NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA SKRIPSI

  NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: ASKIN ILA HAYATI NIM: 11113043 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  

اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اوُق...

  

“peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

(Q.S. At-Tahrim ayat 6)

  Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi ini dapat terselenggara dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku: 1.

  Ayahanda Dalail Mustofa dan ibunda Istiqomah (almh) yang telah memberikan mahkota kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tidak mengerti apa-apa hingga kini aku mengerti makna hidup. Semoga kalian selalu diberi kesehatan, keberkahan rizqi dan keberkahan usia untuk bekal ibadah, amin.

  2. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  3. Adikku tercinta Kunti Silfi Utami yang senantiasa mendukung dan memberi semangat, semoga apa yang kalian cita-citakan dalam kehidupan ini segera terwujud, amin.

  4. Guru-guruku yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi manusia pembelajar dan semakin mengerti banyak hal.

  5. Sahabat-sahabat PAI Angkatan 2013, terima kasih untuk semua kisah yang telah kita bagi bersama selama 4 tahun ini. Semoga di manapun kalian berada, selalu mengamalkan ilmu yang kalian punya dengan hati yang tulus dan ikhlas.

  6. Teman-teman PPL SMA N 1 Suruh, teman-teman KKN Desa Payungan Dusun Nanggulan, terimakasih atas berbagai pengalaman lapangan yang telah kalian bagi bersama saya.

  Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia, penyempurna akhlak mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam semesta.

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

  Terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  IAIN Salatiga 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

  Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama pengerjaan penyesesaian skripsi.

5. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik

  

Hayati, Askin Ila. 2017 . Nilai Pendidikan Karakter Dalam Syair Ilir-ilir

Karya Sunan Kalijaga. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I.

  Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Syair Ilir-ilir.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui lebih mendalam tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam syair Ilir- ilir karya Sunan Kalijaga dan kemudian mencari titik relevansi yang relevan dengan pendidikan Islam. Syair ilir-ilir merupakan tembang yang sudah dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Sehingga ketika pemerintah Indonesia mencanangkan tentang pendidikan karakter, sebenarnya dari dulu para tokoh seperti Sunan Kalijaga sudah mengajarkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan karakter seperti yang terkandung dalam syair Ilir-ilir.

  Dari latar belakang masalah tersebut terdapat permasalaan yang di bahas, diantaranya: (1) Bagaimana nilai Pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga?. (2)Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam?. Dengan demikian, tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil latar belakang syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan semiotik.yaitu dengan cara mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan. Dengan cara menjajagi buku-buku atau sumber tertulis lainnya yang relevan. Analisis data yang digunakan yaitu dengan content analysis atau analisis isi yaitu dengan cara menganalisis isi yang terkandung di dalam syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga.

  Hasil penelitian menunjukkan: 1). Dalam syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga terdapat nilai pendidikan karakter yaitu: nilai religius, tanggung jawab, kedisiplinan, kerja keras, mandiri, demokratis, bersahabat, peduli sosial. 2). Relevansinya dengan pendidikan Islam yaitu: dalam hal tujuan sama-sama bertujuan membangun potensi spiritual yang berhubungan dengan aqidah, potensi psikologis yang berhubungan dengan tingkah laku, mengajarkan materi aqidah, materi ibadah, materi akhlak, materi jihad atau bersungguh-sungguh dan materi jasmani. Dalam hal metode pendidikan terdapat metode pembiasaan, metode perumpamaan, metode permainan, dan metode keteladanan.

PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang

  Dengan adanya pendidikan seseorang akan mendapatkan sesuatu yang berharga yang bisa memotivasi dirinya sendiri serta dapat memberikan dampak yang positif untuk orang-orang di sekitarnya. Pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya. Selain itu pendidikan juga bisa didapat dari seseorang yang memang patut dijadikan contoh.

  Misalnya orang tua, kakak, guru, bahkan teman. Didalam figur Islam yang dapat dijadikan teladan yaitu Rasulullah SAW. Beliau merupakan suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al- Ahzab ayat 21:

  َمْوَ يْلاَو َوَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِوَّللا ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل اًيرِثَك َوَّللا َرَكَذَو َرِخلآا ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

  (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS: Al-Ahzab ayat 21).

  Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sebab pendidikan dapat mendorong peningkatan sumber daya manusia.

  Manusia senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspek baik intelektual, emosional, maupun spiritual, terampil serta memiliki kepribadian yang mulia.

  Pendidikan dapat menjadi tolok ukur bagi kemajuan dan kualitas suatu bangsa. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu negara dapat dicapai salah satunya dengan pembaharuan pendidikan yang baik. Jadi pendidikan mempunyai peran penting dalam dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, pandai, dan berilmu pengetahuan yang luas, serta berahlakul karimah. Untuk meningkatkan salah satu tujuan pendidikan nasional yang mempunyai peran penting dalam pembentukan manusia yang berkarakter yaitu melalui pendidikan.

  Persoalan karakter bangsa pada saat ini bisa dikatakan sudah sangat menurun. Dan salah satu alternatif yang dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan menanamkan pendidikan moral dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini. Upaya pembentukan pendidikan karakter yang sesuai dengan bangsa ini tidak hanya teori-teori yang disampaikan di sekolah melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya kerja keras,toleran, cinta damai, tanggung jawab dan lain sebagainya.

  Salah satu upaya menanamkan pendidikan karakter yakni dengan media budaya. Karena nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai luhur yang bersumber dari suatu bangsa dari sejak zaman dahulu. Dalam kebudayaan menyangkut adanya karya sastra dan seni yang dapat dijadikan suatu sumber pendidikan karakter. Karena biasanya dalam suatu karya sastra maupun seni banyak terkandung berbagai isi yang dapat dijadikan teladan, hikmah, nasihat, pengajaran, maupun hukuman yang berkaitan dengan pembentukan karakter.

  Melalui karya sastra dan seni seseorang dapat menangkap makna maupun maksud yang terkandung didalamnya yang dapat menjadi sumber dalam membangun karakter diri manusia.

  Di Indonesia khususnya di tanah Jawa penanaman pendidikan karakter melalui karya seni sastra dan budaya diperkenalkan oleh wali songo, yakni sembilan wali yang berdakwah menyebarkan agama Islam. Ajaran-ajaran Islam ini disebarkan melalui berbagai media seperti syair, wayang, cerita, dan lain sebagainya yang dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat jawa.

  Setiap wali memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyebarkan agama Islam sehingga perbedaan ini menjadikan penyebaran Islam lebih bervariasi dan tidak monoton.

  Salah satu wali yang paling populer bagi masyarakat jawa adalah Sunan Kalijaga. Sebagaimana para wali lainnya, peran Sunan Kalijaga di dalam syiar agama Islam di tanah Jawa sungguh luar biasa. Karena Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai pengembara dari tempat satu ketempat lainnya, dari desa satu ke desa lainnya, dari kota satu ke kota lainnya di tanah Jawa tersebut tidak pernah lelah untuk menyebarkan ajaran Islam. Sehingga muncul suatu asumsi, Jawa”. Dan dalam berbagai cerita Sunan Kalijaga selalu dekat dengan rakyat awam dan selalu berpakaian seperti orang awam meski ia sebenarnya berasal dari keluarga pejabat pada masa itu (Khaelany, 2014:8).

  Banyaknya ragam warisan seni dan budaya serta peran yang dimainkan beliau sebagai Ulama, Dai, Guru, Penasehat Sultan, Dalang, dan peran-peran lainnya yang belum tergali itu menunjukkan betapa Sunan Kalijaga kaya akan konsep hidup pada umumnya yang masih relevan untuk diimplementasikan di semua zaman termasuk zaman Globalisasi sekarang ini (Hermawan, 2013 : 2).

  Dalam kisah kewalian, Sunan Kalijaga dikenal sebagai orang yang menciptakan “pakaian takwa”, tembang-tembang Jawa, seni memperingati Maulid Nabi yang lebih dikenal dengan sebutan Grebeg Maulud. Upacara

  

Sekaten (Syahadatain, pengucapan dua kalimat syahadat) yang dilakukan setiap

tahun untuk mengajak orang Jawa masuk Islam (Chodjim, 2015: 14).

  Salah satu karya besar sunan kalijaga adalah menciptakan suluk atau tembang. Sebenarnya tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga merupakan ajaran makrifat, ajaran mistis, dalam agama Islam. Meski banyak tembang yang tel ah diciptakannya, hanya tembang “ilir-ilir” yang dikenal masyarakat

  Jawa. Sehingga, kepopularitasan nama Sunan Kalijaga pula sangat dipengaruhi dengan beberapa karya sastra yang berkaitan dengan eksistensinya. Salah satunya yaitu melalui syair dalam tembang Ilir-ilir (Khaelany, 2014 : 9).

  Hingga sekarang, karya yang mengandung ajaran agar setiap manusia untuk memaknai kehidupannya dan mendekatkan diri dengan Tuhan selagi tradisional jawa. Karenanya, popularitas Sunan kalijaga juga dipengaruhi dengan kelestarian syair tembang ilir-ilir yang sampai sekarang masih dikenal oleh masyarakat Jawa (Khaelany, 2014 : 11).

  Syair ilir-ilir menggunakan bahasa jawa yang terdiri dari empat bait dengan tiga sampai empat baris disetiap baitnya. Masing-masing baris mengandung suatu pesan yang sangat mendalam yang berkaitan dengan nilai- nilai yang diperlukan untuk menciptakan susunan masyarakat yang baik dan bermartabat. Masing-masing baris tersebut saling sambung menyambung hingga menciptakan pemahaman dalam satu bait syair. Dengan syair ilir-ilir ini, sunan Kalijaga menyampaikan nilai-nilai kehidupan melalui bentuk permainan yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat. Sehingga ajaran- ajaran kehidupan yang cenderung susah difahami oleh masyarakat bisa menjadi kebiasaan sehari-hari.

  Berkaitan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter yang diwariskan Sunan Kalijaga melalui salah satu karya seni sastranya dengan j udul “Nilai Pendidikan Karakter Dalam Syair Ilir-ilir Karya Sunan Kalijaga ”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas. Maka perlu adanya rumusan masalah, yang akan dikaji dalam penelitian. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah Bagaimana nilai Pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga? 2. Bagaimana relevansinya nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam?

C. Tujuan penelitian

  Penelitian yang berjudul ”Nilai Pendidikan Karakter Pada Syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga” bertujuan:

  1. Untuk mengetahui nilai Pendidikan Karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga.

  2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir- ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Kegunaan Teoritik a.

  Memberikan Sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam.

  b.

  Menambah dan memberikan wawasan ilmu terhadap para guru pendidikan agama Islam.

2. Kegunaan praktis a.

  Sebagai pertimbangan untuk membina dan menanamkan karakter yang baik bagi pendidik dan peserta didik.

  b.

  Untuk dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan Islam di zaman modern ini.

   Kajian Pustaka

  Kajian Pustaka sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini. Untuk mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap penelitian- penelitian sebelumnya. Diantaranya sebagai berikut:

  Pertama , Skripsi oleh Putra Arief perdana yang berjudul Nilai-Nilai

  Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix y. Siauw, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2016. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter yang yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453.

  Kedua , Skripsi oleh Abdul Majid yang berjudul Pendidikan Karakter

  Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari Dalam Kitab Adab Al-„Alim Wa-Al Muta‟allim Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2016. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter yang yang terkandung dalam kitab Al- „Alim Wa-Al Muta‟allim.

  Ketiga, Skripsi oleh Aisyah Kresnaningtyas Jurusan Pendidikan Agama

  Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2016. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter Dalam Perspektif K.H. Ahmad Dahlan.

  Adapun persamaan ketiga skripsi tersebut dengan penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sunan Kalijaga.

F. Metode Penelitian

  Dalam penulisan ini terdapat beberapa hal pokok yang medasari penelitian yaitu jenis penelitian sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

  1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan atau penelitian

  library research karena dilakukan dengan mencari data atau informasi riset

  melalui membaca jurnal ilmiah. Buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2010 : 31).

  Pencarian data yang dilakukan adalah dimaksudkan agar mendapatkan data-data sesuai dengan tema penelitian dan termasuk data yang falid serta mendapatkan data mengenai sistematika penulisan yang benar.

  2. Sumber data a.

  Data primer Data yang ditulis langsung dari sumber penelitian (Dermawan, 2013 :13). Data primer dalam penulisan ini adalah naskah syair Ilir-ilir yang terdapat dalam buku Sunan kalijaga Guru Orang Jawa.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari dokumen atau laporan penelitian dari dinas atau instansi maupun sumber data lain sebagainya.

  c.

  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan. Dengan cara menjajagi buku-buku atau sumber tertulis lainnya yang relevan dengan judul skripsi yang disusun (Dermawan, 2013 : 163). Karena skripsi ini adalah bersifat literatur, sehingga penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang ada kaitannya dengan judul skripsi.

  d.

  Metode Analisis Data Metode analisis data yang pertama digunakan adalah dengan analisis secara induktif dan deduktif. Analisis induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari peristiwa khusus ke konkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981: 42).

  Metode deduktif adalah dari hal-hal atau teori yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Hadi, 1981: 42).

  Sebagai contoh adalah sebagai berikut : Ilir-ilir ilir-ilir Tandure wis sumilir Tak ijo royo-royo Tak sengguh penganten anyar yang terkecil berupa kata demi kata. Pemahaman dari kata-kata tersebut digunakan untuk memahami dari setiap makna setiap baris syair tersebut.

  Sehingga antar baris syair dapat di uraikan secara luas dan berkesinambungan sesuai dengan tema bahasan.

  Kedua adalah penggunaan content analysis. Yang dimaksud dengan content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya (Hadi, 1981: 15). Penggunaan dari setiap metode analisis data dengan metode yang sesuai sehingga didapatkan hasil yang maksimal

G. Penegasan Istilah 1.

  Nilai Pendidikan Karakter a.

  Nilai Nilai adalah suatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan- perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106).

  Nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut: kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering diberikan kepada orang lain dan kenyataan atau hukuman bahwa makin banyak pula nilai serupa yang dikembalikan dan diterima oleh orang lain (Abdul majid,2013: 42 ). Pendidikan Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem

  Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

  “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan 1spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara” (UU RI NO.20, 2003:3).

  Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip oleh Maunah, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Maunah, 2009: 4).

  Pendidikan yaitu sebagai bagian atau pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (Tirtarahardja dan Lasula, 2000: 36).

  Menurut Ahmad D. Marimba, sebagaimana yang dikutip oleh Suwanto, Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Maunah, 2009: 3).

  Jadi dari pendapat para ahli diatas pendidikan dapat diartikan usaha sadar dan terencana di dalam memberikan bimbingan ataupun bantuan kepada orang lain untuk mendapatkan pengetahuan dalam bentuk formal maupun informal.

  Menurut kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau watak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682).

  Jadi karakter yaitu nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dan dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma agama, hukum, dan adat istiadat (Zuchdi, 2013: 16).

  Jadi karakter dapat diartikan sebagai akhlak atau budi pekerti yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain dalam kehidupan sehari- hari.

  d.

  Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah usaha yang direncanakan secara bersama yang bertujuan menciptakan generasi penerus yang memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, baik dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengarahkan peserta didik pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai-nilai keluhuran. Ajaran yang berupa hal positif yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya (Samani, 2012: moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampun peserta didik untuk mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendidikan Islam

  Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (Arifin,2016: 7).

  Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu hidup didalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam. Jadi, Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia.

H. Sistematika Penulisan

  Penulisan skripsi ini harus bersifat sistematis, di dalam penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, jenis penelitian, sumber penelitian, tehnik pengumpulan data, metode analisis data, penegasan istilah, dan sistematika penulisan. pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, media pendidikan karakter, landasan pendidikan karakter, dan macam-macam pendidikan karakter.

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA. Bab ini menjelaskan tentang biografi Sunan Kalijaga yang meliputi riwayat hidup Sunan Kalijaga, masa muda, masa dewasa, perkawinan, guru-guru Sunan Kalijaga, dan Sunan Kalijaga sebagai seniman dan budayawan. Kemudian juga memaparkan gambaran umum Ilir-ilir, syair Ilir-ilir, dan pemikiran yang terkandung di dalam syair ili-ilir.

  BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Bab ini merupakan bab analisis yang meliputi nilai pendidikan karakter dalam syair Ilir-ilir karya Sunan kalijaga dan relevansi nilai pendidikan karakter dalam syair Ilir-ilir dengan pendidikan Islam .

  BAB V PENUTUP. Merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang memuat kesimpulan, saran, dan penutup. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

LANDASAN TEORI A.

   Pengertian Pendidikan

  Dalam arti khusus pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sejalan dengan pendapat Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Tafsir, 2014: 24). Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.

  Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

  “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan 1spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara ” (UU RI NO.20, 2003:3).

  Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan tidak hanya bertujuan membentuk peserta didik untuk pandai, pintar, berpengetahuan, dan cerdas tetapi juga berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, manusia karena kebudayaan merangkum berbagai hasil karya luhur manusia tersebut (Wibowo, 2012: 18).

  Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan pada intinya ialah suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan pengembangan tersebut dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh orang dewasa (pendidik) yang memiliki ilmu dan ketrampilan kepada anak didik guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, sehingga tercipta manusia sempurna yang berkarakter.

  Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.

  Sejak lahir anak sebagai individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya. Ia belajar dari ibunya bagaimana mengembangkan kemampuannya, belajar bagaimana bergaul baik dengan saudara-saudaranya, bersikap yang tertib terhadap orang tuanya serta orang lain. Intelegensi anak semakin lama semakin berkembang karena selalu dipergunakan dalam menghadapi berbagai jenis persoalan dan hambatan. Dengan terus berkembangnya seorang anak maka lambat laun seorang anak juga akan terjun langsung bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, secara tidak langsung maka seorang anak juga akan mendapatkan pendidikan selanjutnya yaitu pendidikan di luar keluarga, lain lingkungan keluarga memainkan peranan yang penting dalam perkembangan kepribadiannya sebagai kesatuan kehidupan, yang merupakan modal dasar untuk diperkembangkan lebih lanjut, sehingga manusia sebagai individu dapat mencapai taraf dan mutu kehidupan yang dicapai seseorang dalam kehidupan.

B. Pengertian Karakter

  Karakter berasal dari bahasa Inggris, character yang berarti watak, karakter, atau sifat. Dalam bahasa Indonesia, watak diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya (Nata, 2013: 163).

  Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat isdiadat (Zuchdi, 2013: 16).

  Menurut Thomas Liclona, karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya (wibowo, 2012: 32). menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Wibowo, 2012: 33).

  Karakter tesusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu moral

  knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behaviour (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan

  kebaikan, keinginan terhadap kebaikan, dan berbuat kebaikan. Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran, pembiasaan dalam hati, dan pembiasaan dalam tindakan (Fadlillah, 2014: 21).

C. Pengertian Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun, massyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya (Mulyasa, 2012: 69).

  Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Judiani, 2010: 282). mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik (Zubaedi, 2011: 19).

  Selain diatas, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha sadar (sengaja) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, melainkan pula untuk masyarakat secara keseluruhan (Fadlillah, 2014: 22).

  Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan akan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan.

D. Tujuan Pendidikan Karakter

  Berbicara tentang masalah pendidikan, tentu tidak bisa terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Namun, dimungkiri atau tidak, bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah sama. Artinya, tujuan pendidikan harus dapat menjadikan manusia untuk menjadi lebih baik, serta dapat mengembangkan segala kemampuannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pemerintah menyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah:

  

“Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta b ertanggung jawab” (UU RI NO.20, 2003: 6). adalah memfasilitasi pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah)

  

Diakses 11 Juli

2017).

  Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (file:///C:/Users/Windows 7/Downloads/Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter _ PENDIDIKAN KARAKTER.htm. Diakses pada 7 Juli 2017).

  Pendidikan karakter juga berupaya mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan batin manusia sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap luhur dan terpuji. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan dapat dilahirkan manusia yang memiliki kebebasan menentukan pilihannya, tanpa paksaan dan penuh tanggung jawab, yaitu manusia- manusia yang merdeka, dinamis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab, baik terhadap Tuhan, manusia, masyarakat, maupun dirinya sendiri (Nata, 2013: 165).

  Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Adanya pendidikan karakter harus diwujudkan dalam tindakan nyata, di sini ada unsur proses pembentukan nilai sikap yang didasari pada pengetahuan (Mulyasa, 2014: 9).

  Pada dasarnya, pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyai tiga sasaran yaitu:

  1. Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai kesinambungan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain.

  Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan menjaga serta memupuk jati dirinya. Dalam hal ini proses alih nilai dalam rangka proses pembudayaan.

  2. Dalam sistem nilai yang “dialihkan” juga termasuk nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, yang terpancar pada ketundukan manusia untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlak mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hubungan dengan Tuhan dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya. Implementasi alih nilai ini

  Dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya. Dalam hal ini, proses alih nilai merupakan proses pembinaan iptek (Muslich, 2011: 137).

  Tujuan pendidikan karakter adalah: 1. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

  2. Mengoreksi perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan.

  3. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama (Narwanti, 2011: 17).

  Zubaedi (2013: 18) berpendapat bahwa pendidikan karakter secara terperinci memiliki lima tujuan, yaitu:

  1. Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

  2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

  3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

  Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

  5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi penuh kekuatan.

E. Fungsi Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1.

   Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

  Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

  2. Fungsi perbaikan dan Penguatan

  Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

  3. Fungsi penyaring

  Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. a.

  Pengukuhan pancasila sebagai sebagai falsafah dan idiologi negara.

  b.

  Pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 45.

  c.

  Penguatan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  d.

  Penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika.

  e.

  Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk berkelanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global (Zubaedi, 2011: 18-19).

F. Media Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dan media massa.

  Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi seorang individu dimana manusia, sejak usia dini, belajar tentang baik buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Pendidikan di keluarga ini akan menentukan seberapa jauh seseorang anak dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa, memiliki komitmen tentang tindakan moral, dan menentukan bagaimana dia melihat dunia di sekitarnya.

  Keluarga adalah sekolah pertama bagi putra putrinya belajar. Dari sana mereka akan mempelajari sifat-sifat mulia seperti kasih sayang, kesopanan, dan juga tingkah laku. Keluarga adalah unit terkecil yang bisa menjadi pendukung anak dapat memiliki karakter yang baik atau juga karakter yang buruk, tergantung sumber yang ia pelajari, salah satunya yang paling utama adalah melalui pendidikan karakter pada lingkungan keluarganya.

  Setelah keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk manusia yang berkarakter. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab dan tata tertib.

  Melalui sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai norma dan juga mewariskan nilai-nilai budaya. Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik, tentunya memerlukan personalia pendidikan yang sesuai dengan perannya masing-masing. Pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Di sekolah seorang pendidik merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik menjadi anak-anak yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

  Negara juga memiliki tanggung jawab moral untuk melakukan pendidikan karakter. Kekuatan untuk menjalankan amanah Undang-undang sangat ditentukan oleh kekuatan hukum. Hal ini membawa konsekuensi bahwa pembangunan karakter bangsa ini sangat ditentukan oleh perilaku penegak hukum sebagai penjaga ketertiban dan ketrentaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk tujuan kesejahteraan, keadilan masyarakat, dan kedudukan mereka benar-benar kuat sebagai pejuang bangsa yang selalu ingin membawa bangsa ini pada kemajuan dan kesejahteraan (Zubaedi, 2012: 170).

  Upaya lembaga pendidikan dalam mendidik karakter peserta didik juga memerlukan dukungan dari media massa seperti televisi, internet, koran dan majalh. Media massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media massa sangat mempengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakatterutama anak-anak. Nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri anak melalui penglihatan maupun pendengaranyang dilihat dalam acara. Oleh karena itu, media massa bisa menjadi media yang efektif dan strategis untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.

  Pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan. Baik lembaga formal maupun informal. Semua unsur berperan dalam melakukan pendidikan karakter baik guru, orang tua maupun siapapun yang memiliki kepentingan untuk membentuk pribadi peserta didik atau anak.

G. Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia

  Dalam landasan pendidikan karakter di Indonesia, ada landasan-landasan yang dapat dijadikan rujukan. Landasan-landasan disini dimaksudkan supaya pendidikan karakter yang diajarkan, tidak menyimpang dari jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia. landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.

  1. Agama

  Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya, pendidikan karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama.

  Pendidikan karakter tidak boleh bertentangan dengan agama. Landasan ini sangat tepat bila diterapkan di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya beragama, yang mana mereka mengakui bahwa kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama. Dengan demikian, agama merupakan landasan yang pertama dan utama dalam mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.

  2. Pancasila

  Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda pemerintahan. Koesoema sebagaimana dikutip Fadlillah mengatakan bahwa Pancasila adalah kepribadian, pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, pandangan hidup yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan. Oleh karenanya, Pancasila ialah satu- satunya pandangan hidup yang dapat mempersatukan bangsa.

  Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, Pancasila harus dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Oleh karenannya, konteks pendidikan karakter dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara (Fadlillah, 2014: 33).

  3. Budaya

  Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Di daerah manapun di Indonesia, pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Maka, sudah menjadi keharusan bila pendidikan karakter juga harus berlandaskan pada budaya. Artinya, nilai budaya dijadikan sebagai dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia.

  4. Tujuan Pendidikan Nasional

  Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Fadlillah, 2014: 34). Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional ialah:

  “Mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

  ” (UU RI NO.20, 2003: 6).