TRADISI MITONI PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA MARGA KAYA KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

TRADISIMITONIPADA MASYARAKAT JAWA DI DESA MARGA KAYA KECAMATAN JATI AGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh :

Marliyana

Mitoni adalah tradisi tujuh bulanan ibu hamil yang dilakukan hanya pada saat mengandung anak yang pertama kali, dan dilaksanakan pada masa kandungan menginjak usia genap tujuh bulan. Mitoni dilakukan dengan tujuan untuk memohon kepada Sang Pencipta agar diberikan keselamatan, kelancaran dan menghindarkan dari bahaya dan gangguan pada saat melahirkan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah rangkaian proses Tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses Tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,observasi, dokumentasi, dan kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

Hasil dari penelitian Tradisi Mitoni yaitu persiapan, upacara inti dan penutup. Proses persiapan Tradisi Mitonimeliputi persiapan waktu pelaksanaan, persiapan tempat pelaksanaan, persiapan pelaksana yang memandikan, dan persiapan peralatan. Kemudian acara inti meliputi acara sungkeman, siraman, sesuci, pecah pamor, brojolan, sigaran, nyampingan, luwaran dan simparan, wiyosan, kembulan dan unjukan, rujakan dan dhawetan. Yang terakhir adalah penutup, dalam tradisi Mitoni ditutup dengan acaraKendurianyaitu membagi-bagi kan makanan kepada tetangga sekitar dan sanak keluarga sebagai ucapan terimakasih atas doa yang telah diberikan.


(2)

TRADISI MITONI PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA MARGA KAYA KECAMATAN JATI AGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh MARLIYANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 17 Mei 1993, merupakan anak pertama dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Mujimin dan Ibu Sokinah.

Peneliti memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Marga Kaya kecamatan Jati Agung Kabupaten Selatan pada tahun 1999. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Amal Bhakti Jati Agung, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Huda Jati Agung pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Serdang Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014, serta penulis juga melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Kotaagung pada tahun 2014.


(7)

PERSEMBAHAN

Sembah sujud dan rasa syukur selalu kupanjatkan hanya kepada

AllahSWT atas semua nikmat ciptaan-Nya, Dengan Syukur

kehadirat Allah SWT, Ku persembahkan karya ku ini

kepada :

Yang paling utama aku persembahkan karya terindahku ini untuk

Ayah dan Ibu ku tercinta yang tak pernah menyerah untuk

memberikan segala nya untuku, kedua orang tua ku Bapak

Mujimin dan Ibu Sokinah, terimakasih untuk kasih sayang terbaik

di dunia.

Ku bingkiskan kado kecil ini untuk adik-adik ku tercinta Winda

Apri Yanti, Ahmad Fauzi Wibowo, Afif Hendro Wibowo, dan

SiKecil Kesayangan Ku Rizky Aji Wibowo.

Para pendidikku tercinta, yang dengan keikhlasan dan kesabaran

mengajariku tanpa pamrih.


(8)

MOTTO

“Pendidikan Merupakan Perlengkapan Paling Baik

Untuk Hari Tua”

(Aristoteles)

“ Wa Man Jaahada Fa-Innama Yujaahidu

Linafsihi”

‘Barang Siapa Bersungguh-Sungguh,

Sesungguhnya Kesungguhannya Itu Untuk

Dirinya Sendiri’


(9)

(10)

SANWACANA Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Tradisi Mitoni pada Masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. plt. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Wakil Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan Bidang Keuangan Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah. M.H Selaku Dosen Pembimbing Akademik, sekaligus Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, Selaku Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya. 9. Bapak Drs. Maskun, M.H. Selaku pembahas utama yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran nya.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

11. Kepada Afif Albaironi Haka terimakasih untuk segalanya, untuk semangat yang selalu tercurah, dan dukungan yang tak pernah berkurang dalam hal


(12)

apapun. Semoga kita selalu diberikan kemudahan untuk menggapai impian kita.

12. Sahabat-sahabat di Program Studi Pendidikan Sejarah Putri Chairia, Dea Iswari, Neli Komalasari, Rianti Mala, dan Yulita Sari terimakasih atas bantuan kalian dan sebuah persahabatan yang sering diwarnai dengan curhatan, lelucon, sindiran, kegilaan, kesenangan, dan seringkali prasangka buruk dan kekecewaan tapi itulah sebuah persahabatan kita. Semoga persahabatan ini tetap terjalin meskipun terkadang kita menjauh satu sama lain.

13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2011, Alpina, Anggun, Nova, Umi, Iqbal, Resi, Windri, Lusia, Sinta, Ipeh, Ucep, Agung, Dona, Suhanda, Ika, Pipin, Mbak Yuni, dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

14. Kakak-Kakak, teman-teman serta adik-adik tingkat Pendidikan Sejarah yang telah memberi bantuan berupa pengarahan dan motivasi.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

I... PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Analisis Masalah ...4

1. Identifikasi Masalah ...4

2. Pembatasan Masalah ...5

3. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ...5

1. Tujuan Penelitian ...5

2. Kegunaan Penelitian ...6

3. Ruang Lingkup Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA ...7

A. Tinjauan Pustaka ...7

1. Konsep Tradisi ...7

2. Konsep Mitoni. ...9

3. KonsepKebudayaan ...12

B. Kerangka Pikir ...14

C. Paradigma ...17

III. METODE PENELITIAN ...18

A. Metodeyang Digunakan ...19

B. Fokus Penelitian ...19

C. Lokasi Penelitian ...19

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Varabel ...20

1. Variabel Penelitian ...20

2. Definisi Operasional Variabel ...20

E. Sumber Data ...21

F. Teknik Pengumpulan Data ...22

1. Teknik Observasi ...23

2. Teknik Kepustakaan ...24


(14)

4. Teknik Wawancara ...25

G. Teknik Analisis Data ...26

1. Reduksi Data ...26

2. Penyajian Data ...26

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ...27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. HASIL ... 28

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 28

1.1Sejarah Singkat Desa Marga Kaya ... 28

1.2Letak dan Keadaan Geografis ... 30

1.3Keadaan Penduduk Desa Marga Kaya ... 31

1.4Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 32

1.5Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Agama ... 32

1.6Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ... 33

2. Deskripsi Data ... 34

2.1Persiapan Mitoni ... 38

1.Persiapan waktu pelaksanaan ... 38

2. Persiapan pelaksana yang memandikan ... 40

3. Persiapan tempat pelaksanaan ... 40

4. Persiapan peralatan... 40

2.2UpacaraIntiMitoni ... 48

1. Urutan acara Mitoni ... 48

2.1Penutup ... 54

B. PEMBAHASAN ... 55

1. Proses persiapanMitoni ... 55

1.1persiapan waktu pelaksanaan ... 55

1.2Persiapan pelaksana yang memandikan ... 55

1.3Persiapan tempat pelaksanaan ... 56

1.4Persiapan peralatan ... 56

2. UpacaraIntiMitoni ... 57

2.1Urutan acara Mitoni ... 57

3. Penutup ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Nama Pejabat Pembantu Pelaksana Desa Marga Kaya...30

Tabel 2. Data kependudukan Desa Marga Kaya...31

Tabel 3. Keadaan Penduduk Desa Marga Kaya menurut Mata Pencaharian...32


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan, setiap suku bangsa memiliki bermacam-macam tradisi dan keunikan nya masing-masing. Termasuk salah satu nya adalah masyarakat suku Jawa yang telah menyebar ke seluruh pelosok negri tidak terkecuali masyarakat Jawa yang ada di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Masyarakat desa ini pada awal mula nya merupakan para Transmigran dari korban bencana alam Gunung Merapi dari desa Brubuhan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 27 Juli 1961 (Wawancara Bapak Mujimin, 16 Februari 2015).

Pada awal sebelum masuknya masyarakat Jawa transmigran ini datang, wilayah Desa ini hanyalah hutan dan semak belukar, sehingga masyarakat transmigran ini yang menjadi cikal bakal keturunan masyarakat Jawa yang ada di Desa Marga Kaya hingga saat ini, masyarakat ini lah satu-satunya suku yang ada di Desa ini, sehingga dapat mempermudah penulis untuk melaksanakan penelitian di Desa tersebut.


(17)

2

Pada saat ini menurut data kependudukan, Desa ini terbagi menjadi 4 wilayah Dusun yaitu Dusun 1 Marga Kaya, Dusun II Marga Kaya, Dusun III Marga Kaya, Dusun IV Marga Kaya, dengan luas wilayah 501 Hektar (Ha), dengan jumlah penduduk 3090 jiwa yang terbagi dalam 819 Kepala Keluarga (KK), mayoritas masyarakat Desa Marga Kaya bermata pencaharian di sektor pertanian, perkebunan karet dan sawit, perdagangan, dan hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai pegawai. (Wawancara Bapak Mujimin, Kepala Desa Marga Kaya 16 Februari 2015).

Desa Marga Kaya terletak tidak jauh dari jalan lintas utama yang menghubungkan Desa-desa yang lebih berkembang. Sehingga Desa Marga Kaya dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada. Masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya menjunjung tinggi dan melestarikan tradisi leluhur yang mereka bawa dari daerah asal mereka, meskipun dengan seiring berkembangnya zaman tradisi itu menyesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat ini. Memang sejatinya, tiap kebudayaan pasti akan mengalami perubahan karena beberapa faktor, salah satunya penyesuaian kondisi dan situasi di daerah baru.

Masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya melakukan tradisi dan upacara-upacara adat misalnya saja tradisi perkawinan, tradisi kehamilan, dan tradisi kematian. Tradisi-tradisi ini disebut juga dengan kejawen, Salah satu tradisi kejawen yang masih berlangsung hingga saat ini adalah tradisi selametan. Menurut Muhammad Solikhin “Selametan sendiri dalam konteks islam, tradisi “selametan”, kenduri dan sebagainya tersebut intinya adalah mengingatkan kembali tentang jati diri manusia yang dikehendaki oleh Allah menjadi baik” (Muhammad Solikhin, 2010:41).


(18)

3

Selain tradisi perkawinan, masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya banyak yang melakukan tradisi slametan kehamilan misalnya saja tradisi Neloni, Mapati, dan Mitoni.

Hal ini dilaksanakan dengan maksud agar bayi yang dikandung akan lahir dengan mudah dan selamat sehingga anak itu akan mendapatkan kebahagiaan hidup dikemudian hari.

Selamatan dan upacara yang sering dilaksanakan adalah: 1. Kehamilan bulan kedua

2. Kehamilan bulan keempat, disebut “ngupati”

3. Bila wanita sedang hamil 7 (tujuh) bulan. Pada waktu usia kehamilan ketujuh ada upacara nujubulani (tingkeban).

4. Kehamilan bulan kesembilan (Thomas Wiyasa B,1985: 11).

Menurut Sutiyono “Tradisi Mitoni berasal dari kata pitu yang berarti tujuh. Tradisi Mitoni dilaksanakan setelah kehamilan berusia 7 bulan dan kehamilan yang pertama kali, sehingga untuk kehamilan yang selanjutnya tidak perlu diadakan acara slametan yang disebut dengan Mitoni atau tingkeban”(Sutiyono, 2013:44). Upacara tradisi Mitoni dilakukan karna memiliki makna bahwa pendidikan didapat bukan hanya setelah dia lahir namun juga semenjak benih calon bayi itu tertanam di dalam rahim sang Ibu, selama hamil banyak sifat dan hal-hal baik yang harus terus dilakukan oleh sang Ibu dan menghindari sifat dan hal buruk yang dimaksud kan agar sang anak kelak akan lahir dan menjadi anak yang baik. Sehingga masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya terus melestarikan tradisi Mitoni, dalam pelaksanaan tradisi Mitoni dilakukan penghitungan tanggal jawa kelahiran calon ibu, dan pada hari-hari yang telah ditentukan. Banyak masyarakat sekarang yang berpendapat bahwa, pelaksanaan tradisi Mitoni bisa dilaksanakan kapan saja tergantung kemampuan Si Empunya Hajat. Hal ini


(19)

4

menunjukan bahwa masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya tidak mengetahui dengan benar makna dibalik tradisi Mitoni, padahal dibalik semua perlengkapan dan tata cara ini memiliki arti dan makna tersendiri dalam tradisiMitoni, Upacara-upacara tradisi yang dilaksanakan, pastilah memiliki makna dibalik proses serta perlengkapannya. Tidak mungkin sebuah tradisi dilakukan dengan begitu saja, dibalik tata cara yang rumit dan perlengkapan yang banyak, generasi terdahulu ingin menyampaikan suatu pesan pada generasi penerusnya melalui tradisi-tradisi ini.

TradisiMitoni banyak diadakan pada masyarakat Jawa yang ada di Lampung, tak terkecuali pada masyarakat Jawa yang di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung ini. Di Desa Marga Kaya tradisi Mitoni ada dalam setiap upacara kehamilan bayi, yang di lakukan sebagai permohonan kesehatan baik bagi calon Ibu dan sang Jabang bayi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti proses pelaksanaan dan perlengkapan tradisi Mitoni yang dilaksanakan di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah tradisiMitonisebagai berikut:

1. Sejarah TradisiMitoni

2. Proses pelaksanaan tradisi Mitonidi Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.


(20)

5

3. Tujuan pelaksanaan TradisiMitoni

4. Makna Tradisi Mitoni menurut masyarakat Jawa Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini penulis membatasi pada proses pelaksanaan tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Dengan pembatasan masalah tersebut, peneliti dapat memfokuskan pada pokok kajian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah bagaimanakah proses pelaksanaan tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ?

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Mitoni pada masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.


(21)

6

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya mengenai kebudayaan Jawa tradisi yaitu tradisiMitoni.

b. Secara praktis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi kepada peminat kebudayaan yang ingin mengetahui proses tradisi Mitoni serta menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu penulis berikan batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :

a. Objek Penelitian : TradisiMitoni

b. Subjek Penelitian :Masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

c. Tempat Penelitian : Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

d. Waktu Penelitian : 2015


(22)

7

REFERENSI

Kodiran. 2004.”Kebudayaan Jawa” dalam Koentjaraningrat (ed) Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: Djambatan.

Thomas Wiyasa B. 1985. Upacara Tradisional Masyarat Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Ibid,halaman 10. Ibid,halaman 11. Ibid,halaman 17. Ibid,halaman 21.

Sumber lain :

Data Monografi Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Wawancara dengan Ibu Sukarmi masyarakat Desa Marga Kaya 16 Februari 2015, 16.00 Wib


(23)

7

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tradisi

Tradisi (bahasa latintraditio“diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu dan agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain.

Tradisi merupakan suatu kebiasaan dalam adat istiadat yang dipelihara turun-temurun yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan (G. Kartasapoetra, 1992; 427). Menurut Mursal Esten mengatakan tradisi adalah kebiasaan turun-temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan (Mursal Esten, 1999: 21).


(24)

8

Pendapat lain mangatakan tradisi ialah kebiasaan yang turun-temurun dalam sebuah masyarakat, ia merupakan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali, meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga sukar disisih-sisihkan dengan pemerincian yang tetap dan pasti (Rendra, 1984: 3).

Dalam kehidupan setiap bangsa di dunia dan di dalam lingkup kebudayaannya masing-masing, tiap-tiap bangsa memiliki kebiasaan hidup (adat-istiadat) yang merupakan aturan tata hidupnya. Kebiasaan yang telah berpuluh-puluh tahun dianut oleh suatu kelompok masyarakat itu dikenal sebagai tradisi (Budiono Herusatoto, 2012: 1).

Tradisi merupakan gambaran sikap dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Masyarakat Jawa mengenal tradisi-tradisinya dalam bentuk upacara selametan. Oleh karenanya perlu diketahui juga pengertian tradisi selametankelahiran, yaitu sebagai berikut:

Ritual slametan itu sendiri merupakan cerminan bahwa manusia hendaknya memiliki hubungan erat yang harmonis dengan lingkungan masyarakat dan alam sekitar. Bahwa manusia wajib memelihara kerukunan, saling menjaga dan berintrospeksi dengan masyarakat dan alam sebagai sebuah hal yang tidak dapat ditinggalkan. Apabila manusia hanya memenangkan ego sendiri maka hal yang tidak baik akan mengikutinya. Tradisiselametan di masyarakat Jawa dilaksanakan secara turun temurun, walaupun terkadang ada yang tidak memiliki pengetahuan yang jelas mengenai makna slametan itu sendiri. Tradisi dijalankan lebih merupakan suatu kewajiban dan masyarakt merasakan hal yang kurang lengkap apabila tidak melaksanakannya. Tradisi selametan konon digali oleh Sunan Kalijaga. Tradisi selametan dilaksanakan berkaitan dengan kelahiran seorang bayi ada beberapa hal:

a. Selametan tingkeban, yaitu selametan sang ibu sewaktu mengandung dan usia kandungannya genap 7 bulan.


(25)

9

b. Selametankelahiran bayi

c. Selametan usia bayi tujuh hari, dalam selametan ini orang tua mengumumkan nama sang bayi.

d. Selametanselapanan, weton lahir sang bayi yang berusia 35 hari. e. SelametanMitoni, sewaktu usia anak mencapai 7 bulan (M.H, Yana 2012: 48)

2. KonsepMitoni

Menurut Sutiyono “tradisi Mitoni berasal dari kata pitu yang berarti tujuh bulan masa kehamilan pada masyarakat Jawa. Tradisi Mitoni dilaksanakan setelah kehamilan berusia 7 bulan oleh masyarakat Jawa dan kehamilan yang pertama kali, sehingga untuk kehamilan yang selanjutnya tidak perlu diadakan acara slametan yang disebut dengan Mitoni atau tingkeban” (Sutiyono, 2013:44). Hal ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah lahir akan tetapi semenjak benih tertanam didalam rahim sang Ibu. Selama hamil banyak sekali sifat-sifat baik yang harus dijalankan sang Ibu dan berusaha menghindari hal-hal buruk, ini dimaksudkan agar sang jabang bayi yang dilahirkan menjadi anak yang baik (Thomas Wiyasa Brathawijaya, 1988:21).

Tradisi Mitoni dilakukan sebagai bentuk memohon kepada Tuhan agar selalu memberikan rahmat-Nya sehingga bayi yang akan dilahirkan tanpa adanya suatu gangguan apapun, dan demi keselamatan sang Ibu dan jabang bayi tersebut.

Tradisi ini dilakukan melalui beberapa tahap persiapan yaitu proses upacara inti dan penutup. Tahap awal persiapan dilakukan dengan mempersiapkan hal-hal berikut ini:


(26)

10

1. Persiapan waktu pelaksanaan

Dalam pepatah Jawa yang mengatakan “ desa mawa cara, negara mawa tata.”

Artinya setiap tempat, masyarakat, kaum atau desa memiliki cara-cara tersendiri dalam melakukan segala hal, termasuk dalam waktu pelaksanaanMitoni. Namun, menurut beberapa sumber antara lain Serat tatacara 1( Padmasusastra, 1983), Penelitian Bambang Sularto, dkk. Dari Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional DIY, Dan Ibu Ani Santosa( perias danjuru paningkeb) menyatakan bahwa waktu pelaksanaan tingkeban mengarah pada pakem-pakem berikut ini:

1. Hari selasa atau sabtu

2. Waktu siang hingga sore sekitar pukul 11.00-16.00.

3. Dilaksanakan pada tanggal ganjil sebelum bulan purnama, lebih diutamakan pada tanggal 7.

2. Persiapan pelaksana yang memandikan

Upacara dipimpin oleh seorang ibu yang telah berpengalaman dalam hal upacra

Mitoni atau biasa disebut dengan juru paningkeb. Yang memandikan calon ibu adalah para ibu yang jumlahnya harus tujuh orang yang terdiri dari para sesepuh. Termasuk juga ayah, ibu, nenek, ayah dan ibu mertua dan keluarga terdekat yang pasti harus cukup sampai tujuh orang.

3. Persiapan tempat pelaksanaan

Tempat pelaksanaan Mitoni, mempersiapkan semua tepat yang akan digunakan dalam pelaksanaanMitoni.


(27)

11

4. Persiapan peralatan

Peralatan adalah segala hal yang mendukung pelaksanaan tata upacara peralatan yang digunakan dalam pelaksanaanMitonitelah disiapkan sebelum acara dimulai, peralatan yang dibutuhkan antara lain:

- Pengaron janur kuning,

- toya suci perwita sari Keris pusakaKyai Brojol

- sekar setaman/sritaman kunyit - nyamping 7 dan mori telur ayam, - dhingklik cengkir gadhing

- ron keluwih, dhawet/cendol, dan rujakan. - Siwur( gayung),

Selain persiapan peralatan ada pula pirantiMitoniyang cukup banyak, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Tumpeng tujuh beserta lauknya

- Tumpeng robyong atau tumpeng gundul - Telur penyu

- Jenang procot - Nasi punar - Jenang - pring sedapur - Babon angrem - Pasung

- Kupat pletek - Apem


(28)

12

- Cenil dan klepon - Sego tiwul - Sayuran/ kulupan - Sekul gurih - Buah-buahan

5. Upacara Inti Dalam pelaksanaan Mitoni terdapat berbagai urutan acara yang akan dilaksanakan. Urutan acara dalam pelaksanan upacara Mitoni adalah sebagai berikut :

a. sungkeman h. luwaran dan simparan b. siraman i. wiyosan

c. sesuci j. kembulan dan unjukan d. pecah pamor k. rujakan dan dhawetan e. brojolan

f. sigaran g. nyampingan

6. Penutup pada saat acara penutup di akhiri dengan kenduri sebagai syukuran dengan menggunakan piranti ataupun sesaji yang menggambarkan sebuah harapan keselamatan dan kebahagiaan bagi bayi yang akan lahir. (Suwardi Endraswara, 2003 : 50)

3. Konsep Kebudayaan

Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Segala bentuk pemikiran intelektual dan keindahan seni dapat diekspresikan melalui budaya. Pada hakikatnya manusia di


(29)

13

ciptakan sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan agar dapat menggunakan akal dan pikirannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan semua keterbatasan sebagai manusia, dapat menggunakan akal dan pikiran nya untuk menciptakan hal-hal yang dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya.

Yang berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-kebiasaan dan lain-lain kepandaian (Hassan Sadily, 1984 : 81). Menurut Soerjono Soekanto Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soerjono Soekanto, 1981 : 238). Selanjutnya dapat dijelaskan pula bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti perasaan-perasaan manusia serta menjadi sistem nilainya. Hal itu terjadi karena kebudayaan diselimuti oleh nilai-nilai moral yang bersumber dari nilai-nilai yang pandangan hidup dan sistem Etika yang dimiliki manusia. Dengan demikian, kebudayaan Jawa adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh umumnya orang Jawa dan digunakan sebagai acuan bertingkah laku.

Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa kebudayaan masyarakat Jawa , dimana tradisi secara tidak sengaja terus menerus diwariskan kepada generasi penerusnya melalui berbagai macam upacara-upacara tradisional daur hidup yang


(30)

14

pelaksanaannya terlanjur melekat kuat dalam sendi-sendi kehidupan masyarakatnya.

Upacara Tradisional adat Jawa dilakukan demi mencapai ketentraman hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional itu, orang Jawa memenuhi kebutuhan spritual, Eling Marang Purwa Deksina. Kehidupan ruhani orang Jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan keberagaman orang Jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan nenek moyangnya. Disamping itu, upacara tradisional dilakukan orang Jawa dengan tujuan memperoleh solidaritas sosial, Lila Lan Legawa Kanggo Mulyaning Negara. Upacara tradisional juga menumbuhkan etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong-royong Nyambut Gawe. Dalam berbagai kesempatan, upacara tradisional memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang. Mereka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh para Sesepuh Dan Pini Sepuh masyarakat. Upacara tradisional juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal (Purwadi, 2005: 254).

Tradisi Mitonimerupakan suatu kebiasaan yang diikuti masyarakat Jawa karena bagian dari kehidupan sebagai sarana permohonan kesehatan bagi Ibu dan bayi.

B. Kerangka Pikir

Tradisi Mitoni merupakan bentuk eksistensi dari kebudayaan masyarakat Jawa yang masih diterus kan hingga saat ini dan mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Tradisi Mitoni dilaksanakan sebagai wujud permohonan kelancaran, keselamatan pada saat melahirkan nanti, dalam pelaksanaan tradisiMitoniada beberapa tahap yaitu :

1. Tahap persiapan meliputi persiapan waktu pelaksanaan yang dilaksanakan pada hari selasa dan sabtu dan lebih dilaksanakan pada tanggal ganjil sebelum bulan purnama, lebih diutamakan pada tanggal 7 namun tetap menghitung neptu (hari lahir dan pasaran calon ibu dan calon bapak) .


(31)

15

2. Persiapan pelaksana yang memandikan dalam Tradisi Mitoni dipimpin oleh seorang ibu yang telah berpengalaman dalam hal upacra Mitoniatau biasa disebut denganjuru paningkeb.Yang memandikan calon ibu jumlahnya harus tujuh orang yang terdiri dari para sesepuh. Termasuk juga ayah, ibu, nenek, ayah dan ibu mertua dan keluarga terdekat yang pasti harus cukup sampai tujuh orang.

3. Persiapan tempat pelaksanaan mempersiapkan semua tepat yang akan digunakan dalam pelaksanaan Mitoni dilakukan di rumah pemangku hajat, atau pun bisa di rumah orang tua sang pemangku hajat.

4. Terakhir adalah persiapan Peralatan adalah segala hal yang mendukung pelaksanaan tata upacaraMitoni. Peralatan yang dibutuhkan antara lain: Pengaron atau tempat air, Air Suci 7 Sumur, Sekar Setaman/Kembang Tujuh Rupa, Nyamping 7/Kain Jarik dan Mori, Keris Pusaka Kyai Brojol dan Kunyit, Dhingklik/Kursi, Ron Kaluwih, Janur Kuning, Telur Ayam, Cengkir Gadhing,

Siwur/Gayung, Dhawet/Cendol, dan Rujakan.

Selain dari peralatan masih ada lagi syarat yang harus dipenuhi yaitu Piranti

Mitoni atau biasa disebut dengan sajen mandi dan pelengkap untuk acara makan bersama. Piranti Mitoni meliputi: Tumpeng Tujuh Beserta Lauknya, Tumpeng Robyong atau Tumpeng Gundul, Telur Penyu, Jenang Procot, Nasi Punar, Jenang yang terdiri dari berbagai macam jenis, Pring Sedhapur, Babon Angrem, Pasung, Kupat Pletek, Apem, Cenil Dan Klepon, Sego Tiwul, Sayuran/Kulupan, Sekul Gurih, dan yang terakhir adalah Buah-Buahan. Pada acara Inti Mitoni terdapat urutan acara meliputi : Sungkeman, Siraman, Sesuci, Pecah Pamor, Brojolan,


(32)

16

Sigaran, Nyampingan, Luwaran dan Simparan, Wiyosan, Kembulan dan Unjukan dan yang terakhir Rujakan dan Dhawetan.

Penutup, yang terakhir pada acara Mitoni di tutup dengan acara Kendurian yaitu membagi-bagi kan makanan kepada keluarga dan tetangga sekitar sebagai wujud ucapan terimakasih atas kedatangan dan doa yang telah diberikan.


(33)

17

C. Paradigma

Keterangan:

: Garis kegiatan : Garis tujuan

TradisiMitoni

Persiapan 1. Persiapan waktu 2. Persiapan pelaksana

yang memandikan 3. Persiapan tempat

pelaksanaan 4. Persiapan peralatan

Penutup Acara Inti

1. Sungkeman 2. Siraman 3. Sesuci 4. pecah pamor 5. brojolan 6. sigaran 7. nyampingan 8. luwaran dan

simparan 9. wiyosan 10. kembulan dan

unjukan 11. rujakan dan

dhawetan


(34)

18

REFERENSI

Budiono Herusatoto. 2011.Mitologi Jawa.Depok: Oncor. Halaman 1

Hartini dan Kartasapoetra. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 241

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta. Halaman 144

Mursal Esten. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa. Halaman 21.

Rendra. 1984.Mempertimbangkan Tradisi.Jakarta: Gramedia. Halaman 3 Sutiyono. 2013.Poros Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Graha Ilmu halaman 38.

Ibid,halaman 44.

Soerjono Soekanto,. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada. Jakarta . Halaman 150

Ibid 151

1990.Sosiologi Suatu Pengantar.PT Grafindo; Jakarta. Halaman 164 Thomas Wiyasa B. 1985. Upacara Tradisional Masyarat Jawa. Pustaka Sinar


(35)

18

III.METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan 1. Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi (Sumadi Suryabrata, 2012: 75).Pendapat lain mengatakan, metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Hadari Nawawi, 1993: 73).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang ditujukan pada pemecahan masalah yang ada pada situasi sekarang, yang dilakukan dengan pengumpulan data, klasifikasi, analisis, pengolahan data dan membuat kesimpulan, dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang diselidiki secara obyektif.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian atau sering juga disebut batasan terhadap apa yang menjadi permasalah dan yang akan diteliti oleh peneliti.


(36)

19

Masalah dalam penelitian kualitatif yaitu fokus yang memberikan kemudahan untuk membatasi memperoleh data yang dibutuhkan di lapangan. Fokus penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan latar penelitian, hal ini yang menyebabkan fokus penelitian menjadi sangat penting untuk mengarahkan penelitian. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Proses pelaksanaan tradisiMitonipada masyarakat Jawa.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Desa Marga Kaya memiliki luas wilayah 501 Hektar (Ha), dengan jumlah penduduk 3090 jiwa yang terbagi dalam 819 Kepala Keluarga (KK), Desa Marga Kaya secara wilayah dibagi dalam 4 Dusun, yaitu Dusun I Marga Kaya, Dusun II Marga Kaya, Dusun III Marga Kaya, dan Dusun IV Marga Kaya. Mayoritas masyarakat Desa Marga Kaya 99% adalah suku Jawa (Data Monografi Desa). Oleh karena itu, peneliti memilih lokasi ini dan diharapkan, karakteristiknya akan sesuai dengan kebutuhan peneliti, dengan melihat kondisi kultural di dalam masyarakat Desa Marga Kaya ini.

Selain karena mayoritas penduduknya adalah masyarakat Jawa, di Desa Marga Kaya ini, merupakan tempat kelahiran penulis yang diharapkan penulis akan menemui kemudahan dalam melakukan penelitian karena terdapat kedekatan emosional dengan para warganya yang memang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.


(37)

20

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian bisa diartikan sebagai objek yang akan diteliti, yang dalam penelitian ini variabel penelitiannya adalah tradisi Mitoni dalam masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Variabel sendiri diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel-variabel ilmu-ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional (Moh. Natzir, 2005: 122).

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional variabel adalah suatu cara mengukur variabel dengan memberikan arti atau mendefinisikan kegiatan agar dalam penelitian menjadi lebih mudah. Seperti yang diungkapkan oleh Moh. Natsir sebagai berikut:

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Moh. Natzir, 2005: 126)

Maka dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya adalah proses pelaksanaan tradisi Mitoni dalam masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.


(38)

21

E. Sumber Data

Sumber dalam penelitian ini yaitu subjek penelitian dan informan pendukung. Pencarian data ini dilakukan melalui wawancara pada orang yang mengetahui tentang tradisi Mitoni.Untuk memilih informan atau orang yang dapat membantu penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh tambahan informasi yang terkait dengan tradisi Mitoni. Informan kunci atau situasi sosial lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling) (Burhan Bungin, 2007: 53), maka dalam penelitian ini informan kunci dan situasi sosial yang diamati adalah masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan tradisi Mitoni (informan kunci) selain itu juga tradisiMitoniitu sendiri.

Dalam menggunakan purposive sampling ditenentukan informan kunci secara disengaja dan harus memiliki beberapa kriteria, yaitu:

1. “Subjek atau informan telah cukup lama menyatu dengan kegiatan yang akan dicari informasinya dan dapat memberikan penjelasan “diluar kepala” 2. Subjek yang masih terlibat secara penuh dan aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu untuk diwawancarai.

4. Subjek dalam memberikan informasi tidak cenderung dipersiapkan terlebih dahulu.

5. Subjek yang tergolong masih “asing” dengan penelitian” (Burhan Bungin, 2007: 54).

Melalui purposive sampling, peneliti memilih beberapa individu sebagai informan kunci yang relevan terkait fenomena yang diamati, yaitu antara kaum atau orang


(39)

22

yang dituakan atau dianggap mengerti oleh masyarakat, serta masyarakat yang melaksanakan upacara tradisiMitoniitu sendiri. Situasi sosial yang dipilih adalah upacara tradisi Mitoniyang dilakukan oleh masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Dalam prosedur pemilihan sampel itu sendiri melalui tiga tahapan, yaitu: 1) pemiliihan sampel awal (informan kunci), 2) pemilihan sampel lanjutan, 3) menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak terdapat variasi informasi, dimana dalam melaksanakan ketiga tahapan ini umumnya menggunakan teknik snowball sampling (Burhan Bungin, 2007: 54).

Dalam menggunakan teknik snowball sampling ini, peneliti memilih informan yaitu orang yang mengetahui tentang Tradisi Mitoni. Kaum atau Juru Paningkeb yang merupakan informan awal, dan Kaum akan menunjuk kepada informan lain yang dianggap tahu, begitu seterusnya hingga tidak lagi terdapat variasi informasi. Dengan demikian, pada penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel (Burhan Bungin, 2007: 53).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan di lapangan harus menggunakan teknik maupun metode yang tepat dan relevan dengan kondisi di lapangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


(40)

23

1. Teknik Observasi

Teknik ini merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi, teknik ini dituntut adanya pengamatan dari peneliti secara langsung maupun terhadap objek penelitian. Menurut Juliansyah Noor “Alasan peneliti melakukan observasi yaitu untuk menyajikan gambaran realistis pelaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu” ( Juliansyah Noor, 2012: 140). Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan terhadap situasi sebenarnya yang wajar, tanpa dipersiapkan, dirubah atau bukan yang diadakan khusus untuk keperluan penelitian. Observasi harus dilakukan pada objek penelitian sebagai sumber data dalam keadaan asli ( Hadari Nawawi, 1993: 186). Teknik observasi mengandalkan pengamatan dan ingatan penulis, akan tetapi untuk mempermudah pengamatan dan ingatan maka penulis menggunakan beberapa hal untuk membantu penulis selama observasi berlangsung, diantaranya:

a. Catatan-catatan mengenai hal-hal yang dirasa penting dalam proses observasi sehingga dapat mempermudah penulis untuk mengingat dan menemukan kembali data yang telah diperoleh yang selanjutnya akan dituangkan dalam penulisan skripsi.

b. Alat elektronik seperti perekam suara penulis gunakan untuk mengumpulkan data, karena tidak semua data dapat ditulis berupa catatan-catatan lapangan mengingat durasi observasi yang memakan waktu yang tidak sedikit.

c. Pengamatan, penulis mengamati proses demi proses selama Tradisi Mitoni berlangsung hingga selesai guna memperoleh gambaran mengenai rangkaian proses TradisiMitoni.


(41)

24

Berdasarkan data yang diperoleh selama observasi, selanjutnya penulis gunakan sebagai bahan untuk mendalami dan mengkaji data lebih dalam lagi, sehingga apabila masih terdapat kekurangan data dapat dicari dan diperoleh serta diperjelas kembali dalam proses wawancara untuk menguatkan data hasil yang telah diperoleh selama observasi. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu pelaksanaan tradisi Mitoni di Desa Marga kaya.

2. Teknik Kepustakaan

Kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan-bantuan material yang terdapat dalam ruang perpustakaan misalnya koran, majalah-majalah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koetjaraningrat, 1983 ; 83).

Berdasarkan teknik kepustakaan yang dikemukakan di atas peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data-data yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti yaitu tentang Tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk melengkapi data dalam penelitian. Penulis mengambil dokumen dengan menggunakan kamera foto saat menjelang ataupun selam proses Tradisi Mitoni, perekam suara untuk merekam pada saat wawancara, dan arsip-arsip berupa data monografi maupun demografi Desa Marga Kaya. Hasil dokumentasi ini digunakan untuk mendukung dan melengkapi serta memperkuat data-data yang telah diperoleh selama proses wawancara maupun observasi. Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang


(42)

25

berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi waktu silam (Juliansyah Noor, 2012: 141). Dengan menggunakan teknik dokumentasi peneliti berusaha untuk mengumpulkan informasi tertulis yang berkaitan dengan proses tradisiMitonidi Desa Marga kaya.

4. Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan secara mendalam atau deep interview, Menurut Juliansyah Noor “Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai (Juliansyah Noor, 2012: 138). Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dari penelitian ini. Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh dari sebanyak-banyaknya. Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses mencari keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya Jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan (Juliansyah Noor, 2012: 139). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dengan alat bantu yaitu pedoman wawancara agar tetap sesuai pada fokus penelitian. Perangkat yang digunakan pada wawancara dalam penelitian ini adalah alat pengumpul data berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada informan.

a. Wawancara Terstruktur

Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyampaikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya (Hadari Nawawi, 1993: 185), jadi wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih


(43)

26

dahulu membuat pertanyaan dan kemudian menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar-daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.

Menyusun daftar pertanyaan dilakukan agar dapat mempermudah peneliti dalam mengingat hal-hal yang akan ditanyakan pada informan. Sehingga melalui wawancara terstruktur informasi yang hendak dicari dapat tersusun dengan baik dan kemungkinan pertanyaan yang terlewatkan menjadi sedikit sehingga informasi yang diperoleh bisa diperoleh lebih lengkap.

G. Teknik Analisis Data 1. Reduksi Data

Penulis melakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada dalam catatan yang diperoleh di lapangan. Pada saat pengumpulan data, apabila dalam proses reduksi data ternyata data yang diperoleh kurang lengkap, maka penulis dapat melakukan pencarian data tambahan dengan cara studi kepustakaan, wawancara ulang, ataupun pengamatan kembali untuk melengkapi data. Reduksi data dilakukan untuk penataan data mentah hasil wawancara dan observasi atas jalannya tradisi Mitoniyang dilakukan oleh masyarakat Jawa di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan setelah peneliti selesai melakukan reduksi data pada seluruh data yang diperoleh selama proses observasi dan wawancara di lapangan. Sajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan


(44)

27

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini meliputi berbagai jenis matriks, gambar keterkaitan serta tabel yang berisi penjelasan mengenai permasalahan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan kesimpulan serta saran. Penyajian data ini memberi kemungkinan mengadakan penarikan kesimpulan.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Verifikasi dan penarikan kesimpulan, merupakan tahap penulisan ulang, pemaparan perlengkapan, informasi, dan karakteristik X dalam dimensi hubungannya dengan masalah, landasan teori yang digunakan, cara kerja yang digunakan, dan temuan pemahaman yang didapatkan. Oleh karena itu, dalam mendeskripsikan proses pelaksanaan dan perlengkapan tradisi Mitoni, perlu disesuaikan dengan teori yang digunakan serta metode yang dipakai dan dihubungkan dengan masalah yang diteliti.


(45)

28

R

EFERENSI

Hadari Nawawi.1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 73.

IbidHalaman 185. IbidHalaman 186.

Juliansyah Noor, 2012.Metodologi Penelitian.Kencana Prenada Media Group. Jakarta . Halaman 138

Ibid139 Ibid140

Ibid.Halaman 139.

Koentjaraningrat, 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.Halaman 188

_____ ______Pengantar Ilmu Antropologi.Aksara Baru. Jakarta. Halaman 171 Sumadi Suryabrata 2012.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ibid.Halaman 25.

Ibid.Halaman 29. Ibid.Halaman 75

Data Monografi Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.


(46)

58

D. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. PersiapanMitoni

 Persiapan waktu pelaksanaan Mitoni, umumnya dilaksanakan pada hari selasa atau sabtu. Waktu pelaksanaannya dapat dilaksanakan pada siang hari ataupun malam hari.

 Persiapan pelaksana yang memandikan, yang di pimpin oleh Juru Paningkebdan yang memandikan harus berjumlah tujuh orang.

 Persiapan tempat pelaksanaan yaitu mempersiapkan tempat-tempat yang akan digunakan dalam acaraMitoniseperti pada saat acara siraman.

Persiapan peralatan Mitoni peralatan yang dibutuhkan namun pada masyarakat Desa Marga kaya hanya menggunakan sebagian besar peralatan yang mudah untuk didapat, diantaranya: pengaron/bak tempat air yang akan digunakan untuk memandikan calon ibu, air suci yang berasal dari 7 sumur, sekar setaman atau kembang tujuh rupa, nyamping/kain jari 7 dan kain mori, dhingklik atau kursi, janur kuning, telur ayam, siwur/gayung yang terbuat dari kelapa utuh yang dilubangi bagian atasnya, cengkir gadhing atau kelapa


(47)

59

kuning yang masih muda, rujak dan dhawet/cendol.

Selain dari peralatan masih ada lagi Piranti Mitoni, Alat atau peralatan berbeda dengan piranti, alat atau peralatan mengacu pada berbagai sarana yang digunakan dalam proses pelaksanaan tata upacara Mitoni. Piranti sebagai pengganti kata sesaji karna kata sesaji mengandung atau lebih mengacu kepada kepercayaan selain kepada tuhan, sehingga pada dewasa ini pelaksanaan tata cara dan tata upacara diusahakan tidak terlalu mengacu pada hal itu, segala makna dan acara telah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan lebih mengarah kepada permohonan kepada Tuhan. Piranti mengacu pada pengertian sarana perjamuan atau berbagai makanan yang akan disajikan untuk tamu. Piranti tingkeban cukup banyak, diantaranya adalah sebagai berikut: tumpengpitubeserta lauknya, jenang

procot, jenang tujuh, babon angrem yang dimasak menjadi lauk pada saat acara

kendurian, pasung, kupat pletek, apem, cenil dan klepon, sayuran/kulupan, sego gurih, buah-buahan.

2. Acara Inti Mitoni

Urutan acara dalam pelaksanan upacaraMitoniadalah sebagai berikut :

a. Sungkeman adalah memohon maaf dan meminta doa kepada orang tua, mertua dan kepada suami agar diberikan keselamatan saat melahirkan. b. Siraman adalah acara pembersihan diri dari sega sesuatu yang tidak baik. c. Brojolan sebagai simbol dan harapan semoga bayi akan lahir dengan mudah

dan tanpa ada halangan apapun.

d. Sigaran adalah pembelahan cengkir gading sebagai simbol atau pertanda jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.


(48)

60

e. Nyampingan yaitu pemakaian Nyamping atau kainjariksebanyak tujuh kali di akhiri dengan motif yang paling sederhana sebagai wujud permohonan agar kelak anak yang dikandung menjadi orang yang tidak bermewah-mewahan.

f. Kembulan dan Unjukan yaitu acara makan bersama sebagai wujud kebersamaan.

g. Rujakan dan Dhawetan digunakan sebagai penyegar pada saat acara makan bersama.

3. Penutup

Acara penutupan dari keseluruhan proses Mitoni yang telah dilaksanakan. Pada acara penutupan dilakukan dengan acara makan bersama namun di Desa Marga Kaya acara ini dilaksanakan dengan membagikan makanan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing atau biasa disebut dengan Kendurian.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut : 1. Kepada masyarakat Desa Marga Kaya khususnya masyarakat Jawa saya

menyarankan bahwa seluruh kebudayaan, adat istiadat maupun tradisi harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dengan seiringnya perkembangan zaman yang semakin moderen. Sebaiknya dalam pelaksanaan mitoni harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan pakem-pakem yang


(49)

61

ada, sehingga generasi muda yang akan dating dapat mengetahui bagaimana proses Mitoni yang sebenarnya harus dilakukan.

2. Kepada generasi muda khususnya keturunan jawa saya berpesan untuk selalu semangat dan terus berjuang mempertahankan kebudayaan kita sendiri sekalipun banyak kebudayaan yang datang dari luar.

3. Kepada tokoh adat, tokoh pemuda, dan masyarakat umum agar dapat saling menghargai, menghormati dan melestarikan kebudayaan yang ada, meskipun kita mempunyai kepercayaan dan keyakinan berbeda-beda. Jadikanlah kebudayaan sebagai alat pemersatu bangsa.


(50)

AFTAR PUSTAKA

Budiono Herususanto,. 1987. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya.

Elly M Setiadi. 2008.Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Kencana.

Hadari Nawawi.1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hadari Nawawi. 2001. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Hartini dan Kartasapoetra. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassan Sadily. 1984. Sosiologi untuk masyarakat indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Juliansyah Noor. 2012.Metodologi Penelitian.Kencana Prenada Media Group. Jakarta .

Kodiran. 2004.”Kebudayaan Jawa” dalam Koentjaraningrat (ed)Manusia dan

Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta , 1947.Pengantar Ilmu Antropologi.Aksara Baru. Jakarta ____________, 1997.Metode Penelitian Masyarakat.Gramedia: Jakarta

____________, 1983.Metode-metode Penelitian Masyarakat.Gramedia. Jakarta Muhammad Solikhin. 2010.Ritual dan Tradisi IslamJawa. Yogyakarta: Narasi. Mursal Esten. 1999.Kajian Transformasi Budaya.Bandung: Angkasa.

Rendra. 1984.Mempertimbangkan Tradisi.Jakarta: Gramedia.

Soerjono Soekanto. 1981.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soerjono Soekanto. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada.


(51)

__________________, 1990.Sosiologi Suatu Pengantar.PT Grafindo; Jakarta Sutiyono. 2013.Poros Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumadi Suryabrata.2012.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suwardi Endraswara, 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

, 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya.

Suwarna Pringgawidagda. 2003. Upacara Tingkeban. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Thomas B. Wiyasa. 1985. Upacara Tradisional Masyarat Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Usman Husaini. 2009.Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber lain :

Data Monografi Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Wawancara dengan Ibu Sukarmi masyarakat Desa Marga Kaya 16 Februari 2015, 16.00 Wib

Arlia, L. 2013. Kajian Lintas Budaya Asal Usul Mitoni. (online).

http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/mitoni. Diakses pada tanggal 13 mei

2015.

Ferudyn, Ade yusuf 2013. “Fungsi dan makna simbolik “ati kebo se’unduhan” dalam slametan pernikahan keluarga keturunan Demang Aryareja,(Studi Kasus

di Desa Grantung, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga)”. FISIP

Universitas Negeri Semarang. Halaman 66

Serat tatacara 1( padmasusastra, 1983), Penelitian Bambang Sularto, dkk. Dari

balai kajian sejarah dan nilai tradisional DIY, dan Ibu Ani Santosa( perias dan juru paningkeb) dalam Suwarna Pringgawidagda. 2003. Upacara Tingkeban.


(1)

D. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Tradisi Mitoni di Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. PersiapanMitoni

 Persiapan waktu pelaksanaan Mitoni, umumnya dilaksanakan pada hari selasa atau sabtu. Waktu pelaksanaannya dapat dilaksanakan pada siang hari ataupun malam hari.

 Persiapan pelaksana yang memandikan, yang di pimpin oleh Juru Paningkebdan yang memandikan harus berjumlah tujuh orang.

 Persiapan tempat pelaksanaan yaitu mempersiapkan tempat-tempat yang akan digunakan dalam acaraMitoniseperti pada saat acara siraman.

Persiapan peralatan Mitoni peralatan yang dibutuhkan namun pada masyarakat Desa Marga kaya hanya menggunakan sebagian besar peralatan yang mudah untuk didapat, diantaranya: pengaron/bak tempat air yang akan digunakan untuk memandikan calon ibu, air suci yang berasal dari 7 sumur, sekar setaman atau kembang tujuh rupa, nyamping/kain jari 7 dan kain mori, dhingklik atau kursi, janur kuning, telur ayam, siwur/gayung yang terbuat dari kelapa utuh yang dilubangi bagian atasnya, cengkir gadhing atau kelapa


(2)

59

kuning yang masih muda, rujak dan dhawet/cendol.

Selain dari peralatan masih ada lagi Piranti Mitoni, Alat atau peralatan berbeda dengan piranti, alat atau peralatan mengacu pada berbagai sarana yang digunakan dalam proses pelaksanaan tata upacara Mitoni. Piranti sebagai pengganti kata sesaji karna kata sesaji mengandung atau lebih mengacu kepada kepercayaan selain kepada tuhan, sehingga pada dewasa ini pelaksanaan tata cara dan tata upacara diusahakan tidak terlalu mengacu pada hal itu, segala makna dan acara telah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan lebih mengarah kepada permohonan kepada Tuhan. Piranti mengacu pada pengertian sarana perjamuan atau berbagai makanan yang akan disajikan untuk tamu. Piranti tingkeban cukup banyak, diantaranya adalah sebagai berikut: tumpengpitubeserta lauknya, jenang procot, jenang tujuh, babon angrem yang dimasak menjadi lauk pada saat acara kendurian, pasung, kupat pletek, apem, cenil dan klepon, sayuran/kulupan, sego gurih, buah-buahan.

2. Acara Inti Mitoni

Urutan acara dalam pelaksanan upacaraMitoniadalah sebagai berikut :

a. Sungkeman adalah memohon maaf dan meminta doa kepada orang tua, mertua dan kepada suami agar diberikan keselamatan saat melahirkan. b. Siraman adalah acara pembersihan diri dari sega sesuatu yang tidak baik. c. Brojolan sebagai simbol dan harapan semoga bayi akan lahir dengan mudah

dan tanpa ada halangan apapun.

d. Sigaran adalah pembelahan cengkir gading sebagai simbol atau pertanda jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.


(3)

e. Nyampingan yaitu pemakaian Nyamping atau kainjariksebanyak tujuh kali di akhiri dengan motif yang paling sederhana sebagai wujud permohonan agar kelak anak yang dikandung menjadi orang yang tidak bermewah-mewahan.

f. Kembulan dan Unjukan yaitu acara makan bersama sebagai wujud kebersamaan.

g. Rujakan dan Dhawetan digunakan sebagai penyegar pada saat acara makan bersama.

3. Penutup

Acara penutupan dari keseluruhan proses Mitoni yang telah dilaksanakan. Pada acara penutupan dilakukan dengan acara makan bersama namun di Desa Marga Kaya acara ini dilaksanakan dengan membagikan makanan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing atau biasa disebut dengan Kendurian.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut : 1. Kepada masyarakat Desa Marga Kaya khususnya masyarakat Jawa saya

menyarankan bahwa seluruh kebudayaan, adat istiadat maupun tradisi harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dengan seiringnya perkembangan zaman yang semakin moderen. Sebaiknya dalam pelaksanaan mitoni harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan pakem-pakem yang


(4)

61

ada, sehingga generasi muda yang akan dating dapat mengetahui bagaimana proses Mitoni yang sebenarnya harus dilakukan.

2. Kepada generasi muda khususnya keturunan jawa saya berpesan untuk selalu semangat dan terus berjuang mempertahankan kebudayaan kita sendiri sekalipun banyak kebudayaan yang datang dari luar.

3. Kepada tokoh adat, tokoh pemuda, dan masyarakat umum agar dapat saling menghargai, menghormati dan melestarikan kebudayaan yang ada, meskipun kita mempunyai kepercayaan dan keyakinan berbeda-beda. Jadikanlah kebudayaan sebagai alat pemersatu bangsa.


(5)

Budiono Herususanto,. 1987. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya.

Elly M Setiadi. 2008.Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Kencana.

Hadari Nawawi.1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hadari Nawawi. 2001. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Hartini dan Kartasapoetra. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassan Sadily. 1984. Sosiologi untuk masyarakat indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Juliansyah Noor. 2012.Metodologi Penelitian.Kencana Prenada Media Group. Jakarta .

Kodiran. 2004.”Kebudayaan Jawa” dalam Koentjaraningrat (ed)Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta , 1947.Pengantar Ilmu Antropologi.Aksara Baru. Jakarta ____________, 1997.Metode Penelitian Masyarakat.Gramedia: Jakarta

____________, 1983.Metode-metode Penelitian Masyarakat.Gramedia. Jakarta Muhammad Solikhin. 2010.Ritual dan Tradisi IslamJawa. Yogyakarta: Narasi. Mursal Esten. 1999.Kajian Transformasi Budaya.Bandung: Angkasa.

Rendra. 1984.Mempertimbangkan Tradisi.Jakarta: Gramedia.

Soerjono Soekanto. 1981.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soerjono Soekanto. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada.


(6)

__________________, 1990.Sosiologi Suatu Pengantar.PT Grafindo; Jakarta Sutiyono. 2013.Poros Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumadi Suryabrata.2012.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suwardi Endraswara, 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

, 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya.

Suwarna Pringgawidagda. 2003. Upacara Tingkeban. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Thomas B. Wiyasa. 1985. Upacara Tradisional Masyarat Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Usman Husaini. 2009.Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara. Sumber lain :

Data Monografi Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Wawancara dengan Ibu Sukarmi masyarakat Desa Marga Kaya 16 Februari 2015, 16.00 Wib

Arlia, L. 2013. Kajian Lintas Budaya Asal Usul Mitoni. (online).

http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/mitoni. Diakses pada tanggal 13 mei

2015.

Ferudyn, Ade yusuf 2013. “Fungsi dan makna simbolik “ati kebo se’unduhan” dalam slametan pernikahan keluarga keturunan Demang Aryareja,(Studi Kasus di Desa Grantung, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga)”. FISIP Universitas Negeri Semarang. Halaman 66

Serat tatacara 1( padmasusastra, 1983), Penelitian Bambang Sularto, dkk. Dari balai kajian sejarah dan nilai tradisional DIY, dan Ibu Ani Santosa( perias dan juru paningkeb) dalam Suwarna Pringgawidagda. 2003. Upacara Tingkeban. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.