Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua Dengan Hasil Belajar Siswa Di Mi Nur Asholihat Lengkong Wetan Serpong

(1)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S-1) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

oleh :

SITI NOVY PEBRYANTI

NIM 109018300041

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M


(2)

(3)

(4)

Nama : Siti Novy Pebryanti NIM : 109018300041

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Alamat : Kp Tegal RT/RW 015/003 Ds Kedung dalem Kec Mauk Tangerang

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Intensitas Bimbingan Orang tua dengan Hasil Belajar Siswa di MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong. Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama pembimbing I : Mu’arif SAM, M.Pd

NIP : 19650717 199403 1 005

Nama pembimbing II : Nuryani, MA

NIP : 19820628 200912 2 003

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 03 Mei 2014

Yang menyatakan


(5)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong. Penelitian ini dilakukan di MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional untuk mencari hubungan antara variabel intensitas bimbingan orang tua dengan variabel hasil belajar siswa. Hasil uji hipotesis dengan korelasi product moment menunjukkan angka 0.70-0.90 yang berarti bahwa ada hubungan antara intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di MI Nur As-Sholihat pada kelas IV, V, & VI.


(6)

SITI NOVY PEBRIYANTI, NIM 109018300041, Hubungan Intensitas Bimbingan Orang tua dengan Hasil Belajar Siswa di MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong.

This study aims to determine the relationship of the intensity of parental guidance with student learning outcomes in MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong. This research was conducted in MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong. The method used in this study is a survey method with a correlation technique to find the relationship between the intensity of the parental variables with the variables of student learning outcomes. The results of the hypothesis testing showed the product moment correlation 0.70-0.90 which means that there is a relationship between the intensity of parental guidance with student learning outcomes in MI Nur As-Sholihatin.


(7)

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shawalat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kepada pengikut-Nya yang selalu teguh dan setia dalam mengikuti dan mengamalkan ajaran-Nya.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Intensitas Bimbingan Orang tua dengan Hasil Belajar siswa di MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong” ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan KI-PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Muarif SAM, Mpd, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta memberikan saran serta dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

4. Nuryani, MA, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta memberikan saran serta dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

5. Dosen penguji I Dr, Fauzan, MA yang telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan.

6. Dosen penguji II Dindin Ridwanudin, M.Pd yang telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan


(8)

S1.

8. Kepada kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, terima kasih atas segala doa dan dorongan yang tak mungkin dapat aku nilai kecuali dengan cinta dan maaf jika selama ini belum bisa menjadi anak yang baik. Semua ini aku persembahkan untuk kalian.

9. Kepada suamiku tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan yang tak mungkin dapat aku nilai dengan cinta dan maaf jika selama ini belum bisa menjadi istri yang baik. Semua ini aku persembahkan untuk suamiku dan anakku.

10.Saudara-saudaraku: Ayu, Indri, Ziah, dan Izik, terima kasih kalian telah menghiburku.

11.Sahabat-sabahatku KI-PGMI angkatan 2009 yang tak bisa disebutkan satu persatu, yang tak pernah letih menjaga silatuhrahmi , semoga silatihrahmi yang selama ini erjalin erat tetap terjaga untuk selamanya.

12.Semua pihak yang turut membantu selama perkuliahan dan penyelesaian studi penulis.

Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dengan limpahan dan rahmat dan kasih sayang-Nya. Peneliti menyedari bahwa terdapat cacat dan cela dalam karya ini, untuk itu peneliti mohon maaf atas segala kekurangan didalamnya dan senantiasa berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 03 Mei 2014


(9)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ………...……… i

KATA PENGANTAR ………..……….. ii

DAFTAR ISI ……….……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN ……….………. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….………. 1

B. Identifikasi Masalah ………..………. 8

C. Pembatasan Masalah ………..……… 8

D. Perumusan Masalah ………. 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 8

F. Kegunaan Penelitian ……….. 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ……….. 10

1. Hasil Belajar ……….………… 10

2. Intensitas Bimbingan Orang tua ……….……… 19

3. Kerangka Berpikir ……….………. 28

B. Hasil Yang Relevan ……….. 29


(10)

C. Populasi dan Sampel ……….. 32

D. Teknik Pengumpulan Data ……….…….. 32

E. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Bimbingan Orang tua dalam hasil belajar siswa ………..……… 33

F. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 34

G. Teknik Analisis Data ………...……… 37

H. Hipotesis Penelitian ………...………… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek PEnelitian ……… 39

1. Gambaran MI Nur As-Sholihat ………..……… 39

2. Keadaan Guru dan Karyaawan ……….. 39

3. Keadaan Siswa MI Nur As-Sholihat ……….. 41

B. Deskripsi Data ………. 41

1. Data Hasil Belajar Siswa ………..……… 41

2. Data Intensitas Bimbingan Orang tua ………. 45

C. Analisis Data ……… 48

1. Uji Prasyarat ………. 48

2. Pengujian Hipotesis ……….……… 53

D. Pembahasan ………..……… 58

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ……….. 60

B. Saran ……….. 60


(11)

Lampiran 2: Nilai MID semester II kelas IV, V, & V ....…..………. 69 Lampiran 3: Hasil Uji Validitas ….………..……….. 72 Lampiran 4: Distribusi Frekuensi Tentang Intensitas Bimbingan Orang tua …….. 73 Lampiran 5: Perhitungan Untuk Mperoleh Koefisien Korelasi Antara Intensitas


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa warga Negara berhak mendapat pedidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa yang di atur dengan Undang-Undang.1 Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan secera sederhana, dapat merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pendidikan adalah merupakan proses pengubahan sikap dan tat laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui uapaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian KBBI terlihat bahwa melalui pendidikan: satu, orang ,mengalami perubahan sikap dan tata laku; dua, orang berpsroses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku; tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Pendidikan merupaka proses, cara, dan perbuatan mendidik.

Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan memebri latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. “Pendidikan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahnun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006) h 47

2

Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 8


(13)

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.3

Pendidikan adalah: usaha secara langsung sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedwasaan yang selalaudi artikan mampu menimnulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua atas dasar tugas dan kedudukannya dalam kewajiban untuk mendidik misalnya guru disekolah, kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya. Segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan juga merupakan suatu ilmu terapan yaitu terapan dari ilmu atau disiplin, pendidikan juga merupaka suatu bidang studi, dalam bidang studi tersebut yaitu teori pendidikan yang dikembangkan.

Pendidikan juga pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dan segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas social mereka.4usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung disekolah untuk mempersiapkan perserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup di masa yang akan datang.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan

3


(14)

pendidikan. Adapun tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.5

Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, tujuan pendidikan adalah tidak terbatas pada pengembangan kemampuan, tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup atau mempersiapkan hidup. Dalam arti sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Selanjutnya pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi.

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.6 Pendidikan juga merupakan suatu ilmu terapan yaitu terapan dari ilmu atau disiplin, pendidikan juga merupaka suatu bidang studi, dalam bidang studi tersebut yaitu teori pendidikan yang dikembangkan.

Adapun unsur-unsur proses pendidikan siswa berstatus sebagai subjek didik. Menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya individu yang memiliki potensi fisik dan psikis, sehingga merupakan insan yang unik, individu yang sedang berkembang, individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi, individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Materi pendidikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan. Lingkungan

5

Budhi Rachman. “Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan,” www://calon-guru.blogspot.com/.html, kamis 17102013 10.52

6


(15)

sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalani keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampak lebih luas. Bimbingan orang tua sangat , peting bagi perkembangan pribadi anak, adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.

Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan Negara. Memelihara dan membesarkan anak. Memberi pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak.7

Pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani amaupun potensi rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.8

Menurut Suwarno dalam buku ilmu pendidikan Hj.Zurinal Z berpendapat pendidikan dikenal dengan istilah educate atau to educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada didalam atau memperbaikimoral dan melatih intelektual. Menurut john Dewey dalam buku ilmu pendidikan Hj.Zurinal Z berpendapat pendidikan sebagai rekontruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang didapat berikutnya.

7

AdiMiraha. “Lingkungan Pendidikan,”www:kmplnmakalah.blogspot.com/2013/01/.html rabu 10.52

8

Hj. Zurinal Z, Ilmu Pendidikan pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan,


(16)

Ilmu pendidikan pendidikan adalah proses pengemganagn potensi, kemampuan dan kapasitas, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan dengan tuntunan bagi pertumbuhan anak-anak,. Hal ini berarti dalam pendidikan adalah upaya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak agar mereka menjadi manusia dan anggota masyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Para ahli didik umumnya menyatakan bahwa pendidikan dalam keluarga/orang tua merupakan pendidikan yang pertama dan utama.Karena dilembaga inilah anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali.

Fungsi dan peranan orang tua dalam memberikan dorongan dan bimbingan kepada anaknya yang berupa contoh teladan yang bagus/baik.9 Juga dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Didalam pasal 1 UU perkawinan nomer 1 tahun 1974. Dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suamu istri dengan tujuan membentuk kaluarga yang bahagia dan sejahtera, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Easa. Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuannya memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua mendidik anak ini terus berlanjut samapai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri dan mandiri., kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena sesuatu hal anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua.

9


(17)

Dari pernyataan tersebut memberi makna bahwa bimbingan orang tua terhadap pendidikan anak sangat penting. Karena itu, yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pendidikan seorang anak adalah orang tua, di samping lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. bahwa “persiapan yang dilakukan orang tua bagi keberhasilan pendidikan anaknya antara lain ditunjukkan dalam bentuk bimbingan terhadap kegiatan pembelajaran anak di sekolah dan menekankan arti penting pencapain prestasi oleh sang anak”.10

Bentuk bimbingan orang tua pada pendidikan anaknya dapat dilakukan dengan bimbingan pada kegiatan belajar anak, dalam hal ini pengawasan terhadap belajar anak dan pemberian motivasi.

Dengan demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi seorang anak hidup sebab karakter seorang anak dibentuk oleh lingkungan keluarganya, pada lingkungan keluarga dimana ia menjadi pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa : Orang tua berperan serta dalam memilih satuan pendidikan anaknya. Ayat (2) disebutkan bahwa: Orang tua dari anak usia dini wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.11

Hal yang berkaitan dengan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Dimana proses tersebut meliputi tiga aspek lingkungan yang saling berkaitan yaitu, lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan masyarakat. Dari ketiga aspek yang ada, lingkungan rumah merupakan lingkungan yang sangat berperan penting dalam proses belajar, karena seorang anak akan mendapat pengajaran pertamanya di dalam keluarga.

10Suwito. “ Bentuk Perhatian

-perhatian Orang tua‟” www.psychologymania.com.html selasa 10.02

11

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Bandung; Citra Umbara, 2006) h. 78


(18)

Pada hakekatnya setiap siswa membutuhkan sebuah bimbingan dari orang tua, untuk mengembangkan hasil belajarnya. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan penting dalam perkembangan emosional, intelektual, dan social. Dari keluargalah seorang anak mampu menjadi anak yang berani, dan semangat. Bimbingan sangat dibutuhkan pada diri anak sebagai dorongannya dalam belajar, agar menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang demi mendapatkan suatu nilai yang ingin di capai, dan untuk mencapainya harus bekerja keras dan berusaha.

Dari latar belakang diketahui bahwa, bukan hanya tanggung jawab sekolah saja tetapi juga merupakan tanggung jawab orang tua maka disinilah pentingnya bimbingan orang tua atau arahan orang tua dalam hasil belajar siswa. Ketersediaan realitasnya anak harus mempunyai semangat belajar yang tinggi, dan kemauan yang keras dan pantang menyerah. Agar proses pendidikan berhasil maka dibutuhkan lingkungan yang mendukung. Orang tua hendaknya mempunyai waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak dan memberikan bimbingan atau arahan pada proses pendidikan anak. Selain itu, banyak juga orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan ank-anknya. Mereka hanya berfikir pada kebutuhan finansial anaknya. Bahkan ada satu kondisi dimana orang tua membiarkan anaknya berbuat semauya. Orang tua tidak ambil peduli jika si anak tidak masuk sekolah atau bolos. Masyarakat kurang memahami bahwa mempunyai peran yang besar dalam proses pendidikan. Sebagai ilustrasi adalah apabila terjadi ada anak bolos sekolah dan bergerombol di sekitar tempat tinggalnya, mereka acuh tak acuh dan membiarkan saja hal itu terus terjadi. Mestinya masyarakat ambil bagian dalam proses pendidikan tersebut dan menyuruh anak-anak bolos di sekitar tempat tinggalnya untuk kembali ke sekolahnya.

Oleh karena itu penulis meneliti adakah “HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI MI NUR ASHOLIHAT LENGKONG WETAN SERPONG”.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan beberapa masalah penting, diantaranya adalah:

1. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak 2. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap pendidikan di sekolah 3. Orang tua kurang memahami tentang cara membimbing anak

4. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap kegiatan belajar anak di rumah

maupun disekolah sehingga mnempengaruhi hasil belajarnya.

5. Hasil belajar psikomotoris siswa kelas IV, V, & VI MI Nur As-Sholihat

Lengkong Wetan Serpong

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini masalah yang terperinci dalam identifikasi masalah akan di batasi oeleh peneliti. Masalah yang akan dikaji oleh peneliti ini terkait dengan bimbingan orang tua. Karena keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh penulis, agar tidak menyimpang dari masalah utama, maka penulis membatasi kajian peneliti kepada: “ Hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar psikomotoris siswa di kelas IV, V & VI MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong?

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar psikomotoris siswa di kelas IV, V & VI MI Nur As-Sholihat Lengkong Wetan Serpong?”.

E. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di MI Nur Asholihat Lengkong wetan Serpong.


(20)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian di harapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

a. Bagi orang tua sebagai bahan masukan aka tanggung jawab dalam memberikan bimbingan yang baik terhadap anak.

b. Bagi guru dan kepala sekolah sebagai bahan masukan yang berguna untuk kepentingan bimbingan orang tua dan anak didik.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai masukan bagi guru-guru di SDN MI Nur Asholihat terutama guru agar dapat menarik minat peserta didik dalam belajar.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil belajar

Hasil brelajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hord Ward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:

(a) keterampilan dan kebiasaan,

(b) pengetahuan dan pengertian,

(c) sikap dan cita-cita.

Masing- masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni:

(a) informasi verbal,

(b) keterampilan intelektual,

(c) strategi kognitif,

(d) sikap, dan

(e) keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,


(22)

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) Gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

(b) Kemampuan perseptual, (c) Keharmonisan atau ketepatan,

(d) Gerakan keterampilan kompleks, dan (e) Gerakan eekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.12

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sebagian orang bertanggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang bertanggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu pula ada yang memendang belajar adalah sebagai pelatih belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis. 13

12

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Rmaja rosda karya, 2009), h.22

13


(23)

Menurut james Wittaker dalam buku fadilla suralaga psikologi pendidikan dalam perspektif islam mendefiniskan belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditumbuhkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Chaplin dalam buku psikologi pendidikan dalam perspektif islam mendefiniskan merumuskan dua macam belajar, yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman; kedua: belajar adalah proses memperoleh respons-respons karena adanya latihan khusus.14 Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu ukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mancapai tujuan.

Menurut Cronbach, dalam buku Psiokologi karangan Abror Abd. Rachman mendefiniskan “Learning is shawn by a change in behavior as a result of experience” belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Menurut Gagne dalam buku Psiokologi karangan Abror Abd. Rachman mendefiniskan belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaanya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.15 Belajar menimbulkan sesuatu perubahan (dalam arti, tingkah laku, kapasitas) yang relative tetap, perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar, perubahan itu juga dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat.

14

Fadilla Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspekstif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). H. 62

15

Abror, Abd, Rachman. Psikologi Pendidikan (Yogya: PT Tiara Wacana Yogya, 1993) h. 66-67


(24)

Belajar adalah berubah, maksudnya belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.16 Belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembanganpribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia, belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).17

Belajar dimaknai dengan suatu proses bagi sesorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.18 Belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relative menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman

b. Teori-teori tentang belajar

Untuk memperjelas pengertian tentang pentingnya belajar, prinsip-prinsip belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi.

1. Teori Behaviorisme

Rumpun teori ini disebut dengan behaviorisme karena sangat menekankan pada prilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Beberapa cirri umum yang Nampak pada rumpun teori belajar behaviorisme, yaitu :

16

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada,2012), h. 20

17

Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta didik perspektif psikologi (Jakarta : Kizi

Brother‟s, 2011), h.65

18

Hj. Zurinal Z, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan,


(25)

- Mengutamakan unsure-unsur atau bagian kecil - Bersifat mekanitis

- Menekankan peranan lingkungan

- Mementingkan pembentukkan reaksi dan respon - Menekankan pentingnya latihan

2. Teori Pengkondisian Operan

Suatu hal yang penting dalam pengkondisian operan berlaku “generalisasi dan disriminasi” dimana organism menggeneralisasikan apa yang telah dipelajarinya.

3. Teori belajar sosial

Teori belajar sosial sering disebut juga sebagai teori belajar pengamatan. Menurut Bandura dalam buku psikologi pendidikan dalam perspektif islam mendefiniskan bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex otomatis terhadap stimulus malainkan juga akibat reaksi timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema lingkungan manusi itu sendiri.

4. Teori perubahan

Menurut Al-Ghazali sebagaimana dalam buku psikologi pendidikan dalam perspektif islam mendefiniskan akhlak megalami perubahan atau dengan kata lain akhlak dapat diperoleh dan diubah melalui proses belajar.19

c. Jenis-Jenis Belajar

Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan kebtuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam. Belajar bisa dibedakan menjadi 8 jenis belajar, yaitu:

1. Belajar abstrak

Jenis belajar ini merupakan kegiatan yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak, yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Untuk itu mempelajari hal-hal

19

Fadilla Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspekstif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). h. 63-73


(26)

yang abstrak ini diperlukan prinsip, konsep dangeneralisasai. Yang termasuk jenis ini mislanya: belajar matematika, kimia, tahuid dan sebagainya.

2. Belajar keterampilan

Jenis belajar yang satu ini menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan neuromuscular dengan tujuan untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka belajar keterampilan membutuhkan latihan-latihan yang intensif dan teratur.

3. Belajar sosial

Pada dasarnya belajar socsal ini belajar untuk memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah-masalah keluarga, masalah-masalah dengan teman atau masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan

4. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah merupakan masalah yang menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah rasional, lugas dan tuntas.

5. Belajar rasional

Belajar rasioanal adalah belajar mengguanakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

6. Belajar kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan dan pemgalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.


(27)

Belajar apresisasi adalah mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapam ranah rasa (affective skill) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya.

8. Belajar pengetahuan

Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.20

Menurut Gagne dalam buku Fadilla Suralaga, Psikologi Pendidikan dalam Perspekstif Islam mendefinisikan jenis-jenis belajar dapat dikembangkan menjadi 5 kategori, yaitu:

a. Belajar informasi verbal, yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan bentuk bahasa lisan atau tertulis yang meliputi cap nama suatu objek, atau menyangkut data atau fakta. Dengan informasi verbal inilah manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dan dapat mengatur kehidupannya sehari-hari.

b. Belajar kemahairan intelektual, yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dalam bentuk satu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambing atau simbol. Mulai dari persepsi, pembentukan konsep, menyusun kaidah, dan menentukan prinsip.

c. Belajar pengaturan kegiatan intelektual ialah belajar bagaimana cara menangani aktifitas belajar dan berpikir sendiri, misalnya dalam proses pemecahan masalah yang menuntut pendekatan-pendekatan yang tepat dengan mengatur arus pikiran diri sendiri.

d. Belajar keterampilan motorik, yang melibatkan kemampuan otot, urat dan persendian secara langsung. Cirri utamanya adalah kemampuan automatisme. Contohnya terampil dalam membaca dan menulis, terampil dalam melakukan gerakan-gerakan tertentu dan sebagainya.

20

Fadilla Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspekstif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). H. 81-83


(28)

e. Belajar sikap, misalnya sikap disiplin dan bekerja dengan jujur dengan menanamkan penghayatan dan perasaan melalui pemberitahuan, penanaman keyakina, dan pembiasaan.21

d. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, dibagi menjadi dua faktor terdiri dari 1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

a. Kesehatan adalah sehat fisik dan atau tidak berpenyakitan. Pada tubuh diri manusia, terciptanya kesatuan system biologis (keutuhan kerja organ tubuh manusia)

b. Intelegensi adlaah kecerdasan yang dimiliki seseorang baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional (social) maupun kecerdasan spiritual / agama.

c. Bakat adalah kemamapuan manusia yang dibawah sejak lahir

d. Motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat atau melalaukan sesuatu

e. Cara belajar adalah suatu teknik untuk melakukan perubahan kea rah lebih baik

2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri (artinya bahwa perilaku belajar terjadi karena faktor luar)

Adapaun faktor eksternal dapat diuraikan sebagai berikut: a. Keluarga adalah orang tua (ayah dan ibu) kakak dan adik

b. Sekolah adalah temapat anak mendapat ilmu pengetahuan dan mendapatkan nilai-nilai moral, kebaikan dari guru sebagai pendidik c. Masyarakat adalah orang-orang diluar keluarga dan sekolah

d. Teman sebaya adalah orang-orang yeng menjadi teman bermain dan bersenang-senang22

21

Ibid, h 83-84 22


(29)

e. Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan belajar Untuk mencapai keberhasilan belajar ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

a. Belajar dengan teratur dan hemat tenaga

Azas keteraturan dalam belajar harus menjadi tindakan siswa setiap harinya. Hindari sistem belajar kebut semalam pada waktu ujian atau tes, karena hal tersebut akan menyebabkan tubuh lemas dan kepala pusing sehingga menyebabkan belajar tidak efektif.

b. Disiplin dan bersemangat

Belajar secara teratur bisa terlaksana jika siswa disiplin menaati rencana kegiatan yang telah dibuat. Dengan disiplin akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara atau teknik belajar yang baik. Kalau ini sudah menjadi suatu kebiasaan maka belajar tidak lagi menjadi beban yang berat. Adapun cara untuk memotivasi diri agar timbul semangat untuk belajar adalah dengan :

1) Menpunyai tujuan dan target yang akan dicapai

2) Keinginan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain 3) Tertarik dan cinta kepada yang dihadapi

4) Ingin meniru orang-orang yang maju

5) Adanya rasa persaingan yang positif dengan teman

6) Mempunyai cita-cita dan ada sesuatu yang sangat diharapkan. c. Adanya pengaturan waktu, kapan untuk tidur, istirahat, belajar, makan,

olahraga, dan lain-lain setiap harinya.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal cara belajar juga sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Adapun cara belajar yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Cara mengikuti pelajaran

Datang ke sekolah harus tepat waktu dan tidak terlambat. Dengan datang awal akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk istirahat sejenak dan ini akan sangat membantu.


(30)

Setelah piulang dari sekolah, siswa istirahat terlebih dahulu agar tubuh tidak terlalu diporsil dalam belajar, setelah itu siswa membaca buku dengan tujuan mengingat kembali poelajaran yang telah diberikan guru sewaktu disekolah.

Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, adapun dari faktor hasil belajar dari siswa, dari faktor jasmani ialah panca indera berfungsi sebagaimana mestinya mengalami sakit atau perkembangan tidak sempurna, dan dari faktor psiokologis terdiri kecerdasan anak dalam belajar, serta bakat kecakapan nyata yang di milikinya di dalam kelas. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu ukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mancapai tujuan.

2. Intensitas Bimbingan Orang Tua a. Pengertian Bimbingan Belajar

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencapuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan tetapi harus dikembangkan.23Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali

23

H. Prayitno, dkk, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cpta 2004), Cet, Ke-2 h. 93 1


(31)

berbagai informasi tentang dirinya sendri, membantu individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga dan masyarakat. Dari pengertian tersebut, maka menjadi jelas bahwa pengertian bimbingan di sekolah memiliki arti yang berbeda dengan pengertian bimbingan di bidang-bidang lain. Walaupun hakikatnya sama yaitu usaha memberikan bantuan. Di sekolah bimbingan bertujuan membawa individu untuk memahami masalah yang sedang dihadapinya untuk selanjutnya mampu menentukan tindakan yang harus dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapinya itu.24

Bimbingan adalah suatu proses teknis yang teratur, bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaianyang cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya, dan membuat rencana untuk mencapai penyelesaiaan tersebut, serta memyesuaikan diri terhadap suasana baru yang membawa kepada penyelesaian. 25

Menurut Bimo Walgito mengenai bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.26

Seperti telah di sebut di atas bahwa, istilah „bimbingan‟ merupakan terjemahan dari kata „guidance‟. Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti

(a) menunjukan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading),

(c) memberikan petunjuk (giving instruction),

24Elfi Mu‟awanah, dkk,

Bimbingan Konseling Islami (Jakarta: Bumi Askara 2012), hlm 48-54

25

Attia Mahmoud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan (Jakarta: Bulan bintang, 1978), h. 53

26

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyeluhuan Di Sekolah (Jakarta: Bumi Askara 20012), hlm 52


(32)

(d) mengatur (regulating),

(e) mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasehat (giving advice).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pertama, bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya kegiatan bimbingan tidak dilakukan secara kebetulan, incidental, tidak sengaja, asal-asalan, melainkan kegiatan yang di lakukan secara sengaja, berencana, sistematis, dan terarah pada tujuan.Kedua, bimbingan merupakan proses membanti individu. Membantu dalam arti tidak memaksa.Bimbingan tidak memaksakan siswa untuk menuju suatu tujuan yang di tetapkan oleh pembimbing, melainkan membantu mengarahkan individu/siswa ke arah tujuan yang sesuai dengan potensi secara optimal. Pilihan dalam pemecahan masalah di tentukan oleh individu/siswa sendiri , sedangkan pembimbing hanya membantu mencari alternative solusinya saja.27

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara keseinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.28

b. Fungsi bimbingan

Layanan yang diberikan ditinjau dari mkasud memberikan bimbingan ddibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

1. Bimbingan berfungsi preventif (pencegahan)

Usaha bimbingan ditunjukkan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belum bermasalah agar siswa tersebut terhindar dari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Bimbingan ini maksudnya untuk mencegah timbulnya kesulitan pada siswa. Bimbingan preventif ini misalnya : meberikan informasi

27

Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 15-18

28

Dewa ketut sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. ( Jakarta: PT Rineka cipta, 2008) h. 36


(33)

cara belajar yang efisien kepada siswa, membentuk kelompok dan menyediakan papan bimbingan untuk menyampaikan informasi-informasi yang dianggap perlu diketahui siswa. Biasanya bimningan yang bersifat preventif disampaika dalam bentuk kelompok

2. Bimbingan berfungsi kuratif (penyembuhan/korektif)

Usahabimbingan yang ditunjukkan kepada siswa yang mengalami kesulitan agar setelah menerima layanan dapat memecahkan sendiri kesulitannya. Maksudnya mengobati/menyembuhkan masalah yang dihadapi siswa.

3. Bimbingan berfungsi preservative/perseveratif (pemeliharaan/penjagaan) Usaha bimbingan yang ditunjukkan kepada siswa seudah dapat memecahkan masalahnya. Bimbingan ini maksudnya untuk menjaga dan memelihara keadaan yang sudah baik agar tidak terulang kembali.

4. Bimbingan berfungsi developmental (pengambangan)

Usaha bimbingan yang diberikan kepada siswa agar kemampuan yang mereka miliki dapat ditingkatkan. Bimbingan ini maksdunya mengembangkan potensi yang ada pada siswa.

5. Bimbingan berfungsi distributive (penyaluran)

Fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk menyalurkan kemampuan (kecerdasan, bakat) minat, cita-cita, prestasi akademis, hobi dan sebagainya kearah pendidikan dan pekerjaan yang sesuai.

6. Bimbingan berfungsi adaptif (Pengadaptasian)

Fungsi bimbigan dalam hal membantu staf sekolah (kepala sekolah, guru, pegawaiadministrasi) untuk menyesuaikan strateginya dengan minat, kebutuhan serta kondisi siswa. Strategi kepala sekolah misalnya berupa pengelolaan sekolah, pengaturan jadwal pelajaran, pemilihan pelajaran keterampilan, pembentukan kelompok olahraga dan sebagainya. Staretegi guru berupa cara penyajian bahan pelajaran, pemilihan teknik mengajar, penggunaan media belajar, pengaturan tempat duduk dikelas, perlakuan kepada siswa dan sebagainya, sedangkan strategi pegawai administrasi berupa cara member pelayanan kepada siswa. Strategi-strategi yang mereka gunakan


(34)

terlebih-lebih guru hendaknya betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa agar siswa merasa aman dan puas di sekolah.

7. Bimbingan berfungsi Adjustif (penyesuaian)

Fungsi bimingan dalam hal membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara tapat dalam lingkungannya, terutama dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Fungsi bimbingan ini adlah adanya layanan orientasi bagi siswa yang baru masuk pada lembaga sekolah, memberikan informasi mengenai cara bergaul dalam kelompok dan sebagainya.29

c. Jenis-jenis bimbingan 1. Bimbingan pendidikan

Usaha bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pendidikan. Bentuk bidang pendidikan ini misalnya menyediakan informasi mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi, menyelenggarakan orientasi kepada siswa baru dan sebagainya.

2. Bimbingan belajar

Usaha bimbingan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. Bentuk bimbingan dalam belajar misalnya membantuk kelompok belajar, memberikan informasi tentang cara belajar yang baik, member informasi cara mengatur jadwal belajar, cara memusatkan perhatian dalam belajar, member informasi tentang pola belajar, dan sebagainya.

Bimbingan belajar/pendidikan/akademik merupakan bimbingan dalam menemukan cara belajar yang tepat, memilih program yang sesuai, mengatsi kesulitan belajar, tuntunan belajar. Dalam hal ini termasuk memberikan bimbingan untuk mengembangkan kebiasan belajar yang efektif untuk bekerja di masa mendatang, memahami kekuatan diri (potensi diri/bakat. IQ, EQ, SQ) menilai kesenjangan antara tujuan yang diharapkan dengan hasil ujian, dan mengumpulkan berbagai informasi diri untuk pemilihan studi lanjut.

29Elfi mu‟awanah, dkk.

Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah ( Jakarta: PT bumi askara, 2009), h. 71-73


(35)

3. Bimbingan pribadi

Usaha yang di tunjukkan kepada siswa dalam usahanya mengatasi kesulitan belajar. Bentuk bimbingan ini misalnya memberikan role playing, psikodrama, informasi cara bergaul, dan sebagainya.

4. Bimbingan sosial

Usaha bimbingan yang bertujuan membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial. Bentuk bimbingan ini misalnya informasi cara berorganisasi, cara bergaul agar disenangi kelompok, cara-cara mendapatkan biaya sekolah tanpa harus mengorbankan belajar, dan sebagainya. Bimbingan sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi emosi diri, membina hubungan kemanusiaan dengan sesame di berbagai lingkungan, dengan anggota keluarga, pergaulan teman sejenis.

5. Bimbingan pekerjaan

Usaha bimbingan yang membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pekerjaan. Bentuk bimbingan ini misalnya memberikan informasi tentang pekerjaan, karya wisata ke pabrik, ke perusahaan, cara melamar pekerjaan, cara memilih dan memnetukkan pekerjaan, dan sebagainya.

6. Bimbingan dalam penggunaan waktu luang

Jenis bimbingan ini bertujuan membantu siswa dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan „nganggur‟ anak akan berpikir yang tidak baik dan sangat mudah berpengaruh pada hal-hal yang negative. Karena itu, sebaiknya waktu luang tersebut di isi dengan kegiatan yang bermanfaat, misalnya dengan berternak, berdagang, berkemah, dan lain sebagainya.30

d. Bimbingan Belajar Oleh Orang tua

Bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan

30Elfi mu‟awanah, dkk.

Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah ( Jakarta: PT bumi askara, 2009), h. 80-96


(36)

untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya dan bias suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.

Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah membawa fitrah beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan sumber untuk mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak dimasa depan. Sebab cara pergaulan, aqidah dan tabiat adalah warisan orang tua yang kuat untuk menentukan subur tidaknya arah pendidikan terhadap anak segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan bantuan kepada anaknya baik secara moril dan materi. Mengatasi dalam masalah belajar baik sei sekolah maupun di luar sekolah yang meliputi pemberian perhatian, pemberian semangat, pemberian arahan, pemberian nasihat dan penyediaan fasilitas.31 Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seperti anak diajarkan berbicara, diajarkan berhitung, diajarkan membaca dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus bertanggung jawab memasukan anaknya ke sekolah dan membiayai pendidikannya di sekolah. Terhadap hal ini Abu Ahmadi mengemukakan sebagai berikut: “Keluarga adalah wadah yang sanagat penting di antara indidvidu dan grup, dan merupakan kelompok social individu yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya.

Dan keluarga sudah barang tentu yang pertama menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi anak-anak. Ibu, Ayah, dan saudara-saudaranya adalah orang yang pertama dimana anak mengadakan kontak sosial dan pertama pula mengajarkan hal-hal tertentu kepada anak itu samapi anak memasuki sekolah.32 Agar bimbingan dapat berjalan seauai dengan tujuan yang diinginkan oelh orang

31Enung Fatimah. “Psikologi Tentang BImbingan,”

www.anak ciremai.com/.html kamis 17.42

32


(37)

tua maka bimbingan tidak terlepas dari peranan kedua orang tua yaitu peranan ibu dan peranan ayah dalam membimbing anaknya. Berikut ini penulis menguraikan peranan-peranan tersebut:

a. Peranan Ibu

Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anakya. Sebagian orang mengatakan seorang ibu adalah pendidikan bangsa.

Nyata betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpebgaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di kemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan selalu menurutkan keinginan anak-anaknya, akan berakibat kurang baik.mdemikian pula tidak baik seorang ibu berlebih-lebihan mencurahkan perhatian kepada anaknya. Asalkan pernyataan disertai rasa kasih saying yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan mudah akan tunduk kepada pimpinanya.

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut:

 Sumber dan pemberi kasih sayang  Pengasuh dan pemelihara

 Tempat mencurahkan isi hati

 Pengatur kehidupan dalam rumah tangga  Pembimbing kehidupan pribadi

 Pendidik dal segi-segi emosional b. Peranan Ayah

Disamping ibu ayahpun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestesinya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruh terhadap anak-anaknya, lebih-lebih anak yang sudak besar.


(38)

Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anaknya. Ia mencari kesenanagan bagi dirinya sendiri saja. Segala kekrungan dan kesalahan yang terdapat di dalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya dibebeankan kepada istrinya.

Tanpa dimaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu di dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai seorang ayah. Peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai berikut:

 Sumber kekuasaan di dalam keluarga,

 Penghubung intern keluarga dengan masyrakat atau dunia luar,  Pemberi perasaan aman baagi seluruh amggota keluarga,  Perlindung terhadap ancaman dari luar,

 Hakim atau yang mengadili jika ada perselisihan,  Pendidikan dalam segi-segi rasional.

Sebagai kepala keluarga, Ayah merupakan salah satu seumber kekuasaan bagi anggota keluarganya. Sehingga dalam lingkup keluarga yang sangat pontensial uantuk memberikan peraturan-peraturan yang terletak pada sang ayah.33

Jadi bimbingan orang tua adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan bantuan kepada anaknya baik secara moril dan materi. Mengatasi masalah belajar baik di sekolah ataupun di luar sekolah, yang meliputi, perhatian, pemberian semangat, pemberian arahan, mengawas, fasilitas, dan

33

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosada karya. 2009) h.82-83


(39)

pengawasan.34 Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi pekerti orang tuanya.

3. Kerangka berpikir

Bimbingan orang tua adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh orang tua kepada siswa dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada sesorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis agar individu atau sekelompok orang menjadi priibadi yang mandiri. Dengan demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga dimana ia menjadi pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya.

Anak sebagai individu di tengah keluarga, selalu berhubungan dengan orang tuanya ketidak berdayaan anak akan mengimplikasikan pula ketergantungan kepada orang tuannya sebagai orang dewasa. Keadaan anak yang tidak berday.Keadaan anak tidak berdaya mengundang tanggung jawab orang tua untuk melaksanakan kewajibannya, yaitu mendidik.Anak yang berperan sebagai anak didik membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari orang tuanya.Sikap dan tindakan orang tua memberikan stimulus dan mempengaruhi terhadap perkembangan belajar anak.

34Enung Fatimah. “Psikologi Tentang Bimbingan,”

www.anak ciremai.com/.html kamis 17.42


(40)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Lutfiyah (2009) Masalah pokok dalam penelitian ini adalah adanya hasil belajar yang baik akibat pengaruh bimbingan orang tua terhadap anaknya dalam menyongsong cita-cita di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk sejauh Mana Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.35 2. Fitri Yulianti (2008) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh bimbingan orang tua terhadap hasil belajar siswa dan untuk mengetahui ada tidaknya Hubungan Bimbingan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa. Penelitian Dilaksanakan Di SMP Negeri 3 Pamulang. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kolerasional.36

3. Rahmawati Tanjung (2009), bertujuan untuk mengetahui bagaimana bimbingan yang diberikan oleh orang tua siswa-siswa di SMK muhammadiyah 01 ciputat dan bagaimana hasil belajar siswa-siswi di SMK muhammadiyah 01 ciputat, dan juga untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di SMK muhammadiyah 01 ciputat Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Di Smk Muhammadiyah 01 Ciputat.37 4. Ratna Umami (2008), skripsi Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua

Pada Masa Puberdengan Prestasi Belajar Siswa (studi penelitia di SMP Negeri 3 Pamulang), bertujuan untuk mengetahui jawaban bagaimana hubungan bimbingan orang tua pada masa puber dengan prestasi belajar

35Lutfiyah, “

Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa”, Skripsi

FITK UIN Syarif Hidayatulah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid, 2009), h. 39. 36 Fitri Yulianti, “

Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa”, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatulah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid, 2008), h.30.

37

Rahmayanti Tanjung “Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Di Smk Muhammadiyah 01 Ciputat.” Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatulah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid, 2008), h.30


(41)

siswa dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sub-variabel bimbingan orang tua pada masa puber dengan prestasi belajar siswa.38

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional daari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoritik. Hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan empirik.

Hipotesis dari penelitian hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di MI Nur Asholihat adalah:

Ho: tidak ada hubungan yang signifikan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar.

H1: ada hubungan yang signifikan antara intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar.

38Ratna Umami “

Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua Pada Masa Puber Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 3 Pamulang.” Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatulah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid, 2008), h.40


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah MI Nur As-Sholihat Serpong yang terletak di Jalan Raya Pon-Pes Alhusaini Kampung Perigi Rt/Rw 02/10 Lengkong Wetan Serpong 012-70207667 dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1

Kegiaatan penelitian

No Kegiatan Bulan

1 Konsultasi dengan Kepala MI Nur As-sholihat Januari 2014

2 Penyusunan instrument Januari 2014

3 Penyebaran instrument kepada siswa kelas VI MI Nur Asholihat

Maret 2014

4 Pengolahan dan analisis data Maret 2014 5 Penyelesaian laporan penelitian Maret 2014

B. Metode penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan teknik studi korelasional untuk mencari hubungan antara variabel intensitas bimbingan orang tua dengan variabel hasil belajar siswa.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Intensitas Bimbingan Orang Tua (variabel x),” dan variabel terkaitnya adalah “Hasil Belajar (variabel y)”. Seberapa besar tingkat signifikansinya. Secara sistematis variabal yang diteliti akan di gambarkan sebagai berikut :

rxy

x : Variabel intensitas bimbingan orang tua y : Variabel hasil belajar


(43)

rxy : Koefisien kolerasi antara y dan x39

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40 Populasi target dalam penelitian ini seluruh siswa yang berjumlah 228 siswa, dan terjangkau hanya kelas IV, V, VI MI yang berjumlah 100 siswa MI Nur Asholihat tahun ajaran 2013/2014 karena kelas tersbut penulis anggap siswa sudah bisa membaca dan mengisi angket.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. sampel diambil dengan teknik sampling sistematis dari populasi terjangkau. Pengambilan sampel diambil degan cara undian.41 Dan dari kelas tersebut setiap siswa diberi nomor dari 1-100 yang kemudian diambil hanya nomor yang genap untuk memilih 50 siswa yang akan dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI. Sampel diambil secara sistematis sampling karena bertujuan mengetahui intensitas bimbingan orang tua dan sampel dari 50 siswa hanya di ambil 50 % dari jumlah 100 siswa MI Nur Asholihat.

D. Teknik pengumpulan data

Untuk mengelola data dalam penulisan ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

39

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. Ke-12, h.68 40

Ibid h. 119 41

Sugiono, MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


(44)

1. Angket, (Kuisioner) bertujuan untuk memperoleh data tentang pengaruh bimbingan oorang tua terhadap hasil belajar. Angket tentgang pemberian bimbingan orang tua dan hasil belajar sebanyak 25 item dengan di mana penulis memberikan pertanyaan yang disertai jumlah arternatif jawaban. 2. Studi dokumen, teknik ini bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar

yang di ambil dari hasil nilai MID semester II tahun ajaran 2013/2014

E. Kisi-kisi instrumen intensitas bimbingan orang tua dalam hasil belajar

1. Definisi konseptual

Bimbingan orang tua adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan bantuan kepada anaknya baik secara moril dan materi. Mengatasi masalah belajar baik di sekolah ataupun di luar sekolah, yang meliputi, nasihat, penyediaan fasilitas, perhatian, semangat, pengarahan

Tabel 2

Kisi instrument Intensitas bimbingan orang tua

Variabel Indikator Pernyataan

Butir Jumlah

Bimbingan orang tua dalam hasil belajar siswa - Memberi nasihat - Penyediaan fasilitas - Memberi perhatian - Member pengarahan

1, 2, 3, 4, 5, 6

7, 8, 9, 10*,

11, 12, 13*,14, 15, 16,17,18

19, 20, 21*, 22 6

4

8


(45)

- Memberi semangat

23, 24, 25* 3

2. Definisi operasional

Dengan menggunakan skor angket yang di peroleh para siswa setelah menjawab butir-butir pertanyaan yang mengukur variabel intensitas bimbingan orang tua yang meliputi beberapa indikator nasehat, penyediaan fasilitas, perhatian, semangat, pengarahan

Pada intensitas bimbingan orang tua digunakan skla likert, dangan menggunakan empat jawaban yaitu dan dengan skor sebagai berikut :

Tabel 3

Skala Penilaian Instrumen

No Pilihan Bobot Skor (+)

1 SS : Selalu 4

2 S : Sering 3

3 P : Pernah 2

4 TP : Tidak pernah 1

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui instrument yang digunakan. Instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable, sehingga penguji harus menguji angket yang akan disebarkan.

Berikut meruapakan penjelasan masing-masing penguji instrument tersebut : 1. Validitas Instrument

Validitas adalah instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan demikian kevalidan suatu instrument sangat


(46)

diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini kesesuaina antara butir-butir pernyataan instrument dengan indicator instrument.

Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r-hitung dibandingkan dengan r-tabel pearson Product moment dengan taraf 5% jika r-hitung > r-tabel maka soal tersbut valid, dan jika r-hitung < r-tabel maka soal tersbut tidak valid.

Untuk mendapatkan data, penulis melakukan penyebaran angket atau kuesioner kepada siswa kelas IV, V, VI yang terdiri dari 3 kelas sebanyak 25 pertanyaan dengan jumlah responden 50 siswa, setelah itu dilakukan uji validitas. Instrument yang telah valid diperoleh 21 pertanyaan dari 25 pertanyaan dalam angket, lalu data tersebut dijumlahkan kemudian hasil penjumlahan dijadikan acuan perhitungan korelasi.

Tabel 4 Hasil uji validitas

Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r table Kriteria

1 0.618 0,284 Valid

2 0.489 0,284 Valid

3 0.391 0,284 Valid

4 0.535 0,284 Valid

5 0.466 0,284 Valid

6 0.333 0,284 Valid

7 0.537 0,284 Valid

8 0.554 0,284 Valid

9 0.489 0,284 Valid

10 0.151 0,284 Tidak Valid

11 0.533 0,284 Valid

12 0.422 0,284 Valid

13 0.065 0,284 Tidak Valid

14 0.618 0,284 Valid


(47)

16 0.537 0,284 Valid

17 0.531 0,284 Valid

18 0.519 0,284 Valid

19 0.490 0,284 Valid

20 0.438 0,284 Valid

21 0.263 0,284 Tidak Valid

22 0.330 0,284 Valid

23 0.317 0,284 Valid

24 0.519 0,284 Valid

25 0.219 0,284 Tidak Valid

Pengujian validitas dari instrument penelitian dilakukan dengan angka korelasi atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan. Kemudian dibandingkan dengan r table. Nilai r table 0.284 didapat dari jumlah atau 50-2 = 48, tingkat signifikan 5 % maka didapat r table 0.284. setiap butir pertanyaan dilakukan valid jika angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan dari r tabel.

2. Reliabilitas Instrument

Reliabilitas adalah instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrument tersbut sudah baik.42 Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterladanan sesuatu artinya dapat dipercaya dan diandalkan. Dalam penelitian ini uji reliabilitas instrument menggunakan bantuan SPSS 16.0 pada Analyze-Scale-Reliability Analiyze.

Sedangkan menurut imam Ghazali menyatakan bahwa alat ukur dapat dikatakan reliable jika nilai reliabilitas > 0,600, adalah standarisasi nilai reliabilitas.43

42

Sugiono, MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2013) h 61 43

Duwi priyatno, Mandiri belajar analisis data dengan SPSS, (Jakarta: PT. Buku Seru, 2013), h. 30


(48)

Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat dalam tabel Reliability Statistic pada kolom Cronbach’s Alpha berikut ini:

Tabel 5

Hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen

Cronbach’s Alpha N of item

.648 40

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Dalam proses ini digunakan statistic yang salah satu fungsi pokoknya adalah menyederhakan data penelitian. Setelah data terkumpul kemudian data dikelompokkan dan ditabulasikansesuai dengan variabel masing-masing yaitu:

Variabel x (variabel bebas), yaitu bimbingan orang tua Variabel y (variabel terikat), yaitu hasil belajar siswa

Untuk mengetahui kegiatan hubungan antara x dan y, digunakan rumus koefisien sebagai berikut:

Bentuk rumus produck Moment

∑ ∑ ∑ { ∑ }

44

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y ∑ = Jumlah skor x

∑ = Jumlah skor y

∑ = product moment x di kali y = Jumlah sampel penelitian ∑ = Jumlah kuadrat skor x ∑ = jumlah kuadrat skor y

44


(49)

Setelah diperoleh nilai koefisien kolerasi selanjutnya menjadi nilai Degre Of Freedom atau drajat kebeasan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DF = N-Nr

N = Number Of Cases ( subjek penelitian ) Nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka penulis menyertakan hipotesis sebagai dugaan sementara yang akan mengarah kepada penelitian yang didasarkan pada informasi yang menyakinkan sebagai berikut :

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar.

H1: Ada hubungan yang signifikan antara intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran MI Nur As-sholihat Lengkong Wetan Serpong

Sekolah MI Nur As-sholihat merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang bernaung dibawah sebuah yayasan Al-Husainy yang terletak di Kp. Perigi Lengkong Wetan Serpong Tangerang Selatan-Banten. Sekolah ini berdiri pada tahun 1991 di atas seluas 1 Hektar yang merupakan wakaf dari keluarga H. Sano. Pendiri yayasan Tarbiyah Nur As-sholihat yaitu Hj. Syarifah Alawiyah. Sekolah ini mempunyai tujuan yang didasari oleh kepedulian remaja dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar terhadap pendidikan islam dan juga terhadap masyarakat ekonomi lemah terutama dalam hal pendidikan putra-putrinya. Hal ini terlihat pada salah satu tujuan didirikannya MI NUr As-sholihat yakni untuk menolong masyarakat mengengah ke bawah agar dapat menyekolahkan putra-putrinya.

2. Keadaan Guru dan Karyawan

Guru adalah profesi/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Oleh karenanya tingkat pendidikan guru merupakan modal yang sangat penting dalam melaksanakan tugas mendidik, megajar, dan melatih siswa.

Untuk keadaan guru pada MI Nur As-sholihat memiliki tenaga pengajar dan tenaga kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan, maupun pendidikan seperti tabel berikut:

Tabel 6

Tenaga pengajar atau guru dan karyawan MI Nur As-sholihat No Nama Guru Jenjang Jabatan Bidang studi 1 Drs. Suryadi Yahya S1/ Pendidikan

Bahasa Arab

Kepala sekolah

Bahasa Arab


(51)

Penyiaran Islam kepsek inggris

3 Suryati S.Pdi S1/ pendidikan Bahasa

Indonesia

Guru Bahasa

Indonesia

4 Suamah S.pdi S1/ Pendidikan IPS

Guru IPS

5 Ayatusyifa S.Pdi S1/ Pendidikan Matematika

Guru Matematika

6 Nana Supriyatna A.Md

D3/ Manajeman computer

Guru Komputer /TIK

7 Ishaq S.Pdi S1/ Pendidikan Agama Islam

Guru Agama

(Hadits, akhlak)

8 Wahidin S.Pdi S1 Guru Penjas

9 Heru yanto S.Pdi S1/ Pendidikan IPA

Guru IPA

10 Sy. Salma. A. Md D3/ Pendidikan Agama islam

Guru Seni Budaya

11 Sy. Syadiah. S.sos S1/ Komunikasi penyiaran Islam

Guru PKN

12 Eki Ruhiyat MA Guru Pramuka

13 Sy. Nur MA Karyawan TU

14 Nurahmatussoliha MA Karyawan TU

Sumber data: Dokumen Tata Usaha MI Nur As-sholihat Lengkong Wetan Serpong

Dari tabel secara umum guru MI Nur As-Sholihat lulusan S1 namun, masih terdapat sebagaian latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan


(52)

bidang studi yang diampu apalagi di antara mereka bukan lulusan pendidikan. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan penguasaan materi pelajaran dan strategi pembelajaran, kecuali jika mereka diberi kesempatan untuk mengikuti diklat-diklat pembelajaran. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu terus menerus membina profesionalisme guru dengan berbagai cara ( In Service Training, Studi lanjut dan lain-lain).

3. Keadaan siswa MI Nur As-sholihat

Keadaan siswa-siswi yang ada di MI Nur As-sholihat Lengkong Wetan Serpong bervariatif, artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang cukup, dan siswa-siswinya dari tahun ketahun ada peningkatan.

Tabel 7

Keadaan siswa MI Nur As-sholihat45

B. Deskripsi Data

1. Data hasil belajar siswa

Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai MID yang diperoleh siswa setelah dilaksanakannya ulangan MID semester II. Adapun nilai yang di peroleh penulis dari nilai MID semester II dengan data sebagai berikut.

45

Dokumen MI Nur A-sholihat

Kelas I Kelas II Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Kelas

VI Jumlah

L P L P L P L P L P L P L P Jml


(53)

Tabel 8

Nilai MID semester II kelas IV, V, & VI MI Nur As-sholihat Lengkong Wetan Serpong

Nama Nilai

IV 76

IV 79

IV 78

IV 77

IV 74

IV 73

IV 76

IV 75

IV 80

IV 72

IV 77

IV 72

IV 78

IV 71

IV 68


(54)

V 71

V 76

V 74

V 68

V 72

V 67

V 73

V 80

V 68

V 74

V 63

V 76

V 77

V 69

VI 67

VI 64

VI 74

VI 79

VI 75


(55)

VI 66

VI 68

VI 73

VI 67

VI 68

VI 66

VI 67

VI 63

VI 64

VI 69

VI 72

VI 63

VI 67

VI 76

Jumlah 3571

Berdasarkan tabel 6, hasil belajar siswa dapat dikualifikasi. Data mengenai hasil belajar MID semester II dapat dilihat pada nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus : ∑ 46

Keterangan: ∑ = Jumlah nilai Y

N = Number of cases

46

Anas Sudijiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Presada), 2010, hal. 85


(56)

= 71,42

2. Data intensitas bimbingan orang tua

Langkah pertama yang penulis lakukan sebelum menganalisis data terlebih dahulu penulis menentukkan data yang akan di analisis. Data pertama adalah intensitas bimbingan orang tua siswa yang di isi 50 siswa sebagai responden, dan data yang ke dua adalah hasil belajar siswa di sekolah. Untuk data pertama penulis memenentukkan skor responden yang menjawab hasil angket yang terdiri dari 5 option yaitu :

Tabel 9

Penentuan Skor Nilai Hasil Penelitian Option Alternative jawaban Skor

A Selalu 4

B Sering 3

C Pernah 2

D Tidak pernah 1

Untuk analisis data, penulis menguraikan terlebih dahulu rekapitulasi nilai hasil pengisian angket tentang intensitas bimbingan orang tua terdiri dari beberapa tabel yang berhubungan dengan analisis data sebagai berikut :

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Tentang Intensitas Bimbingan Orang tua No Nama A (4) B(3) C (2) D (1) Jumlah angket Jumlah skor


(57)

2 IV 6 10 13 0 21 80

3 IV 15 6 0 1 21 79

4 IV 9 2 17 2 21 78

5 IV 13 4 2 2 21 70

6 IV 15 4 1 0 21 74

7 IV 6 14 5 1 21 77

8 IV 7 10 7 4 21 76

9 IV 12 0 6 10 21 70

10 IV 18 0 1 0 21 74

11 IV 16 3 2 2 21 79

12 IV 10 5 4 2 21 65

13 IV 18 2 1 0 21 80

14 IV 12 5 3 0 21 73

15 IV 11 6 4 0 21 70

16 V 7 8 6 0 21 64

17 V 12 7 1 1 21 72

18 V 17 1 1 0 21 77

19 V 13 7 1 0 21 75

20 V 13 4 2 2 21 70


(58)

22 V 11 6 2 0 21 70

23 V 13 7 1 0 21 75

24 V 20 0 0 1 21 81

25 V 11 7 2 1 21 70

26 V 13 7 1 0 21 75

27 V 12 0 8 1 21 65

28 V 17 2 0 1 21 77

29 V 16 4 1 0 21 78

30 V 10 9 1 1 21 70

31 VI 11 6 3 0 21 69

32 VI 10 5 4 2 21 65

33 VI 10 8 3 0 21 70

34 VI 9 5 6 2 21 65

35 VI 15 4 2 0 21 76

36 VI 9 10 1 1 21 69

37 VI 12 4 2 3 21 67

38 VI 11 7 2 1 21 70

39 VI 12 6 0 9 21 75

40 VI 11 5 5 0 21 69


(59)

42 VI 13 0 7 1 21 68

43 VI 10 8 2 2 21 70

44 VI 9 4 8 1 21 65

45 VI 6 9 3 3 21 60

46 VI 10 8 3 0 21 70

47 VI 10 3 5 3 21 62

48 VI 9 7 3 2 21 65

49 VI 8 8 7 0 21 70

50 VI 17 3 0 1 21 78

Untuk mengetahui nilai rata-rata intensitas bimbingan orang tua, maka penulis menggunakan rumus : ∑

Keterangan :

∑ N = Number of cases

= 71,64 C. Analisis Data

1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui nilai berdistribusi normal atau tidak dihitung dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0.


(60)

Analisis

1. Hipotesis yang diuji adalah:

Ha : data berasal dari distribusi normal H0 : data tidak berasal dari distribusi normal 2. Kriteria pengujian yaitu:

 Jika signifikansi Kolmogorav-Smirnov atau Shapiro-Wilk > 0,05 maka terima H0

 Jika signifikansi Kolmogorav-Smirnov atau Shapiro-Wilk < 0,05 maka tolak H0

Adapun hasil analisis uji normalitas intensitas bimbingan orang tua dan hasil belajar dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 11

Uji Normalitas Intensitas Bimbingan Orang tua One-sample Kolmogorav-Smirnov Test

Intensitas bimbingan orang tua

N 50

Normal parametersa Mean 85.46

Std. deviation 11.132

Most Extreme Differences Absolute .128

Positive .112

negative -128

Kolmogorav-Smirnov Z 906

Asymp. Sig (2-tailed) 384

Test distribution is Normal

Uji normalitas pertama dilakukan terhadap data intensitas bimbingan orang tua. Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan uji Analyze- nonparametris test – sample K-S. Diperoleh hasil output di


(61)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

atas dapat dilihat bahwa Asymp.Sig (2-tailed)= 0,384, maka sesuai dengan ketentuan 0,384 > 0,05 atinya nilai tersebut normal.

Gambar 11.1 Plot Normalitas

Normal P-P Plot of Intensitas Bimbingan orang tua

Sesuai dengan gambar grafik di atas ini, titik-titik menyebar di sekitas baris dan mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang dihasilkan dari uji normalitas tersebut adalah normal.

Expecte

d

Cum

Prob


(62)

Tabel 12

Uji Normalitas Hasil belajar One-sample Kolmogorav-Smirnov Test

Hasil belajar siswa

N 49

Normal parametersa Mean 78.98

Std. deviation 3.455

Most Extreme Differences Absolute .101

Positive .101

negative -.086

Kolmogorav-Smirnov Z .710

Asymp. Sig (2-tailed) .695

Test distribution is Normal

Uji normalitas kedua dilakukan terhadap data hasil belajar siswa. Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan uji Analyze-nonparamteris test-sample K-S. Diperoleh hasil output di atas dapat dilihat bahwa Asymp.Sig (2-tailed) = 0,695, maka sesuai dengan ketentuan 0,695 > 0,05 artinya nialai tersebut normal.

Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena perhitungan dari intensitas bimbingan orang tua sebesaar (0,321) dan hasil belajar sebesar (0,939) berada lebih besar dari taraf signifikansi 5% atau > 0,05.


(63)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Gambar 12.1

Plot Hasil Belajar

Normal P-P Plot of Hasil Belajar

Sesuai dengan gambar grafik di atas ini, titik-titik menyebar di sekitar baris dan mnegikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang dihasilkan dari uji normalitas tersebut adalah normal.

b. Uji Homogenitas

Setelah data dinayatakan berdistribusi normal. Maka dilanjutkan pada uji homogenitas. Adapun uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari varians yang sama atau tidak. Dalam uji homogenitas ini penulis menggunakan bantuan program SPSS 10.0 pada pilihan One Way ANOVA. Berikut merupakan analisis dan kriteria pengujian hipotesis.

Expecte

d

Cum

Prob


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Implementasi Tupoksi Humas Dalam Membentuk Citra Madrasah di MTsN 2 Jakarta

0 20 116

Hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di MI Nur Asholihat Lengkong Wetan Serpong

0 3 99

Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 3 16

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MI MUHAMMADIYAH Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 15

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MI MUHAMMADIYAH Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 11

HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI MAKAMHAJI 03 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 12

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DAN METODE MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP PENDA Hubungan Bimbingan Orang Tua dan Metode Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Penda Tawangmangu.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN METODE MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK PADA Hubungan Bimbingan Orang Tua dan Metode Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Penda Tawangmangu.

0 1 20

Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua dan Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Kedisplinan Belajar Siswa di 5 SMA Negeri Kabupaten Karanganyar.

0 0 1

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN MOTI

0 0 71