PENDAHULUAN Kontribusi Intensitas Bimbingan Orang Tua Dan Peranan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Pada Siswa Jurusan Akuntansi Smk Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan manusia.
Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya membutuhkan pendidikan sebagai
kebutuhan yang harus dipenuhi. Indonesia merupakan negara berkembang
dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari
itu kemandirian siswa dalam belajar perlu perhatian khusus agar dapat
mendukung kegiatan pendidikan. Ada dua macam pendidikan di Indonesia
menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dan
berjenjang, terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan
diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur
dan berjenjang.
Unsur pendidikan sangat penting artinya dalam membangun generasi
bangsa. Maka fungsi pendidikan sangat diutamakan sebagai faktor penggerak
negara. Pendidikan tanpa tujuan berarti akan kehilangan

nilai dan


hakikatnya. Tujuan negara tanpa pendidikan merupakan hal yang mustahil
untuk dicapai. Fungsi pendidikan nasional pada Undang-undang No. 20 tahun
2003 pasal 3 yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang
demokratif dan bertanggung jawab.
1

2

Ada beberapa faktor penunjang pendidikan, antara lain: tingkat
ekonomi keluarga, kemampuan berpikir anak, lingkungan masyarakat, teman
sepergaulan, dan jarak sekolah. Semua faktor yang menyangkut tujuan
pendidikan merupakan unsur yang sangat dibutuhkan. Di dalam UndangUndang Dasar Republik Indonesia Pasal 31 Ayat 1 dan 2 berbunyi, “setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan. Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”

Indonesia telah memprioritaskan pendidikan sebagai wahana untuk
mencetak generasi penerus. Untuk melaksanakan pendidikan diperlukan
usaha keras dalam mencapai tujuannya. Perkembangan suatu zaman yang
seiring dengan ilmu dan teknologi secara cepat menuntut manusia untuk
pandai dalam melihat peluang. Dapat dikatakan negara yang maju apabila
negara itu mampu bersaing dalam dunia pendidikan. Sehingga pembangunan
negara perlu adanya ketetapan melalui pendidikan.
Bila kita lihat secara sederhana lembaga-lembaga pendidikan itu ada 3
macam, yaitu: lembaga keluarga, lembaga sekolah dan lembaga masyarakat.
Lembaga keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat namun
mempunyai peran utama dalam proses pendidikan. Kemudian lembaga
sekolah merupakan pembinaan yang meneruskan dari lembaga keluarga.
Sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan
keluarga. Sehingga dengan adanya lembaga sekolah hasil belajar atau prestasi
anak dapat dilihat.

3

Lembaga masyarakat dapat diartikan sebagai wadah dan wahana
pendidikan. Lembaga ini berbentuk subyek pengelola dan kepemimpinan

bersama. Karena anak tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Maka
sifat-sifat dasar suatu pendidikan nasional juga terlihat dari dimana anak itu
dilahirkan. Setiap warga masyarakat akan mengabdi dan setia pada
masyarakatnya. Oleh karena itulah anak dididik oleh dan untuk masyarakat.
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang ketiga setelah lembaga
pendidikan formal (sekolah), akan memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam proses pembentukan kepribadian anak. Tidak
semua pengetahuan, sikap, keterampilan dapat dikembangkan oleh
sekolah maupun keluarga, karena adanya keterbatasan lembaga
tersebut. Untuk itu lembaga pendidikan masyarakat akan mengisi dan
melengkapi dalam membantu membina pribadi anak secara utuh dan
terpadu (Jumali) dkk., 2004:47).
Tujuan pendidikan dapat digerakkan sesuai dengan harapan apabila
dalam proses pengawasan. Untuk membentuk jiwa anak yang terdidik
memerlukan dukungan dari luar dan kesadaran dari dalam. Kesadaran dari
dalam diri anak dapat berupa kemandirian. Mandiri dapat berarti selalu
belajar aktif dengan segala kemampuan yang ada tanpa paksaan sedikitpun.
Melalui belajar mandiri akan menumbuhkan kecerdasan.
Binet dalam buku Winkel (2009:529) mengemukakan bahwa, hakikat
intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan secara kritis
dan objektif.
Manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang
serta berubah secara fisik dan psikis. Dalam praktik pendidikan tidak
selamanya perkembangan itu berjalan selalu optimal. Karena ada kalanya
terlambat dan ada kalanya terpacu dengan adanya pendidikan. Untuk itu harus

4

ada interaksi yang disediakan dalam belajar yang mengarahkan pada
pertumbuhan. Perlunya pemahaman tentang adanya kemandirian adalah
adanya sifat alami manusia untuk tergantung pada lingkungan sosial dan
manusia lainnya. Menurut Sutarno (2005:73), “mandiri mengandung
pengertian sanggup atau mampu berdiri sendiri, bekerja sendiri dan
melaksanakan semua kegiatan dengan baik”.
Kemandirian belajar merupakan sebuah emosional yang bertujuan
untuk

membebaskan


sifat

kekanak-kanakan.

Sifat

yang

tidak

menggantungkan diri pada orang lain dan tidak ada paksaan merupakan
proses kematangan sifat mandiri. Pendidikan pada dasarnya mendewasakan
anak. Sedangkan pendidikan di sekolah pada dasarnya menyiapakan warga
masyarakat

agar

mampu


menerapkan

serta

mengembangkan

ilmu

pengetahuan sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Sehingga seorang siswa
juga dituntut untuk memiliki kemandirian agar dapat menjalankan proses
yang telah disediakan. Lebih lanjut Kartono (2005:23) menyatakan bahwa:
Kemandirian atau selfstanding, adalah kemampuan berdiri diatas kaki
sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah
lakunya sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan kewajiban
guna memenuhi kebutuhan sendiri.
Proses

belajar

mengajar


yang

ditempuh

harus

benar-benar

memporoleh hasil yang optimal. Sikap mandiri siswa perlu mendapat
perhatian dalam proses belajar mengajar. Karena belajar perlu dilakukan oleh
individu untuk dirinya sendiri. Belajar dapat terjadi karena siswa itu sendiri
secara mandiri melakukan latihan-latihan. Dengan latihan tersebut siswa
memiliki pengetahuan ketrampilan ataupun sikap tertentu.

5

Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar
kecerdasan para siswa sangat bervariasi secara individual. Karena itu,
muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantu

siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau self realization
sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara
pendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:28).
Di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta aspek pendidikan berbasis pada
kemampuan guru dalam mengajar. Kemandirian siswa untuk belajar
memahami dan membaca informasi masih sangat rendah. Hal ini tidak lepas
dari peranan guru pada khususnya. Karena rendahnya kualitas guru dalam
mengajar akan berpengaruh pada kemandirian belajar. Peranan guru untuk
menciptakan inovasi dalam pembelajaran sangat menunjang kemandirian
siswa.
Siswa yang menyenangi pelajaran tertentu maka dia akan berusaha
untuk bisa lebih konsentrasi dalam memperhatikan serta selalu ingin tahu
dengan caranya yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi kegiatan belajar
siswa. Biasanya pelajaran yang disenangi oleh siswa akan dipelajari dengan
senang hati pula. Sebaliknya, pelajaran yang kurang disenangi siswa maka
juga akan jarang dipelajari oleh siswa. Sehingga tidak heran apabila di SMK
Muhammadiyah Surakarta pelajaran akuntansi dapat dikuasai oleh siswa
karena walaupun materi yang sangat rumit, peranan guru mengajar sangat
mendukung siswa untuk belajar mandiri.

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya.
Keunggulan prestasi belajar selalu menjadi penilaian utama masyarakat
terhadap suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Hal ini tidak lepas dari

6

kemandirian siswa untuk terus aktif dalam proses pembelajaran. Kemandirian
belajar siswa dipengaruhi oleh intensitas bimbingan orang tua dan peranan
guru.
Seorang siswa perlu intensitas bimbingan orang tua dalam kegiatan
belajarnya. Semakin tinggi intensitas bimbingan orang tua yang diberikan
kepada anak maka akan semakin menunjang proses belajar yang optimal.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bimbingan
terhadap anak menjadi alat bantu untuk memperoleh keseriusan dan
kenyamanan. Bimbingan orang tua tidak hanya pada menerangkan materi
pelajaran yang kurang paham saja. Melainkan juga tertuju pada bagaimana
anak dapat melakukan segala sesuatu yang salah menjadi benar dan yang
benar dapat diterapkan.
Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru sebagai salah satu sumber
pengetahuan baru bagi siswa sangatlah diharuskan. Karena dalam

pelaksanaanya ketidakjelasan bahan yang ada pada sumber tertulis dapat
dijelaskan oleh guru sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan dipelajari
oleh siswa dapat disederhanakan dengan bantuan guru. Peranan guru dapat
mewakili dari segala keterbatasan sumber belajar yang ada. Namun dalam arti
yang lebih luas, ternyata peranan guru itu bukan hanya member materi
pelajaran saja, guru hanya salah satu bagian dari salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian belajar.
Upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di SMK
Muhammadiyah 2 Surakarta maka intensitas bimbingan orang tua dan

7

peranan guru harus berjalan seimbang. Intensitas bimbingan orang tua dan
peranan guru dapat menjadikan siswa mandiri dalam belajar. Proses
pengajaran yang berlangsung harus diawasi. Hal ini disebabkan agar kegiatan
pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Sehingga seluruh
aspek pendukung dapat bejalan seimbang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dari hal-hal yang telah diungkapkan oleh penulis diatas yang
mendasari penulis untuk memilih penelitian pendidikan ini dengan judul:
“KONTRIBUSI


INTENSITAS

BIMBINGAN

ORANG

TUA

DAN

PERANAN GURU TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PADA
SISWA

JURUSAN

AKUNTANSI

SMK

MUHAMMADIYAH

2

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.”

B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemandirian belajar siswa SMK
pada pelajaran Akuntansi mengalami peningkatan, antara lain yaitu :
1.

Motivasi terhadap siswa yang berasal dari intern (dalam diri siswa
sendiri).

2.

Intensitas bimbingan orang tua sebagai pemberi semangat belajar.

3.

Sumber belajar yang digunakan sebagai sarana pendukung fasilitas
belajar.

4.

Kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas dan menatati tata tertib
yang berlaku di sekolah.

8

5.

Sikap sadar akan pentingnya belajar mandiri dalam menyelesaikan
sebuah permasalahan dari informasi yang didapat.

6.

Hobi membaca dan meringkas buku-buku bacaan sebagai ilmu
pengetahuan.

7.

Peranan guru dalam membentuk sikap siswa untuk belajar aktif dan
mandiri.

8.

Nilai ulangan harian selalu diatas batas tuntas karena memperhatikan
penjelasan dari guru saat menerangkan.

9.

Pemberian soal-soal oleh guru terhadap siswa.

10. Perhatian orang tua terhadap anak secara sungguh-sungguh yang
mendukung semangat belajar.
11. Banyaknya latihan mengerjakan soal-soal pelajaran.

C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kemandirian belajar
yang terdapat pada identifikasi masalah maka penulis membatasi penelitian
ini hanya pada tiga variabel agar penelitian ini lebih fokus dan terperinci
secara jelas sehingga menghasilkan sebuah penelitian yang bermanfaat bagi
pembaca dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, adapun variabel
yang menjadi batasan yaitu:
1. Intensitas bimbingan orang tua dilihat dari sudut pandang siswa.
2. Peranan guru dalam membentuk sikap aktif seorang siswa dilihat dari
sudut pandang siswa.
3. Sikap mandiri siswa dalam belajar.

9

D. Perumusan Masalah
Pembatasan masalah tersebut diatas merupakan langkah-langkah yang
selanjutnya mengarahkan pada rumusan masalah yang penulis buat agar
penelitian ini dapat membuktikan ada dan tidaknya hubungan antara variabel
satu dengan variabel yang lain. Rumusan yang penulis ajukan yaitu :
1. Adakah kontribusi yang signifikan intensitas bimbingan orang tua terhadap
kemandirian belajar siswa?
2. Adakah kontribusi yang signifikan peranan guru terhadap kemandirian
belajar siswa ?
3. Adakah kontribusi yang signifikan intensitas bimbingan orang tua dan
peranan guru terhadap kemandirian belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui adanya kontribusi intensitas bimbingan orang tua
terhadap kemandirian belajar siswa.
b. Untuk

mengetahui

adanya

kontribusi

peranan

guru

terhadap

kemandirian belajar siswa.
c. Untuk mengetahui adanya kontribusi intensitas bimbingan orang tua
dan peranan guru terhadap kemandirian belajar.

10

2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui kecenderungan kemandirian belajar pada siswa
jurusan Akuntansi SMK Muhammadiyah 2 Surakarta tahun ajaran
2012/2013.
b. Untuk mengetahui kecenderungan intensitas bimbingan orang tua pada
siswa jurusan Akuntansi SMK Muhammadiyah 2 Surakarta tahun
ajaran 2012/2013.
c. Untuk mengetahui kecenderungan peranan guru pada siswa jurusan
Akuntansi SMK Muhammadiyah 2 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan (teori) yang
diperoleh dari bangku perkuliahan khususnya di bidang penelitian
pendidikan.
b. Bagi Siswa
1) Memberikan gambaran bagi siswa akan pentingnya intensitas
bimbingan orang tua terhadap kemandirian belajar siswa.
2) Menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya peranan guru
terhadap kemandirian belajar siswa.

11

c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pikiran dalam upaya memperbaiki proses
pembelajaran agar lebih baik dan berkualitas dengan pengadaan
penyuluhan tentang intensitas bimbingan orang tua dan peranan guru
untuk mendukung kemandirian belajar siswa.
d. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan acuan dalam menambah ilmu pengetahuan dan lateratur
perpustakaan kampus.
e. Bagi Masyarakat
Sebagai masukan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi
tentang pentingnya intensitas bimbingan orang tua dan peranan guru
bagi siswa dalam mendukung terbentuknya kemandirian belajar.
2. Manfaat Praktis
Bagi instansi khususnya SMK Muhammadiyah 2 Surakarta yaitu
menambah karya tulis dalam bidang penelitian pendidikan tentang
pentingnya intensitas bimbingan orang tua dan peranan guru dalam
mendukung kemandirian belajar siswa, sehingga dapat digunakan sebagai
acuan kegiatan pelaksanaan proses belajar mengajar.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Kemandirian Belajar
a. Definisi Kemandirian
Peserta didik yang baik adalah mereka yang mau mencari sebab
terjadinya sesuatu dengan cara mereka yang berbeda-beda. Terkadang
banyak orang yang kurang memahami masalah mereka pribadi karena
kurangnya rasa ingin tahu untuk mencari dan menyelesaikannya.
Seperti halnya sikap mandiri harus dimiliki peserta didik agar dapat
menyelesaikan segala sesuatu dengan caranya masing-masing.
Menurut Sutarno (2005:73) “mandiri mengandung pengertian
sanggup atau mampu berdiri sendiri, bekerja sendiri dan melaksanakan
semua kegiatan dengan baik”, sedangkan menurut Soedarsono
(2007:73) “ kemadirian adalah suatu hal yang sangat penting, meski
kurang tepat apabila dianggap sebagai sasaran akhir”.
Sumaharnijaya (2001:26) berpendapat bahwa:
Mandiri sebagai adanya hak dan kewajiban yang dimiliki,
mampu menentukan nasibnya sendiri, tidak tergantung pada
orang lain sampai batas kemampuan, mampu bertanggung jawab
atas segala tindakan dan perasaan, mampu membuang pola
perilaku yang mengingkari diri sendiri.
Sedangkan

Masrun,

dkk

(2006:37)

mengungkapkan

“kemandirian secara sosial psikologis dianggap penting karena

12