BAB IV ANALISIS SOSIAL DAN EKONOMI - DOCRPIJM 1508320591BAB IV

Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen

BAB IV
ANALISIS SOSIAL DAN EKONOMI

4.1

Analisis Sosial

upaya menurunkan tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an

4.1.1

Kemiskinan

diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan

Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar (makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan) yang
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun


Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada
pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan
di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal

sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan

1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan

masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan

pendapatan melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan

komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Selain itu, definisi lainnya dari kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan
untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,
organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan, serta informasi.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah

kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau
menyelesaikan permasalahan tersebut. Faktor mendasar yang menyebabkan
kemiskinan diantaranya adalah SDM, SDA, sistem, dan juga tidak terlepas dari
sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut sangat berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa

ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi
pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun
akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit
untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia
berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti,
dkk, (2004:3).
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh menyebutkan bahwa
pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 848 ribu
orang (16,73 persen), berkurang sebanyak 11 ribu orang dibandingkan dengan

IV - 1


Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen

penduduk miskin pada September 2015 yang jumlahnya 859 ribu orang (17,11

GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN
BIREUEN
TAHUN 2010 ‒ 2014

persen). Selama periode September 2015-Maret 2016, persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,10 persen (dari
10,92 persen menjadi 10,82 persen), dan 0,41 persen di daerah perdesaan
(dari 19,56 persen menjadi 19,15 persen). Peranan komoditi makanan
terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 sebesar
76,12 persen sedangkan pada September 2015 sebesar 76,02 persen. Komoditi
makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok


77
76
75
74
73
72
71
70

76.1

76.3

74.79
73.94
72.22

2010


2011

2012

2013

2014

Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2014

kretek filter,dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan untuk komoditi
Gambar 4. 1
Garis Kemiskinan di Kabupaten Bireuen
Tahun 2010 ‒ 2014

bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah
biaya perumahan, bensin, listrik dan pendidikan. Pada periode September
2015 - Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami
peningkatan dari 3,111 menjadi 3,476. Sementara itu Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,841 menjadi 0,997.


Secara keseluruhan, angka garis kemiskinan di Kabupaten Bireuen
mengalami penurunan setiap tahunnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku
pada tahun 2011, dimana terjadi peningkatan sebesar 0.2% dari tahun
sebelumnya (Tahun 2010). Penurunan garis kemiskinan pada Tahun 2012 –
2014 yaitu sebesar 74,79% (Tahun 2012), 73,94% (Tahun 2013) dan 72,22%

(Tahun 2014).

IV - 2

Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen

4.1.2

Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

khususnya di bidang cipta karya dapat berfungsi sesuai dengan peran


terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat

pentingnya, maka berbagai upaya dilakukan untuk dapat menyediakan

Proporsi jumlah penduduk perdesaan jika dibandingkan dengan
perkotaan tidak lagi jauh berbeda, namun memiliki disparitas ekonomi yang
tinggi. Disparitas pertumbuhan ekonomi, masih tingginya jumlah penduduk

infrastruktur yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan dalam mendukung
perekonomian Kabupaten Bireuen sehingga mampu mewujudkan Indonesia
yang lebih sejahtera.

miskin di kawasan perdesaan dan ketidakmerataan akses pelayanan

Permasalahan air bersih dan penyehatan lingkungan (sanitasi) harus

infrastruktur menjadi latar belakang kebijakan dan program-program

menjadi perhatian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Ketersediaan


pembangunan saat ini. Kebijakan dan program pengembangan kawasan

air minum yang semakin terbatas dan langka (scarcity) menyebabkan sebagian

diantaranya dilaksanakan dalam bentuk pembangunan maupun peningkatan

masyarakat belum mampu menikmati atau mengakses pada sumber air

infrastruktur baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah,

minum yang sehat dan bersih. Di samping itu, kondisi tersebut diperparah

diantaranya disektor sanitasi, air bersih dan permukiman kumuh. Program-

dengan belum terbangunnya budaya untuk hidup sehat dari masyarakat dan

program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah, baik

sistem penyehatan lingkungan yang baik, seperti limbah, persampahan, dan


pusat maupun daerah memberikan kontribusi terhadap peningkatan akses

drainase. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.

bagi masyarakat. Dengan model program partisipatif dimana masyarakat
dapat memilih program pembangunan infrastruktur yang diinginkan dengan
dana yang telah ditentukan sebelumnya dan dirancang dengan model
partisipatif, maka infrastruktur yang akan dibangun bergantung pada
kemampuan masyarakat dalam memilih infrastruktur yang tepat.

4.2

Analisis Ekonomi
Berdasarkan data RAPBD Kabupaten Bireuen Tahun 2015, rencana

penerimaan daerah tercatat sebesar Rp. 15,78 milyar. Persentase realisasi PAD
sebagian besar sumber pembiayaan telah mencapai target yang ditentukan.

Program Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya berperan


Namun, penerimaan dari hasil pungutan zakat dan bazis masih belum

penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen

mencapai target, yakni 95%. Sementara realisasi penerimaan PAD dari

Ketersediaan infrastruktur ini juga memberikan pengaruh besar terhadap

retribusi daerah telah melebihi hingga dua kali lipat dari target yang telah

kepentingan umum dan keselamatan umum, seperti: jalan, irigasi, air bersih,

ditentukan sebelumnya. Presentase realisasi penerimaan pendapatan pajak

sanitasi dan berbagai bangunan pelengkap kegiatan permukiman lainnya,

daerah yang terbesar berasal dari pajak penerangan jalan, sementara

dimana hal tersebut merupakan prasyarat agar berputarnya roda


persentase terkecil berasal dari pajak pengambilan bahan galian C dan pajak

perekonomian dengan baik. Pemanfaatan pembangunan infrastruktur PU,

air bawah tanah. Selain itu, persentase realisasi penerimaan yang berasal dari

IV - 3

Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen

pajak daerah terbesar diperoleh dari jenis pajak mineral bukan logam dan

Nilai PDRB Kabupaten Bireuen terus mengalami peningkatan, baik

batuan sebesar 36%. Sedangkan penerimaan pendapatan pajak daerah dari

atas dasar harga berlaku maupun konstan. Hal ini menunjukkan adanya

hotel dan restoran masih belum mampu memenuhi target. Berikut merupakan

perkembangan positif perekonomian Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun.

realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2015, yaitu :

Pada tahun 2011, dari seluruh kegiatan perekonomian yang ada di Kabupaten
Bireuen menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 7,66 trilyun

Realisasi Pendapatan Pajak Daerah di Kabupaten
Bireuen Tahun 2015

6%
36%

15%

2015. Hal yang sama juga terjadi pada PDRB atas dasar harga konstan yang

Hotel & Restoran

terus meningkat, yaitu dari 7,40 trilyun rupiah di tahun 2011 menjadi 8,47

Pajak Reklame

trilyun di tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa selama tahun 2011 –
2015 telah terjadi peningkatan produktivitas secara agregat dari seluruh

20%
15% 8%

rupiah dan terus meningkat hingga mencapai 10,04 trilyun rupiah pada tahun

Penerangan Jalan
Pengambilan Bahan Galian
C

lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bireuen. Peningkatan PDRB Kabupaten
Bireuen dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Nilai PDRB ADHB Kabupaten Bireuen
Tahun 2011 - 2015

Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016

Gambar 4. 2
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2015

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah
bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah
domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam
suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang

12
10
8
6
4
2
0

8.88

10.04

8.25

9.4

7.66

2011

2012

2013

2015

2015

Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016

dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui
3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan

Gambar 4. 3
PDRB ADHB Kabupaten Bireuen Tahun 2011 – 2015

yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

IV - 4

Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen

serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.
Nilai PDRB ADHK Kabupaten Bireuen
Tahun 2011 - 2015

Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan
pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan

9

terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan

8.5

8.47

8
8

7.5
7

8.17

daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan

7.69
7.4

tetap menjaga daya dukung lingkungan.

6.5
2011

sumber daya yang lebih optimal diharapkan ada pemerataan pembangunan di

2012

2013

2015

2015

Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016

Gambar 4. 4
PDRB ADHK Kabupaten Bireuen Tahun 2011 – 2015

Untuk mewujutkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan
program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan
lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum Khususnya
Direktorat Jendral Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung propinsi,
kabupaten/kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang

Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bireuen pada tahun

dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya sebagai embrio terwujudnya

2014 mengalami perlambatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya,

perencanaan program infrasturktur yang lebih luas. Dengan adanya Rencana

yaitu 2,15%. Akan tetapi, pada tahun 2015 perekonomian Bireuen kembali

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya

mengalami pertumbuhan sebesar 3,70%. Seluruh lapangan usaha (kategori)

diharapkan kabupaten/kota dapat menggerakan semua sumber daya yang ada

ekonomi Bireuen tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang positif.

untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya laju pertumbuhan kategori usaha pertanian, kehutanan dan

dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak

perikanan sangat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian Bireuen,

huni (livable).

mengingat share lapangan usaha ini mencapai 34,06 %. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi tahun 2015 mencapai 9,30% (pengadaan air) serta 8,54%
(pengadaan listrik dan gas).

Rencana Program Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang akan
disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan

keuangan /

pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunannya.
Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh

Disamping itu, RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program masing

wilayah Indonersia, bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai

– masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan rencana tata ruang

dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif

yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Rencana Program

IV - 5

Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) diharapkan mampu mengakomodasikan
dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara spesifik sesuai
dengan karakteristik dan potensi individual setiap kota. RPIJM digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber
pendanaan baik APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kota, maupun sumber
pendanaan lainnya.

IV - 6