STRATEGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BURUH DI KOTA TANGERANG

  

STRATEGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BURUH DI

KOTA TANGERANG

Skripsi

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Kebijakan Publik

  

Oleh:

Raden Dendy Yudha Prawira

NIM. 6661110702

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, NOVEMBER 2015

  

SELALU BEKERJA KERAS UNTUK MERAIH HASIL YANG

MEMUASKAN.

  Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang selalu mendoakanku tiada henti serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi serta doa dan dukungannya.

  

ABSTRAK

Raden Dendy Yudha Prawira. 6661110702. 2015. Skripsi. Strategi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi

Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Ipah Ema Jumiati, M.Si; Dosen

Pembimbing II, Yeni Widyastuti, M.Si.

  Program jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan kepada buruh yang relatif mempunyai kedudukan yang lemah dan penuh dengan resiko kerja. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam menyelenggarakan jaminan sosial dihadapkan oleh beberapa masalah seperti, pertumbuhan kepesertaan lambat, kurangnya komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, kurangnya sosialisasi kepada buruh, kurangnya kesadaran perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi BPJS ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis SWOT menurut Siagian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya strategi yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang karena beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain adalah buruh melakukan demo dan perusahaan masih keberatan dengan iuran yang harus dibayarkan. Faktor internal antara lain kurangnya sosialisasi kepada buruh, kurangnya kesadaran yang dimiliki perusahaan, kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan, buruh tidak setuju terhadap perubahan regulasi JHT, dan belum berubahnya pola pikir perusahaan dan buruh tentang program jaminan sosial. Saran penelitian agar strategi BPJS Ketenagakerjaan lebih optimal adalah meningkatkan intensitas sosialisasi kepada buruh dan meningkatkan kesadaran perusahaan tentang program jaminan sosial untuk kesejahteraan buruh agar meningkatkan produktivitas buruh.

  Kata Kunci : Jaminan Sosial, Kesejahteraan, Strategi.

  

ABSTRACT

Raden Dendy Yudha Prawira. NIM 6661110702. 2015. Thesis. Strategy of

Employment Institution of Social Security to Improve the Welfare of Workers in

City of Tangerang. Public Administration Departement. The Faculty of Social

st

and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1 Advisor, Ipah Ema

nd Jumiati, M.Si; 2 Advisor, Yeni Widyastuti, M.Si.

  

The social security program is a form of protection, maintenance, health

improvement and prosperity with a relatively weak position and risky position.

Institution of social security employment organize social security that faced some

issues such as slow membership growth, the lack of communication with the City

of Tangerang Department of Labor, the lack of socialization to workers, and lack

of the company awareness. The purpose on this research was to determine the

strategy of employment institution of social security to improve the workers

prosperity in the city of Tangerang. The methods used on this research is

qualitative descriptive. This research used the theory of SWOT analysis technique

by Siagian. This research result showed that the employment institution of social

security strategy is not optimal because by several factors that come from internal

factors and external factors. External factors such as the workers held a

demonstration and the company still objected to the dues to be paid. Internal

factors such as the lack of socialization to workers, lack of company awareness,

the lack of guidance by the institution of social security employment, the workers

do not agree to changes the regulation of old age insurance, and the mindset of

the company and the workers of the social security program. Recommendation

from this research are increase the intensity of socialization to workers, increase

company awareness of the importance of social security programs for the workers

prosperity to increase workers productivty.

  Keywords: Prosperity, Sosial Security, Strategy

KATA PENGANTAR

  Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Atas berkat rahmat, karunia dan ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  “Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang.”

  Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi, dan nasihat, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, perkenankan dengan rendah hati dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  

i

  3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos. M.Si. sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwianna W, M.Ikom. sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Gandung Ismanto, S.Sos. M.M sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Rahmawati, S.Sos. M.Si. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos. M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, serta dosen pembimbing I yang telah memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama proses bimbingan berlangsung.

  8. Yeni Widyastuti, S.Sos. M.Si, dosen wali akademik dan pembimbing II yang telah membimbing peneliti selama masa perkuliahan dan selama proses penyusunan skripsi ini yang telah memberikan saran dan arahan kepada peneliti.

  9. Dosen-dosen serta staff pada Program Studi Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti.

  10. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Mamah dan Papah yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta doa kepada peneliti.

  11. Sahabat terdekat peneliti Khaerinisa, Ratu Arum Sukmaningtyas, Rosmalasari, Shara Anggariani dan Muhamaad Frayogi yang selalu memberikan dukungan, doa serta motivasi kepada peneliti.

  ii

  12. Teman-teman seperjuangan terutama kelas B Administrasi Negara, terima kasih teman-teman telah membantu dalam penelitian ini, susah senang semenjak awal bertemu sampai sekarang tidak akan pernah terlupakan.

13. Sahabat terdekat peneliti dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Danu

  Anggada, Hana Amadea, dan Ikhfa Latifa Dinar yang telah memberikan motivasi, doa, dan selalui memberikan semangat kepada peneliti sehingga skirpsi ini dapat diselesaikan.

  14. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

  Selain itu, peneliti sebagai penyusun skripsi ini menyadari bahwa akan adanya kekurangan, oleh karena itu peneliti juga mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penelitian ini. Karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi untuk perbaikan penelitian ini demi untuk penyempurnaan penelitian ini.

  Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan bagi para pembaca penelitian ini nantinya.

  Tangerang, November 2015 Raden Dendy Yudha Prawira NIM. 6661110702 iii

  DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR................................................................................................ i DAFTAR ISI

  ………………………………………………………………...............iv

  DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ ..x

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

  1.2 Identifikasi Masalah................................................................................ 31

  1.3 Batasan Masalah...................................................................................... 31

  1.4 Rumusan Masalah....................................................................................31

  1.5 Tujuan Penelitian..................................................................................... 31

  1.6 Manfaat Penelitian................................................................................... 32

  1.7 Sistematika Penulisan...............................................................................32

  iv

  

v

  2.3 Kerangka Berpikir..................................................................................53

  3.4.1 Definisi Konsep............................................................................60

  3.4 Variabel Penelitian................................................................................ 60

  3.3 Lokasi Penelitian................................................................................... 59

  3.2 Fokus Penelitian.................................................................................... 58

  3.1 Metode Penelitian.................................................................................. 57

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  2.4 Asumsi Dasar..........................................................................................56

  2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................................49

  BAB II DESKRIPSI TEORI

  2.1.7 Kajian BPJS Ketenagakerjaan......................................................45

  2.1.6 Definisi Buruh.............................................................................. 44

  2.1.5 Analisis SWOT.............................................................................43

  2.1.4 Proses Manajemen Strategi...........................................................40

  2.1.3 Definisi Manajemen strategi.........................................................39

  2.1.2 Definisi Strategi........................................................................... 37

  2.1.1 Definisi Manajemen......................................................................36

  2.1 Deskripsi Teori...................................................................................... 36

  3.4.2 Definisi Operasional.................................................................... 60

  

vi

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang..............................................74

  4.4.1 Strengths (Kekuatan).....................................................................95

  4.4 Analisis Hasil Penelitian.........................................................................95

  4.3 Informan Penelitian................................................................................93

  4.2 Deskripsi Data........................................................................................91

  4.1.4 Tugas dan Fungsi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang..........84

  4.1.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.......82

  4.1.2 Gambaran Umum BPJS Ketenagakerjaan....................................79

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian....................................................................74

  3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................. 62

  BAB IV PEMBAHASAN

  3.8 Jadwal Penelitian................................................................................... 73

  3.7.2 Uji Keabsahan Data..................................................................... 71

  3.7.1 Teknik Analisis Data.................................................................... 69

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................... 69

  3.6.2 Jenis dan Sumber Data................................................................. 69

  3.6.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 64

  3.6 Informan Penelitian............................................................................... 63

  4.4.2 Weaknesses (Kelemahan)...........................................................118

  

vii

  4.4.3 Opportunities (Peluang)..............................................................140

  4.4.4 Threats (Ancaman).....................................................................149

  4.5 Pembahasan..........................................................................................157

  4.5.1 Strengths (Kekuatan)..................................................................157

  4.5.2 Weaknesses (Kelemahan)............................................................161

  4.5.3 Opportunities (Peluang)..............................................................165

  4.5.4 Threats (Ancaman).....................................................................167

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan...........................................................................................175

  5.2 Saran.....................................................................................................177

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

  1.1 Peserta PT Jamsostek Kota Tangerang Tahun 2012-2013.................................... 9

  1.2 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Kota Tangerang.................................. 18

  1.3 Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang Mendekati Usia Pensiun Tahun 2014- 2015..................................................................................................................... 22

  1.4 Pertumbuhan Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014............................................................................................................ 25

  1.5 Perbedaan Jumlah Peserta BPJS Ketenagakerjaan di Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014...........................26

  3.1 Definisi Operasional Penelitian............................................................................ 61

  3.2 Informan Penelitian.............................................................................................. 64

  3.3 Pedoman Wawancara............................................................................................ 66

  3.4 Jadwal Penelitian.................................................................................................. 73

  4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang..............................75

  4.2 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013..............................................77

  4.3 Jumlah Angkatan Kerja, Pengangguran, dan Partisipasi Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun 2011-2013................................................................................78

  4.4 Informan Penelitian..............................................................................................94

  4.5 Matriks Analisis SWOT.....................................................................................172

  

viii

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

  2.1 Kerangka Berpikir................................................................................................ 55

  3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman....................................................... 70

  4.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang...............................83

  

ix

DAFTAR LAMPIRAN

  x

  LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN II Member Check LAMPIRAN III Pedoman Wawancara LAMPIRAN IV Matriks Hasil Penelitian LAMPIRAN V Dokumentasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pembangunan sektor perburuhan di Indonesia secara umum ditunjukan untuk mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja, dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Pembangunan sektor perburuhan ini merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Hal ini merupakan wujud dari pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik materiil maupun spiritual.

  Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peran serta pekerja atau buruh dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai semakin besarnya kemungkinan tantangan dan risiko yang akan dihadapinya ke depan. Oleh karena itu kepada buruh diperlukan adanya suatu perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan sehingga nantinya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional. Selain itu, perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

  Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan diselenggarakan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja. Program ini lebih ditekankan pada perlindungan kepada buruh yang relatif mempunyai kedudukan yang lemah dimana pada kenyataannya buruh berada pada posisi yang penuh dengan resiko dimana resikonya adalah kecelakaan kerja, sakit akibat kerja, kematian, datangnya hari tua dan terjadinya PHK yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan tenaga kerja dan keluarganya sehingga pekerja terpaksa tidak dapat bekerja untuk sementara waktu, bahkan bisa untuk selamanya, dan penghasilannya akan berkurang atau mungkin juga terhenti. Oleh karena itu perusahaan memikul tanggung jawab kepada setiap pekerja atau buruhnya dari resiko yang mungkin saja bisa terjadi di kemudian hari sehingga perusahaan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan buruh dan keluarganya dengan baik.

  Alasan utama yang melandasi mengapa jaminan sosial perlu diberikan kepada setiap pekerja atau buruh adalah karena selain jaminan sosial dapat melindungi pekerja atau buruh dari resiko-resiko yang tidak terduga, juga karena jaminan sosial secara ekonomi maupun sosial tidak merugikan baik kepada publik yang sia-sia melainkan sebuah bentuk investasi sosial yang menguntungkan dalam jangka panjang. Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

  Bagi tenaga kerja apa yang dinamakan program jaminan sosial sangatlah dibutuhkan untuk menjamin keselamatan para tenaga kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Karena bisa dibayangkan apabila tenaga kerja yang bekerja tanpa adanya suatu jaminan sosial diluar upah yang selama ini mereka dapatkan maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap semakin melemahnya kinerja dan perlindungan bagi para tenaga kerja. Oleh karena itu, memperbaiki dan meningkatkan jaminan sosial tenaga kerja merupakan bagian terpenting dari salah satu usaha pemerintah dan masyarakat disamping upah yang cukup serta syarat kerja yang manusiawi, karenanya usaha untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja sering tidak dapat dilepaskan dari usaha perbaikan upah. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja/buruh dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan dunia usaha.

  Upaya perlindungan buruh tidak terlepas dari usaha perusahaan untuk mengikutsertakan pekerja atau buruhnya menjadi anggota jaminan sosial tenaga kerja yang secara tidak langsung dapat menimbulkan perasaan aman dan tenteram dari perusahaan yang mengikutsertakanburuhnya sebagai anggota program jaminan sosial tenaga kerja adalah dapat menumbuhkan motivasi buruhnya dalam bekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.

  Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan sistem jaminan sosial agar dapat dirasakan seluruh elemen masyarakat di Indonesia diawali dengan lahirnya Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) serta pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.

  Dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Indonesia telah memiliki sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara untuk melaksanakan sistem jaminan sosial nasional ini. Setelah diresmikan menjadi Undang-Undang No.40 tentang SJSN pada tanggal 19 Oktober 2004, 4 bulan berselang UU SJSN kembali mendapatkan masalah dimana beberapa daerah di Indonesia datang ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk meminta menguji UU SJSN terhadap UUD Negara RI penetapan 4 BUMN tersebut dan memberi peluang bagi daerah untuk membentuk BPJS Daerah (BPJSD).

  Keputusan MK ini semakin memperumit penyelenggaraan jaminan sosial di masa transisi dan pembangunan kelembagaan SJSN yang semula diatur dalam satu paket peraturan dalam UU SJSN, kini harus diatur dengan UU BPJS.Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) pun akhirnya baru terbentuk. Pemerintah secara resmi membentuk DJSN lewat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 110 tahun 2008 tentang pengangkatan anggota DJSN pada tanggal 24 September 2008.Pembahasan RUU BPJS pun berjalan alot antara Tim Kerja Menko Kesra dan Tim Kerja Meneg BUMN, yang notabene keduanya adalah Pembantu Presiden, tidak mencapai titik temu. RUU BPJS tidak selesai dirumuskan hingga tenggat peralihan UU SJSN pada 19 Oktober 2009 terlewati. Kemudian pada tahun 2010 DPR mengambil alih perancangan RUU BPJS namun perdebatan konsep BPJS kembali muncul bahkan area perdebatan bertambah, selain bentuk badan hukum penentuan siapa BPJS dan berapa jumlah BPJS juga diperbebatkan DPR dan Pemerintah. Pada akhirnya pro dan kontra perancangan RUU BPJS berakhir pada 29 Oktober 2011 dimana DPR RI sepakat dan kemudian mengesahkannya menjadi Undang-Undang setelah melalui proses yang panjang.

  Setelah disahkan oleh DPR RI,lahirlah Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk melaksanakan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). BPJS ini berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip portabilitas, kepesertan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.

  Pembentukan Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini guna memberikan kepastian hukum bagi pembentukan BPJS untuk melaksanakan program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ini merupakan pelaksanaan dari pasal 5 ayat (1) dan pasal

  52 Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset, dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Dengan Undang- Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maka dibentuk BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah penyelenggara jaminan sosial.

  BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelekaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Dengan dibentuknya BPJS Ketenegakerjaan tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara bertahap, serta diharapkan kesejahteraan akan meningkat secara merata di seluruh Indonesia.

  Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik yang ditugaskan khusus oleh pemerintah Indonesia untuk menyelenggarakan program jaminan sosial seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk pekerja formal dan informal, Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI, penerima pensiunan pegawai negeri sipil dan TNI/POLRI dan badan usaha lainnya ataupun rakyat pada umumnya. Disamping itu, berdasarkan pasal

  14 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyatakan bahwa setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan sosial.

  Dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini untuk mencegah adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila buruh mengalami kecelakaan kerja dan membutuhkan biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada penggunaaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya.

  Begitu pula dengan resiko kematian yang dapat menyebabkan keluarga dari buruh kehilangan pendapatan secara permanen, sehingga akan menurunkan kesejahteraannya. Selain itu, resiko hari tua yang akan datang sehingga buruh dituntut untuk memiliki tabungan hari tua agar bisa menikmati masa tuanya dengan cerah sehingga tidak mengurangi kesejahteraannya ketika sudah tidak bekerja lagi.

  BPJS Ketenagakerjaan merupakan hasil transformasi dari PT Jamsostek yang sebelumnya menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia. PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014 dan PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi serta Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1995 tentang penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

  Semua asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan dan semua pegawai PT Jamsostek menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya tahap persiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

  Pada 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi secara penuh yang ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, dan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

  Pada saat PT Jamsostek bertugas menyelenggarakan program jaminan sosial strategi yang diterapkan untuk mencapai jumlah kepesertaan yang maksimal atau secara menyeluruh yaitu dengan mendatangi setiap perusahaan yang belum terdaftar di PT Jamsostek yang dibantu serikat pekerja dan petugas pengawas dari dinas ketenagakerjaan yangakan mendatangi perusahaan itu agar segera menjadi peserta. Selain itu, PT Jamsostek juga memberikan surat peringatan kepada perusahaan tersebut agar segera menjadi peserta PT Jamsostek danakan dikenakan sanksi berupa dendapaling tinggi Rp 50.000.000 dan pidana penjara paling lama 8 bulanyang diatur dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. PT Jamsostek pun hanya dibantu oleh dinas ketenagakerjaan sebagai pihak dari pemerintah untuk membantu menjalankan tugasnya tersebut.

  Namun strategi ini tidak berjalan efektif karena pertumbuhan kepesertaan berjalan lambat karena PT Jamsostek harus mendatangi perusahaan satu per satu tidak bisa langsung semua dicatat PT Jamsostek perusahaan-perusahaan yang belum terdaftar ini. Adapun untuk melihat pertumbuhan kepesertaannya lihat tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1 Peserta PT Jamsostek Kota Tangerang Tahun 2012-2013

  No Tahun Tenaga Kerja Perusahaan 1. 2012 124.041 268 2. 2013 86.416 312

  (Sumber:BPJS Ketenagakerjaan, 2015) Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa, peserta PT Jamsostek yang terdiri dari perusahaan berjumlah 268 pada tahun 2012 dan mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2013 menjadi 312 atau mengalami kenaikan sebesar 16,41%. Meskipun terjadi peningkatan jumlah perusahaan tetapi jumlah tenaga kerja yang menjadi peserta PT Jamsostek mengalami penurunan yang berjumlah 124.041 pada tahun 2012 menjadi 86.416 pada tahun 2013 atau sebesar 30,33%.

  Setelah PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan strategi terkait upaya pihak penyelenggara jaminan sosial untuk meningkatkan jumlah kepesertaan masih diterapkan sampai sekarang ini namun dengan adanya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 ini BPJS Ketenagakerjaan juga dapat melakukan dengan kerja sama dengan lembaga pemerintah maupun pemerintah daerah tidak hanya terbatas pada dinas ketenagakerjaan saja. Jadi BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan membuat Memorandum of Understanding (MOU) yang disepakati kedua belah pihak. Dengan kerja sama tersebut maka diharapkan jumlah kepesertaan akan meningkat cepat tidak berjalan lambat lagi sehingga dapat mencapai tujuan untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja maupun masyarakat luas. Selain itu sanksi hukum yang diberikan lebih berat lagi dibanding sanksi yang sebelumnya diterapkan di PT Jamsostek.

  BPJS Ketenagakerjaan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh PT Jamsostek seperti peserta tidak hanya tenaga kerja saja tetapi mencakup seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu, kekuatan hukumnya lebih kuat dibanding PT Jamsostek seperti hukuman denda naik dari Rp 50.000.000 menjadi paling tinggi Rp 1.000.000.000 dan pidana penjara dari 8 bulan menjadi paling lama 8 tahun penjara dan adanya sanksi administratif kepada perusahaan dan masyarakat seperti sanksi hukum itu diharapkan dapat memberikan efek jera bagi perusahaan maupun masyarakat yang tidak mau mendaftar ke BPJS Ketenagakerjaan.

  Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan juga bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah pusat dan pemerintah daerah guna meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial dan meningkatkan laju pertumbuhan kepesertaan dengan cepat.

  Pada sisi pelayanan kepada peserta juga BPJS Ketenagakerjaan juga sudah ditingkatkan dengan service blue print sebagaimana dinyatakan oleh Kabid Pelayanan bahwa pelayanan yang diberikan kepada peserta waktunya maksimal 30 menit dari mulai mengurus berkas yang masuk sampai pada tahap penyetujuan berkas tersebut dengan begitu pelayanan diharapkan berjalan efektif dan efisien dari sisi waktu pelayanan (Sumber: wawancara dengan Ibu Firdausyi Kabid Pelayanan di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Mei 2015).

  Selain itu, berdasarkan Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor KEP/178/062014 tentang Tata Cara Pengelolaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di dalam Sistem Informasi Terpadu Online juga sudah memiliki sistem pendaftaran peserta dan adanya aplikasi BPJS Ketenagakerjaan di handphone seperti di Iphone, Android, dan Blackberry agar bisa untuk mengecek saldo Jaminan Hari Tua (JHT) melalui aplikasi di

  

handphone tersebut. Pembayaran iuran juga bisa melalui ATM yang sangat menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan serta memudahan untuk melakukan pembayaran iuran dengan adanya sistem e-payment sehingga peserta tidak harus datang ke kantor BPJS Ketenagakerjaan untuk membayar iuran tersebut.

  BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki kelemahan yang masih harus dibenahi dan ditingkatkan lagi agar lebih baik lagi. BPJS Ketenagakerjaan juga masih memiliki kelemahan dalam hal sumber daya manusia (SDM) pada bidang

  

marketing officer . Berdasarkan data-data yang diperoleh dari BPJS

  Ketenagakerjaan Kota Tangerang petugas marketing officer yang dimiliki hanya berjumlah 1 orang saja dimana jumlah tersebut sangat tidak ideal agar mampu meningkatkan jumlah kepesertaan yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan.

  

Marketing officer sangat dibutuhkan BPJS Ketenagakerjaan karena untuk

  mensosialisasikan BPJS Ketenagakerjaan yang baru resmi berdiri pada tahun 2014 kepada peserta dan calon peserta.

  Dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini juga menciptakan peluang bagi BPJS Ketenagakerjaan terutama dalam hal kepesertaan yang jenisnya tidak hanya tenaga kerja saja namun juga meliputi seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa merasakan manfaat dari program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.

  Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun pemerintah daerah sehingga menciptakan peluang untuk meningkatkan lagi laju pertumbuhan kepesertaannya.

  Disamping itu, BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki peluang untuk menyelenggarakan program pendidikan sejak dini yang dapat diselenggarakan tentang pentingnya manfaat program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan bagi tenaga kerja maupun masyarakat secara luas. Tanpa adanya itu masyarakat ataupun tenaga kerja masih kurang pengetahuannya tentang manfaat yang akan diberikan oleh program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang bahwa BPJS Ketenagakerjaan belum masuk ke dalam ruang lingkup pendidikan jadi generasi muda ini tidak dibekali pendidikan tentang program jaminan sosial yang artinya ketika generasi muda ini telah lulus sekolah dan bekerja nantinya dia menjadi tidak mengetahui tentang perlindungan dasar buat tenaga kerja dan tidak menjadi peserta program jaminan sosial yang tentunya sangat bermanfaat disamping mendapatkan gaji dari pekerjaannya tersebut (Sumber: wawancara dengan Pak Efa Zuryadi Kabid Pemasaran di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan 11 Februari 2015).

  Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pendidikan sejak dini kepada masyarakat terutama generasi muda saat ini sangat penting karena akan memberikan pengetahuan mendasar tentang manfaat dari program jaminan sosial jadi ketika generasi muda ini sudah lulus dari sekolah dan nantinya akan bekerja sudah memiliki pengetahuan tentang perlindungan bagi pekerja yang didapatkan dari program jaminan sosial yang diikuti dan akan meningkatkan kesejahteraan bagi generasi muda atau masyarakat secara umum nantinya.

  BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki ancaman yang berasal dari perusahaan-perusahaan swasta terutama perusahaan asuransi swasta yang ada di pekerja hanya diperbolehkan mendaftar di BPJS Ketenagakerjaan saja sehingga menggugat Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ke Mahkamah Konstitusi.Hal ini sebagaimana diberitakan media bahwa ada 4 perusahaan asuransi swasta yang mempersoalkan 6 pasal dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. Ketentuan yang dimaksud yaitu pasal 15 ayat 1, pasal 16 ayat 1 dan 2, pasal 17 ayat 1, 2 huruf c, dam 4, pasal 19 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 terkait kewajiban memilih BPJS. Para pemohon menganggap kewajiban mendaftarkan ke BPJS menyebabkan pemberi kerja tidak bisa memilih penyelenggara jaminan sosial lain. Padahal, jaminan sosial lainnya nyata-nyata lebih baik dari BPJS. Terlebih adanya sanksi administratif kepada pemberi kerja apabila tidak mendaftarkan pekerjanya ke BPJS seperti diatur pasal 17 ayat 1, 2 huruf c dan ayat 4, Undang-Undang BPJS.

  Tetapi, penyelenggara negara tidak dikenai sanksi administratif bila tidak mendaftarkan BPJS bagi pekerja/pegawainya. Menurut pemohon, adanya kewajiban memilih BPJS sebagai penyelenggara jaminan sosial pekerja menyebabkan monopoli dalam penyelenggaraan jasa layanan jaminan sosial yang berimbas langsung bagi penyedia layanan jasa lainnya (http://www.hukumonline.com. Pemerintah Diminta Beri Penjelasan Soal Gugatan UU BPJS. Diakses 14 Februari 2015 13.30 WIB).

  Ancaman ini yang menuntut BPJS Ketenagakerjaan siap menghadapinya agar program jaminan sosial tetap terlaksana untuk mencapai tujuan dari dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang diharapkan mampu memberikan ancaman yang datang dapat memperbaiki lagi yang kurang dan lebih menyempurnakannya agar BPJS Ketenagakerjaan lebih baik lagi nantinya.

  Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Banten. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Provinsi Banten Tahun 2013 perekonomian Provinsi Banten didominasi oleh sektor industri dimana Kota Tangerang memberikan nilai tambah perekonomian sebesar 33,23%, Kabupaten Tangerang sebesar 20,88% dan Kota Cilegon sebesar 18,09%. Hal ini menunjukan bahwa ekonomi Banten didominasi oleh sektor industri pengolahan yang terkonsentrasi pada ketiga daerah tersebut.

  Selain itu, berdasarkan LAKIP Provinsi Banten tahun 2013 persebaran penduduk di Provinsi Banten tidak merata, karena masih terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dengan luas wilayah kurang dari 14 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten, ketiga wilayah tersebut pada tahun 2013 dihuni oleh sekitar 53,25 persen dari seluruh penduduk Banten dan Kota Tangerang merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi, mencapai 12.147 jiwa per km2.

  Kota Tangerang sebagai salah satu wilayah industri di Provinsi Banten memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibanding dengan Provinsi Banten sendiri. Berdasarkan data-data dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Tangerang (LAKIP) tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang sebesar 6,02 % dibandingkan dengan Provinsi Banten yang mencapai 5,86%. Laju pertumbuhan ekonomi yang berjalan dengan baik ini diikuti dengan laju inflasi yang tinggi sebesar 10,02% pada tahun 2013.

  Disamping itu, Kota Tangerang merupakan daerah yang strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikannya pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang.

  Kota Tangerang menjadi gerbang masuk dan keluar orang, barang, dan jasa ke dan dari Provinsi Banten. Posisi strategis ini dipandang sebagai potensi yang selanjutnya diformulasikan dalam visi Kota Tangerang yaitu “Kota Tangerang sebagai Kota Industri, Perdagangan, dan Permukiman yang Ramah Lingkungan dalam Masyarakat yang Berakhlak Mulia”. Sebagai wilayah yang sumber perekonomian didominasi sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa, serta mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk Kota Tangerang yang semakin meningkat, tentunya menarik minat para pendatang