuaian Isi Oleh Ahli ... 124
11. Hasil Validasi Keterbacaan Dan Kemenarikan Desain Oleh Ahli ... 125
12. Persentase Hasil Validasi Keterbacaan Dan Kemenarikan Desain Oleh Ahli ... 129
13. Persentase Hasil Tanggapan Guru Pada Aspek Kesesuaian Isi ... 131
14. Persentase Hasil Tanggapan Siswa Pada Aspek Kesesuaian Isi ... 133
(9)
xv Kemenarikan Desain ... 137 17. Persentase Hasil Tanggapan Siswa Pada Aspek Keterbacaan Dan
Kemenarikan Desain ... 139 18. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Dan Kemenarikan Pada
Siswa ... 141 19. Hasil Wawancara Tanggapan Guru Terhadap Produk Yang
Dikembangkan ... 147 20. Hasil Wawancara Tanggapan Siswa Terhadap Produk Yang
(10)
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengajaran atau pelatihan dalam usaha mendewasakan manusia. Terjadi perkembangan pada pro-ses pengajaran atau pelatihan, perkembangan ini seiring dengan adanya perkem-bangan teknologi. Perkemperkem-bangan teknologi pada dunia pendidikan saat ini dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran, salah satunya pembelajaran kimia. Menurut BSNP (2006) kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposi-si, struktur, dan sifat perubahan, dinamika, dan energitika zat. Kimia banyak mempelajari konsep-konsep yang abstrak dalam kehidupan sehari-hari. Namun, untuk memahami konsep abstrak para guru kesulitan untuk menggambarkannya dengan gambar dua dimensi. Pemahaman siswa pada materi pembelajaran kimia sangat diperlukan untuk membangun konsep-konsep kimia.
Johnstone dalam Chittleborough (2004) mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda, yaitu makroskopis, submikroskopis dan simbolik. Menurut Bucat & Fensham (1995) dan Johnstone (1982), berpikir dalam tiga dimensi representasi tersebut merupakan tuntutan di-siplin ilmu kimia, yang membedakan dengan didi-siplin ilmu lain. Media
(11)
pembela-jaran yang telah meliputi tiga dimensi representasi akan mempermudah siswa un-tuk membangun konsep-konsep kimia dan mempermudah siswa memahami mate-ri yang dipelajamate-ri sehingga dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar sis-wa. Kemajuan teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membuat kemampuan representasi kimia salah satunya melalui materi larutan elektrolit dan non elektro-lit yang melibatkan tiga level representasi yaitu makroskopis, simbolik, dan sub mikroskopis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada enam SMA Negeri di Bandar Lampung mengenai penggunaan media animasi yang berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit didapat bahwa 50 % guru telah menggunakan media animasi pada proses pembelajaran dan 50 % guru belum menggunakan media animasi pada proses pembelajaran. Media animasi yang di-gunakan guru diperoleh dari hasil mengunduh, yang isinya dianggap telah sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru mengalami kesulitan untuk membuat media animasi sendiri. Berdasarkan hasil analisis media animasi tersebut, isi materi belum menampilkan tiga level representasi secara lengkap karena pada media animasi tidak menampil-kan level submikroskopis. Pada media animasi yang digunamenampil-kan oleh guru me-nampilkan animasi dengan desain yang kurang menarik. Berdasarkan hasil wa-wancara media animasi yang digunakan oleh guru belum memenuhi tiga level representasi, hal ini dikarenakan guru tidak mengetahui makna dari representasi kimia serta bagian-bagiannya.
(12)
Penggunaan media animasi dirasa sangat perlu oleh para guru maupun siswa teta-pi terdapat kendala yang dihadateta-pi oleh para guru yaitu tidak tersedianya LCD pro-yektor, hal ini pula yang membuat guru enggan menggunakan media animasi pada proses pembelajaran. Dalam ilmu kimia, penggunaan animasi biasanya ditunjuk-kan untuk mempermudah memahami suatu fenomena. Dari hasil wawancara se-banyak 33,33% responden siswa yang menggunakan media animasi pada proses pembelajaran menyatakan bahwa media yang digunakan pada pembelajaran larut-an elektrolit dlarut-an non elektrolit menggunaklarut-an powerpoint dan 66,67% responden siswa yang mengunakan media animasi pada proses pembelajaran menyatakan bahwa media yang digunakan adalah powerpoint dan media animasi. Berdasarkan hasil wawancara 88,89% dari responden siswa yang menggunakan media animasi menyatakan bahwa tampilan dari animasi yang digunakan oleh guru sudah mena-rik dan 11,11% menyatakan bahwa tampilan dari animasi tidak menamena-rik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan media animasi pada materi fak-tor-faktor penentu laju reaksi yang dilakukan oleh Susanto (2013) dan pengem-bangan media animasi pada materi asam basa yang dilakukan oleh Rodiah (2013) menyatakan bahwa media animasi berbasis multipel representasi memiliki keme-narikan bagi siswa untuk belajar dan mempermudah siswa untuk memahami ma-teri pelajaran. Sedangkan bagi guru dengan menggunakan media animasi yang telah berbasis multipel representasi akan mempermudah dalam menyampaikan materi.
Media animasi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang beredar di internet belum menampilkan materi melalui ketiga level representasi kimia secara
(13)
lengkap. Seluruh media animasi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang ada hanya terdiri dari representasi makroskopis dan simbolik saja. Adapun kelebihan dari media animasi yang dibuat yaitu media animasi yang terdiri dari ketiga level representasi kimia secara lengkap.
Berdasarkan uraian di atas dan analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada be-berapa SMA Negeri di kota Bandar Lampung maka perlu dikembangkan menge-nai pengembangan media animasi sehingga penulis mengambil judul Pengem-bangan Media Animasi Berbasis Representasi Kimia Pada Materi Larutan Elek-trolit dan Non ElekElek-trolit.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ?
2. Bagaimana tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ?
4. Apa sajakah kendala dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ? 5. Apa sajakah faktor pendukung dalam pengembangan media animasi berbasis
representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikem-bangkan ?
(14)
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Mendeskripsikan karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
5. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi ketika mengembangan media anima-si berbaanima-sis representaanima-si kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. 6. Mengetahui faktor pendukung dalam mengembangkan media animasi berbasis
representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. D.Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini dikembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran kimia di
seko-lah dan mempermudah guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
2. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Menambah sumber referensi mengenai representasi kimia dalam pembelajaran kimia, khususnya materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
(15)
4. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan media pembelajaran, khususnya media animasi berbasis representasi kimia dalam pembelajaran kimia pada SMA maupun tingkat satuan pendidikan lainnya.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri di Bandar Lampung.
2. Subyek pada penelitian ini yaitu media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Media animasi yang akan dikembangkan berbasis representasi kimia.
4. Software yang digunakan untuk pengembangan media animasi pembelajaran ini adalah Macromedia Flash MX 2004 dan Adobe Photoshop CS5.
(16)
A. Media Pembelajaran
Kata media bila diartikan dalam dunia pendidikan berarti alat atau bahan yang digunakan pada proses pembelajaran. Heinich, dkk dalam Arsyad (2005) menge-mukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sum-ber dan penerima. Jadi televisi, film, radio, foto, rekaman, audio, gambar yang di-proyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Me-nurut Bovee dalam Rusman (2012), media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Menurut Arsyad dalam Rusman (2012), media ada-lah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Degeng (2001) menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya membelajarkan peserta didik. Menurut Asyhar (2012) pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Arsyad (2005) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pem-belajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung ke-berhasilan proses belajar mengajar.
Menurut Muarifin (2010), kegunaan media pembelajaran antara lain : 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
(17)
3. Tidak verbalistis sehingga mudah dipahami 4. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu :
a. Memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa
b. Memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat dengan mata telan-jang
c. Memudahkan penggambaran obyek yang sangat besar yang tidak mungkin dibawa ke dalam kelas
d. Memudahkan penggambaran obyek terlalu kompleks
e. Memudahkan menggambarkan benda-benda yang berbahaya
5. Memberikan pengalaman nyata, langsung, dan menyeluruh sehingga siswa lebih aktif
Selain itu, konstribusi media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2005) adalah:
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standard 2. Pembelajar akan lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar 4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun diperlukan 7. Peran guru berubah kearah yang positif
Menurut Arifin (2003) dua sisi penting dari fungsi media dalam proses pembela-jaran dikelas yaitu : 1) membantu guru dalam mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat berlangsungnya proses belajar mengajar, penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap, serta merancang informasi dan kete-rampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; 2) membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain dalam pemusatan dan mempertahankan perhatian, memelihara, keseimba-ngan mental, serta belajar mendorong mandiri.
Dewasa ini banyak tersedia media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan menggunakan media yang efektif dan
(18)
sesuai dengan kebutuhan. Menurut Hamalik dalam Muarifin (2010), media pem-belajaran yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Relevan. Artinya media itu sesuai dengan hakikat materi dan tujuan yang hendak dicapai
2. Sederhana. Artinya media bukanlah peralatan yang rumit, tetapi peralatan yang mudah digunakan
3. Esensial. Artinya media itu memang diperlukan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar
4. Menarik. Artinya media itu mampu memberikan variasi, penyegaran, daya tarik, dan menghilangkan kebosanan
Selanjutnya menurut Hubbard dalam Muarifin (2010), kriteria media pembelajar-an ypembelajar-ang efektif adalah : 1) biaya harus seimbpembelajar-ang dengpembelajar-an hasil ypembelajar-ang dicapai, 2) ketersedian fasilitas pedukung, 3) kecocokan dengan ukuran kelas, 4) keringka-san, 5) kemampuan untuk diubah, 6) waktu dan tenaga penyiapan, 7) pengaruh yang ditimbulkan, 8) kerumitan, dan 9) kegunaan.
Menurut Sujana dan Rifai dalam Muarifin (2010), dalam memilih media pembe-lajaran sebaiknya memperhatikan kriteria sebagai berikut : 1) ketepatan dengan tujuan, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu untuk menggunkannya, dan 6) sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Menurut Rusman (2012) dalam memilih media pembelajaran harus mempertim-bangkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Efektivitas
Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada ketepatgunaan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian kompetensi.
2. Relevansi
Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan siswa serta dengan waktu yang tersedia.
(19)
3. Efisiensi
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan bahwa media tersebut hemat biaya, persiapan dan penggunaannya relatif memerlukan waktu yang singkat, dan memerlukan sedikit tenaga.
4. Dapat digunakan
Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan dalam pembelajaran untuk menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran. 5. Kontekstual
Media pembelajaran harus sesuai dengan aspek lingkungan sosial dan budaya siswa.
Walker & Hess dalam Arsyad (2005) memberikan kriteria pemilihan perangkat lunak pembelajaran yang berkualitas sebagai berikut:
1. Kualitas isi dan tujuan meliputi: a. ketepatan, b. kepentingan, c. kelengkapan, d. minat, dan e. kesesuaian dengan situasi siswa.
2. Kualitas instruksional meliputi: a. memberikan kesempatan belajar, b. Membe-rikan bantuan belajar, c. kualitas motivasi, d. kualitas instruksionalnya, e. dapat memberi manfaat bagi siswa, dan f. dapat memberi manfaat bagi guru dalam pembelajarannya.
3. Kualitas teknis meliputi: a. keterbacaan, b. mudah digunakan, c. kualitas tam-pilan, dan d. kualitas pengelolaan programnya.
Menurut Rusman (2012), media pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat dan teknik pemakaiannya.
1. Dari sifatnya, media dibagi kedalam a. media audio yang hanya dapat didengar saja, b. media visual yang hanya dilihat saja, dan c. media audiovisual yang dapat dilihat dan didengar.
2. Dari teknik pemakaiannya, media dibagi kedalam media yang diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan.
(20)
Dalam penelitian ini, media yang dikembangkan adalah media yang bersifat visual dan yang dapat diproyeksikan melalui LCD proyektor.
B. Media Animasi
Media animasi pembelajaran merupakan media yang berisi kumpulan gambar ya-ng diolah sedemikian rupa sehiya-ngga meya-nghasilkan gerakan dan dileya-ngkapi deya-ngan audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Me-dia animasi pembelajaran dapat dijadikan sebagai perangkat ajar yang siap kapan pun digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran.
Animasi komputer merupakan rangkaian gambar yang memberikan ilusi gerak pa-da layar komputer. Media animasi apa-dalah rangkaian gambar yang menggambar-kan proses. Beberapa fungsi media animasi diantaranya dapat digunamenggambar-kan untuk mengarahkan perhatian siswa pada aspek penting dari materi yang dipelajarinya, dapat digunakan untuk mengajarkan pengetahuan prosedural, penunjang belajar siswa dalam melakukan proses kognitif. Bagi siswa, media animasi dapat diguna-kan sebagai sarana yang dapat menambah daya tarik dalam belajar (Burke, dkk. 1998).
Menurut Rieber (1990) animasi memiliki tiga fungsi dalam pembelajaran: 1. me-ngambil perhatian, 2. presentasi, dan 3. latihan. Animasi membantu mengurangi waktu yang diperlukan untuk memanggil kembali informasi dari memori jangka panjang dan kemudian merekonstruksi kembali informasi dalam memori jangka pendek. Animasi untuk menarik perhatian dimaksudkan agar siswa dapat memilih persepsi ciri-ciri tampilan tertentu dari pembelahan sel saat informasi tersebut
(21)
disimpan dan diproses dalam memori jangka pendek.
Hasil penelitian Rieber (1990) menunjukkan bahwa dengan menggunakan animasi untuk mengkomunikasikan gagasan dan proses yang berubah di akhir, akan me-ngurangi abstraksi yang berhubungan dengan transisi temporal dari proses terse-but. Manfaat dari grafik ternyata berkaitan dengan teoridual coding(Paivio, 1991), yang menyarankan bahwa retensi memori jangka panjang difasilitasi oleh gabungan antara isyarat verbal dan visual. Karena itu, animasi membantu dalam memperpanjang aspek visual dari memori jangka panjang.
Berkenaan dengan taraf berpikir siswa penggunaan media pendidikan dapat mem-pertinggi proses dan hasil belajar. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap per-kembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pendidikan erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pendidikan hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat dise-derhanakan.
Dalam pembuatan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit ini menggunakansoftware Macromedia flash MX
2004. Menurut Pramono (2004),Macromedia flashadalah sebuahtoolyang da-pat digunakan untuk membuat berbagai macam animasi, presentasi,gamebahkan perangkat ajar. Selain ituMacromedia flashini dapat digunakan sebagaitool un-tuk mendesain web, dan berbagai aplikasi multimedia lainnya. Animasi dapat di-artikan sebagai subyek yang dapat bergerak. Animasi berguna untuk mensimula-sikan konsep tentang hal-hal yang melibatkan gerakan, misalnya pergerakan ion
(22)
atau molekul dalam larutan dan banyak materi lain yang prosesnya bersifat sub mikroskopis. Berikut merupakan beberapa penjelasan mengenai mengenai Mac-romedia flash MX2004 diantaranya:
Menu Bar Stage
Timeline Panel
Tool
Actions Panel
Property Inspector
Color Mixer Panel
Gambar 1. Tampilan area kerjaMacromedia flash MX2004
Menurut Ramadhan (2004), beberapa bagian penting padaMacromedia Flash MX2004 yang sering digunakan pada saat proses desain animasi yaitu:
1.Menu bar, berisi menu-menu utamaMacromedia Flash MX2004. Misalnya menuFileuntuk mengolahfile,menuEdituntuk pengeditan, menuViewuntuk mengatur tampilan dan lain-lain. Dalam setiap menu tersebut terdapat bebera-pa submenu lagi.
(23)
2.Stage,sebuah area untuk membuat animasi dengan mengomposisiframe-frame
sehingga membentuk sebuah animasi.
3.Timeline panel,sebuah panel yang digunakan untuk mengatur isi sebuah ani-masi. Pada panel ini digunakan untuk mengatur kapan sebuah objek muncul dan kapan sebuah objek hilang.
4.Color mixer panel,sebuah panel untuk membuat atau mengubah warna serta gradasi warna. Panel ini juga dapat digunakan untuk menambahkan warna baru padaColor Swatch Panel.
5.Property inspector,panel yang digunakan untuk mengubah atribut-atribut objek. Tampilan property inspectorselau berubah bergantung objek yang dipilih.
6.Action panel,panel yang digunakan untuk membuat dan mengubah aksi pada animasi menggunakan bahasa pemrogramanAction Script.
7.Tools,tempattoolyang sering digunakan untuk membuat dan memodifikasi objek, membuat teks,dan mengolah warna.
Menurut Pramono (2004),tools terbagi menjadi 4 bagian besar yaitu :
1. Toolspada bagian ini digunakan untuk mengedit dan memanipulasi objek. 2. Viewpada bagian ini digunakan untuk memperbesar maupun memperkecil
la-yar monitor.
3. Colorspada bagian ini terdapatpalletuntuk mengganti warnaoutlinedanfill.
4. Optionbagian ini merupakanmodifiersdari setiaptoolyang dipilih. Setiap
(24)
C. Representasi Kimia
Mc Kendree dkk. dalam Nakhleh (2008) representasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mewakili hal-hal, benda, keadaan, dan fenomena (peristiwa). Representasi dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting prob-lema dan membuat informasi tersebut dapat diakses. Menurut Heuvelen & Zou (2001) representasi dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi in-ternal dan eksin-ternal. Representasi inin-ternal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai me-wujudkan ide-ide fisik. Menurut pandangancontructivistdalam Meltzer (2005), representasi internal ada di dalam kepala siswa dan representasi eksternal disitua-sikan oleh lingkungan siswa
Ainsworth dalam Fauzi (2012) membuktikan bahwa banyak representasi dapat memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi; ke-dua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu repre-sentasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi reprerepre-sentasi dapat be-kerja bersama membantu siswa menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari. Konsep representasi adalah salah satu pondasi praktik ilmiah, karena para ahli menggunakan representasi sebagai cara utama berkomunikasi dan memecahkan masalah.
Wu (2000) menyatakan bahwa ilmu kimia dapat dipahami pada tida level repre-sentasi yaitu level makroskopis, level submikroskopis, dan level simbolik. Hal
(25)
serupa juga diungkapkan oleh Johnstone dalam Chittleborough, dkk. (2002) yang mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level rep-resentasi yang berbeda. Johnstone dalam Chittleborough (2004) menjelaskan bah-wa level submikroskopis merupakan suatu hal yang nyata sama seperti level mak-roskopis. Kedua level tersebut hanya dibedakan oleh skala ukuran. Pada kenya-taannya level submikroskopis sangat sulit diamati karena ukurannya yang sangat kecil sehingga sulit diterima bahwa level ini merupakan suatu yang nyata.
Menurut Chittleborough (2004) representasi kimia ini digunakan untuk menjelas-kan konsep-konsep kimia dalam meningkatmenjelas-kan pemahaman dan pembelajaran sis-wa serta mengembangkan model mental sissis-wa. Menurut Johnstone (1982) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan dan digambarkan dalam tiga ting-katan (dimensi) seperti yang terlihat pada gambar 2.
Makroskopis
Submikroskopis Simbolik
Gambar 2. Tiga dimensi pemahaman Kimia (Johnstone dalam Chittleborough, 2004)
Dimensi pertama adalah makroskopis yang bersifat nyata dan kasat mata. Dimen-si ini menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di laboratorium menjadi bentuk makro yang dapat di-samati.
(26)
Dimensi kedua adalah submikroskopis juga nyata tetapi tidak kasat mata. Dimen-si submikroskopis menjelaskan dan menerangkan fenomena yang tidak dapat di-amati sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Dimensi ini terdiri dari tingkat partikular yang dapat digunakan untuk menjelaskan partikel.
Dimensi yang terakhir adalah simbolik yang berupa tanda atau bahasa serta ben-tuk-bentuk lainnya yang digunakan untuk mengomunikasikan hasil pengamatan. Dimensi ini terdiri dari kata-kata, rumus kimia, simbol, kurva, dan persamaan reaksi.
Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses peruba-han yang dapat diamati dalam hal (misalnya perubaperuba-han warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopis atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekuler. Perubahan-perubahan pada tingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak.
Pembelajaran kimia yang utuh dengan menggabungkan ketiga dimensi tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang abstrak dan menghadirkan miskonsepsi yang muncul dari pemikiran siswa itu sendiri. Per-nyataan ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang terangkum dalam tabel 1 berikut:
(27)
Tabel 1. Penelitian yang telah dilakukan
Peneliti dan Tahun
Topik Representasi Temuan
1. Sanger, Brecheisen dan Hynek (2001)
Osmosis & difusi Animasi molekuler
Pemahaman konseptual yang bertambah baik tentang sifat partikel zat 2. Williamson
dan Abraham (1995)
Gas, perubahan fase, kesetim-bangan, dan gaya antar molekul
Animasi molekuler
Visual dinamis mening-katkan pemahaman konseptual
3. Sanger dan Greenbowe (2000) Aliran elektron dalam sel-sel galvanik Animasi molekuler
Animasi dapat menga-lihkan siswa dari tugas non verbal
4. Russell, (1997)
Modul pada topik kimia umum
Video, animasi, naskah, grafik
Pemahaman konseptual yang meningkat
5. Wu, Krajcik dan Soloway (2001) Membangun model-model molekuler Pemodelan molekuler Kemampuan yang meningkat untuk
mengubah bentuk antara model 2-D dan 3-D 6. Hakerem,
Dobrynina dan Shore (2000)
Jaringan air dan jaringan
molekuler
Simulasi Program meningkatkan
perubahan konseptual 7. Kozma dan
Rusell (2005)
Kinematika Animasi 3-D
dengan bantuan komputer.
Model molekular virtual menggunakan komputer yang diintegrasikan dalam pembelajaran dapat digunakan untuk
membangun konsep, memvisualisasikan, dan mensimulasikan sistem dan proses pada level molekular.
8. Chandrasegara n, David F. Treagust, dan Mauro Mocerino (2007)
Reaksi Kimia Alat diagnostik
pilihan ganda dua tahap dengan mode representasi yang berbeda
Siswa dapat meng-gambarkan dan men-jelaskan perubahan yang diamati tentang atom, molekul, dan ion yang terlibat dalam reaksi menggunakan simbol, rumus & persamaan kimia dan ionik. (Nakhleh dan Postek dalam Sunyono, 2010).
Hasil penelitian lain yang mendukung yaitu hasil penelitian Fauzi (2012) pada pembelajaran materi kesetimbangan kimia melalui representasi makroskopis dan mikroskopis. Temuannya adalah kemampuan penguasaan konsep dan kemampu-an merepresentasi siswa meningkat.
(28)
D. Perencanaan Pengembangan Media Animasi Berbasis Representasi Kimia
Menurut Paturusi (2001) pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi suatu objek dan daya tarik sehingga dapat memberikan manfaat. Dalam mengembangkan media anima-si berbaanima-sis representaanima-si kimia perlu perencanaan program melaluiflowchartdan
storyboard. Menurut Jogiyanto (2005) bagan alir(flowchart)adalah bagan
(chart)yang menunjukkan alir(flow)di dalam program atau prosedur sistem se-cara logika sedangkan bagan alir program (programflowchart) merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses program. Simbol-simbol dalamflowchartmemiliki arti tertentu yang sudah dibakukan, sehingga dapat dibaca olehprogrammerdan dapat diimplementasikan ke dalam program. Bagan alir program dibuat dengan menggunakan simbol-simbol sebagai berikut :
= Simbol titik terminal digunakan untuk Menunjukkanstartdanexit
= Simbol keputusan digunakan untuk suatu penyelesaian kondisi di dalam program = Simbolinputatauoutput digunakan untuk
mewakili datainputatauoutput
= Simbol proses digunakan untuk mewakili suatu proses
= Simbol garis alir digunakan untuk menunjukkan arus dari proses
Gambar 3. Simbol-simbol grafis padaflowchart
Menurut Rusman (2012) padaflowchartterdapat sruktur dasar yang harus dipa-hami yaitu :
(29)
Berdasarkan suatu kondisi, seperti : jika kondisi terpenuhi maka proses ber-lanjut, jika tidak maka proses menempuh alternafif lain. Berikut ini adalah contoh segmen proses pemilihan berkondisi :
Gambar 4. Bentukflowchartpemilihan berkondisi
2. Proses pengulangan, yaitu berlangsung atas jumlah pengulangan yang ditetap-kan pada saat program dibuat dan saat program dijalanditetap-kan. Berikut adalah contoh segmen proses pengulangan :
Gambar 5. Bentukflowchart proses pengulangan
Dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia ini digunakan kedua bentukflowcharttersebut.
Setelahflowchartdibuat, maka selanjutnya dilakukan pembuatanstoryboard.
Menurut Rusman (2012),storyboardadalah bentuk-bentuk gambar yang disiap-kan disertai dengan penjelasan-penjelasan atau narasi. Ada beberapa format sto-ryboard,yaitu formatstoryboardjenis kartu (card),formatstoryboardjenis doub-le colum danformatstoryboardjenispotrait. Pada pembuatan animasi ini digu-nakan formatstoryboardjenisdouble columnyang sudah modifikasi, karena lebih sederhana dan urutannya sistematis. Berikut ini adalah gambarstoryboardjenis
(30)
Tabel 2. Formatstoryboardjenisdouble columyang sudah dimodifikasi No. Rancangan Gambar rancangan media animasi
Keterangan Berisi keterangan dari gambar media animasi
Setelah membuat perencanaan program, menurut Rusman (2012) ada tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam produksi program pembelajaran : 1. Pendahuluan meliputi :
a. Judul Program.
Program diawali dengan tampilnya halaman judul yang dapat menarik per-hatian siswa. Judul program merupakan bagian penting untuk memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan disajikan dan dipelajari. b. Penyajian tujuan pembelajaran.
Pada bagian ini menyajikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indi-kator yang akan dicapai dari materi program yang dirancang.
c. Petunjuk berisi informasi cara penggunaan program. 2. Penyajian informasi meliputi :
Mode penyajian atau presentasi merupakan bentuk penyajian materi dalam bentuk teks, gambar, grafik dan animasi.
a. Teks penyajian harus sesingkat mungkin.
b. Grafik dan animasi harus efektif dalam menambah pemahaman siswa ter-hadap materi.
c. Penggunaan warna harus konsisten dan sesuai sehingga dapat menarik per-hatian siswa.
(31)
E. Analisis Konsep
Herron, dkk.dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disama-kan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisidisama-kan kon-sep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun defi-nisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu ana-lisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Lebih lanjut lagi, Herron, dkk.dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.
(32)
23
Tabel 3. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non elektrolit Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Larutan elektrolit
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dapat berupa larutan garam, asam, basa yang dapat bersifat elektrolit kuat atau elektrolit lemah
Konsep yang menyatakan nama proses • Larutan elektrolit • Larutan elektrolit kuat • Larutan elektrolit lemah • Jumlah ion • Kerapatan ion
• Larutan •Larutan non elektrolit • Larutan elektrolit kuat • Larutan elektrolit lemah •Larutan NaCl •Larutan HCl •Larutan
H2SO4
• Air • Larutan Gula Larutan elektrolit kuat
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dapat berupa larutan garam, asam, basa
Konsep yang menyatakan nama proses • Larutan elektrolit kuat • Konsen-trasi larutan • Jumlah ion • Kerapatan ion • Larutan elektrolit • Larutan elektrolit lemah
- •Larutan NaCl •Larutan HCl
• Urea • Larutan Gula Larutan elektrolit lemah
Larutan yang dapat menghantarkan listrik, dapat berupa larutan asam atau basa Konsep yang menyatakan nama proses •Larutan elektrolit lemah • Konsen-trasi larutan • Jumlah ion • Kerapatan ion • Derajat ionisasi (α)
• Larutan elektrolit
• Larutan elektrolit kuat
- •Larutan CH3COOH
(33)
non elektrolit
menghantarkan arus listrik menyatakan nama proses
non elektrolit
elektrolit • Larutan
gula • Alkohol
HCl • Larutan
(34)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan ( Re-search and Development / R&D) menurut Gall, Gall & Borg dalam Putra (2012). Pada penelitian ini menghasilkan produk berupa media animasi berbasis represen-tasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit kemudian menguji pro-duk tersebut.
Secara garis besar penelitian dan pengembangan terdiri dari tiga tahapan yaitu 1) tahap analisis kebutuhan meliputi studi pustaka dan studi lapangan, 2) tahap pe-rencanaan dan pengembangan meliputi pepe-rencanaan desain, pengembangan de-sain, validasi, dan revisi , dan 3) tahap evaluasi produk meliputi uji coba produk secara terbatas, revisi setelah uji coba produk secara terbatas, uji coba pemakaian, revisi produk, dan pembuatan produk secara massal. Pada penelitian dan pengem-bangan ini hanya dilakukan hingga revisi setelah uji coba produk secara terbatas, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan keahlian dari peneliti untuk melanjut-kan ketahapan selanjutnya.
B. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua subyek yaitu subyek penelitian dan subyek uji coba. Subyek penelitian pada penelitian dan pengembangan ini adalah media
(35)
ani-masi berbasis representasi kimia. Pada subyek uji coba terdiri dari dua bagian yaitu subyek uji coba media dan subyek uji coba siswa. Subyek uji coba materi pada pengembangan media animasi adalah materi larutan elektrolit dan non elek-trolit, sedangkan subyek uji coba siswa pada pengembangan media animasi adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri di kota Bandar Lampung.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan asal dari data diperoleh. Pada kuesioner atau wawancara, sumber datanya disebut responden atau orang yang menjawab pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari studi pendahuluan. Pada tahap studi pendahuluan, sumber data diperoleh dari hasil wa-wancara dengan guru kimia dan siswa-siswi pada enam SMA Negeri di kota Ban-dar Lampung yang telah mempelajari materi larutan elektrolit dan non elektrolit dan media pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
D. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan untuk pengembangan menggunkan model peneli-tian dan pengembangan Gall, Gall & Borg dalam Putra (2012). Adapun alur dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:
(36)
Pengembangan produk
Studi
pendahuluan
Uji Coba produk
Revisi kedua media animasi kimia Produk Akhir
1. Uji kesesuaian isi 2. Uji keterbacaan
oleh guru
1. Uji keterbacaan 2. Uji kemenarikan
oleh sisiwa
Analisis data Uji Coba Terbatas Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia
Validasi Desain
Uji Validitas (uji keterbacaan) Uji Validitas
(uji kesesuaian isi)
Revisi pertama media animasi kimia Analisis Kebutuhan
(Identifikasi Masalah)
Studi Pustaka 1. pemetaan SK-KD 2. pengembangan silabus 3. pembuatan RPP
4. pembuatan analisis konsep 5. analisis terhadap media
animasi yang sudah ada
Studi Lapangan 1. wawancara guru
kimia kelas X 2. wawancara siswa
Gambar 6. Alur penelitian pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
(37)
Prosedur dalam penelitian dan pengembangan ini terbagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan adalah tahap persiapan untuk mengembangkan media animasi kimia ini. Pada studi pendahuluan terdapat dua tahapan yaitu studi pustaka dan studi lapangan. Adapun langkah-langkah pada studi pendahuluan adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menemukan landasan teoritis yang tepat guna me-ngembangkan produk. Pada langkah ini dilakukan penyusunan perangkat pembe-lajaran yang terdiri dari analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, analisis konsep, pengembangan pemetaan dan silabus, dan rancangan pelaksanaan pembe-lajaran. Selain itu, dilakukan juga pengkajian terhadap animasi-animasi kimia yang sudah ada. Kajian yang dilakukan meliputi isi materi, identifikasi dimensi representasi yang ditampilkan, desain animasi, dan kelemahan dari animasi terse-but. Hasil studi pustaka tersebut menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan media animasi ini.
b. Studi Lapangan
Setelah melakukan studi pustaka kemudian melakukan studi lapangan di enam SMA Negeri di kota Bandar Lampung yang terdiri dari 2 SMA bermutu tinggi, 2 SMA bermutu sedang, dan 2 SMA bermutu rendah. Perbedaan sekolah yang dija-dikan tempat penelitian akan mempengaruhi teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel berdasarkan cluster dan strata. Teknik pengambilan sampel ini merupakan gabungan antara pengambilan sampel berdasarkan klaster (cluster
(38)
sampling) dan berdasarkan strata (stratified sampling). Menurut Sugiyono (2008), cluster sampling digunakan bila objek yang diteliti sangat luas misal dari suatu kota. Dalam penelitian ini wilayah yang diteliti adalah SMA Negeri yang ada di Kota Bandar Lampung. Stratified sampling merupakan pengambilan sam-pel berdasarkan strata dalam hal ini mutu SMA Negeri di kota Bandar Lampung. Menurut Arikunto (2003), apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka setiap strata harus diwakili sebagai sampel.
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, contohnya untuk mengetahui penghambat dan pendukung di sekolah ketika produk ini diujicobakan, seperti ketersediaan laptop dan LCD yang merupakan player media animasi berbasis representasi ki-mia ini agar dapat dipergunakan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wa-wancara kepada guru kimia di sekolah tersebut khususnya guru kimia kelas X. Hal-hal yang ditanyakan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan me-dia pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Selain itu, dilakukan juga penjaringan respon siswa dengan menyebarkan angket kepada siswa. Dalam hal ini, siswa dimintai keterangan mengenai media pembelajaran yang digunakan guru dan cara guru dalam me-nyampaikan materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Pengembangan produk
Setelah dilakukan studi pendahuluan, dilanjutkan dengan pengembangan produk. Dalam pengembangan produk ini ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu:
(39)
a. Pembuatan rancangan produk animasi kimia
Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia dilakukan setelah mengeta-hui kebutuhan siswa dari tahap studi pendahuluan. Pengembangan rancangan pro-duk media animasi kimia ini didasarkan pada beberapa aspek, seperti penyesuaian animasi dengan materi yang disampaikan, desain tampilan, serta cakupan repre-senttasi kimia pada materi yang disampaikan. Produk dirancang dengan membuat diagram alir (flowchart) dan storyboard. Flowchart berisi diagram yang meng-gambarkan urutan materi pada media animasi, sedangkan storyboard berisi materi yang akan disampaikan dan rancangan visual dari materi tersebut.
b. Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan pro-duk dapat diterima secara rasional. Dikatakan demikian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan (Sugiyo-no, 2008). Produk awal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yang bertuju-an untuk mengevaluasi produk awal ybertuju-ang berkaitbertuju-an dengbertuju-an kelengkapbertuju-an materi, kebenaran konsep, sistematika materi, hal-hal yang berkaitan dengan materi, serta mengevaluasi kemenarikan produk dan kesesuaian visualisasi dengan materi un-tuk selanjutnya divalidasi oleh validator. Dalam hal ini, penilaian terhadap pro-duk awal yang dilakukan oleh ahli (expert judgment) terdiri dari uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan. Uji kesesuaian isi meliputi kesesuaian isi media animasi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan ma-teri yang disampaikan, sistematika penyampaian mama-teri, kese-suaian animasi ki-mia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kiki-mia dari media animasi kimia yang dikembangkan. Sedangkan uji keterbacaan meliputi
(40)
keterba-caan media animasi yang dikembangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan dengan
background.
c. Revisi pertama animasi kimia
Setelah dilakukan validasi oleh ahli, produk tersebut direvisi sesuai dengan ma-sukan dari ahli untuk menghasilkan produk yang lebih baik.
3. Uji coba produk
Setelah dilakukan revisi pertama pada tahap pengembangan produk, selanjutnya dilakukan uji coba terhadap produk hasil revisi. Pada tahap uji coba ini dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Uji coba terbatas
Produk yang sudah direvisi kemudian diujicobakan secara terbatas. Uji coba ter-batas dilakukan untuk menilai lebih lanjut media animasi yang dibuat. Uji coba terbatas ini dilakukan oleh guru kimia dan siswa. Produk diujicobakan pada ke-lompok kecil yang terdiri dari 15 siswa, yang kemudian siswa-siswi tersebut di-minta untuk mengisi angket untuk menjaring informasi tentang apa-apa yang per-lu dibenahi dan diperbaiki dari produk tersebut. Instrumen yang digunakan adalah angket uji keterbacaan dan uji kemenarikan. Selain itu, produk tersebut juga dini-lai oleh guru kimia kelas XI IPA menggunakan instrumen uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan.
b. Analisis data
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji coba terbatas, melakukan analisis terhadap data yang diperoleh tersebut. Analisis data ini dilakukan untuk mem-peroleh informasi mengenai jawaban dari uji kesesuaian, uji keterbacaan, dan uji
(41)
kemenarikan yang telah dilakukan. Data hasil analisis menjadi referensi dalam merevisi media animasi lebih lanjut untuk menghasilkan media animasi yang lebih baik.
c. Revisi kedua animasi kimia
Setelah dilakukan analisis data, maka akan diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki pada produk, baik dari segi materi maupun dari segi kemenarikan desain produk. Kemudian dari data tersebut, produk direvisi kembali untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil dari pengembangan media animasi ini adalah media animasi larutan elektrolit dan non elektrolit
berbasis representasi kimia.
Berdasarkan prosedur penelitian yang digambarkan di atas, setelah dilakukan re-visi kedua akan langsung dihasilkan produk akhir. Faktanya penelitian pengem-bangan menurut Gall, Gall and Borg setelah revisi kedua, produk yang dihasilkan di uji coba kembali, kemudian dilakukan revisi terakhir berdasarkan hasil uji coba, dan tahap yang terakhir adalah mendesiminasikan dan mengimplementasikan pro-duk. Pada penelitian ini, alur yang dilakukan hanya sampai revisi produk kedua karena penelitian ini merupakan penelitian skala kecil, karena untuk melakukan alur penelitian selanjutnya diperlukan waktu yang cukup lama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data. Selain menyusun media animasi, disusun juga instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai media
(42)
animasi yang dikembangkan, yaitu media animasi berbasis representasi kimia. Sama halnya dengan media animasi, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian divalidasi oleh ahli. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Berdasarkan pada tujuan penelitian, dirancang dan disusun 6 jenis instrumen sebagai berikut:
1. Instrumen Pada Studi Pendahuluan Instrumen pada studi pendahuluan berupa : a. Instrumen analisis kebutuhan untuk guru
Instrumen ini berbentuk lembar wawancara terhadap guru yang disusun untuk mengetahui media animasi seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku media animasi berbasis representasi kimia.
b. Instrumen analisis kebutuhan untuk siswa
Instrumen ini berbentuk lembar wawancara terhadap siswa yang disusun untuk mengetahui bahan belajar seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia.
2. Instrumen Untuk Validasi Ahli Instrumen untuk validasi ahli berupa : a. Instrumen validasi aspek konstruksi
(43)
ngetahui penyusunan media animasi apakah sesuai dengan penyusunan media ani-masi yang baik dan layak digunakan serta berfungsi untuk memberi masukan da-lam pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia.
b. Instrumen validasi aspek kesesuaian isi materi dengan kurikulum.
Instrumen ini berbentuk angket validasi aspek kesesuaian isi materi dengan kuri-kulum yang disusun untuk mengetahui apakah isi media animasi telah sesuai de-ngan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia.
c. Instrumen validasi aspek keterbacaan.
Instrumen ini berbentuk angket validasi aspek keterbacaan yang disusun untuk mengetahui keterbacaan media animasi kimia yang berkaitan dengan kemudahan, kemenarikan dan keterpahaman, serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia.
3. Instrumen Untuk Uji Coba Terbatas
a. Instrumen uji aspek kesesuaian isi materi dengan kurikulum untuk guru Instrumen ini berbentuk angket uji aspek kesesuaian isi materi dengan kurikulum yang disusun untuk mengetahui apakah isi media animasi telah sesuai dengan SK dan KD yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia.
b. Instrumen uji aspek grafika untuk guru
(44)
aspek grafika meliputi aspek desain cover CD (ukuran huruf pada judul, gambar, warna gambar, dan huruf yang digunakan), dan aspek desain isi buku (penempa-tan unsur tata letak, gambar dan keterangan gambar, penggunaan variasi huruf
“tebal, miring, kapital”, ukuran huruf dan warna yang digunakan). Instrumen
yang digunakan untuk mengetahui aspek grafika buku siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
c. Instrumen wawancara tanggapan guru.
Instrumen ini berbentuk lembar wawancara guru yang disusun untuk mengetahui tanggapan guru yang tidak terakomodasi oleh angket terhadap media animasi ki-mia berbasis representasi kiki-mia yang sudah dikembangkan.
d. Instrumen uji aspek keterbacaan untuk siswa.
Instrumen ini berbentuk angket uji aspek keterbacaan yang disusun untuk menge-tahui tingkat kepemahaman siswa, daya tarik siswa untuk membacanya, tingkat kemudahan isi paragraf menurut siswa (sangat mudah dipahami, mudah dipahami, sulit dipahami, dan sangat sulit dipahami), dan siswa harus menuliskan kosakata atau kalimat yang sulit dipahami. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aspek keterbacaan media animasi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. e. Instrumen wawancara respon siswa
Instrumen ini berbentuk lembar wawancara siswa yang disusun untuk mengetahui respon siswa yang tidak terakomodasi oleh angket terhadap media animasi kimia berbasis representasi kimia yang sudah dikembangkan. Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid dan ber-sifat reliabel. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan
(45)
digunakan. Dalam konteks pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua ma-cam cara, yaitu cara judgment atau penilaian dan pengujian empirik.
Karena berbagai hal dan keterbatasan peneliti, maka tim ahli, dalam hal ini dosen pembimbing, merekomendasikan pengukuran validitas instrumen saja. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah ins-trumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Dalam hal ini pengujian dila-kukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara, observasi, dan angket (kuisioner). Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk ditanggapi. Pada penelitian ini, angket yang digunakan berupa angket dengan jawaban tertutup yaitu jawaban sangat setuju (SS), setuju (ST), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) serta ditanggapi dengan memberi saran pada kolom yang sudah tersedia.
(46)
Observasi adalah kegiatan memperhatikan suatu obyek dengan menggunakan mata. Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai. Wawancara pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara dengan jawab-an yjawab-ang terbuka.
Pada penelitian pengembangan ini, wawancara dilakukan pada studi lapangan dan pada uji terbatas. Pada studi lapangan, wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran kimia dan siswa di enam SMA Negeri di kota Bandar Lampung. Wa-wancara dilakukan dengan meWa-wancarai guru dan siswa sesuai dengan pedoman wawancara. Seperti yang dijelaskan sebelumnya wawancara dilakukan untuk mendapatkan masukan dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Sedangkan pada uji coba produk secara terbatas, wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk me-ngetahui tanggapan guru dan siswa terhadap media animasi yang telah dikem-bangkan.
Observasi dilakukan dengan mengamati media animasi pembelajaran larutan elek-trolit dan non elekelek-trolit yang sudah ada. Kuisioner dilakukan pada validasi dan pada uji produk secara terbatas media animasi berbasis representasi kimia materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, validasi media animasi oleh pakar Pendidikan Kimia dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi desain media animasi. Validasi dilakukan dengan menampilkan me-dia animasi, kemume-dian meminta validator pakar pendidikan untuk mengisi angket validasi kesuaian isi media animasi yang telah disediakan. Pada uji coba produk
(47)
secara terbatas, pengumpulan data dilakukan dengan menampilkan media animasi, kemudian meminta guru dan siswa mengisi angket yang telah disediakan.
G. Teknik Analisis Data
Pada tahap teknik analasis data yang dianalisis adalah data dari hasil wawancara dan angket. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Teknik Analisis Data Hasil Wawancara
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data wawancara dilakukan dengan cara: a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan
pertanyaan wawancara.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pertanyaan wawancara dan banyaknya sampel.
c. Menghitung persentase jumlah jawaban responden pada setiap pertanyaan, ber-tujuan untuk melihat besarnya persentase jawaban dari setiap pertanyaan se-hingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digu-nakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap pertanyaan ada-lah sebagai berikut:
% 100
%
N J
Jin i (Sudjana, 2005)
Keterangan : %Jin= Persentase pilihan jawaban-i pada pertanyaan
wawanca-ra media animasi berbasis representasi kimia
Ji= Jumlah responden yang menjawab jawaban-i(48)
d. Menafsirkan persentase jumlah jawaban responden dengan menggunakan taf-siran persentase jumlah jawaban responden berdasarkan Koentjaraningrat da-lam Fazri (2012), yaitu:
Tabel 4. Tafsiran persentase jumlah jawaban responden wawancara. Persentase jumlah jawaban Tafsiran
0% Tidak ada
1% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 75% Sebagian besar 76% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
e. Menjelaskan hasil wawancara dalam bentuk deskriptif naratif. 2. Teknik Analisis Data Angket
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket kesesuaian dan kemenarikan media animasi berbasis representasi kimia dilakukan dengan cara :
a. Mengkode dan mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokan ja-waban pernyataan angket.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pernyataan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.
Penskoran jawaban responden dalam uji kesesuaian isi dan uji kemenarikan desain berdasarkan skala Likert.
(49)
Tabel 5. Penskoran pada angket uji kesesuaian isi dan uji kemenarikan desain berdasarkan skala Likert .
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (ST) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak setuju (TS) 2
Sangat tidak setuju (STS) 1
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor (S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 5 x jumlah responden yang menjawab SS 2) Skor untuk pernyataan Setuju (ST)
Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab ST 3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)
Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab RG 4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)
Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab TS 5) Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab STS
e. Menghitung persentase skor jawaban responden angket pada setiap pernyataan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% 100
%
maks in
S S
(50)
Keterangan : %Xin = Persentase skor jawaban pernyantaan ke-i pada angket media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
S= Jumlah skor jawaban totalSmaks = Skor maksimum yang diharapkan
f. Menghitung rata-rata persentase skor jawaban setiap angket untuk mengetahui tingkat kesesuaian isi dan kemenarikan desain media animasi berbasis repre-sentasi kimia dengan rumus sebagai berikut:
n X Xi
% in% (Sudjana, 2005)
Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase jawaban pernyataan pada angket media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
%Xin = Jumlah persentase jawaban pernyataan total pada angket media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolitn = Jumlah pernyataan pada angket
g. Menafsirkan persentase skor jawaban setiap pernyataan dan rata-rata persenta-se skor jawaban persenta-setiap angket dengan menggunakan tafsiran pepersenta-sentapersenta-se skor jawaban angket menurut Arikunto (1997).
(51)
Tabel 6. Tafsiran persentase skor jawaban angket Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi 60,1%-80% Tinggi 40,1%-60% Sedang 20,1%-40% Rendah 0,0%-20% Sangat rendah
(52)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah dihasilkan produk pengembangan berupa media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektro-lit. Selain itu, berdasarkan tujuan penelitian, hasil dan pembahasan dalam peneli-tian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki karakteristik yaitu 1) menampilkan materi larutan elek-trolit dan non elekelek-trolit yang dijelaskan melalui representasi kima, 2) memiliki bagian-bagian berupa menu utama, kata pengantar, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator kognitif produk, indikator kognitif proses, menu materi larutan elektrolit dan non elektrolit, materi senyawa ion dan senyawa kovalen, literatur, profil pengembang, dan tombol keluar dari program, 3) memiliki tingkat kese-suaian isi yang sangat tinggi yaitu 86,87% menurut guru, 4) memiliki tingkat kemenarikan dan keterbacaan yang sangat tinggi yaitu 87,74% menurut guru, 5) memiliki tingkat kesesuaian isi yang sangat tinggi yaitu 88,22 % menurut siswa, dan 6) memiliki tingkat kemenarikan dan keterbacaan yang tinggi yaitu 83,43 % menurut siswa.
2. Menurut guru, media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit sangat menarik, membuat siswa lebih memahami
(53)
materi larutan elektrolit dan non elektrolit, dan memiliki keunggulan yaitu ma-teri pada level submikroskopis terlihat dengan jelas.
3. Menurut siswa, media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektolit yang dikembangkan ini cukup menarik, membuat lebih memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit, dan memiliki ke-unggulan yaitu gambarnya menarik dan dapat bergerak serta kalimat yang di-gunakan singkat dan jelas.
4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yaitu 1) pada saat membuat tampilan dengan menggunakan software Macromedia flash MX
2004, terkadang program not responding dan akhirnya program tertutup sendi-ri, sehingga jika data belum disimpan maka pekerjaan akan sia-sia, 2) membu-tuhkan waktu yang lama untuk membuatnya, 3) siswa kurang antusias dalam mengisi angket pada uji coba terbatas, dan 4) kurang cukupnya waktu yang di-sediakan pihak sekolah untuk uji coba secara terbatas.
5. Faktor pendukung dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yaitu 1) antusias dari do-sen pembimbing yaitu Dr. Noor Fadiawati, M.Si dan Lisa Tania, S. Pd, M.Sc, 2) antusias validator yaitu Dr. Dwi Yulianti, M.Pd, 3) antusias guru pada uji coba terbatas terhadap media animasi, dan 4) sikap kooperatif pihak sekolah pada saat uji coba terbatas.
(54)
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara ter-batas dan revisi setelah uji coba secara terter-batas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.
2. Media animasi yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi larutan elek-trolit dan non elekelek-trolit secara representasi kimia sehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan media animasi pada materi kimia yang lain.
(55)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.
Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Raja grafindo Persada. Jakarta. Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Referensi.
Jakarta
Bucat, B. & Fensham, P. 1995. Selected Papers on Chemical Education
Research. Implications for Teaching of Chemistry. The IUPAC Committe on Teaching of Chemistry. New Delhi.
Burke, K.A., T.J. Greenbowe, dan M.A. Windschitl. 1998. Developing and Using Conceptual computera animations for Chemistry Instruction. Dalam
Journal Of Chemical Education. 75: 1658. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta.
Chittleborough, G.D. and Treagust D. F. 2002. Constraints to the development of first year university chemistry students’ mental models of chemical
phenomena. Teaching and Learning Focus 2002: Focusing in student. Chittleborough, G.D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis. Science and Mathematics Education Centre.
Degeng, I.N.S. 2001. Media Pembelajaran Menuju Pribadi Unggulan , Lembaga Pengembangan Pendidikan (L3P). Universitas Negeri Malang. Malang. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur
Atom dari SMA hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung. Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui
(56)
Tahun 2011-2012. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Heuvelen, V. & Zou. X.L. 2001. Multiple representations of work-energy
processes. Am. J. Phys.69, No 2. p 184.
Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review.,
227, No. 64. p. 377-379.
Jogiyanto. 2009. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Meltzer, E.D. 2005. Relation between students’ problem-solving performance and representational format. Am. J. Phys. 73. No.5. p.463.
Muarifin, M. 2010. Media Pembelajaran. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Kediri.
Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.
Paivio, A. 1991. Dual coding theory: retrospect and current status. Dalam
Canadian Journal Psychology45, 255-287.
Pramono, A. 2004. Panduan Aplikasi Menguasai Macromedia Flash MX.
Yogyakarta.
Rieber, L.P. 1990. Using animation in science instruction with young children. Dalam Journal Of Educational Pshychology. Vol 82, hal. 135-140. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au.
Rodiah, Siti. 2013. Pengembangan Media Animasi Asam-Basa Arrhenius Berbasis Multipel Representasi. Skripsi. Unila. Bandar Lampung Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Alfabeta.
Bandung
Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Sunyono, I. W. Wirya, E. Suyanto, dan G. Suyadi. 2009. Pengembangan model pembelajaran kimia berorientasi keterampilan generik sains pada siswa SMA di Propinsi Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti. Universitas Lampung.
(57)
Meningkatkan Penguasaan Konsep Kinetika Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tugas Mata Kuliah Inovasi dan Problematikan Pendidikan Sains. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Susanto. 2013. Pengembangan Media Animasi Berbasis Multipel Representasi Pada Materi Faktor-Faktor Penentu Laju Reaksi. Skripsi. Unila. Bandar Lampung
Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visualization of The Molecular World Using Animations. Chem. Educ. Res. Prac. 7, 141-159. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung. Wu, K.H, Krajcik J.S, and Soloway, E . 2000 . Promoting Conceptual
Understanding of Chemical Representations Students’ Use of
Visualization Toot in the Classroom. Makalah pada Pertemuan Tahunan The National Association of Research in Science Teaching. New Orleans : LA.
(58)
PEMETAAN / ANALISIS SK-KD
Satuan Pendidikan : SMA Negeri Bandar Lampung Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tingkat Ranah KD Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK)
Tingkat Ranah IPK Materi Pokok Ruang
Lingkup Alokasi Waktu
Nilai Karakter 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
3. Mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdassarkan data hasil percobaan
3.1 Mengidentifikasikan sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan
C2 Kognitif Produk :
1. Menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Menuliskan contoh-contoh larutan elek-trolit dan non elekelek-trolit.
3. Menjelaskan penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. 4. Menjelaskan penyebab perbedaan
kemampuan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit dalam menghantarkan listrik. 5. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit
dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen. C2 C3 C2 C2 C2 Larutan elektrolit dan non elektrolit
√ 6 JP Kritis, teliti, jujur, bertang-gung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, berani, dan berperilaku santun La mpi ra n 1
(59)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tingkat Ranah KD Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK)
Tingkat Ranah IPK Materi Pokok Ruang
Lingkup Alokasi Waktu
Nilai Karakter 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Proses :
1. Mengamati contoh gambar mikroskopis dan sub mikroskopis larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
2. Menuliskan ciri-ciri larutan elektrolit dan larutan non elektrolit berdasarkan gambar mikroskopis dan sub
mikroskopis.
3. Melakukan pengujian beberapa larutan dengan menggunakan alat uji elektrolit tester.
4. Mengamati dan mencatat perubahan gejala yang terjadi pada nyala lampu dan gelembung gas pada elektrolit tester dalam setiap larutan ke dalam tabel hasil pengamatan.
5. Mengelompokkan larutan-larutan yang di uji berdasarkan kesamaan gejala yang tampak selama pengujian.
6. Mengelompokkan larutan berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit atau non elektrolit. 7. Menyimpulkan pengertian larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.
C2 C3 C3 C4 C4 C4 C5 64
(60)
ANALISIS KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh
Kritis Variabel
Super-ordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Larutan elektrolit
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dapat berupa larutan garam, asam, basa yang dapat bersifat elektrolit kuat atau elektrolit lemah
Konsep Yang Menyata-kan Nama Proses Larutan elektrolit Larutan elektrolit kuat Larutan elektrolit lemah
Jumlah ion Kerapatan
ion
Larutan Larutan
non elektrolit Larutan elektrolit kuat Larutan elektrolit lemah Larutan NaCl Larutan HCl Larutan
H2SO4
Air Larutan gula Larutan elektrolit kuat
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dapat berupa larutan garam, asam, basa Konsep Yang Menyata-kan Nama Proses Larutan elektrolit kuat Konsentrasi larutan Jumlah ion Kerapatan ion Larutan elektrolit Larutan elektrolit lemah Larutan NaCl Larutan HCl Urea Larutan gula Larutan elektrolit lemah
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dapat berupa larutan garam, asam, basa Konsep Yang Menyata-kan Nama Proses Larutan elektrolit lemah Konsentrasi larutan Jumlah ion Kerapatan ion Derajat ionisasi (α) Larutan elektrolit Larutan elektrolit kuat Larutan CH3COOH
Alkohol La mpi ra n 2
(61)
Larutan non elektrolit
Larutan yang tidak da-pat menghantarkan arus listrik
Konsep Yang Menyatak an Nama Proses
Larutan non elektrolit
Larutan Larutan
elektrolit
Urea Larutan
gula Alkohol
Larutan NaCl Larutan
HCl
(62)
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri Bandar Lampung Kelas / Semester : X / Genap
Mata Pelajaran : Kimia
Standar Kopetensi : 3. Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi waktu Sumber Belajar Nilai Karakter Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
3.1 Mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdassarkan data hasil percobaan
Larutan elektrolit dan non elektrolit
a. Diberikan ilustrasi gambar-gambar mikroskopis dan sub mikroskopis contoh larutan non elektrolit dan larutan elektrolit b. Siswa dapat
mengama-ti komponen penyusun berdasarkan gambar mikroskopis dan sub mikroskopis larutan non elektrolit dan la-rutan elektrolit, kemu-dian siswa dapat mem-prediksikan ciri-ciri larutan elektrolit dan larutan non elektrolit c. Diberikan beberapa
je-nis larutan, kemudian siswa melakukan pengujian beberapa
Kognitif Produk :
1. Menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Menuliskan contoh-contoh larutan elektrolit dan non elektrolit
3. Menjelaskan penyebab la-rutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. 4. Menjelaskan penyebab
perbedaan kemampuan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit dalam
menghantarkan listrik. 5. Menjelaskan bahwa larutan
elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen. Tes tertulis -Soal pilihan jamak -Soal essay
Terlampir 6JP Buku Kimia SMA : Purba, M. 2006. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
LKS non-eksperimen. Media Animasi Kimia Kritis, teliti, jujur, bertang-gung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, berani, dan berperilaku santun La mpi ra n 3
(63)
larutan tersebut dengan menggunakan alat uji elektrolit / elektrolit tester. Kemudian men-catat gejala yang tim-bul saat menguji larut-an ke dalam tabel hasil pengamatan
d. Siswa dapat menge-lompokkan larutan-larutan yang di uji ber-dasarkan kesamaan gejala yang tampak selama pengujian e. Setelah
mengelompok-kan larutan, lalu siswa dapat menggolongkan larutan-larutan yang diuji ke dalam larutan non elektrolit dan larutan elektrolit ber-dasarkan sifatnya f. Mencermati sifat-sifat
pada larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan
g. Menjelaskan pengerti-an larutpengerti-an elektrolit dan non elektrolit ber-dasarkan sifat-sifat yang diamati h. Siswa dapat
meng-6. Proses:
1. Mengamati contoh gambar mikroskopis dan sub mik-roskopis larutan elektrolit dan larutan non elektrolit 2. Menuliskan ciri-ciri larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit berdasarkan gambar mikroskopis dan sub mikroskopis 3. Melakukan pengujian
beberapa larutan dengan menggunakan alat uji elektrolit / elektrolit tester 4. Mengamati dan mencatat
perubahan gejala yang terjadi pada nyala lampu dan gelembung gas pada elektrolit tester dalam setiap larutan ke dalam tabel hasil pengamatan
5. Mengelompokkan larutan-larutan yang di uji berdasarkan kesamaan gejala yang tampak selama pengujian
6. Mengelompokkan larutan berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit atau non elektrolit
7. Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
(64)
amati gambar sub mik-roskopis dari struktur NaCl dalam bentuk padatan dan larutan i. Siswa dapat
membeda-kan kebebasan perge-rakan ion-ion NaCl dalam bentuk padatan dan larutan berdasar-kan gambar sub mikroskopis j. Siswa dapat
meng-amati gambar sub mikroskopis sebaran ion-ion HCl sebelum dan setelah dicelupkan elektroda
k. Siswa dapat meng-amati gambar bahwa ion-ion positif akan menuju katoda dan ion-ion negatif menuju anoda
l. Siswa dapat meng-amati gambar bahwa terdapat elektron yang mengalir dari anoda menuju katoda m. Siswa dapat
meng-amati pergerakan elek-tron yang menyebab-kan lampu menyala dan timbul gelembung gas
(65)
n. Siswa dapat menyim-pulkan penyebab larutan elektrolit dalam menghantarkan listrik o. Siswa dapat
meng-amati gambat sebaran ion-ion CH3COOH
p. Siswa dapat membeda-kan gambar sebaran ion-ion paa larutan NaCl dan larutan CH3COOH
q. Siswa dapat mengiden-tifikasi ion-ion yang dapat terurai sempurna dan terurai sebagian r. Siswa dapat
menyim-pulkan penyebab per-bedaan kemampuan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit dalam menghantarkan listrik. s. Siswa dapat mengiden-tifikasi bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen t. Siswa dapat
menge-lompokkan larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen
(66)
RENCANA PERANCANGAN PEMBELAJARAN
( Pengembangan Media Animasi Berbasis Representasi Kimia Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit )
Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : X / Genap Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Materi Pembelajaran : Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
I. Standar Kompetensi : 3. Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi.
II. Kompetensi Dasar : 3.1 Mengidentifikasi sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan. III. Indikator Pencapaian Kompetensi
A. Kognitif Produk :
1. Menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit. 2. Menuliskan contoh-contoh larutan elektrolit dan non elektrolit. Proses :
1. Mengamati contoh gambar mikroskopis dan sub mikroskopis larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
2. Menuliskan ciri-ciri larutan elektrolit dan larutan non elektrolit berdasarkan gambar mikroskopis dan sub mikroskopis.
3. Melakukan pengujian beberapa larutan dengan menggunakan alat uji elektrolit tester.
4. Mengamati dan mencatat perubahan gejala yang terjadi pada nyala lampu dan gelembung gas pada elektrolit tester dalam setiap larutan ke dalam tabel hasil pengamatan.
(1)
139
STS 11. Bahasa yang digunakan sesuai
dengan kaidah penulisan Bahasa Indonesia.
SS √ √ √ √ √ √ 6 30
ST √ √ √ √ √ √ 6 24
KS √ √ √ 3 9
TS STS 12. Penggunaan bahasa pada media
animasi sesuai sehingga tidak menyebabkan penafsiran ganda.
SS √ √ √ √ √ √ 5 25
ST √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS √ √ 2 6
TS STS 13. Kekontrasan gambar yang
ditampilkan telah sesuai.
SS √ √ √ √ √ 5 25
ST √ √ √ √ √ √ 6 24
KS √ √ √ √ 4 12
TS STS 14. Kejelasan video dapat terlihat
dengan jelas.
SS √ √ √ √ 4 20
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS √ √ √ 3 9
TS STS 15. Ukuran video yang ditampilan
telah sesuai dan dapat terlihat dengan jelas.
SS √ √ √ 3 15
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36
KS √ √ √ 3 9
TS STS 16. Kejelasan simbol-simbol dalam
media animasi telah terlihat
SS √ √ √ √ √ √ 6 30
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36
(2)
140
dengan jelas. KS
TS STS 17. Kesesuaian waktu penayangan
media animasi telah sesuai.
SS √ √ 2 10
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 44
KS √ √ 2 6
TS STS 18. Gambar yang ditampilkan pada
media animasi telah menarik.
SS √ √ √ √ 4 20
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36
KS √ √ 2 6
TS STS 19. Kejelasan gambar yang
ditampilkan dapat terlihat dengan jelas.
SS √ √ √ √ 4 20
ST √ √ √ √ √ √ √ 7 28
KS √ √ √ √ 4 12
TS STS 20. Ukuran gambar yang
ditampilkan pada media animasi telah baik.
SS √ √ √ 3 15
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 48
KS TS STS 21. Kesesuaian warna teks pada
layar dengan warna background telah sesuai.
SS √ √ √ 3 15
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 44
KS √ 1 3
TS STS
14
(3)
141
22. Kesesuaian warna tombol dengan warna background telah sesuai.
SS √ √ √ √ √ √ √ 7 35
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS TS STS 23. Kefungsian tombol-tombol
navigasi pada media animasi yang ditampilkan telah sesuai.
SS √ √ √ √ √ √ √ √ 8 40
ST √ √ √ √ √ √ √ 7 28
KS TS STS 24. Penggunaan tombol navigasi
dapat digunakan dengan mudah.
SS √ √ √ √ √ √ √ √ 8 40
ST √ √ √ √ √ √ √ 7 28
KS TS STS 25. Kesesuaian tata letak tombol
navigasi telah sesuai.
SS √ √ √ √ √ √ √ 7 35
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS TS STS 26. Ketepatan pemindahan layar
pada media animasi telah sesuai dan tepat.
SS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 60
ST √ √ √ 3 12
KS TS STS 27. Ukuran huruf pada cover CD
media animasi sudah sesuai
SS √ √ √ √ 4 20
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS √ √ √ 3 9
(4)
142
dan dapat terbaca dengan baik. TS STS 28. Warna teks pada cover CD
media animasi sudah serasi antara warna yang satu dengan yang lainnya dan dapat terbaca dengan baik.
SS √ √ √ √ √ 5 25
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS √ √ 2 6
TS STS 29. Variasi bentuk huruf pada
cover CD media animasi telah
sesuai dan dapat terbaca dengan baik.
SS √ √ 2 10
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS √ √ √ √ √ 5 15
TS STS 30. Apakah ukuran gambar pada
cover CD media animasi sudah
sesuai dan sudah mencermin-kan materi.
SS √ √ √ √ √ √ 6 30
ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36
KS TS STS 31. Kualitas gambar pada cover
CD media animasi dapat terlihat jelas oleh pembaca.
SS √ √ √ √ √ 5 25
ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32
KS √ √ 2 6
TS STS
(5)
HASIL WAWANCARA TANGGAPAN GURU TERHADAP PRODUK YANG DIKEMBANGKAN PADA MEDIA ANIMASI BERBASIS
REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
No. Pertanyaan Jawaban guru
1. Bagaimana kesan Ibu tentang media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
Sangat menarik.
2. Menurut pengamatan Ibu apakah dengan menggunakan media animasi berbasis representasi kimia ini, siswa dapat lebih memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
Tentunya iswa akan lebih cepat memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Menurut Ibu apa keunggulan media animasi berbasis representasi kimia ini?
Siswa akan lebih cepat memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Menurut Ibu apakah media animasi berbasis representasi kimia ini mengandung kelemahan?
Jika terdapat kelemahan, apa saja kelemahannya?
Ada. Kelemahannya belum ada latihan soal.
5. Apa saran Ibu untuk memperbaiki kelemahan media animasi berbasis representasi kimia ini?
Ada. Kelemahannya belum ada latihan soal.
(6)
HASIL WAWANCARA TANGGAPAN SISWA TERHADAP PRODUK YANG DIKEMBANGKAN PADA MEDIA ANIMASI BERBASIS
REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
No. Pertanyaan Jawaban siswa Presentasi
Jawaban Kriteria
1. Bagaimana kesan anda tentang
media animasi berbasis repre-sentasi kimia pada materi larut-an elektrolit dlarut-an non elektrolit?
Cukup menarik, menyenangkan, dan memudahkan dalam proses pembelajaran.
100 % Seluruhnya
2. Apakah dengan media animasi
ini anda mudah memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
Ya, lebih mudah memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit
100 % Seluruhnya
3. Apakah keunggulan media
animasi ini? Bagaimana kesan anda tentang media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
Memberi contoh larutan elektrolit
13,33 % Sebagian kecil Terdapat animasi
yang bergerak sehingga tidak bosan
86,67 % Hampir seluruhnya
4. Apakah dengan media animasi
ini anda mudah memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
Ya 66,67% Sebagian
besar
Tidak 33,33% Hampir
setengahnya Lampiran 20