4.1. ANALISIS SOSIAL 4.1.1. Arahan Kebijakan Perlindungan Sosial - DOCRPIJM 15112258444 ANALISIS SOSIAL EKO LING

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Bab

4

Analisis Sosial
Ekonomi Dan Lingkungan

4.1. ANALISIS SOSIAL
4.1.1. Arahan Kebijakan Perlindungan Sosial
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:


Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di
wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.




Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,
negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hokum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014:


Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
Laporan Akhir |IV - 1

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.



Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
6. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
a.Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda
Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden. Menurut standar
BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga
dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis

dinding

tempat

tinggal

dari

bambu/rumbia/kayu

berkualitas


rendah/tembok anpa diplester.

Laporan Akhir |IV - 2

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya
SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah
tangga miskin.

4.1.2. Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan
bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang
Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan
Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Laporan Akhir |IV - 3

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020


(PPIP), RuralInfrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja
Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
A.

Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah di Kabupaten Tapin terus meningkat sejak
2008. Partisipasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1.

Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Di Kabupaten Tapin Tahun 2008-2012
NO

URAIAN
Jumlah
1

3


perempuan

perempuan

4

5

perempuan

Jumlah pekerja perempuan

perempuan
6

2012

2

-


-

1

1

16

-

-

24

24

97

-


-

111

111

1961

-

-

827

827

28.72

30.11


30.97

36.87

28.32

8

5

6

4

7

6,8%

0


0

2,24%

2,92%

di

pemerintah

Persentase

2011

yang

menempati jabatan eselon IV
Pekerja

2010

yang

menempati jabatan eselon III
Jumlah

2009

yang

menempati jabatan eselon II
Jumlah

2

perempuan

2008

pekerja
di

lembaga

pemerintah

Sumber: RPJMD 2013-2017
Berdasarkan data tersebut, sesuai dengan semakin rendahnya angka partipasi sekolah
pada tingkat pendidikan tinggi, maka begitu pula dengan jumlah perempuan yang
bekerja di lembaga pemerintah. Semakin tinggi tingkat eselon, semakin sedikit pula
jumlah perempuan yang menempati jabatan pada eselon II berbanding dengan jumlah
pekerja perempuan.

Laporan Akhir |IV - 4

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

B.

Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta
Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta adalah proporsi perempuan yang
bekerja pada lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.
Tabel 4.2.

Persentase Pekerja Perempuan di Lembaga Swasta
Kabupaten Tapn Tahun 2008 -2012
NO

URAIAN

200

200

201

201

8

9

0

1

Persentase pekerja perempuan di
1

lembaga swasta

2012
21,27

-

-

43%

33%

%

4.1.3. Perlindungan dan Penanganan Sosial pada Pelaksananaan Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan
durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan
masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti
konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan,
serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan
bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi
mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam
proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan
program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan. Kegiatan
pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi
jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik
pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun.

Laporan Akhir |IV - 5

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus
dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan
warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana
pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang
ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas
kerugiannya,

serta

bantuan

dalam

pemindahan

dan

pembangunan

kembali

kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan
kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyarata.
4. Perlindungan Sosial pada Tahap Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan keresahan
masyarakat karena rencana investasi tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Pengadaan
tanah biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik
pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun.
Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan
dengan kesepakatan kedua belah pihak terutama terkait dengan ganti rugi atau ganti
untung dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan standar kehidupan warga yang
terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk
kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

Laporan Akhir |IV - 6

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

a. Transparan : Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan
kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain,
daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.
b. Partisipatif : Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat
dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek, jumlah dan
bentuk kompensasi, serta lokasi tempat permukiman kembali.
c. Adil : Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan masyarakat.
Masyarakat tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti
tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya.
Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus
ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. Masyarakat harus diberi kesempatan untuk mengkaji
rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syaratsyarat dan jumlah ganti rugi dan/atau permukiman kembali.

Untuk masalah ketidaksetujuan atau tidak sesuainya rencana investasi dengan harapan
masyarakat harus segera diselesaikan melalui sosialisasi mengenai pentingnya proyek,
keuntungan dan manfaat proyek bagi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat
setempat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui tercapainya kebutuhan
sanitasi dasar bagi masyarakat.
Untuk aspek sosial ekonomi dan budaya prakiraan besarnya dampak dilakukan dengan 2
(dua) cara yaitu dengan metode formal dan dengan metode informal. Metode formal
digunakan untuk memprakirakan besarnya perubahan dari variabel-variabel yang dapat
terukur secara kuantitatif, diantaranya keresahan masyarakat, konflik sosial, perubahan
pendapatan, adanya kesempatan kerja, perubahan mata pencaharian.
Sedangkan metode informal yang digunakan adalah teknik analogi. Metode ini digunakan
untuk memprakirakan besarnya dampak dari variabel-variabel yang bersifat kualitatif
misalnya, keresahan masyarakat.

Laporan Akhir |IV - 7

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Metode Prakiraan

Komponen

Indikator

Metode Prakiraan

Dampak Komponen

dampak

Sosial No
1

Pendapatan

Peningkatan/penurun Naik, jika :

Masyarakat

an pendapatan

฀> X – Z a / 2 S / n
turun jika :
฀< X + Z a / 2 S / n

2

Mata

Perubahan

Pencaharian

pencaharian

mata Jumlah
yang

penduduk
kehilangan

mata pencaharian
3

Kesempatan

Tersedianya lapangan Jumlah tenaga kerja

Kerja

kerja dan berusaha

yang terserap oleh
proyek

dan

munculnya
kesempatan
berusaha
4

Interaksi

Persepsi masyarakat Analisa

Sosial

terhadap pendatang

kualitatif

terhadap

hasil

kuesioner

tentang

adanya

pendatang

baru.
5

Sikap dan

Adanya

Persepsi

masyarakat

persepsi Analisa

kualitatif

dengan (proporsi)

adanya proyek (baik berdasarkan
dalam bentuk ganti pendapatan
rugi
perubahan

maupun masyarakat (dari data
sosial, kuesioner)

ekonomi dan budaya)

Laporan Akhir |IV - 8

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

4.2. ANALISIS EKONOMI
4.2.1. Kemiskinan
Aspek ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu
melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti
adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,
serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan
keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok
tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah
tangga miskin.

Laporan Akhir |IV - 9

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Tingkat kemiskinan, jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin, tingkat
kedalaman kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan di Kabupaten Tapin sejak tahun
2010 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.3. Perkembangan Kemiskinan Di Kabupaten Tapin Tahun 2007-2011

No

Variabel

2007
158.375
12.481
8,42

1 Garis Kemiskinan
2 Jumlah Penduduk Miskin
3 Persentase Penduduk
Miskin (P0)
4 Tingkat Kedalaman
1,63
Kemiskinan (P1)
5 Tingkat Keparahan
0,47
Kemiskinan (P2)
Sumber: RPJMD 2013-2017Kab. Tapin

2008
181.842
9.211
6,10

Tahun
2009
193.902
7.489
4,93

2010
220.652
9.369
5,57

2011
242.603
9.089
5,29

1,14

0,75

0,81

0,68

0,28

0,19

0,18

0,13

4.2.2. Analisis Dampak Pembangunan Infrastuktur Bidang Cipta Karya terhadap Ekonomi
Lokal Masyarakat
Jumlah penduduk kemiskinan di Kabupaten Tapin pada rentang tahun 2010-2015
tertinggi pada tahun 2015 sebesar 463.579 jiwa. Angka persentase penduduk miskin pada
tahun 2014 mencapai 4,90% setelah turun pada tahun 2014 pada angka 4,35%.
Tabel 4.4. Dampak Pembangunan Infrastruktur

No

Indicator

2007

2008

2009

2010

2011

1

Laju inflasi (%)

7,78

11,06

5,98

9,06

3,98

2

Indeks Gini

0,20

0,26

0,29

0,29

0,27

3

Indeks Ketimpangan

N/A

N/A

N/A

0,28

0,31

369.961

408.649 439.795

N/A

N/A

Williamson dan Pemerataan
Pendapatan (versi Bank
Dunia)
4

Penduduk

diatas

garis 304.820 334.323

kemiskinan
- Persentase Penduduk N/A

N/A

N/A

Laporan Akhir |IV - 10

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Miskin
Sumber: RPJMD 2013-2017 Kab. Tapin

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya
tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”.
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar
dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen
Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan
Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal
atau UKL dan UPL.

Laporan Akhir |IV - 11

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

4.3.1. Kaidah KLHS
Prinsip dalam penyusunan KLHS agar tercapai tujuan yang ingin dicapai untuk mengukur
dampak terhadap lingkungan yaitu:
• Keterkaitan (interdependency)
• Keseimbangan (equilibrium)
• Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu
komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu
variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global,
keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.
Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek, kepentingan,
maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti diantaranya adalah
keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan cadangan sumber daya
alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,dan lain
sebagainya.
Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program
yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam,
modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang
tertentu.

B. Metode Penyusunan KLHS
Ruang lingkup yang menjadi kajian dalam penyusunan KLHS harus meliputi hal hal sebagai
berikut :
a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

Laporan Akhir |IV - 12

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

KLHS adalah proses untuk mempengaruhi penentuan pilihan-pilihan pembangunan yang
diusulkan dalam KRP yang terutama dilakukan melalui kegiatan konsultasi dan dialog secara
tepat dan relevan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan KLHS harus sesuai dengan kebutuhan
tanpa terpaku dalam metoda dan prosedur yang baku. Melalui penyusunan KLHS maka
semua kebijakan, rencana dan program yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
akan mendorong lahirnya pemikiran untuk alternatif –alternatif baru pembangunan melalui
tahapan atau proses sebagai berikut :
a. Identifikasi isu-isu utama lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang perlu
dipertimbangkan dalam KRP;
b. Analisis dampak setiap alternatif strategi pembangunan dari KRP, khususnya isu-isu yang
relevan dan memberikan masukan untuk optimalisasi;
c. Mengkaji paling tidak dampak kumulatif yang mendasar dari KRP dan memberi masukan
untuk optimalisasi.;
d. Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para pengambil
keputusan.
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan KLHS adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan.
b. Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait
c. Melakukan pekerjaan yang terkoordinasi untuk menjaring masukkan
mengenai pengembangan infrastruktur di Kabupaten Tapin
d. Melakukan survey dan observasi untuk kelengkapan data.
e. Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi.
f. Menyelenggarakan presentasi hasil evaluasi dan analisisnya.
Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dilakukan dengan
tahapan atau proses sebagai berikut :

Laporan Akhir |IV - 13

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

1. Penapisan;
Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu KRP perlu
dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi kriteria pelaksanaan
KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Pelingkupan;
Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS, tujuan
KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan dokumen,
pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan
melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah. Mengingat
terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini tidak dilakukan proses
konsultasi publik.
3. Pengkajian;
Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah, pemetaan
kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan alternatif rumusan
maupun perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan yang sudah ada. Tim kajian
melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi dengan para pihak (stakeholders) terkait,
khususnya dengan instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
4. Perumusan dan pengambilan keputusan
Perumusan dan pengambilan keputusan adalah rangkaian langkah-langkah persetujuan
rekomendasi hasil KLHS dan interaksi antar pihak berkepentingan dalam rangka
mempengaruhi hasil akhir KRP.
Keseluruhan hasil pengkajian ini secara lengkap dituangkan dengan jelas dan sistematis
sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Pada tahap analisa atau pengkajian, harus dilakukan serangkaian kajian dengan menerapkan
daftar uji pada setiap langkah proses KRP, meliputi :
1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.
Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa :
a) tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,

Laporan Akhir |IV - 14

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

b) berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan sasaran
umum KRP,
c) sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan indikatorindikator pembangunan berkelanjutan,
d) keterkaitan KRP dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik,
e) konflik kepentingan antara KRP dengan KRP-KRP lain segera bisa teridentifikasi.

2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.
Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas data,
tetapi identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang tersedia serta cara
mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika KRP diharuskan memperhatikan kesatuan fungsi
ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain wilayah administratifnya sendiri.
Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan sumbernya agar
proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendala-kendala setempat.

3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.
Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu lingkungan
hidup maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan
melihat relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap wilayah perencanaannya.

4. Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan Hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan.
Pengujian ini efektif bila konsep rencana sudah mulai tersusun, sehingga dapat dilakukan
penilaian langsung atas arahan-arahan rencana terhadap indikator-indikator teknis
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Uji ini sebenarnya merupakan iterasi
atau pengembangan dari uji yang dilakukan di awal proses penyusunan KRP sebagaimana
dijelaskan pada nomor 1.
5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.

Laporan Akhir |IV - 15

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi besaran dan
waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini
dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun ketersediaan data, sehingga pengujian
dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian secara kuantitatif maupun kualitatif
sama-sama bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa proses konsultasi maupun diskusi
dengan pihak-pihak yang terkait.

6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.
Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang beralasan,
relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan
sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan yang lainnya) atau
mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.

7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak dampak Turunan maupun Kumulatif.
Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana jenis-jenis
KRP tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau dampak-dampak lanjutan
yang lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, maupun akumulasi efek dalam jangka
waktu panjang dan pada skala ruang yang besar.
Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan dengan cara :
• mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model daftar uji untuk
menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai konsistensi muatan KRP terhadap
prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar uji untuk menuntun pengambil keputusan
mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-opsi yang mendukung keberlanjutan, dan lain
sebagainya
a. melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan
data, kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana
b. melakukannya secara berulang/iteratif
c. mengembangkan atau memodifikasi jenis pertanyaan-pertanyaannya sesuai
dengan kepentingan pengujian atau kemajuan pengetahuan.

Laporan Akhir |IV - 16

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Dalam pelaksanaannya, penyusunan KLHS dilakukan terhadap 3 kondisi KRP, yaitu KRP yang
sudah disusun atau dilaksanakan sebelumnya, KRP yang masih dalam proses perencanaan
atau penyusunan dan yang terakhir adalah KRP yang sedang dalam proses penyusunan.
Pendekatan pelaksanaan KLHS terhadap ketiga kondisi KRP tersebut berbeda satu dengan
lainnya, dengan skema pendekatan sebagai berikut :

4.3.2. Amdal, UKL UPL dan SPPLH
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) rencana kegiatan pembangunan
merupakan dokumen yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan, dan
menanggulangi dampak lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak
positip yang timbul sebagai akibat dari rencana suatu kegiatan tersebut. Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan merupakan upaya peduli serta rasa tanggung-jawab pemrakarsa
untuk mengupayakan pelestarian lingkungan dan mengembangkan konsep pembangunan
berwawasan lingkungan.
Dampak-dampak yang muncul tersebut perlu dikelola oleh pemrakarsa sehingga
keseimbangan ekosistem lingkungan tetap terjaga dan kualitas daya dukung lingkungan
akan meningkat.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompok aktivitas yaitu :
1. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak
negatif lingkungan hidup melalui pemilihan alternatif, tata letak lokasi dan rancang bangun
proyek.
2. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimasi atau
mengendalikan dampak dampak negatip baik yang timbul di saat usaha atau kegiatan
beroperasi maupun hingga saat usaha atau kegiatan tersebut berakhir.
3. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positip sehingga
dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa
maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positip tersebut.
4. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi
lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat

Laporan Akhir |IV - 17

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

pulih, hilang atau rusak sebagai dasar untuk memberikan kompensasi sebagai akibat usaha
atau kegiatan.
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang
Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang.
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Tabel 4.5.

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No.
A.

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Persampahan:
Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control
landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau

> 10 ha

- Kapasitas Total

> 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau

semua kapasitas/

- Kapasitas Total

besaran

c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas

> 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah
terpadu:
- Kapasitas

> 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas

semua kapasitas

f. Composting Plant:

Laporan Akhir |IV - 18

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

No.

Jenis Kegiatan
- Kapasitas

Skala/Besaran
> 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas

> 500 ton/hari

Pe mbangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas

> 25 ha

b. Kota besar, luas

> 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas

> 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi

> 2.000 ha

Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
- Luas, atau

> 2 ha

- Kapasitasnya

> 11 m3/hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
Luas, atau

> 3 ha

- Kapasitasnya

> 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

D.

Luas layanan, atau

> 500 ha

- Debit air limbah

> 16.000 m3/hari

Pe mbangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman

E.

a. Kota besar/metropolitan, panjang:

> 5 km

b. Kota sedang, panjang:

> 10 km

Jar ingan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan

> 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang

> 10 km

Sumber: Permen Lingkungan Hidup No. 5/2012

Laporan Akhir |IV - 19

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya
tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.
Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen
UKL-UPL.
Tabel 4.6.

Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL Tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis Cipta Karya
a. Persampahan

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instansi penunjang:

฀ Luas kawasan, atau < 10 Ha

฀ Kapasitas total < 10.000 ton
ii. TPA daerah pasang surut

฀ Luas landfill, atau < 5 Ha

฀ Kapasitas total < 5.000 ton
iii. Pembangunan Transfer Station

฀ Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu

฀ Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator

฀ Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

฀ Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

a. Air Limbah

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

Domestik/

(IPLT) termasuk fasilitas penunjang

Permukiman


฀ Luas < 2 ha

฀ Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

฀ Luas < 3 ha

Laporan Akhir |IV - 20

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Sektor Teknis Cipta Karya

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

฀ Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah
(sewerage/off-site sanitation system)
diperkotaan/permukiman

฀ Luas < 500 ha

฀ Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

c. Drainase

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

Permukaan


฀ Panjang < 5 km

Perkotaan

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di
area/kawasan pemukiman

฀ Luas kolam retensi/polder1 –( 5) ha

d. Air Minum

i. Pembangunan jaringan distribusi:

฀ luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

฀ Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

฀ Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM : 2,5 lps - < 50 lps

฀ Kegiatan komersil: 1,0 lps
- < 50 lps

e. Pembangunan

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah

Gedung

tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

Laporan Akhir |IV - 21

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Sektor Teknis Cipta Karya

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah
yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

Laporan Akhir |IV - 22

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Sektor Teknis Cipta Karya

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di
atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

Laporan Akhir |IV - 23

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Sektor Teknis Cipta Karya

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Pengembangan

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk

Kawasan

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),

Permukiman

misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

Baru


฀ Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

฀ Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pengembangan kawasan permukiman baru
sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal
pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi,
fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

฀ Jumlah hunian:
< 500 unit rumah;

฀ Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru
dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap
Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

฀ Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

฀ Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan

Kualitas

dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan

Permukiman

dasar (basic need) pelayanan infrastruktur,
tanpa pemindahan penduduk;

฀ Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil,
kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

฀ Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk
meningkatkan ekonomi lokal (penanganan
kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat
pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat
pertumbuhan DPP)

฀ Luas kawasan: < 10 ha

Laporan Akhir |IV - 24

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Sektor Teknis Cipta Karya

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Penanganan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan

Kawasan

kumuh berat di perkotaan metropolitan yang

Kumuh

dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota

Perkotaan

(urban renewal), disertai dengan pemindahan
penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan
penyediaan bangunan rumah susun

฀ Luas kawasan: < 5 ha.

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Laporan Akhir |IV - 25

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

Contents
4.1.

ANALISIS SOSIAL .............................................................................................................................................1

4.1.1.

ARAHAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN SOSIAL.............................................................................................1

1.

UU NO. 17/2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL: ................................1



DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKEADILAN, PEMBANGUNAN SOSIAL JUGA DILAKUKAN DENGAN

MEMBERI PERHATIAN YANG LEBIH BESAR PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG KURANG BERUNTUNG,
TERMASUK MASYARAKAT MISKIN DAN MASYARAKAT YANG TINGGAL DI WILAYAH TERPENCIL, TERTINGGAL,
DAN WILAYAH BENCANA. ...........................................................................................................................................1


PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN JARINGAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN ANAK DI TINGKAT

NASIONAL DAN DAERAH, TERMASUK KETERSEDIAAN DATA DAN STATISTIK GENDER. .......................................1
2.

UU NO. 2/2012 TENTANG PENGADAAN UU NO. 2/2012 TENTANG PENGADAAN LAHAN BAGI

PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM: ......................................................................................................1
PASAL 3: PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERTUJUAN MENYEDIAKAN TANAH BAGI
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN BANGSA,
NEGARA, DAN MASYARAKAT DENGAN TETAP MENJAMIN KEPENTINGAN HOKUM PIHAK YANG BERHAK. .......1
3.

PERATURAN PRESIDEN NO. 5/2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

NASIONAL TAHUN 2010-2014: ......................................................................................................................................1


PERBAIKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAPAT DIWUJUDKAN MELALUI SEJUMLAH PROGRAM

PEMBANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA,
TERMASUK PENINGKATAN PROGRAM DI BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN, DAN PERCEPATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR. ...............................................................................................................1


UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER, PENINGKATAN AKSES DAN PARTISIPASI

PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN HARUS DILANJUTKAN. ...............................................................................2
4.

PERATURAN PRESIDEN NO. 15/2010 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN ................2

PASAL 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN ADALAH KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH DUNIA USAHA, SERTA MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI BANTUAN SOSIAL, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,
PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL, SERTA PROGRAM LAIN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KEGIATAN EKONOMI......................................................................................................................2
5.

INSTRUKSI PRESIDEN NO. 9 TAHUN 2000 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM

PEMBANGUNAN NASIONAL ........................................................................................................................................2

Laporan Akhir |IV - 26

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

MENGINSTRUKSIKAN KEPADA MENTERI UNTUK MELAKSANAKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER GUNA
TERSELENGGARANYA PERENCANAAN, PENYUSUNAN, PELAKSANAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI ATAS
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERPERSPEKTIF GENDER SESUAI DENGAN
BIDANG TUGAS DAN FUNGSI, SERTA KEWENANGAN MASING-MASING. ................................................................2
6.

ASPEK SOSIAL PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA .............................................2

A.

KEMISKINAN ........................................................................................................................................................2

ASPEK SOSIAL PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DIHARAPKAN MAMPU
MELENGKAPI KAJIAN PERENCANAAN TEKNIS SEKTORAL. SALAH SATU ASPEK YANG PERLU DITINDAKLANJUTI ADALAH ISU KEMISKINAN SESUAI DENGAN KEBIJAKAN INTERNASIONAL MDGS DAN AGENDA
PASCA 2015, SERTA ARAHAN KEBIJAKAN PRO RAKYAT SESUAI DIREKTIF PRESIDEN. MENURUT STANDAR BPS
TERDAPAT 14 KRITERIA YANG DIPERGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN KELUARGA/RUMAH TANGGA
DIKATEGORIKAN MISKIN, YAITU: ...............................................................................................................................2
1.

LUAS LANTAI BANGUNAN TEMPAT TINGGAL KURANG DARI 8 M² PER ORANG. ...........................................2

2.

JENIS LANTAI TEMPAT TINGGAL TERBUAT DARI TANAH/BAMBU/KAYU MURAHAN. ...................................2

3.

JENIS DINDING TEMPAT TINGGAL DARI BAMBU/RUMBIA/KAYU BERKUALITAS RENDAH/TEMBOK ANPA

DIPLESTER. ...................................................................................................................................................................2
4.

TIDAK MEMILIKI FASILITAS BUANG AIR BESAR/BERSAMA-SAMA DENGAN RUMAH TANGGA LAIN. ..........3

5.

SUMBER PENERANGAN RUMAH TANGGA TIDAK MENGGUNAKAN LISTRIK. .................................................3

6.

SUMBER AIR MINUM BERASAL DARI SUMUR/MATA AIR TIDAK TERLINDUNG/SUNGAI/AIR HUJAN. ..........3

7.

BAHAN BAKAR UNTUK MEMASAK SEHARI-HARI ADALAH KAYU BAKAR/ARANG/MINYAK TANAH. ...........3

8.

HANYA MENGKONSUMSI DAGING/SUSU/AYAM SATU KALI DALAM SEMINGGU. .........................................3

9.

HANYA MEMBELI SATU STEL PAKAIAN BARU DALAM SETAHUN. ..................................................................3

10.

HANYA SANGGUP MAKAN SEBANYAK SATU/DUA KALI DALAM SEHARI. ..................................................3

11.

TIDAK SANGGUP MEMBAYAR BIAYA PENGOBATAN DI PUSKESMAS/POLIKLINIK. .......................................3

12.

SUMBER PENGHASILAN KEPALA RUMAH TANGGA ADALAH: PETANI DENGAN LUAS LAHAN 500 M2,

BURUH TANI, NELAYAN, BURUH BANGUNAN, BURUH PERKEBUNAN DAN ATAU PEKERJAAN LAINNYA
DENGAN PENDAPATAN DIBAWAH RP. 600.000,- PER BULAN. .................................................................................3
13.

PENDIDIKAN TERTINGGI KEPALA RUMAH TANGGA: TIDAK SEKOLAH/TIDAK TAMAT SD/HANYA SD. .........3

Laporan Akhir |IV - 27

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

14.

TIDAK MEMILIKI TABUNGAN / BARANG YANG MUDAH DIJUAL DENGAN MINIMAL RP. 500.000,-

SEPERTI SEPEDA MOTOR KREDIT / NON KREDIT, EMAS, TERNAK, KAPAL MOTOR, ATAU BARANG MODAL
LAINNYA. ......................................................................................................................................................................3
JIKA MINIMAL 9 VARIABEL TERPENUHI MAKA SUATU RUMAH TANGGA DIKATEGORIKAN SEBAGAI RUMAH
TANGGA MISKIN. ..........................................................................................................................................................3
B.

PENGARUSUTAMAAN GENDER ..........................................................................................................................3

SELAIN ITU ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN ADALAH RESPONSIVITAS KEGIATAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA TERHADAP GENDER. SAAT INI TELAH KEGIATAN RESPONSIF GENDER BIDANG CIPTA
KARYA MELIPUTI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN,
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER SECTOR PROJECT (NUSSP), PENGEMBANGAN INFRASRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW), PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIA MASYARAKAT
(PAMSIMAS), PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN (PPIP), RURALINFRASTRUCTURE
SUPPORT (RIS) TO PNPM, SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS), RENCANA TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN (RTBL), DAN STUDI EVALUASI KINERJA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG
CIPTA KARYA. ...............................................................................................................................................................3
2.

PERLINDUNGAN SOSIAL PADA PELAKSANANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA........................5

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA SECARA LOKASI, BESARAN KEGIATAN, DAN DURASI
BERDAMPAK TERHADAP MASYARAKAT. UNTUK MEMINIMALISIR TERJADINYA KONFLIK DENGAN
MASYARAKAT PENERIMA DAMPAK MAKA PERLU DILAKUKAN BEBERAPA LANGKAH ANTISIPASI, SEPERTI
KONSULTASI, PENGADAAN LAHAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI UNTUK TANAH DAN BANGUNAN, SERTA
PERMUKIMAN KEMBALI. .............................................................................................................................................5
1. KONSULTASI MASYARAKAT ....................................................................................................................................5
KONSULTASI MASYARAKAT DIPERLUKAN UNTUK MEMBERIKAN INFORMASI KEPADA MASYARAKAT,
TERUTAMA KELOMPOK MASYARAKAT YANG MUNGKIN TERKENA DAMPAK AKIBAT PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA DI WILAYAHNYA. HAL INI SANGAT PENTING UNTUK MENAMPUNG ASPIRASI MEREKA BERUPA
PENDAPAT, USULAN SERTA SARAN-SARAN UNTUK BAHAN PERTIMBANGAN DALAM PROSES PERENCANAAN.
KONSULTASI MASYARAKAT PERLU DILAKUKAN PADA SAAT PERSIAPAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA,
PERSIAPAN AMDAL DAN PEMBEBASAN LAHAN. ......................................................................................................5
2.

PENGADAAN LAHAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI UNTUK TANAH DAN BANGUNAN. KEGIATAN

PENGADAAN TANAH DAN KEWAJIBAN PEMBERIAN KOMPENSASI ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERJADI
JIKA KEGIATAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA BERLOKASI DI ATAS TANAH YANG BUKAN MILIK
PEMERINTAH ATAU TELAH DITEMPATI OLEH SWASTA/MASYARAKAT SELAMA LEBIH DARI SATU TAHUN.

Laporan Akhir |IV - 28

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin 2016-2020

PRINSIP UTAMA PENGADAAN TANAH ADALAH BAHWA SEMUA LANGKAH YANG DIAMBIL HARUS
DILAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN, ATAU MEMPERBAIKI, PENDAPATAN DAN STANDAR KEHIDUPAN
WARGA YANG TERKENA DAMPAK AKIBAT KEGIATAN PENGADAAN TANAH INI. ..................................................5
3. PERMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK (RESETTLEMENT) ........................................................................................6
SELURUH PROYEK YANG MEMERLUKAN PENGADAAN LAHAN HARUS MEMPERTIMBANGKAN ADANYA
KEMUNGKINAN PEMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK SEJAK TAHAP AWAL PROYEK. BILAMANA PEMINDAHAN
PENDUDUK TIDAK DAPAT DIHINDARKAN, RENCANA PEMUKIMAN KEMBALI HARUS DILAKSANAKAN
SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA PENDUDUK YANG TERPINDAHKAN MENDAPAT PELUANG IKUT MENIKMATI
MANFAAT PROYEK. HAL INI TERMASUK MENDAPAT KOMPENSAS