ORIENTASI RELIGIUS GORDON ALLPORT TOKOH DELISA DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

  

ORIENTASI RELIGIUS GORDON ALLPORT TOKOH DELISA DALAM

NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

JURNAL SKRIPSI

OLEH

SINGGIH WIRYONO

E1C011038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN

DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2015

  Orientasi Religius Gordon Allport Tokoh Delisa dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye ABSTRAK

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengungkapkan kesadaran beragama tokoh Delisa dengan menggunakan toeri Orientasi Religius Gordon Allpor. Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra dalam bidang psikologi sastra dengan memfokuskan kepada hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra novel hafalan shalat delisa. Penelitian ini memiliki rumusan masalah dengan pemecahan mendeskripsikan aspek- aspek orientasi religius yang terdapat pada diri tokoh Delisa. Empat belas aspek tersebut adalah; aspek personal vs institusional, aspek

  Unselfish vs Selfish, aspek

  Terintegrasi vs terpisah, aspek penghayatan total vs penghayatan dangkal, aspek pokok vs instrumental, aspek asosiasional vs komunal, dan aspek dinamis vs statis. Aspek-aspek tersebut terbagi menjadi garis besar motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dari tujuh aspek dalam motivasi intrinsik, keseluruhannya terdapat pada diri Delisa. Sedangkan dari tujuh aspek dalam motivasi ekstrinsik hanya terdapat empat aspek dalam diri Delisa. kutipan dari motivasi intrinsik berjumlah 32 kutipan. Kutipan dari motivasi ekstrinsik berjumlah 10 kutipan. Analisis orientasi religius pada tokoh

  Delisa yang bisa disimpulkan. Tokoh Delisa memiliki motivasi intrinsik lebih banyak untuk menjalankan perintah agama ketimbang motivasi ekstrinsik. Tokoh Delisa bergerak ke arah kutub intrinsik dan membuktikan kesadarannya akan beragama.

  Kata kunci : Orientasi Religius, Gordon Allport, Motivasi

  The problem in this research is how to express religious awareness Delisa figures using Allpor Gordon theories have religious orientation. This type of research is the study of literature in psychology literature by focusing on laws that applied psychology in literature novel Delisa rote prayers. This study has described the formulation of the problem-solving aspects of religious orientations contained in the self Delisa figures. Fourteen aspects are; vs. personal aspects of institutional, aspects Unselfish vs. Selfish, Integrated vs. separate aspect, the aspect of total appreciation appreciation vs shallow, instrumental vs fundamental aspect, the aspect of communal vs associational, and static vs. dynamic aspect. These aspects are divided into the outline of intrinsic motivation and extrinsic motivation. Of the seven aspects of intrinsic motivation, self- contained whole Delisa. While the seven aspects of extrinsic motivation there were four aspects of the self Delisa. excerpt of intrinsic motivation are 32 citations. Excerpt from extrinsic motivation totaled 10 citations. Analysis of the figures Delisa religious orientation can be inferred. Delisa figure has more intrinsic motivation to perform religious orders rather than extrinsic motivation. Delisa figures moving towards the poles and prove intrinsic religious awareness.

  Keywords: Religious Orientation, Gordon Allport, Motivational PENDAHULUAN

  Karya sastra adalah wujud dari pengalaman batin seorang pengarang berupa peristiwa kehidupan yang ia alami dan realitas sosial yang ada pada lingkungan pengarang. Pengalaman tersebut melahirkan gagasan imajinatif yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, faktor eksternal maupun internal dari pengarang adalah suatu hal yang sangat berpengaruh bagi penciptaan karya sastra. Sastra dapat juga dipandang sebagai gejolak batin pengarang yang tertuang dalam karya sastra. Sejalan dengan pendapat pradopo dalam Minarti (2012) “karya sastra kian banyak memancarkan tingkatan pengalaman jiwa dan merupakan keutuhan akan tinggi nilainya, ditambah lagi bila pengalaman itu makin lengkap, karya sastra jadi semakin hidup, besar dan agung, jadi kian tinggi mutunya.

  Berangkat dari jiwa pengarang. Karya sastra secara tidak sadar menciptakan sebuah ranah kajian yang sudah ditemukan beberapa tahun lalu. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara 96: 2011). Pengarang menggunakan cipta, asa dan karya dalam berkarya. Tidak hanya pengarang, pembaca dalam menanggapi karya juga tidak luput dari kejiwaan masing-masing.

  Novel hafalan sholat delisa karya Terre Liye diterbitkan pada tahun 2005 dan mendapat respon positif hingga menjadi novel Best

  seller yang ada di Indonesia. Tidak

  luput dari kata-kata yang indah, novel ini menyentuh berbagai sudut dari sisi kemanusiaan para pembaca. Novel bergenre religi yang telah dicetak hingga 22 kali ini mengundang banyak gejolak jiwa pembacanya. Novel perempuan berusia enam tahun, korban dari bencana alam tsunami dengan latar wilayah kepulauan Nias pantai Lok Nga. Menggambarkan betapa seorang delisa harus menghadapi kenyataan semua keluarganya harus tewas disapu oleh gelombang tsunami, hanya seorang abinya (ayah) yang masih tersisa merawat dirinya yang kehilangan kaki kiri akibat terseret arus maha dahsyat itu. Namun pertolongan tuhan selalu datang, delisa selalu yakin dan percaya akan ada pertolongan tuhan yang akan datang kepadanya.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Peneliti tertarik untuk menganalisa aspek motivasi apa saja yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa tersebut dan kesadaran beragama tokoh Delisa itu sendiri.

  Gejolak batin Delisa yang kakinya terenggut tsunami, ibunya yang telah tiada, kak Aisyah, kak Zahra dan kak Fatimah, semua keluarganya yang telah meninggalkannya sempat membuat ia putus asa dari kasih sayang tuhan. Ia menganggap tuhan telah meninggalkannya, telah melupakannya dan tuhan jelas-jelas telah mengecewakannya. Gejolak batin dari agama yang telah tertanam rapi di keluarga Delisa seketika berguncang ingin berdo’a dengan Tuhan, Delisa kecewa hingga akhirnya teguran dari yang maha kuasa kembali menyadarkan delisa untuk kembali ke jalan agamanya.

  Orientasi Religius

  Jager dalam Subandi (2013) berpendapat Allport dan Ross menggunakan teori motivasi untuk menggolongkan orientasi religius menjadi dua macam yaitu orientasi religius ekstrinsik dan orientasi religius intrinsik. Orientasi intrinsik dan orientasi ekstrinsik bersifat saling bertolak belakang. Secara umum orang

  • orang yang memiliki orientasi religius intrinsik akan berusaha “menghidupkan agama” yang dia anut, sementara orang-orang yang memiliki orientasi religius eksttrinsik cenderung
hidup ”. Pada orientasi intrinsik, agama adalah sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan seseorang, sementara pada orientasi ekstrinsik, agama bersifat fungsional.

  Orientasi religius ekstrinsik- intrinsik tidak dapat dipandang sebagai suatu konsep yang independen antara yang satu dengan lainnya, atau terpisah dan masing-masing berdiri sendiri. mereka berdua adalah suatu gejala berkelanjutan atau kontinu. Seseorang dapat bergerak dari ujung kutub intrinsik ke kutub ekstrinsik dan sebaliknya. Ini berarti bahwa keberagamaan bukanlah sesuatu yang bersifat statis, tetapi dinamis, ketika setiap orang bisa bergeser dari satu kutub ke kutub yang lainnya. METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan data yang diperoleh secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- fakta dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Data yang ada akan dijabarkan dan digambarkan dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.

  Data dari penelitian ini berupa kata, frasa, kalimat dalam Novel

  Hafana Shalat Delisa yang terungkap

  dalam dialog tokoh, latar cerita/setting alur, dan amanat dalam novel tersebut. Sumber data penelitian ini adalah dalam Novel Hafana Shalat Delisa karya tere liye yang diterbitkan oleh Republika Jakarta pada tahun 2013, dengan jumlah halaman sebanyak 270 halaman.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi atau studi kepustakaan dan teknik catat. Studi kepustakaan adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Metode ini diterapkan untuk mempelajari sasaran dan kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini. Kepusatakaan yang dimaksud adalah buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang yang digunakan untuk memperoleh dalam novel tersebut termasuk di daa dengan cara mencatat data-data dalam tokoh Delisa sendiri. yang penting yang diambil dari sumber

  Aspek-aspek yang terdapat dalam data yakni novel Hafalan Shalat novel ini antara lain aspek personal vs Delisa. institusional, aspek Unselfish vs

  Analisis data dalam penelitian Selfish, aspek Terintegrasi vs terpisah, ini menggunakan teknik deskriptif aspek penghayatan total vs kualitatif dengan berpedoman pada penghayatan dangkal, aspek pokok vs pendekatan psikologi sastra orientasi instrumental, aspek asosiasional vs religius Gordon Allport. Penyajian komunal, dan aspek dinamis vs statis. data dilakukan dalam bentuk uraian Secara garis besar, motivasi intrinsik singkat, hubungan antarkategori, dan dan motivasi ekstrinsik dalam sejenisnya. Data yang sudah diperoleh menjalankan perintah agama tokoh disajikan dalam bentuk uraian sesuai dalam novel Hafalan Shalat Delisa dengan kategori yang akan dijabarkan. bisa dilihat dari kutipan berikut: PEMBAHASAN

  1. Aspek Personal Vs Institusional

  4.1 Aspek-aspek Orientasi . . . . Tetapi saat menatap

  Religius dalam Novel Hafalan wajah teduh Ummi, bening Shalat Delisa matanya. Menatap Ummi yang terisak. Bergetar menyebut

  Motivasi untuk menjalankan perintah kalimat yang sama, ia benar- benar bahagia; entah tidak agama yang terbagi menjadi dua mengerti kenapa. Kalimat tadi bagian besar yakni motivasi ekstrinsik subuh itu benar-benar keluar dari hatinya. Tidak ada dan motivasi intrinsik. Motivasi pengharapan yang aneh-aneh. tersebut terbagi kembali ke dalam 14

  Apalagi soal cokelat ini. Ah, Delisa lupa fakta tersebut. . . . aspek yakni tujuh aspek motivasi

  (Tere Liye, 2013: 56) intrinsik dan tujuh motivasi ekstrinsik. Penghayatan yang dilandasi motivasi instrinsik dari aspek personal Delisa tentang perintah agama benar-benar keluar dari hatinya dan tidak dilandasi oleh motivasi untuk mendapat keuntungan pribadi sedikitpun.

  “Bukan , Sayang. . . . Kan kita sudah janji, kamu nggak akan pegang kalungnya sebelum kamu hafal seluruh bacaan shalat! Sebelum lulus dari ujian Bu Guru Nur.” Ummi berkata tegas. (Tere Liye, 2013: 22)

  Kata-kata Ummi Salamah yang ditunjukan pada tokoh Delisa menggambarkan tokoh Delisa yang menganggap bacaan sholat sebagai ujian sekolah yang formal. Sebelum

  lulus dari ujian Bu Guru Nur. Kalimat

  yang mendeskripsikan niatan Delisa yang mengerjakan agamanya sebagai aspek formalitas semata.

  …. Yang ia tahu waktu Abi Tiur menunggal setahun silam ia juga ikut sedih. Benar- benar sedih. Mana kata Ummi, mayat Abi Tiur tidak bisa ditemukan di hutan. Jadi bagaimana mungkin kalian tidak akan sedih melihat kesedihan teman sendiri? (Tere Liye, 2013: 58) Delisa merasakan rasa simpatik kepada sahabatnya Tiur yang sudah kehilangan ayahnya setahun silam.

  Kalimat yang ia tahu waktu Abi Tiur

  meninggal setahun silam ia juga ikut

  sedih menjelaskan tokoh Delisa yang ikut merasakan kesedihan dari musibah yang diterima temannya adalah cerminan dari aspek Unselfish.

  Aspek Selfish dalam novel ini sendiri terlihat dari tokoh Aisyah Aisyah diam seribu bahasa. Ia semakin mengkal. Kan sudah jelas! Ia

  nggak suka Delisa dapat kalug lebih bagus! (Tere Liye, 2013: 28)

  Kutipan di Atas menggambarkan sikap egois dari tokoh Aisyah yang tidak menyukai adikya Delisa mendapat kalug hadiah shaklat lebih bagus. Aisyah menegaskan ia tidak suka dalam kalimat terebut.

2. Aspek Unselfish Vs Selfish

3. Aspek Terintegrasi Vs Terpisah

  …. Yang ia tahu waktu Abi Tiur meninggal setahun silam ia juga ikut sedih. Benar-benar sedih. Mana kata Ummi, mayat Abi Tiur tidak bisa ditemukan di hutan. Jadi bagaimana mungkin kalian tidak akan sedih melihat kesedihan teman sendiri? (Tere Liye, 2013: 58) Kutipan di atas menunjukan tokoh Delisa yang mengerti keharusan perintah agamanya untuk saling berbagi. Untuk saling meneguhkan dikala salah seorang teman sedang dirundung masalah, dan saling mengingatkan dikala sedang lupa akan perintah agama.

  “Memangnya Aisyah pas belajar shalat hanya agar dapat kalung?”

  Aisyah terdiam. Dulu sih ua memang berharap agar dapat kalung. . (Tere Liye, 2013: 33) kutipan di atas dapat disimpulkan ibadah seorang tokoh bernama Aisyah didorong oleh motivasi ekstrinsik dalam aspek terpisah untuk mendapatkan sebuah kalung emas.

  4. Penghayatan Total Vs Penghayatan Dangkal

  “Delisa…. D-e-l-i-s-a cinta

  Ummi…. Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah!” ia pelan sekali

  mengatakan itu. (Tere Liye, 2013: 53) Kutipan di atas menggambarkan Delisa yang mencintai ibunya semata-mata hanya karena mengharap ridha dari tuhannya.

  Kalimat “Delisa…. D-e-l-i-s-a cinta

  Ummi…. Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah!”

  secara jelas menggambarkan ketulusan Delisa mencintai ibunya karena tuhannya.

  Mereka akan ke pasar Lhok Nga. Membeli kalung hadiah hafalan bacaan shalat Delisa (di samping belanjaan rutin mingguan Ummi lainnya).

  Kalung yang dijanjikan Ummi sebulan lalu. Kalung yang membuat semangat belajar menghafal bacaan shalat minggu-minggu terakhir. (Tere Liye, 2013: 17) Kutipan di atas menunjukan penghayatan Delisa yang masih dalam tahap dangkal. Delisa beribadah tidak mencari suatu kenikmatan beribadah untuk menghadap tuhannya. Delisa menganggap mmenghafal bacaan shalat dan shalat hanyalah untuk mendapatkan sebuah kalung yang dijanjikan Ummi. Delisa tidak memandang agamanya dan ibadahnya sebagai kebutuhan melainkan sebuah keperluan.

  Saat ia merangkat mendekati Ummi, saat ia memeluk leher Ummi, ia memang masih menskenariokan banyak hal.

  Tetapi saat menatap wajah teduh Ummi, bening matanya. Menatap Ummi yang terisak. Bergetar menyebut kalimat yang sama, ia benar-benar bahagia; entah tidak mengerti kenapa. Kalimat tadi subuh itu benar-benar keluar dari hatinya. Tidak ada

  Apalagi soal cokelat ini. Ah, Delisa lupa fakta tersebut…. (Tere Liye, 2013: 56) Terlihat betapa tokoh Delisa tidak mengharapkan apapun yang aneh-aneh. Apalagi mengharapkan sebatang cokelat. Ia bahagia dan benar-benar menjadikan ibadah baktinya kepada Ummi sebagai dedikasi untuk menjalankan perintah agamanya.

  Ah iya, kalau sudah khatam pertama kali, berarti besok lusa pasti ada syukuran…

5. Aspek Pokok Vs Instrumental

  Delisa menyeringai. Iya sedikit tersadarkan dari kantuknya. Kalau ada syukuran, pasti ada uang receh yang dilempar. . . . kan, lumayan buat beli manisan di sekolah…. Delisa sama sekali tidak membaca alif- patah-a lagi; ia sibuk menghayal dengan riang…. Menguap lagi

  — (Tere Liye, 2013: 5-6) Ibadah sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

  Delisa berpikir tentang upacara khatam alquran yang akan dilakukan kakak- kakaknya, Kak Zahra dan Kak Aisyah. Ia bukan memikirkan tentang khatam “bisa kan Ummi? Bisa pakai bahasa Indonesia, kan?” yang akan membuatnya banyak

  Delisa menoleh, mencari mendapat uang receh untuk membeli dukungan. Ummi hanya tersenyum. Mengangguk. manisan.

  Delisa bersorak senang. (Tere Liye, 2013: 7)

6. Asosiasional Vs Komunal

  Delisa bertanya kepada Ummi

  Ummi, kenapa ya Delisa

  bukan untuk mendengar jawaban yang selalu susah bangun subuh- benar melainkan mencari dukungan subuh?” ia bertanya sambil menguap. Teringat masalah agar ia menjadi terlihat benar. tadi; juga masalahnya selama ini

  — susah bangun. (Tere Liye,

  7. Dinamis Vs Statis

  2013: 6) Asosiasional tidak berarti

  ummi, kenapa ya Delisa sealu

  susah bangun shubuh- shubuh?” Delisa harus bergabung dalam suatu

  (tere liye, 2013: 6) kelompok keagamaan. Delisa sudah Delisa bertanya kepada Ummi berasosiasi, menjadi salah satu terkait dengan semangatnya untuk masyarakat di kota Lhok Nga, beribadah menurun dikarenakan susah walaupun itu tidak disengaja. Ia juga bangun dan kantuk yang masih tersisa salah satu anggota keluarga Abi setelah bangun tidur.

  Usman yang memiliki latar belakang Kutipan-kutipan di atas agama yang kuat membuat Delisa menunjukan adanya aspek-aspek terikat dalam suatu anggota keluarga. orientasi religius dalam jiwa tokoh-

  Aspek asosiasional bisa terlihat dari tokoh di novel Hafalan Shalat Delisa. usaha yang dilakukan untuk selalu

  PENUTUP berusaha mempelajari ajaran

  5.1 Simpulan agamanya secara lebih mendalam. Delisa bertanya mengapa susah untuk

  Berdasarkan hasil penelitian melaksanakan ibadah shalat subuh yang dilakukan, dari pembahasan pada Umminya. rumusan masalah pertama disimpulkan. Terdapat ketujuh aspek motivasi intrinsik berjumlah

  32 motivasi intrinsik dan motivasi kutipan. Kutipan dari motivasi ekstrinsik dalam novel Hafalan Shalat ekstrinsik berjumlah 10 kutipan. Delisa. Pembahasan rumusan masalah

  Analisis orientasi religius pada kedua, dari ke 14 aspek yang ada tokoh Delisa yang bisa disimpulkan. dalam novel tersebut. Aspek-aspek

  Tokoh Delisa memiliki motivasi yang dimiliki dalam diri tokoh Delisa intrinsik lebih banyak untuk diantaranya: menjalankan perintah agama

  a. Motivasi intrinsik ketimbang motivasi ekstrinsik. Tokoh

  1. Delisa bergerak ke arah kutub intrinsik Aspek Personal

  2. dan membuktikan kesadarannya akan Aspek Unselfish 3. beragama.

  Aspek Terintegrasi 4. Aspek Penghayatan Total

  5.2 Saran 5.

  Aspek Pokok Analisis kesadaran beragama 6. Aspek Asosiasional atau orientasi religius dengan teori

7. Aspek Dinamis

  Gordon Allport belum banyak

  b. Motivasi Ekstrinsik dilakukan oleh para peneliti sastra,

  1. Aspek Institusional khususnya dalam bidang psikologi 2. penghayatan

  Aspek sastra. Tentu karya ilmiah berupa Dangkal skripsi ini masih banyak kekurangan

  3. Aspek Instrumental karena memang belum banyak

  4. Komunal referensi yang bisa diambil untuk Dari tujuh aspek dalam menyempurnakan penelitian ini. motivasi intrinsik, keseluruhannya

  Penulis sarankan kepada para peneliti terdapat pada diri Delisa. Sedangkan selanjutnya yang menggunakan ranah dari tujuh aspek dalam motivasi dan objek yang sama, agar ekstrinsik hanya terdapat empat aspek menyempurnakan dan mengembangkan lebih lanjut pada bidang ilmu psikologi sastra maupun psikologi agama. DAFTAR PUSTAKA

  Andansari, Miranti. (2012). Novel

  Hafalan Shalat Delisa (Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi

  Universitass Sebelas Maret: tidak diterbitkan. Endraswara. 2013. Metodologi

  Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps

  Helliyatun. (2009). Nilai-Nilai

  Religius dalam Novel Hafalan Shalat Delisa” Karya Tere Liye dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam .

  Skripsi

  IAIN Sunan Kalijaga: tidak diterbitkan.

  Jalaluddin. 2011. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.

  Monderop, Albertine. 2010.

  Psikologi SASTRA Karya sastra Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Buku Obor.

  Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Subandi. 2013. Psikologi Agama dan Kesehatan Mental .

  Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Sugiyono. 2011. Metode penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Terre Liye. 2013. Hafalan Shalat Delisa . Jakarta: Republika.