DOCRPIJM 1536546174BAB IV 2017 fixed

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

BAB I V
ANALI SA SOSI AL, EKONOMI
DAN LI NGKUNGAN

RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
Lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di
perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang undangan,

kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta

pemetaan antisipasi dan rekomendasi

perlindungan lingkungan dan sosial yang

dibutuhkan.
4.1. ANALISIS SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan.

Pada

taraf

perencanaan,

pembangunan

infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isuisu yang marak saat ini, seperti pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat
pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses
konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman
kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah
keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan
taraf hidup bagi kondisi sosial masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek
sosial adalah sebagai berikut:

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 245

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:


Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di
wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana



Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat
nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum:


Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hukum Pihak yang Berhak

3. Peraturan Presiden No. 52/2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019:


Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.



Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan

partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan


Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional


Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender

guna


terselenggaranya perencanaan,

penyusunan,

pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta
Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 246

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

kewenangan masing-masing
Tugas dan wewenang

pemerintah kabupaten terkait aspek sosial bidang cipta karya

adalah:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten.
c. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan di tingkat kabupaten berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya

4.1.1. Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender
bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),
Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis
Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi
Evaluasi

Kinerja


Program

Pemberdayaan

Masyarakat

bidang

Cipta

Karya.

Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui
bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang
timbul sebegai pembelajaran di masa datang di daerah.
Pengarusutamaan gender yang terjadi di Kabupaten Karangasem antara lain :
1. Dalam perencanaan dan pengawasan infrastruktur kecipta karyaan sering
melibatkan tenaga ahli maupun staf pendukung kaum perempuan.
2. Dalam pelaksanaan Konstruksi, tenaga perempuan sering di libatkan dalam
pelaksanaan bangunan, seperti pengecatan dan acian.

3. Sedangkan untuk di masyarakat secara umum peran perempuan sangat banyak
membantu untuk kelancaran pembangunan infrastruktur kecipta karyaan seperti
sosialisasi, pemanfaatan bangunan terbangun dll.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 247

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

4.1.2 Identifikasi Kebutuhan Penangnan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat
bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Kebutuhan Penanganan Sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang cipta
karya antar lain :
1. Pemanfaatan tenaga kerja local dalam setiap pelaksanaan pembangunan dan pasca

pembangunan
2. Member nilai tambah kepada masyarakat dan pemerintah Kabupaten.
3. Memberikan multi player effect kepada masyarakat untuk peningkatan tarap hidup
masyarakat
4.2. ANALISIS EKONOMI
Aspek Ekonomi terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan.

Pada

taraf

perencanaan,

pembangunan

infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek ekonomi yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan. Sedangkan pada saat
pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses
konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman
kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah
keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan
taraf hidup bagi kondisi ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek
sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:


Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di
wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana



Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat


Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 248

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum:


Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hukum Pihak yang Berhak

3. Peraturan Presiden No. 52/2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019:


Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.



Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan


Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional


Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender

guna

terselenggaranya perencanaan,

penyusunan,

pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta
kewenangan masing-masing
Tugas dan wewenang pemerintah kabupaten terkait aspek Ekonomi bidang cipta karya
adalah:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten.
c. Meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

miskin

melalui

bantuan

Satgas Randal Kab. Karangasem

sosial,
IV - 249

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program
lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten.

4.2.1. Kemiskinan
Aspek Ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu
ditindak lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada
manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup
data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya,
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan
keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa

diplester
4.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2,

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-

seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal
lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah
tangga miskin

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 250

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap
Ekonomi Lokal Masyarakat
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan,
dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik
dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi,
seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan,
serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan
bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi
mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam
proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan
program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan
bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah
yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama
lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah
yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan
standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana
pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat
peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang
wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali
kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan
kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai
persyaratan.
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat
bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 251

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM
bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri
atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam
rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 : “Dalam bidang lingkungan hidup,
sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan
pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju
kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung
lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana

dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 252

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

Tugas dan wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait
bidang Cipta Karya mengacu pada UU No . 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal
4.3.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1. RPIJM

membutuhkan

kajian

aspek

lingkungan

dalam

perencanaan

pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena
RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS
menerapkan prinsip - prinsip kehati - hatian,
dan/atau

dimana kebijakan, rencana

program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan

pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi
penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer
pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu -isu pokok seperti (1) perubahan

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 253

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3)
peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5)
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu - isu tersebut menjadi
kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau
dampak terhadap isu - isu tersebut. Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening)
dengan menyusun Tabel 4.1.
Tabel 4. 1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Penilaian
No

Kriteria Penapisan

1

Perubahan Iklim

2

Kerusakan, Kemerosotan
dan/ atau kepunahan
keaneka ragaman hayati
Peningkatan
intensitas
dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor,
kekeringan
dan/ataukebakaran hutan
dan lahan
Penurunan Mutu dan
kelimpahan sumber daya
alam

3

4

5

6

Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan /atau
lahan
Peningkatan
Jumlah
penduduk miskin atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan sekelompok
masyarakat

Uraian Pertimbangan
Usulan Kegiatan RPIJM merupakan suatu
upaya untuk mengantisipasi dampak
perubahan
iklim,
seperti
kegiatan
penyediaan air minumk sebagai upaya
memberikan pelayanan air minum pada
daerah sulit air bersih, kemudian kegiatan
penanganan kawasan kumuh sebagai upaya
mengurangi luasan kawasan kumuh
Usulan
kegiatan
RPIJM
tidak
bersinggungan dengan kawasan lindung
yang berkaitan dengan lingkungan hayati.
Usulan kegiatan RPIJM khususnya sector
pengembangan kawasan permukiman salah
satu kegiatannya bertujuan sebagai
mitigasi bencana seperti pembuatan jalur
evakuasi bencana, penanganan banjir.
Usulan kegiatan RPIJM justru berupaya
menjaga kualitas dan kelimpahan sumber
daya air baku, melalui kegiatan penyediaan
saluran drainase, penyediaan IPAL
Komunal untuk menjaga kualitas air tanah
dari pencemaran.
Usulan
kegiatan
RPIJM
tidak
menyebabkan alih fungsi kawasan hutan
dan lahan produktif.
Usulan kehiatan RPIJM justru sebagai
upaya penanggulangan kemiskinan melalui
program-program peningkatan swadaya
masyarakat seperti kegiatan Pamsimas dan
kegiatan-kegiatan penyediaan infrastruktur
dasar pada kawasan kumuh dan
masyarakat miskin.

Kesimpulan
(Signifikan/tidak
Signifikan)
Tidak Signifikan

Tidak Signifik

Tidak Signifik

Tidak Signifik

Tidak Signifik

Tidak Signifik

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 254

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

Penilaian
Kesimpulan
(Signifikan/tidak
Signifikan)
7
Peningkatan
resiko Usulan kegiatan RPIJM justru berupaya Tidak Signifik
terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi
keselamatan manusia
lingkungnan permukiman menjadi layak
huni.
*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program
yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
No

Kriteria Penapisan

Uraian Pertimbangan

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan
di

atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh

terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.
9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat
menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan
ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan
lampiran dalam dokumen RPIJM. Namun, \jika teridentifikasi bahwa rencana/program
dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM
didukung dinas lingkungan hidup (BLH) dapat menyusun KLHS dengan tahapan
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,
dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1) Menentukan secara tepat pihak - pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau
program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang
pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 255

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

Tabel 4.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
Lembaga
Pembuat Keputusan
a. Bupati
b. DPRD
Penyusunan Kebijakan, Rencana dan / atau Bappeda
Program
Instansi
a. Dinas PU
b. BLH
c. DKP
d. PDAM
Masyarakat yang memiliki informasi dan /
a. Perguruan Tinggi atau Lembaga
atau keahlian (perorangan/tokoh/kelompok)
Penelitian lainnya
b. Asosiasi Profesi
c. Forum–forum
pembangunan
berkelanjutan dan lingkungan hidup
d. LSD pemerhati lingkungan
e. Perorangan/tokoh
f. Kelompok yang memiliki data dan
informasi berkaitan dengan SDA
Masyarakat yang terkena Dampah
a. Lembaga adat
b. Asosiasi pengusaha
c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi Masyarakat
e. Kelompok
masyarakat
tertentu
(nelayan, petani, dll)
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan
Tabel 4.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Penjelasan Singkat *
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Sosial
Isu 1:
Pencemaran menyebabkan Kondisi Kabupaten Karangasem yang
berkembangnya wabah penyakit
masih sekitar 40 % BABs menyebabkan
kondisi lingkungan yang sangat tidak
nyaman dan menimbulkan banyak
penyakit, dan menurunnya kualitas
lingkungan

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 256

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Penjelasan Singkat *
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Ekonomi
Isu 2: kemiskinan berkorelasi dengan Kemiskinan di Kabupaten karangasem
kerusakan lingkungan
sebanyak 7,3 % mengalami peningkatan,
dampak yang di timbulkan dari
penambahan penduduk miskin tentunya
meningkatnya
kerusakan
terhadap
lingkungan
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 3 : Kecukupan air baku untuk air Air baku yang ada di Kabupaten
minum
Karangasem secara hitungan masih
memenuhi
kebutuhan
penduduk
karangasem.
Isu 4 : Ketersediaan Sumber mata air yang Dalam pemenuhan kebutuhan air minum
tidak merata di seluruh wilayah
di Kabupaten Karangasem, terkendala
sumber mata air yang tidak merata,
sehingga menyulitkan dalam pemenuhan
kebutuhan air minum.
Isu 5:
Adanya pencemaran yang terjadi di
Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur masyarakat
akibat
pembangunan
yang tidak berfungsi maksimal Contoh: septiktank yang tidak memenuhi standar
pencemaran tanah oleh septictank yang masih mungkin terjadi apalagi di
bocor, pencemaran badan air oleh air Kabupaten karangasem septiktank yang
terbangun lebih banyak cubluk.
limbah permukiman
Isu 6: dampak kawasan kumuh terhadap
Pendataan kawasan kumuh yang ada di
kualitas lingkungan
Contoh: kawasan Kabupaten Karangasem sebanyak 72,15
kumuh menyebabkan penurunan kualitas Ha, tentunya akan berdampak dengan
menurunnya kualitas lingkungan yang ada
lingkungan
*) meliputi deskripsi lokasi, penyebab, intensitas dan sebaran dampak

4.3.2. AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH.
a. AMDAL
AMDAL
adalah
singkatan

dari Analisis

Dampak

Lingkungan. Pengertian AMDAL menurut PP No. 27 Tahun 1999 yang berbunyi
bahwa pengertian AMDAL adalah Kajian

atas

dampak

besar

dan

penting

untuk

pengambilan keputusan suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
atau kegiatan. AMDAL adalah analisis yang meliputi berbagai macam faktor seperti fisik,
kimia,

sosial

ekonomi,

biologi

dan

sosial

budaya

yang

dilakukan

secara

menyeluruh. Alasan diperlukannya AMDAL untuk diperlukannya studi kelayakan
karena dalam undang-undang dan peraturan pemerintah serta menjaga lingkungan dari
operasi proyek kegiatan industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 257

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

kerusakan lingkungan. Komponen-komponen AMDAL adalah PIL (Penyajian informasi
lingkungan), KA (Kerangka Acuan), ANDAL (Analisis dampak lingkungan), RPL
(Rencana pemantauan lingkungan), RKL (Rencana pengelolaan lingkungan). Tujuan
AMDAL adalah menjaga dengan kemungkinan dampak dari suatu rencana usaha atau
kegiatan sehingga.
Dokumen AMDAL merupakan instrumen pengelola lingkungan yang wajib
disusun oleh penyelenggara kegiatan/usaha yang melakukan kegiatan/usaha yang termasuk
dalam daftar wajib AMDAL, seperti diatur pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No.05 thn 2012 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
AMDAL.
AMDAL terdiri dari :


Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)



Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)



Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)



Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Tujuan AMDAL merupakan penjagaan dalam rencana usaha atau kegiatan agar

tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun Fungsi AMDALadalah
sebagai berikut..


Bahan perencanaan pembangunan wilayah



Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan



Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan



Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup



Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan



Tahap pertama dari rekomendasi tentang izin usaha



Merupakan Scientific Document dan Legal Document



Izin Kelayakan Lingkungan

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau kegiatan usaha
sehingga

tidak

merusak

lingkungan,

maka

terlihat

begitu

besar

Manfaat

AMDAL. Manfaat AMDAL antara lain sebagai berikut :
Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 258

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah


Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.



Menghindarkan konflik dengan masyarakat.



Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.



Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.


Menjamin adanya keberlangsungan usaha.



Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.



Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti ketaatan
hukum.

3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat


Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.



Melaksanakan dan menjalankan kontrol.



Terlibat pada proses pengambilan keputusan.

Prosedur AMDAL terdiri dari :


Proses penapisan (screening) wajib AMDAL



Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat



Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)



Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap
juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah
suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala

BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum
menyusun KA-ANDAL.
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan). Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari
di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 259

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan
RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian
ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun
untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan
untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah
memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal
cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor
09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai
AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL
adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di
Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi
pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah
lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan
terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi
Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,
sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan
adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan
rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya,
perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang
dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi
masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 260

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

b. UKL-UPL
UKL-UPL Merupakan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) adalah salah satu instrument pengelolaan lingkungan yang merupakan salah satu
persyaratan perijinan bagi pemrakarsa yang akan melaksanakan suatu usaha/kegiatan di
berbagai sektor.
UKL/UPL merupakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang harus dan wajib di miliki oleh semua perusahaan yang mempunyai aktifitas bisnis /
produksi yang berdampak terhadap lingkungan. Apabila UKL/UPL diterapkan secara
Konsisten pasti dapat mengurangi dan mengantisipasi kemungkinan dampak negatif yang
muncul bagi lingkungan dan masyarakat sehingga bisa meningkatkan image perusahaan.
UKL-UPL sama halnya seperti AMDAL, berfungsi sebagai panduan
pengelolaan lingkungan bagi seluruh penyelenggara suatu kegiatan. Namun, skala kegiatan
yang diwajibkan UKL-UPL relatif cukup kecil dan dianggap memiliki dampak terhadap
lingkungan yang tidak terlalu besar dan penting. Hal ini menyebabkan kegiatan tersebut
tidak tercantum dalam daftar wajib AMDAL. Namun demikian, dampak lingkungan yang
dapat terjadi tetap perlu dikelola untuk menjamin terlaksananya pengelolaan lingkungan
yang baik.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib
melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL
diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak
kegiatan

mudah

dikelola

dengan

teknologi

yang

tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan
keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 261

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :


Identitas pemrakarsa



Rencana Usaha dan/atau kegiatan



Dampak Lingkungan yang akan terjadi



Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup



Tanda tangan dan cap

c. SPPL
SPPL merupakan pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas
dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya. SPPL (Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan) adalah kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/ atau kegiatannya di luar Usaha dan/atau kegiatan yang
wajib amdal atau UKL-UPL.
Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diatur bahwa setiap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki
UKL-UPL dan wajib SPPL. UKL/UPL, AMDAL, SPPL adalah jenis dokumen yang harus
diajukan untuk mendapatkan Izin Lingkungan. Dokumen AMDAL terdiri dari KAANDAL dan RKL/RPL. Dokumen AMDAL wajib disusun jika kegiatan/usaha termasuk
dalam daftar wajib AMDAL (wajib karena berdampak lingkungan besar), jika tidak
termasuk, maka diwajibkan menyusun UKL/UPL (berdampak lingkungan lebih kecil).
Setelah mendapatkan izin lingkungan, suatu usaha/kegiatan/proyek baru boleh dimulai
deh! Kenapa ribet ya prosedurnya? Prosedur ini (kalau dilaksanakan dengan
baik dan bukan sekedar formalitas), merupakan upaya mencegah/mengurangi dampak
buruk dari usaha/kegiatan/proyek ini kepada lingkungan. Karena jika lingkungan terlanjur
rusak, manusia bakal lebih ribet! Seperti kata Conservation International, Dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 Pasal 2 ayat
(2) disebutkan bahwa Amdal, UKL-UPL dan SPPL merupakan “Dokumen Lingkungan
Hidup.” Walaupun SPPL hanya terdiri dari satu sampai dua lembar (karena hanya berupa
surat pernyataan) dalam peraturan tersebut tetap disebut sebagai dokumen lingkungan.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 262

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

4.3.3. Isu Pembangunan Berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah

proses

pembangunan

(lahan, kota,

bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan

pemenuhan

kebutuhan

generasi

masa

depan"

(menurut Laporan

Brundtland dari PBB, 1987). Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa
Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. (oman)
Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang
menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial,
dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat.Untuk sebagian orang,
pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana
mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan
modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri
bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan.
Lebih

luas

daripada

itu,

pembangunan

berkelanjutan

mencakup

tiga

lingkup

kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan.

Gambar 4.1. Lingkup Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi
Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep
pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa "...keragaman budaya penting
bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian
"pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai
alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual". dalam

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 263

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan
pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan,
di mana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas
pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen
bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh di mana pemikiran
mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik
dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi
sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.
Beberapa riset memulai dari definisi ini untuk berargumen bahwa lingkungan
merupakan kombinasi dari alam dan budaya. Network of Excellence "Sustainable
Development in a Diverse World" SUS.DIV, sponsored by the European Union, bekerja
pada

jalur

ini.

Mereka

mengintegrasikan

kapasitas

multidisiplin

dan

menerjemahkan keragaman budaya sebagai kunci pokok strategi baru bagi pembangunan
berkelanjutan.
Beberapa peneliti lain melihat tantangan sosial dan lingkungan sebagai
kesempatan bagi kegiatan pembangunan. Hal ini nyata di dalam konsep keberlanjutan
usaha yang mengkerangkai kebutuhan global ini sebagai kesempatan bagi perusahaan
privat untuk menyediakan solusi inovatif dan kewirausahaan. Pandangan ini sekarang
diajarkan pada beberapa sekolah bisnis yang salah satunya dilakukan di Center for
Sustainable Global Enterprise at Cornell University.
Daftar beberapa lingkup Pembangunan Berkelanjutan :


Pertanian



Atmosfer



Keanekaragaman Hayati



Biotekhnologi



Pengembangan Kapasitas



Perubahan Iklim



Pola Konsumsi dan Produksi



Demografi



Penggurunan dan Kekeringan



Pengurangan dan Manajemen Bencana



Pendidikan dan Kesadaran

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 264

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022



Energi



Keuangan



Hutan



Air Minum



Kesehatan



Pemukiman



Indikator



Industri



Informasi bagi Pembuatan keputusan dan Partisipasi



Pembuatan Keputusan yang terintegrasi



Hukum Internasional



Kerja sama Internasional memberdayakan lingkungan



Pengaturan Institusional



Pemanfaatan lahan



Kelompok Besar



Gunung



Strategi Pembangunan Berkelanjutan Nasional



Samudera dan Laut



Kemisinan



Sanitasi



Pengetahuan Alam



Pulau kecil



Wisata Berkelanjutan



Tekhnologi



Bahan Kimia Beracun



Perdagangan dan Lingkungan



Transport



Limbah (Beracun)



Limbah(Radio aktif)



Limbah (Padat)



Air
Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral dalam

pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 265

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan
yang cepat, namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi
yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya
tampung lingkungan yang semakin terbatas.
Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu negara, diperlukan
komponen penduduk yang

berkualitas.

Karena

dari

penduduk

berkualitas

itulah

memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan
baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga
harapannya terjadi keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas
dari daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.
Tujuan

Pembangunan

Berkelanjutan

atau Sustainable

Development

Goals (SDGs) merupakan agenda internasional yang menjadi kelanjutan dari Tujuan
Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). SDGs disusun oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan melibatkan 194 negara, civil society, dan
berbagai pelaku ekonomi dari seluruh penjuru dunia. Agenda ini dibuat untuk menjawab
tuntutan kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan
iklim dalam bentuk aksi nyata. SDGs ditetapkan pada 25 September 2015 dan terdiri dari
17 (tujuh belas) tujuan global dengan 169 (seratus enam puluh sembilan) target yang akan
dijadikan tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan dan diharapkan
dapat tercapai pada tahun 2030. Tujuan dan target tersebut meliputi 3 (tiga) dimensi
pembangunan berkelanjutan, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Pada mulanya, konsep SDGs diusulkan oleh Kolombia dalam government
retreat yang diadakan oleh Indonesia pada Juli 2011 di Solo sebagai persiapan konferensi
Rio+20. Usulan ini kemudian dibawa oleh Departemen Informasi Publik PBB
pada 64th NGOs Conference pada September 2011 dan menghasilkan 17 usulan tujuan
berkelanjutan serta target-target terkait. Usulan ini juga banyak didiskusikan pada
konferensi Rio+20, hingga menghasilkan suatu resolusi yang dikenal dengan nama "The
Future We Want". Disepakati pula dalam konferensi bahwa pembentukan SDGs harus
berorientasi pada tindakan, ringkas dan mudah dikomunikasikan, serta dapat diaplikasikan
secara universal oleh berbagai negara dengan mempertimbangkan kapasitas, tingkat
pembangunan, serta menghormati kebijakan dan prioritas setiap negara.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini terdiri atas 17 tujuan, yaitu:
1. Tanpa kemiskinan – Mengentas segala bentuk kemiskinan di seluruh tempat.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 266

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karangasem 2018- 2022

2. Tanpa kelaparan – Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
3. Kehidupan sehat dan sejahtera – menggalakkan hidup sehat dan mendukung
kesejahteraan untuk semua usia.
4. Pendidikan berkualitas – Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan
inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Kesetaraan gender – Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi layak – Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua.
7. Energi bersih dan terjangkau – Memastikan akses pada energy yang terjangkau, bisa
diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua.
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi – Memproosikan pertumbuhan ekonom
berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Industri,

inovasi

dan

infrastruktur



Membangun

infrastruktur

kuat,

mempromosikan industrialisasi berkelanjutan, dan mendorong inovasi.
10. Berkurangnya kesenjangan – Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara
negara-negara.
11. Kota dan komunitas berkelanjutan – Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman,
kuat, dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab – Memastikan pola konsumsi dan
produksi yang berkelanjutan.
13. Penanganan perubahan iklim – Mengambil langkah penting untuk melawan
perubahan iklim dan dampaknya.
14. Ekosistem laut – Perlindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya
kelautan secara berkelanjutan.
15. Ekosistem darat – Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan
menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan
kepunahan keanekaragaman hayati.
16. Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh – Mendorong masyarakat
adil, damai, dan inklusif.
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan – Menghidupkan kembali kemitraan global demi
pembangunan berkelanjutan.

Satgas Randal Kab. Karangasem

IV - 267