EVALUASI PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KECAMATAN SERANG KOTA SERANG

  

EVALUASI PEMBINAAN KELEMBAGAAN

PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN

USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

DI KECAMATAN SERANG KOTA SERANG

  

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh: Ayu Wahyuni

  NIM.6661091294

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

ABSTRAK

Ayu Wahyuni. NIM: 6661091294. 2015. Skripsi. Evaluasi Pembinaan

Kelembagaan Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) di Kecamatan Serang Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi

Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Pembimbing I, Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si., Pembimbing II, Riny

Handayani, S.Si., M.Si.

  Kata Kunci : Evaluasi, Pembinaan Kelembagaan Petani, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

  PUAP merupakan program dari Kementerian Pertanian dalam upaya membangun desa mandiri pangan berlandaskan agribisnis. Masalah pada program PUAP di Kecamatan Serang, Kota Serang adalah masih lemahnya kelembagaan petani. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Evaluasi Dunn (2003:610). Tujuan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan pembinaan kelembagaan petani program PUAP di Kecamatan Serang, Kota Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan, observasi, wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dari Irawan (2005:5.28-5.35). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tim Teknis terkait belum menjalan peran dan fungsinya dengan baik. Kurangnya dukungan Tim Teknis dalam pelaksanaan program mengakibatkan banyak terjadi kemacetan dana PUAP dan pembinaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembinaan kelembagaan petani program PUAP belum berjalan optimal. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan perlunya koordinasi dan sistem yang mendukung dari berbagai lini Tim Teknis mulai dari Tim Pembina program PUAP di tingkat Provinsi sampai Tim Penyuluh di Gapoktan, peningkatan sosialisasi, monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala oleh tim teknis dengan melibatkan peran aktif pengurus Gapoktan, pengaktifan kembali kegiatan PUAP Gapoktan melalui pertemuan/rapat rutin anggota, serta pembinaan, pembimbingan, pengawasan mulai dari pengajuan dana PUAP sampai pemanfataannya oleh Gapoktan.

  

ABSTRACT

Ayu Wahyuni. NIM: 6661091294. 2015. Thesis. The Evaluation of Farmer’s

Institutional Management to Rural Agribusiness Development Program (PUAP) in

the District of Serang, Serang. The Department of Public Administration, Faculty

st

of Social and Political Sciences. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1 Advisor,

nd Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si., 2 Advisor, Riny Handayani, S.Si., M.Si.

  Keyword : Evaluation, Farmer’s Institutional Management, Rural Agribusiness Development Program (PUAP)

PUAP is the one program of ministry agriculture which effort to develop the village

for food dependency based on agribusiness through the provision of Direct Aid

Society (BLM) to Farmers’ Group Association (Gapoktan). The problems

identification from this program is the weakness of farmer’s institutional. By using

the theory of Dunn (2003:610) which content the indicators are effectiveness,

efficiency, adequacy, equity, responsiveness and appropriatness. The purpose of this

research to evaluate the implementation farmer’s institutional management to

PUAP’s program in district of Serang, Serang. The method is used by descriptive

qualitative. The data are collected by literature study technique, observation and

interview. Analysis of the data is used by Irawan (2005:5.28-5.35). The result of this

research shows that the technical teams are not implement their role and function

well. The minimum support from them in program implementaton caused many funds

PUAP stagnating and Gapoktan management. It shows that management

implementation of farmer’s institutional PUAP’s program is not optimal. The

Recommendation of this research are to coordinate and to support a systems from

various of related technical team s ranging from team builder PUAP programs at the

provincial level to the instructor team at the level Gapoktan , enhancement of socialization,

monitoring and evaluation activities in periodically of the technical teams by

involving the active participation from the Gapoktan organizer, PUAP Gapoktan

activities are reactivated by reguler meeting of members, management, guiding and

controlling of submission the PUAP’s funds until utilization of Gapoktan.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan berkat, rahmat, hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Evaluasi Pembinaan Kelembagaan Petani Pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Serang Kota Serang. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Terimakasih yang tak terhingga Penulis ucapkan kepada kedua orangtua (Ibunda dan Ayahanda) penulis, tanpanya skripsi ini tentu tidak mungkin terselesaikan. Penulispun menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari segenap pihak yang telah bersedia memberikan bantuanya baik secara moril dan materil demi mendukung proses peyelesaian penelitian. Untuk itu, tidak lupa pula penulis sampaikan rasa terimakasih kepada:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

  2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

  3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

  4. Mia Dwianna W., M.I.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

  5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

  6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

  7. Ipah Ema Jumiati, S.SIp., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

  8. Ima Maesaroh, S.Ag., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, dan saran selama perkuliahan;

  9. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbig I Skripsi. Atas bimbingan dan motivasi yang tiada terkira selama proses penyusunan skripsi;

  10. Riny Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi. Atas bimbingan dan motivasi yang tiada terkira selama proses penyusunan skripsi;

  11. Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama perkuliahan;

  12. Semua Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Atas bantuan pelayanan yang telah diberikan selama perkuliahan;

  13. Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) Provinsi Banten dan seluruh staf terkait. Atas ijin serta bantuan pelayanan data dan informasi selama proses penelitian;

  14. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Banten dan seluruh staf terkait. Atas ijin serta bantuan pelayanan data dan informasi selama proses penelitian;

  15. Dinas Pertanian Kota Serang dan seluruh staf terkait. Atas ijin serta bantuan pelayanan data dan informasi selama proses penelitian;

  16. Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kota Serang dan seluruh staf terkait. Atas ijin serta bantuan pelayanan data dan informasi selama proses penelitian;

  17. Unit Pengelola Teknis (UPT) Pertanian Kecamatan Serang beserta seluruh Tim Penyuluh Pendamping PUAP dan staf terkait. Atas ijin serta bantuan pelayanan data dan informasi selama proses penelitian;

  18. Penyelia Mitra Tani Program PUAP Kota Serang. Atas kesediaannya dalam pemberian data dan informasi selama proses penelitian;

  19. Semua Gabungan Kelompok Tani Kecamatan Serang. Atas kesediaannya dalam pemberian data dan informasi selama proses penelitian;

  20. Seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan bimbingan, motivasi dukungannya yang tak terkira kepada penulis;

  21. Saudara-saudariku tercinta di Learning House Community, Annisa Rozani, Arif Budiman, Hutaimiroh, Khusnul, Leli Rahmawati, Nita Triani, Muhammad Hizbi R., Yusuf Setiawan, dan semua yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah bersedia berbagi ilmu, motivasi dan dukungan yang tiada henti kepada penulis.

  22. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Afifatunnisa, Bayinah, Bukhari Syam, Geni Siti Martia, Mukaromatun Nisa, Najiah, Wahyu Apriansyah, Weni Widiyanti.

  Atas persahabatan, bantuan, motivasi, yang telah diberikan kepada penulis baik selama proses perkuliahan maupun dalam proses penelitian.

  23. Teman-temanku seperjuangan pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Tahun Angkatan 2009. Atas dukungan dan kebersamaan dan segala kenangan yang telah kita ukir bersama selama perkuliahan.

  24. Serta segenap pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya.

  Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini. Oleh karenanya dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan di masa mendatang.

  Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

  Serang, Januari 2015 Penulis,

  Ayu Wahyuni

  DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 20

  1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 21

  1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 21

  1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................... 22

  1.6 Kegunaan Penelitian ............................................................... 22

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

  2.3.2 Tujuan PUAP .............................................................. 49

  3.1 Metode Penelitian .................................................................... 66

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  2.7 Asumsi Dasar ........................................................................... 65

  2.6 Kerangka Berfikir .................................................................... 63

  2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................... 58

  2.3.5 Organisasi Pelaksana PUAP ....................................... 51

  2.3.4 Indikator Keberhasilan PUAP ..................................... 50

  2.3.3 Sasaran Kegiatan PUAP .............................................. 49

  2.3.1 Pengertian PUAP ........................................................ 49

  2.1 Konsep Kebijakan Publik ........................................................ 24

  2.4 Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ............ 49

  2.3 Pembinaan Kelembagaan Petani ............................................. 46

  2.2.2 Konsep Kelembagaan .................................................. 43

  2.2.1 Konsep Pembinaan ...................................................... 42

  2.2 Pembinaan Kelembagaan ......................................................... 42

  2.1.4. Evaluasi Kebijakan Publik .......................................... 30

  2.1.3. Implementasi Kebijakan Publik .................................. 28

  2.1.2. Tahapan Kebijakan Publik .......................................... 27

  2.1.1. Pengertian Kebijakan dan Kebijakan Publik .............. 24

  3.2 Instrumen Penelitian ................................................................ 67

  3.4 Informan Penelitian .................................................................. 69

  3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 71

  3.6 Teknik Analisis Data ............................................................... 73

  3.7 Uji Keabsahan Data ................................................................ 75

  3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian ................................................... 76

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................... 77

  4.1.1. Keadaan Umum Kota Serang ...................................... 77

  4.1.2. Kecamatan Serang ....................................................... 80

  4.1.3. Dinas Pertanian Kota Serang ...................................... 88

  4.2 Gambaran Umum Program PUAP ........................................... 91

  4.3 Daftar Informan Penelitian ..................................................... 95

  4.4 Deskripsi Data Penelitian ........................................................ 97

  4.5 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 100

  4.6 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 199

  BAB V PENUTUP

  5.1. Simpulan ................................................................................. 258

  5.2. Saran ....................................................................................... 259

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. xiii

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 1.1 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Menurut

  Kabupaen/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012 ..................... 4

Tabel 1.2 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera Kota Serang

  Tahun 2011-2012 ..................................................................... 6

Tabel 1.3 Tingkat Pengangguran di Kota Serang Tahun 2011-2012 ....... 6Tabel 1.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

  Harga Berlaku Tahun 2010 – 2012 dalai Persen ..................... 9

Tabel 1.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

  Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Banten Tahun 2012… 10

Tabel 1.6 Tingkat Pendidikan Petani di Kecamatan Serang Tahun 2011. 15Tabel 1.7 Status Kepemilikan Lahan Gapoktan di Kecamatan Serang

  Tahun 2014 ............................................................................. 16

Tabel 1.8 Angsuran Gapoktan di Kecamatan Serang Per September 2014 ......................................................................................... 18Tabel 2.1 Tipe Kriteria Evaluasi Menurut William N. Dunn .................. 36Tabel 2.2 Tiga Pendekatan Evaluasi ....................................................... 38Tabel 2.3 Metode Evaluasi Menurut Finterbusch dan Motz .................... 40Tabel 3.1 Informan Penelitian .................................................................. 70Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ..................................................................... 76Tabel 4.1 Pembagian Administratif Kota Serang .................................... 79Tabel 4.2 Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Jenis

  Kelamin di Kota Serang Tahun 2012 ...................................... 80

Tabel 4.3 Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Serang

  Tahun 2013 ............................................................................. 81

Tabel 4.4 Pembagian Wilayah Administratif Desa/Kelurahan di Kecamatan Serang Tahun 2012 ........................................ 82Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan

  Serang Tahun 2012 ............................................................... 84

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan

  Serang Tahun 2012 ............................................................... 85

Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Kecamatan Serang Berdasarkan Mata

  Pencaharian Tahun 2012 ...................................................... 86

Tabel 4.8 Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah di Kecamatan

  Serang Tahun 2012 ............................................................... 87

Tabel 4.9 Data Pegawai Dinas Pertanian Kota Serang Tahun

  Anggaran 2012 Berdasarkan Golongan................................. 90

Tabel 4.10 Data Pegawai Dinas Pertanian Kota Serang Tahun

  Anggaran 2012 Berdasarkan Jabatan .................................... 91

Tabel 4.11 Perkembangan Aset Gapoktan di Kecamatan Serang

  Per September 2014 .............................................................. 94

Tabel 4.12 Kodefikasi Key Informan Penelitian .................................... 96Tabel 4.13 Kodefikasi Secondary Informan Penelitian .......................... 97Tabel 4.14 Daftar Gapoktan Penerima PUAP di Kecamatan Serang ..... 103Tabel 4.15 Bidang Usaha yang Dibiayai BLM-PUAP di Kecamatan

  Serang ................................................................................... 109

Tabel 4.16 Gambaran Pengurus Gapoktan di Kecamatan Serang ........... 112Tabel 4.17 Keadaan Kelompok Tani di Kecamatan Serang Tahun 2012.. 121Tabel 4.18 Daftar Gapoktan Aktif di Kecamatan Serang Tahun 2013 ... 124Tabel 4.19 Perkembangan Aset Gapoktan pada Oktober 2013 .............. 129Tabel 4.20 Hitungan Keuntungan Hasil Usaha Padi GapoktanTabel 4.21 Range Pendapatan Petani Berdasarkan Luas Lahan Garapan di Kecamatan Serang ............................................................ 196Tabel 4.22 Hasil Penilaian Atas Dimensi Efektifitas .............................. 220Tabel 4.23 Hasil Penilaian Atas Dimensi Efisiensi ................................. 234Tabel 4.24 Hasil Penilaian Atas Dimensi Kecukupan ............................. 243Tabel 4.25 Hasil Penilaian Atas Dimensi Perataan ................................. 247Tabel 4.26 Hasil Penilaian Atas Dimensi Responsivitas ......................... 250Tabel 4.27 Hasil Penilaian Atas Dimensi Ketepatan ............................... 256

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 2.1 Siklus Skematik Kebijakan Publik Hoogwood dan Gun ...... 27Gambar 2.2 Rangkaian Implementasi Kebijakan ..................................... 29

  Model sederhana Evaluasi Implementasi Nugroho ....................... 41

  Gambar 2.3

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir .................................................................. 64Gambar 3.1 Proses Analisis Data .............................................................. 73Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Serang........................................... 83

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 PedomanWawancara Lampiran 3 Surat Pernyataan Informan Lampiran 4 Membercheck Lampiran 5 Transkip Data Dan Koding Lampiran 6 Kategorisasi Data Lampiran 7 Catatan Lapangan Lampiran 8 Data-data Pendukung Hasil Penelitian Lampiran 9 Lembar Bimbingan Lampiran 10 Dokumenasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Sejak berlakunya otonomi daerah, paradigma pembangunan lebih menitikberatkan kepada peran aktif masyarakat dan pemerataan pertumbuhan ekonomi. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan disempurnakan kembali dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

  Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, memberikan kewenangan pada Pemerintah Daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber potensi yang dimiliki daerah. Kewenangan yang dimaksud yakni keleluasaan daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang bersifat lokal yakni menyangkut urusan pemerintahan selain urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat: politik luar negeri, keuangan dan moneter nasional, yustisi, pertahanan dan keamanan, dan agama (Nurcholis, 2009:3).

  Adanya pelimpahan kewenangan Pemerintahan kepada daerah di era otonomi dan desentralisasi seperti sekarang ini, menimbulkan konsekuensi logis dimana Pemerintah Daerah dituntut harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai, untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan Pemerintahan dalam menjamin kemandirian dan kesejahteraan daerah. Penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat (civil

  

development) agar mampu mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan

  kepentingan, prioritas, dan potensi lokal. Sehingga daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif dalam pelaksanaan Pemerintahan maupun pembangunan daerahnya.

  Akan tetapi esensi pemberian hak otonomi melalui asas desentralisasi kewenangan tidak selamanya selalu berjalan baik, otonomi daerah yang seharusnya menjadi momentum yang tepat dalam memberdayakan masyarakat lokal dengan orientasi percepatan pembangunan yang lebih menekankan pada pertumbuhan (growth), justru secara nyata telah membuat jurang kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Pembangunan dan perkembangan kota saat ini sering berbanding terbalik dengan perkembangan wilayah perdesaan.

  Hal ini disebabkan pembangunan yang cenderung sentralistik di wilayah perkotaan sebagai pusat dari segala kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, hiburan dan lain-lain. Sehingga hal tersebut telah menyebabkan kesenjangan pembangunan baik fasilitas maupun infrastruktur antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Ekonomi perdesaan tidak memperoleh nilai tambah (value added) yang proporsional akibat dari wilayah perkotaan hanya sekedar menjadi pipa pemasaran dari arus komoditas primer perdesaan, sehingga sering terjadi kebocoran wilayah yang merugikan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri (Tarigan, 2005). Pembangunan spasial yang diharapkan mampu memberikan

  

trickle down effect berupa pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pada daerah

  belakangnya (hinterland) ternyata menimbulkan aglomerasi atau pemusatan sumber daya ekonomi dan kegiatan pembangunan di kota-kota besar.

  Percepatan pembangunan di perkotaan yang cenderung memusatkan dirinya pada sektor industri ternyata tidak diikuti dengan sektor itu dalam menyediakan kesempatan kerja bagi penduduk yang sektornya (pertanian) digantikan oleh industri (Baswir, 1999:9). Pola konsentrasi spasial di kota cenderung meningkat, karena pertambahan infrastruktur, lapangan kerja, dan industri menumpuk di kota sehingga migrasi menjadi sulit dihindari (Kompas, 17/11/07). Pada sisi lain, keterpurukan bidang ekonomi desa menjadi penyebab utama migrasi penduduk dari desa ke kota (Gilbert & Gugler, 1996:60). MenurutYudhoyono (2004) bahwa pembangunan yang telah berkembang selama ini telah melahirkan kemiskinan dan pengangguran di pertanian dan perdesaan.

  Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Lukman Edy menyebutkan di tahun 2009 terdapat 37.000 desa tertinggal dari 72.000 desa di Indonesia diakses 18 januari 2013). Sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas) merilis di tahun 2009 terdapat 183 daerah tertinggal yang tersebar di 34 Kabupaten/Kota daerah otonom baru di Indonesia yang memaksa kelompok marginal di perdesaan melakukan migrasi ke perkotaan (Baswir, eds, 1999:12, Wie, 2004:30). Kepadatan penduduk di perkotaan akibat migrasi dari desa ke kota juga akan menimbulkan ekses sosial tersendiri. Seiring pesatnya pertumbuhan kota, kemiskinan secara globalpun berpindah ke kota.

  Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dialami Banten. Sudah 14 tahun Banten berdiri sebagai Provinsi, sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, secara otomatis memberikan hak otonomi kepada Banten dalam meyelenggarakan Pemerintahan Daerah secara mandiri. Namun, pemberian hak otonomi yang diharapkan mampu menjadi stimulan dalam kemajuan pembangunan daerah, ternyata masih belum terwujud.

  Berikut adalah angka kemiskinan di Banten dapat dilihat pada tabel 1.1: Tabel 1.1

  Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012

  Persentase

  Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin

  (%)

  (orang) Kabupaten/Regency

  1. Pandeglang 117.644 9,80

  2. Lebak 115.160 9,20

  3. Tangerang 188.653 6,42

  4. Serang 82.047 5,63 Kota/Munnicipality

  5. Tangerang 114.333 6,14

  6. Cilegon 15.453 3,98

  7. Serang 37.436 6,25

  8. Tangerang Selatan 20.144 1,50

  6,26

  Total 690.874

  (Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013)

  Berdasarkan data empirik tersebut, diketahui jumlah penduduk miskin di Banten Tahun 2012 mencapai 690.874 orang (6,26%) dari total penduduk Banten, dimana angka kemiskinan tertinggi ada di Kabupaten Pandeglang dengan jumlah penduduk miskin 117.644 orang (9,80%), sedangkan Kabupaten/Kota dengan persentase kemiskinan terendah yaitu Kota Tanggerang Selatan dengan jumlah penduduk miskin 20.144 orang (1,50%).

  Kota Serang sendiri sebagai Ibu Kota Provinsi angka kemiskinannya menempati urutan ke 4 dari seluruh Kabupaten/Kota di Banten dengan jumlah penduduk miskin 37.436 orang (6,25%). Tidak hanya itu, Banten juga masuk dalam kategori Provinsi dimana 2 daerahnya yakni Lebak dan Pandeglang masuk dalam kategori daerah tertinggal ke-49 dan ke-50 dari 34 Kabupaten/Kota di Indone diakses 18 Januari 2013). Bahkan pada Februari 2012, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Banten paling tinggi di Indonesia yakni 579.677 orang atau 10,74 % dari total penduduk Banten sebanyak 7.591.280 orang (Statistik Indonesia, 2012).

  Hal yang serupa juga terjadi di Kota Serang. Kedudukannya sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi Banten juga daerah alternatif dan penyangga (hinterland) Ibu Kota Negara, karena dari Jakarta hanya berjarak sekitar 70 Km, sekaligus sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, tidak menjadi jaminan kesejahteraan masyarakatnya. Lain lagi berdasarkan data yang didapatkan dari BPS Kota Serang jumlah keluarga Pra Sejahtera di Kota Serang berdasarkan Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 1.2 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera Kota Serang Tahun 2011-2012

  No Tahun Jumlah Pengangguran Total Penduduk Persentase (%) 1. 2011 81.963

  

29.702 (5,01%)

  (4,84%) penduduk miskin di Kota Serang menunjukkan penurunan 0,17% dari tahun sebelumnya dimana ditahun 2011 berjumlah

  29.636

  Dari tabel 1.2 BPS merilis di tahun 2012 terdapat

  (Sumber: BPS Kota Serang, 2013)

  10,80

  611.897

  13,84 2. 2012 66.329

  592.222

  Tabel 1.3 Tingkat Pengangguran Di Kota Serang Tahun 2011-2012

  

No Kecamatan Keluarga Pra Sejahtera Total Penduduk Persentase (%)

1.

  Selain jumlah keluarga Pra Sejahtera di atas, angka pengangguran di Kota Serang juga dapat dilihat pada tabel berikut:

  2012 29.636 611.897 4,84 2011 29.702 592.222 5,01 (Sumber:BPS Kota Serang, 2013)

  3,02 1,70 1,43 2,46 2,33 6,12

  49.110 81.503 89.950 216.785 83.059 91.490

  1.484 1.389 1.285 5.338 1.939 5.602

  6. Curug Walantaka Cipocok Jaya Serang Taktakan Kasemen

  5.

  4.

  3.

  2.

  . Sedangkan berdasarkan tabel 1.3 jumlah pengangguran sampai pada tahun 2012 di Kota Serang sebanyak 66.329 (10,80%), jumlah ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 3,04% apabila dibandingkan dengan angka pengangguran tahun 2011 yang Kecamatan Serang letaknya yang berdekatan dengan pusat kota ternyata tidak menjamin perekonomian masyarakatnya. Dimana pada tabel 1.2 menunjukkan ditahun 2012 kemiskinan Kecamatan Serang masih tergolong tinggi yakni sebanyak 5.338 orang (2,46%), menempati urutan ketiga persentase Kecamatan dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Kota Serang setelah Kecamatan

  1.484 (3,02%) dan Kecamatan

  Curug dengan total penduduk miskinnya Kasemen

  5.602 orang dengan total penduduk miskin tertinggi (6,12%).

  Meskipun memang jumlah penduduk miskin di Kecamatan Serang tergolong tinggi karena jumlah penduduk Kecamatan Serang yang juga tinggi akan tetapi, sebagai Kecamatan yang letaknya berdekatan hanya 1,5 KM dengan Ibu Kota Provinsi, sekaligus sebagai pusat wilayah pembangunan pusat kota, tentu seharusnya angka kemiskinan di Kecamatan Serang dapat ditekan serendah mungkin. Adapun tingkat kemiskinan tertinggi untuk Kecamatan Kasemen masih dinilai lazim terjadi, karena jarak antara wilayah Kecamatan dengan Ibu Kota Provinsi sebagai pusat pembangunan relatif jauh dimana jarak Kecamatan Kasemen dengan Ibu Kota Provinsi sekitar 7 KM (BPS Kota Serang, 2013). Hal ini sangat kontras menunjukkan adanya kesenjangan antara pusat kota dan wilayah disekitarnya.

  Masalah kemiskinan dan pengangguran tersebut jelas memberikan gambaran bahwa pembangunan yang hanya menitikberatkan di wilayah perkotaan, akan semakin memperlebar jurang kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Ketidakmerataan pembangunan ini tentu tidak pengangguran di daerah. Masalah kemiskinan dan pengangguran akan terus menjadi masalah pokok nasional yang masuk dalam program prioritas untuk tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat Masalah kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan juga telah menjadi kesepakatan global untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGS).

  Penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui langkah sistematik, terpadu dan menyeluruh dengan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan secara langsung. Berangkat dari pemahaman tersebut, seyogyanya Pemerintah Daerah perlu untuk meninjau kembali orientasi kebijakan pembangunan yang selama ini telah dilakukan. Pembangunan daerah hendaknya tidak hanya terfokus pada sektor makro saja, tetapi juga turut memperhatikan struktur perekonomian secara mikro dengan memperhatikan karakteristik daerah yang potensial dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, hingga menyentuh sampai pada masyarakat level bawah yang umumnya berkerja sebagai petani.

  Tanpa menafikkan peran sektor perekonomian lainnya yang ada di Banten dan Kota Serang khususnya, adanya pengembangan pertanian berbasis agribisnis merupakan salah satu strategi alternatif percepatan pembangunan daerah yang dirasa tepat dalam meningkatkan pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal, dan turut meningkatkan eksistensi pertanian dan mengangkat kesejahteraan petani. berlaku memperlihatkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan regional Banten pada tahun 2012 hanya sebesar 7,88% (BPS Provinsi Banten, 2013). Angka ini masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan sektor industri, yang selama kurun waktu tiga tahun terakhir masih menjadi leading

  

sector (sektor unggulan) dalam perekonomian Banten. Selengkapnya dapat dilihat

  dalam tabel 1.4 berikut :

  

Tabel 1.4

  Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2012 dalam Persen

  Lapangan Usaha Tahun

  2010 Tahun

  2011 Tahun

  2012 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 8,27 7,95 7,88 Pertambangan & Penggalian 0,11 0,10 0,10 Industri Pengolahan 48,40 47,69 45,95 Listrik, Gas &Air Bersih 3,55 3,55 3,68 Konstruksi 3,48 3,56 3,69 Perdagangan, Hotel & Restoran 18,23 18,50 19,24 Pengangkutan& Komunikasi 8,83 9,18 9,47 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 3,82 3,83 3,90 Jasa – jasa 5,31 5,64 6,10

  (Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013)

  Meskipun memang sektor pertanian bukanlah sektor unggulan dalam struktur perekonomian lokal, namun Pemerintah Daerah tidak dapat menutup mata bahwa sektor pertanian tetap menjadi tumpuan hidup bagi sebagian angkatan kerja di Banten yakni 602.859 orang dari 4.605.847 angkatan kerja, sebagaimana yang terlihat pada tabel 1.5:

  Tabel 1.5

  Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utamadi Provinsi Banten Tahun 2012

  Sektor Usaha Jumlah yang Bekerja (orang) Pertanian

  602.859 Industri Pengolahan 1.190.185 Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel 1.122.201 Jasa-Jasa

  869.471 Lainnya

  821.131 Total 4.605.847

  (Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013)

  Dalam Konteks Pembangunan ekonomi lokal berbasis kerakyatanan di era otonomi daerah, Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi memiliki 20,185.921 Ha lahan pertanian (76,30%) dari seluruh luas lahan di Kota Serang yakni 26,456.014 Ha (BPS Kota Serang, 2013). Dimana luas lahan pertanian tersebut masih mungkin untuk dikembangkan dalam rangka mengurangi kemiskinan dan pengangguran, sekaligus sebagai upaya pemerataan ekonomi masyarakat sekitar khususnya di wilayah pinggiran Kota.

  Pertanian lokal sendiri pada umumya dicirikan dengan masih banyaknya jumlah petani kecil dengan kepemilikan lahan tanah sempit. Bahkan sebagian besar petani lokal didominasi oleh usaha tani skala kecil, juga tidak sedikit dari mereka hanya berstatus sebagai petani penggarap yang notabennya masih sangat lemah dalam akses permodalan, pasar dan teknologi serta daya tawar produksi. Petani-petani tersebut sangat tergantung pada bantuan subsidi, dukungan harga serta perlindungan dari Pemerintah. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, bukan perkembangannya. Untuk itu didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Periode 2008-2013 Pemerintah Kota Serang mencanangkan program revitalisasi pertanian dengan sasaran kebijakan diantaranya : Tersedianya sarana dan prasarana penunjang produksi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, berfungsinya lembaga/organisasi tingkat petani, Terciptanya aksesibilitas yang mudah bagi Sumber Daya Manusia (SDM) petani terhadap informasi dan permodalan, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani di bidangnya.

  Sasaran kebijakan tersebut juga didukung dengan adanya Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dari Pemerintah Pusat pada tahun 2008 yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan usaha produktif hasil pertanian dan penguatan kelembagaan pertanian di perdesaan. PUAP merupakan program terobosan dari Kementerian Pertanian yang sebelumnya ditahun 2000 dikenal dengan nama Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Kelompok Tani dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan ditahun 2008 berganti nama menjadi PUAP. Adanya PUAP tidak lain dimaksudkan menanggulangi kemiskinan di Perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar pusat dan daerah serta antar subsektor di akses 5 November 2012).

  Dasar kebijakan PUAP telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PUAP yang dikeluarkan setiap tahun bersamaan dengan penerimaan Desa usulan penerima PUAP ditahun bersangkutan. Sehingga dasar kebijakan yang peneliti ambil berkenaan dengan Pedoman Umum PUAP yang diterbitkan ditahun 2012 mengenai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

  PUAP merupakan bentuk operasionalisasi paradigma pembangunan ekonomi perdesaan berlandaskan agribisnis perdesaan dalam membangun desa mandiri pangan. Dalam rangka mendukung pelaksanaan PUAP, Menteri Pertanian membentuk Tim PUAP melalui Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007.

  Program PUAP dapat membuka akses bagi petani untuk membentuk organisasi petani lokal yang memungkinkan untuk memperoleh bantuan modal usaha yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam hal ini adalah Bantuan Langung Mandiri (BLM) PUAP yang diperuntukkan bagi pengembangan hasil produktif pertanian. Selanjutnya organisasi tani ini terdiri dari Kelompok Tani (Poktan) yang kemudian tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

  Akan tetapi pada tataran pelaksanaannya, program PUAP tidak terlepas dari berbagai masalah yang kerap menjadi kendala tercapainya tujuan daripada program PUAP itu sendiri termasuk di Kecamatan Serang sebagai salah satu penerima bantuan Program PUAP. Meskipun Kecamatan Serang secara administratif merupakan bagian dari Kota Serang, dimana berdasarkan karakteristik wilayah perkotaan yang sangat lekat dengan ciri non-agraris, dianggap kurang tepat untuk pengembangan sektor pertanian.

  Namun, mengingat program PUAP merupakan program nasional pengentasan kemiskinan dan pengangguran dari Kementerian Pertanian dengan target 10.000 desa pertahun, maka program inipun diperuntukkan untuk wilayah perkotaan dengan tetap mempertimbangkan karakteristik mata pencaharian sebagian masyarakat setempat yang masih menggantungkan hidup pada sektor pertanian (agraris), selain juga masih dapat dioptimalkan untuk usaha non budidaya, sangat cocok bagi pengembangan usaha agribisnis di wilayah perkotaan.

  Sehubungan dengan itu, Menteri Pertanian dalam hal ini telah membuat kebijakan operasional terkait dengan upaya penumbuhan dan pengembangan kelompok tani, yang kemudian dapat dijadikan sebagai acuan bagi petugas pembina PUAP. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani. Permentan tersebut mengatur mengenai bagaimana strategi pengembangan kelembagaan petani yang dapat dijadikan acuan penyuluh dalam menumbuh kembangkan Poktan dan Gapoktan.

  Adapun program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) telah berjalan sejak tahun 2008 sehingga pelaksanaannya perlu dimonitoring dan di evaluasi. Monitoring dan evaluasi PUAP sendiri sebenarnya telah melekat dalam manajemen pelaksanaan PUAP sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Umum PUAP. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) yang dibentuk oleh Ketua Tim Pelaksana PUAP Pusat mencakup evaluasi PUAP ditingkat Provinsi dilaksanakan oleh Tim Pembina PUAP Provinsi. Dan evaluasi pelaksanaan PUAP ditingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota. Evaluasi yang disampaikan ke Pusat dalam hal ini adalah Kementerian Pertanian hanya sebatas laporan keuangan Gapoktan dan data LKM-A yang telah dibentuk, sesuai dengan format yang telah ditetapkan dari Kementerian Pertanian yang dilaporkan dari Tim Pembina PUAP Provinsi Banten

  Adapun evaluasi yang masuk baik ke Tim Pembina PUAP Provinsi Banten maupun Ke Tim Teknis PUAP kota Serang yaitu Dinas Pertanian Kota Serang melalui Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kota Serang merupakan laporan yang dibuat oleh Penyelia Mitra Tani (PMT). Penunjukan Penyelia Mitra Tani (PMT) ditahun 2013 sebagai tahun dimulainya penelitian ini dengan Surat Keputusan (SK) Kementerian Pertanian Nomor 75.1/kpts/OT.140/B/05/2013 terhitung sejak 1 Mei 2013 sampai Mei 2014 dengan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk wilayah binaan Kecamatan Serang adalah Ibu Laelatul Badriah.

  Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dan wawancara dengan petugas teknis PUAP terkait serta pengurus Gapoktan di Kecamatan Serang, permasalahan umum yang dihadapi di Kecamatan Serang pada program PUAP antara lain:

  

Pertama, sumber daya petani di Kecamatan Serang masih rendah, dimana

  sebagian besar petani yang ada di Kecamatan Serang masih memiliki latar belakang pendidikan belum tamat sekolah atau tidak tamat SD. Berikut adalah

tabel 1.6 tingkat pendidikan petani di Kecamatan Serang tahun 2011:

  Tabel 1.6 Tingkat Pendidikan Petani di Kecamatan Serang Tahun 2011

  8 Sukawana 230 139 94 463

  17

  10

  38

  6 Cimuncang - - - -

  7 Unyur

  40

  35 25 100

  9 Lontar Baru - - - -

  5 Lopang

  10 Kaligandu

  77

  47 32 156

  11 Terondol

  82

  49 33 164

  12 Kagungan - - - - Total 491 343 228 1062

  (Sumber: Program Penyuluhan Pertanian, 2012)

  11

  4 Kota Baru - - - -

  No Kelurahan Tingkat Pendidikan

  33

  Belum Sekolah/Tidak Tamat SD Tamat

  SD/SLTP Tamat SLTA ke Atas

  Jumlah

  1 Serang

  10

  13

  10

  2 Cipare

  83

  9

  11

  5

  25

  3 Sumur Pecung PPPecungPecun g

  32

  32

  19

  Dari tabel 1.6 diatas diketahui 1.062 penduduk Kecamatan Serang berprofesi sebagai petani. Data tersebut menunjukkan 491 orang belum berpendidikan/tidak tamat SD, 343 orang tamat SD/SLTP, 221 orang tamat SLTA ke atas. Dengan melihat data empirik tersebut jelas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Kecamatan Serang masih berpendidikan rendah. Rendahnya pendidikan petani tersebut, turut mempengaruhi kemampuan petani dalam pengembangan usaha agribisnis maupun penggunaan teknologi pertanian.

  Kedua, umumnya petani di Kecamatan Serang berstatus sebagai penggarap

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) (Suatu Studi di Kota Batu Propinsi Jawa Timur)

1 29 19

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) PADA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KARANG MAKMUR LUMAJANG

2 14 92

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI DESA SUKADANA KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 15 44

FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI KERBERHASILAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

4 31 213

RESPON ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

4 31 82

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP KINERJA DAN PENDAPATAN USAHA TANI ANGGOTA KELOMPOK TANI

0 0 10

KAJIAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

0 0 13

STUDI MENGENAI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) HORTIKULTURA KABUPATEN KARO

0 0 12

EFEKTIFITAS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

0 0 9

EFEKTIVITAS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI DESA GLEDEG KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN (Studi Tentang Penggunaan Dana PUAP Oleh Petani Melalui LKMA) - UNS Institutional Repository

0 0 17