BAB IV ANALISIS SOSIAL DAN EKONOMI - DOCRPIJM 1508320591BAB IV
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
BAB IV
ANALISIS SOSIAL DAN EKONOMI
4.1
Analisis Sosial
upaya menurunkan tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an
4.1.1
Kemiskinan
diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar (makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan) yang
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada
pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan
di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
pendapatan melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Selain itu, definisi lainnya dari kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan
untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,
organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan, serta informasi.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah
kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau
menyelesaikan permasalahan tersebut. Faktor mendasar yang menyebabkan
kemiskinan diantaranya adalah SDM, SDA, sistem, dan juga tidak terlepas dari
sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut sangat berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa
ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi
pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun
akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit
untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia
berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti,
dkk, (2004:3).
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh menyebutkan bahwa
pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 848 ribu
orang (16,73 persen), berkurang sebanyak 11 ribu orang dibandingkan dengan
IV - 1
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
penduduk miskin pada September 2015 yang jumlahnya 859 ribu orang (17,11
GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN
BIREUEN
TAHUN 2010 ‒ 2014
persen). Selama periode September 2015-Maret 2016, persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,10 persen (dari
10,92 persen menjadi 10,82 persen), dan 0,41 persen di daerah perdesaan
(dari 19,56 persen menjadi 19,15 persen). Peranan komoditi makanan
terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 sebesar
76,12 persen sedangkan pada September 2015 sebesar 76,02 persen. Komoditi
makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok
77
76
75
74
73
72
71
70
76.1
76.3
74.79
73.94
72.22
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2014
kretek filter,dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan untuk komoditi
Gambar 4. 1
Garis Kemiskinan di Kabupaten Bireuen
Tahun 2010 ‒ 2014
bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah
biaya perumahan, bensin, listrik dan pendidikan. Pada periode September
2015 - Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami
peningkatan dari 3,111 menjadi 3,476. Sementara itu Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,841 menjadi 0,997.
Secara keseluruhan, angka garis kemiskinan di Kabupaten Bireuen
mengalami penurunan setiap tahunnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku
pada tahun 2011, dimana terjadi peningkatan sebesar 0.2% dari tahun
sebelumnya (Tahun 2010). Penurunan garis kemiskinan pada Tahun 2012 –
2014 yaitu sebesar 74,79% (Tahun 2012), 73,94% (Tahun 2013) dan 72,22%
(Tahun 2014).
IV - 2
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
4.1.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
khususnya di bidang cipta karya dapat berfungsi sesuai dengan peran
terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat
pentingnya, maka berbagai upaya dilakukan untuk dapat menyediakan
Proporsi jumlah penduduk perdesaan jika dibandingkan dengan
perkotaan tidak lagi jauh berbeda, namun memiliki disparitas ekonomi yang
tinggi. Disparitas pertumbuhan ekonomi, masih tingginya jumlah penduduk
infrastruktur yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan dalam mendukung
perekonomian Kabupaten Bireuen sehingga mampu mewujudkan Indonesia
yang lebih sejahtera.
miskin di kawasan perdesaan dan ketidakmerataan akses pelayanan
Permasalahan air bersih dan penyehatan lingkungan (sanitasi) harus
infrastruktur menjadi latar belakang kebijakan dan program-program
menjadi perhatian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Ketersediaan
pembangunan saat ini. Kebijakan dan program pengembangan kawasan
air minum yang semakin terbatas dan langka (scarcity) menyebabkan sebagian
diantaranya dilaksanakan dalam bentuk pembangunan maupun peningkatan
masyarakat belum mampu menikmati atau mengakses pada sumber air
infrastruktur baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah,
minum yang sehat dan bersih. Di samping itu, kondisi tersebut diperparah
diantaranya disektor sanitasi, air bersih dan permukiman kumuh. Program-
dengan belum terbangunnya budaya untuk hidup sehat dari masyarakat dan
program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah, baik
sistem penyehatan lingkungan yang baik, seperti limbah, persampahan, dan
pusat maupun daerah memberikan kontribusi terhadap peningkatan akses
drainase. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
bagi masyarakat. Dengan model program partisipatif dimana masyarakat
dapat memilih program pembangunan infrastruktur yang diinginkan dengan
dana yang telah ditentukan sebelumnya dan dirancang dengan model
partisipatif, maka infrastruktur yang akan dibangun bergantung pada
kemampuan masyarakat dalam memilih infrastruktur yang tepat.
4.2
Analisis Ekonomi
Berdasarkan data RAPBD Kabupaten Bireuen Tahun 2015, rencana
penerimaan daerah tercatat sebesar Rp. 15,78 milyar. Persentase realisasi PAD
sebagian besar sumber pembiayaan telah mencapai target yang ditentukan.
Program Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya berperan
Namun, penerimaan dari hasil pungutan zakat dan bazis masih belum
penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen
mencapai target, yakni 95%. Sementara realisasi penerimaan PAD dari
Ketersediaan infrastruktur ini juga memberikan pengaruh besar terhadap
retribusi daerah telah melebihi hingga dua kali lipat dari target yang telah
kepentingan umum dan keselamatan umum, seperti: jalan, irigasi, air bersih,
ditentukan sebelumnya. Presentase realisasi penerimaan pendapatan pajak
sanitasi dan berbagai bangunan pelengkap kegiatan permukiman lainnya,
daerah yang terbesar berasal dari pajak penerangan jalan, sementara
dimana hal tersebut merupakan prasyarat agar berputarnya roda
persentase terkecil berasal dari pajak pengambilan bahan galian C dan pajak
perekonomian dengan baik. Pemanfaatan pembangunan infrastruktur PU,
air bawah tanah. Selain itu, persentase realisasi penerimaan yang berasal dari
IV - 3
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
pajak daerah terbesar diperoleh dari jenis pajak mineral bukan logam dan
Nilai PDRB Kabupaten Bireuen terus mengalami peningkatan, baik
batuan sebesar 36%. Sedangkan penerimaan pendapatan pajak daerah dari
atas dasar harga berlaku maupun konstan. Hal ini menunjukkan adanya
hotel dan restoran masih belum mampu memenuhi target. Berikut merupakan
perkembangan positif perekonomian Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun.
realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2015, yaitu :
Pada tahun 2011, dari seluruh kegiatan perekonomian yang ada di Kabupaten
Bireuen menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 7,66 trilyun
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah di Kabupaten
Bireuen Tahun 2015
6%
36%
15%
2015. Hal yang sama juga terjadi pada PDRB atas dasar harga konstan yang
Hotel & Restoran
terus meningkat, yaitu dari 7,40 trilyun rupiah di tahun 2011 menjadi 8,47
Pajak Reklame
trilyun di tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa selama tahun 2011 –
2015 telah terjadi peningkatan produktivitas secara agregat dari seluruh
20%
15% 8%
rupiah dan terus meningkat hingga mencapai 10,04 trilyun rupiah pada tahun
Penerangan Jalan
Pengambilan Bahan Galian
C
lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bireuen. Peningkatan PDRB Kabupaten
Bireuen dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Nilai PDRB ADHB Kabupaten Bireuen
Tahun 2011 - 2015
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016
Gambar 4. 2
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2015
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah
bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah
domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam
suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
12
10
8
6
4
2
0
8.88
10.04
8.25
9.4
7.66
2011
2012
2013
2015
2015
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016
dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui
3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan
Gambar 4. 3
PDRB ADHB Kabupaten Bireuen Tahun 2011 – 2015
yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
IV - 4
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.
Nilai PDRB ADHK Kabupaten Bireuen
Tahun 2011 - 2015
Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan
pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan
9
terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan
8.5
8.47
8
8
7.5
7
8.17
daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan
7.69
7.4
tetap menjaga daya dukung lingkungan.
6.5
2011
sumber daya yang lebih optimal diharapkan ada pemerataan pembangunan di
2012
2013
2015
2015
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016
Gambar 4. 4
PDRB ADHK Kabupaten Bireuen Tahun 2011 – 2015
Untuk mewujutkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan
program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan
lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum Khususnya
Direktorat Jendral Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung propinsi,
kabupaten/kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang
Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bireuen pada tahun
dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya sebagai embrio terwujudnya
2014 mengalami perlambatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya,
perencanaan program infrasturktur yang lebih luas. Dengan adanya Rencana
yaitu 2,15%. Akan tetapi, pada tahun 2015 perekonomian Bireuen kembali
Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya
mengalami pertumbuhan sebesar 3,70%. Seluruh lapangan usaha (kategori)
diharapkan kabupaten/kota dapat menggerakan semua sumber daya yang ada
ekonomi Bireuen tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang positif.
untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya laju pertumbuhan kategori usaha pertanian, kehutanan dan
dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak
perikanan sangat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian Bireuen,
huni (livable).
mengingat share lapangan usaha ini mencapai 34,06 %. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi tahun 2015 mencapai 9,30% (pengadaan air) serta 8,54%
(pengadaan listrik dan gas).
Rencana Program Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang akan
disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan
keuangan /
pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunannya.
Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh
Disamping itu, RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program masing
wilayah Indonersia, bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai
– masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan rencana tata ruang
dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif
yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Rencana Program
IV - 5
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) diharapkan mampu mengakomodasikan
dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara spesifik sesuai
dengan karakteristik dan potensi individual setiap kota. RPIJM digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber
pendanaan baik APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kota, maupun sumber
pendanaan lainnya.
IV - 6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
BAB IV
ANALISIS SOSIAL DAN EKONOMI
4.1
Analisis Sosial
upaya menurunkan tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an
4.1.1
Kemiskinan
diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar (makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan) yang
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada
pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan
di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
pendapatan melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Selain itu, definisi lainnya dari kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan
untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,
organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan, serta informasi.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah
kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau
menyelesaikan permasalahan tersebut. Faktor mendasar yang menyebabkan
kemiskinan diantaranya adalah SDM, SDA, sistem, dan juga tidak terlepas dari
sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut sangat berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa
ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi
pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun
akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit
untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia
berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti,
dkk, (2004:3).
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh menyebutkan bahwa
pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 848 ribu
orang (16,73 persen), berkurang sebanyak 11 ribu orang dibandingkan dengan
IV - 1
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
penduduk miskin pada September 2015 yang jumlahnya 859 ribu orang (17,11
GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN
BIREUEN
TAHUN 2010 ‒ 2014
persen). Selama periode September 2015-Maret 2016, persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,10 persen (dari
10,92 persen menjadi 10,82 persen), dan 0,41 persen di daerah perdesaan
(dari 19,56 persen menjadi 19,15 persen). Peranan komoditi makanan
terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 sebesar
76,12 persen sedangkan pada September 2015 sebesar 76,02 persen. Komoditi
makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok
77
76
75
74
73
72
71
70
76.1
76.3
74.79
73.94
72.22
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2014
kretek filter,dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan untuk komoditi
Gambar 4. 1
Garis Kemiskinan di Kabupaten Bireuen
Tahun 2010 ‒ 2014
bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah
biaya perumahan, bensin, listrik dan pendidikan. Pada periode September
2015 - Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami
peningkatan dari 3,111 menjadi 3,476. Sementara itu Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,841 menjadi 0,997.
Secara keseluruhan, angka garis kemiskinan di Kabupaten Bireuen
mengalami penurunan setiap tahunnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku
pada tahun 2011, dimana terjadi peningkatan sebesar 0.2% dari tahun
sebelumnya (Tahun 2010). Penurunan garis kemiskinan pada Tahun 2012 –
2014 yaitu sebesar 74,79% (Tahun 2012), 73,94% (Tahun 2013) dan 72,22%
(Tahun 2014).
IV - 2
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
4.1.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
khususnya di bidang cipta karya dapat berfungsi sesuai dengan peran
terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat
pentingnya, maka berbagai upaya dilakukan untuk dapat menyediakan
Proporsi jumlah penduduk perdesaan jika dibandingkan dengan
perkotaan tidak lagi jauh berbeda, namun memiliki disparitas ekonomi yang
tinggi. Disparitas pertumbuhan ekonomi, masih tingginya jumlah penduduk
infrastruktur yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan dalam mendukung
perekonomian Kabupaten Bireuen sehingga mampu mewujudkan Indonesia
yang lebih sejahtera.
miskin di kawasan perdesaan dan ketidakmerataan akses pelayanan
Permasalahan air bersih dan penyehatan lingkungan (sanitasi) harus
infrastruktur menjadi latar belakang kebijakan dan program-program
menjadi perhatian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Ketersediaan
pembangunan saat ini. Kebijakan dan program pengembangan kawasan
air minum yang semakin terbatas dan langka (scarcity) menyebabkan sebagian
diantaranya dilaksanakan dalam bentuk pembangunan maupun peningkatan
masyarakat belum mampu menikmati atau mengakses pada sumber air
infrastruktur baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah,
minum yang sehat dan bersih. Di samping itu, kondisi tersebut diperparah
diantaranya disektor sanitasi, air bersih dan permukiman kumuh. Program-
dengan belum terbangunnya budaya untuk hidup sehat dari masyarakat dan
program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah, baik
sistem penyehatan lingkungan yang baik, seperti limbah, persampahan, dan
pusat maupun daerah memberikan kontribusi terhadap peningkatan akses
drainase. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
bagi masyarakat. Dengan model program partisipatif dimana masyarakat
dapat memilih program pembangunan infrastruktur yang diinginkan dengan
dana yang telah ditentukan sebelumnya dan dirancang dengan model
partisipatif, maka infrastruktur yang akan dibangun bergantung pada
kemampuan masyarakat dalam memilih infrastruktur yang tepat.
4.2
Analisis Ekonomi
Berdasarkan data RAPBD Kabupaten Bireuen Tahun 2015, rencana
penerimaan daerah tercatat sebesar Rp. 15,78 milyar. Persentase realisasi PAD
sebagian besar sumber pembiayaan telah mencapai target yang ditentukan.
Program Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya berperan
Namun, penerimaan dari hasil pungutan zakat dan bazis masih belum
penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen
mencapai target, yakni 95%. Sementara realisasi penerimaan PAD dari
Ketersediaan infrastruktur ini juga memberikan pengaruh besar terhadap
retribusi daerah telah melebihi hingga dua kali lipat dari target yang telah
kepentingan umum dan keselamatan umum, seperti: jalan, irigasi, air bersih,
ditentukan sebelumnya. Presentase realisasi penerimaan pendapatan pajak
sanitasi dan berbagai bangunan pelengkap kegiatan permukiman lainnya,
daerah yang terbesar berasal dari pajak penerangan jalan, sementara
dimana hal tersebut merupakan prasyarat agar berputarnya roda
persentase terkecil berasal dari pajak pengambilan bahan galian C dan pajak
perekonomian dengan baik. Pemanfaatan pembangunan infrastruktur PU,
air bawah tanah. Selain itu, persentase realisasi penerimaan yang berasal dari
IV - 3
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
pajak daerah terbesar diperoleh dari jenis pajak mineral bukan logam dan
Nilai PDRB Kabupaten Bireuen terus mengalami peningkatan, baik
batuan sebesar 36%. Sedangkan penerimaan pendapatan pajak daerah dari
atas dasar harga berlaku maupun konstan. Hal ini menunjukkan adanya
hotel dan restoran masih belum mampu memenuhi target. Berikut merupakan
perkembangan positif perekonomian Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun.
realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2015, yaitu :
Pada tahun 2011, dari seluruh kegiatan perekonomian yang ada di Kabupaten
Bireuen menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 7,66 trilyun
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah di Kabupaten
Bireuen Tahun 2015
6%
36%
15%
2015. Hal yang sama juga terjadi pada PDRB atas dasar harga konstan yang
Hotel & Restoran
terus meningkat, yaitu dari 7,40 trilyun rupiah di tahun 2011 menjadi 8,47
Pajak Reklame
trilyun di tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa selama tahun 2011 –
2015 telah terjadi peningkatan produktivitas secara agregat dari seluruh
20%
15% 8%
rupiah dan terus meningkat hingga mencapai 10,04 trilyun rupiah pada tahun
Penerangan Jalan
Pengambilan Bahan Galian
C
lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bireuen. Peningkatan PDRB Kabupaten
Bireuen dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Nilai PDRB ADHB Kabupaten Bireuen
Tahun 2011 - 2015
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016
Gambar 4. 2
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2015
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah
bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah
domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam
suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
12
10
8
6
4
2
0
8.88
10.04
8.25
9.4
7.66
2011
2012
2013
2015
2015
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016
dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui
3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan
Gambar 4. 3
PDRB ADHB Kabupaten Bireuen Tahun 2011 – 2015
yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
IV - 4
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.
Nilai PDRB ADHK Kabupaten Bireuen
Tahun 2011 - 2015
Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan
pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan
9
terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan
8.5
8.47
8
8
7.5
7
8.17
daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan
7.69
7.4
tetap menjaga daya dukung lingkungan.
6.5
2011
sumber daya yang lebih optimal diharapkan ada pemerataan pembangunan di
2012
2013
2015
2015
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2016
Gambar 4. 4
PDRB ADHK Kabupaten Bireuen Tahun 2011 – 2015
Untuk mewujutkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan
program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan
lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum Khususnya
Direktorat Jendral Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung propinsi,
kabupaten/kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang
Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bireuen pada tahun
dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya sebagai embrio terwujudnya
2014 mengalami perlambatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya,
perencanaan program infrasturktur yang lebih luas. Dengan adanya Rencana
yaitu 2,15%. Akan tetapi, pada tahun 2015 perekonomian Bireuen kembali
Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya
mengalami pertumbuhan sebesar 3,70%. Seluruh lapangan usaha (kategori)
diharapkan kabupaten/kota dapat menggerakan semua sumber daya yang ada
ekonomi Bireuen tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang positif.
untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya laju pertumbuhan kategori usaha pertanian, kehutanan dan
dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak
perikanan sangat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian Bireuen,
huni (livable).
mengingat share lapangan usaha ini mencapai 34,06 %. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi tahun 2015 mencapai 9,30% (pengadaan air) serta 8,54%
(pengadaan listrik dan gas).
Rencana Program Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang akan
disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan
keuangan /
pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunannya.
Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh
Disamping itu, RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program masing
wilayah Indonersia, bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai
– masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan rencana tata ruang
dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif
yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Rencana Program
IV - 5
Laporan Akhir
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Bireuen
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) diharapkan mampu mengakomodasikan
dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara spesifik sesuai
dengan karakteristik dan potensi individual setiap kota. RPIJM digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber
pendanaan baik APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kota, maupun sumber
pendanaan lainnya.
IV - 6