TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA KABUPATEN BATURAJA SUMATERA SELATAN DALAM RUMAH TANGGADAN PERDAGANGAN: SEBUAH KAJIAN FOLKLOR

  TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA KABUPATEN BATURAJA SUMATERA SELATAN DALAM RUMAH TANGGADAN PERDAGANGAN: SEBUAH KAJIAN FOLKLOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Oleh Lusiana Rosarini 024114012 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

MOTTO

  • Janganlah hendaknya kamu kuatir dengan apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur .

  (filipi 4:6) * * *

  • Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat,supaya nyata bahw a kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Kor, 4-7)* * *
  • Tidak ada kesulitan yang tak dapat dikalahkan oleh kasih yang dalam,… tak peduli betapa besarnya kesulitan itu,

  Betapa sirnanya harapan, Betapa rumitnya masalah dan betapa besarnya kesalahan. Maka kesadaran akan kasih yang dalam itu mampu menguraikan

  Semuanya… (Elisabet Wisto)* * *

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan Skripsi ini untuk : Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang suci dan tak bernoda. Puji syukur atas limpahan berkatMu.

  ( Bapak dan I buku terkasih, pembimbing dan semangat hidupku.

  Kakak-kakakku tersayang, pendorong yang setia )

  I a mengajariku membaca, memahami segala tanda Ia mengajariku menulis, mengungkapkan petualangan hidup I a membesarkanku dengan kasih sayang, menemukan cinta dalam hidup I a senantiasa mengatakan dengan diam, dan menjelaskan dengan perbuatan.

  ( Tunanganku tercinta, pemberi semangatku. Orang-orang terdekatku, yang selalu memahamiku ) Dengan kamu pijakanku terasa teguh

  Dengan kamu peganganku tergenggam erat Dengan kamu sandaranku semakin kokoh Dengan kamu pula aku belajar tentang kesederhanaan, Berpasrah diri dan memaknai hidup.

  Dan dengan rendah hati aku persembahkan juga penelitian ini Kepada yang pantas menerima ucapan Selamat jalanku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Tanggal, 22 Januari 2007

Penulis

Lusiana Rosarini

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus, atas rahmat dan karuniaNya yang melimpah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini.

  1. Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum, selaku dosen pembimbing I.

  Terimakasih atas bimbingan, masukan, kesabaran, serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

  3. Dr. Praptomo Baryadi I, M. Hum, Drs.P. Ari Subagyo, M. Hum, Drs .F.X Santosa, Drs. Hery Antono, M. Hum , S.E. Peni Adji, S. S. M. Hum, Dra. Tjandrasih, M. Hum. Terimakasih atas ilmu yang diberikan dan atas

jasa-jasanya dalam membimbing sebagai dosen Sastra Indonesia.

  4. Staf sekertariat Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas bantuannya dalam mengurus keperluan kuliah.

  5. Staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas pela yanannya yang ramah.

  

6. Orang tuaku terkasih, Bpk. Agustinus Suroto dan Ibu. Veronika. S.

  Terimakasih atas pengorbanan, doa, dan kasih sayang yang selama ini diberikan yang tidak ternilai.

  

7. Kakakku tersayang, Petrus Fajar Santoadi, S.Pd, dan Maria Indah

Prihutami. Terimakasih atas dukungannya

  8. Tunanganku tercinta, Albertus Lukman. Terimakasih karena selalu ada di setiap waktu, dan selalu memberi dukungan.

  9. Omku tersayang, Petrus Pardamean Tamba Tua, S.T. Terimakasih atas nasehat dan motifasi ya ng diberikan kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  10. Bpk. Andi Alfian, Manajer PT. Semesta Prima Mandiri. Terimakasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

  

11. Semua teman-temanku Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

angkatan 2002, dan teman-teman kos. Terima kasih atas persahabatan yang terjalin baik dan kebersamaan yang indah. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca sekalian dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

  Yogjakarta, 22 Januari 2007

Penulis

Lusiana Rosarini

  

ABSTRAK

Rosarini, Lusiana. 2006. Tradisi HidupWanita Bakul dalam Rumah Tangga dan

Perdagangan: di Desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatra Selatan: Sebuah

Kajian Folklor. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan

Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Skripsi ini membahas tentang Tradisi Hidup Wanita Bakul dalam Rumah

Tangga dan Perdagangan : di desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatra Selatan:

sebuah Kajian Folklor. Studi ini memiliki dua tujuan, yakni (1) mendeskripsikan

tradisi hidup wanita bakul dalam rumah tangga di desa Sumber Bahagia, Baturaja

Sumatera Selatan. (2) menjelaskan tradisi hidup wanita bakul dalam perdagangan di

Desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatera Selatan.

  Studi ini menggunakan pendekatan folklor. Kerangka teori yamg digunakan

dalam studi ini adalah folklor dan kajian etnografis. Penelitian ini menggunakan tiga

teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, kepustakaan, dan wawancara

mendalam.

  Hasil penelitian mengenai tradisi hidup wanita bakul ini menunjukkan bahwa

(i) kehidupan wanita bakul di desa Sumber Bahagia, Baturaja-SUMSEL memiliki ciri

khas tersendiri yang berbeda dengan yang lain, (ii) Usaha yang dilakukan oleh para

wanita bakul dalam mencukupi segala kebutuhan, baik dalam kebutuhan rumah

tangga maupun untuk pendidikan anak.

  

ABSTRACT

Rosarini, Lusiana, 2006. Living strategy of Woman Vendor in Household and

Trade in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra

Province: a Folklore Study. Thesis Strata I . Indonesian Letter Study Program,

Letter Department, Sanata Dharma University.

  The research studies about living strategy of women seller in household and

trade Trade in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Suma tra Province:

a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of

woman seller in household in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South

Sumatra Province. (2) describing trade living strategy of woman seller in Sumber

Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province.

The research use folklore approach. Main Theoretical frame used in this study

was folklore and ethnographical approach. Researcher used three methods of data

collection: observation, deep interview, and documentation.

Result of this research are: (i) Living strategy of woman seller in household

in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province has its

caracterirtics different from others (ii) efforts of woman seller in fulfilling all needs of

household and children education.

  DAFTAR TABEL

TABEL HAL

I. Jumlah Penduduk Menurut Umur ....................................................

  22 II. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan..............................

  24 III. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan..............

  25

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii MOTTO .................................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

ABSTRAK .............................................................................................. viii

ABSTRAC................................................................................................ ix DAFTAR TABEL .................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN......................................................................

  1 1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................

  6 1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................

  6 1.4 Manfaat Penelitian...................................................................

  7 1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori.....................................

  7 1.5.1 Tinjauan Pustaka................................................................

  7 1.5.2 Landasan Teori .................................................................

  8 1.5.2.1 Folklor dan Kajian Etnografis ..................................

  8 1.5.2.2 Folklor Wanita Bakul................................................

  13 1.6 Metodologi Penelitian.............................................................

  18 1.6.1 Pendekatan.........................................................................

  18 1.6.2 Metode ...............................................................................

  18 1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................

  19 1.6.3.1 Observasi ..................................................................

  19 1.6.3.2 Wawancara ...............................................................

  19

  

1.6.3.3 Kepustakaan..............................................................

  20

1.7 Sumber Data ...........................................................................

  20

1.8 Sistematika Penyajian.............................................................

  20 BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...................

  22

2.1 Lokasi Penelitian .....................................................................

  22

2.1.1 Letak dan Keadaan Alam...................................................

  22

2.1.2 Penduduk dan Keadaan Sosial Keadaan Ekonomi ............

  24

2.1.3 Pasar Pucok .......................................................................

  29

2.2 Karakteristik Wanita Bakul .....................................................

  34

2.3 Rangkuman..............................................................................

  37 BAB III TRADISI HIDUP WANITA BAKUL DALAM RUMAH TANGGA ................................................................

  38

3.1 Struktur Rumah Tangga ..........................................................

  38

3.2 Aktivitas Rumah Tangga ........................................................

  39

3.3 Alokasi Waktu ........................................................................

  42

3.4 Pengambilan Keputusan dalam Keluarga ...............................

  44

3.5 Strategi Rumah Tangga ..........................................................

  47

3.6 Pendidikan Anak.....................................................................

  52

3.7 Rangkuman.............................................................................

  52 BAB IV TRADISI HIDUP WANITA BAKUL DALAM PERDAGANGAN ..................................................................

  55 4.1 Usaha Dagang ........................................................................

  55 4.1.1 Latar Belakang Memilih Jenis Barang Dagangan............

  55 4.1.2 Pengadaan Barang............................................................

  59 4.1.3 Pemasaran.........................................................................

  62 4.2 Kehidupan Enam Orang Wanita Bakul ..................................

  64

  4.2.1 Ibu Joyo ............................................................................

  65 4.2.2 Ibu Daonah.......................................................................

  68 4.2.3 Ibu Roidah........................................................................

  72 4.2.4 Ibu Wastini .......................................................................

  74 4.2.5 Ibu Otang..........................................................................

  78 4.2.6 Ibu Tarso ..........................................................................

  79 4.3 Rangkuman.............................................................................

  82 BAB V PENUTUP .................................................................................

  84 5.1 Kesimpulan.............................................................................

  84 5.2 Saran.......................................................................................

  85 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  86 LAMPIRAN ............................................................................................

  89

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak dihadapkan pada berbagai masalah pembangunan, termasuk usaha untuk mencapai pemerataan pembangunan. Seperti di negara yang sedang berkembang lainnya, pada saat ini Indonesia juga merupakan negara yang sedang mengadakan modernisasi di segala bidang atau segala aspek kehidupan. Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan, yang biasanya dinamakan “Social Planning” (Soekanto,1977:273). Di Indonesia, modernisasi terutama ditekankan pada sektor pertanian, karena modernisasi pertanian tidak hanya menyangkut masalah peningkatan produksi, tetapi juga secara langsung menyangkut sumber daya manusia yaitu petani dan penduduk pedesaan.

  Modernisasi dalam bidang pertanian yang lebih dikenal dengan sebutan “Revolusi Hijau”, ternyata mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pertanian dan pedesaan pada umumnya; terutama dalam menghadapi peluang kesempatan kerja di pedesaan. Artinya bahwa dengan adanya “Revolusi Hijau” mengakibatkan besarnya angkatan kerja yang ada di pedesaan menjadi tidak seimbang dengan peluang kerja baru yang ada. Hal ini terutama sangat dirasakan ole h kaum wanitanya karena, sebelum modernisasi

  2 pertanian mulai diterapkan oleh pemerintah, banyak tenaga kerja wanita yang terserap dalam sektor pertanian mulai dari masa menanam sampai masa panen. Namun dengan adanya modernisasi dalam bidang pertanian, menyebabkan partisipasi wanita pedesaan dalam sektor perta nian menjadi berkurang. Proses perubahan tersebut mengakibatkan peranan mereka dalam sektor pertanian menjadi menurun sehingga sumbangan untuk mencukupi kebutuhan mereka di dalam rumah tangga pun menjadi menurun pula.

  Pembangunan pertanian yang pada mulanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan penggunaan teknologi moderen yang bersifat efisien baik dalam pengolahan maupun tenaga kerja, ternyata sangat berpengaruh pada penciptaan kesempatan kerja di pedesaan bahkan mengakibatkan turunnya tingkat pendapatan sebagian penduduk pedesaan. Hal inilah yang mengakibatkan banyak petani kemudian mencari pekerjaan lain di luar sektor pertanian, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Demikian juga halnya kaum wanita yang kemudian ikut membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, dengan melakukan aktivitas kerja di luar sektor pertanian.

  Wanita sebenarnya merupakan sumber daya yang tidak kalah pentingnya dengan pria. Mereka memberi sumbangan yang besar bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan rumah tangga serta masyarakat (Kodiran dan Hudayana,1990:1). Pada kenyataannya wanita mempunyai peranan yang sangat penting dalam keluarga, mulai dari menyiapkan

  3 makanan, mengatur keuangan, sebagai orientasi sosialisasi anak-anak, maupun dalam melekatkan hubungan dengan keluarga lain yang sekerabat.

  Namun di sisi lain, Budiman (1985:29) beranggapan bahwa sebenarnya pekerjaan wanita di dalam rumah tangga dianggap tidak mempunyai nilai pasar, tidak mempunyai nilai tukar, meskipun pekerjaan itu berguna. Pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan ‘demi cinta’ oleh karena itu gratis.

  Dengan me lihat pandangan tersebut, terdapat pertentangan dalam melihat peranan wanita dalam rumah tangga. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa di dalam rumah tangga terdapat pembagian kerja antara pria dan wanita dengan tujuan agar tercapai keselarasan. Itulah kehidupan sehari- hari para wanita bakul yang berbeda dengan kehidupan orang-orang pada umumnya yang bukan berprofesi sebagai wanita bakul. Tradis i hidup (living strategy) atau dapat disebut juga dengan kebiasaan maupun rutinitas kehidupa n sehari-hari para wanita bakul, memiliki ciri khas yang berbeda yang dapat kita lihat juga sebagai ciri utama yang membedakannya dengan wanita yang lain, yaitu para wanita yang berprofe si di luar bakul.

  Masyarakat di desa Sumber Bahagia khususnya mereka yang bekerja sebagai bakul pemba gian kerja tidak didasarkan pada jenis kelamin, tetapi berdasarkan kemampuan dan kesempatan dari masing- masing (pria dan wanita) dalam memperoleh sumber penghasilan. Hal ini dikarenakan pada masyarakat pedesaan tenaga kerja wanita dan anak-anak merupakan tenaga tambahan mutlak di dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Selain dalam

  4 bidang pertanian yang sudah sangat sulit bagi kaum wanita untuk dapat memperoleh sumber penghasilan. Wanita -wanita tersebut kebanyakan melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya di luar pertanian, seperti bekerja pada industri kecil ataupun berdagang secara kecil-kecilan yang secara populasi dikenal sebagai bakul kecil. Bakul merupakan aktivitas perdagangan yang paling banyak diminati dan dilakukan oleh kaum wanita di pedesaan. Oleh karena itu, keterlibatan wanita desa dalam perdagangan di pasar sangatlah tinggi.

  Di Baturaja, mereka yang bekerja sebagai bakul kecil atau berdagang kecil-kecilan di rumah kebanyakan adalah kaum wanita. Para wanita bakul tersebut berjualan sayuran, buah-buahan (yang sebagian d ipetik dari pekarangan sendiri), makanan kecil (jajanan), dan tempe (produksi lokal).

  Dari hasil berjualan, para wanita tersebut dapat sedikit membantu memenuhi kebutuhan harian rumah tangga.

  Dari sudut pandang folklor, dapat disebutkan bahwa wanita bakul di desa Sumber Bahagia merupakan sebuah folk tersendiri yang memiliki tradisi dan kebiasaan tersendiri pula. Aktivitas hidup para wanita bakul memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan pembeda dengan aktivitas dan rutinitas hidup wanita-wanita lain di luar yang tidak berperan sebagai bakul. Ciri yang khas itu dapat di lihat dari peran mereka, yaitu bahwa Wanita Bakul memiliki wewenang atau otoritas penuh dalam pengambilan keputusan, yang berbeda dengan ibu-ibu rumah tangga biasa, yaitu pengambilan keputusan dalam keluarga cenderung dipegang oleh suami. Begitu pula dengan wanita yang

  5 menikah dengan orang-oarang timur, disana wanita benar-benar tidak memiliki wewenang apa-apa, semua keputusan ada di tangan suami karena, bagi mereka wanita yang sudah dinikahi sama dengan sudah di beli dan mereka merasa membelinya dengan mahal maka peran istri hanyalah mengurus urusan rumah tangga saja, dan semua yang diluar urusan rumah tangga merupakan urusan suami. Begitu pula dalam hal pengambilan keputusan, istri tidak memiliki wewenang apa-apa karena, semua keputusan ada di tangan suami. Itulah yang menjadi pembeda atau ciri khas dari Wanita Bakul dengan wanita-wanita lain di luar bakul.

  Aktivitas atau rutinitas hidup itu dapat juga disebut dengan sebua h tradisi, yaitu tradisi wanita bakul yang memiliki ciri tertentu. Tradisi hidup (living strategy) juga dapat diartikan sebagai kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan, dan di sini dimaksutkan sebagai pembeda yang membedakan rutinitas kegiatan sehari-hari wanita bakul dengan wanita-wanita lain yang bekerja di luar sektor perdagangan atau disebut dengan istilah bakul.

  Sebuah kajian yang menda lam mengenai folklor wanita bakul di sebuah lokasi tertentu dapat membantu kita memahami secara mendalam peran ganda yang mereka jalankan, baik dalam sektor publik (perdagangan) maupun sektor domestik (rumah tangga). Kajian semacam ini akan bermanfaat pula bagi yang ingin mengkaji tentang studi wanita, khususnya hal yang menyangkut isu kesetaraan gender.

1.2 Rumusan Masalah

  6 Dengan melihat uraian latar belakang tersebut, tampaknya peranan wanita bakul sangatlah kompleks. Wanita tidak hanya berperan sebagai ib u rumah tangga, tetapi juga memerankan berbagai peran lain, baik sosial maupun ekonomi yang seimbang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang ada. Demikian pula dengan wanita pada masyarakat petani di desa Sumber Bahagia. Bertitik tolak dari uraian tersebut, muncul pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu :

  1.2.1 Bagaimana tradisi hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam kehidupa n rumah tangga?

  1.2.2 Bagaimana tradisi hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam aktivitas perdagangan?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menggambarkan tentang

  1.3.1 Tradisi hidup hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam kehidupan rumah tangga.

  1.3.2 Tradisi hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam aktivitas perdagangan.

  1.4 Manfaat Penelitian

  7 Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dalam beberapa hal, diantaranya yaitu :

  1.4.1 Penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya wawasan, terutama dalam bidang kebudayaan ataupun folklor.

  1.4.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian baru di bidang folklor ataupun kebudayaan yang lain.

  1.4.3 Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian atau kajian tentang kesetaraan gender, da lam bidang studi wanita.

1.5. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

  Abdullah (1986:28) dalam artikel yang berjudul “Strategi Ekonomi Pedagang Kaki Lima, kasus-kasus orang Minang di Malioboro Yogyakarta”, membahas tentang bagaimana orang-orang Minang yang berjualan di Malioboro Yogyakarta menghadapi tantangan untuk hidup dengan jalan berjualan di kaki lima, serta strategi ekonomi yang mereka guna kan, bagaimana mereka tetap dapat makan untuk menyambung hidup serta menyisakan uang untuk berjualan supaya dapat memperoleh uang dan memenuhi kebutuhan hidup yang lain.

  Elip (1986:9-10) dalam artikel yang berjudul ”Peranan Wanita Jawa pada Masyarakat Jawa”, membahas tentang bagaimana para wanita Jawa ikut ambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan suami dan sulitnya para suami

  8 mendapatkan pekerjaan tetap untuk memperoleh penghasilan tetap sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi tersebut.

  Tinjauan yang secara khusus membahas tentang Tradisi Hidup Wanita Bakul di Desa Sumber Bahagia belum pernah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk menelitinya. Dalam penelitian yang meneliti tentang Strategi Hidup Wanita Bakul ini membahas tentang bagaimana strategi hidup yang mereka jalankan untuk pemenuhan segala kebutuhan, dan bagaimana peran Wanita Bakul tersebut dalam rumah tangga yang berhubungan dengan hal pengambilan keputusan, yaitu peran istri yang lebih dominan dibanding peran suami.

1.5.2 Landasan Teori

1.5.2.1 Folklor dan Kajian Etnografis

  Teori folklor digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini . Sesuai dengan apa yang menjadi objek, akan diungkapkan tentang folklor wanita bakul. Menurut Dundes (Danandjaja,1998:53) via Endraswara folk adalah kelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok yang lainnya. Ciri fisik, antara lain berwujud warna kulit. Ciri lain yang tidak kalah pentingnya adalah mereka memiliki tradisi tertentu yang telah turun-temurun. Trad isi inilah yang sering dinamakan lore. Folklor memiliki ragam yang bermacam-macam.

  Dalam kaitannya dengan budaya, ada beberapa pendapat tentang

  9 unsur-unsur folklor. Misalnya saja menurut Bascom, folklor terdiri dari: budaya material, organisasi, dan religi (Endraswara, 2006: 217).

  Kelompok wanita bakul merupakan folk yang realistis, mereka memiliki tradisi hidup yang berbeda, perbedaannya adalah terletak pada peran mereka dalam hal pengambilan keputusan. Wanita bakul lebih dominan dalam hal penagmbilan kep utusan di bandingkan suami, mereka memiliki otoritas itu karena, dalam perekonomian keluarga wanita bakul memiliki penghasilan sendiri yang sangat membantu kehidupan mereka, dan cenderung penghasilan wanita bakul lebih besar dibandingkan penghasilan suami, sehingga mereka tidak harus bergantung pada suami pada saat mereka hendak memutuskan membeli sesuatu atau mengatur perekonomian keluarga.

  Folklor merupakan bagian kebudayaan suatu kolektif. Ada beberapa bentuk folklor menurut Brunvand via Danandjaja (2002 21- 22) yaitu: mentifact (folklor lisan), sociofact (folklor sebagian lisan), dan artifact (folklor bukan lisan). Bentuk folklor yang termasuk sastra lisan antara lain bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, dan cerita prosa rakyat. Bentuk folklor sebagian lisan, seperti kepercayaan rakyat, te ater rakyat, tradisi rit ual rakyat, dan adat istiadat, sedangkan folklor bukan lisan biasanya akan lebih menarik bidang kajian lain, seperti arsitektur rakyat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:243) melihat atau

  10 mengaitkan folklor sebagai adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan turun- temurun tetapi tidak dibakukan. Bekerja sebagai bakul merupakan sebuah pekerjaan sekaligus kenyataan hidup yang turun-temurun diala mi oleh masyarakat kalangan bawah, terutama yang berada di desa dan bekerja sebagai petani. Bakul diartikan sebagai komunitas pedagang yang berjualan disuatu tempat umum (pasar, pinggir jalan, emperan toko) tanpa menggunakan izin usaha dari pemerintah, ata u pedagang yang hanya berjualan barang dagangan tertentu dalam skala kecil-kecilan atau eceran (Abdullah,1986:28). Jadi wanita bakul adalah wanita yang berjualan dagangan tertentu dalam skala kecil atau eceran.

  Wanita bakul disebut sebagai folklor karena, kelompok ini memiliki ciri yang menonjol, baik dilihat dari pekerjaan, rutinitas hidup, sosial, kebudayaan dan ciri fisik yang berbeda dengan kelompok lain di luar bakul. Dari Pekerjaan mereka jelas sekali terlihat bahwa para wanita itu bekerja sebagai bakul atau pedagang kecil. Rutinitas hidup mereka adalah berdagang di pasar selain mengurus segala urusan rumah tangga, yaitu mengurus suami dan anak. Dalam hal sosial pun mereka tetap berperan, seperti berorganisasi, membantu warga yang memerlukan bantuan, dan lainnya yang berhubungan dengan kahidupan bermasyarakat mereka tetap turut berperan di dalamnya. Dalam hal kebudayaan atau tradisi yang merupakan ciri utama adalah peran mereka dalam rumah

  11 tangga yang dominan dalam hal pengambilan keputusan. Wanita bakul memiliki wewenang untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan rumah tangga dan mengurus segala keperluan anak, baik keperluan sekolah maupun keperluan di rumah.

  Dalam penelitian ini juga digunakan kajian etnografis. Model etnografis adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Model ini berupaya mempelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subjek sebagai objek studi. Studi ini akan terkait bagaimana subjek berpikir, hidup, dan berprilaku. Tentu saja perlu dipilih peristiwa yang unik yang jarang teramati oleh kebanyakan orang. Penelitian etnografi adalah kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat, dan berbagai peristiwa serta kejadian unik dari komunitas budaya yang menarik perhatian (Endraswara, 2006: 207). Etnografi pada dasarnya lebih memanfaatkan teknik pengumpulan data pengamatan. Hal ini sejalan dengan pengertian istilah etnografi yang berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan atau menggambarkan). Etnografi merupakan ragam pemaparan penelitian budaya untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena yang teramati dalam kehidupan sehari-hari (Endraswara, 2006: 208).

  Dari sini akan terungkap pandangan hidup dari sudut pandang

  12 penduduk setemp at. Hal ini cukup bisa dipahami karena , melalui etnografi akan mengangkat keberadaan senyatanya dari fenomena budaya. Dengan demikian akan ditemukan makna dari tindakan budaya suatu komunitas yang dideskripsikan.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kajian etnografis diartikan sebagai kajian yang dilakukan secara etnografi. Etnografi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indone sia diartikan sebagai kajian deskripsi tentang kebudayaan suku bangsa yang hidup, atau ilmu tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di muka bumi (KBBI, 1990:237). Kebudayaan masyarakat yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Baturaja -Sumsel, khususnya di desa Sumber Bahagia.

  Bahan-bahan penelitian etnografi berasal dari masyarakat yang disusun secara deskriptif. Deskripsi etnografi menurut Koentjaraningrat (1990:333) via Endraswara sudah baku, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian dan sistem religi.

  Di dalam kehidupan manusia, setiap individu mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri manusia itu dan segala sumber daya lain yang tersedia dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan. Namun setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda di dalam kehidupan masyarakat, sehingga hal ini mengakibatkan munculnya tata

  13 kelakuan yang berbeda-beda pula di dalam pemenuhan kebutuhan.

  Oleh karena itu, dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia menggunakan kebudayaan yang dimilikinya sebagai kerangka kesadaran. (Suparlan,1983:70).

  1.5.2.2 Folklor Wanita Bakul Kata folklor adalah pengindonesiaan dari kata inggris

  folklore . Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata

  dasar folk dan lore. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri pengenal fisik itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun, yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Di samping itu yang paling penting adalah bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri (Danandjaja, 2002:1-2)

  Dari uraian di atas bila dikaitkan dengan kehidupan para wanita bakul yang ada saat ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita bakul merupakan sebuah folk tersendiri, karena mereka memiliki kekhasan tersendiri, yaitu mereka hidup dalam aktivitas yang relatif sama dan melakukan kegiatan sosial dalam satu lingkup.

  14 Kesamaan yang paling menonjol adalah mereka memiliki mata pencaharian yang sama, yaitu berdagang eceran di pasar maupun di rumah yang dikenal dengan sebutan wanita bakul. Kesamaan lain dari para wa nita bakul tersebut adalah bahasa yang mereka gunakan cenderung sama, untuk konteks bahasa Jawa, sesuai dengan asal mereka yang mayoritas datang dari Pulau Jawa. Selain itu, para wanita bakul tersebut taraf pendidikannya tidaklah berbeda jauh antara satu dengan yang lainnya yaitu SD dan maksimal SMP, begitu pula dengan agama yang mereka anut, mereka mayoritas beragama islam.

  Dari sekian banyak ciri khas tersebut, dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari pun mereka memiliki rutinitas. Para wanita

  

bakul tersebut memiliki aktivitas lain selain berdagang, mereka

  meiliki kelompok arisan khusus para pedagang, yang lazim digolongkan sebagai lembaga berciri sosial dan ekonomi, para wanita bakul yang terlibat dalam kelompok arisan memperoleh manfaat dari lembaga itu. Jelas bahwa keterlibatan dalam kelompok arisan ini merupakan bagian dari cara hidup dan strategi yang paling menonjol di sektor non-produksi. Selain itu juga ada kelompok pengajian (doa merangkap arisan) yang merupakan contoh lembaga yang mencoba memad ukan tujuan sosial (keagamaan) dan ekonomi.

  Dengan cara demikian, orang miskin yang terlibat dalam lembaga itu

  15 masih memperoleh manfaat ekonomi (dari arisan), sebagai kompensasi waktu yang disisihkan untuk mengaji atau berdoa.

  Manfaat yang diperoleh dari kelompok arisan ataupun kelompok pengajian (doa merangkap arisan), umumnya berkenaan dengan terbukanya kemungkinan untuk membiayai kebutuhan yang memerlukan biaya agak besar. Penerimaan dari arisan itu lazimnya dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan yang cukup besar, misalnya untuk biaya sekolah anak, ataupun untuk modal yang lainnya. Selain itu juga ada perkumpulan kematian, perkumpulan tersebut merupakan lembaga yang bertujuan sosial, yaitu membantu anggota yang mengalami kemalangan. Jadi manfaat yang diperoleh sebagian besar rumah tangga yang terlibat dalam lembaga itu terutama adalah kebersamaan atau solidaritas dalam wujud bantuan sosial.

  Bagi anggota perkumpulan, bantuan sosial itu membawa implikasi yang sangat berarti, yaitu keringanan beban yang diperlukan untuk ritus kemalangan. Dengan demikian dapat dipahami jika ada rumah tangga yang merasa memperoleh manfaat dari perkumpulan tersebut.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, serta memiliki ciri khas. Dari ciri yang ada, penelitian ini difokuskan pada folk wanita bakul yang berada di Baturaja dan dikususkan lagi di desa Sumber Bahagia.

  16 Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya untuk mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan,1983:67). Di samping itu, sebenarnya sistem pengetahuan yang ada di dalam kebudayaan suatu masyarakat juga berkaitan dengan masalah peranan wanita, dan hal ini akan tampak dalam pola- pola tingkah laku dalam berbagai aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga tersebut (Elip,1985:9). Begitu pula dengan apa yang terjadi pada wanita-wanita bakul tersebut, dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya, mereka mengatur perilaku serta mengikuti aturan-aturan yang ada, yang berlaku dalam sistem perdagangan di pasar, dan pengetahuan ini kemudian dijadikan pegangan mereka di dalam melakukan perdagangan di pasar.

  Pasar pada hakikatnya merupakan tempat para penjual dan pembeli saling bertemu, dan tempat yang menyediakan barang serta jasa untuk dijual belikan sehingga terjadi perpindahan hak milik. Adapun bakul merupakan salah satu bagian dalam proses perdagangan, yaitu sebagai perantara atau orang yang menjual atau menyampaikan barang ke konsumen. Dengan demikian, bakul juga merupakan salah satu basis dalam perdagangan ekonomi, karena melalui bakul inilah maka perekonomian pasar dapat berjalan lancar,

  17 dalam arti bahwa melalui bakul ini akan terjadi hubungan timbal balik serta saling ketergantungan antara kedua belah pihak.

  Untuk memahami pasar dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu pasar sebagai arus barang dan jasa menurut pola tertentu, kemudian pasar sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut, dan ketiga pasar sebagai sistem sosial dan kebudayaan di mana mekanisme itu tertanam (Geertz,1977:31).

   Oleh karena itu, pasar sebagai arus barang dan jasa

  merupakan tempat yang memungkinkan bagi para wanita bakul untuk mendapatkan peluang penghasilan karena, di tempat ini mereka dapat memperoleh pekerjaan yaitu sebagai bakul kecil. Pasar selain sebagai mekanisme yang menunjang kehidupan setiap orang, juga merupakan tempat berkumpulnya bermacam-macam pedagang baik pedagang besar, kecil, maupun menengah yang kesemuanya itu berdasarkan besar kecilnya usaha yang dilakukan. Masing- masing bakul tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda pula di dalam kehidupan rumah tangganya. Namun di antara bakul-bakul tersebut, peranan bakul kecil yang paling banyak berpengaruh di dalam kehidupan rumah tangga karena, kebanyakan dari mereka adalah wanita yang berasal dari masyarakat golongan bawah.

  Keterlibatan wanita dalam perdagangan di desa, ternyata telah didasarkan pada pertimbangan kemampuan fisik alamiah

  18 wanita karena , wanita mempunyai sifat telaten dan luwes dalam aktivitas tawar-menawar yang merupakan unsur pokok dalam perdagangan.

1.6 Metodologi Pe nelitian

  1.6.1 Pendekatan

  Penelitian yang akan membahas tentang wanita bakul ini menggunakan pendekatan folklore dengan menggunakan kajian etnografis dan folklore wanita bakul sebagai objeknya.

  1.6.2 Metode

  Untuk mengumpulkan data di lapangan, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi atau terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan mencatat gejala sosial serta tradisi atau cara hidup sehari- hari wanita

  bakul yang ditemui di lapangan atau bisa disebut juga sebagai metode

  penelitian di kampung. Selain observasi, juga dilakukan wawancara tersetruktur dengan kepala kampung, pemuka adat, dan beberapa informan kunci lainnya. Studi kasus ini juga menggunakan metode wawancara mendalam terhadap responden, sedangkan terhadap informan dilakukan wawancara bebas sebagai pelengkap data dari para responden. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipakai adalah populasi dan sampel. Populasinya adalah masyarakat yang tinggal di Baturaja pada

  19 umumnya, sedangkan sampelnya dikususkan pada masyarakat yang tinggal di desa Sumber Bahagia, khususnya wanita bakul.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

  1.6.3.1 Observasi

  Observasi menghasilkan deskripsi yang khusus tentang apa yang telah terjadi (Komaruddin,1974:97). Cara ini digunakan untuk mendukung wawancara. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran tentang bagaimana tradisi hidup wanita bakul. Cara ini akan menambah kelengkapan data hasil wawancara.

  1.6.3.2 Wawancara Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi.

  Salah satu metode pengumpulan data ialah dengan jalan wawancara, dengan tujuan mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara merupakan salah satu bagian yang penting dari setiap survei. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah : pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara.

  (Effendi,1986:145).

  20

1.6.3.3 Kepustakaan

  Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya. (Arikunto,1993:234). Teknik kepustakaan dipergunakan untuk mendapatkan data yang konkret.

  1.7 Sumber Data

  Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode populasi dan sampel. Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang mer upakan perhatian peneliti (Kountour , 2003:137-138). Dalam penelitian ini populasinya adalah wanita bakul yang tinggal (menetap) di desa Sumber Bahagia, sedangkan sampelnya adalah 6 orang wanita bakul yang dipilih secara acak.

  1.8 Sistematika Penyajian

  Laporan hasil penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan perihal latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang gambaran umum daerah penelitian. Bab III berisi tentang tradisi hidup wanita bakul dalam pemenuhan kebutuhan rumah

  21 tangga . Bab IV berisi tentang tradisi hidup wanita bakul dalam aktivitas perdagangan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Gambaran umum daerah penelitian ini akan membahas tiga hal pokok,

  yakni:(1) Lokasi penelitian. (2) Gambaran tentang Pasar Pucok, (3) Karakteristik wanita bakul. Pada setiap bab akan di beri sedikit rangkuman dari keseluruhan isi, supaya dapat dipahami secara mendalam sebelum mengkaji permasalahan berikutnya. Kemudian pada bagian ke empat berisi rangkuman tentang tradisi hidup wanita bakul dalam aktivitas rumah tangga dan perdagangan kususnya masyarakat Baturaja yang berdomisili di desa Sumber Bahagia.

2.1 Lokasi Penelitian

2.1.1 Letak dan Keadaan Alam

  Desa Sumber Bahagia adalah salah satu dari beberapa desa yang berada di Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Baturaja (OKU Induk- SUMSEL). Desa Sumber Bahagia terletak di bagian timur Kecamatan Peninjauan dengan jarak sekitar 20 km dari kantor camat peninjauan atau sekitar 23 km ke arah timur dari batas kota Kabupaten Baturaja.

  Wilayah desa Sumber Bahagia secara administratif berbatasan dengan Desa Mandi Angin di sebelah barat, dengan desa Gunung Meraksa di sebelah timur. Jalan utama menuju ke desa Sumber Bahagia adalah Jalan Lintas Baturaja- Palembang. Desa Sumber Bahagia ada karena sekitar 25 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1981 banyak transmigran yang

  23 datang ke Sumatera untuk mendapatkan lahan dan pekerjaan dengan cuma-cuma. Dari sekian banyak transmigran yang datang dari Pulau Jawa, kurang lebih 100 kepala keluarga ditempatkan di desa tersebut, yang sekarang ini dikenal dengan Desa Sumber Bahagia oleh masyarakat setempat.

  Desa Sumber Bahagia sebagai salah satu desa yang terletak di pinggir kota, merupakan desa yang masih mempunyai lahan sawah dan tegal serta pekarangan yang cukup luas. Tanah yang ada tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menanam berbagai tanaman pangan dan juga karet sebagai sumber penghasilan yang cukup dapat diandalkan untuk membantu memenuhi kebutuhan. Hal tersebut mereka lakukan karena, potensi tanah di daerah ini sangat baik dan subur. Berdasarkan data monografi, wilayah desa Sumber Bahagia seluas 42,4928 ha, yang terbagi atas beberapa bagian, di antaranya yaitu: lahan sawah dengan luas 15,2200 ha (35,82%), tegal 9,6330 ha (22,67%), pekarangan 9,7275 ha (22,9%), dan selebihnya seluas 7,0098 ha (16,5%) sebagai tempat pemukiman, sisanya 0,9025 ha (2,12%) merupakan tanah lain-lain (lapangan, jalan, kuburan, dan lain-lain). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian wilayah Desa ini terdiri dari tanah pertanian.

  Pertanian di daerah penelitian baik, walaupun tidak cukup mengandung air, namun masyarakat dapat menyiasatinya dengan cara menanam padi tegal yang tidak begitu membutuhkan air. Oleh karena