PELAKSANAAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT

BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

YOGA ADRIAN IBRAHIM

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya merupakan salah satu unsur yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional suatu negara untuk mencapai derajat kehidupan masyarakat yang optimal. Namun tidak semua masyarakat di Indonesia bisa mendapatkan unsur tersebut, oleh karena itu pemerintah memberikan jaminan di dalam Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yakni Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, yang digunakan sebagai jaminan perlindungan kesehatan kepada masyarakat yang kepesertaannya bersifat wajib, dengan harapan tercapainya kebutuhan dasar kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Permasalahan yang diteliti ialah bagaimana pelaksanaan program badan penyelenggara jaminan sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat bidang kesehatan di kota Bandar Lampung, dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan program badan penyelenggara jaminan sosial untuk melindungi hak-hak masyarakat tersebut.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Adapun sumber data dalam penelitian yaitu Data primer berasal dari yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini sedangkan data sekunder berasal dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.

Dari hasil penelitian di dapatkan hasil bahwa pelaksanaan BPJS dilakukan melalui dua tahap, yaitu pelayanan dalam FASKES tingkat pertama dan pelayanan dalam FASKES tingkat lanjutan. Selanjutnya pada FASKES tingkat lanjutan dibagi menjadi dua tahap, yaitu FASKES sekunder dan FASKES tersier, namun dalam penyelenggaraannya masih ada faktor penghambat dari pelaksanaan BPJS ini seperti masih terbatasnya rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS, maupun dari fasilitas rumah sakit di Bandar Lampung yang belum memadahi.

Kata kunci : Pelaksanaan, Jaminan Kesehatan Nasional, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF SOCIAL SECURITY INSTITUTION PROGRAM (BPJS) IN ORDER TO COVER THE HEALTH

RIGHTS IN BANDAR LAMPUNG by

YOGA ADRIAN IBRAHIM

Health development in fact is one of the main element of national growth to reach the optimal level of society living. But not all Indonesian people are able to get that factor, therefore, the government give the assurance in Social Secutiry Institute Law number 24, 2011, which used as a guarantee of health assurance to the people who is obligatory, with the expectation is to fulfil the basic needs of health to all the Indonesian people.

The issues that being researched is how the implementation of the social security institution in order to cover the health rights in Bandar lampung, and the resistance factors in the implementation of this program.

The approach problem used on this research is empirical normative approach. The source data used on the research is obtained from the primary data on the field that contains informations from the related parties, and the secondary data contains the informations from research library about the law, literature, books, and other official documents.

As the results of this research, the writer got the outcome that the implementation of BPJS is held by 2 level, first level health care services and advanced level health care services. In the advanced level health care services, is divided into another 2 level, that are secondary health care facilities and tertiary health care facilities, but in the implementation, there are some resistance such as still few hospital that have a pertnership with the BPJS, and the facility of health care that still far from worthy in Bandar Lampung.

Keywords: Implementation, National Health Warranty, Social Security Institution (BPJS)


(3)

(4)

PELAKSANAAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HAK

MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

YOGA ADRIAN IBRAHIM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

MOTO

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap

hatimu dan janganlah bersandar kepada

pengertianmu sendiri

(Amsal 3:5)

Kekayaan itu penting tapi sehat

jauh lebih penting


(8)

PERSEMBAHAN

Puji Syukurku ku panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan berkat dan

anugerahNya kepadaku.

Sebagai perwujudan rasa kasih sayang, cinta, dan

hormatku secara tulus

Aku mempersembahkan karya ini kepada:

Papaku tersayang Andy Ibrahim

Mamaku tercinta Tyas Utami

Yang telah memberikan dukungan dan doa serta

harapan demi keberhasilanku kelak.

Kepada kedua kakak ku yang ku kasihi

Nina Adriana Ibrahim dan Reza Aldrian Ibrahim

Serta Keluarga besar yang selalu berdoa dan

berharap demi keberhasilanku dalam meraih

cita-cita.

Almamamaterku tercinta Fakultas Hukum

Angkatan 2010


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 21 Oktober 1992, penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Andy Ibrahim, dan Ibu Tyas Utami.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Xaverius 3 Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Xaverius 4 Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Xaverius Pahoman Bandar Lampung pada tahun 2007.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.

Penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukarame Kecamatan Meraksa Aji Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2014 selama empat puluh hari.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jamian Sosial dalam Rangka Perlindungan Hak Masyarakat Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akademis untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari dalam ataupun luar diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum, Universitas Lampung

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Lampung.

3. Bapak Elman Eddy Parta, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Utama terima kasih atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas bimbingan dan pengarahannya yang sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(11)

menyempurnakan skripsi ini.

6. Ibu Eka Devianti, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahasa Kedua atas ketersediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Yusdianto, S.H., M.H., Selaku Pembimbing Akademik yang dengan ikhlas telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang bermanfaat.

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tersayang Papaku Andy Ibrahim dan Mamaku Tyas Utami untuk doa, kasih sayang, dukungan, motivasi, dan pengajaran yang telah kalian berikan dari aku kecil hingga saat ini, yang begitu berharga dan menjadi modal bagi kehidupanku.

10. Kepada kedua saudara kandungku Kakakku drh. Nina Adriana Ibrahim dan Reza Aldrian Ibrahim, S.T., juga abangku Joplino Hitado Silitonga, S.I.Kom., yang selalu memberikan motivasi buatku dan memberi dukungan moril, kegembiraan, semangat, serta tidak lupa tambahan uang jajan buatku.

11. Keluarga besarku yang selalu berdoa untukku serta dukungan dan motivasinya.


(12)

Simbolon, Bryan Sipayung, Elyasip Sembiring, Hans Sembiring, Ivo Simanjuntak, Jusuf Purba, Josua Tampubolon, Marcel Cio, Olfredo Sitorus, Richad Simanungkalit, Ricko Sihaloho, Rio Meliala, Rizal Sinurat, Saut Lumbangaol, Sanggam R Simanullang, Wiliam Sihombing, Yuri Simatupang, dan Wetson Rumahorbo, yang tergabung dalam Gerobak Pasir terimakasih untuk saat-saat berharga yang telah dihadirkan dan kebersamaan kita selama ini, terimakasih telah menjadi semangat dalam penyusunan skripsi ku dan tugas-tugas diperkuliahan diwaktu kemarin, terimakasih telah mengajarkan arti sebuah persahabatan selama ini kepadaku, kiranya kita bisa menjadi saudara selamanya.

13. Ade Marbun, Charlyna Purba, Dede Hutagalung, Reni Panjaitan, Rymni Tambunan, Sartika Samosir, Sonya Harahap untuk kebersamaannya selama ini baik di Formahkris atau kuliah Agama atau kuliah sehari-hari.

14. Teman-Teman Mahasiswa Fakultas Hukum yang lain Jefri Refliando, Richard Kennedy, Ridho Agus Pratama, Wana Sentosa serta Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih untuk bantuan, kebersamaan, kekompakan, canda tawa selama mengerjakan tugas besar atau tugas harian, semoga selepas dari perkuliahan ini kita masih tetap jalin komunikasi yang baik, tetap semangat Viva Justicia Hukum Jaya.

15. Keluarga Bapak Rebo yang telah bersedia mengizinkan kami untuk tinggal selam 40 Hari dalam menjalankan Proses Kuliah Kerja Nyata di Tulang Bawang kecamatan Meraksa Aji desa Sukarame.


(13)

Setiawan, dan Ulil Ilmiyati.

17. Teman-teman Forum Mahasiswa Hukum Kristen (Bang Revan Tambunan, S.H., Bang Tommy, S.H., Kak Elsie, S.H., Torang Alfontius Sihotang, Gilbert Hutagalung, Christina Sidauruk, Ryan Surya Nadapdap, Beny Banjarnahor, Raymon Orlando Simanjuntak, Rio Julio Pasaribu, Ruth Thresia) dan abang-abang, kakak-kakak, adik-adik Formahkris yang lain yang belum disebutkan. Terimakasih atas persahabatan dan kebersamaannya dalam pelayanan kita selama ini.

18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan maupun pada penyusunan skripsi ini, maka penulis menerima saran, masukan, dan kritik dari pembaca sebagai perbaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut, pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembangunan diberbagai bidang dalam rangka mewujudkan kesejahterahan nasional, salah satu pembangunan tersebut adalah pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional, dalam pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.1 Pada dasarnya pembangunan sosial ditentukan dalam 3 faktor, yaitu: perlunya perawatan kesehatan diatur dalam langkah-langkah atau tindakan-tindakan oleh pemerintah; perlunya pengaturan hukum di lingkungan sistem perawatan kesehatan; dan perlunya kejelasan yang

1

Sundoyo, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2009. Hlm. 1


(15)

membatasi antara perawatan kesehatan dengan tindakan medis.2 Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya. Oleh karena itu kesehatan merupakan hak asasi yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Di samping itu kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat negara tersebut di samping ekonomi dan sosial. Salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah dengan mendirikan rumah sakit di setiap daerah. Rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien.

Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah pelayanan yang tidak membeda-bedakan status sosial seseorang dalam masyarakat, baik orang kaya, orang miskin, orang yang berkuasa, orang biasa, orang pintar maupun orang bodoh. Pemenuhan kesehatan yang merata dan tidak membeda-bedakan golongan sosial juga sejalan dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila terutama sila ke-5 yang

2


(16)

menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial dalam hal ini juga termasuk di dalamnya keadilan dalam mendapatkan akses kesehatan yang baik dan bermutu. Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga menegaskan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

Hak setiap rakyat tersebut tentunya harus dibarengi dengan pelaksanaan dari pemerintah agar hak tersebut dapat diperoleh oleh setiap orang. Mengenai tanggung jawab negara tersebut tercantum dalam Pasal 34 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum

yang layak”. Hak yang sama ini harus diberikan kepada semua masyarakat

Indonesia, termasuk masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang kemudian juga tergolong ke dalam fakir miskin harus dipelihara oleh negara sebagaimana tertuang dalam Pasal 34 ayat (1) UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu peran pemerintah dalam pemeliharaan masyarakat miskin ini juga termasuk pemeliharaan kesehatan mereka. Kelompok miskin pada umumnya mempunyai status kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan status kesehatan rata-rata penduduk.


(17)

Selain mengenai masalah kendala, masyarakat miskin biasanya lebih rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dilakukan oleh pemerintah dengan melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang dimulai dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPK-MM) atau yang lebih dikenal dengan Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin (yang selanjutnya disebut ASKESKIN). Cakupan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dan kurang mampu melalui program jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau ASKESKIN terus meningkat yaitu dari 36,4 juta orang (2005) menjadi 76,4 juta orang (2007).

Program ASKESKIN ini kemudian pada Tahun 2008 berubah nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Lahirnya Jamkesmas ini selain merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap kesehatan masyarakat miskin, juga sebagai upaya pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (yang selanjutnya disebut SJSN). Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin setiap peserta program Jamkesmas ini.


(18)

Mulai tanggal 1 januari 2014, program Jamkesmas diganti menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (yang selanjutnya disebut JKN). Program ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (yang selanjutnya disebut BPJS). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk BPJS Ketenagakerjaan di rencanakan berlaku mulai tanggal 1 juli 2015.

BPJS merupakan peleburan dari berbagai asuransi kesehatan milik badan usaha milik negara, terdapat 4 badan usaha milik negara yang di gabungkan yaitu PT JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), PT TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pensiun), PT ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), dan PT ASKES (Asuransi Kesehatan). Dalam sistem ini melahirkan sistem baru yang disebut JKN. Jaminan kesehatan ini seperti sistem asuransi, nantinya warga Indonesia diwajibkan menyisihkan uangnya untuk jaminan kesehatan dimasa depan. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dengan adanya JKN maka seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya dan juga kepesertaanya bersifat wajib (UU Nomor 24 Tahun 2011 Pasal 14) tidak terkecuali juga masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung pemerintah sesuai yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang. Selain wajib untuk warga negara Indonesia, JKN juga diwajibkan untuk warga negara asing yang tinggal atau bekerja di Indonesia dalam kurun waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan yang telah membayar iuran.


(19)

Dalam penetapannya JKN ini masih ditemui hambatan-hambatan salah satunya adalah jumlah tenaga kesehatan yang kurang memadai atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan oleh sebab itu masyarakat belum mendapatkan fasilitas yang baik dari program JKN, sehingga terjadi ketidaknyamanan terhadap para peserta BPJS.

Hal tersebut dapat dilihat dalam kasus yang dialami seorang pasien bernama Saiful warga Sukabumi, Bandar Lampung yang ditolak di Rumah Sakit di Bandar Lampung, pasien program BPJS ini ditolak oleh pihak rumah sakit dengan alasan rumah sakit tersebut selaku rumah sakit rujukan sudah penuh/full kapasitas. Sebelumnya pasien ini telah berobat ke Balai Pengobatan Keluarga Antasari di jalan Pangeran Antasari, Sukareme. Namuan karena sakitnya butuh perawatan yang lebih lanjut maka ia dirujuk ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif, tetapi pada saat pasien telah mendaftar, pasien diharuskan untuk menunggu hingga beberapa hari untuk dapat dirawat sehingga ia pun harus kembali lagi ke Balai Pengobatan Keluarga Antasari.3

Melihat kasus di atas seharusnya rumah sakit dapat lebih memperhatikan pasien pengguna pelayanan program JKN. Perlindungan hukum pasien pengguna JKN adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada pasien pengguna JKN tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya pelaksanaan hak dan kewajiban pasien, pertanggung jawaban rumah sakit sebagai penyedia jasa dalam program JKN dalam pelayanan kesehatan bagi pasien serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pasien pengguna JKN.

3


(20)

Pasien secara umum dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasien pengguna JKN, selain diberikan perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Kesehatan pasien JKN juga dilindungi dalam penyelenggaraannya yang diatur dalam Pedoman Pelaksanaan JKN yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peserta BPJS dilindungi dalam Undang-Undang Kesehatan yang mengacu pada Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Ketika peserta pengguna BPJS merasa dirugikan mengenai administrasi yang panjang maupun pelayanan yang kurang memuaskan atau merasa di diskriminasikan dengan peserta lainnya maka peserta pengguna BPJS tersebut dapat meminta hak-hak yang telah diatur secara hukum.

Peserta BPJS memiliki hak untuk memperoleh pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau, disamping itu peserta juga mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang diterima tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat pengguna JKN dapat menyampaikan keluhannya kepada rumah sakit sebagai upaya perbaikan internal rumah sakit dalam pelayanannya atau kepada lembaga yang memberi perhatian kepada konsumen dan memperhatikan perlindungan dari peserta pengguna JKN.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Rangka Perlindungan Hak Masyarakat Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung”.


(21)

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain :

1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung?

1.3Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat bidang kesehatan di Kota Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pelaksanaan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat bidang kesehatan di Kota Bandar Lampung.

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dibagi dua, yaitu: a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran dibidang ilmu hukum pada umumnya khusunya Hukum


(22)

Kesehatan mengenai pengaturan hukum terhadap penggunaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Rumah Sakit dalam pelayanan terhadap peserta badan penyelenggara jaminan kesehatan, selain itu hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, khususnya Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan terhadap perlindungan hukum peserta Badan penyelenggara Jaminan Sosial di Rumah Sakit .


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 2.1.1 Pengertian BPJS

Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak.1 Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.

Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :

1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.

1 Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Rajawali Pers, Mataram.


(24)

2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu.

Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:

a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah

b. Bukan PBI jaminan kesehatan.2

2 http://www.antaranews.com/berita/376166/tanya-jawab-bpjs-kesehatan di akses tanggal 30 maret 2014


(25)

2.1.2 Visi dan Misi BPJS

Program yang dijalankan oleh pemerintah ini mempunyai visi dan misi, visi dan misi dari program BPJS Kesehatan adalah:

1. Visi BPJS Kesehatan :

Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

2. Misi BPJS Kesehatan :

a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.

c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.

d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.


(26)

e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.

f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.3

2.1.3 Dewan Direksi dan Dewan Pengawas BPJS

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Keputusan dari Direksi BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014, maka susunan dari Direksi BPJS Kesehatan yang terhitung di mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

1. Fachmi Idris (Dir. Utama)

2. Purnawarman B (Dir. Hukum dan Hub. Antar Lembaga) 3. Tono Rustiano (Dir. Perencanaan dan Pengembangan) 4. Fajriadinur (Dir. Pelayanan)

5. Sri Endang T W (Dir. Kepesertaan dan Pemasaran) 6. Taufik Hidayat (Dir. SDM dan Umum)

7. Dadang Setiabudi (Dir. Teknologi Informasi) 8. Riduan (Dir. Keuangan dan Investasi)

3

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-2-visidanmisi.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 14:25 wib


(27)

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, maka susunan Dewan Pengawas BPJS Kesehatan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

1. Tata Suntara (Ketua) 2. Tjarda Muchtar (Anggota) 3. Budi Sampoerna (Anggota) 4. Ridwan Monoarfa (Anggota) 5. Prastuti Soewondo (Anggota) 6. Hasrul Lutfi Hamid (Anggota) 7. Wahyuddin Bagenda (Anggota)

Pasal 20 Undang-undang BPJS menentukan organ BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Kedua organ tersebut mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang berbeda.

2.2 Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan Kesehatan

Pemerintah berperan aktif dalam pelaksanaan kesehatan masyarakat tertulis dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berbunyi

“Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan

terjangkau oleh masyarakat”.

Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 beserta penjelasannya, bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara serasi


(28)

dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat. Agar penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut berhasil guna dan berdaya guna, maka pemerintah perlu:

1. Mengatur upaya penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan. 2. Membina penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan. 3. Mengawasi penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.

4. Menggunakan peran serta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.4

Dalam penyelenggaraan kesehatan di masyarakat, diperlukan upaya peningkatan pembangunan di bidang kesehatan. Dalam hal ini pemerintah mempunyai fungsi dan tanggung jawab agar tujuan pemerintah di bidang kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal melalui penempatan tenaga, sarana, dan prasarana baik dalam hitungan jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas).

Dalam melaksanakan undang-undang tersebut pemerintah membutuhkan satu kebebasan untuk melayani kepentingan masyarakat. Untuk dapat bekerja dengan baik maka pemerintah harus dapat bertindak dengan cepat dan dengan inisiatif sendiri, oleh karena itu pemerintah diberikan kewenangan dengan istilah freies ermessen. Dengan adanya freies ermessen negara memiliki kewenangan yang luas untuk melakukan tindakan hukum untuk melayani kepentingan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

Peran pemerintah daerah dalam program SJSN sangat diperlukan guna berjalannya program tersebut dengan baik, peran pemerintah tersebut antara lain:

4


(29)

1. Pengawasan program SJSN, agar sesuai dengan ketentuan.

2. Menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk penerima bantuan iuran ataupun masyarakat yang lain.

3. Penentu peserta penerima bantuan iuran

4. Penyediaan/pengadaan dan pengelolaan sarana penunjang. 5. Mengusulkan pemanfaatan/investasi dana SJSN di daerah terkait. 6. Sarana/usul kebijakan penyelenggara SJSN.5

Selain 6 (enam) peran diatas, pemerintah daerah juga memiliki peran penting untuk mendukung program BPJS, yakni:

1. Mendukung proses kepersertaan dalam rangka menuju cakupan semesta 2019 melalui integrasi Jamkesda melalui (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) APBD dengan mengikuti skema JKN.

2. Mendorong kepesertaan pekerja penerima upah yang ada di wilayahnya (PNS, Pemda, Pekerja BUMD dan Swasta) dan mendorong kepersertaan pekerja bukan penerima upah (kelompok masyarakat/individu).

3. Mendorong penyiapan fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta serta mendukung ketersedianya tenaga kesehatan terutama dokter umum di puskesmas dan spesialis di rumah sakit.

4. Mengefektifkan pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemda.

5


(30)

2.3 Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) bagi seluruh rakyat indonesia, maupun untuk warga negara asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

2.3.1 Cara pendaftaran JKN

Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS memberikan pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran secara manual yang dapat dilakukan secara langsung ke kantor BPJS terdekat atau dapat juga melalui pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui situs http://bpjskesehatan.go.id/.

A. Pendaftaran secara On-Line

Untuk pendaftaran secara on-line terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Hal-hal yg harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJS-Kesehatan secara Online, yaitu:

1. Kartu Tanda Penduduk 2. Kartu Keluarga


(31)

4. Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi

Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir, Alamat, Email dll). Besaran Iuran adalah sesuai dengan Kelas Perawatan yang di pilih:

-KELAS III = Rp. 25.500/Bulan -KELAS II = Rp. 42.500/Bulan -KELAS I = Rp. 59.500/Bulan

Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan email pemberitahuan nomor registrasi ke alamat email sesuai dengan yang diisikan oleh calon peserta agar e-ID dapat digunakan/aktif, calon peserta agar melakukan pembayaran di bank. Pembayaran Iuran harus dilakukan tidak melewati 24 jam sejak pendaftaran. Setelah Calon Peserta melakukan pembayaran di bank, maka peserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada email pemberitahuan.

B. Pendaftaran secara manual

Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS yang perlu dipersiapkan, yaitu:

1. Calon peserta mengisi Daftar Isian Peserta (DIP), membawa Kartu Keluarga/Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Paspor pas foto bewarna 3x4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukan Kartu Keluarga /Surat Nikah/Akte Kelahiran.

2. Data diperoses oleh petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan ke calon peserta.


(32)

3. Calon peserta membayar uang iuran Anjungan Tunai Mandiri (ATM)/Setor Tunai sesuai dengan nomor VA perorangan ke bank yang telah bekerja sama.

4. Membawa bukti pembayaran untuk dicetakkan Kartu Peserta.

5. Peserta menerima kartu peserta sebagai identitas dalam mengakses pelayanan.

2.3.2 Metode pembayaran JKN

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 metode pembayaran atau iuran dari program ini dibagi menjadi 3 jenis:

1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu). 2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS,

Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi: a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan kriteria:

1) tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;


(33)

2) dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri) dan Peserta Bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.6

2.3.3 Prinsip sistem JKN

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:

1. Prinsip Kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

6

Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden NO 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan


(34)

2. Prinsip Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

3. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi, dan Efektivitas.

Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Prinsip Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada


(35)

akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

6. Prinsip Dana Amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

7. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.7

2.3.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi:

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:

a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promotif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

7

Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Hlm.17.


(36)

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:

a. Rawat jalan, meliputi: 1) Administrasi pelayanan

2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis

3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

5) Pelayanan alat kesehatan implant

6) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis

7) Rehabilitasi medis 8) Pelayanan darah

9) Pelayanan kedokteran forensik

10)Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan b. Rawat Inap yang meliputi:

1) Perawatan inap non intensif 2) Perawatan inap di ruang intensif

3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.8

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi9:

a) Tidak sesuai prosedur;

8

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-13-manfaat.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 16:40 wib

9


(37)

b) Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;

c) Pelayanan bertujuan kosmetik;

d) General checkup, pengobatan alternatif;

e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; f) Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan

g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

2.3.5 Beberapa Halangan dalam Program JKN

Dalam menjalankan program Jaminan Kesehatan Nasional ini pemerintah menemui berbagai halangan, beberapa halangan-halangan yang dihadapi dalam menjalankan program Jaminan Kesehatan Nasional tersebut adalah sebagai berikut10:

1. Jumlah faslitas pelayanan kesehatan yang kurang mencukupi dan persebarannya kurang merata khususnya bagi Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dengan tingkat utilisasi yang rendah akibat kondisi geografis dan tidak memadainya fasilitas kesehatan pada daerah tersebut.

2. Jumlah tenaga kesehatan yang ada masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan.

10

http://www.kpmak-ugm.org/2012-05-12-04-54-35/2012-05-12-05-03-45/article/647-potensi-kendala-dan-solusi-untuk-jaminan-kesehatan-nasional-jkn.html diakses tanggal 28 maret 2014 pukul 0:16 wib


(38)

3. Untuk pekerja sektor informal nantinya akan mengalami kesulitan dalam penarikan iurannya setiap bulan karena pada sektor tersebut belum ada badan atau lembaga yang menaungi sehingga akan menyulitkan dalam penarikan iuran di sektor tersebut.

4. Permasalahan akan timbul pada penerima PBI karena data banyak yang tidak sesuai antara pemerintah pusat dan daerah sehingga data penduduk tidak mampu tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

2.4 Hak Masyarakat

Hak dalam arti hukum adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sehingga dapat dikatakan hak adalah suatu tuntutan yang tuntutannya dilindungi oleh hukum.11 Hak adalah konsekuensi atas tindakan wajib yang kita lakukan.12 Hak masyarakat/warga negara adalah sesuatu yang dapat dimiliki oleh warga negara dari negaranya. Hak-hak warga negara yang diperoleh dari negara seperti hak untuk hidup secara layak, dan aman, pelayanan, dan hal lain yang diatur dalam undang-undang.13 Menurut pendapat lain, hak adalah apa yang harus diperoleh dari pihak lain yang memberikan hak.14 Hak warga negara adalah apa saja yang diperoleh dari negara, misalnya: memperoleh pekerjaan, memperoleh pendidikan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya.15

11

Sudikno Martokusumo, Mengenai Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty.1999. Hlm 24.

12

http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/11/hak-dan-kewajiban-apa-itu-608512.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 23:58 wib

13

http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-hak-dan-kewajiban-warga.html dikunjungi tanggal 01 april 2014 pukul 00:02 wib

14 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka, Jakarta. 2011. 15


(39)

Menurut bukunya yang berjudul etika dan hukum kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo membagi hak menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Hak legal dan Hak moral, di kelompokkan menjadi 2, yaitu: a. Hak legal

Hak legal adalah hak yang disarankan atas hukum yang berlaku dalam masyarakat atau negara yang bersangkutan. Yang dimaksud hukum yang berlaku adalah semua peraturan, perundang-undangan atau ketentuan hukum tertulis lainnya baik produk dari pejabat eksekutif maupun legislatif. Sumber hak legal yang paling tinggi adalah undang dasar, kemudian hak legal di bawahnya adalah: undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan seterusnya. b. Hak moral adalah hak yang didasarkan atas prinsip atau aturan etis

saja, yang pada umumnya tidak tertulis. Hak moral dapat diubah menjadi hak legal apabila diikuti oleh perjanjian atau aturan tertulis. 2. Hak khusus dan hak umum, dibedakan berdasarkan fungsinya, yakni:

a. Hak Khusus

Adalah hak yang timbul dalam suatu relasi khusus yang tidak dimiliki oleh semua orang, atau terkait dengan fungsi khusus seseorang terhadap yang lain.

b. Hak Umum

Adalah hak yang dimiliki seseorang, karena ia manusia, bukan karena fungsi khusus. Hak yang dimiliki oleh semua manusia (human right). Hak ini dimiliki semua orang yang tinggal di negara manapun.


(40)

3. Hak positif dan hak negatif, dibedakan menjadi 2, yakni: a. Hak negatif

Adalah hak kebebasan melakukan sesuatu tanpa adanya bantuan dari pihak lain, termasuk hak yang dipegang otoritas.

b. Hak Positif

Adalah hak untuk memperoleh sesuatu dari orang atau pihak lain, termasuk dari otoritas.

4. Hak individual dan Hak sosial a. Hak Individual

Hak yang dimiliki individu-individu yang dijamin oleh negara, dan negara tidak boleh mengganggu.

b. Hak sosial

Hak yang dimiliki setiap orang yang bukan diperoleh dari negara, tetapi justru sebagai anggota masyarakat dengan anggota-anggota atau orang lain untuk memenuhi hak tersebut.16

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap orang produktif secara ekonomis. Oleh karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional, sehingga seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta

16


(41)

mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa depannya. Secara internasional pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dalam Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) menyatakan bahwa:

1. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya.

2. Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati perlindungan sosial yang sama.

Di dalam Undang-Undang Tentang Kesehatan hak masyarakat dalam bidang kesehatan telah tercantum dalam Pasal 4 sampai Pasal 8 Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 yang berbunyi:

Pasal 4

Setiap orang berhak atas kesehatan. Pasal 5

(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.


(42)

(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

Pasal 6

Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.17

Dalam hal kesehatan, masyarakat sebagai penerima hak kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya pelaksanaan pelayanan kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti penelantaran. Masyarakat juga berhak atas keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terhadap pelayanan yang telah diberikan.18

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut tertulis hak-hak yang bisa didapatkan oleh masyarakat dan kewajiban

17

UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan

18 Titik Triwulan Tutik S.H., M.H. dan Shita Febriana, S. Ked., Perlindungan Hukum Bagi Pasien. Prestasi


(43)

pemerintah sebagai penyelenggara untuk memenuhi apa yang telah diatur dalam Undang-undang.

2.5 Rumah Sakit

Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasa dari kata bahasa Latin hospitali yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna menjamu para tamu. Rumah Sakit adalah salah satu saran kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.19

2.5.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagi kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis moderen, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.20 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyedikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat .

19

Charles J.P.Siregar,Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan,Kedokteran EGC, Jakarta. 2003. hlm.7

20Ibid


(44)

Menurut American Association Rumah Sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien, pelayanan tersebut merupakan diagnostis dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah.21 Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit :

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat ”.

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat adalah sebagi berikut :

a. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap.

b. Pelayanan rawat jalan adalah suatu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap. Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh

21

Cecep Tribowo,Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit Sebuah Kajian Hukum Kesehatan , Nuha Medika, Yogyakarta. 2012. hlm. 31


(45)

sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien serta di rumah perawatan. c. Pelayanan gawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang

dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut Unit Gawat Darurat. Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan unit gawat darurat (UGD) tersebut dapat beraneka macam, namum yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.

2.5.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 18 bahwa rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya yaitu, sebagai berikut :

A. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

1. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit;

2. Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

B. Sedangkan berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dibagi menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat yaitu sebagai berikut :


(46)

1. Rumah sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba yang diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.

2. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

C. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit pemerintah, Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit pemerintah; terdiri dari: 1. Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah

Sakit pemerintah daerah, Rumah Sakit militer, Rumah Sakit BUMN, dan Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.

2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan

Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

3. Klasifikasi berdasarkan lama tinggal

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari.


(47)

4. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi

Berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu. 5. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik.


(48)

2.6 Puskesmas

Puskesmas (Health Centre) adalah suatu kesatuan organisasi yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.

Puskesmas memiliki 3 fungsi pokok, yakni:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas berada di tengah-tengah masyarakat yang dengan cepat dapat mengetahui keberhasilan dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan dan menentukan target kegiatan yang sesuai kondisi daerah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Maksudnya adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada semua orang tanpa memandang golongan, suku, jenis kelamin, baik sejak dalam kandungan hingga tutup usia.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau berupa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya1.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan empiris.

a. Pendekatan Normatif: Pendekatan ini dilakukan dengan cara mendekati permasalahan dari segi hukum, membahas kemudian mengkaji buku-buku, ketentuan perundang-undangan yang telah ada dan yang ada hubunganya dengan masalah yang akan dibahas.2

b. Pendekatan Empiris: Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengetahui fakta-fakta yang ada atau yang terjadi dalam lapangan(masyarakat) di lokasi penelitian dengan mengumpulkan informasi-informasi tentang kejadian yang ada hubunganya dengan masalah yang akan dibahas.

1

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia. Press, Jakarta. 1986.

2


(50)

3.2 Sumber dan Jenis Data

Jenis yang dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.3 Data merupakan sekumpulan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu peneltian yang berasal dari berbagai sumber. Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data empiris yang diperoleh secara langsung dari sumber data.4 Data asli yang diperoleh dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara terhadap Staff bagian umum kantor BPJS di Kota Bandar Lampung, Staff Rumah Sakit Umum Kota dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung, Kepala Puskesmas Induk Wilayah Way Halim, dan masyarakat peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan untuk mendapatkan data mengenai program Jaminan Kesehatan Nasional.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber hukum yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Bahan hukum primer, bahan hukum yang mengikat, yang berasal dari:

1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

3

Soerjono Soekanto. Op. cit. Hlm. 11

4


(51)

2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

3) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional

5) Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014

b. Bahan hukum sekunder

Bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu dalam menganalisa serta memahami permasalahan dalam penelitian dan diperoleh dengan cara studi dokumen, mempelajari permasalahan dari Pemberlakuan Program Jaminan Kesehatan Nasional dan berbagai sumber hukum primer lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.

c. Bahan hukum tersier

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tambahan atau dukungan data yang telah ada pada bahan hukum primer dan bahan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan adalah buku-buku, literature, makalah, kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan materi ditambah lagi dengan kegiatan pencarian data menggunakan internet.


(52)

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan.

a. Studi kepustakaan (library research) dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dengan melalui serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang teliti. b. Studi lapangan (field research) dilakukan untuk memperoleh data primer.

Metode yang digunakan dalam studi lapangan dengan menggunakan metode pengamatan dan wawancara terhadap responden yang telah ditentukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan akan dikembangakan pada saat wawancara berlangsung.

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi Data, yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian. Dalam penelitian ini data-data berupa peraturan perundang-undangan, dan literature atau buku karya ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Klasifikasi Data, yaitu kegiatan penetapan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.


(53)

c. Sistematika Data, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai jenis data dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

3.4 Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis secara deskriptif, kualitatif, artinya analisis dengan cara menyajikan dan menguraikan data dalam bentuk kalimat secara rinci dan sistematis, kemudian dilakukan interprestasi data. Interprestai data yaitu menguraikan data yang telah disusun tersebut sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas sehingga dapat dirumuskan guna pembahasan pada bab-bab berikutnya.


(54)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, bahwa:

1. Pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu:

a. Pelayanan dalam Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang dilaksanakan di Puskesmas atau klinik atau yang setara, praktik dokter gigi, praktik dokter umum, dokter pribadi, dan klinik pertama atau yang setara yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Bila tidak dapat ditangani maka pasien dirujuk menuju Fasilitas kesehatan Lanjutan.

b. Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu rumah sakit sekunder (tipe C seperti rumah sakit Immanuel, rumah sakit Bumi Waras, rumah sakit Graha Husada atau rumah sakit dr. A. Dadi Tjokrodipo, atau rumah sakit tipe D seperti rumah sakit Bahayangkara), dan rumah sakit Tersier (tipe B yaitu rumah sakit Urip Sumoharjo atau rumah sakit dr. H Abdoel


(55)

Moloek, atau rumah sakit tipe A yang berada di Jakarta seperti rumah sakit pusat angkatan darat Gatot Soebroto atau rumah sakit Fatmawati)

2. Masih ada faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam Pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat Bidang Kesehatan antara lain: Sarana dan prasaran dari rumah sakit yang masih kurang mendukung seperti ruangan rawat inap dan fasilitas pendukung lainnya, serta peserta BPJS yang belum mengerti prosedur pelaksanaan BPJS sehingga ingin langsung di rawat di rumah sakit tanpa melalui alur yang telah ditetapkan merupakan beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanaan BPJS untuk dapat melayani hak masyarakat itu sendiri secara optimal.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Sebagi upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan dan pelayanan program BPJS Kesehatan, BPJS diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan semua Rumah Sakit yang ada di Indonesia agar masyarakat dapat lebih merasakan kemudahan yang telah ditawarkan oleh BPJS.

2. Selain itu juga BPJS harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti alur rujukan yang terlalu panjang yang banyak dikeluhkan oleh pasien, sebagai contoh pasien yang sakitnya parah dapat langsung dibawa ke rumah sakit tanpa melalui puskesmas.


(56)

3. Obat-obatan yang ada juga sebaiknya dapat disediakan oleh pihak rumah sakit, agar pasien dapat terlayani dengan baik.

4. Memperbanyak lagi iklan-iklan baik di media cetak maupun di media elektronik agar masyarakat dapat lebih memahami alur berjenjang dari BPJS.

Selain itu BPJS harus dapat mengejar target cakupan semesta pada tahun 2019 agar semua masyarakat Indonesia dapat dijamin haknya dalam bidang kesehatan sesuai dengan pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.


(57)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Asyhadie, Zaeni. Aspek-Aspek Hukum Jamian Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. 2007. Penerbit: Rajawali Pers, Mataram.

Djumhana, Muhamad. Hukum Ekonomi Sosial Indonesia. 1994. Penerbit: Citra Aditya Bakti, Bandung.

J.P.Siregar, Charles. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.2003.Penerbit: Kedokteran EGC, Jakarta.

Koeswadji, Hermien Hadiati. Hukum untuk Perumahsakitan. 2002. Penerbit: Citra Aditya Bakti, Bandung.

Martokusumo, Sudikno. Mengenai Hukum Suatu Pengantar. 1999. Penerbit: Liberty, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. 2004. Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Notoatmojo, Soekidjo. Etika dan Hukum Kesehatan. 2011. Penerbit: Rineka, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif. 1985. Penerbit: Rajawali Pers, Jakarta

. Pengantar Penelitian Hukum. 1986. Penerbit: Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sulastomo. Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi. 2007. Penerbit: Rajawali Pers, Jakarta.

Sundoyo. Jurnal Hukum Kesehatan. 2009. Biro hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Tribowo, Cecep. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit Sebuah Kajian Hukum Kesehatan. 2012. Penerbit: Nuha Medika, Yogyakarta.

Triwulan, Titik Tutik & Febriana, Shita. Perlindungan Hukum Bagi Pasien. 2010. Penerbit: Prestasi Pustaka, Surabaya.


(58)

Radar Lampung tanggal 25 januari 2014 Undang-Undang:

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jamian Sosial Nasional Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jamian Sosial

Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Sumber lain:

http://www.kpmak-ugm.org/potensi-kendala-dan-solusi-untuk-jaminan-kesehatan nasional-jkn.html dikunjungi tanggal 28 maret 2014 pukul 0:16 wib

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-2-visidanmisi.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 14:25 wib

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-13-manfaat.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 16:40 wib

http://www.pengertianahli.com/pengertian-hak-dan-kewajibanwarga.html dikunjungi tanggal 01 april 2014 pukul 00:02 wib

http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/11/hak-dan-kewajiban-apa-itu.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 23:58 wib


(1)

jenis data dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

3.4 Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis secara deskriptif, kualitatif, artinya analisis dengan cara menyajikan dan menguraikan data dalam bentuk kalimat secara rinci dan sistematis, kemudian dilakukan interprestasi data. Interprestai data yaitu menguraikan data yang telah disusun tersebut sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas sehingga dapat dirumuskan guna pembahasan pada bab-bab berikutnya.


(2)

61

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, bahwa:

1. Pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu:

a. Pelayanan dalam Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang dilaksanakan di Puskesmas atau klinik atau yang setara, praktik dokter gigi, praktik dokter umum, dokter pribadi, dan klinik pertama atau yang setara yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Bila tidak dapat ditangani maka pasien dirujuk menuju Fasilitas kesehatan Lanjutan.

b. Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu rumah sakit sekunder (tipe C seperti rumah sakit Immanuel, rumah sakit Bumi Waras, rumah sakit Graha Husada atau rumah sakit dr. A. Dadi Tjokrodipo, atau rumah sakit tipe D seperti rumah sakit Bahayangkara), dan rumah sakit Tersier (tipe B yaitu rumah sakit Urip Sumoharjo atau rumah sakit dr. H Abdoel


(3)

rumah sakit pusat angkatan darat Gatot Soebroto atau rumah sakit Fatmawati)

2. Masih ada faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam Pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam rangka perlindungan hak masyarakat Bidang Kesehatan antara lain: Sarana dan prasaran dari rumah sakit yang masih kurang mendukung seperti ruangan rawat inap dan fasilitas pendukung lainnya, serta peserta BPJS yang belum mengerti prosedur pelaksanaan BPJS sehingga ingin langsung di rawat di rumah sakit tanpa melalui alur yang telah ditetapkan merupakan beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanaan BPJS untuk dapat melayani hak masyarakat itu sendiri secara optimal.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Sebagi upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan dan pelayanan program BPJS Kesehatan, BPJS diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan semua Rumah Sakit yang ada di Indonesia agar masyarakat dapat lebih merasakan kemudahan yang telah ditawarkan oleh BPJS.

2. Selain itu juga BPJS harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti alur rujukan yang terlalu panjang yang banyak dikeluhkan oleh pasien, sebagai contoh pasien yang sakitnya parah dapat langsung dibawa ke rumah sakit tanpa melalui puskesmas.


(4)

63

3. Obat-obatan yang ada juga sebaiknya dapat disediakan oleh pihak rumah sakit, agar pasien dapat terlayani dengan baik.

4. Memperbanyak lagi iklan-iklan baik di media cetak maupun di media elektronik agar masyarakat dapat lebih memahami alur berjenjang dari BPJS.

Selain itu BPJS harus dapat mengejar target cakupan semesta pada tahun 2019 agar semua masyarakat Indonesia dapat dijamin haknya dalam bidang kesehatan sesuai dengan pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Asyhadie, Zaeni. Aspek-Aspek Hukum Jamian Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. 2007. Penerbit: Rajawali Pers, Mataram.

Djumhana, Muhamad. Hukum Ekonomi Sosial Indonesia. 1994. Penerbit: Citra Aditya Bakti, Bandung.

J.P.Siregar, Charles. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.2003.Penerbit: Kedokteran EGC, Jakarta.

Koeswadji, Hermien Hadiati. Hukum untuk Perumahsakitan. 2002. Penerbit: Citra Aditya Bakti, Bandung.

Martokusumo, Sudikno. Mengenai Hukum Suatu Pengantar. 1999. Penerbit: Liberty, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. 2004. Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Notoatmojo, Soekidjo. Etika dan Hukum Kesehatan. 2011. Penerbit: Rineka, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif. 1985. Penerbit: Rajawali Pers, Jakarta

. Pengantar Penelitian Hukum. 1986. Penerbit: Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sulastomo. Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi. 2007. Penerbit: Rajawali Pers, Jakarta.

Sundoyo. Jurnal Hukum Kesehatan. 2009. Biro hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Tribowo, Cecep. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit Sebuah Kajian Hukum Kesehatan. 2012. Penerbit: Nuha Medika, Yogyakarta.

Triwulan, Titik Tutik & Febriana, Shita. Perlindungan Hukum Bagi Pasien. 2010. Penerbit: Prestasi Pustaka, Surabaya.


(6)

Buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.

Radar Lampung tanggal 25 januari 2014 Undang-Undang:

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jamian Sosial Nasional Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jamian Sosial

Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014

Sumber lain:

http://www.kpmak-ugm.org/potensi-kendala-dan-solusi-untuk-jaminan-kesehatan nasional-jkn.html dikunjungi tanggal 28 maret 2014 pukul 0:16 wib

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-2-visidanmisi.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 14:25 wib

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-13-manfaat.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 16:40 wib

http://www.pengertianahli.com/pengertian-hak-dan-kewajibanwarga.html dikunjungi tanggal 01 april 2014 pukul 00:02 wib

http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/11/hak-dan-kewajiban-apa-itu.html dikunjungi tanggal 31 maret 2014 pukul 23:58 wib