PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

  PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 (Jurnal Ilmiah) Oleh HANI REGINA SARI Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA OLEH BADAN PENYELENGGARA

JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

  

oleh

Hani Regina Sari

  Perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja. Untuk melindungi tenaga kerja akhirnya Pemerintah Indonesia membuat Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan. Sebagai perpanjangan tangan pemerintah BPJS Ketenagakerjaan telah bekerja melayani para pekerja dengan baik namun banyaknya perusahaan yang mempunyai tenaga kerja terkadang belum mendaftarkan pekerjanya kedalam BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini membuat para tenaga kerja belum terlindungi kesehatan dan keselamatannya saat bekerja.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Tenaga Kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011? dan 2. Faktor – faktor apakah yang menjadi penghambat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dalam proses melakukan perlindungan terhadap Tenaga Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

  Prosedur Pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perlindungan Hukum Tenaga Kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan telah bekerja melayani para pekerja dengan 4 program yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Faktor penghambat dalam Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Oleh BPJS Ketenagakerjaan ada 2 yaitu internal dan eksternal. Internal: kurang terampilnya SDM dan fasilitas yang kurang memadai. Eksternal: Kurangnya pemahaman pengusaha dan dana perusahaan terbatasSaran Diharapkan (BPJS) Ketenagakerjaan mengoptimalkan kerja programnya dan mendatangi perusahaan yang belum mendaftarkan pekerjanya.

  Kata kunci : Perlindungan , Tenaga Kerja , BPJS

  

ABSTRACT

LEGAL PROTECTION OF EMPLOYMENT BY THE ORGANIZATION OF

SOCIAL LABOR SECURITIES BASED ON ACT NO. 24 YEAR 2011

By

Hani Regina Sari

  Labor protection aims to ensure employment. To protect the workforce, the Government of Indonesia finally made Law no. 24 year 2011 on BPJS Employment. As an extension of the government BPJS Employment has been working to serve the workers well but the number of companies that have a workforce sometimes has not enrolled its employees into BPJS Employment. This makes the workers have not protected health and safety while working.

  The problems in this research are: 1. How to Protection of Labor Law by Social Security Administering Body (BPJS) Manpower based on Law no. 24 Year 2011? and 2. What factors are inhibiting the Social Security Administering Body (BPJS) Employment in the process of protecting the Labor. This study uses a juridical normative and juridical empirical approach. Data types are primary data and secondary data. Procedure The data collection used is literature study and field study.

  The results of this study indicate that Labor Law Protection by BPJS Employment has worked to serve the workers with 4 programs of work accident insurance, pension, pension, and death guarantee. Inhibiting factors in Labor Law Protection By BPJS Employment is 2 internal and external. Internal: lack of skilled human resources and inadequate facilities. External: Lack of understanding of entrepreneurs and limited company funds Suggestions Expected (BPJS) Employment optimize the work of the program and go to companies that have not registered their workers.

  Keywords: Protection, Labor, BPJS

  Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA OLEH

  BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

  Nama Mahasiswa : Hani Regina Sari No. Pokok Mahasiswa : 1412011173 Bagian : Hukum Administrasi Negara Fakultas : Hukum

  MENYETUJUI

  1. Komisi Pembimbing Syamsir Syamsu,S.H.,M.H. Ati Yuniati,S.H.,M.H.

  NIP. 196108051989031005 NIP. 197806292005012001

  2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

  Sri Sulastuti, S.H.,M.Hum

  NIP 19620727 19873 2 004

I. PENDAHULUAN

  Negara Indonesia adalah negara yang jumlah penduduknya terbilang banyak. Jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan nomer ke-empat dunia dengan jumlah penduduk sekitar 253,60 juta jiwa dibawah Amerika, India dan China yang menempati posisi paling banyak dalam hal jumlah penduduk di dunia. Di karenakan padatnya jumlah penduduk Indonesia maka masyarakat di dorong oleh pemerintahan dan juga tuntutan hidup untuk bekerja.

  Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang maka dari itu perekonomian di Indonesia terbilang tidak begitu stabil. Akibat dari perekonomian yang kurang mendukung maka sebagian banyak masyarakat mencari pekerjaan. Di samping itu Indonesia sebagai negara yang besar mempunyai lapangan kerja yang cukup luas. Perusahaan yang tergolong banyak dan pemerintahan yang memerluakan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

  Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja. Negara yang mempunyai jumlah penduduk yang besar, keselamatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya manusia yang lebih optimal dalam pembangunan. Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, pemerintah sangat memperhatikan perlindungan kerja dan keselamatan kerja, tentunya tujuan pemerintah dalam hal ini selain benar- benar untuk melindungi dan memperhatikan keselamatan kerja dan para pekerja yang umumnya lemah. Perusahan yang ada berdiri dan berkembang, disebababkan oleh faktor tenaga kerja yang telah terpelihara kesehatannya, terpelihara kesejahteraannya, terpelihara dedikasi, dan kedisiplinanya, pada akhirnya tenaga kerja dibawah manajemen perusahaan tersebut, akan diakui jasa - jasanya sebagai pengembang perusahaan. Banyaknya tenaga kerja di Indonesia menyongsong pemerintahan untuk membuat peraturan agar tenaga kerja di Indonesia dapat terlindungi. Pemerintahan membuat peraturan yaitu kesejahteraan bagi pekerja tenaga kerja sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

  Pemerintah selalu berupaya untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk seluruh rakyatnya, agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara ini khususnya rakyat Indonesia. Pemerintah kita tidak hanya berhenti dengan satu peraturan saja dalam mensejahterakan rakyatnya, mereka selalu mencari bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dapat merasakan kesejahteraan dan ketenteraman dalam bekerja tidak perlu khawatir apabila mengalami keadaan-keadaan yang sulit dalam melindungi dirinya dan keluarganya dari risiko yang mungkin saja akan terjadi yaitu seperti terjadinya kecelakaan saat sedang melakukan pekerjaan hingga meninggal atau luka- luka saat melakukan pekerjaaan. Setiap masyarakat atau warga negara Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan kesehatan dan kesejahtraan yang baik untuk dirinya maupun keluarganya. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28H “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan danmanfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan, Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan sebagai manusia yang bermartabat,

  Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang- wenang oleh siapa pun”.

  Program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

  Salah satu upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja yang diberikan oleh pemerintah adalah dengan dilindunginya para tenaga kerja Indonesia, sehingga pemerintah melahirkan produk hukum berupa Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial. Fasilitas yang diberikan oleh pemerintahan Indonesia untuk para tenaga kerja hingga sekarang dan ditunjuk ialah Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaanmelalui Undang-Undang No. 24 tahun 2011.

  Negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam rangka memberikan jaminan sosial kepada rakyat, pemerintah perlu mengambil kebijakan berupa memobilisasi dana jangka panjang dalam jumlah yang cukup besar secara bertahap kepada empat Badan Penyelenggara Jaminan Nasional yang dalam hal ini diambil alih oleh BPJS Ketenagakerjaan. Pada dasarnya dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat yang disebabkan oleh penghentian pembayaran upah (tidak bekerja) misalnya karena sakit, kecelakaan, melahirkan, pemutusan hubungn kerja, cacat badan, ketuaan, kematian, dan lain- lain. Perlindungan itu diberikan kepada anggota-anggota masyarakat melalui program-program tertentu misalnya penggantian biaya perawatan kesehatan, tunjangan anak, tunjangan keluarga, dan lain-lain.

  Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Banyaknya perusahaan yang ada di Indonesia dengan tenaga kerja yang jumlahnya besar membuat pemerintah memutuskan agar semua perusahan di Indonesia mendaftarkan para pekerjanya kedalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Namun hal ini masih juga dihiraukan oleh perusahaan- perusahaan yang ada di Indonesia. perusahaan untuk melindungi para pekerjanya dari kecelakaan saat melakukan pekerjaannya, sakit akibat bekerja diperusahaan, meninggal saat melakukan pekerjaannya dan jaminan tentang keberlangsungan pekerja tersebut saat nantinya setelah selesai bekerja dari perusahaan tersebut.

  Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai BPJS Ketenagakerjaan: “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang- Undang No. 24 Tahun 2011”.

  Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Tenaga Kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011?

  2. Faktor – faktor apakah yang menjadi penghambat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dalam proses melakukan perlindungan terhadap Tenaga Kerja?

  II. METODE PENELITIAN

  2.1. Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1) Pendekatan secara yuridis normatif Pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur- literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 2) Pendekatan secara yuridis empiris

  Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang- undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan tersebut.

  Data dan Sumber Data yang digunakan adalah: 1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. Wawancara akan dilakukan dengan Kabid

  Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Bandar Lampung dan masyarakat yang terdaftar sebagai penggunan kartu BPJS TK. 2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertai, dan peraturan perundang- undangan.

  Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Studi Pustaka adalah pengkajian informasi tertulis, mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun cara yang dilakukan yaitu mengidentifikasi data sekunder yang diperlukan, inventariasi data yang sesuai dengan rumusan masalah, mengutip literatur dan undang- undang yang berhubungan dengan materi penelitian. 2) Studi Lapangan adalah Studi dengan dilakukan melalui penelitian langsung dilapangan guna memperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan Perlindungan Tenaga Kerja dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Kemudian tehnik wawancara yang digunakan adalah dengan memberikan pertanyaan dan

2.2. Sumber dan Jenis Data

  akan dikembangkan pada saat memenuhi kebutuhan minimal bagi wawancara berlangsung. tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya

2.3 Analisis Data

  arus penerimaan penghasilan keluarga Setelah mengumpulkan data, sebagai pengganti sebagian atau selanjutnya dilakukan seluruhnya penghasilan yang hilang, pengolahan data sehingga dapat akibat risiko sosial. digunakan untuk menganalis

  Selanjutnya pada akhir tahun 2004, permasalahan yang diteliti data yang telah terkumpul, diolah

  Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor melalui pengolahan dengan

  40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan tahap-tahap sebagai berikut: Sosial Nasional. Undang-undang itu

  1) Pemeriksaan data, yaitu data berhubungan dengan Amendemen UUD yang diperoleh akan 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, diperiksa untuk mengetahui yang kini berbunyi: "Negara apakah masih terdapat mengembangkan sistem jaminan sosial kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan serta bagi seluruh rakyat dan memberdayakan apakah data tersebut telah masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan permasalahan sesuai dengan martabat kemanusiaan". yang dibahas.

  Manfaat perlindungan tersebut dapat 2) Sistematika data, yaitu memberikan rasa aman kepada pekerja penelusuran data sehingga dapat lebih berkonsentrasi berdasarkan urutan data yang telah ditentukan sesuai dalam meningkatkan motivasi maupun dengan ruang lingkup pokok produktivitas kerja. Perusahaan yang bahasan secara sistematis. mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek

III. PEMBAHASAN

  (Persero) memberikan perlindungan 4

3.1 Pembentukan BPJS Tenaga

  (empat) program, yang mencakup

  kerja

  Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM),

  Dengan dibentuknya Undang-Undang Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan

  No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi

  Tenaga Kerja pemerintah membentuk seluruh tenaga kerja dan keluarganya. (JAMSOSTEK) dan melalui PP

  Dalam sejarahnya pembentukannya badan No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek penyelenggara jaminan sosial memalui sebagai Badan Penyelenggara Jaminan beberapa perubahan awalnya Perusahaan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek Kesehatan Indonesia atau disingkat PT Askes (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk dan diakui keberadaannya dan tetap melaksanakan program jaminan kesehatan, termasuk menerima pendaftaran peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk oleh Undang-undang No 24 tahun 2011 untuk menyelenggarakan program jaminan social yang ditunjuk oleh undang-undang untuk menyelenggarakan program jaminan social melalui upaya tersebut para pekerja Indonesia dijamin oleh Negara. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau disingkat PT Jamsostek (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59).

  Berdasarkan Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan: 1) Program jaminan pemeliharaan baru sampai dengan beroperasinya

  (BPJS) Kesehatan. 2) Program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua bagi pesertanya. Termasuk dengan adanya penambahan peserta baru sampai dengan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak keluarganya. Pemerintah selalu berupaya untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk seluruh rakyatnya, agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara ini khususnya rakyat Indonesia.

  Pemerintah kita tidak hanya berhenti dengan satu peraturan saja dalam mensejahterakan rakyatnya, mereka selalu mencari bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dapat merasakan kesejahteraan dan ketenteraman dalam bekerja tidak perlu khawatir apabila mengalami keadaan- keadaan yang sulit dalam melindungi dirinya dan keluarganya dari risiko yang mungkin saja akan terjadi yaitu seperti terjadinya kecelakaan saat sedang melakukan pekerjaan hingga meninggal atau luka-luka saat melakukan pekerjaaan. Salah satu upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja yang diberikan dilindunginya para tenaga kerja Indonesia, sehingga pemerinrah melahirkan produk hukum berupa Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial. Fasilitas yang diberikan oleh pemerintahan Indonesia untuk para tenaga kerja hingga sekarang dan ditunjuk ialah Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaanmelalui Undang- Undang No. 24 tahun 2011.

  Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Sesuai dengan visinya menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kebanggaan Bangsa, yang menjadi Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam operasional dan pelayanan. Dan misi Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan berkomitmen Untuk Melindungi dan Menyejahterakan seluruh pekerja dan keluarganya, meningkatkan produktivitas dan daya saing pekerja, mendukung pembangunan dan

  Menurut Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Dengan adanya perlindungan hukum melalui diterbitkannya Undang – undang tentang badan penyelenggara jaminan sosial maka para pekerja Indonesia tidak khawatir lagi akan kesehatan , kesejahteraan, dan jaminan hari tuanya.

  3.2 Perlindungan Hukum Tenaga Kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011

  Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan adalah Lembaga yang bertugas sebagai pelaksana untuk Asuransi karyawan dengan istilah yang digunakan untuk memberikan perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk keselamatan jiwa, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian finansial dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kecelakaan kerja, sakit, di mana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan.

  Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, pemerintah setelah melahirkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 lebih memperhatikan perlindungan kerja dan keselamatan kerja, tentunya tujuan pemerintah dalam hal ini selain benar-benar untuk melindungi dan memperhatikan keselamatan kerja dan para pekerja/buruh yang umumnya lemah, juga secara tidak langsung untuk melindungi perusahaan yaitu agar tetap berdiri dan berkembang, sebab faktor tenaga kerja yang terpelihara kesehatannya, terpelihara kesejahteraannya, terpelihara dedikasi, dan kedisiplinanya, pada akhirnya tenaga kerja dibawah manajemen perusahaan tersebut, akan di akui jasa-jasanya sebagai pengembang perusahaan.

  Berdasarkan hasil penelitian, pengambilan data, dan wawancara yang dilakukan peneliti di Kantor Cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Bandar Lampung yang beralamat di Jl. Drs. Warsito No.4, Talang, Teluk. Betung Selatan, Kota Bandar Lampung, dilakukan pada tanggal 5 Februari 2018. Hasil wawancara dari Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Bandar Lampung telah terdapat Dia mengatakan total pekerja Penerima upah (PU) dan Bukan Penerima Upah (BPU) Yang terdaftar sebagai peserta BPJS TK baru ada sekitar pekerja (PU) atau formal Provinsi Lampung sebanyak 1.447.489 orang, informal (BPU) 2.483.770 orang. Totalnya adalah 3.931.259 orang. Bapak Aziz Muslim mengatakan bahwa Meskipun BPJS Ketenagakerjaan Bandar Lampung sudah sering sosialisasi dengan menggandeng kejaksaan tinggi, dan kementerian ketenagakerjaan untuk mengingatkan para perusahaan agar mengikutsertakan seluruh karyawannya menjadi peserta BPJS TK, namun hal itu masih belum cukup untuk menyadarkan para pemberi kerja. Jumlah perusahaan yang telah terdaftar dalam BPJS ketenagakerjaan Kota Bandar Lampung sebanyak 1742 perusahaan dan 216.953 jiwa yang sudah terdafar sebagai pengguna BPJS Ketenagakerjaan cabang Bandar Lampung dan yang menjadi daya tarik utama pada jaminan sosial yang diberikan oleh BPJS Ketengakerjaan adalah biaya yang sangat rendah, iuran pekerja yang ditarik rata – rata mencapai 9,24% - 10,98% tapi, yang dipotong dari gaji peserta hanya 3% saja. Sisanya ditanggung perusahaan pemberi kerja. Ada perbedaan iuran antara sesama peserta, terutama yang tergantung pada risiko di tempat kerja. Iuran ini untuk Jaminan Kecelakan Kerja (JKK), yang besarnya antara 0,24-1,74%. Setiap program yang disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan memiliki aturan iuran masing-masing. Biasanya kontribusi pembayaran iuran turut dilakukan oleh peserta dan perusahaan (bagi yang bekerja di perusahaan). Sementara untuk Bukan Penerima Upah harus membayar sendiri iurannya setiap bulan.

  Perlindungan hukum tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyelenggarakan 4 program yaitu: Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian. Dalam tiap program mempunya dua kategori pendaftaran, yaitu bagi karyawan perusahaan dimana perusahaanlah yang mendaftarkan karyawan mereka dan yang kedua bagi pekerja mandiri.

  Berikut beberapa syarat dokumen yang perlu disiapkan oleh perusahaan dan pekerja ketika akan mendaftarkan diri dalam program BPJS Ketenagakerjaan:

  1) Asli dan salinan SIUP / Surat Izin Usaha Perdagangan. 2) Asli dan salinan NPWP Perusahaan. 3) Asli dan salinan Akta Perdagangan Perusahaan. 4) Salinan KTP / Kartu Tanda

  Penduduk masing-masing karyawan. 5) Salinan KK / Kartu Keluarga masong-masing karyawan. 6) Pas foto warna masing- masing karyawan, yaitu ukuran 2 x 3 sebanyak 1 lembar. Nantinya perusahaan dapat mendaftarkan karyawan sebagai peserta melalui situs Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di halaman www.bpjsketenagakerjaan.co.id. Gunakan alamat email perusahaan dan kemudian tunggu balasan email dari pihak BPJS Ketenagakerjaan. Setelahnya, Perusahaan hanya perlu membawa dokumen yang diminta ke kantor BPJS Ketenagakerjaan berstatus pekerja mandiri sebagai freelancer ataupun entrepreneur tanpa badan usaha – untuk mendaftar BPJS Ketenagakerjaan dibutuhkan sebuah wadah organisasi. Jadi, Anda dapat membentuk wadah ataupun organisasi yang terdiri minimal 10 orang yang kemudian didaftarkan kedalam BPJS Ketenagakerjaan.

  Berikut beberapa syarat dokumen yang dibutuhkan ketika daftar BPJS Ketenagakerjaan untuk para pekerja mandiri:

  1) Surat izin usaha dari kelurahan setempat. 2) Salinan KTP masing-masing pekerja. 3) Salinan KK / Kartu Keluarga masing-masing pekerja. 4) Pas foto warna masing-masing pekerja ukuran 2×3 sebanyak 1 lembar. Program – program yang terdapat dalam BPJS ketenagakerjaan adalah:

  1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan manfaat berupa uang tunai atau pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta saat mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja termasuk kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya.

  Didalam kepesertaannya pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta dalam progam JKK kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan perundang undangan yang terdiri dari peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja yang meliputi pekerja pada perusahaan, pekerja pada perseorangan dan orang asing yang bekerja di Indonesia dalam waktu 6 bulan dan peserta bukan penerima upah sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 1 meliputi pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri serta pekerja yang bukan menerima upah.

  Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak

  1 Juli 2015 harus diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan baik kejadian kecelakaan dan perusahaan segera menindak lanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang sudah dilengkai dengan dokumen pendukung.

  Diatur juga dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor

  11 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Kesehatan dan Besaran Tarif dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Pasal 7 Ayat 1 dan 2. Ayat (1) BPJS Ketenagakerjaan Berperan aktif melakukan pengendalian mutu dan pengendalian biaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Ayat (2) BPJS Ketenagakerjaan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS ketenagakerjaan.

  2) Jaminan Hari Tua Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan manfaat uang tunai yang dibayarkan pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia maupun telah mengalami cacat total, dimana pemberi kerja berkewajiban mendaftarkan dirinya dan pekerjanya dalam progam JHT kepada BPJS Ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketentuan peraturan yang sudah ada. Berdasarkan jenisnya peserta progam JHT dibagi menjadi 2 kriteria yaitu Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja dan pekerja bukan penerima upah.

  Disini peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja meliputi pekerja pada perusahaan, pekerja pada perseorangan dan orang asing yang bekerja di Indonesia tidak kurang dari 6 bulan, sedangkan dalam kriteria pekerja bukan penerima upah meliputi pemberi kerja, pekerja di luar hubungan kerja dan pekerja yang bukan menerima upah. Manfaat Peserta Jaminan Hari Tua (JHT) adalah :

  (1) Berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran yang ditambahi hasil pengembangan yang dibayarkan secara sekaligus apabila peserta mencapai usia 56 Tahun tetapi jika pesrta sebelum mencapai usia 56 Tahun dapat diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 Tahun dengan ketentuan diambil maksimal 10% dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun dan diambil maksimal 30% dari total saldo untuk uang perumahan dan jika pesrta mengalami meninggal dunia dan cacat seumur hidup. (2) Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama mejadi peserta jika setalah mencapai usia 56 Tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan berhenti bekerja dan BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan infomasi kepada peserta mengenai besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 kali dalam setahun serta apabila peserta meninggal dunnia urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT jika status peserta Janda/duda, anak, orang tua, cucu, saudara kandung, mertua, pihak yang ditunjuk dalam wasiat dan apabila tidak ada ahli waris maka JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan dan jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai menjadi tanggungan perusahaan.

  3) Jaminan Pensiun Jaminan pensiun merupakan Jaminan Sosial yang bertujuan untuk mempertahankan deerajat kehidupan peserta atau ahli warisnya agar tetap hidup dengan layak dengan memberikan sebuah penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total maupun meninggal. Jaminan Pensiun pemberi kerja penyelenggara Negara dan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara Negara.

  Ketentuan mengenai pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara Negara sudah diatur dengan peraturan pemerintah, sedangkan kepesertaan pekerja yang bekerja kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan seluruh pekerjanya kepada BPJS Ketenagakerjaan sebagai peserta Jaminan Pensiun (JP). Kepesertaan progam Jaminan Pensiun berlaku ketika pekerja sudah terdaftar dan iuran pertama sudah dibayarkan kepada BPJS Ketenagakerjaan.

  Selain itu pekerja yang didaftrakan oleh pemberi kerja yang mempunyai usia paling banyak 1 bulan sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56 Tahun dan mulai 1 Januari 2019 usia pensiun menjadi 65 Tahun dan selanjutnya bertambah 1 Tahun untuk setiap 3 Tahun berikutnya sampai mencapai usia pensiun 56 Tahun.

  Dalam hal ini pemberi kerja harus mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan dan pekerja wajib memberitahukan kepesertaannya kepada pemberi kerja tempat kerja baru dengan menunjukan kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan yang akan diteruskan kepesertaannya.

  4) Jaminan Kematian (JKm) Dalam Jaminan Kematian (JKm) adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris saat peserta meninggal dunia dalam catatan meninggal bukan akibat kecelakaan kerja. Berdasarkan hal ini pemberi kerja dan setiap orang yang bekerja berkewajiban dalam keikutsertaan sebagai peserta Jaminan Kematian (JKm) dengan ketentuan perundang undangan yang sudah ditentukan. Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 dalam pembayaran iuran dibayarkan oleh peserta penerima upah sebesar 0,30 % dari gaji sebulan yang sifatnya wajib dibayarkan oleh pemberi kerja dan iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp.6.800.000,- atau sebesar enam juta delapan ratus ribu rupiah setiap bulan serta besarnya iuran dan manfaat progam Jaminan Kematian (JKM) bagi peserta dilakukan evaluasi secara berkala paling lama 2 (dua) tahun. Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak berlaku lagi), terdiri atas:

  1. Santunan sekaligus Rp.16.200.000

  2. Santunan berkala 24 x Rp. 200.000 = Rp. 4.800.000 yang dibayar sekaligus.

  3. Biaya pemakaman sebesar Rp.3.000.000

  4. Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan memiliki masa iur paling singkat 5 tahun yang diberikan sebanyak Rp.12.000.000,- untuk setiap peserta.

  Dalam melaksanakaan perlindungan hukum kepada para tenaga kerja tentu saja Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mendapatkan kehambatan dalam melakukan program – programnya. Dijelaskan dalam Undang-undang no 24 tahun 2011 Pasal 6 ayat 2 bahwa BPJS Ketenagakerjaan mempunyai 4 program yaitu Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Program Jaminan Hari Tua, Program Jaminan Pensiun dan Program Jaminan Kematian. Hasil wawancara kepada beberapa narasumber, peneliti menemukan bahwa pengguna jasa dari jaminan sosial ini tidak hanya berasal dari kalangan sektor formal, namun juga sektor informal, dan setelah melakukan kegiatan wawancara terkait alasan mereka menggunakan jasa ini dikarenakan banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dengan biaya yang cukup rendah. Berdasarkan lima dari tujuh orang yang penulis wawancarai terkait pendapat antara iuran dan pelayanan/manfaat yang diberikan mengaku cukup puas dengan yang diperoleh, Sedangkan dua orang sisanya mengaku pelayanannya agak berbelit – belit dan kualitas layanan yang diberikan terkesan seadanya. Kemudian mereka memberikan keluhan tentang antrian yang ramai sekali dan perlu datang pagi untuk mengambil nomor antrian tetapi tetap terkadang besoknya datang lagi, kurang memadai/maksimalnya dalam pemberian fasilitas kesehatan dirumah sakit juga terkesan ada diskriminasi antara pasien normal dan pasien dari pengguna BPJS Ketenagakerjaan, ini menandakan bahwa

3.3 Faktor Penghambat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Dalam Proses Melindungi Tenaga

  evaluasi terhadap fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan dengannya. Hasil wawancara yang diperoleh dari Bapak Aziz Muslim dengan jabatan selaku Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Bandar Lampung dalam Proses Penyelenggaraan dan Penerapan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang- Undang No. 24 Tahun 2011 ditemukan bahwa faktor penghambat dibagi menjadi 2 faktor yaitu internal dan eksternal.

  1) Proses Administrasi yang terlalu panjang Banyak dari peserta BPJS ketenagakerjaaan yang terdaftar tidak dapat dilayani dengan optimal dikarnakan terlalu panjangnya proses birokrasi dan tertib admnistrasi. Sebagai contoh jika ada peserta yang ingin mendapatkan perawatan dan biayanya ditanggung maka pihak BPJS harus menunggu iuran dana dari pemerintah yang proses pencairan dananya lama. 2) Sumber daya manusia yang kurang terampil

  Dikarenakan proses perubahan JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan yang dilakukan pemerintah maka pihak penyelenggara jaminan sosial sendiri belum sepenuhnya dapat

  Dalam eramodernisasi sekarang ini contohnya banyak karyawan BPJS ketenagakerjaan yang belum terbiasa menggunakan komputer, bekerja cepat, dan tidak tertib hal ini sangat penting untuk mengurangi pengeluaran dibidang administrasi dan efisiensi pekerjaan. 3) Data dan Dana Perusahaan mitra

  BPJS Ketenagakerjaan Dalam prosesnya dilapangan perusahaan meminta pihak BPJS Ketenagakerjaan cepat dalam melakukan tindakan kepada para karyawannya yang ingin mengklaim biaya perawatan pribadinya padahal hal ini bertolak belakang dengan apa yang didapat dapat pihak BPJS Keenagakerjaaan. Pihak perusahaan dalam hal ini melalui bendaharanya seringkali telat dalam penyetoran iuran dana karyawannya ke BPJS Ketenagakerjaan dan tidak memperbaharui data - data karyawannya.

3.3.1 Faktor Penghambat Internal

  4) Fasilitas yang didapatkan peserta Pihak BPJS ketenagakerjaan tidak dapat menangani peserta dengan fasilitas optimal dikarnakan anggran untuk merawat dari iuran perusahaan yang diserap oleh BPJS ketenagakerjaan berbanding terbalik dengan pengeluaran. Dari tahun ke tahun pihak BPJS ketenagakerjaan selalu mengalami defisit keuangan dikarnakan dana yang terbatas dan suntikan dana pemerintah yang dirasa masih kurang dibidang kesehatan.

3.3.2 Faktor Penghambat Eksternal

  1) Kurangnya pemahaman pengusaha Data badan pusat statistik pada tahun 2017 mencatat sebanyak 3000 lebih perusahaan yang telah berbadan hukum belum terdaftar di BPJS ketenagakerjaan. Pengusaha beranggapan bahwa dengan mendaftarkan karyawannya di BPJS ketenagakerjaan akan menambah beban biaya dan pekerjaaan perusahaan.

  2) Dana Terbatas Perusahaan Perusahaan yang ingin mendaftarkan karyawannya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan otomatis harus mendata seluruh karyawannya dan melakukan setoran iuran bulanan sesuai dengan tarif yang disepakati , sehingga hal ini menjadi beban keuangan pagi perusahaan , dan lagi dengan persaingan usaha yang semakin ketat , upah minimum yang terus naik menjadikan perusahaan tertekan dibidang finansialnya. 3) Kurang di Percayanya BPJS

  Ketenagakerjaan Oleh karena pihak BPJS mengakui melalui wawancara yang dilakukan peneliti dikantor BPJS ketenagakerjaan bahwa dana yang diperoleh dari iuran para pekerja sulit untuk direalisaskan terbentur birokasi yang panjang maka pihak pengusaha lebih memilih asuransi swasta.

  4) Perusahaan Belum Mendaftar Pada Semua Program Masih adanya perusahaan yang mendaftarkan tenaga kerja hanya di sebagian yang menjadi program wajib saja, sehingga perusahaan tersebut berada dalam kategori tidak patuh atau PDS Program.

  5) Perusahaan Daftar Sebagian (PDS) Upah Masih masifnya perusahaan yang melaporkan upah bukan sebenarnya, padahal elaporan secara jujur tentang besaran upah karyawan justru baik bagi masa depan pengawai tersebut.

  Contohnya pada kasus kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 (di Gunung Salak) terdapat dua pegawai dari perusahaan yang sama menjadi korban. Salah satu korban menerima santunan kematian sebesar Rp 160 juta sementara korban lainnya menerima Rp 1,6 miliar. 6) Perusahaan Wajib Belum Daftar

  (PWBD) Masih banyaknya perusahaan wajib namun belum mendaftar sebagai kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja yang merugikan karyawan dari perusahaan tersebut.

  7) Perusahaan Daftar Sebagian (PDS) Tenaga Kerja Adanya perusahaan yang mendaftarkan sebagian dari tenaga kerja nya, sebagai contoh perusahaan ABC memiliki 100 karyawan namun yang didaftarkan hanya 50 sehingga 50 sisanya belum dilindungi jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan dalamskripsi ini, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat dinyatakan kesimpulan sebagai beriku:

  1) Perlindungan hukum tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 terdapat 4 program yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja: program yang memberikan perlindungan atas risiko kecelakaan yang terjadi dalam kerja. Jaminan Hari Tua: program yang memberikan jaminan sosial ekonomi untuk pesertanya ketika mereka menginjak masa tua. Jaminan Kematian: program yang memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja. Jaminan Pensiun: Jaminan yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan yang layak bagi peserta memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. 2) Faktor penghambat dalam melakukan perlindungan hukum kepada tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan ada 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah proses administrasi yang panjang, kurang terampilnya SDM, dan fasilitas yang kurang memadai. Faktor eksternal adalah kurangnya pemahaman pengusaha, dana perusahaan yang terbatas, kurang dipercayanya BPJS ketenagakerjaan dan perusahaan yang masih mendaftarkan sebagian pekerjanya saja.

  4.2 Saran

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan oleh penulis, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

  5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1) Diharapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan mengoptimalkan kerja programnya dengan merekrut karyawan baru agar tidak banyak lagi peserta yang ingin mengantri dengan lama dan datang berkali-kali. 2) Diharapkan Pemerintah dan BPJS Ketenagakerjaan gencar melakukan sosialisasi kepada pengusaha dan pemberi kerja yang belum tergabung dalam BPJS Ketenagakerjaan.

  3) Diharapkan BPJS TK melakukan monitoring terhadap pihak-pihak rumah sakit/pelayanan kesehatan yang di pilih untuk bekerja sama agar tidak ada lagi kesan diskriminatif oleh pihak rumah sakit/pelayanan kesehatan yang timbul.

Dokumen yang terkait

PERAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENINGKATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 0 14

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS OLEH Dewa Gede Sumantri, Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Email: dewagede127yahoo.com, Eddy Rifa’i, Diah G

0 0 12

UPAYA PENANGGULANGAN KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT AKIBAT PENCEMARAN DI WILAYAH HALIM PERDANAKUSUMA JAKARTA TIMUR

0 0 14

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN Dani Aji Nugraha, Eko Raharjo, Rinaldy Amrullah. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Lampung ABSTRAK - ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHA

0 0 7

PENGAJUAN KEBERATAN OLEH WAJIB PAJAK PENGHASILAN DAN PENGENAAN SANKSI DENDA (Studi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung)

0 0 17

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENYUAPAN PADA PENERIMAAN ANGGOTA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA LAMPUNG BARAT Oleh Beni Pramiza, Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Email: beni.pramiza92gmail.com, Tri Andr

0 0 14

PENEGAKAN SANKSI ADMINISTRATIF DALAM PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

0 0 13

PENERAPAN REKAM MEDIS DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA MALPRAKTEK KEDOKTERAN

0 1 7

Kata Kunci : Perjanjian Perkawinan, Perkawinan Campuran, Tanah Hak Milik A. PENDAHULUAN - PEMISAHAN HARTA DALAM PERKAWINAN CAMPURAN UNTUK MENGHINDARI KEPEMILIKAN TANAH HAK MILIK OLEH ORANG ASING

0 1 14