ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen kelas XI Tingkat SMA

  

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM

BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

(Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan

Kristen kelas XI Tingkat SMA

  )

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

Sakbani

  

111-14-203

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

  

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM

BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

(Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan

Kristen kelas XI Tingkat SMA

  )

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

Sakbani

  

111-14-203

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

  

MOTTO

Sesuatu yang tidak berguna adalah sesuatu yang tidak kita yakini

  • -Muhammad Abdillah bin Malik Al Andalusi-

  َ ِط ۡسِقۡلٱ َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي ۡوَق ُ ا ِب َءَٰٓاَدَهُش ِ َّ ِلِلّ َنيِم َّوَق ْاوُنوُك ْاوُنَماَء

  َنَش ۡمُكَّنَمِر ۡجَي َلََو ْاوُقَّتٱ ْاوُلِد ۡعٱ ْْۚاوُلِد ۡعَت َّلََأ َٰٓ ىَلَع ََّلِلّٱ ََّْۚلِلّٱ َو ىَوۡقَّتلِل ُبَرۡقَأ َوُه

  اَمِب ُُۢريِبَخ َّ ِإ ٨ َ وُلَم ۡعَت

  Artinya

  Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan

janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan (Q. S Al-Maidah: 8)

  

PERSEMBAHAN

  Karya tulis ini Kupersembahkan untuk:

  1. Bapak Nur Aziz dan Ibu Saidah tercinta yang telah mendidik membimbing, mencurahkan kasih sayang serta doanya. Terima kasih atas segala pengorbanan dan kerja keras bapak ibu dalam membesarkanku, sejak dalam kandungan hingga kini tumbuh dewasa.

  2. Kakak-kakakku, mbak Siti Aisiyah, mbak Mutoh, mbak Musyawarah, mbak Rochimah, serta mas Mustaqim yang selalu mendorong dan membantuku untuk menyelesaikan studi.

  3. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M. Ag yang senantiasa sabar memberikan koreksi dan pengarahan hingga terselesaikanya penulisan skripsi ini.

  4. Bapak guru SMA N 3 Salatiga yang telah mendukung dan memberikan fasilitas dalam bentuk buku- buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”.

  5. Sahabatku-sahabatku yang senantiasa memberikan masukan, saran, kritik, dan motivasi untuk terus berkarya.

  6. Teman-temanku seperjuangan serta Dewan Ustadz Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Salatiga yang telah memberikan semangat dan dukungan terhadap studi yang saya jalani.

  7. Teman-teman posko 3 KKN IAIN Salatiga tahun 2018 yang telah memberikan semangat dan motivasi.

  8. Teman-teman PPL IAIN Salatiga di SMAN 3 Salatiga yang telah membantu penulis mengumpulka n buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”.

KATA PENGANTAR

  َِّلِلّٱ ِميِحَّرلٱ ِن َم ۡحَّرلٱ ِم ۡسِب

  Puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Ketidakadilan Gender Dalam Buku Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen Kelas X Tingkat SMA)

  “. Sholawa serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada insan mulia nan agung Nabi Muahmmad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

  Penyusun menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki masih terbatas, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kelemahan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikanya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi

  5. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

  6. Bapak, ibu, dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa mendukung, membantu, mendoakan serta menemani belajar di kampus.

  8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materill dalam penulisan skripsi ini.

  Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allo SWT senantiasa memberikan balasan yang belipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

  Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengam keterbatasan wawasan dan kemampuan penulis, karya ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya ini.

  Salatiga, 5 Septembar 2018 Penulis Sakbani NIM. 11114203

  

ABSTRAK

  SAKBANI, 2018. Analisis Ketidakadilan Gender dalam Buku Pendidikan Agama

  dan Budi Pekerti ( Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen Kelas XI di SMA). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Djamiatul Islamiyah, M. Ag.

  Kata Kunci: Ketidakadilan Gender, Buku PAI, Buku PAK

  Pendidikan agama bertujuan untuk mewujudkan manusia yang utuh dan berkepribadian unggul, salah satunya diwujudkan dengan sikap meniadakan ketidakadilan gender. Gender sendiri telah menjadi suatu permaslahan yang cukup pelik dalam dunia pendidikan. Muatan ketidakadilan gender dimungkinkan dapat ditemukan pada buku teks Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

  Konsep gender adalah perbedaan sosial yang berpangkal pada perbedaan jenis kelamin, dimana perbedaan sosial itu dibakukan dalam tradisi dan sistem budaya masyarakat. Ketidakadilan gender adalah suatu sistem atau struktur yang menempatkan laki-laki ataupun perempuan pada posisi yang tidak semestinya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap konten ketidakadilan gender dalam buku pendidikan agama dan budi pekerti, kemudian melakukan komparasi terhadap kedua buku tersebut

  Penelitian dengan judul Analisis Ketidakadilan Gender dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen Kelas XI di SMA) adalah penelitian jenis kepustakaan atau

  

library research, data yang dipakai berupa data primer serta sekunder. Teknik

  pengumpulan datanya berupa pemilahan berbagai dokumentasi dari sumber primer dan sekunder, sedangkan metode analisis datanya berupa metode analisis isi atau content analysis.

  Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: masih ditemukan muatan dalam buku PAI maupun PAK kelas XI tingkat SMA, yang mengandung unsur ketidakadilan gender, baik berupa gambar atau ilustrasi maupun yang berbentuk redaksi kalimat. Dalam buku PAI sendiri ditemukan 7 konten ketidakadilan gender yang tersebar dalam 7 tema, dengan rincian 4 berbentuk ilustrasi dan 3 berbentuk redaksi kalimat. Sedangkan dalam buku PAK, ditemukan 6 muatan ketidakadilan gender yang tersebar kedalam 5 tema pembelajaran, dengan rincian 5 berbentuk ilustrasi, dan sisanya berbentuk redaksi kalimat.

  DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................... i LEMBAR BERLOGO IAIN .............................................................................. ii HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. .... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................... vi MOTO ................................................................................................................. vii PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix ABSTRAK .......................................................................................................... xi DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................

  1 B. Fokus Penelitian ......................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ................................................................ ................

  6 1. Manfaat teoritis .................................................................................

  7 2. Manfaat praktis..................................................................................

  7

  F. Definisi Operasional................................................................................

  32 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Identitas Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ....................

  68 F. Analisis Data Muatan Ketidakadilan Gender ..........................................

  61 b. Temuan muatan ketidakadilan gender dalam buku pak ..............

  1. Temuan muatan ketidakadilan gender a. Temuan muatan ketidakadilan gender dalam buku pai ...............

  41 E. Paparan Data

  36 D. Konten Materi .........................................................................................

  35 C. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku .......................................

  34 B. Identitas Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti .................

  31 D. Teknik Analisis Data ...............................................................................

  10 G. Sistematika Penulisan .............................................................................

  31 C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................

  30 B. Langkah-Langkah Penelitian ..................................................................

  24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data ............................................................................................

  23 B. Gender dalam Perspektif Islam ...............................................................

  18 3. Upaya menuju kesetaraan dan keadilan gender ................................

  16 2. Konsep ketidakadilan gender ............................................................

  A. Landasan Teori 1. Konsep sek dan gender......................................................................

  14 BAB II KERANGKA TEORI

  72

  BAB V PENUTUP A. Simpulan .................................................................................................

  81 B. Saran ........................................................................................................

  82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  1. Tabel 2.1 Perbedaan antara gender dan seks ............................................. 20

  2. Tabel 4.1 Paparan data muatan ketidakadilan gender dalam buku PAI .... 60

  3. Tabel 4.2 Paparan data muatan ketidakadilan gender dalam buku PAK .. 68

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tampilan depan buku PAI ................................................................ 34Gambar 3.2 Tampilan depan buku PAK ............................................................... 35

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

  2. Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

  3. Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi

  4. Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Wacana tentang gender telah menjadi sebuah diskursus yang hangat

  dalam beberapa dekade dewasa ini. Diskursus gender merupakan pokok masalah yang universal, dalam arti tidak hanya menjadi wacana bagi kelompok atau golongan tertentu saja yang tersekat oleh batas geografis maupun ideologis, melainkan menjadi sebuah topik global yang melintas ruang dan waktu.

  Kaitanya dengan relasi antara laki-laki dan perempuan, kesadaran akan reformasi pola hubungan antar keduanya kearah yang lebih adil dan bernuansa kesetaraan terus berlanjut serta tetap menjadi wacana yang menarik untuk diperbincangkan (Nasution, 2002: 2). Sebab secara historis terungkap adanya dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

  Berawal dari sinilah kemudian timbul asumsi-asumsi tentang ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kaum hawa tidak pantas memegang kekuasaan sebagaimana kaum adam dikarenakan perbedaan secara biologis serta kemampuan keduanya, meskipun perbedaan itu sebenarnya tidak serta merta menjadikan perbedaan peran, potensi bahkan kesempatan dalam beragam aspek kehidupan.

  Namun ketimpangan peran sosial berdasar gender itu tetap dipertahankan dengan dalih doktrin agama. Agama dilibatkan untuk melestarikan sebuah kondisi dimana perempuan dipersepsikan tidak setara dengan laki-laki (Umar, 1998 :97). Persepsi yang timpang ini lambat laun mengakar kuat serta membudaya dalam komunitas umat manusia.

  Budaya suatu masyakat atau negara akan disosialisakan serta diwariskan, agar generasi selanjutnya memiliki cara berfikir, berperasaan dan berperilaku sesuai dengan nilai- nilai budaya yang dianut (Muthali’in, 2001: 5). Selanjutnya, nilai-nilai budaya gender yang telah termanifestasi kedalam cara berfikir, bersikap dan berperasaan yang tertanam dalam budaya nasional secara otomatis akan disosialisasikan ke tengah-tangah masyarakat. Salah satu institusi budaya yang melakukan sosialisasi secara masif adalah lembaga pendidikan. Melalui rancang bangun kurikulum yang terwujud dalam berbagai buku ajar, dapat dibaca dan dicermati ada tidaknya ketidakadilan gender. Barangkal hal itu terjadi tanpa adanya kesengajaan. Namun jika tidak ada yang memberi evaluasi, maka bukan tidak mungkin konstruk pemikiran bias gender akan terus lestari dari satu generasi ke generasi berikutnya.

  Pada sisi yang lain, sekolah sebagai sebuah institusi edukasi sekaligus budaya dalam penyelenggaraan pembelajaraanya terikat secara ketat dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pendidikan dan gender ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, karena kebutuhan belajar dasar dalam pelaksanaan pendidikan adalah kebutuhan setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan, dengan berbagai tingkatan usia. Di sisi lain, pendidikan sebagai proses transformasi yang dibangun atas budaya, bahasa dan nilai-nilai spiritualitas kelompok mampu mendorong pendidikan, keadilan sosial, perlindungan lingkungan, sistem religius, politik dan sosial yang toleran, menerima nilai-nilai humanis dan hak asasi manusia.( Remiswal, 2013: 20). Setidaknya ada tiga isu dalam transformasi dan tuntutan global yaitu isu demokrasi, hak asasi manusia dan gender. Pendidikan tidak hanya sekedar proses pembelajaran tetapi merupakan salah satu “narasumber” bagi segala pengetahuan karenanya ia instrument aktif transfer nilai termasuk nilai yang berkaitan dengan ketiga isu tersebut. (Muthali’in, 2001: 1). Maka sangat wajar jika pendidikan menjadi sebuah instrument sosialisasi kebudayaan yang berlangsung secara formal, termasuk di sekolah.

  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya menjawab isu tersebut melalui kebijakan perubahan kurikulum dan tinggal bagaimana implementasi dalam bahan ajar terutama isu gender meskipun pada kenyataannya masih membawa dampak bias gender dalam masyarakat yang berakibat pada kurang optimalnya pembangunan sumber daya manusia yang unggul di segala bidang tanpa memandang jenis kelamin. (Muawanah, 2009 :53).

  Keadilan dan kesetaraan merupakan ide pokok, tujuan dan misi utama peradaban manusia untuk mencapai kesejahteraan, membangun keharmonisan kehidupan bermasyarakat, bernegara serta membangun keluarga berkualitas. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki- laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Keadilan gender adalah suatu perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa dijadikan dasar untuk terjadinya diskriminasi mengenai hak sosial, budaya, hukum dan politik terhadap satu jenis kelamin tertentu. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

  Dalam memenuhi kesetaraan dan keadilan gender diatas, maka pendidikan perlu memenuhi dasar pendidikan yakni menghantarkan setiap individu atau rakyat mendapatkan pendidikan sehingga bisa disebut pendidikan kerakyatan. Adapun ciri-ciri kesetaraan gender yang harus ada dalam pendidikan menurut penulis adalah sebagai berikut:

  

1. Menerapkan perlakuan dan kesempatan yang sama dalam pendidikan pada

  setiap jenis kelamin dan tingkat ekonomi, sosial, atau perbedaan lainnya yang ada pada anak didik.

  

2. Memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat setiap

individu.

  

3. Pendidikan harus menyentuh kebutuhan dan relevan dengan tuntutan

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  

4. Setiap anak didik dalam pendidikannya sebisa mungkin diarahkan agar

mendapatkan kualitas sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya.

  Ketidakadilan gender dapat dilihat dalam buku bacaan wajib di sekolah, yang sebagian besar mentransfer nilai atau norma gender yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat. Artinya, sistem nilai gender akan berpengaruh pada kehidupan sistem sosial di sekolah. (Muawanah, 2009: 54).

  Ketidakadilan gender yang terdapat dalam buku teks atau bahan ajar dapat ditemukan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah, termasuk mata pelajaran agama. Pendidikan agama yang merupakan instrumen transfer nilai- nilai agama sesuai dengan doktrin yang termaktub dalam kitab suci haruslah menanamkan nilai keadilan, demokrasi dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.

  Berangkat dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk menganalisis muatan ketidakadilan gender pada pendidikan Agama Islam dan Kristen. Analisis dilakukan berdasarkan buku teks siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Kristen kurikulum 2013 kelas XI tingkat SMA.

  Dengan demikian penulis mengangkat “Analisis Ketidakadilan Gender Dalam Buku Teks Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen kelas XI Tingkat SMA).

  B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka pertanyaan penelitian tersebut, sebagai berikut: a. Bagaimana konsep gender dan ketidakadilan gender?

  b. Bagaimana komparasi ketidakadilan gender antara buku “Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti” dengan buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti “ kelas XI tingkat SMA?.

  C. Tujuan Penelitian

  Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan konsep gender dan ketidakadilan gender.

  b. Mengetahui komparasi ketidakadilan gender antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti “ kelas XI tingkat SMA.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian berjudul “Analisis Ketidakadilan Gender dalam

  Buku Teks Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen Kelas XI Tingkat SMA) ini akan memberikan beberapa kegunaan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis-Akademis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan yang yang jelas dalam materi buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti yang mampu mengakomodasi konsep keadilan gender demi menjaga dan memelihara keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa melalui pendidikan agama.

  b. Secara Praktis.

  Temuan penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sumber masukan khususnya:

  1. Bagi Tenaga Pendidik.

  Penelitian ini akan menjadi paradigma baru bagi para pendidik supaya lebih sadar bahwa semua anak mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan guna mengembangkan potensi yang dimiliki sejak lahir tanpa adanya diskriminasi dengan dasar apapun seperti perbedaan jenis kelamin, dan latar belakang sosial anak 2.

  Bagi Pemerintah

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah khususnya terkait kebijakan pengadaan buku ajar yang muatanya lebih berbasis pada keadilan atau kesetaraan gender pada di tingkat SMA /MA.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi tujuan Verifikasi sehingga dapat memperkaya temuan-temuan penelitian baru.

E. Kajian Pustaka.

  Berdasarkan penelusuran peneliti tentang fokus penelitian yang akan dilakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian yang masih memiliki keterkaitan dengan judul “ Ketidakadilan Gender dalam Buku Pendidikan Agama” yang bersifat literatur atau kepustakaan (library research) yang membahas mengenai ketidakadilan gender, baik berasal dari jurnal pendidikan, skripsi maupun tesis. Adapun penelitian terdahulu yang penulis temukan sebagai berikut:

  Hidayat dalam judul Bias gender dalam buku Bahasa Arab untuk

  tingkat madrasah Tsanawiyah. Penelitian ini menemukan adanya muatan bias gender dalam penjelasan buku teks tersebut.

  Nurfadhlina pernah melakukan penelitian dalam judul Bias Gender

  Dalam Buku - Buku Teks Pendidikan Agama Islam (Analisis Konten Pada Buku-Buku Teks Pendidikan Agama Islam Kelas XII SMA/SMK pada tahun

  2016. Tesis ini menyimpulkan bahwa: 1) Gender merupakan cara pandang yang membedakan laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang dikonstruksikan oleh manusia, Gender juga tidak bersifat menetap dan bukan kodrat Tuhan. Sementara bias gender adalah mengunggulkan salah satu jenis kelamin dalam kehidupan sosial atau kebijakan publik. Begitu juga dalam pendidikan. 2) Bahwa buku teks merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan dalam pembelajaran. Sementara buku teks pelajaran pendidikan Agama Islam adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional) yang berkaitan dengan studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mencakup beberapa standar kompetensi atau kompetensi Inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 3) Dalam buku teks pendidikan agama Islam untuk kelas XII MA/SMA/SMK/MAK masih ditemukan adanya bias-bias gender, baik dari segi gambar ilustrasi yang ditampilkan, dalil-dalil yang digunakan, dan pada konten isi materi. namun demikian masih dalam taraf kewajaran sehingga menurut penulis kedua buku ini masih layak dan tepat digunakan siswa sebagai buku pegangan.

  Zeni dalam judul Analisis Teks Buku Pendidikan Agama Islam Untuk

  

SMA kelas X: Perspektif Kesetaraan Gender. Dalam penelitian ini berhasil

  memperoleh temuan adanya muatan kesetaraan gender di dalam penjelasan buku teks PAI karya Syamsuri, tapi sekaligus terdapat bias didalamnya karena adanya perbedaan arketip spiritual dan arketip pernikahan. Bentuk muatan nilai kesetaraan yang dirumuskan antara lain. Penggunaan kata muslim/muslimah, siswa/siswi, mukmin/mukminah dalam penjelasan; beberapa gambar menunjukkan adanya potensi yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh prestasi; beberapa rumusan yang tidak mengarah pada diskriminasi gender seperti jenis kelamin Tuhan dan malaikat, proses biologis manusia, serta kesempatan pendidikan bagi perempuan. Sedangkan bias gender didalamnya dirumuskan dengan kualitas maskulin yang ditampilkan dengan frekuensi yang lebih banyak dan pembagian peran publik yang lebih banyak bagi laki-laki serta domestik bagi perempuan.

  Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas, jika ditelaah secara cermat, maka akan ditemukan beberapa persamaan, diantaranya dalam metodologi penelitian yang digunakan oleh Zeni dan Nurfadhlina, keduanya menggunakan metode kualitatif dengan model library research. Selain itu kedunya juga berusaha membedah bagaimana muatan gender yang terdapat pada buku ajar PAI. Disisi lain nampak perbedaan dari fokus kajian yang diteliti, dimana Zeni berfokus pada kesetaraan gender, sedangkan Nurfadhlina meneliti bias gender sebagai fokus kajianya.

  Perbedaan penelitian yang disebutkan diatas dengan penelitian penulis, yaitu terletak pada objek yang dikaji, dimana penelitian terdahulu secara garis besar masih membahas bias gender dalam buku Pendidikan Agama Islam, dengan objek kajian buku Teks siswa kelas X, sedangkan penulis mengkaji ketidakadilan gender. Kemudiaan, titik fokus yang diteliti berkonteks islam, sedangkan penulis tidak hanya untuk konteks islam saja. Dengan demikian masih ada ruang bagi peneliti untuk membahas isu lain yakni ketidakadilan gender secara lebih spesifik dan terfokus pada komparasi buku Pendidikan Agama Islam dan Kristen kelas XI.

F. Definisi Operasional.

  Dalam penelitian sangat diperlukan definisi operasional untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda, maka peneliti bermaksud menjelaskan istilah-istilah di dalam judul penelitian ini. Istilah-istilah yang harus penulis jelaskan, yaitu sebagai berikut:

1. Gender.

  Kata gender belum masuk dalam perbendaharaan KBBI, tetapi istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di kantor Menteri Negara Pemberdayaan Per empuan dengan istilah “gender”. Gender diartikan sebagai interpretasi mental kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan, serta untuk menunjukan pembagian kerja yang dianggap tetap bagi keduanya (Maslikah dkk, 2012 : 2). Sementara

  pengertian gender secara etimologis berasal dari kata gender yang berarti jenis kelamin (Shadily, 2001: 272.). Sedangkan menurut Fatima gender adalah “the term referred to the grammatical categories that indexed sex in the structure of human languages and refer to the construction of the categories ‘masculine’ and ‘feminine’ in society”. (Sadiqi, 2003: 20). Atau dengan kata lain gender adalah istilah yang secara tata bahasa mengacu pada penunjukan jenis kelamin dalam struktur bahasa manusia dan penunjukkan pada sifat laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang.

  2. Ketidakadilan Gender.

  Faqih mendefinisikan bahwa ketidakadilan gender adalah suatu sistem atau struktur yang menempatkan laki-laki ataupun perempuan pada posisi yang tidak semestinya (Faqih dalam Maslikah, 2012: 22).

  3. Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan Agama Islam merupkan upaya dalam memberikan bimbingan agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang. Pada pengertian ini terwujud dua hal yakni (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu peserta didik dalam menanamkan atau menumbuh kembangkan agama islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidup yang diwujudkan dalam sikap dan dikembangkan dalam ketrampilan hidupnya sehari-hari, (2) segenap fenomena peristiwa perjumpaan antara dua orang atu lebih yang dampaknya ialah tertanamnya ajaran islam dan nilai- nilainya pada salah satu atau beberapa pihak (Muhaimin, 2005:7-8).

  4. Pendidikan Agama Kristen.

  Pendidikan Agama Kristen merupakan wahana pembelajaran yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengenal Allah Tritunggal melalui karyan Nya dan mewujudkan pengenalanya melalui sikap hidup yang mengacu pada nilai-nilai kristiani. Melalui pendidikan agama kristen, siswa diharapkan dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang kristen bersumber dari Alkitab, yang diharapkan dapat memperteguh iman siswa kepada Tuhan, memiliki budi pekerti luhur, menghormati sesama manusia dan ciptaan Tuhan yang lain (Supit, dkk, 2014 : vii).

  Sedangkan hakikat Pendidikan Agama Kristen menurut hasil lokakarya strategi PAK di Indonesia pada tahun 1999 adalah suatu usaha yang dilakukan secara terncana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah dalam diri Tuhan yesus kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya (Supit, dkk, 2014 :vii).

5. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

  Buku teks merupakan buku yang berisi tentang uraian materi bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan orientasi pembelajaran, perkembangan siswa, untuk diasimilasikan. Buku tersebut dipakai untuk sarana belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran disekolah (Luwihta, 2016 :18). Dalam Permendiknas nomor 2 tahun 2008 pasal 1 dijelaskan bahwa “buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, ahlak mulia, kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan, dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan”.

  Selanjutnya mengenai pendidikan agama dalam PP no 55 tahun 2007 telah dijelaskan bahwa pendidikan agama merupakan pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan ketrampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaranya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

G. Sistematika Penulisan.

  Untuk dapat melakukan pembahasan yang sistematis, maka peneliti menggunakan sistematika sebagai berikut: Bagian awal berisi sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan abstrak yang memuat tentang uraian singkat yang dibahas dalam skripsi.

  Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan, pertama-tama dipaparkan konteks penelitian yang mengungkapkan berbagai permasalahan yang diteliti sehingga diketahui hal hal yang melandasi munculnya fokus penelitian yang akan dikaji dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang membantu proses penelitian. Dalam bab ini, tujuan merupakan arah yang akan dituju dalam penelitian kemudian dilanjutkan manfaat penelitian yang menjelaskan kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai penelitian baik secara teoritis maupun praktis serta uraian tentang metodologi penelitian, kajian pustaka, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

  Bab kedua berisi tentang pengertian gender dan ketidakadilan gender.

  Bab ketiga berisi tentang gambaran umum buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMA yang terdiri dari identitas buku, latar belakang dan tujuan penyusunan buku, serta konten materi.

  Bab keempat berisi paparan data dan analisis terkait muatan ketidakadilan gender dari buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang meliputi agama Islam dan Kristen.

  Bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran, serta pada bagian akhir dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Seks dan Gender. Banyak orang awam yang sering mencampur adukkan antara konsep

  seks dengan gender sebagai sesuatu yang sama, padahal keduanya sangat jauh berbeda. Pemahaman dan pembedaan terhadap kedua konsep tersebut sangat diperlukan dalam melakukan analisis guna memahami problem-problem ketidakadilan gender yang sering menimpa kaum perempuan.

  Kata seks berasal dari bahasa Inggris sex, yang berarti jenis kelamin (Shadily, 1983: 211). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, misal laki-laki yang memiliki jangkung dan mereproduksi sperma. Sedangan perempuan adalah jenis manusia yang memiliki alat repoduksi seperti rahim, dan saluran melahirkan. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenia sperempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan.

  Gender secara konseptual menurut Faqih adalah sebuah sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural dan sangat mungkin terjadi perubahan ciri dari sifat laki-laki dan perempuan dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain (Faqih dalam Maslikhah, 2012: 9). Misal perempuan cenderung dikenal lemah lembut, cantik, dan keibuan. Sementara laki-laki dipersepsikan sebagai sosok yang kuat, rasional dan perkasa. Ciri-ciri tersebut merupakan sifat yang dapat dipertukarkan, artinya ada laki-laki yang lemah lembut, serta ada pula perempuan yang bersifat perkasa. Secara garis besar konsep gender adalah menyangkut semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang dapat berubah dari waktu-kewaktu serta berbeda dari tempat-ketempat lainya.

  Gender membangun sifat biologis, dari yang tadinya bersifat alami, kemudian melebih-lebihkanya, dan pada akhirnya menempatkanya pada posisi yang tidak relevan. Semisal, sama sekali tidak ada alasan biologis yang dapat menjelaskan mengapa para perempuan harus berlenggok dan para lelaki harus membusungkan dada, mengapa perempuan harus memakai kutek di kakinya sementara laki-laki tidak. Masyarakat beranggapan bahwa jika gender diwariskan melalui praktek pengasuhan anak, maka hal tersebut bersifat sosial, sedangkan kelamin atau seks diwariskan atau langsung diturunkan secara biologis.

  Berikut adalah tabel perbedaan antara gender dan seks (Maslikhah dkk, 2012: 21).

  Tabel 2.1

  

Seks Gender

  Bersifat kodrat Tidak bersifat kodrat Tidak dapat berubah Dapat berubah Berlaku sepanjang zaman Tergantung waktu dan budaya Tidak dapat ditukar Dapat ditukar Ciptaan Tuhan Buatan manusia

B. Ketidakadilan Gender.

  Perbedaan gender sering menimbulkan masalah ketidakadilan gender (gender inequalities) baik bagi kaum laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana keduanya sama-sama menjadi korban dari sistem tersebut (Faqih dalam Maslikhah dkk, hal 12). Adapun berbagai macam manifestasi ketidakadilan tersebut adalah terjadinya marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam pengambilan keputusan politik, pembentukan stereotype atau pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. Dari berbagai manifestasi ketidakadilan, masing-masing tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

  Misalnya, jika kita mau menyoroti masalah marginalisasi ekonomi kaum perempuan hal ini terjadi karena ada stereotype tertentu atas diri kaum perempuan dan hal ini dapat memicu adanya subordinasi, kekerasan terhadap perempuan, yang akhirnya menjadi sebuah keyakinan, ideologi dan visi kaum perempuan sendiri.

  Peran gender (gender role) sebagai ketentuan sosial, yang oleh masyarakat diyakini sebagai sebuah kodrat menyebabkan ketimpangan sosial yang bersumber dari perbedaan peran gender. Masyarakat perlu mendapatkan pemahaman yang memadai, sehingga mereka dapat membedakan antara kodrat dan konstruksi sosial. Adanya ketidakadilan gender ini disebabkan oleh perilaku dan perlakuan sosial seperti marginalisasi perempuan, penempatan perempuan pada marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan terhadap perempuan dan beban kerja majemuk yang tidak proposional (Faqih, dalam Maslikah: 12).

  1. Marginalisasi Perempuan.

  Marginalisasi secara umum berarti proses penyingkiran. Menurut seorang ahli sosiologi Inggris, Alison scoot terdapat beragam bentuk marginalisasi, diantaranya; (1) proses pengucilan, perempuan dikucilkan dari kerja upahan, atau jenis kerja tertentu, (2) proses pergeseran perempuan kepinggiran (margins) dari pasar tenaga kerja, yaitu berupa kecenderungan bekerja pada jenis pekerjaan yang memiliki hidup yang tidak stabil, upahnya rendah, dinilai tidak atau kurang terampil, (3) proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau pemisahan yang semata-mata dilakukan oleh perempuan saja atau laki-laki saja, (4) proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk diantaranya perbedaan upah (Saptari dan Holzner dalam Maslikah dkk, 2012: 13).

  Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat kerja, namun sering terjadi juga dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur tertentu dan bahkan negara. Misalkan marginalisasi dalam keluarga dalam bentuk diskriminasi fasilitas, kesempatan dan hak-hak yang diperoleh antara anak laki-laki dan perempuan. selain itu marginalisasi juga sering diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan.

2. Subordinasi dalam Gender.

  Munculnya anggapan bahwa perempuan itu irrasional ataupun emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, sehingga memunculkan sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi pada perempuan khususnya secara meluas terjadi dalam lapisan masyarakat, di Jawa misalnya perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena pada akhirnya akan ke dapur juga potensi perempuan sering dinilai tidak fair oleh sebagian besar masyarakat. Sehingga sangat sulit bagi perempuan untuk menembus posisi strategis dalam komunitas terutama yang berhubungan dengan peran pengambilan keputusan. Jika ada perempuan yang mampu menempati posisi tersebut tentu dia telah melalui kompetisi yang sangat ketat dan perjuangan yang sangat panjang. Hal in terutama terjadi di masyarakat bawah dan kalangan yang kurang berpendidikan.

  Lain halnya kalau yang mengalami hal tersebut adalah laki-laki. Disamping itu agama sering dijadikan tameng dan pengukuhan dari pandangan-pandangan semacam itu, sehingga perempuan selalu menjadi manusia kelas dua.

  3. Stereotype dalam Gender.

  Stereotype adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotype selalu dikonotasikan negatif dan sering menimbulkan kerugian dan ketidakadilan. Stereotype dalam gender sering mengakibatkan ketidakadilan gender terutama dialami oleh gender. Misalkan mengapa pada sebuah kasus pemerkosaan selalu yang diduga pertama kali dari pihak perempuan yang berdandan atau berpakaian minim (misalnya) yang dapat memancing syahwat laki-laki yang melihatnya. Berawal dari sini, mendorong laki-laki berbuat asusila terhadap perempuan yang berpakaian minim tersebut. Tanpa analisa yang lebih jauh, selalu saja perempuan yang menjadi korban sekaligus pemicu terjadinya pemerkosaan, perempuan selalu menanggung kerugian yang lebih besar dibandingkan laki-laki.

  4. Kekerasan dalam Gender.

  Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi terhadap fisik ataupun integritas mental psikologis (Faqih dalam Maslikah dkk, 2012: 13). Kekerasan terhadap manusia pada dasarnya berasal dari banyak sumber, salah satu diantaranya adalah kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan yang bias gender, misalnya adanya anggapan bahwa laki-laki pemegang supremasi dan dominasi terhadap berbagai sektor kehidupan, sehingga dianggap wajar jika perempuan menerima perlakuan tersebut. Kekerasan terhadap perempuan diantaranya, pemerkosaan, pemukulan, penganiyaan, dan pembunuhan.

  5. Beban Kerja Majemuk dalam Gender.

  Beban kerja yang terlalu banyak dan tidak proposional seringkali diterima kaum perempuan khususnya di kalangan keluarga miskin. Pekerjaan domestik yang dibebankan kepada perempuan menjadi dengan pekerjaan yang beragam, memiliki waktu yang tidak terbatas dan dengan beban yang cukup berat (misalnya; memasak, menyuci, menyetrika, mengepel, mengasuh anak-anak dan lain-lainya). Pekerjaan domestik yang berat tersebut dilakukan bersamaan dengan fungsi reproduksi, haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Hal itu masih ditambah dengan beban kerja ekonomi sebagai penyangga utama dalam mencari nafkah.

  Sementara laki-laki dengan peran publiknya menurut kebiasaan masyarakat, tidak bertanggung jawab terhadap beban domestik tersebut yang hanya layak dikerjakan oleh perempuan. pembagian kerja secara dikotomis, publik-domestik, menyebabkan beban kerja perempuan terlalu berat dan banyak, dianggap pekerjaan rendah dan tidak memperoleh imbalan materiil yang seimbang dengan beban kerjanya.