MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM PAI BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - Test Repository

  

MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM

PAI BERBASIS KTSP

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu

Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

  

SKRIPSI

  DISUSUN OLEH:

  

AMIR DAFID

11103017

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2008

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: Amir Dafid dengan Nomor Induk Mahasiswa 11103017 yang berjudul: MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM PAI

BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

  telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Sabtu, 8 Maret 2008 M yang bertepatan dengan tanggal 1 Rabbi'ul

  

Awal H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah 08 Maret 2008 M .

  Salatiga, -------------------------- 1 Rabbi'ul Awal 1429 H.

PANITIA UJIAN

  

Muna Erawati. S.Psi, M.Si

NIP. 150 298 624

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 26 Februari 2008 Penulis

  A m ir Dafid NIM. 11103017

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  Muna Erawati, S.Psi, M.Si

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

  Salatiga, 26 Februari 2008

  NOTA PEMBIMBING Kepada Yth.

  Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar

  Ketua STAIN Salatiga

  Hal : Naskah Skripsi di

  Sdr. Amir Dafid

  Salatiga

  Assalamualaikum Wr. Wb

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Amir Dafid NIM : 111 03 017

  Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI

  SEKS DALAM

  Judul : MUATAN PENDIDIKAN

KURIKULUM PAI BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

  Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Pembimbing

  Muna Erawati. S.Psi, M.Si NIP. 150 298 624

  

Mono

  ^L uxaj s -L jjj " 4uu42xli Ajl

  V J

  

Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu

perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra : 32)

TergauCan bebas antara (awan jenis, terdbat atau

mendengarkan pembicaraan tentang percintaan, sentuhan

yang bernafsu, menyaksikan pornografi dan segaCa sesuatu

datum kaitannya dengan itu, dikarang seperti saat mereka

merasakan godaan seksuaC dan akan mengarah pada zina

(.

  Koibi, 1998:86)

  

T X R S X M BJK3iJK3T

Skripsi ini kupersembahkan kepada: Abi J{. A. Jathoni ihnu Shohari dan tlm m i J-fj.

  Durrotun Nasikha (AC-Mahbubatain) yang setiap saat seCaCu mendo'akan saya dan yang seCaCu memberikan dukungan baik m ord maupun materiC sehingga dapat terseCesaikanCah karya dmiah ini,

   Adinda J-fimrnatuC Xhairoh n Tv i N urut fauziyyah (AC-Mahbubatain) yang tiada hentinya setatu memberikan support kepada saya sehingga mampu bertahan datum menghadapi segaCa cobaan,

  ❖ S. S Si Muna Trawati T. i M, yang teCah meCuangkan waktunya untuk seCaCu membimbing saya dengan sabar dan seCaCu memberikan support dan m otivasi

   My friends white house (Tengkoe Qutaid S.Tdi, Jey S.Tdi, yahya S.Ag, QazuCCi S.Tdi, IVidi Chiko S.Tdi) yang seCaCu mewarnai kesedihanku dengan canda dan tawa.

   My souCmate (ani fahmawati, jannah, ony, nai'mah,

mba ief) yang bisa bikin sayajadi senang dan sedih.

   Temen-temen Tarbiyah khususnya TAI angkatan 2003 yang sama-sama merasakan manis pahitnya betdjar di STAIN SaCatiga n temen-temen from Thailand (Mr Abnadee, Mr Arrnien, M r Ttarong, Mr Tamiyyi)

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan melalui ajaran-ajarannya.

  Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan

  judul “MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM PAI

BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA” telah selesai.

  Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.

  Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

  2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

  3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

  4. Pembimbing Skripsi Muna Erawati S.Psi, M.Si atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

  5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

  Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum. AMIN.

  Salatiga, 26 Maret 2008 Penulis

  A m ir Dafid NIM. 111 03 07

  DAFTAR ISI

  

  

  BAB I I I : PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN BAB IV : PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA SEKOLAH MENENGAH PERTMA

  

  B. Materi Pendidikan Seks yang terdapat dalam Kurikulum PAI C. Materi Pendidikan Seks yang belum terdapat dalam Kurikulum

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Perbincangan masalah seksual oleh masyarakat umum dianggap sebagai hal yang tabu dan kurang etis (saru), apalagi kalau dibicarakan dengan anak- anak dan remaja. Hal ini teijadi karena masyarakat itu sendiri memaknai seksual dengan arti yang sempit yaitu "bersetubuh/ senggama". Pemaknaan yang sempit mengakibatkan seolah-olah anak dan remaja tidak perlu mengetahui atau bahkan tidak diwajibkan mengetahui. Padahal, sikap mentabukan seks terhadap remaja hanya mengurangi kemungkinan untuk membicarakannya secara terbuka tetapi, tidak menghambat terjadinya perilaku seksual yang melanggar norma hubungan seks itu sendiri.1 Kita tidak menyadari baik sebagai guru ataupun orang tua, bahwa masalah seksualitas adalah salah satu pendidikan seks yang harus diajarkan dan disosialisasikan.

  Pendidikan seks yang diajarkan janganlah semata-mata bertujuan mengisi pikiran-pikiran para remaja dengan pengetahuan tentang anatomi saja namun, tujuan ini lebih diarahkan pada pemahaman dan kesiapan para remaja dalam mengatasi kesulitan yang pelik dalam hidup mereka. Artinya, membekali kaum remaja dengan pengetahuan seks, pengarahan pada makna yang luhur, dan mengetahui kebiasaan yang benar dan bermanfaat.

  Adapun akibat dari sikap mentabukan masalah seks adalah perilaku seksual bebas (free seks) tanpa didasari norma-norma agama dan sosial yang

1 Sarlito Wirawan Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo, him. 162

  2

  berlaku. Menurut sarwono berdasar pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Ryde-Blomquist di Amerika dan Finlandia, frekuensi remaja yang sudah aktif secara seksual lebih banyak teijadi di kota-kota besar. Para remaja in umumnya berasal dari kalangan kulit hitam, kondisi sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, dan memiliki hubungan kurang harmonis dengan keluarga. Sebaliknya, di negara yang masih berkembang seperti Afrika

  (misalnya di Accra), aktivitas seksual di kalangan remaja jauh lebih tinggi, sebab pengetahuan mereka tentang seks tidak ada sama sekali. Masuknya agama Kristen di kota-kota besar mendorong intensifnya pendidikan seks secara formal dan dikenalnya bentuk keluarga sehingga aktivitas seksual o remaja dapat berkurang. Pendidikan seks dalam Islam bukan sesuatu hal yang tabu. Pendidikan seks akan menjadi wajib diajarkan untuk menghindarkan anak-anak atau remaja dari tindakan yang menyimpang, hal tersebut sesuai dengan Al-Quran yang memperbolehkan mengajarkan pendidikan seks kepada anak yang menginjak dewasa atau masa adolesen:*

  3

  1 Artinya: "Dan apabila anak-anakmu telah mencapai umur baligh, maka

  hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum kamu meminta izin". (QS. An-Nur : 59)

  1 Ibid. him. 162.

  3 Abdullah Nashih Ulwan. 1981. Pedoman Pendidikan Dalam Islam. Semarang : Asyifa. him. 574

  3

  Minimnya pengetahuan masyarakat tentang seks kemudian ditambah teknologi modem seperti internet, majalah-majalah pomo, VCD pomo yang menyajikan seks secara sempit dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku dan menyimpang dari syariat agama menempatkan masyarakat pada dilema. Mereka khawatir tanpa pendidikan seks anak-anak dapat terperosok pada perlikau seksual dini. Namun memberi pengetahuan seksual seakan-akan memberi kesempatan untuk mencobanya, orang tua membayangkan pendidikan seks yang pernah diterapkan di Amerika Serikat justru mengakibatkan tingginya tingkat free seks atau seks pra nikah. Hal ini teijadi sebab pendidikan Barat memang cenderung bebas nilai sedangkan hal ini bertentangan dengan moralitas atau keluar dari sistem nilai kita.4 Masyarakat berharap pendidikan seks dibalut dan sarat dengan nilai-nilai.

  Akhirnya, para pendidik dituntut untuk mengajarkan pada murid pengetahuan yang didasarkan pada perspektif agama.

  Pendidikan seks yang kita harapkan adalah pendidikan yang membawa pada nilai moralitas baik sosial maupun agama. Dalam pendidikan seks bukan hanya orang tua yang mengajarkan masalah seksual tapi guru pun wajib mengajarkan pada anak didiknya, walaupun tidak bisa kita pungkiri bahwa yang lebih berperan dalam memberikan masalah pendidikan akhlaq apalagi masalah seksual adalah orang tua. Kita juga tidak bisa mengesampingkan peranan pusat pendidikan atau sekolah. Sekolah merupakan pusat pendidikan yang memiliki peranan penting, di mana anak-anak menghabiskan waktunya

  Bimbingan Seks Bagi Remaja M uslim Buku Pegangan untuk 4 Shahid Athar. 2003. Orang Tua dan Remaja.

  Jakarta : Pustaka Zahrah, him. 6.

  4

  sekitar 7 jam di sekolah. Anak-anak yang duduk di bangku SLTP merupakan para remaja yang sedang melewati masa pubertas. Tantangan terberat masa ini adalah bagaimana mengendalikan gejolak seksualitas yang tinggi akibat pertumbuhan organ-organ reproduksi namun perkembangan mentalnya belum matang. Orang tua, guru adalah pihak yang sentral untuk mendampingi mereka melewati masa ini dengan baik dan sehat.

  Dengan demikian guru memiki peran teramat penting dalam hal pendidikan seksualitas ini. Ramayulis mengungkapkan, bahwa tugas seorang guru adalah membimbing dan membawa peserta didik ke arah kedewasaan berpikir kreatif dan inovatif.5 Kedewasaan berpikir merupakan salah satu jalan membuka kesadaran penuh para anak didik terhadap bentuk-bentuk perilaku seksual seperti apa yang akan dipilih dengan masing-masing konsekwensinya.

  Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis tentang materi pendidikan seks apa saja yang ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan materi pendidikan seks apa saja yang belum terdapat dalam kurikulum PAI berbasis KTSP apabila dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah

B. Penegasan Istilah

  Skripsi ini beijudul MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM PAI BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH

  PERTAMA. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam rangka mengartikan 5 Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, him 56.

  5

  kalimat tersebut, maka disini penulis memberikan penegasan ke arah pembahasan yang sesuai dengan penulis kehendaki.

1 Muatan

  Muatan dalam bahasa inggris adalah content (isi). Sedangkan menurut Soetopo merupakan perincian bidang pengajaran untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.6

  2. Pendidikan

  Pendidikan adalah transfer ilmu dan nilai. Sedangkan menurut Marimba adalah bimbingan sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju kepribadian yang utama7

  3. Seks

  Seks adalah jenis kelamin8 yakni manusia mempunyai dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Sedangkan pendidikan seks adalah upaya pengajaran dan penerangan masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah yang berkenaan dengan seks, naluiri dan perkawinan9

  4. Kurikulum

  Kurikulum secara umum adalah pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Subandijah mengungkapkan bahwa kurikulum adalah sebagai rangkaian maksud yang terorganisasikan dengan baik yang berbeda (tujuan, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum.

  6 Hendyat Soetopo. 1986. Jakarta : Bina v Aksara, him. 33.

  Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.

  7 Ahmad. D. Marimba. 1989. Bandung : Al- Ma;rif, him. 19.

  

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta : Balai Pustaka. Jakarta, him. 104

9 Abduloh Nashih Ulwan. 1992. pendidikan seks. Bandung : remaja rosda karya, him. 1.

  6

  isi, evaluasi dan sebagainya , yaitu penggabungan antara elemen tersebut ke dalam suatu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain kurikulum adalah sistem10

  5. Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajadan agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.11 1

  2

  6. Berbasis

  Berbasis adalah berdasarkan pada/berfokus pada. Maksudnya berbasis berdasarkan pada suatu ketentuan atau aturan yang sudah ditetapkan sebagai acuan dalam suatu sekolah untuk mencapai tujuan

  7. KTSP

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun, dilaksanakan oleh satuan pendidikan yang sudah siap dan bisa dikembangkan dengan memperhatikan undang-undang no 20

  12 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

  10 Subandijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : Raja Grafmdo persada, him. 35.

  

Metodologi Pendidikan Agama Islam.

  " Ramayulis. 2005. Jakarta: Kalam Mulia, him 56 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis.

  12 E. Mulayasa. 2007. Bandung : remaja rosda karya, him. 12.

  7

  C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Materi pendidikan seks apa saja yang ada di dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP?

  2. Materi pendidikan seks apa saja yang belum terdapat dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP apabila dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama?

D. Tujuan Dan Kegunan Penelitian

  1. Tuj uan Penelitian

  a. Mengetahui materi pendidikan seks yang ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP

  b. Menganalisis materi pendidikan seks yang belum ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP apabila dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama

  2. Kegunaan Penelitian

  a. Menjadi masukan bagi penyempurnaan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP yang berkaitan dengan pengembangan materi kurikulum dikaitkan dengan pendidikan seks

  8

  b. Memberi masukan bagi pendidik akan pentingnya pendidikan seks pada remaja dimana dalam penyampaiannya harus memperhatikan perkembangan psikologinya.

  c. Menambah pengalaman bagi pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya

E. Tinjauan Pustaka

  Skripsi yang membahas masalah pendidikan seks antara lain: Konsepsi

  Pendidikan Seks Menurut Imam Nawawi al-Bantani (Studi Analisis atas Kitab Uqud al-Lujain).13 Skripsi ini lebih memfokuskan pada konsep hubungan

  suami istri dalam garis rumah tangga. Konsep yang ditawarkan oleh Imam Nawawi antara lain mengenai pengendalian syahwat dan keharaman memandang selain muhrimnya.

  Menurut Hidayah, dalam pengendalian syahwat ini bisa ditanggulangi dengan puasa. Karena dengan puasa, manusia dapat membentengi dirinya dari nafsu seksual yang menghantarkan pada perbuatan syetan. Puasa juga mengandung makna ubudiyyah sehingga manusia akan merasa malu ketika akan mengerjakan perbuatan negatif dalam keadaan berpuasa.

  Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Nurudin Kus Waini yang berjudul

  "Pendidikan Seks Dalam Islam"14 juga lebih memfokuskan pada etika,

  bagaimana adab/ tata cara yang baik dan terpuji yang mengandung nilai-nilai akhlaq, yaitu cara atau adab yang baik dalam melakukan hubungan seksual:

  13 Miftahul hidayah. 2002. Konsep Pendidikan Seks M enurut Imam Nawawi Al-Bantani (Studi Kasus Atas Kitab Uqud Al-lujain). Salatiga : STAIN Salatiga, him. 36

  14 Ahmad Nuruddin Kus Waini. 2003. Pendidikan Seks Dalam Islam. Salatiga : STAIN Salatiga, him. 42.

  9

  a. Suami hendaknya jangan suka main paksa

  b. Istri hendaknya jangan berbuat "nusyuzs" atau sewenang-wenang

  c. Suami istri hendaknya jangan melanggar hak seksual yang lain, dengan alasan ibadah sekalipun d. Memulai dengan berdoa

  e. Suami istri hendaknya tidak saling memandang alat kelamin masing- masing.

  Kemudian, ada skripsi yang berjudul "Konsep Pendidikan Seks Untuk

  Remaja Menurut Perspektif Islam"15 yang ditulis oleh Ardiansyah yaitu

  mengenai penjelasan materi pendidikan apa sajakah yang diberikan kepada remaja secara Islami. Dalam hal ini penulis membagi pada dua materi: 1) Materi Umum

  Dalam materi umum ini meliputi pendidikan rohani, pendidikan fikir dan pendidikan jasmani.

  2) Materi Khusus Dalam materi ini meliputi macam-macam air yang keluar dari kelamin, mimipi basah, haid dan lain sebagainya.

  Skripsi ini lebih memfokuskan pada materi-materi yang berhubungan dengan masalah seksual dan metode bagaimana cara menyampaikan materi pendidikan seks yang baik pada remaja, seperti metode ceramah, tanya jawab dan sebagainya. Ardiansyah mengatakan, Islam memberikan perhatian yang

  15Bambang Ardiansyah. 2002.

  Konsep Pendidikan Seks Untuk Remaja M enurut Perspektif Islam.

  STAIN Salatiga. Salatiga, him. 42.

  10

  serius terhadap pendidikan, hal ini dapat dilihat dari pesan-pesan agama yang dirujuk langsung dari sumbernya yaitu Al-Quran dan Hadist.

  a). Kurikulum PAI bebasis KTSP Secara umum kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan KBM

  (Kegiatan Belajar Mengajar). Dalam proses pendidikan, kurikulum menempati posisi yang menentukan. Ibarat dunia perfilman, kurikulum sebagai produser yang mengatur jalannya perfilman tersebut. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan. Menurut Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan yang sudah siap dan bisa dikembangkan dengan memperhatikan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.16

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mempunyai beberapa karakteristik yang masing-masing karakteristik tersebut didiskripsikan sebagai berikut:17

  1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan 2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi 3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional 4) Tim keija yang kompak dan transparan

  Sebenarnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu sendiri merupakan modifikasi dari kurikulum sebelumnya sehingga dalam tujuan

  16E. Mulayasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung : remaja rosda karya, him. 12.

17 Ibid. him. 29.

  11

  yang akan dicapai dalam kurikulum ini tidak jauh dari kurikulum sebelumnya yaitu mengenai peningkatan kecerdasan, kepribadian, akhlaq mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri yang semua ini biasa kita kenal dengan sebutan kognitif, afektif dan psikomotorik, b). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

  Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku sehingga dapat

  • 1Q

  memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar.1 8 19 2

  Dalam pengembangan kurikulum berbasis KTSP pendidik perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya

  2) Beragam dan terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, dan seni 4) Relevan dengan kebutuhan 5) Menyeluruh dan berkesinambungan 6) Belajar sepanjang hayat 7) Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal 18 Subandijah. Op. Cit him. 36.

  19 Op.Cit. him. 146.

  20 Op Cit M m.

  15.

  12

  c). Pengertian remaja secara umum.

  Remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.21 Lebih lanjut lagi Salman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian

  {independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap

  nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.22 2

  3 World Health Organization (WHO) menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja dan memberikan definisi konseptual yang memuat tiga (3) kriteria yaitu: biologik, psikologik dan sosial ekonomi, secara lengkap definisi tersebut adalah: Remaja adalah suatu masa di mana:

  1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual.

  2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

  3) Teijadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Menurut Daradjat sebagaimana dikutip oleh Miqdad, remaja adalah anak pada masa peralihan d i antara masa anak-anak mengalami perubahan

  21 Hasan Basri. 2004. Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya. £ Yogyakarta :Mitra Pustaka, him. 4.

  22 Syamsu Yusuf. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya, him. 184.

  23 Op.Cit. him. 9.

  13

  cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, masa ini mulai kira-kira umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun.24

  Sarwono mengemukakan, untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan petimbangan sebagai berikut:25

  1) Usia sebelas tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

  2) Di banyak masyarakat Indonesia, usia sebelas tahun sudah dianggap aqil baligh, baik menurut adat ataupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memberlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial). 3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa, seperti tecapainya identitas diri, tercapainya fase genital dan perkembangan psikoseksual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohl Berg) (kriteria psikolog).

  4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu memberi peluang bagi mereka yang sampai batas tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat) belum dapat memberikan pendapat sendiri.

  24Akhmad Azhar Abu Miqdad. 2001. Pendidikan Seks bagi Remaja M enurut Hukum hlam . Yogyakarta : Mitra pustaka, him. 33.

  Op.Cit 25 him. 14-15.

  14

  5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan. Hal itu karena masih sangat penting di masyarakat secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diberlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, definisi remaja di sini dibatasi khusus untuk yang belum menikah, d). Pendidikan seks.

  Remaja ibarat pohon yang tinggi yang gampang goyah oleh tiupan angin, remaja masih rentan dengan perkembangan kejiwaannya yang mudah emosi, mudah berubah pikiran, remaja tidak selalu stabil (labil) karena pengaruh-pengaruh tertentu. Perkembangan yang mempunyai pengaruh kuat terhadap timbulnya gejolak jiwa pada remaja yang dirasakannya adalah masalah perkembangan seksual. Dengan perkembangan dan perubahan- perubahan tersebut menyebabkan bertambahnya keinginan remaja untuk mengetahui semua sifat perubahan itu.

  Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya remaja mencari informasi masalah seksual lewat sumber-sumber yang tak bertanggung jawab seperti film-film porno, majalah dan mitos-mitos yang tidak logis tentang seks yang tak jelas siapa penggagasnya. Disinilah pentingnya pendidikan seks pada remaja sebagaimana pendapat Boyke yang dikutip Utami bahwa pendidikan tentang seks sebenarnya perlu diberikan orang tua pada anak usia

  15

  dini agar anak lebih bisa memahami keunikan dirinya.26 2 Dengan demikian

  7 untuk menghambat pada perilaku penyimpangan seksual pada remaja dibutuhkan informasi yang bertanggung jawab.

  2

  8

  Pendidikan seks menurut Ulwan adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang di berikan kepada anak sejak mereka mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga, jika anak telah tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui mana yang halal dan mana yang haram. Pendidikan seks mempunyai tujuan tertentu, seperti diungkapkan oleh Halstead bahwa tujuan mempelajari seksualitas membantu anak muda untuk mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, mengurangi rasa bersalah, rasa malu dan kecemasan akibat tindakan seksual, mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual dan mengurangi kasus infeksi melalui seks.

  Adapun definisi pendidikan seks menurut Al-Ghawshi adalah memberikan pengetahuan yang tepat kepada anak untuk menghadapi persiapan adaptasi secara baik dengan perilaku-perilaku seksual pada saat yang akan datang dengan maksud dapat mendorong sang anak untuk melakukan suatu kecenderungan yang logis dan benar dalam masalah- 26 Ruth Hesti Utami. 29 Agustus 2005. A rtikel Perutnya Pendidikan Seks Sejak Dini.

  Jakarta : Sinar Harapan, him. 1.

  27 Abdullah Nashih Ulwan. Op.Cit. him. 572.

  28 Michail Reiss J. Mark Halstead. 2006. Pendidikan Seks Bagi Remaja Dari Prinsip Ke

  16

  masalah seksual dan reproduksi.29 Dengan adanya pendidikan seks dan tujuan tersebut dapat membawa ramaja pada kehormatan diri, mampu mengendalikan diri dari penyimpangan-penyimpangan hasrat seksual dan remaja dapat menghadapi peliknya masalah yang sedang menghadangnya.

  Adapun bentuk dari materi pendidikan seks untuk remaja yang disajikan dalam kurikulum menurut Fanani adalah:30 1) Pertumbuhan dan perkembangan seksual, seperti jadwal bagi pubertas, perubahan-perubahan fisik selama pubertas dan kebutuhan untuk berkeluarga. 2) Fisiologi sistem reproduksi, seperti bagi gadis: organ, menstruasi.

  Sedangkan bagi para pemuda seperti organ dan dorongan seksual. 3) Konsepsi, perkembngan janin dan kelahiran

  4) Penyakit menular seksual (penyakit kelamin,aids) menekankan aspek islami 5) Aspek-aspek mental, emosi dan sosial dari pubertas 6) Etika sosial, moral dan agama.

  7) Bagaimana menghindari pengaruh negatif teman sebaya dan lingkungan Dari tinjauan pustaka di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang kurikulum PAI Berbasis KTSP pada Sekolah Menengah

  Pertama dan kaitannya dengan materi pendidikan seks. Dari berbagai macam tulisan tentang pendidikan seks yang pernah penulis baca, semuanya

  Seks Education For Children Panduan Islam Bagi Orang Tua 29 Yusuf Madan. 2004. dalam Pendidikan Seks Untuk Anak. Jakarta : Mizan Publika, him. 144.

  30Achmad Fanani. 2004. Pendidikan Seks untuk Keluarga Muslim. Yogyakarta : Orchid, him. 108.

  17

  memfokuskan tentang pengertian pendidikan seks, materi dan metode pendidikan seks. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk meneliti pendidikan seks di sekolah yang difokuskan pada materi PAI dalam kurikulum PAI Berbasis KTSP.

  F. Metode Penelitian

  1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tentang pendidikan seks remaja yang sesuai dengan tingkat perkembangan. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai model library research?1 dikarenakan meneliti bahan-bahan pustaka dengan menggunakan rujukan teori-teori yang dikemukakan para tokoh yang kompeten dalam masalah ini, seperti tokoh psikologi, tokoh pendidikan Islam.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi. Menurut Mueller yang dikutip Roza adalah ilmu yang membahas masalah sikap manusia disebabkan oleh hubungannya dengan nilai nilai yang ada. Dalam pendekatan ini menggunakan potensi psikis anak untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan emosi kejiwaan anak, terutama yang berhubungan dengan masalah seksualitas.

  2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer berupa Kurikulum PAI berbasis KTSP Sekolah Menengah Pertama. Adapun sebagai bahan

  Metodologi Penelitian.

31 Moh. Nasir. 1988.

  Jakarta : Ghalia Indonesia, him. 62. ° Abdul Rozak. 2001. Cara Memahami Islam (Metodologi Studi Islam). Bandung : Gema Media Pusakata, him. 149.

  18

  sekunder adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Menengah Pertama yang menggunakan rujukan kurikulum PAI berbasis KTSP, dan karya-karya ilmiah yang ada kaitannya langsung dengan tema skripsi ini.

  3. Teknik Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (icontent analisys). Content analisys atau analisis dokumen menurut

  Arikunto adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang

  33 didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, ataupun tulisan.

  Langkah-langkah yang digunakan dalam skripsi ini adalah:

  a. Mencermati kurikulum yang ada dalam kurikulum PAI bebasis KTSP

  b. Menganalisis materi Pendidikan Agama Islam yang termasuk materi pendidikan seks c. Melakukan analisis terhadap materi pendidikan seks yang belum terdapat dalam kurikulum PAI berbasis KTSP apabila dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa usia Sekolah Menengah Pertama

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mengetahui tujuan dari pada penelitian, penulis menghadirkan "pendahuluan". Dalam pendahuluan atau bab pertama penulis memasukan latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan

  

Manajemen Penelitian.

33 Suharsini Arikunto. 1998. Jakarta: Rineka Cipta, him. 321.

  19

  kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Untuk mengetahui "pertumbuhan dan perkembangan seksual remaja usia Sekolah Menengah Pertama" penulis menerangkannya pada bab kedua.

  Bab ini berisi pengertian remaja usia Sekolah Menengah Pertama, pertumbuhan dan perkembangan seksual ditinjau dari segi biologis, pertumbuhan dan perkembangan remaja usia Sekolah Menengah Pertama ditinjau dari segi psikologi.

  Bab ketiga "pendidikan seks dalam perspektif Pendidikan Agama Islam". Bab ini terdiri atas pengertian pendidikan seks, dasar dan tujuan pendidikan seks dalam Pendidikan Agama Islam, materi pendidikan seks bagi remaja usia Sekolah Menengah Pertama dalam Pendidikan Agama Islam Untuk mengetahui "pendidikan seks dalam kurikulum PAI berbasis KTSP pada Sekolah Menengah Pertama" penulis menghadirkan materi pendidikan seks secara umum, materi pendidikan seks yang terdapat dalam kurikulum PAI Berbasis KTSP di Sekolah Menengah Pertama, materi pendidikan seks yang belum terdapat dalam kurikulum PAI berbasis KTSP Sekolah Menengah

  Peartama dan menghadirkan bagaimana format KTSP materi PAI di SMP yang memiliki muatan pendidikan seks yang dipandang sesuai dengan kaidah- kaidah hukum Islam Adapun bab yang terakhir adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKSUAL REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA A. Pengertian Remaja Usia Sekolah Menengah Pertama Remaja menurut Zakiah Daradjat adalah anak yang pada masa peralihan

  diantara masa anak-anak dan masa dewasa, di mana anak-anak mengalami masa perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak- anak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, tetapi mereka adalah remaja yang berumur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun1. Batasan usia remaja ini masih kontroversial dan bervariasi dalam tingkatannya, dikarenakan permulaan menarche (permulaan menstruasi) bagi seorang perempuan berbeda-beda. Ada yang berumur 10 tahun, 12 tahun bahkan ketika dia sudah menginjak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) baru mendapatkan menstruasi. Hal ini disebabkan oleh faktor biologis dan psikologis.

  Remaja menurut Rumani dan Sundari adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.2 Dalam perkembangan ini meliputi pertumbuhan fisik seperti tinggi/ panjang tubuh pria dan wanita, pertumbuhan berat badan, dan sebagainya. Perubahan psikis seperti merasa puas, senang, bahagia teijadi sesuai dengan apa yang diinginkan.

  Kesehatan M ental.

  1 Zakiah Darajat 1975. Jakarta: Gunung Agung, him. 106.

  Perkembangan Anak dan Remaja.

  2 Sri Rumini Siti Sundari. 2004. Jakarta : Rineka Cipta, him. 54.

  21

  Definisi remaja menurut Mulyono dinyatakan dalam rentangan usia antara umur 13-15 tahun sampai sekitar 21 tahun. Lebih lanjut B ambang Mulyono mengemukakan ciri-ciri masa remaja, yaitu:3 Pertama, mengalami perkembangan fisik, kedua mengalami perkembangan rohani.

  Batasan usia rata-rata rentangan usia siswa SMP adalah berkisar umur 13 sampai 15 tahun. Rentang usia ini diperoleh dari rata-rata anak mulai masuk sekolah SD umur 7 tahun. Pendiskripsian usia siswa SMP ini sangat diperlukan karena sangat mendukung untuk mengetahui perkembangan siswa tersebut. Remaja pada usia 13 sampai 15 tahun ini tergolong pada masa remaja awal. Pada masa ini remaja mengalami berbagai kesukaran karena perubahan jasmani yang mereka alami. Pertumbuhan jasmani ini mencakup pula pertumbuhan organ dan kelenjar seks, sehingga mereka merasakan adanya dorongan-dorongan seksual yang belum pernah mereka alami sebelumnya kemudian berakibat pada pergaulan.

  Dari uraian di atas, pengertian remaja usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa (tahap remaja awal) sekitar usia 11/12 tahun sampai 14/15 tahun, di mana pada masa tersebut anak-anak mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan fisik, psikologis, maupun perubahan cara berfikir (intelektual). Hal ini belum bisa dikatakan sebagai orang dewasa, karena mereka secara biologis telah berkembang menjadi dewasa namun, secara psikologis dan sosial masih belum matang. Sehingga banyak kemungkinan remaja akan mengalami gejolak

3 Y. Bambang Mulyono. 2006. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan Penanggulangannya. Yogyakarta : Kanisius. Yogyakarta, him. 16.

  22

  emosi yang membuat mereka mudah goyah dan mudah melakukan apa saja terutama masalah seksual karena rasa ingin tahu.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual Ditinjau dari Segi Biologis

  1. Pertumbuhan fisik pada remaja usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) Secara umum, teijadinya perubahan dan perkembangan fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal adalah antara umur 12, 13, 17, dan 18 tahun. Dalam jangka 3 atau 4 tahun anak tumbuh hingga tingginya mencapai hampir menyamai tinggi orang tuanya.4 Pertumbuhan angota-anggota badan dan otot-otot sering berjalan tidak seimbang. Pada masa pertumbuhan ini ada perbedaan yang mencolok bagi dua jenis kelamin. Bagi laki-laki, mulai muncul penonjolan-penonjolan pada otot, dada, lengan, paha dan betis. Bagi wanita mulai muncul tubuh yang berbeda dengan tubuh anak-anak. Dalam hal kecepatan pertumbuhan, nampak jelas pada usia 12 sampai 14 tahun remaja putri tumbuh begitu cepat dan meninggalkan pertumbuhan laki-laki.

  Remaja putri maupun putra mengalami pertumbuhan yang mengarah lebih memanjang daripada melebar. Pertumbuhan anggota badan yang tidak seimbang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan badan dan keharmonisan gerak. Perasaan remaja dengan pertumbuhan yang tidak seimbang itu mengakibatkan kecemasan, seperti yang diungkapkan oleh Daradjat, dikutip oleh Andi Mapiarre bahwa di antara hal yang kurang menyenangkan bagi remaja adalah adanya beberapa bagian tubuh yang sangat cepat

4 Andi Mapiarre. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional, him. 48.

  23

  pertumbuhannya, sehingga mendahului bagian yang lain seperti kaki, tangan, hidung yang mengakibatkan kecemasan, kemudian mereka melihat tubuhnya yang kurang bagus itu dengan berdiri di muka kaca untuk melihat apakah pertumbuhannya itu wajar atau tidak.5 Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ridho bahwa salah satu karakteristik manusia adalah suka memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.6

  Menurut Mulyono, perkembangan fisik meliputi segi pertumbuhan tinggi dan berat badan, untuk remaja pria sendiri dimulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun sedangkan remaja putri dimulai umur 7,5 sampai 11,5 tahun yang ditandai dengan adanya karakteristik kelamin primer dan sekunder.7 Karakteristik kelamin primer pada remaja pria adalah pengeluaran sperma, menegangnya alat kelamin pada saat tertentu, sedangkan pada remaja putri adalah loncatan sel telur (ovulasi) dan menstruasi (pengeluaran sel telur yang tak dibuahi dengan lendir dan darah). Karakteristik kelamin sekunder pada remaja pria adalah tubuh menjadi lebih jantan, suara menjadi besar dan pecah, tumbuhnya bulu pada bagian-bagian tetentu, sedangkan pada remaja putri mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangan buah dada dan anggota-anggota badan lainnya.

  2. Perkembangan Psikoseksual Pengertian seks mencakup dua aspek yaitu seks dalam arti sempit dan seks dalam arti luas. Pembahasan seks dalam pengertian sempit meliputi hal-

5 Ibid. him. 49.

  M anajemen Pubertas Panduan Ampuh Orangtua Melejitkan 6 Akram Ridha. 2006. Kepercayaan Diri Remaja.

  

Bandung : Syaamil Cipta Media, him. 117.

  Op. Cit.

  7 him. 16-17

  24

  hal yang bersifat biologis dan berbentuk jasmaniah, seperti masalah-masalah hormon-hormon seksual, anatomi dan proses faal alat kelamin, proses o kehamilan, pencegahan kehamilan, kelainan seksual dan penyakit kelamin .

  Sedangkan seks dalam arti luas meliputi berbagai macam dimensi baik itu fisiologis, kultural dan sosial. Dimensi fisiologis meliputi fungsi faal dan organ seks termasuk di dalamnya menstruasi kehamilan. Dimensi kultural meliputi perbedaan peran laki-laki dan perempuan, sedangkan dimensi sosial meliputi perencanaan keluarga

  Dalam perkembangan psikoseksual, Freud membagi ke dalam beberapa fase yaitu8

  9