PENGETAHUAN LOKAL SEBAGAI BAGIAN DALAM MENGEMBANGKAN DESAIN PEMBELAJARAN SAINS DI SD BUNGKUS, PARANGTRITIS, KRETEK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENGETAHUAN LOKAL SEBAGAI BAGIAN DALAM

MENGEMBANGKAN DESAIN PEMBELAJARAN SAINS DI SD

BUNGKUS, PARANGTRITIS, KRETEK

Skripsi

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Oleh:

S. YAKOBUS EKO SETIAWAN

NIM: 031424004

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENGETAHUAN LOKAL SEBAGAI BAGIAN DALAM

MENGEMBANGKAN DESAIN PEMBELAJARAN SAINS DI SD

BUNGKUS, PARANGTRITIS, KRETEK

Skripsi

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Oleh:

S. YAKOBUS EKO SETIAWAN

NIM: 031424004

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Katakan padaku, hai tukang kayu bagaimana caranya memotong kayu? Lihat…lihat, anakku beginilah caranya memotong kayu

  Karya ini kupersembahkan untuk: Sahabat, Guru dan Kekasih Sejatiku Yesus Kristus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

S. Yakobus Eko Setiawan, Pengetahuan Lokal Sebagai Bagian Dalam

Mengembangkan Desain Pembelajaran Sains di SD Bungkus, Parangtritis,

Kretek. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2008).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan lokal

masyarakat tentang alam di sekitar daerah penelitian, dilanjutkan dengan melihat

pengaruh pengetahuan lokal masyarakat tentang alam pada siswa dalam konteks

materi pembelajaran sains di kelas. Berdasarkan hal tersebut, kemudian didesain

pembelajaran sains yang mengintegrasikan pengetahuan lokal masyarakat tentang

alam menjadi bagian dalam pembelajaran sains di kelas.

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2007 dengan

lokasi penelitian di SD Negri Bungkus, Parangtritis, Kretek dan termasuk daerah

sekitarnya. Penelitian didahului dengan wawancara lapangan di sekitar lokasi

penelitian pada tiga orang tokoh masyarakat, kemudian dilanjutkan dilaksanakan

di SD Negri Bungkus, Parangtritis, Kretek dengan subyek siswa kelas V dan VI

menggunakan wawancara dan uraian tertulis sebagai instrumen penelitiannya.

  Hasil penelitian mengidentifikasi adanya pengetahuan lokal masyarakat

tentang alam yang tercakup dalam (i)kepercayaan, (ii)cara berfikir masyarakat dan

(iii)kegiatan masyarakat, dan dalam diri siswa pengetahuan lokal tentang alam

ternyata berpengaruh dalam pembelajaran sains, tetapi pengetahuan lokal itu

sendiri tidak menjadi bagian dalam pembelajaran sains di sekolah. Berdasarkan

hasil tersebut, kemudian didesain pembelajaran yang mengintegrasikan

pengetahuan lokal masyarakat tentang alam menjadi bagian dalam pembelajaran

sains di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

S.Yakobus Eko Setiawan, The Local Science as a part in developing the

design of Science Learning Activities in Bungkus Elementary School,

Parangtritis, Kretek. Physic Education Study Programme, Department of

Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and

Education, Sanata Dharma University (2008).

  This research aims to identify the local science of the society upon their

environment within the location of the research, which is later on continued by

figuring out its influence toward the students due to the context of science

learning activities in the class. Thus, the learning activities for science is then

designed to be integrated with the local science of the society upon their

environment.

  This research is held on September until November 2007, located in

Bungkus Elementary School, Parangtritis, Kretek dan some relevant area near the

location. The research is begun by the field interview in the location. The first

interviewees are three people, then it is continued by the interview toward the

students of class V and VI in Bungkus elementary School, Parangtritis, kretek.

Written essay is considered to be the instrument in the research.

  The result of the research identifies the three major points included in what

is called by the society’s local science of nature that is (1) believe, (2)people’s

mind set, and (3) the activities in the society. Mainly for the the students, the local

science on nature actually affects on their activities in learning science. In fact,

that local science is apart from their science learning activities at school. Hence,

the learning and teaching method of science which is integrated the local science

of the society upon their nature, is then designed based on those results

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji syukur kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus atas karunia & kasih-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan

Lokal Sebagai Bagian Dalam Mengembangkan Desain Pembelajaran Sains di SD

Bungkus, Parangtritis, Kretek”.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penyusunan tulisan ini peneliti telah memperoleh segala bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  

1. Bp. T. Sarkim, Ph.D. selaku guru dan dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan perhatian, bimbingan dan saran dan terutama banyak inspirasi yang dapat dikembangkan .

  

2. Bp. R. Rohandi, M.Ed., selaku dosen pembimbing akademik, Dr. Paul

Suparno, S.J., M.S.T., Bp. Drs. Domi S, M.Si, Bp. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd, Bp. A. Atmadi, M.Si., Ibu Maslichah Asy’ari, M.Pd. dan Bp. Drs. F. Sinaradi, M.Pd. selaku para guru dan dosen program studi Pendidikan Fisika USD yang telah membimbing dan menginspirasi penulis selama melaksanakan pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini.

  

3. Bp. Suhadini D.S., selaku kepala sekolah SD Bungkus Kretek Parangtritis,

beserta para guru dan teman-teman siswa-siswi SD Bungkus yang telah memberikan kesempatan, perhatian dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v ABSTRAK .................................................................................................... vi ABSTRACT.................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI................................................................................................. x

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Landasan Teori..................................................................................... 2

  1. Teori Sosiokultural Vygotsky ......................................................... 2

  a. Hukum Genetik Tentang Perkembangan .................................. 3

  b. Zona Perkembangan Proksimal ................................................ 3 c.

  Mediasi...................................................................................... 4

  2. Pemahaman Masyarakat Jawa/Lokal terhadap Alam ..................... 5

  a. Masyarakat Jawa....................................................................... 5

  b. Pandangan Masyarakat Jawa Terhadap Alam .......................... 6

  3. Pengaruh Budaya dan Pentingnya Pengetahuan Lokal dalam

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Model Pembelajaran Sains Berbasis Pengetahuan Lokal tentang Alam ......................................................................................................... 13 5.

  Pembelajaran Sains SD ................................................................... 15

  a. Sains.......................................................................................... 15

  b. Pembelajaran Sains di SD......................................................... 16 6.

  Metafora Pelintas Batas .................................................................. 20

  C. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 21 1.

  Lokasi dan Keadaan Alam ............................................................. 21

  2. Keadaan Masyarakat ...................................................................... 22

  3. Mitologi.......................................................................................... 23

  D. Rumusan Masalah ................................................................................ 24

  E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 24

  F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 25

  BAB II. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian..................................................................................... 26 B. Partisipan Penelitian............................................................................. 26 C. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 27 D. Desain Penelitian.................................................................................. 27 E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 28

  1. Wawancara..................................................................................... 29

  2. Uraian Tertulis ............................................................................... 29

  F. Metode Analisis Data........................................................................... 30

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Penelitian .............................................................................. 32 B. Hasil Penelitian .................................................................................... 33

  1. Identifikasi Pengetahuan Lokal Masyarakat yang Terdapat di Sekitar Lokasi Penelitian dalam Melihat Suatu Fenomena Alam .............. 33 2.

  Pengaruh Pengetahuan Lokal Masyarakat tentang Alam dalam Diri

  Siswa terhadap Pembebelajaran Sains di Kelas dalam Melihat Suatu Fenomena Alam ............................................................................. 42

  3. Rencana Pembelajaran yang Melibatkan Penggunaan Pengetahuan Lokal Masyarakat terhadap Alam dalam Pembelajaran Sains di Kelas ... 52

  BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 68 B. Saran .................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72 LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................... 74 Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...................... 75 Lampiran 3 : Hasil Wawancara Masyarakat ................................................ 76 Lampiran 4 : Analisis Wawancara Masyarakat ........................................... 81 Lampiran 5 : Soal Uraian Siswa................................................................... 84 Lampiran 6 : Hasil Jawaban Uraian Siswa .................................................. 86 Lampiran 7 : Hasil Wawancara Guru........................................................... 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai keragaman budaya, dari

  bahasa, suku bangsa, agama dan adat istiadat, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam latar budaya (multikultur). Budaya menurut Koentjaraningrat (1990) adalah keseluruhan sistem, gagasan, cipta, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan cara belajar. Dalam proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, terdapat proses dan interaksi antar budaya, antara siswa, guru, lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah (masyarakat), sehingga dalam pembelajaran di kelas akan terjadi proses interaksi budaya yang akan sangat mempengaruhi proses belajar oleh siswa, terutama pada proses perkembangan proses berpikir (cognitive development) anak.

  Kebudayaan juga menghasilkan sistem pengetahuan, sehingga sistem pengetahuan menjadi salah satu unsur dari kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990). Mengingat bahwa di Indonesia terdapat beragam budaya pada setiap tempat dan daerahnya, maka akan menyebabkan juga adanya perbedaan sistem pengetahuan yang dimiliki, sehingga setiap tempat atau daerah yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda akan memiliki sistem pengetahuan lokal sendiri. Sistem pengetahuan lokal yang khas, khususnya dalam memandang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  masyarakat dengan proses belajar. Dalam pendidikan di Indonesia, pengetahuan terhadap alam diajarkan dalam pembelajaran di sekolah sebagai mata pelajaran sains, tetapi kurang memperhatikan pengaruh budaya lokal (Wahyudi, 2003). Karena sains dapat dianggap sebagai produk budaya barat, sehingga mata pelajaran sains sendiri dapat dipandang sebagai suatu budaya sendiri (budaya barat). Oleh sebab itu, dalam pendidikan di Indonesia, proses belajar dan mengajar di kelas, khususnya pada mata pelajaran sains perlu untuk memperhatikan pengaruh latar belakang budaya dan pengetahuan lokal lingkungan sekitar dalam melihat, memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang terjadi dalam kelas (Wahyudi 2003, Tilaar 2004).

  Agar sains yang dipelajari menjadi lebih humanis dan kontekstual, dan juga karena topik budaya ini sangat relevan pada pendidikan di Indonesia, serta karena sangat sedikitnya penelitian tentang pengaruh pengetahuan lokal di sekolah khususnya terhadap proses pembelajaran sains di kelas, maka penulis bermaksud mengkaji dan meneliti lebih lanjut dalam penelitian ini.

B. Landasan Teori

1. Teori Sosiokultural Vygotsky

  Pemikiran Vygotsky dapat disebut sebagai filsafat konstuktivisme sosial (Suparno, 2007) dan juga merupakan teori belajar revolusi-sosiokultural (Budiningsih, 2005), yang didasari pada latar belakang sosial budaya dalam melihat dan memahami perkembangan proses berpikir (cognitive

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Beberapa konsep dari pemikiran Vygotsky yang penting, yaitu:

  a) Hukum Genetik Tentang Perkembangan

  Vygotsky berpendapat bahwa aktivitas manusia diakibatkan atau didasarkan dari seting budayanya dan tidak dapat dimengerti di luar seting budayanya sendiri.

  Pemikiran Vygotsky tentang perkembangan proses berpikir (cognitive

  development) didasarkan pada dua bagian pokok (Woolfolk, 2005), pertama

  dalam level sosial dan kemudian pada level individual, pertama antar sesama (inter-psycoloyical) kemudian dalam diri anak (intra-pscologycal).

  Pada intinya, perkembangan kognitif dikonsepsikan sebagai transformasi dari aktivitas sosialisasi yang diberikan, kemudian diinternalisasi dalam diri anak dan menjadi bagian dari perkembangan kognitif anak. Internalisasi itu bersifat transformatif, yaitu tidak hanya sekedar transfer pengetahuan, tetapi juga memunculkan perubahan dan perkembangan (Budiningsih, 2005).

  b) Zona Perkembangan Proksimal

  Menurut Vygotsky, perkembangan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat, yaitu pada tingkat perkembangan aktual dan kemudian pada tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara mandiri, sedang tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan bantuan orang dewasa. Jarak di antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial disebut zona

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  perkembangan proses mental yang lebih tinggi dari anak yang didapatkan dari proses interaksi bersama antara orang dewasa dengan anak sendiri dengan ZPD (Zone of Proximal Development). Tepatnya, ZPD adalah daerah dimana anak tidak dapat menyelesaikan suatu masalah sendirian, tetapi dapat berhasil melalui bimbingan orang dewasa (orang tua, guru) atau dalam kerjasama dengan teman yang lebih dewasa (Woolfolk, 2005).

c) Mediasi

  Perkembangan didasarkan pada sistem simbol yang bersamanya individu tumbuh, simbol yang diciptakan kebudayaan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalahnya (Slavin, 2005), singkatnya simbol-simbol dalam budaya masyarakat dimana anak tumbuh diperlukan anak dalam proses belajarnya. Sistem simbol atau bisa disebut alat budaya ini dapat berupa bahasa, sistem tulisan, atau sistem hitungan.

  Sistem simbol ini berfungsi sebagai mediator dan merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural (Budiningsih, 2005). Sistem ini diberikan dari orang yang lebih dewasa dan kemudian diinternalisasi dalam diri anak melalui interaksi formal dan informal, serta pengajaran (Woolfolk, 2005) yang digunakan untuk membantu dalam perkembangan proses berpikir, proses mental yang lebih tinggi serta pemecahan masalah.

  Oleh sebab itu, dalam pembelajaran sains di sekolah, proses berpikir anak terhadap sains tidak dapat dilihat tanpa memperhatikan faktor/seting budaya yang mendasari cara berpikir anak, dan juga mediasi (alat budaya)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Pemahaman Masyarakat Jawa/Lokal Terhadap Alam

a) Masyarakat Jawa

  Menurut sejarah daerah kebudayaan, daerah kebudayaan Jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau Jawa, dan secara kolektif ada daerah yang disebut daerah kejawen, yang meliputi daerah Kedu, Banyumas, Madiun, Malang, Kediri, serta Yogyakarta dan Surakarta yang adalah pusat dari kebudayaan Jawa. Sedangkan daerah diluar itu disebut dengan Jawa Pesisir dan Ujung Timur (Gunakaya, 1988). Berdasar daerah kebudayaan tadi, walaupun ada perbedaan variasi yang bersifat lokal seperti bahasa, dialek, dan lainnya, hal itu tidaklah besar karena masih menunjukkan satu sistem kebudayaan Jawa.

  Menurut Frans Magnis Suseno (1985), Orang Jawa adalah adalah orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa, orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa, atau yang walaupun hidup di tempat lain, mempunyai profesi lain tapi masih tetap mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka.

  Dua kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa adalah prinsip kerukunan dan prinsip hormat (Suseno, 1985).

  Prinsip kerukunan bertujuan mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis. Rukun merupakan keadaan ideal yang diharapkan dan wajib dipertahankan dalam semua hubungan sosial, yang berarti berada dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Prinsip rukun bersifat negatif, yaitu mencegah segala cara kelakuan yang bisa mengganggu keselarasan dan tidak menimbulkan konflik.

  Sedangkan, prinsip hormat menunjukkan bahwa semua hubungan dalam masyarakat teratur secara hierarkis dan setiap orang wajib untuk membawa diri sesuai dengannya, yaitu setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain sesuai derajat dan kedudukannya. Prinsip hormat mencita-citakan masyarakat yang teratur baik, dimana setiap orang mengenal tempat dan tugasnya, dan dengan demikian ikut menjaga agar seluruh masyarakat merupakan suatu kesatuan yang selaras. Kedua prinsip tadi merupakan prinsip keselarasan, yang sangat mempengaruhi masyarakat dan dengan sendirinya menjadi bagian dalam kebudayaan masyarakat serta juga akan berpengaruh pada sistem pengetahuan lokal tentang alam.

b) Pandangan Masyarakat Jawa Terhadap Alam

  Yang khas dalam pandangan masyarakat Jawa Terhadap Alam adalah tidak terbaginya realitas atas bagian yang terpisah-pisah tanpa adanya hubungan satu sama lain, melainkan realitas dilihat sebagai satu kesatuan yang menyeluruh (Suseno, 1985), seperti juga dinyatakan oleh Niels Mulder (1984) bahwa cara berpikir orang Jawa adalah menyatukan dan menyelaraskan semua gejala. Berbeda dengan kebudayaan pada rata-rata kebudayaan barat, bahwa realitas (alam fisik, masyarakat dan alam adikodrati) dipisah, dibagi dan dibedakan secara tajam dimana semuanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Jawa tidak terlalu memperhatikan perbedaan gejala yang ada, tetapi memandangnya sebagai suatu kesatuan pengalaman yang menyeluruh agar dicapai keadaan yang seimbang, maka orang Jawa cenderung tidak membedakan antara teori dan praksis.

  Dasar kebenaran bagi masyarakat Jawa bukan terletak pada alam kebendaan/materi karena kebendaan tidak dihormati dan tidak dapat menjadi dasar berpikir obyektif yang mengambil dasar kebenaran dari pengertian tentang alam fisik (ilmu pengetahuan alam) yang dipisahkan dari kehidupan manusia (Mulder, 1984). Pengertian yang timbul tidak bisa diuji pada suatu sumber obyektif yang diluar hakekat hidup sendiri.

  Kepastian hidup dan kepastian berpikir terletak pada alam sosial-simbolis yang pasti, bukan pada ilmu pengetahuan alam. Kebenaran dicari dari dalam kebulatan kehendak masyarakat, dan hasilnya adalah benar. Orang akan benar bila selaras dengan hasil tersebut. Kebenaran terletak pada alam sosial-simbolis dan tidak bisa menjadi obyektif. Kebenaran terletak pada manusia dan kosmosnya, dan tidak ada dasar untuk menguji kebenaran yang secara lebih tinggi daripada manusia. Kebenaran dan kepastian terletak dalam kolektivitas manusia, ketidakpastian individual- psikologis diganti dengan kepastian sosial yang otonom dan monolitis. (Mulder, 1984). Sehingga terlihat bahwa rasionalitas kebudayaan Jawa adalah berupa suatu pemahaman yang menyeluruh, sedangakan rasionalitas ilmiah barat adalah analitis dan divisionil (Joesoef, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Teknologi yang berkembang tentunya juga berdampingan dengan dengan sistem pengetahuan dengan corak budaya Jawa tersebut, karenanya lebih bertumpu pada fakta-fakta yang langsung dapat dijangkau oleh indra manusia, dan kepada akumulasi pengalaman yang secara langsung dapat dirasakan (Sasmojo, 1991).

  Penghayatan terhadap alam tidak terpisahkan dari hubungan dengan masyarakat dan alam adikodrati sebagai kesatuan yang selaras. Melalui masyarakat, orang Jawa berhubungan dengan alam, irama alam seperti siang dan malam, musim hujan dan musim kemarau menjadi iramanya sendiri dan menentukan kehidupannya sehari-hari, pekerjaan serta seluruh perencanaannya (Suseno, 1985). Bagi orang Jawa, alam empiris, pengalaman dengan alam dan manusia juga berhubungan dan menjadi kesatuan dengan alam metaempiris (alam gaib), sehingga orang Jawa mengalami dunia selain menyesuaikan diri dengan dimensi sosial dan alam juga dengan dimensi metaempiris. Dalam tradisi, hal itu terungkap pada upacara “slametan”, yang berarti membuat keadaan dan unsur-unsur tadi agar menjadi seimbang, karena dalam keselarasan itu tergantung keselamatan manusia. Tradisi Jawa juga menghasilkan pengetahuan lokal yang mendasarkan pada koordinasi unsur-unsur yang saling berhungan itu, seperti : primbon, petungan dan pranata mangsa yang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat Jawa.

  Pengetahun lokal tentang alam yang sampai sekarang masih dipakai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dalam bercocok tanam adalah pranata mangsa. Pranata mangsa yang artinya “pengaturan musim” adalah merupakan sistem penanggalan pertanian yang dasarnya adalah tahun surya. (Daljoeni, 1983)

3. Pengaruh Budaya dan Pentingnya Pengetahuan Lokal dalam Pembelajaran Sains di Sekolah

  Budaya, menurut Koentjaraningrat (1990), adalah keseluruhan sistem, gagasan, cipta tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan cara belajar. Sehingga dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa budaya menyangkut hampir keseluruhan tindakan manusia secara yang sadar dilakukan secara belajar. Proses belajar dalam masyarakat sendiri tidak lepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri, sehingga dalam masyarakat proses belajar adalah merupakan proses belajar kebudayaan.

  Sains yang merupakan usaha manusia untuk mencari keteraturan dalam pengamatan oleh manusia pada alam (Giancoli, 2004), bila dilihat dari pengertian budaya, adalah juga merupakan salah satu unsur pokok kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangasa di dunia, yaitu termasuk dalam sistem pengetahuan (Koentjaraningrat, 1990), tepatnya sistem pengetahuan tentang alam.

  Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu, dalam antropologi disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Ahimsa (2003) didefinisikan sebagai “system of knowledge and cognition typical of a given culture”, sehingga penekannannya disini adalah pada sistem pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat dan berbeda dengan pengetahuan masyarakat lain, dan etnosains sendiri juga merupakan salah satu teori atau aliran dari antropologi budaya yang menekankan pada usaha memperoleh pemahaman tentang dunia penduduk asli/lokal (Ember & Ember, 1980). Dalam penelitian ini istilah etnoscience ini mengacu pada istilah sains tradisional atau pengetahuan lokal terhadap alam atau sains (IPA) lokal, yang dapat diartikan sebagai pemikiran atau kepercayaan serta praktek atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan konsep/materi pelajaran IPA (Wahyudi, 2003).

  Menurut Aikenhead dan Cobern (1998), sains sendiri adalah merupakan sub-budaya dari kebudayaan barat. Dalam pandangan antropologi budaya, pembelajaran sains dianggap sebagai penguasaan budaya dan pengajaran sains dianggap sebagai transmisi budaya (Wollcot dalam Aikenhead dan Cobern, 1998).

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sains merupakan bagian budaya, lebih tepatnya sistem pengetahuan, yang dimiliki manusia melalui proses belajar dan belajar sains adalah juga merupakan belajar kebudayan, khususnya sub-budaya/sistem pengetahuan barat.

  Proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu melalui proses akulturasi dan asimilasi (Koentjaraningrat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dapat dianggap sebagai budaya asing yang bila dipelajari oleh warga masyarakat bukan barat (warga masyarakat dengan budaya sendiri/budaya lokal) juga akan terjadi proses belajar kebudayaan melalui proses akulturasi dan asimilasi.

  Bila terdapat kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur dari kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri, pastilah terjadi proses sosial yang disebut dengan akulturasi (Koentjaraningrat, 1990). Pada pembelajaran di kelas, dimana terdapat kelompok manusia (siswa-siswa) dengan suatu sistem pengetahuan tertentu (pengetahuan lokal) dihadapkan dengan sistem pengetahuan asing (mata pelajaran sains) dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga unsur-unsur pelajaran sains lambat laun diterima dan diolah tanpa mengakibatkan hilangnya kepribadian kebudayaan lokal, pastilah terjadi proses akulturasi budaya dalam kelas.

  Tetapi pada kenyataannya, dalam pembelajaran dalam kelas akan terjadi proses penerimaan dan penolakan oleh siswa yang tentunya sudah mempunyai sistem pengetahuan sendiri (pengetahuan lokal) terhadap pembelajaran sains (sistem pengetahuan asing). Bila terjadi penerimaan oleh siswa terhadap sistem pengetahuan asing tersebut (pelajaran sains) sehingga dapat terjadi akulturasi budaya, maka proses tersebut disebut dengan proses asimilasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dekat, suka, senang, dan faktor-faktor lain, dimana faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran sains dalam diri siswa sendiri. Sedangkan penolakan pada siswa akan menimbulkan konflik-konflik yang dapat menghambat dan mengganggu proses pembelajaran sains, bahkan dapat mengakibatkan terjadinya ketrasingan pada diri siswa (Maddock dalam Aikenhead dan Cobern, 1999). Maka disinilah letak pentingnya pengetahuan lokal dalam pembelajaran sains disekolah yaitu bahwa faktor budaya, seperti pengetahuan lokal akan sangat berpengaruh pada proses pembelajaran sains.

  Pelajaran sains pada hakekatnya berobyek pada eksplorasi manusia terhadap alam, dan hal itu merupakan landasan bagi kerangka variasi orientasi sistem nilai budaya (Koentjaraningrat, 1990). Karena ada kebudayaan yang memandang alam sebagai sesuatu hal yang begitu dasyat sehingga manusia hanya dapat mengalah tanpa dapat berusaha banyak, ada kebudayaan yang mengganggap bahwa manusia hanya dapat mencari keselarasan manusia dengan alam (kebuadayaan rata-rata di Indonesia). Sebaliknya, ada kebudayaan yang memandang alam sebagai sesuatu hal yang dapat dilawan oleh manusia dan mewajibkan manusia untuk selalau berusaha menahklukan alam, mengekspolitasi dan mengeksplorasi atau bahkan “memperkosa alam” (kebudayaan barat, dalam hal ini adalah sains sebagai sub-budaya barat), sehingga hal tersebut akan menyebabkan adanya perbedaan sistem pengetahuan oleh suatu masyarakat dalam memandang alam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Model Pembelajaran Sains Berbasis Pengetahuan Lokal tentang Alam

  Untuk mengembangkan pembelajaran sains berbasis kebudayaan lokal, George seperti dikutip oleh Wahyudi (2003) menyarankan kepada para guru untuk memperhatikan empat hal berikut dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu : 1.

  Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran-

  pikirannya, untuk mengakomodasi konsep-konsep atau keyakinan yang di miliki siswa, yang berakar pada sains tradisional

  2. Menyajikan kepada siswa contoh-contoh keganjilan atau keajaiban (discrepant events) yang sebenarnya hal yang biasa menurut konsep- konsep baku sains

  3. Mendorong siswa untuk aktif bertanya 4.

  Mendorong siswa untuk membuat serangkaian skema tentang konsep yang

  dikembangkan selama proses KBM Driver dan Hewson dalam Wahyudi (2003) telah mengembangkan model

  Pembelajaran sains berbasis sains lokal (etnoscience). Driver menyusun model pembelajaran yang disebut dengan Conceptual Change Model yang terdiri dari lima fase pembelajaran, yaitu : (1) fase orientasi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi konsep-konsep sains yang berkembang dalam masyarakat (etnoscience). (2) fase elisitasi yaitu untuk mengeluarkan konsepsi-konsepsi mereka (3) fase restukturisasi yaitu dengan memberi kesempatan secara bersama-sama bagi siswa dan guru untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sains barat, setelah itu baru dilakukan (4) fase review dengan sebelumnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah direstukturisasi melalui pemberian soal maupun penyelesaian suatu masalah. Sedangkan, Hewson yang berangkat dari pandangan konstruktivisme, bahwa proses belajar siswa melalui proses panjang secara bertahap, yang tahapan itu antara lain adalah terjadinya pergumulan (konflik) ide dalam diri siswa yang berakar dalam pada sains lokal maupun sains barat dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari, modifikasi konsep yang berkembang dalam pikiran siswa sampai dengan restrukturisasi konsep akhibat interaksi selama proses pembelajaran.

  Wahyudi (2003), memberikan saran tindakan untuk melakukan reformasi kurikulum IPA di daerah, yaitu implementasi kurikulum IPA yang berbasis pada sains lokal (etnoscience) melaui langkah-langkah di bawah ini :

  1. Identifikasi sains tradisional, baik yang berupa pemikiran (kepercayaan) maupun kebiasaan tindakan/praktek yang berkembang dalam masyarakat.

  2. Pengelompokan dari langkah 1 ke dalam dua kategori, yaitu yang “selaras” dan yang “bertentangan” dengan sains barat (materi pelajaran IPA).

3. Pengintegrasian sains tradisional ke dalam kurikulum IPA di sekolah melalui penyusunan silabus dan bahan ajar.

  4. Uji coba silabus dan bahan ajar oleh guru kelas dibantu dan dipantau oleh tim rekayasa kurikulum.

  5. Penyempurnaan silabus dan bahan ajar oleh tim rekayasa kurikulum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dari beberapa pendekatan model pembelajaaran sains (IPA) yang berbasis pada sains lokal (pengetahuan lokal terhadap alam), dapat disimpulakan hal pokok untuk perencanaan pembelajaran sains di kelas, yaitu:

  1. Identifikasi sains lokal/pengetahuan lokal terhadap alam dari lingkungan masyarakat sekitar yang dapat digunakan/menjadi bagian dalam pembelajaran mata pelajaran sains di sekolah.

  2. Melihat pada diri siswa, sejauh mana pemikiran, kepercayaan, kegiatan atau kebiasaan siswa terhadap sains lokal/pengetahuan lokal terhadap alam berpengaruh.

  3. Membantu siswa melakukan “dialog” sebagai sesuatu yang sejajar dan saling menghargai, sehingga muncul pertanyaan dari anak sendiri atas “keselarasan” dan “pertentangan” antara sains lokal/pengetahuan lokal terhadap alam dengan sains barat (mata pelajaran IPA) yang dipelajari pada diri siswa.

5. Pembelajaran sains SD

a) Sains

  Aspek penting dalam Sains mencakup dua hal, yaitu aspek proses dan aspek produk.

  Aspek Produk adalah hasil dari rekaan/buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena didalammya, aspek produk dalam sains dapat berupa teori, prinsip, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui keadaan diri dan lingkungannya (Sarkim, 1998). Lebih lanjut menurut Sarkim (1998), sains yang berobyek pada alam membentuk dunianya sendiri melalui teori, prinsip dan hukum sains, sehingga struktur pengetahuan dalam sains membangun persepsi tersendiri pada manusia mengenai alam, dunia ilmu alam.

  Aspek proses dikenal juga dengan aspek metode keilmuan, yaitu metode memperoleh pengetahuan. Horner dan Hunt dalam Sarkim (1998), menyatakan bahwa metode keilmuan merupakan perpaduan antara rasionalisme yang memandang bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pemikiran dan empirisme yang memandang bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman. Tahap-tahap metode keilmuan secara garis besar terdiri dari: (1) adanya masalah dan perumusan masalah, (2) pengamatan dan pengumpulan data, (3) penyusunan data, (4) perumusan hipotesa, (5) deduksi dan hipotesis, (6) pengujian hipotesis.

b) Pembelajaran Sains di SD

  Rohandi (1998), menyatakan bahwa tujuan pembelajararan sains adalah untuk membuat anak berpikir logis, berkembang dan berdaya, cara berpikir dan sikap sehingga dapat berguna untuk anak sendiri dan juga untuk mengubah kebudayaan (mengembangakan masyarakat). Dari pendapat tersebut jelas bahwa, pembelajaran sains disini dapat berfungsi selain untuk mengembangkan cara berpikir anak juga berperan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  melalui anak (agent of change) yang juga merupakan anggota dari suatu masyarakat.

  Pembelajaran sains di sekolah dasar (SD) menurut kurikulum KTSP yang dipakai di Indonesia saat ini menekankan bahwa proses pembelajaran sains SD ditujukan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Puskur, 2007). Pengalaman terhadap alam sekitar yang diperoleh oleh siswa secara langsung dalam interaksinya dengan alam dan lingkungan terkadang berbeda dengan apa yang diperolehnya dalam buku dan pelajaran sains di sekolah yang dipandang sebagai pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini sebagai budaya ilmiah, didasarkan pada metode ilmiah yang merupakan bagian dari kebudayaan barat yang tidak diperoleh siswa dari lingkunganya dalam meninjau alam, ataupun pada sekolah. Hal itu dimungkinkan karena metode ilmiah ini tidak diajarkan oleh sebab tidak terdapat dalam standar kompetensi maupun materi pelajaran sains SD. Sehingga, bagaimanakah mungkin, siswa diharapkan memahami secara ilmiah alam sekitarnya, bila cara berpikir maupun budaya ilmiah tidak ditekankan dan bahkan tidak diajarkan, padahal berpikir ilmiah yang didasarkan diri pada metode ilmiah merupakan hasil budaya barat yang dapat dimiliki siswa dengan belajar. Dalam pembelajaran, hal ini menyebabkan salah pengertian pada diri asiswa dan menganggap bahwa pengetahuan lokal terhadap alam yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dengan buku dan pelajaran sains di sekolah, sehingga dianggap tidak ilmiah.

  Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI pada pelajaran Sains SD dalam kurikulum KTSP meliputi aspek-aspek berikut :

  1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3.

  Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

  cahaya dan pesawat sederhana

  4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya Ruang lingkup kurikulum KTSP diatas, memungkinkan pengetahuan lokal tentang alam dapat digunakan dalam pelajaran sains SD, salah satunya adalah mengenai bumi dan alam semesta. Berdasarkan analisis ruang lingkup tersebut, ditemukan beberapa standar kompetensi yang potensial untuk mengembangkan pembelajaran dimana pengetahuan lokal tentang alam menjadi bagian dalam pelajaran sains SD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang potensial dalam ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RUANG LINGKUP MATERI PENELITIAN

  dengan musim hujan terhadap kegiatan manusia

  II II

  Kelas Semester Standar kompetensi Kompetensi Dasar

  I II • Mengenal berbagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia

  1. Mengenal berbagai benda langit melalui pengamatan

  2. Mengenal keadaan cuaca di sekitar kita 3.

  Membedakan pengaruh musim kemarau

  • Memahami peristiwa alam dan
  • Memahami kenampakan permukaan

  • Memahami perubahan kenampakan

  permukaan bumi dan benda langit 1.

  • Memahami perubahan lingkungan

  1. Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

  1. Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

  V II • Memahami perubahan yang terjadi di

  3. Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan

  2. Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

  1. Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

  daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

  kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  Mendeskripsikan cara pencegahan

  5. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 6.

  4. Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)

  3. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

  2. Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari

  fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

  pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari

  kenampakan bumi dari hari ke hari

  Mendeskripsikan posisi bulan dan

  kenampakan bumi 2.

  Mendeskripsikan perubahan

  IV II

  4. Mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar

  3. Mendeskripsikan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia

  2. Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca

  1. Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar

  bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam

  III II

  2. Mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari

  1. Mengidentifikasi kenampakan matahari pada pagi, siang dan sore hari

  • Memahami hubungan antara sumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Siswa dianggap sebagai pelintas batas antara dua budaya, yaitu nilai-nilai budaya dalam kehidupannya sehari-hari (budaya lokal) dengan nilai-nilai budaya sains dari barat (Wahyudi, 2003).

  5. Menjelaskan perhitungan kalender Masehi dan kalender Hijriah

  4. Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari

  3. Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan

  penyusun tata surya

  2.

  1. Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi

  tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya

  VI II

  7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)

  terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

  Mengidentifikasi peristiwa alam yang

  penghematan air 6.

  Mendeskripsikan perlunya