BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

  1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a.

   Pengertian LKS

  Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak (printed). Menurut Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

  work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan

  oleh peserta didik. Surachman yang dikutip oleh Widjajanti (2008 : 1), LKS merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah. Hal ini diperkuat oleh Slamet (Widjajanti, 2004 : 15) bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal berupa kemampuan awal siswa dan faktor eksternal berupa pendekatan pembelajaran.

  Prastowo (2009 : 204) menerangkan lebih rinci bahwa LKS adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar - lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk - petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Hidayah menerangkan bahwa LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran (Majid, 2013 : 371).

  8 LKS bertujuan untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Majid (2013 : 371) menerangkan bahwa lembar kerja (LK) atau lembar tugas (LT) dimaksudkan untuk memicu dan membantu siswa melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu pemahaman, keterampilan, dan / atau sikap.

  Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan alat bantu pembelajaran berupa lembaran-lembaran tugas.

  LKS bertujuan untuk memudahkan siswa dalam belajar dan memahami konsep suatu materi. Penyusunan LKS harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, sehingga dapat memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.

  b. Komponen LKS Penyusunan LKS mempunyai beberapa komponen yang perlu dicermati. Komponen

  • – komponen LKS harus sesuai dengan kriteria LKS yang baik. Majid (2013 : 371) menjelaskan bahwa komponen Lembar Kerja atau Lembar Tugas yaitu : 1) Informasi Informasi hendaknya „menginspirasiā€Ÿ siswa utuk menjawab / mengerjakan tugas. Informasi dapat diganti dengan gambar, teks, tabel, dan benda konkret.

  2) Pernyataan Masalah Pernyataan masalah hendaknya menuntut siswa untuk menemukan strategi/ cara memecahkan masalah.

  3) Pertanyaan/ Perintah Pertanyaan/ perintah hendaknya merangsang siswa untuk menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah dan/atau berimajinasi/ mengkreasi.

  4) Pertanyaan dapat bersifat terbuka atau membimbing (guide).

  c. Fungsi dan Tujuan LKS Lembar kerja Siswa (LKS) harus disusun sesuai fungsi dan tujuan yang jelas. Prastowo (2012 : 205) menjelaskan pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran, maka tidak bisa lepas dari pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS itu sendiri. Penjabaran dari masing- masing kajian tersebut, sebagai berikut : 1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan; 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

  LKS yang disusun dengan baik dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran. Penyusunan LKS (Sumiati, 2011 : 172) mempunyai tujuan sebagai berikut :

  a) Menyiapkan kondisi siswa untuk siap belajar sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

  b) Membimbing siswa untuk memproses hasil belajarnya (menemukan atau membuktikan konsep yang dipelajarinya).

  c) Memotivasi siswa untuk belajar mandiri.

  d) Memperkaya konsep yang telah siswa pelajari (perolehan hasil belajar) untuk diterapkan di dalam kehidupan nyata.

  d. Karakteristik LKS Penyusunan LKS perlu memperhatikan beberapa karakteristik yang baik. Karakteristik yang dimiliki sebuah LKS menurut Rustaman (Majid,

  2013 : 374) adalah: 1) Memuat semua petunjuk yang diperlukan siswa; 2) Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dan kosa kata yang sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna; 3) Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa; 4) Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan siswa; 5) Memberikan catatan yang jelas bagi siswa atas apa yang telah mereka lakukan.

  6) Memuat gambar yang sederhana dan jelas.

  e. Langkah-Langkah Aplikatif Membuat LKS LKS sebagai alat bantu pembelajaran terdiri dari judul, tujuan kegiatan, alat dan bahan yang digunakan, langkah kerja, dan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS harus mempunyai sistematika yang baik. Langkah-langkah penyusunan LKS menurut Diknas 2014 (Prastowo, 2012 : 212) sebagai berikut : 1) Melakukan Analisis Kurikulum

  Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Tujuan analisis adalah untuk menentukan kompetensi - kompetensi yang memerlukan bahan ajar LKS. Langkah analisis dilakukan dengan mempelajari materi pokok, pengalaman belajar, materi ajar, dan indikator yang harus dimiliki oleh peserta didik.

  2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat penting untuk mengetahui jumlah

  LKS yang harus ditulis dengan mempertimbangkan sekuensi atau urutan LKS.

  3) Menentukan Judul-Judul LKS Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.

  4) Penulisan LKS Langkah - langkah yang sistematis dalam penulisan LKS sebagai berikut : a) Merumuskan kompetensi dasar

  Perumusan KD pada suatu LKS diambil dari rumusan dalam kurikulum yang mengacu pada Permendiknas No.22 tahun 2006. b) Menentukan alat penilaian Penilaian dapat dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Mulyasa (2010 : 205) menerangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian yaitu : 1) Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi; 2) Mengggunakan acuan kriteria; 3) Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan; 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut; 5) Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.

  c) Menyusun materi Materi LKS sangat bergantung terhadap kompetensi dasar yang ingin dicapai.

  d) Memperhatikan struktur LKS.

  Struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Bagan langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut :

  Analisis Kurikulum Menyusun Peta Kebutuhan LKS

  Menentukan Judul-Judul LKS

   Menulis LKS

  Merumuskan KD Menentukan Alat

  Menyusun Materi Memperhatikan Struktur Bahan Ajar

Gambar 2.1 Alur Penyusunan LKS (Trianto, 2009 : 190) f. Cara Menggunakan LKS

  Pendekatan media LKS harus dapat dilakukan dengan baik dalam proses pembelajaran. Sumiati (2011 : 173) menjelaskan cara menggunakan LKS, yaitu : 1) Sebelum proses pembelajaran, guru perlu menetapkan bahwa LKS dapat dikerjakan secara individu, berpasangan atau berkelompok.

  2) Guru memberikan arahan siswa, untuk mengerjakan sesuai dengan pokok bahasan/ sub pokok bahasan yang akan dipelajari.

  3) Guru memberikan bimbingan dan tuntunan (bukan menunjukkan) kepada siswa untuk menemukan konsep hasil belajar secara mandiri.

  4) Guru bersama siswa membahas hasil pengerjaan LKS pada akhir proses pembelajaran.

  5) Guru memberi komentar atau tanggapan yang positif terhadap LKS, agar pengerjaan LKS lebih bermakna.

g. Kriteria LKS yang Baik

  Penyusunan LKS dapat membantu peserta didik menemukan suatu konsep, memberikan arah pembelajaran, dan penguatan dalam kegiatan belajar. Hendro (Widjajanti, 2008 : 2-5) menjelaskan bahwa LKS yang digunakan harus memenuhi kriteria bahan ajar yang baik, antara lain : 1) Syarat Didaktik

  LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat - syarat didaktik yang dapat dijabarkan, sebagai berikut : a) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran.

  b) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.

  c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP.

  d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.

  e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. 2) Syarat Konstruksi

  Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Syarat - syarat konstruksi tersebut, yaitu : a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.

  b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal - hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Hindarkan kalimat kompleks.

2) Hindarkan “kata-kata tak jelas, misalnya “mungkin”,“kira-kira”.

  3) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda. 4) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.

  c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

  d) Hindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

  e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

  f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.

  g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.

  h) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. i) Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. j) Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya meliputi kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya. 3) Syarat Teknis

  a. Tulisan 1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

  2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

  3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

  4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

  5) Usahakan agar perbandingan ukuran huruf dengan ukuran gambar serasi.

  b. Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/ isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. c. Penampilan Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isi LKS.

  2. Matematika Departemen Pendidikan Nasional (2009 : 1) menerangkan bahwa matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dipelajari di setiap jenjang sekolah mulai sekolah dasar, sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Salah satu ciri khas dari matematika adalah berpola pikir deduktif, konsisten, dan memiliki materi yang bersifat spiral hierarkhis. Pembelajaran materi matematika harus diikuti tahap demi tahap, karena materi saling terkait dan bertingkat.

  Penguasaan materi pelajaran matematika dibagi menjadi 4 tahap aktivitas menurut Departemen Pendidikan Nasional (2009 : 1), yaitu : a. Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Tahap ini perlu penggunaan benda konkret sebagai alat peraga.

  b. Tahap pemahaman konsep adalah tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Penggunaaan alat peraga dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

  c. Tahap pembinaan keterampilan yaitu tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap pengajaran ini menggunakan latihan-latihan dan tidak memerlukan alat peraga. d. Tahap penerapan konsep merupakan penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

  Karakteristik pembelajaran matematika di sekolah berdasarkan Suherman (Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 7) sebagai berikut: 1) Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap).

  Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah kekonsep yang lebih sukar. 2) Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral.

  Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan menaik). 3) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.

  Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Menentukan pendekatan pembelajaran harus yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan deduktif, tetapi masih campur dengan deduktif.

  4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

  Kebenaran-kebenaran dalam matematika merupakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lain.

  Peraturan Mendiknas No.23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mata pelajaran Matematika SD/MI (Departemen Pendidikan Nasional, 2009 : 7), sebagai berikut :

  a) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat- sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

  b) Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

  c) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

  d) Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

  e) Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan.

  g) Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.

3. Model Pembelajaran Quantum a. Pengertian Model Pembelajaran Quantum

  Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan potensi anak dengan menyediakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan adalah pembelajaran quantum. Hal ini diperkuat oleh pendapat Huda (2014 : 192) menyatakan bahwa quantum learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan. Penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan minat, sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh.

  Quantum adalah interaksi mengubah energi menjadi cahaya.

  Interaksi - interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar mencakup unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi tersebut mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.Quantum Teaching meliputi petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (De Porter, 2003 : 4-5).

  Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa

  Quantum Learning menyediakan bermacam-macam interaksi yang mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif dan dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. Model Pembelajaran Quantum menekankan pada interaksi di lingkungan kelas dengan memaksimalkan momen belajar. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan suasana belajar yang menyenangkan.

  b. Asas Utama Model Pembelajaran Quantum

  Penerapan model pembelajaran Quantum harus sesuai asas dan prinsip yang jelas. De Porter (2003 : 6) menyatakan bahwa asas dari

  

Quantum Teaching adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan

Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksud asas tersebut adalah

  segala sesuatu yang ada di dalam diri seorang guru harus mampu membawa siswa untuk dapat memahami, mencoba dan menerapkan dalam kehidupan. Langkah utama untuk menerapkan asas tersebut adalah memasuki dunia siswa, sehingga dapat mempermudah penerapan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Penerapan asas tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

  c. Prinsip Model Pembelajaran Quantum

  Model Pembelajaran Quantum mempunyai lima prinsip atau kebenaran tetap yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran. De Porter (2003 : 7) menguraikan prinsip model pembelajaran quantum, sebagai berikut :

  1) Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan pada pembelajaran tersebut. Semua anggota tubuh dapat dijadikan alat untuk pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

  2) Segalanya Bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Guru perlu membuat perencanaan pembelajaran agar proses belajar mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. 3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama.

  Proses pembelajaran yang baik yaitu siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama materi yang dipelajari.

  Partisipasi siswa secara langsung dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

  4) Akui Setiap Usaha.

  Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Siswa patut mendapat pengakuan atas kepercayaan dan kepercayaan diri mereka. 5) Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan.

  Perayaan merupakan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

d. Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Quantum

  Prinsip-prinsip dalam pembelajaran Quantum yang dinyatakan dengan kerangka TANDUR (De Porter, 2003 : 88) yaitu : 1) Tumbuhkan

  Seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan meriah. Pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran dan memanfaatkan pengalaman mereka agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Strategi yang dilakukan dapat menggunakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita (De Porter, 2003 : 89). 2) Alami

  Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pembelajaran akan lebih mudah dengan memanfaatkan pengetahuan dan rasa ingin tahu siswa. Strategi pada tahap ini menggunakan jembatan keledai, permainan, dan simulasi. Proses belajar dapat dilakukan secara kelompok dan menyediakan kegiatanyang dapat mengingat kembali pengetahuan yang sudah dimiliki siswa (De Porter, 2003 : 90). 3) Namai

  De Porter (2003 : 91) menerangkan penamaan adalah tahap pembelajaran quantum untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat, dan sebagainya.

  4) Demonstrasi Strategi pembelajaran quantum pada tahap ini adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga siswa dapat menghayati sebagai pengalaman pribadi.

  5) Ulangi Guru harus dapat memastikan bahwa siswa tersebut sudah menguasai materi. Siswa dapat diminta untuk mengulangi konsep materi dengan cara memeriksa kembali hasil kegiatan yang telah dikerjakan untuk memperkuat pemahaman dalam bentuk latihan.

  Pengulangan perlu dilakukan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa pemahaman terhadap pembelajaran yang dialami siswa. 6) Rayakan

  Siswa perlu mendapat pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

  Perayaan memberikan rasa puas telah menyelesaikan dengan menghargai usaha, ketekunan, kesuksesan, dengan mengakui setiap orang atas prestasi mereka. Strategi yang digunakan untuk merayakan tersebut dengan pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung dan pemberian hadiah.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kerangka rancangan model pembelajaran quantum sesuai gambar berikut : Tumbuhkan

  Alami Namai

  Demonstrasikan Ulangi

  Rayakan

Gambar 2.2 Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Quantum 4. Bilangan Bulat

  a. Kelas/ Semester : IV/ II

  b. Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

  c. Standar Kompetensi :

  5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat

  d. Kompetensi Dasar : 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat.

  e. Indikator : 5.2.1 Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan positif.

  5.2.2 Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan negatif.

  5.2.3 Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan positif.

  5.2.4 Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan negatif.

  f. Tujuan Pembelajaran: 1) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif dengan positif.

  2) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif dengan negatif 3) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan positif 4) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan negatif.

  g. Materi Ajar : Daerah terdingin di permukaan bumi adalah kutub utara dan kutub selatan. Suhu di kedua tempat tersebut dapat mencapai angka di bawah

  C (diberi tanda

  • – atau negatif). {..., -3, -2, -1} adalah himpunan bilangan bulat negatif, sedangkan {1, 2, 3, 4, 5,...} adalah himpunan bilangan bulat positif.{0, 1, 2, 3, 4, 5,...} merupakan himpunan bilangangan-bilangan bulat tidak negatif atau himpunan bilangan- bilangan cacah. Selanjutnya {1, 2, 3, ...} dinamakan himpunan bilangan- bilangan bulat positif, dan {..., -3, -2, -1} dinamakan himpunan bilangan- bilangan bulat negatif, dan {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,..} dinamakan himpunan bilangan- bilangan bulat. Contoh penggunaan bilangan bulat : a) Tinggi helikopter sekitar 30 meter di atas permukaan laut.

  b) Bilangan bulat terdapat pada skala termometer.

  Penjumlahan bilangan bulat dapat diperagakan menggunakan Manik Bintar. Aturan yang harus diperhatikan yaitu : 1) Nilai dari setiap manik bintar, sebagai berikut :

  = manik positif = +1 = 1 = manik negatif = (-1) = (-1)

  = manik berpasangan = 0 (nol) 2) Setiap bilangan bulat mempunyai lawan. Pengurangan sama dengan penjumlahan dengan lawan dari bilangan pengurangan. a + b = a

  • – (-b) a - b = a + (-b)

  Macam-macam operasi penjumlahan bilangan bulat, sebagai berikut : a) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan positif.

  Contoh : 4 + 3 = ..... Langkah penyelesaian : 1) Letakkan manik-manik positif sejumlah 4 buah di papan

  “Manik Bintar”.

  2) Letakkan manik-manik positif yang berjumlah 3 buah secara berurutan.

  3) Hitung manik yang tidak berpasangan. 4) Karena semua manik tidak berpasangan, maka jumlah seluruh manik yang bernilai positif adalah .....

  5) Jadi 4 + 3 = .....

  b) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan negatif.

  Contoh : 7 + (-9) = .....

  1) Letakkan manik-manik positif sejumlah 7 buah di papan “Manik Bintar”.

  2) Manik-manik tidak sejenis yang terdiri dari 7 manik positif dan 9 manik negatif, sehingga letakkan secara berpasangan manik-manik negatif secara berpasangan. Masukkan manik negatif sebanyak 9 buah.

  3) Setelah semua manik-manik berpasangan, lalu hitung manik-manik yang tersisa atau manik-manik yang tidak mempunyai pasangan.

  Jika manik berpasangan, maka bernilai nol. 4) Jumlah manik yang tidak berpasangan adalah ..... buah manik negatif. Sisa manik merupakan hasil penjumlahan.

  Jadi 7 + (-9) = .....

  c) Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan positif.

  Contoh : -6 + 8 = ..... 1) Letakkan manik-manik negatif berjumlah 6 buah di papan

  “Manik Bintar”.

  2) Karena manik-manik tidak sejenis, maka pasangkan manik positif sejumlah 8 buah.

  3) Manik yang berpasangan bernilai nol. Hitung sisa manik yang tidak mempunyai pasangan. Sisa manik tersebut adalah hasil penjumlahan. 4) Jumlah yang tidak berpasangan adalah ..... buah manik positif. 5) Jadi -6 + 8 = .....

  d) Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan negatif.

  Contoh : -1 + (-3) = .....

  Langkah penyelesaian :

  1) Tempelkan 1 buah manik negatif di papan tulis “Manik Bintar”.

  2) Karena jenis manik sama yaitu manik negatif, maka letakkan 3 buah manik negatif pada papan tulis secara berurutan.

  3) Manik-manik tidak ada yang berpasangan, hitung semua manik di papan tulis.

  4) Jumlah semua manik yang ada di papan “Manik Bintar” adalah..... 5) Jadi -1 + (-3) = ....

  Berdasarkan contoh-contoh operasi penjumlahan bilangan bulat tersebut, diperoleh aturan tanda :

Tabel 2.1 Aturan Tanda Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat No Operasi Penjumlahan Aturan Tanda

  1 a + b Hasil positif (+)

  

2 Hasil tergantung nilai a dan b,

a + (-b) a > b maka hasil positif (+) a < b maka hasil negatif (-)

3 Hasil tergantung nilai a dan b,

  • a + b a > b maka hasil positif (-) a < b maka hasil negatif (+) 4 -a + (-b) Hasil negatif (-) B.

   Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yang bernama Susiani, dkk dalam jurnal pendidikan dasar volume 3 tahun 2013 berjudul “Pengaruh Model

  Pembelajaran Quantum terhadap Kecerdasan Sosio

  • – Emosional dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Banyuning . Hasil penelitian tersebut, yaitu :

  (1) terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran quantum terhadap prestasi belajar IPA, (2) ada peningkatan kecerdasan sosio-emosional yang cukup signifikan pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

  

Quantum , (3) ada perbedaan kecerdasan sosio-emosional dan prestasi belajar

  yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran quantum dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Langkah- langkah pembelajaran

  “Tandur” membuat siswa belajar dengan cara mereka sendiri.

  Kajian lain yang relevan yaitu penelitian mahasiswa Program Guru dalam Jabatan Universitas Tadulako pada Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol.

  2 No.3 ISSN 2354-614X yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA

  Khususnya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SD N Inpres Matamaling

  ”. Hasil penelitian memberikan masukan kepada penyelenggara pendidikan bahwa pembelajaran quantum yang telah dilaksanakan di SD N Inpres Matamaling dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendorong semangat belajar siswa untuk memacu prestasi belajar. Pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi energi dan perubahannya.

  Perbedaan kedua penelitian tersebut yaitu penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum terhadap Kecerdasan Sosio –

  Emosional dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Banyuning

  merupakan jenis penelitian eksperimen yang memberikan masukan bahwa pembelajaran quantum sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang berjudul

  “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SD N Inpres Matamaling

  ” merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Hasil temuan pada penelitian tersebut terdapat peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD N Inpres Matamaling.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang membiasakan siswa untuk belajar secara menyenangkan. Siswa yang telah melakukan treatment sudah terbiasa untuk aktif berinteraksi dengan siswa maupun guru.

  Oleh karena itu, peneliti mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar. Produk pengembangan ini menekankan pembelajaran yang menyenangkan melalui model pembelajaran quantum. Kerangka praktis proses pembelajaran yaitu strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Lembar kerja menekankan siswa aktif untuk menemukan konsep penjumlahan bilangan bulat dengan cara bermain “Manik Bintar (Bilangan Bulat Pintar)”.

C. Kerangka Berpikir

  Proses pembelajaran perlu sarana atau media pendukung yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar matematika menjadi titik awal bagi siswa untuk memahami konsep materi matematika. Tidak semua materi matematika mudah dipahami siswa, sehingga perlu lembar kerja yang membantu siswa dalam belajar. Kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep materi bilangan bulat dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa.

  Keberadaan LKS dan media pembelajaran merupakan komponen penting yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Pengembangan LKS sebagai salah satu bahan ajar menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan. Peneliti mengembangkan LKS matematika berbasis model pembelajaran quantum materi bilangan bulat sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

  Penelitian pengembangan ini menggunakan model pembelajaran

  

quantum dengan pendekatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,

  Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Produk penelitian ini melalui tahap pengujian produk sebelum digunakan. Jika produk telah dinyatakan valid, maka LKS dapat digunakan secara optimal. Penggunaan LKS matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum materi bilangan bulat di kelas IV sekolah dasardiharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

  LKS dan media pembelajaran merupakan komponen penting yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

  Berdasarkan wawancara, observasi, dan analisis terhadap LKS Matematika di kelas IV SD menunjukkan bahwa LKS Matematika yang menjadi acuan belajar tersebut termasuk pada kriteria cukup baik dan kurang baik.

  Pengembangan LKS Matematika Materi Bilangan Bulat Kelas IV SD Model Pembelajaran Quantum diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi beajar siswa.

  LKS Matematika Materi Bilangan Bulat Berbasis Model Pembelajaran Quantum Kelas IV SD telah valid.

  Penerapan LKS Matematika Materi Bilangan Bulat Berbasis Model Pembelajaran Quantum

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir di atas, maka rumusan hipotesis sebagai berikut :

  1. Kondisi faktual penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) di kelas IV sekolah dasar ada kekurangan.

  2. Mengetahui pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar.

  3. Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika berbasis pembelajaran quantum materi bilangan bulat di kelas IV sekolah dasar dinyatakan valid.

  4. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum efektif digunakan di kelas IV sekolah dasar.

  5. Penilaian guru terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar dinyatakan baik.

  6. Respon siswa terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar dinyatakan baik.

E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

  Produk yang dihasilkan dalam penelitian yaitu LKS matematika materi bilangan bulat model pembelajaran quantum di kelas IV SD. LKS memuat beberapa langkah-langkah yaitu: (1) Halaman Judul (Cover); (2) Kata Pengantar; (3) Daftar Isi; (4) Petunjuk Penggunaan LKS; (5) Peta Konsep; (6) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran; (7) Petunjuk Khusus Pengerjaan LKS; (8) Bagian Inti (Materi Bilangan Bulat dengan menerapkan pembelajaran quantum); (9) Daftar Pustaka.