BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) - BAB II RAGIL ASIH LESTARI GEOGRAFI'14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah disingkat UMKM adalah sebuah istilah

  yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usa ha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

  Dapat dinyatakan bahwa UMKM merupakan usaha yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Sementara itu usaha besar hanya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, namun aspek penyerapan tenaga kerja sangat kecil. Hasil analisis ini senada dengan pernyataan Dhard Dan Lydall (1961), dan Tambunan, et. al (2002) dalam Heriyadi (2012).

  Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut undang-undang no. 20 tahun 2008, adalah: a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:

  1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

  2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

  b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:

  1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

  2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

  c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni:

  1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

  2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2. Pendidikan Usaha Mikro Kecil Menengah

  Pendidikan merupakan sesuatu usaha untuk meningkatkan kualitas manusia yang berlangsung seumur hidup, dalam pengalihan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain, baik yang bersifat langsung dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Pendidikan memainkan peran yang fundamental dalam perkembangan pribadidan sosial yang membuka pintu kedunia (Lungwati, 2006:11).

  Menurut Sutrijat yang dikutip Eti (2004:10) menjelaskan tingkat pendidikan adalah banyaknya waktu yang dihabiskan oleh seseorang untuk mengikuti atau menempuh jalur pendidikan sekolah, bukan jenjang pendidikan yang diselesaikan. Lama tidaknya proses menentukan kemampuan seseorang untuk membedakan sesuatu yang benar maupun yang salah, membedakan perbuatan yang harus dilakukan atau dihindari. Pendidikan lebih mengarah kepada pembentukan kedewasaan seseorang, sikap social dalam kemampuan berpokir.

  Menurut Dendasurono dalam Dipo (2003:12) menyatakan bahwa kemajuan dibidang pendidikan telah semakin memperkuat cara berfikir masyarakat menuju masyarakat modern yang lebih rasional dan pragmatis. Dan semuanya akhirnya mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan diambil termasuk keputusan untuk menyekolahkan anaknya.

  Pendidikan yang dilakukan orangtua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anaknya. Jika orangtua hanya mendapatkan jenjang pendidikan dasar saja maka anaknya akan mendapatkan pendidikan dasar saja, tergantung dari pemikiran orangtuanya yang sudah mengikuti perkembangan jaman atau hanya meniru pola pikirnya saja tidak tau jenjang pendidikan yang harus ditempuh anaknya untuk bekal masa depannya nanti.

  Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap tindakan dan sikap mereka, terutama dalam memberikan respon yang datang dari luar.

  Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan memberikan respon terhadap sesuatu yang lebih tinggi akan akan memberika respon terhadap sesuatu yang lebih rasional dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Orang yang berpendidikan lebih tinggi akan dalam menanggapi sesuatu akan berpikir sejauh mana keuntungan bagi mereka.

3. Jenis usaha

  a. Pedagang besar Menurut Alma (2000:111) Pedagang besar ialah segala aktifitas marketing yang menggerakan barang-barang dari produksen kepedagang eceran atau kelembaga-lembaga lainnya.

  Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan perdagagngan besar atau bukan, ada 3 macam sifat yang harus diperhatikan: 1) Motif pembelian, motif ini memiliki tujuan bahwa barang bukan untuk dikonsumsi tetapi untuk dijual kembali dengan memperoleh keuntungan 2) Jumlah pembelian, dimanakah jumlah batasan pembelian itu merupakan pembelian perdagangan besar atau eceran. Yang dimaksud perdagangan eceran ialah pembelian yang dimaksudkan untuk diri sendiri atau keluarga, sendiri/kawan sendiri.

  3) Cara-cara usaha dari perusahaan tersebut, mengenai cara berusaha ada beberapa kriteria yaitu: a) Perdagangan besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya melayani pedagang eceran, tidak melayani semua konsumen b) Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar dari kebutuhan sehari-hari c) Harga-harga dapat berubah sesuai situasi. Bukan seperti pada pedagang, tetapi dapat diadakan korting, kredit, cara-cara pengiriman dan sebagainya.

  Pada umumnya produk yang dihasilkan pedagang besar?usaha besar tidak selau atau boleh dikatakan agak sulit untuk menjangkau para pembeli kecil ditempat terpencil. Selain daerah terpencil sulit dijangkau juga daya beli didaerah terpencil pada umumnya juga rendah. Sebagai jalur distribusinya mereka menggunakan warung atau kios kecil yang banyak dijumpai dan terbesar (Nitisusastro, 2010:39). b. Pedagang eceran Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran adalah sangat penting dalam proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit produsen menyalurkan barangnya, walau beberapa produksen dapat langsung menyalurkan barang kepada produksen dapat langsung menyalurkan barang kepada konsumen atau kepengecer, tapi kegiatan tidak dapat diandalkan dan dan tidak efisien. Sedangkan pedagang eceran adalah orang-orang atau took-toko yang kerja utamanya mengecerkan barang.

  Menurut Siropolis (1994) yang dikutip Nitisusastro (2010:37) memberikan sedikit gambaran bahwa yang masuk dalam kategori pedagang eceran/usaha kecil antara lain usaha yang dijalankan oleh pasangan suami istri, seperti warung makan, atau toko merancang disekitar perumahan.

  Pedagang eceran dengan karakteristik sekalanya yang serba terbatas ternyata memiliki sejumlah kekuatan. Kekuatan dimaksud terletak pada kemampuan melakukan flekbilitas dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Diantara sejumlah kekuatan yang ada pada usaha kecil/pedagang eceran adalah, fleksibilitas untuk berkreasi, kemampuan untuk berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan melakukan tindakan yang tidak mungkun dilakukan oleh pengusaha besar Nitisusastro (2010:38).

4. Jiwa Dan Kompetensi UMKM

  a. Jiwa UMKM Menurut Suryana (2003:2) Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa wirausahawan, yaitu orang yang :

  1) Percaya Diri Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah menantang jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat maturity (kematangan individu).Karakteristik kematangan seseorang adalah tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain, tetapi dia mempertimbangkan secara kritis.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, percaya diri tinggi akan membantu seseorang wirausaha yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Seorang wirausaha akan lebih mempertimbangkan segala hal yang akan dijalankan dalam usahanya. 2) Berorientasi pada Tugas dan Hasil Wirausahawan tidak memperhatikan prestise dulu, prestasi kemudian.

  Wirausahawan lebih suka pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise. Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan harus mengutamakan pekerjaannya, dengan pekerjaan yang dilakukan secara maksimal maka akan mendapatkan sebuah prestasi atau hasil yang didapatkan.

  3) Pengambilan Risiko Anak muda sering dikatakan menyukai tantangan. Mereka tidak takut mati. Inilah salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh resiko dan tantangan. Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa dalam wirausaha yang penuh tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan sebagainya. Semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus bias mengambil resiko. Kesulitan dalam mengembangkan atau menjalankan usaha adalah sebuah resiko yang akan dihadapi. Wirausahawan harus memiliki pertimbangan dan perhitungan matang untuk mengatasi resiko yang menghadang. 4) Kepemimpinan Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu.

  Sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih tetapi tergantung pada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau orang yang dipimpin. Berdasarkan paparan tersebut, sifat kemimpinan harus melekat pada diri wirausahawan. Wirausahawan adalah seseorang yang akan memimpin jalannya sebuah usaha, wirausahawan harus bisa memimpin pekerjanya agar dapat menjalankan usaha dengan baik.

  5) Keorisinilan Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinil ialah sifat tidak mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi atau komponenkomponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Berdasarkan paparan tersebut, sifat keorisinilan behubungan dengan mengkombinasikan berbagai hasil usaha yang ada dengan hal yang asing. Menciptakan inovasi sangat penting untuk bersaing demi melancarkan sebuah usaha, karena inovasi akan menciptakan sebuah kreasi atau hal baru yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah usaha.

  6) Berorientasi ke Masa Depan Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi kedepan apa yang hendak dilakukan. Sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan. Dalam menghadapi pandangan ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan setrategi yang matang, agar jelas langkah yang akan dilaksanakan. Berdasarkan paparan tersebut, orientasi ke masa depan harus diperhatikan. Sebuah usaha tidak semata-mata musiman, usaha dijalankan untuk selamanya. Strategi yang matang akan membuat sebuah usaha akan berjalan berkelanjutan.

  Berdasarkan definisi di atas, seorang wirausaha mempunyai jiwa yang harus melekat pada dirinya. Seorang wirausaha dapat menjalankan usahanya jika mempunyai pencaya diri yang tinggi, harus bias mengkodisikan bidang usaha untuk maju, bisa memimpin pekerja, dan bias merencanakan usaha secara matang juga mengutamakan pekerjaan daripada hasil. (Putra, 2012)

  b. Kopetensi UMKM Menurut Suryana (2003:4) wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan.

  Wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi juga ketrampilan.

  Ketrampilan-ketrampilan tersebut diantaranya ketrampilan manajerial, ketrampilan konseptual dan ketrampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi dan ketrampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan, ketrampilan mengatur dan menggunakan waktu dan ketrampilan lainnya secara spesifik.

  Dalam wirausaha, kopetensi inti (core copetency) adalah kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan (seperti citra). Ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan merupakan kopetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan (Suryana, 2006:6).

B. Minat Menyekolahkan Anak 1. Pengertian Minat

  Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto 2010:180). Reber dalam Syah (1997: 136) Minat tidak termasuk istilah yang popular dalam psikolog karena ketergantungannya yang banyak pada factor-faktor internal lainnya seperti : pemusatan perhatian keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.

  Menurut Hikgard dalam Slameto (2010:57) minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimintai seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat juga berkaitan dengan perasaan yang tidak tadap dipaksakan tetapi minat yang telah ada apabila tidak dibangkitkan akan mengendap sehingga seseorang akan menjadi pasif (Slameto 2010:53).

  Minat (interest) berarti kecenderungan yang tinggi atau keingginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2010: 133). Menurut Winkle (1991: 105) Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek, merasa tertarik pada bidang / hal tertent, dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

  Dari uraian para ahli di atas, dapat disimpulan bahwa minat adalah suatu keinginan yang ingin dipelajari dan dikuasai tanpa ada paksaan, untuk memperoleh sesuatu yang ingin dicapai dengan perasaan senang untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkan. Jadi minat sangat berpengaruh pada diri orangtua (wirausahawan) untuk mewujudkan cita-cita anaknya untuk menuju pendidikan.

2. Unsur-Unsur Yang Dapat Menimbulkan Minat

  Menurut Tijan (1997:72) dalam Lungwati mengemukakan bahwa unsur- unsur yang dapat menimbulkan minat ada empat, yaitu: a. Bakat merupakan potensi yang sejak lahir dan bakat ini dapat timbul dan berkembang dalam lingkungan memungkinkan. Untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada pendidikan, lingkungan maupun kesempatan yang ada. b. Cita-cita yang dimiliki seseorang akan dijadikan sebagai modal untuk menimbulkan minat, misalnya seseorang yang berbuat untuk masuk ke perguruan tinggi maka ia akan lebih giat lagi belajarnya.

  c. Perasaan senang pada seseorang anak akan menimbulkan minat, karena seseorang atau anak apabila menaruh minat terhadap barang atau manusia maka ia akan merasa senang.

  d. Perhatian merupakan kesadaran untuk mengikuti sesuatu yang disertai dengan adanya perasaan dalam perhatian terjadilah proses kombinasi.

  Sedangkan unsur-unsur yang dapat menimbulkan minat menurut Tripujiuta (2006) dalam Kartika (2013:11-12) adalah:

  a. Perasaan senang Perasaan senang merupakan aktivitas psikis yang didalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek. Minat dengan perasaan senang pasti akan menimbulkan rasa semangat pada diri seseorang. Perasaan senang ini samngat berpengaruh terhadap semangat menyekolahkan anaknya, sehingga melaluai semangat maka penilaian seseorang positif yang trungkap dalam perasaan senang. Dan apa bila perasaan orangtua senang untuk menyekolahkan anaknya maka segala usaha akan dilakukan agar anaknya bias sekolah.

  b. Perasaan tertarik Seseorang akan merasa tertarik pada sesuatu bila sesuai dengan pengalaman yang didapatkan sebelumnya dan mempunyai sangkut paut dengan nilainya. Seseorang yang tertarik pada ilmu pasti akan mulai melakukan pendekatan agar memperoleh pengetahuan tersebut dan sebaliknya bila tidak menginginkan pasti akan menghindar. Pengalamnan orangtua pada masa lalu yang kurang baik tentu tidak ingin kembali pada anaknya , oleh karena itu orangtua ingin memberikan bekal yang cukup untuk anaknya, salahsatunya dengan menyekolahkan anaknya.

  c. Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

  Untuk menjamin hasil belajar yang baik. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian denngan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi/bakatnya (Slameto, 2013:56).

  Perhatian diartikan sebagai pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu objek dan kesadaran pada suatu aktivitas. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungan dengan minat, perhatian ada kalanya menghilang, sedangkan minat lebih bersifat menetap. Menurut Slameto (2010:57) menyatakan bahwa minat berkaitan dengan perasaan yang tidak dipaksakan, tetapi minat yang telah ada bila tidak dibangkitkan akan mengendap sehingga seseorang menjadi pasif. Karena itu usaha membengkitkan atau menimbulkan tidak boleh diabaikan.

  Dari beberapa unsur diatas sangat berpengaruh terhadap minat karena unsur-unsur di atas dapat menimbulkan adanya keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu. Jadi minat sangat berpengaruh terhadap keinginan yang dicita- citakan termasuk minat untuk memperoleh sesuatu yang dianggap baik.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

  Menurut Djali (2011), Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menyekolahkan anak adalah: a) Faktor keturunan

  Faktor keturunan juga turut mempengaruhi minat seseorang, karena ia juga dipengaruhi oleh kehidupan orangtuanya. Misalnya orangtuanya yang bekerja sebagai wirausahawan, maka minatnya pun menjadikan anaknya menjadi seorang wirausahawan. Tetapi hal ini tidak mutlak, melainkan hanya kecenderungan berpengaruh terhadap minat anak dan orangtua tersebut.

  Setiap pemikiran orangtua juga berbeda-beda, ada yang mengikuti perkembangan zaman ada juga yang tidak. Orangtua yang memikirkan masa depan anaknya untuk lebih baik dalam pendidikan untuk berkelanjutan hidup nanti juga lebih bagus. Tapi ada juga yang lebih memfokuskan untuk meneruskan generasi orangtuanya.

  b) Faktor ekonomi keluarga Faktor tingkat ekonomi adalah salah satu penyebabnya. Bagi keluarga yang berkecukupan, mereka biasanya akan memilih menyekolahkan anaknya kesekolah yang bagus tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki anaknya. Karena biasanya orangtua mereka lebih sibuk untuk mencari nafkah ketimbang memperhatikan perkembangan anaknya. Sedangkan bagi keluarga yang kurang mampu jangankan untuk menyekolahkan anaknya, untuk makam saja mereka harus banting tulang mencari sesuap nasi dan biasanya anak mereka disuruh untuk bekerja bersama orang tuanya dari pada sekolah.

  Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku- buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang (Slameto, 2013:63).

  c) Faktor lingkungan keluarga lingkungan tempat tinggal, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kondisi lingkungan keluarga yang nyaman dan mendukung akan sangat berpengaruh terhadap minat menyekolahkan anak. Demikian juga halnya dengan keberadaan tingkat pendapatan keluarga yang mempunyai peranan penting terhadap proses perkembangan dan proses pendidikan anak.

  Menurut Sarwono (2003: 16) dalam keluarga dibina dalam kebiasaan cara berfikir, bersikap, dan cita-cita yang mendasari kepribadian anak serta mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga sering dijumpai suasana wajar yang menjadi suasana pendidikan. Peringatan dan nasehat ayah, ibu merupakan bimbingan dan menumbuhkan pengertian dalam diri anak.

  Faktor yang sangat berpengaruh dalam minat ini adalah fakor lingkungan keluarga karena faktor ini yang menentukan minat menyekolahkan anak, memeutuskannya dari pendapat keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dimana hubungan antara yang satu dengan yang lain berdasar simpati dan kasih saying yang timbul dari hati.

4. Minat Menyekolahkan Anak

  Pengertian minat menyekolahkan anak adalah suatu daya gerak yang mendorong cenderung merasa tertarik, menyayangi dan memperhatikan secara terus menerus terhadap proses perubahan perilaku yang disengaja sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan tanpa ada yang mendorong untuk menyekolahkan anak (Kartika, 2013: 10).

  Menurut kusuma (2010:21) dalam Hartini (2013:7) Minat orangtua dalam menyekolahkan anak adalah suatu kecenderungan orangtua dalam memilihkan sekolah untuk anak yang berhubungan dengan gerak dan perbuatan yang serta dengan tujuan tertentu yang tidak terpisah dengan gejala mengenal dan perasaan demi untuk memberikan suatu yang terbaik untuk anaknya.

  Minat menyekolahkan anak adalah keinginan yang kuat untuk menyekolahkan anak adalah keinginan yang kuat untuk menyekolahkan anak sebagai akibat adanya interaksi antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri (lingkungan), karena walau bagaimanapun orangtoalah yang mempunyai peran besar untuk menjadikan dan mendukung anaknya untu mengenyam pendidikan.

  Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu yang akan datang dari sanubari tanpa ada yang menyuruh dan suatu keadaan jiwa yang mengandung unsur perasaan senang dan tertarik terhadap kegiatan menyekolahkan anak dengan selalu memperhatikan perkembangan informasi tentang persekolahan yang pada akhirnya menimbulkan keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam menyekolahkan anak.

5. Jenis pekerjaan dan Minat Menyekolahkan Anak

  Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb), pencaharian yang dijadikan, pokok kehidupan sesuai yang dilakukan untuk mendapat nafkah.

  Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Lusi, 2013).

  Jenis pekerjaan ada bermacam-macam. Ada pekerjaan menghasilkan barang dan ada pula pekerjaan yang menyediakan jasa. Pekerjaan menghasilkan barang dapat dilihat hasilnya. Adapun pekerjaan memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya (Anonim a, 2013).

  Jenis pekerjaan orangtua bermacam-macam ada yang pedagang kecil dan pedagang besar. Disini berpengaruh terhadap minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Pedagang ada yang berhasil pasti akan mementingkan pendidikan anaknya, orangtua ingin menyekolahkan anaknya kesekolah yang berkualitas baik. Sedangkan pekerjaan orangtua yang kurang berhasil biasanya menyuruh anaknya untuk sekolah yang biasa saja dan ada juga menyuruh anaknya untuk membantu pekerjaan orangtua daripada sekolah.

  Menurut Crow and Crow dalam (Djaali, 2011 : 121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Menurut (Dalyono, 2010) minat juga dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai / memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.

  Menurut Slameto (2003:53), menyatakan bahwa minat berkaitan dengan perasaan yang tidak dapat dipasksakan tetapi minat yang telah ada bila tidak dibangkitkan akan mengendap sehingga seseorang menjadi pasif. Oleh karena itu usaha membangkitkan atau menumbuhkan minat tidak boleh diabaikan membangkitkan minat sesuatu objek yang baru menggunakan minat yang telah ada, deangan menarik perhatian menceritakan sedikit tentang hal yang di minati kemudian diarahkan ke hal yang sesungguhnya.

  Tanner dan Tanner dalam Slameto (2003:181), menyatakan agar dalam berusaha membentuk minat-minat baru dengan jalan memberikan informasi mengenai hubungan antara satu bahan dengan bahan yang laku dan menguraikan kegunaanya di masa yang akan datang. Menurut Dalyono (2010) minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminayti itu.

  Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pekerjaan orangtua sangat berpengaruh terhadap minat menyekolahkan anak karena tanpa bekerja orangtua tidak dapat menyekolahkan anaknya dengan baik, orangtua pasti ingin pendidikan anaknya bagus dibandingkan orangtuanya. Pekerjaan orangtua yang berhasil pastia akan menyekolahkan anaknya ke sekolah yang bagus berkualitas baik karena keinginan orangtua menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang bagus.

C. Penelitian Yang Relevan

  Dalam penelitian Lungawati (2006) yang berjudul Hubungan antara tingkat pendidikan dengan minat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi (studi kasus pada pedagang perantau Desa Bantarbarang Kec. Rembang Kab. Purbalingga). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar tingkat pendidikan dengan minat menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi (studi kasus pada pedagang perantau Desa Bantarbarang). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan random sampling. Penelitian ini dianalisis dengan metode distribusi frekuensi menggunakan uji normalis dan homogenitas. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendidikan dengan minat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.

  Penelitian yang dilakukan oleh Sri Nur Hayati (2013) berjudul Kajian minat orangtua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat orangtua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik area sampling dan stratified sampling. Metode penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan analisis skoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat orangtua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi 20,56% termasuk dalam kategori minat sedang, dan 58,88% termasuk dalam kategori minat tinggi.

  Perbedaan penelitian yang sekarang dengan yang terdahulu adalah dalam penelitian yang sekarang peneliti membahas tenteng kajian tingkat pendidikan usaha mikro kecil menengah (UMKM) terhadap minat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di Desa Alangamba Kec. Binangun Kab. Cilacap. Jadi peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan usaha mikro kecil menengah terhadap minat menyekolahkan anak.

  Berdasarkan penelitian yang akan dilaksanakan maka peneliti menggunakan penelitian yang relevan sebagai berikut:

Tabel 2.1 penelitian yang relevan

  menggunakan random

  Pendidikan merupakan masalah yang penting dalam memajukan sumberdaya manusia. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan akan tetapi

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan usaha mikro kecil menengah dengan minat menyekolahkan anak dan tergolong cukup.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat orangtua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi 20,56% termasuk dalam kategori minat sedang, dan 58,88% termasuk dalam kategori minat tinggi.

  Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat dengan pendidikan dengan minat menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  Hasil Penelitia n

  Deskriptif kuantitatif menggunakan analisis scoring dan korelasi product moment

  Deskriptif kualitatif menggunakan analisis skoring

  Distribusi frekuensi menggunakan uji normalis dan uji homogenitas

  Analisis Data

  sampling

  area sampling dan stratified sampling

  Nama dan Tahun

  Menggunakan teknik

  sampling

  Menggunakan random

  Pengam bilan Sempel

  Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan minat menyekolahkan anak di Desa Alangamba, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap.

  Untuk mengetahui minat orangtua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.

  Untuk mengetahui hubungan antar tingkat pendidikan dengan minat menyekolahkan anak kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (studi kasus pada pedagang perantau Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga)

  Tujuan Penelitia n

  Kajian Tingkat pendidikan usaha mikro kecil menengah terhadap minat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di Desa Alangamba Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap.

  Kajian minat orangtua menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.

  Lungwati (2006) Sri Nur Hayati (2013) Ragil Asih Lestari (2014) Judul Hubungan antara tingkat pendidikan dengan minat menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (studi kasus pada pedagang perantau Desa Bantarbarang Kec. Rembang Kab. Purbalingga)

D. Kerangka Pikir

  juga meningkatkan ketrampilan bekerja, sehingga meningkatkan produktivitas kerja serta dapat meningkatkan ketrampilan bekerja, sehingga meningkatkan kesejahteraan hidup lebih baik lagi.

  Wirausahawan yang berpendidikan mempunyai wawasan yang lebih luas sehingga akan mempengaruhi pola pemikiran dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan menimbulkan cita-cita terhadap pendidikan anaknya, bakat yang menurun dan wawasan orangtua tarhadap pendidikan.

  Dengan tingakat pendidikan yang tinggi, maka minat wirausahawan dalam menyekolahkan anaknya juga tinggi dan sebaliknya, tingkat pendidikan yang rendah maka minat wirausahawan dalam menyekolahkan anknya juga rendah, sehingga latar belakang pendidikan wirausahawan akan menentukan keberhasilan pendidikan anaknya.

Gambar 2.2 Krangka Pikir

  Wirausahawan Tingkat Pendidikan wirausahawan

  Pola pikir wirausahawan Minat menyekolahkan anak

E. Hipotesis

  Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : tingkat pendidikan wirausahawan berpengaruh positif terhadap minat menyekolahkan anak di Desa Alangamba, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap.