Perangkat Mengajar Bahasa Indonesia SMA Kelas X,XI,XII menulis karangan

Menulis karangan
Pengembangan karangan
sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan pengembangan paragraf.
a. deduktif
b. Induktif

Deduktif
Mengarang berpola deduktif
berarti gagasan dikembangkan
dari hal-hal yang bersifat umum
lalu menuju hal-hal yang
bersifat khusus.

Induktif
Karangan berpola induktif adalah
karangan yang pengembangan
gagasannya dimulai dari hal-hal
yang bersifat khusus menuju halhal yang bersifat umum.

Tips menulis karangan

1.

2.

3.

4.

Masalah yang akan dikemukakan dalam karangan
sebaiknya adalah masalah yang aktual dan dekat
dengan kehidupan masyarakat (pembaca)
Untuk terus mengembangkan karangan tersebut,
selalu ajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
tema/masalah tersebut.
Deskripsikan masalah tersebut disertai dengan
contoh-contoh dan atau implikasi (akibat) jika masalah
tersebut tidak diselesaikan secepatnya.
Karangan tersebut harus mengemukakan solusi atas
permasalahan tersebut disertai dengan alasan yang
logis.


Lead
PADA era tahun 1990-an Taman Hiburan
Rakyat (THR) Kramat merupakan objek
wisata favorit masyarakat Batang. Dapat
dikatakan, THR Kramat menjadi satusatunya objek wisata yang berlokasi di
dalam kota. Pantai Sigandu yang sekarang
telah menjadi kawasan wisata, ketika itu
masih dipenuhi semak-belukar dan sulit
diakses.

Permasalahan 1
Namun sejak 10 tahun terakhir, THR Kramat mulai ditinggalkan masyarakat.
Akibatnya, banyak fasilitas seperti kolam renang, aneka permainan anak,
hingga panggung terbuka menjadi terbengkalai. Bahkan citra negatif pun
melekat pada THR Kramat sebagai tempat mesum.
Kini, Pemkab Batang berupaya mengembalikan kejayaan THR Kramat
sebagai objek wisata andalan Kabupaten Batang. Renovasi berbagai
fasilitas pun dilakukan. Bahkan untuk meramaikan kembali objek wisata itu,
sekaligus menghilangkan citra negatif, Pemkab mengubah namanya

menjadi Taman Rekreasi dan Budaya Kramat (TRBK).
Pencanangan TRBK sebagai pusat kebudayaan layak mendapat apresiasi.
Mengingat sampai saat ini Batang belum memiliki tempat khusus untuk
menampung kreativitas para seniman setempat. Apalagi lokasinya
berdekatan dengan banyak lembaga pendidikan yang merupakan ”pasar”
potensial bagi pengembangan TRBK sebagai sebuah pusat kebudayaan.
Namun pertanyaannya, cukupkah mengembangkan sebuah pusat
kebudayaan dengan hanya membangun tempat yang kemudian dinamai
taman budaya?

Solusi masalah 1
Pengembangan pusat kebudayaan membutuhkan lebih dari sekadar infrastruktur
fisik bangunannya. Tanpa diikuti dengan upaya untuk menggairahkan kegiatan
seni budaya, bisa dipastikan pusat kebudayaan itu hanya akan menjadi muspra
alias tidak berguna.
Karena itu, untuk mengisi kegiatan seni budaya di TRBK, Kantor Pariwisata
selaku pengelola harus melibatkan lembaga / komunitas yang bersinggungan
dengan kegiatan seni budaya seperti Dinas Pendidikan dan Dewan Kesenian
Daerah (DKD).
Keberadaan komunitas seni budaya di Kabupaten Batang juga tidak boleh

dinafikan. Di Batang terdapat beberapa komunitas seni budaya yang layak
mengisi kegiatan seni budaya di TRBK. Di bidang teater, Pemkab bisa
menggandeng Teater Angin di bawah asuhan A Zaenuri atau Teater Detak milik
SMA Islam Ahmad Yani untuk menampilkan pementasan teater.
Sedangkan di bidang seni sastra, Komunitas Pena bisa menjadi partner yang
tepat untuk menyelenggarakan kegiatan apresiasi kesusastraan seperti pentas
pembacaan puisi. Tentunya, komunitas seni tradisional juga harus mendapat
kesempatan sama untuk tampil di TRBK. Batang mempunyai beberapa dalang
lokal yang kualitasnya tidak kalah dari dalang-dalang ”mapan”. Ada pula grup
kesenian Kuntulan dan Sintren yang kini makin tersingkir oleh kesenian modern,
sehingga eksistensinya perlu dilestarikan.

Masalah 2
Namun, ada kerancuan dalam pencanangan TRBK
sebagai pusat kebudayaan sekaligus sebagai
taman rekreasi. Sebagai objek wisata, TRBK tentu
ditarget untuk mendulang pundi-pundi pendapatan
asli daerah (PAD). Oleh karenanya, penjualan
karcis masuk menjadi salah satu sumber
pendapatan kas daerah.

Nah, di sinilah permasalahannya. Saya tidak bisa
membayangkan, masyarakat Batang —seperti juga
masyarakat Indonesia pada umumnya— yang
tingkat apresiasinya terhadap seni budaya masih
sangat rendah, mau mengeluarkan uang untuk
menonton kegiatan seni budaya seperti pentas
teater, pembacaan puisi, atau pertunjukan wayang.

Solusi Masalah 2
Mengaca pada pengelolaan pusat kebudayaan di daerah lain, seperti Taman Budaya
Yogyakarta atau Taman Budaya Raden Saleh Semarang, rupanya pengunjung tak
dipungut karcis masuk, kecuali ada kegiatan khusus. Mestinya Pemkab Batang juga
menerapkan kebijakan yang sama, apabila benar-benar ingin menjadikan TRBK
sebagai pusat kebudayaan.
Dilematis memang. Di satu sisi Pemkab menargetkan pendapatan dari TRBK,
sedangkan di sisi lain juga berharap keberadaan TRBK bisa menggairahkan kegiatan
seni budaya di Batang. Karena itu, perlu dicarikan jalan tengah agar kedua fungsi
tersebut bisa berjalan seimbang.
Menurut penulis, tanpa harus memungut karcis masuk dari para pengunjung pun,
TRBK masih bisa mendapat pemasukan seperti dari penjualan tiket permainan becak

air, penyewaan kios pedagang atau lahan untuk kegiatan tertentu.
Karena itu, penambahan fasilitas baru wajib hukumnya untuk mendongkrak
pemasukan TRBK. Misalnya membangun kolam renang, ruang pertemuan/ pameran,
atau memindahkan kebun binatang mini dari rumah dinas bupati ke TRBK.
Sedangkan untuk menikmati kegiatan seni budaya di TRBK, setidaknya untuk tahap
awal pengunjung tak perlu dipungut biaya terlebih dulu. Lalu, dari mana para
seniman mendapatkan dana untuk membiayai penampilan mereka? Pada titik inilah,
keseriusan Pemkab untuk menggairahkan kegiatan seni budaya dengan membangun
TRBK dapat diukur. Seyogianya Pemkab menganggarkan dana APBD untuk
menunjang kegiatan seni budaya di TRBK, sehingga kalangan seniman tidak
mengkhawatirkan lagi masalah dana saat menampilkan kreativitas mereka.

Penutup
Tanpa dukungan dan keseriusan Pemkab
Batang untuk menjadikan TRBK benarbenar sebagai pusat kebudayaan, jangan
berharap Batang bisa melahirkan (kembali)
seniman asli Batang sekaliber Goenawan
Muhammad. (32)

MOTIVASI BELAJAR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Seberapa besar pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi?
Apa sebenarnya motivasi siswa dalam belajar?
Apa saja yang mempengaruhi motivasi siswa dalam
belajar?
Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar
siswa?
Siapa saja yang berperan dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa?
Mengapa ada siswa yang senang bolos?
Sementara yang lain justru semangat dalam

belajar?
Mengapa ketika guru menerangkan ada siswa yang
tertidur atau tidak memperhatikan?
Mengapa kalau ada jam kosong siswa justru
merasa senang atau seperti terbebas dari penjara?

1.
2.
3.

4.

Masalah di Sekolah
Kita
Penegakan disiplin di sekolah belum
maksimal.
Kepengurusan OSIS belum diganti
Sarana dan prasarana masih kurang
(tempat parkir, WC, kantin, fasilitas
olahraga / perpustakaan).

??????