DOCRPIJM 1506593381Bab IV a

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

BAB 4
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1 ANALISIS SOSIAL
4.1.1 Kemiskinan
Pembangunan infrastruktur permukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk
mencapai 3 (tiga) strategic goals yang salah satu diataranya adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang
dimaksudkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya difokuskan
untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja. Dapat dipahami
bahwa kesejahteraan masyarakat sangat berhubungan dengan faktor
kemiskinan dan kesempatan kerja. Sedangkan indikator kemiskinan itu sendiri
sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat.yang berkorelasi
langsung dengan kesempatan kerja.
Data Badan PMDP dan KB tahun 2015 menyebutkan bahwa angka kemiskinan di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2014 mencapai 54.200 orang atau sebesar 11,60
% dari jumlah penduduk. Garis kemiskinan tersebut di ukur berdasarkan

pendapatan masyarakat dibawah atau sama dengan Rp. 330.763 per Kap/bulan.
Jumlah penduduk miskin tersebut tersebar secara sporadis di 20 kecamatan dan
yang terbanyak berada di Kecamatan Jelai Hulu dan Manismata.
Berdasarkan data di atas bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ketapang
tergolong cukup besar yang disebabkan kurangnya kesempatan kerja atau
bekerja namun dengan penghasilan yang sangat rendah. Faktor kemiskinan
tersebut berpengaruh terhadap daya beli masyarakat untuk memenuhi
pelayanan dasar air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat
berpenghasilan rendah tinggal di rumah-rumah kumuh yang tidak dilengkapi
infrastruktur permukiman seperti air bersih/minum dan sanitasi yang layak dan
berkelanjutan. Padahal infrastruktur tersebut mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas penduduk sehingga
dapat hidup sejahtera keluar dari jurang kemiskinan.
Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
rendahnya cakupan pelayanan perumahan, air bersih dan sanitasi di Kabupaten
Ketapang. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan permukiman dan
infrastruktur pendukungnya haruslah berorientasi serta memberdayakan
masyarakat utamanya kelompok masyarakat miskin agar berkontribusi terhadap
upaya penanggulangan kemiskinan itu sendiri. Pengutamaan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur pendukungnya


SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab IV-86

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

merupakan salah satu amanat dari UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat, baik
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasi.
Dengan konsepsi ini diharapkan maksud pembangunan infrastruktur
permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan
secara optimal.

4.1.2 Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara

laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis,
tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat
yang luas. Dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah
Indonesia mendorong pengarusutamaan gender disetiap bidang pembangunan
nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua
Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh
kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan
mempertimbangkan aspek gender.
Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam penyelenggaraan pembangunan pada
dasarnya telah melibatkan peran semua pihak tanpa memandang jenis kelamin
dan status sosial masyarakat. Dalam pelaksanaan musrenbang misalnya,
berbagai kelompok organisasi perempuan di hadirkan untuk menampung
berbagai aspirasi mereka pada tahap perencanaan. Pada kenyataanya banyak
sekali usulan program kegiatan yang muncul berkenaan dengan pembangunan
infrastruktur kecipta-karyaan khususnya terkait dengan pemenuhan pelayanan
air minum dan sanitasi. Disamping itu, dalam perencanaan pembangunan
Bidang Kecipta Karyaan diantaranya penyusunan dokumen SPPIP, SSK dan RADAMPL, kelompok perempuan dilibatkan sejak dari pendataan hingga finalisasi

melalui forum konsultasi publik. Pada tahap pelaksanaan program kegiatan
kecipta-karyaan, pelibatan kelompok perempuan terlihat mulai dari proses
sosialisasi hingga pembangunan fisik khususnya pamsimas, sanimas dan PNPM
perdesaan. Sedangkan pada tahap pasca pembangunannya pelibatan kelompok
perempuan nampak dalam proses pembentukan kelompok pengelola bahkan
menjadi anggota pengelola misalnya MCK Plus.
Keterlibatan perempuan dalam pembangunan Bidang Kecipta Karyaan pada
kenyataanya sangat urgen dan menjadikan implementasi program kegiatan

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab IV-87

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

terelaisasi dengan mudah dan lancar. Ada kearifan lokal yang masih dipegang
oleh masyarakat hingga kini bahwa perempuan khususnya kaum ibu sangat
dihormati

eksistensi dan titahnya ketika berurusan dengan dapur dan
kebersihan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Artinya komitmen dan
konsistensi mereka dalam memenuhi kebutuhan, menjaga dan memelihara
keberlanjutan sumber air dan kebersihan lingkungan tetap ada demi
kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu sudah selayaknya kita memberikan
fasilitas dengan pembangunan inrastruktur kecipta karyaan terutama air
bersih/minum misalnya dengan maksud agar akses ibu rumah tangga dapat
mengambil air dalam jarak dekat dan terus menerus. Di samping itu, anak-anak
juga terjaga kesehatannya dan terhindar dari penyakit diare karena memiliki
akses terhadap sanitasi yang layak.
4.1.3 Dampak Pembangunan Bidang Cipta Karya
Indikator keberhasilan pembangunan selalu di ukur dari ada tidaknya dampak
yang terjadi pada sasaran penerima manfaat akhir yaitu manusia itu sendiri,
misal perubahan prilaku, perubahan mata pencaharian, perubahan pendapatan
dan lain sebagainya. Dampak pembangunan itu idealnya haruslah bersifat positif
dan bergerak kerah peningkatan secara berkelanjutan dan bukan sebaliknya.
Begitu pula dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya tentunya
telah memberikan dampak positif guna peningkatan kesejahteraan masyarakat
penerima manfaat langsung maupun tidak langsung (masyarakat diluar
kelompok sasaran).

Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ketapang, berdasarkan
pengamatan dilapangan menunjukkan ada indikasi dampak positif terhadap
aktivitas perekonomian dan pendapatan masyarakat. Sebagai contoh adalah
pembangunan perumahan di Kelurahan Sukaharja, Desa Paya Kumang dan Desa
Kalinilam secara nyata memberikan dampak posisitif berupa munculnya warung,
ruko, perbengkelan dan berbagai aktivitas jasa lainnya dalam jumlah yang
signifikan. Kondisi tersebut dari aspek sosial menciptakan lapangan kerja baru
bagi masyarakat sekitanya dan tentu saja bersifat jangka panjang. Dari aspek
ekonomi terciptanya lapangan kerja baru tersebut akan akan berkontribusi
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Pada akhirnya, dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar akan memampukan mereka untuk
mengakses layanan infrastruktur permukiman lainnya seperti air bersih dan
sanitasi sehingga dapat hidup sehat dan sejahtera. Meskipun kesimpulan ini
tidak didukung data kuantitaitf maupun hasil penelitian ilmiah, akan tetapi fakta
dilapangan menunjukkan indikasi demikian adanya.
Kesimpulan analisis dampak pembangunan Bidang Cipta Karya diatas telah
sesuai dengan maksud pembangunan infrastruktur permukiman yaitu untuk
mencapai 3 (tiga) strategic goals dimana pada huruf a berbunyi "meningkatkan

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015


Bab IV-88

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses
infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal", sebagaimana tertuang dalam
Renstra Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019.
4.1.4 Penanganan Sosial Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat
mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi
pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga
pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan
akses pelayanan tersebut.

4.2 ANALISIS EKONOMI

Kabupaten Ketapang memiliki potensi sumber daya alam yang nelimpah baik
didarat maupun perairannya. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut telah
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 5,33 % pada tahun 2015
yang sebelumnya sempat turun hingga 2,75 % di tahun 2014. Kondisi ini
disebab anjloknya harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang
berimbas pula terhadap gairah perekonomian masyarakat dan penurunan
pendapatan daerah. Efek domino penurunan pendapatan tentu akan mengurangi
kemampuan pembiayaan pembangunan ternasuk di Bidang Cipta Karya. Oleh
karena itu kekuatan ekonomi yang didominasi oleh perusahaan besar berbasis
sumber daya alam sangat rentan terhadap pengaruh ekonomi global. Hal ini
menuntut perencana pembangunan untuk selalu bersikap adaptif manakala
sumber pendanaan untuk membiayai pembangunan berkurang. Hal ini pula
menjadi sebab ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber pendanaan
APBN untuk membiayai pembangunan khsusnya di Kabupaten Ketapang.
Sementara itu sumber penerimaan dari perusahaan daerah sampai saat ini
belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 ternyata dikuti pula peningkatan
inflasi dari 4,67 tahun 2014 menjadi 4,94 persen. Angka inflasi tersebut
tergolong tinggi yang diduga akibat kelesuan perdagangan ekspor komoditas
perkebunan dan pertambangan serta kondisi infrastruktur transfortasi yang

buruk sehingga meyulitkan aksesibilitas orang dan barang ke berbagai pelosok
daerah. Tingginya angka inlasi juga merupakan salah satu sebab meningkatnya
angka kemiskinan di Kabupaten Ketapang karena menurunkan kemampuan
daya beli yang dirasakan terutama masyarakat di perkotaan. Berkurangnya
kemampuan daya beli tersebut akan berdampak pada akses masyarakat
terhadap layanan air minum dan sanitasi layak secara berkelanjutan sehingga

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab IV-89

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

menurunkan derajat kesehatan dan produktivitas. Oleh karena itu kebijakan dan
strategi pembangunan infrastruktur permukiman diarahkan pula pada upaya
peningkatan pendapatan masyarakat dengan indikasi tumbuhnya ekonomi lokal
di daerah sasaran sebagai bentuk dukungan terhadap pengurangan kemiskinan
dan kesenjangan sosial.

Penetapan Kabupaten Ketapang sebagai Pusat Pelayanan Wilayah, Kawasan
Industri Prioritas dan Kawasan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang akan
memicu perkembangan wilayah terutama di pusat kota Ketapang.
Perkembangan pusat kota Ketapang disatu sisi akan meningkatkan
perekonomian masyarakat namun disisi lain akan terjadi peningkatan jumlah
penduduk akibat urbanisasi lokal maupun trans lokal. Berdasarkan data BPS
Ketapang Tahun 2015 penduduk kota telah berjumlah 128.513 orang atau
mencapai 26.99 % dari jumlah penduduk kabupaten yang menempati lahan
seluas 481,88 km2. Kecenderungan perkembangan kota dan peningkatan jumlah
penduduknya potensial timbulnya permukiman liar dan kawasan kumuh
perkotaan serta berbagai permasalahan yang menyertainya. Oleh karena itu
penataan kawasan perkotaan harus segera dilakukan dan hasilnya diperkuat
dengan regulasi sehingga dapat berfungsi sebagai instrumen pengendalian.
Penataan kawasan perkotaan dalam konteks kecipta-karyaan dimaksudkan
untuk mengatur dan menyeimbangkan antara perkembangan penduduk dengan
penyediaan infrastruktur permukiman.
4.3 ANALISIS LINGKUNGAN
Undang-undangn 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah
wajib melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. Kewajiban melaksanakan KLHS ini ditujukan ke dalam
penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup,
diantaranya Rencana Tata Ruang Kabupaten (RTRWK) dan Rencana Program
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Pemerintah Kabupaten dalam menjalankan amanat tersebut telah membentuk
Tim KLHS dengan SK Bupati Ketapang No. 433/Bappeda/2013 tanggal 18
September 2013 dengan tugas melaksanakan KLHS terhadap RTRW. Hasil kerja
Tim KLHS tersebut adalah tersususnya dokumen KLHS Ranperda RTRW
Kabupaten Ketapang 2014-2034 pada tahun 2014.

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab IV-90

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

Hasil analisis KLHS Ranperda RTRW Kabupaten Ketapang 2014-2034 terhadap isu
strategis pembangunan berkelanjutan terkait Bidang Cipta Karya disajikan pada
matrik dibawah ini :
Tabel 4-1
Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
No

KRP PENATAAN
RUANG

Fungsi
Kawasan

ASPEK LINGKUNGAN
Keragaman
Pencemaran
Hayati
Lingkungan

ASPEK SOSEKBUD
Konflik

Kemiskinan

1.

Rencana
Pemindahan
Bandara Rahadi
Oesman ke Kec,
Muara Pawan,
Benua Kayong dan
MH. Selatan (lokasi
alternatif)

Pemindahan
lokasi
berdampak pada
perubahan
secara
permanen
peruntukan
lahan pertanian
produktif dan
menyebabkan
degradasi
lingkungan

Pembukaan
dan
pembersihan
lahan
menyebabkan
hilangnya
habitat,
keragaman
flasma nutfah
dan jenis
flora/fauna
langka yang
dilindungi UU.

Akativitas bandara dan
penerbangan berdampak:
- Timbulnya polusi
suara, udara dan air
yang menyebabkan
penurunan kesehatan.
- Gangguan hidrologi
dan ekologi
menyebabkan ganguan
aliran air, banjir,
ketersediaan air
tanah, sidementasi

Pembebasan lahan
berdampak terhadap
pemicuan konflik
kepentingan
berbagai pihak baik
vertikal maupun
horizontal karena
ketidak jelasan
status dan
kepemilikan yang
menyebabkan
keresahan dan
ketidak amanan.

Pemindahan lokasi
berdampak pada :
- Marginalisasi
warga sekitar
karena perubahan
aktivitas ekonomi
lokal yang
menyebabkan
kemiskinan
- Peningkatan
pengeluaran warga
karena penurunan
kesehatan yang
potensi
menyebabkan
kemiskinan
- Munculnya
permukiman kumuh
karena kemiskinan
yang menyebabkan
kerusakan
lingkungan

2.

Rencana
Peruntukan
Kawasan
Perkebunan
Komoditi Unggulan
Kelapa Sawit seluas
495.228,30 Ha

Luasan rencana
pembangunan
kebun kelapa
sawit
berdampak
perubahan
kawasan hutan,
pertanian, kebun
karet yang
produktif dan
degradasi
lingkungan serta
rusaknya siklus
tata air
sehingga
menyebabkan
kekeringan
dimusim
kemarau dan
banjir di musim
penghujan

Pembangunan
kebun kelapa
sawit yang
luas
menyebabkan
hilangnya
habitat,
keragaman
flasma nutfah
dan jenis
flora/fauna
langka yang
dilindungi UU

Pembukaan/pembersihan
lahan berdampak pada :
- Kebakaran
hutan/lahan yang
menyebabkan polusi
udara dan penurunan
kesehatan.
- Erosi dan sidementasi
serta pendangkalan
sungai yang
menyebabkan
pencemaran air
sehingga kualitas dan
kuantitas air
tanah/permukaan
menurun.

Pembebasan lahan
berdampak terhadap
:
- Pemicuan konflik
kepentingan
berbagai pihak
baik vertikal
maupun
horizontal karena
ketidak jelasan
status, batas dan
kepemilikan yang
menyebabkan
keresahan dan
ketidak amanan.
- Timbulnya
kecemburuan
sosial terhadap
tenaga kerja dari
luar oleh warga
lokal yang
menyebabkan

Pembangunan kebun
kelapa sawit yang luas
berdampak :
- Berkurangnya
kepemilikan lahan
warga/adat yang
produktif
menyebabkan
kehilangan
pendapatan dan
kemiskinan.
- Rekrutmen warga
lokal menjadi buruh
dari petani mandiri
yang menyebabkan
kemiskinan
- Munculnya kawasan
permukiman kumuh
karena kemiskinan
yang menyebabkan
kerusakan
lingkungan

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Aktivitas penanaman/
pemeliharaan berdampak
pada :
- Pencemaran air tanah
dan sungai akibat

Bab IV-91

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

pupuk dan racun
tanaman yang
menyebabkan air
tidak layak konsumsi.
- Penurunan cadangan
air tanah yang
menyebkan
kekeringan

konflik.
- Benturan budaya
luar dan lokal
yang
menyebabkan
keresahan dan
ketidak amanan

- Peningkatan
pengeluaran warga
karena penurunan
kesehatan yang
potensi
menyebabkan
kemiskinan

Kegiatan industri
pengolahan CPO
berdampak pada :
- Pencemaran air tanah
dan sungai akibat
pupuk dan racun
tanaman yang
menyebabkan tidak
layak konsumsi.
- Pencemaran udara
yang menyebabkan
penurunan kesehatan
3.

Rencana kawasan
peruntukan HPK
72.911 Ha di Kec. MH.
Utara, MH Selatan
dan Simpang Hulu

Perubahan
fungsi kawasan
HPK yang luas
berdampak pada
berkurangnya
kawasan hutan,
perubahan
tutupan lahan,
degradasi
lingkungan serta
rusaknya siklus
tata air
sehingga
menyebabkan
kekeringan
dimusim
kemarau dan
banjir di musim
penghujan

Pelepasan
kawasan HPK
yang luas
menyebabkan
hilangnya
habitat,
keragaman
flasma nutfah
dan jenis
flora/fauna
langka yang
dilindungi UU

Pelepasan kawasan HPK
yang luas berdampak
pada sistem hidrologi dan
ekologi menyebabkan
pencemaran air dan
berkurangnya
ketersediaan air tanah.

Pelepasan kawasan
HPK yang luas
berdampak terhadap
pemicuan konflik
kepentingan
berbagai pihak baik
vertikal maupun
horizontal karena
ketidak jelasan
kepemilikan dan
kehilangan lahan
produktif yang
menyebabkan
keresahan dan
ketidak amanan.

Pelepasan kawasan
HPK yang luas
berdampak pada :
- Marginalisasi
warga
dalam/sekitar HPK
karena kepentingan
ekonomi dan
perubahan aktivitas
ekonomi lokal yang
menyebabkan
kemiskinan
- Peningkatan
pengeluaran warga
karena konsumtif
yang menyebabkan
kemiskinan

4.

Rencana kawasan
peruntukan
pertambangan di
seluruh Kecamatan

Kawasan
peruntukan
pertambangan
yang luas
berdampak pada
perubahan
tofografi lahan,
tutupan lahan,
degradasi
lingkungan serta
rusaknya siklus
tata air
sehingga
menyebabkan
kekeringan
dimusim
kemarau dan
banjir di musim

Kegiatan
pengupasan
dan
penggaliain
lahan yang
luas
menyebabkan
hilangnya
habitat,
keragaman
flasma nutfah
dan jenis
flora/fauna
langka yang
dilindungi UU

Kegiatan pengupasan dan
penggaliain lahan yang
luas berdampak pada
pencemaran tanah baik
fisik, kimia maupun
biologi tanah yang
menyebabkan penurunan
produktivitas tanah.

Pembebasan lahan
berdampak terhadap
:
- Pemicuan konflik
kepentingan
berbagai pihak
baik vertikal
maupun
horizontal karena
ketidak jelasan
status, batas dan
kepemilikan yang
menyebabkan
keresahan dan
ketidak amanan.
- Timbulnya
kecemburuan
sosial terhadap

Pembangunan
pertambangan
berdapak pada :
- Hilangnya
produktivitas lahan
warga/adat yang
menyebabkan
kehilangan
pendapatan dan
kemiskinan.
- Peningkatan
pengeluaran warga
karena konsumtif
yang menyebabkan
kemiskinan
- Munculnya kawasan
permukiman kumuh
yang menyebabkan

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Aktivitas pemurnian
logam berdampak :
- pencemaran air dari
bahan berbahaya yang
menyebabkan air tidak
layak konsumsi dan
penurunan kesehatan
- Pencemaran udara
yang menyebabkan

Bab IV-92

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

penghujan serta
erosi dan
sidementasi
berat.

penurunan kesehatan

tenaga kerja dari
luar oleh warga
lokal yang
menyebabkan
konflik.
- Benturan budaya
luar dan lokal
yang
menyebabkan
keresahan dan
ketidak amanan
- Timbulnya
penyakit sosial
karena kurangnya
pengawasan yang
menyebabkan
konflik

penurunan
kesehatan
- Peningkatan
pengeluaran warga
karena penurunan
kesehatan yang
potensi
menyebabkan
kemiskinan

Sumber : Diolah dari dokumen KLHS Ranperda RTRW Kabupaten Ketapang, 2014

Berdasarkan tabel diatas KRP penataan ruang yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap isu strategis baik aspek lingkungan maupun sosial, ekonomi
dan budaya (sosekbud) terkait dengan pembangunan Bidang Cipta Karya secara
berkelanjutan antara lain :
1. Apek Lingkungan
➢ Perubahan tofografi, hidrologi, erosi dan sidementasi (pendangkalan)
serta vegetasi tutupan lahan (hutan) akan sangat menggangu ketersedian
air baku terutama air permukaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) mulai dari
perhuluan hingga ke hilir. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi
pembangunan intake air baku untuk pelayanan air besih/minum maupun
pelayanan untuk jaringan irigasi pertanian.
➢ Pencemaran air baku akibat kegiatan penambangan dan perkebunan akan
meningkatkan biaya pengolahan air sehingga meningkatkan biaya
penyediaan air maupun akses masyarakat terhadap pelayanan air
bersih/minum.
➢ Pencemaran air, tanah, dan suara serta stres akibat konflik menyebabkan
terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat sehingga akan
menambah beban pengeluaran untuk berobat yang sangat potensial
memicu terjadinya kemiskinan apabila paparan kesakitan berdampak
jangka panjang. Pada akhirnya menyebabkan ketidakmampuan warga
mengakses layanan infrastruktur permukiman yang layak dan
berkelanjutan.
2. Aspek Sosekbud
➢ Marginalisasi, kehilangan lahan produktif, dan perubahan prilaku ekonomi
yang cepat dan tidak mampu diimbangi warga lokal mengakibatkan
kemiskinan yang pada akhirnya menyebabkan ketidakmampuan warga

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab IV-93

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

mengakses layanan infrastruktur permukiman yang layak dan
berkelanjutan.
➢ Potensi urbanisasi ke perkotaan akibat ketidak mampuan bersaing dengan
tenaga kerja pendatang sangat mungkin terjadi sehingga akan memicu
munculnya kawasan permukiman kumuh diperkotaan.

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab IV-94

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

BAB 5
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD
Laporan relisasi fisik Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang Kabupaten Ketapang selama periode 2011-2014 menunjukkan bahwa
konsentrasi pembangunan lebih terarah pada sektor pengembangan kawasan
permukiman (PKP) yang rata-rata alokasi anggaran pertahunnya mencapai 67,07
persen dengan rata-rata pertumbuhan pertahun mencapai 27,83 persen. Target
fisik terbangun lebih lebih difokuskan pada peningkatan jalan lingkungan dan
barau timbun sedangkan sasaran lokasi lebih terarah pada permukiman non
formal. Untuk sektor penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada tahun 2014
mendapat alokasi anggaran yang signifikan sebesar Rp 15.584 miliar atau
mencapai 84,83 persen dari tahun sebelumnya. Alokasi anggaran tersebut
dipergunakan untuk membiayai pembangunan dan rehabilitasi bangunan
pemerintah diantaranya rehab berat kantor Bupati Ketapang, kantor pemerintah
baik dinas/instansi maupun kantor camat dan desa. Proporsi alokasi anggaran
untuk sektor sistim penyediaan air minum (SPAM) dan sektor penyehatan
lingkungan permukiman (PLP) sangat kecil dan dipergunakan untuk kegiatan
optimalisasi pipanisasi serta pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah
padat berupa MCK komunal. Pertumbuhan alokasi anggaran sektor penyehatan
lingkungan permukiman rata-rata hanya sekitar 2,66 persen bahkan untuk sektor
penyediaan air minum pertumbuhan rata-ratanya minus 39,89 persen.
Tabel 5-1
Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Ketapang
PENDANAAN APBD KABUPATEN ( X RP 1 000 000)
BIDANG CIPTA KARYA

REALISASI
2011

2012

PROYEKSI

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Sektor PKP

12.026

20.052

35.499

35.483

45.358

57.982

74.119

94.748

121.118

Sektor PBL

3.198

2.206

2.364

15.584

18.003

20.797

24.025

27.754

32.062

Sektor SPAM

4.238

4.605

2.838

1.716

6.081

8.030

10.603

14.000

18.486

Sektor PLP

2.005

2.786

3.435

2.472

4.535

5.989

7.908

10.441

13.787

20.841

26.676

45.854

67.865

89.611

118.325

156.241

206.305

272.412

Total APBD Bidang CK
Total Belanja APBD

1.041.920 1.173.820 1.444.720

1.702.690 1.814.420 1.946.690 1.960.280 2.039.530 2.093.900

Sumber : Diolah dari Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan DPUTR dan RPJMD Kabupaten Ketapang, 2015

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-95

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

Gambaran realisasi pendanaan APBD tahun 2011-2014 bidang cipta karya seperti
tabel diatas menunjukkan bahwa ada ketimpangan alokasi anggaran antar sektor
yang berdampak pada ketertinggalan pencapaian target pada sektor yang lain
yakni sektor air minum dan sanitasi. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh
penetapan sasaran dan target kegiatan yang tidak didukung data eksisting hasil
evaluasi program dan pemetaan permasalahan yang mendesak untuk ditangani.
Potensi pendanaan untuk pembangunan bidang cipta karya pada belanja APBD
Kabupaten Ketapang sesuai proyeksi yang didasarkan hasil perhitungan
geometris hingga tahun 2019 meningkat hampir disemua sektor. Proporsi
besaran jumlah dana yang dibutuhkan per sektor dalam persentase dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.
Grafik 5-1
Proporsi Anggaran Antar Sektor
Berdasarkan Realisasi dan Proyeksi Pendanaaan
Dalam ABPD 2015-2019
80.00
70.00

persentase

60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
SEKTOR PLP

2011
10.58

2012
10.11

2013
7.65

2014
4.18

2015
5.46

2016
5.12

2017
4.79

2018
4.47

2019
4.17

SEKTOR SPAM

22.37

16.71

6.32

2.90

7.98

8.16

8.32

8.47

8.61

SEKTOR PBL

16.88

8.00

5.27

26.37

24.59

22.89

21.27

19.72

18.26

SEKTOR PKP

63.48

72.74

79.08

60.03

61.97

63.83

65.62

67.33

68.96

Rasio potensi kebutuhan pendanaan rata-rata persektor terhadap proyeksi ratarata belanja total APBD untuk periode 2015-2019 masih sangat kecil yaitu berada
dibawah angka 4 persen. Sementara itu potensi kebutuhan pendanaan terbesar
akan terjadi pada sektor PKP yang tumbuh rata-rata 21,77 persen, sektor PBL
13,44 persen, sektor SPAM 21,17 dan sektor PLP 14,05 persen persen terhadap
perkembangan belanja APBD yang rata-ratanya hanya berkisar di angka 5,40
persen. Khusus untuk sektor SPAM dan PLP, disamping penggunaan metode

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-96

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

geometris, perhitungan proyeksi pertumbuhan kebutuhan pendanaan dilakukan
pula dengan pendekatan atau skema optimistis oleh karena mempertimbangkan
kondisi eksisting cakupan pelayanan yang masih rendah serta target pencapaian
yang tinggi pada akhir tahun 2019.
Grafik 5-2
Rasio Proyeksi Kebutuhan Pendanaan Per Sektor
Terhadap Total Belanja APBD Periode 2015-2019

0.24
0.52
1.30
4.13

SEKTOR PKP

SEKTOR PBL

SEKTOR SPAM

SEKTOR PLP

Hasil perhitungan secara matematis atau statistik diatas menggambarkan bahwa
proporsi kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan
tergolong sangat kecil dibandingkan besaran anggaran belanja APBD, namun
disisi lain jumlah belanja APBD selama periode 2015-2019 tidak mengalami
pertumbuhan sebagaimana sektor-sektor bidang cipta karya, akibatnya akan
banyak program kegiatan yang telah direncanakan tidak akan mendapatkan
alokasi anggaran pembiayaan. Kondisi ini menuntut para perencana program
kegiatan khususnya terkait pembangunan dan pengembangan infrastruktur
kecipta-karyaan untuk bersikap adaftif dan berusaha mencari sumber
pendanaan alternatif. Sikap adaftif dapat ditunjukkan dengan melakukan
penyeimbangan kembali terhadap besaran alokasi pembiayaan per sektor
bidang cipta karya yang selama ini tidak proporsional. Alokasi anggaran
pembiayaan terutama yang bersumber dari APBD Kabupaten harus diarahkan
untuk mencapai sasaran dan target prioritas sesuai gerakan nasional bidang
cipta karya untuk menuntaskan cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi layak
di akhir tahun 2019. Berdasarkan analisis data diatas dan kondisi eksisting
cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi tergolong masih sangat rendah maka
sektor SPAM dan PLP harus ditingkatkan proporsi anggaran pembiayaan
pembangunannya agar dapat mengejar target tersebut. Program dan kegiatan
pada kedua sektor diatas harus dipilih secara selektif dengan mencermati
efektivitas dampak bagi penerima manfaat secara langsung serta pertimbangan
SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-97

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

sasaran diutamakan bagi masyarakat kurang mampu pada kawasan yang kondisi
lingkungan permukiman yang buruk. Hal ini dimaksudkan agar target yang
dicapai dapat menyentuh dan menuntas beberapa persoalan secara terpadu dan
tuntas sekaligus baik kemiskinan, lingkungan permukiman buruk, serta
pemicuan tumbuhnya ekonomi lokal. Dengan arahan dan strategi diatas
diharapkan kontribsusi bidang cipta karya terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui penyediaan infrastruktur permukiman yang layak secara
berkelanjutan dapat terwujud.
Grafik 3-3
Proyeksi Rata-rata Pertumbuhan Per Sektor
Periode 2015-2019

Persentase

25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
RERATA
PERTUMBUHAN

SEKTOR
PKP

SEKTOR
PBL

SEKTOR
SPAM

SEKTOR
PLP

BELANJA
APBD

21.77

13.44

21.17

14.05

5.40

Selain itu, penggalian potensi pendanaan untuk membiayai pelaksanaan
program prioritas dan pencapaian target pembangunan infrastruktur keciptakaryaan di Kabupaten Ketapang harus terus dilakukan mengingat sasaran dan
target yang akan dicapai dengan kondisi eksisting pelayanan memiliki gap yang
sangat jauh. Espektasi yang tinggi untuk mencapai target Gerakan Nasional 1000-100 Bidang Cipta Karya pada tahun 2019 untuk menuntaskan 100 persen
penyediaan air bersih/minum, 0 persen kawasan kumuh dan 100 persen akses
masyarakat terhadap pelayanan sanitasi akan sangat membutuhkan biaya yang
sangat besar.

5.2 POTENSI PENDANAAN APBN
Sumber pendanaan APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur bidang
cipta khususnya, masih sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah. Dengan
kondisi eksisting capaian pelayanan bidang cipta karya di Kabupaten yang
masih rendah, sementara itu semangat untuk menuntaskan persoalan
infrastruktur kecipta-karyaan secara nasional diakhir tahun 2019 sangat tinggi,

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-98

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

tentu akan menjadi beban berat bagi daerah. Oleh karena itu dengan berbagai
keterbatasannya, pemerintah daerah akan sangat bergantung pada anggaran
pusat untuk mendukung pencapaian target nasional tersebut.
Tabel 5-2
Penggunaan Sumber Dana APBN Bidang Cipta Karya
Di Kabupaten Ketapang
BIDANG CIPTA
KARYA

REALISASI APBN ( X RP 1 000 000)
JUMLAH

2011

2012

2013

2014

DAK AIR MINUM

874

735

145

3.946

5.700

DAK SANITASI

925

1.107

1.098

5.051

8.181

1.799

1.842

1.243

8.997

13.881

46.596

76.844

93.887

101.580

318.907

TOTAL DAK
TOTAL ALOKASI APBN

Sumber : Laporan DAK Kab.Ketapang Tahun 2011-2015

Berdasarkan laporan realisasi penggunaan dana DAK pusat untuk pembiayaan
pembangunan bidang cipta karya selama rentang waktu 2011-2014 rata-rata
sebesar Rp. 3,47 miliar. Jumlah tersebut hanya mencapai 2,89 persen dari total
penggunaan dana APBN dan sekitar 8,61 persen dari total belanja APBD bidang
cipta karya. Dari data tersebut terlihat bahwa alokasi pendanaan pembangunan
bidang cipta karya untuk sektor air minum dan sanitasi masih tergolong kecil
jika dibandingkan dengan sektor lain dalam belanja APBN maupun APBD yang
disalurkan melalui bidang cipta karya DPUTR. Pertumbuhan sumber pendanaan
DAK air minum dan sanitasi tersebut rata-rata 13,44 persen pertahun sedangkan
pertumbuhan total alokasi APBN untuk Kabupaten Ketapang selama periode
tersebut lebih tinggi yakni mencapai angka 21,70 persen.
Grafik 5-4
Pertumbuhan Sumber Pendanaan APBN Bidang Cipta Karya
di Kabupaten Ketapang
35
30
25
20
15
10
5
0
RERATA PERTUMBUHAN

DAK AM+S

DANA APBN

DANA APBD CK

13.44

21.7

32.04

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-99

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

Jika melihat proporsi besaran alokasi anggaran DAK air minum dan sanitasi
terhadap total belanja dana APBN yang terealiasi sampai akhir tahun 2014
persentasenya sangat kecil. Untuk DAK air minum hanya sebesar 1,79 persen
dan DAK sanitasi sekitar 2,57. Artinya peningkatan sumber pendanaan APBN
untuk membiayai pembangunan di Kabupaten Ketapang lebih besar
dialokasikan untuk sektor lain ketimbang air minum dan sanitasi yang
menggunakan sumber dana DAK. Rendahnya alokasi dana DAK untuk kedua
sektor diatas berdampak terhadap perlambatan penyediaan layanan dasar air
minum dan sanitasi kepada masyarakat. Kondisi ini bersesuaian manakala
melihat laporan Pokja RAD-AMPL Ketapang tahun 2015 bahwa pencapaian target
cakupan pelayanan air bersih hanya sekitar 60,24 persen dan sanitasi 53,26
persen sampai tahun 2014 di Kabupaten Ketapang. Pencapaian target
pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan tidak harus melihat kepada aspek
pendanaan semata jauh lebih penting adalah memformulasikan alokasi dana
secara proporsional diantara sektor sesuai program, sasaran dan target secara
selektif, terpadu serta sinergi.

Grafik 5-5
Proporsi Rata-rata Sumber Pendanaan DAK Terhadap
Belanja APBN dan Belanja APBD-CK 2011-2014

DAK SEKTOR LAIN

DAK SANITASI

DAK AIR MINUM

0
BELANJA ABPD-CK
BELANJA APBN

25

50

75

100

DAK AIR MINUM
3.54

DAK SANITASI
5.07

DAK SEKTOR LAIN
91.39

1.79

2.57

95.64

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-100

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

Hampir sama dengan proporsi besaran alokasi anggaran DAK terhadap total
belanja dana APBN diatas, kasus yang sama terjadi pula pada proporsi
pendanaan DAK terhadap belanja APBD bidang cipta karya. Proporsi pendanaan
DAK air minum terhadap belanja APBD tersebut hanya mencapai 3,56 sedangkan
untuk DAK sanitasi sedikit lebih tinggi yakni sebesar 5,07 persen. Artinya
peningkatan sumber pendanaan APBD bidang cipta karya untuk membiayai
pembangunan di Kabupaten Ketapang lebih besar dialokasikan untuk sektor lain
ketimbang air minum dan sanitasi yang menggunakan sumber dana DAK.
Potensi pendanaan sumber APBN untuk pembangunan bidang cipta karya di
Kabupaten Ketapang untuk periode 2015-2019 berdasarkan realisasi
penggunaan dana APBN selama tahun 2011-2014 diprediksi akan meningkat
pada semua sektor. Optmisme ini didukung manakala mencermati pertumbuhan
pendanaan APBN termasuk DAK pada periode tersebut cenderung positif
meskipun bersifat fluktuatif. Disamping itu mempertimbangkan rencana
ambisius pencapaian target nasional pembangunan bidang cipta karya melalui
Gerakan Nasional 100-0-100 otomatis mewajibkan pemerintah untuk
menyediakan pembiayaanya pelaksanaannya.

5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN
Capaian pelayanan infrastruktur kecipta-karyaan di Kabupaten Ketapang
berdasarkan laporan OPD terkait dan standar pelayanan minimal sampai tahun
2015 masih sangat rendah. Dalam rangka memenuhi target pembangunan
nasional bidang cipta karya melalui Gerakan Nasional 100-0-100 hingga tahun
2019 tentu menjadi beban yang berat untuk di capai. Keterbatasan anggaran
pemerintah daerah, persebaran permukiman penduduk yang tidak merata dan
sulit dijangkau merupakan kendala yang tidak mudah dicarikan solusinya. Oleh
karena itu pemerintah daerah akan lebih meningkatkan peran pihak swasta yang
beroperasi di wilayah Kabupaten Ketapang untuk berkontribusi dalam
pembiayaan
pembangunan
infrastruktur
kecipta-karyaan.
Kontribusi
pembiayaan tersebut dalam bentuk atau skema Corporate Social Responsibility
(CRS) dan lebih diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang berlokasi
disekitar areal perusahaan dan sulit dijangkau pemerintah daerah. Adapun
kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan melalui skema pembiayaan CRS
antara lain sebagai berikut :

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-101

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

Tabel 5-3
Potensi Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya Melalui Skema CSR
PROGRAM / KEGIATAN

DISKRISI PROGRAM / KEGIATAN

Sektor PKP
1 Pembangunan jalan Pembangunan jalan di
lingkungan
permukiman penduduk maupun
yang menghubungkan antar
dusun dan desa .
2. Perumahan tidak
Perbaikan rumah tidak layak
layak huni
huni bagi masyarakat miskin
SEKTOR SPAM
1.
Penyediaan Bantuan PAH, sumur gali atau
Sumber Air Non
sumur bor sesuai keinginan
Perpipaan
masyarakat dan kondisi fisik
lingkungan permukiman
penduduk
2. Penyediaan Sumber Pembangunan pipanisasi
Air Perpipaan
sistem grafitasi mulai dari
bangunan broncap, pipa
transmisi, bak penampung
hingga kran umum. Pipanisasi
akan diutamakan pada daerah
yang memiliki sumber mata air
yang cukup dan layak sebagai
sumber air baku.
SEKTOR PLP
1. Penyediaan Saranaa. Pembangunan MCK Komunal,
Air Limbah
bantuan closet individual, dan
dukunga/fasilitasi sosialisasi
atau kampanye kepada
masyarakat untuk ber PHBS
atau CTPS.
2. Penyediaan Sarana Pengadaan sarana angkutan
Persampahan
persampahan, sarana
persampahan terutama
terutama jenis container dan
TSP 3 R untuk sekolah dan
tempat umum,

PEMBIAYAAN

KELAYAKAN
FINANSIAL

SASARAN

▪ Dibiayai
▪ Menyesuaikan ▪ Sasaran
sendiri oleh
kebutuhan
kegiatan adalah
donatur
yang dibahas
masyarakat yang
secara
secara
bermukim
langsung
bersama pihak disekitar kosesi
perusahaan
▪ Dibiayai oleh donatur dan
bersama
serta sekolah,
beberapa
masyarakat
pelayanan
donatur
▪ Studi
kesehatan,
secara
tempat ibadah
proporsional kelayakan
untuk kegiatan dan ruang
▪ Dibiayai
skala besar
publik.
bersama
dan dapat di ▪ Sasaran lokasi
dengan
fasilitasi oleh
pemerintah
adalah daerah
pemerintah
tertinggal, areal
secara
berisko sanitasi,
sharing
daerah rawan
air, daerah
rawan bencana.
▪ Sasaran donatur
potensial
diantaranya
perusahaan
besar yang
beroperasi di
wilayah
kabupaten
ketapang serta
BUMN
▪ Pemerintah
daerah
mengkoordinir
melalui forum
musrenbang


5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI
5.4.1 Peningkatan DDUB Kabupaten dan Propinsi
Dana Daerah untuk Urusan Bersama atau DDUB pada dasarnya adalah bentuk
komitmen bersama antara pemerintah daerah dengan pusat untuk pembiayaan
pembangunan. Penyediaan DDUB sering menjadi persolan di daerah oleh

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-102

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

karena berbagai alasan yang salah satunya adalah keterbatasan anggaran
daerah. Disamping itu adanya mis program kegiatan prioritas antara pusat dan
daerah atau munculnya program kegiatan tersebut di akhir tahun anggaran.
Pada dasarnya komunikasi intern antara aparatur pemerintah pusat dan daerah
harus terus ditingkatkan dalam penyelenggaraan pembangunan sehingga akan
berjalan lancar, efektif dan efisien.
Penyediaan DDUB adalah merupakan suatu kebijakan yang dimulai dengan
penyamaan konsepsi perencanaan program kegiatan serta indikator sasaran dan
target yang akan dicapai, dimana salah satu wujudnya adalah dokumen RPIJM
ini. Kesamaan konsepsi perencanaan harus mempunyai kekuatan mengikat
antara pusat dan daerah yang akan dipergunakan sebagai dasar serta acuan
bersama. Langkah selanjutnya adalah penyediaan DDUB Kabupaten sebagai
bentuk komitmen dan konsistensi dari kesepakatan yang telah dicapai. Untuk itu
strategi peningkatan DDUB Kabupaten yang akan dilakukan antara lain sebagai
berikut :
a. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak, retribusi, serta pendapatan
syah lainnya.
b. Melakukan efisiensi belanja APBD agar diperoleh ketersediaan anggaran
untuk DDUB.
c. Mendorong perangkat daerah yang terkait pembangunan infrastruktur
kecipta-karyaan untuk merasionalisasi pembiayaan program secara internal
serta mengalokasikan anggaran DDUB dalam Rencana Kerja sesuai RPIJM
tahun berjalan.
d. Melakukan pendekatan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
baik secara kelembagaan maupun personal mendukung penyediaan DDUB
dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya.
e. Meningkatkan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur
kecipta-karyaan sehingga ada ruang bagi pemerintah daerah untuk
menghimpun dana DDUB.

5.4.2 Peningkatan Penerimaan Daerah dan Efisiensi Anggaran
Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilakukan pada kurun waktu
2011-2015 diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan
pendapatan daerah terutama sumber penerimaan dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) termasuk pajak daerah dan retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, serta penerimaan lain-lain PAD yang sah.
Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah juga dilakukan dengan
mengoptimalkan dana perimbangan termasuk dana alokasi khusus dan dana
bagi hasil.

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-103

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2015-2019

Pengelolaan pendapatan daerah selama periode 2011-2015 menunjukkan
kinerja yang baik dan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
Penerimaan daerah terus menerus meningkat sejak dari tahun 2011 hingga
tahun 2015 dengan kenaikan rata-rata sebesar 11,58 persen.

Tabel 5-4
Kinerja Penerimaan Daerah Kabupaten Ketapang
Periode 2011 - 2015
PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH (X RP 1 000 000)
KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH
2011
PENDAPATAN ASLI DAERAH

2012

2013

2014

2015

44,08

60,61

132,08

107,18

122,30

1. Pajak Daerah

8,86

28,88

95,50

49,44

59,22

2. Retribusi Daerah

4,30

7,34

7,94

10,93

6,53

3. Bagian Laba Usaha Daerah

4,88

5,45

5,28

5,48

5,35

26,04

18,94

23,36

41,33

51,20

DANA PERIMBANGAN

853,23

991,16

1.145,29

1.313,09

1.245,25

1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

107,40

130,61

123,56

155,68

148.40

2. Dana Alokasi Umum

670,70

776,58

898,33

1.020,38

1.070,46

3. Dana Alokasi Khusus

75,13

83,97

123,40

137,03

174,79

116,60

92,12

119,42

122,53

298,47

1.013,91

1.143,89

1.396,79

1.542,80

1.666,02

4. Lain-lain Pendapatan

LAIN-LAIN PENERIMAAN SYAH
JUMLAH PENERIMAAN DAERAH
Sumber : Data RPJMD Kabupaten Ketapang, 2015

Secara keseluruhan selama periode 2011-2015 kontribusi Pendapatan Asli
Daerah terhadap penerimaan daerah belum berhasil melewati angka dua digit
atau 10 %. Struktur pendapatan tersebut menunjukkan ketergantungan yang
sangat tinggi terhadap dana perimbangan sebagai sumber utama pendapatan
daerah. Dengan demikian, tantangan dalam lima tahun mendatang adalah
perlunya optimalisasi PAD sebagai sumber utama pendapatan daerah dengan
memperhatikan keberlanjutan fiskal dan prinsip pembangunan berkelanjutan.

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015

Bab 5-104