RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

VII

RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pembangunan Kawasan Permukiman
7.1.1 Profil Permukiman
Perkembangan

permukiman

di

kawasan

perkotaan

pada

awalnya,


permukiman terdapat di tepian sungai berawal dari sebuah tempat tinggal
sekelompok masyarakat yang berusaha sebagai pencari hasil bumi (hutan dan
pertanian) dan pedagang keliling untuk menjual hasil daganganya. Perkembangan
selanjutnya, dengan adanya gangguan keamanan permukiman berpindah
kepedalaman (Kotabesi), Penduduk kumudian pindah ke Seranau yang dulunya
bernama Benua Usang (sekarang: Mentaya Seberang) di mana para pedagangpedagang Cina waktu itu juga mulai berdatangan dan menetap di sana. Namun,
sesuai kepercayaan masyarakat Cina, bahwa suatu kota harus dibangun
menghadap

matahari

terbit.

Sedangkan

Seranau

menghadap

matahari


terbenam,yang menurut perhitungan hongsui Cina dianggap kurang baik. Karena
itulah, mereka membangun pemukiman baru diseberang Seranau (Sampit
sekarang) yang menghadap matahari terbit. Permukiman tersebut berkembang
dengan adanya saudagar/pedagang luar yang singgah untuk melakukan barter
antara penduduk.
Pola permukiman pada masa itu bersifat linier, terkonsentrasi di pinggir
sungai mengikuti alur Sungai Mentaya karena sungai ini satu-satunya jalur
transportasi masyarakat untuk melakukan kegiatan usahanya. Lingkungan
permukiman basah ini menunjukkan penyesuaian masyarakatnya yang tergantung
dengan air (sungai). Lingkungan permukiman lahan basah sangat buruk karena
kepadatan bangunan tinggi, perkembangan rumah tidak terkendali, pembuanagn
sampah, sanitasi dan mandi bahkan kebutuhan air bersih tergantung pada sungai,
jalan (titian) mudah lapuk dan sulit diperbaiki.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-1


Pada

konteks

perkotaan

maupun

perdesaan,

pola

perkembangan

permukiman bermula dari kedekatan terhadap sungai yang kemudian ke dataran
yang lebih tinggi yang dianggap lebih aman dari ancaman banjir dan abrasi
sungai. Perkembangan permukiman tersebut berkembang terus seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Atas dasar hal ini, pemenuhan
akan kebutuhan permukiman yang layak huni menjadi penting adanya.

Pada prinsipnya, pemilihan lokasi tempat tinggal yang dipilih masyarakat
dipengaruhi oleh kemudahan akses yang mudah didapat. Bila dulu kala, ketika
jalan darat belum ada/ minim, maka sungai menjadi orientasi utama dalam
pemilihan wilayah tempat tinggal. Maka tidak heran, bila hingga kini masih
dijumpai sebaran permukiman penduduk yang berada dipinggiran sungai.
Perkembangannya kini, pemilihan lokasi tempat tinggal juga sering
dipengaruhi oleh ketersediaan jalur transportasi darat. Selain jalur transportasi
darat, pola sebaran permukiman penduduk juga dipengaruhi oleh aktivitas yang
terdapat di suatu wilayah. Semakin suatu wilayah berkembang, maka semakin
variatif pula aktivitas yang terdapat di dalamnya. Beberapa aktivitas wilayah yang
mempengaruhi pola sebaran permukiman penduduk antara lain: perkantoran,
pendidikan, perdagangan dan jasa. Permukiman di Kabupaten Kotawaringin
Timur, dapat disimpulkan sebaran perkembangan permukiman, yaitu:


Di kawasan perkotaan, permukiman tersebar berdasarkan variasi aktivitas dan
kedekatan dengan aksesibilitas transportasi darat.




Dikawasan perdesaan, permukiman tersebar secara linier pada jaringan jalan
dan sekitar sempadan sungai.

7.1.2 Sebaran Perumahan
Secara umum bangunan perumahan penduduk di Kabupaten Kotawaringin
Timur berbahan dasar kayu. Terkecuali di Kecamatan Baamang, hampir 65 persen
bangunan perumahannya sudah terbuat dari bahan permanen beton. Sementara
itu hanya 29 persen bangunan masih terkategori dalam bangunan semi permanen
yaitu bangunan yang terbuat dari kayu. Sisanya 6 persen masih terkategori dalam
bangunan non permanen yaitu bangunan yang tidak berlantai (lantai tanah) dan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-2

dalam hal ini termasuk bangunan yang terletak diatas sungai atau yang lebih
dikenal dengan rumah lanting.

Sedangkan di Kecamatan Mentawa Baru


Ketapang, hampir 87 persen bangunan perumahannya terbuat dari bahan
permanen beton, sehingga dalam hal fasilitas tempat tinggal, tergolong lebih baik.
Sementara itu hanya 13 persen bangunan tempat tinggal di kecamatan Mentawa
Baru Ketapang yang masih berstatus sebagai bangunan semi permanen yaitu
bangunan yang berbahan dasar kayu.
1.

Permukiman Perkotaan Tepian sungai
Salah satu hasil budaya yang berbentuk fisik, yang merupakan suatu yang

universal adalah rumah. Di dalam budaya fisik yang universal tersebut selain
terdapat banyak persamaan terdapat juga berbagai perbedaan. Perbedaan
tersebut mengakibatkan adanya suatu diversitas atau keragaman budaya yang
akan menjadi ciri khas suatu daerah. Dalam dasar-dasar perencanaan bangunan,
rumah merupakan sesuatu yang sentral yang diperlukan dalam kehidupan
manusia, baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Dapat dikatakan bahwa rumah
bukan hanya sekedar tempat bernaung dari hujan dan panas, lebih dari itu
memiliki ruang lingkup yang luas.
Rumah sebagai hasil suatu kebudayaan memiliki bentuk yang bermacammacam, tergantung pada kapan, dimana dan oleh siapa rumah tersebut dibangun.

Pada suatu masyarakat yang sukunya homogen saja terdapat berbagai variasi
bentuk rumah. Variasi tersebut akan lebih terasa pada suatu masyarakat yang
heterogen. Sebagai contoh pada masyarakat Kalimantan terdapat berbagai
bentuk rumah, meskipun dapat dikatakan bahwa hampir semuanya merupakan
rumah panggung. Pada masyarakat asli kalimantan yaitu suku dayak bentuk
utama yang palimng utama adalah rumah panggung memanjang memanjang ke
kiri-kanan yang didiami oleh sejumlah keluarga. Rumah panggung tersebut
meskipun secara arsitektur bentuknya hampir sama namun persamaannya pada
beberapa temnpat agak berbeda. Sebagai contoh ada yang menyebutnya dengan
nama lamin ada juga yang menyebutnya dengan rumah betang. Di kalangan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-3

masyarakat Melayu yang kebanyakan berdiam di dataran rendah atau pantai
sebagian besar rumahnya juga merupakan rumah panggung.
Bahan utama yang dipergunakan untuk membuat rumah panggung adalah

kayu yang dapat dengan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar dan sedikit
sekali yang mempergunakan bahan logam atau batu. Hanya saja pada masa
sekarang karena perkembangan teknologi pada rumah panggung, kayu tersebut
sudah memakai bahan non kayu, misalnya lantai dipasangi pasak kayu,
mempengaruhi eksistensi kayu sebagai bahan utama pembuat rumah penggung.
Bentuk permukiman untuk daerah pinggiran sungai memiliki bentuk rumah
panggung. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh komponen alami yang berupa
pasang-surut permukaan sungai. Sedangkan untuk permukiman yang jauh dari
sungai, ada beberrapa yang masih membentuk rumah panggung, tetapi karena
lahan yang ada merupakan endapan rawa, maka rumah penduduk yang ada
membentuk pola rumah panggung.
Aktivitas masyarakat yang berada di pinggiran Sungai menjadikan sungai
sebagai pusat kehidupan sehari-hari, misalnya dijadikan mata pencaharian dan
sebagai ojek air/transportasi sungai. Sungai dijadikan masyarakat sekitar sebagai
sarana

penghubung

dengan


kelurahan/kota

Sekitarnya.

Pada

umumnya

konstruksi bangunan permukiman di tepi sungai memiliki bentuk rumah panggung.
Rumah panggung ini sesuai dibangun pada daerah rawa, dikarenakan kawasan
ini riskan / rawan akan banjir yang setiap saat akan muncul dan juga pengaruh
pasang surut yang dipengaruhi oleh Sungai tersebut.
2.

Permukiman Perkotaan Daratan
Pola permukiman yang teratur yaitu pola permukiman yang diperlihatkan

oleh Perumahan-perumahan baru yang dibangun oleh developer dan pemukimanpemukiman perorangan. Pola pemukiman ini biasanya dibuat secara terpadu,
dimana masing-masing unit bangunan rumah yang dijadikan sebagai tempat
hunian (istirahat, berkumpul dengan keluarga) yang tidak jauh dari pusat kota

untuk masyarakat perkotaan dan dikelilingi oleh lahan-lahan yang secara

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-4

langsung dijadikan sebagai tempat melakukan kegiatan ekonomi mereka (bertani,
berkebun).
3.

Permukiman Kumuh
Sebaran permukiman kumuh ada di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan

Baamang terdapat di Kelurahan Baamang Hulu, Baamang Tengah, dan Baamang
Hilir. Sedangkan di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang terdapat di Kelurahan
Sawahan, Mentawa baru hulu, Mentawa baru Hilir dan Ketapang.
7.1.3 Perumahan Formal dan Non Formal
1.


Perumahan Non Formal
Perumahan non-formal berkembangn secara tidak teratur bersifat linier

mengikuti bantaran sungai dan jaringan jalan. Bangunan sebagian besar
konstruksi kayu, panggung dan sebagian berada di tepi sungai maupun saluran.
Kepadatan bangunan sangat padat > 80 %. Perumahan non-formal ini terdapat di:


Permukiman Kecamatan Baamang di tepian Sungai Mentaya, Baamang dan
Pamuatan sebanyak 988 unit rumah



Permukiman Kecamatan Mentawa Baru Ketapang di tepian Sungai Mantaya,
Pamuatan, dan Mantawa sebanyak 740 unit rumah



Permukiman Kecamatan seranau di tepian Sungai Mentaya sebanyak 440 unit
rumah

2.

Perumahan Formal
Sebaran perumahan formal di Kota Sampit terdapat di Kecamatan Baamang,

yaitu Perumahan Wengga Abadi, Perumahan Bandara dan Perumahan Pemda.
Sedangkan sebaran perumahan formal di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang,
yaitu:

Perumahan BTN, Perumahan

Pendawa, Wisma Teratai, Komplek

Kerampungan Permai, dan Komplek Jeruk Permai

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-5

7.1.4 Rencana Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Baru
Berdasar

pada

klasifikasinya,

terdapat

2

(dua)

pendekatan

dalam

melaksanakan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru, yaitu
pengembangan secara swadaya dan pengembangan perumahan formal.
A.

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Baru dengan Pola
Swadaya
Pengembangan perumahan dengan pola swadaya ini diartikan sebagai pola

penyediaan perumahan yang diupayakan atau diusahakan secara mandiri oleh
masyarakat. Pola pengembangan perumahan secara swadaya ini masih
mendominasi kegiatan pembangunan dan pengadaan perumahan pada kawasan
perencanaan.

Secara

umum,

mayoritas

kegiatan

pengembangan

atau

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dilaksanakan melalui pola
swadaya ini. Pengadaan rumah secara swadaya ini tergantung pada kapabilitas
tiap anggota masyarakat sehingga permasalahan yang dapat muncul adalah
kemampuan untuk mengusahakan/mengadakan rumah yang layak huni dengan
lingkungan yang sehat. Dan juga hal prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman secara swadaya ini adalah
pembangunan dan pengembangan perumahan harus dibangun/diadakan pada
kawasan yang memang diperuntukkan untuk kegiatan pembangunan perumahan
menurut rencana tata ruang yang ada, seperti RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah) atau RDTR (Rencana Detail Tata Ruang). Persyaratan lokasi yang dapat
digunakan untuk pengembangan perumahan dan kawasan permukiman secara
umum adalah:
1.

Tidak mengganggu keseimbangan dan fungsi lingkungan hidup serta
pelestarian sumber daya alam lainnya. Dalam hal ini, kawasan perumahan
dan permukiman secara tegas tidak boleh didirikan atau dikembangkan pada
kawasan yang diarahkan dalam fungsi lindung.

2.

Lokasi perumahan yang harus memiliki akses pencapaian yang tinggi atau
mudah dicapai oleh penduduk, dimana hal terkait dengan rencana
penyediaan jaringan prasarana penunjang permukiman perkotaan.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-6

3.

Pengembangan

kawasan

perumahan

dan

permukiman

yang

dapat

mewujudkan pola hunian secara berimbang. Selain itu, pengembangan
permukiman harus mampu memacu peningkatan ketersediaan permukiman
yang layak dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
Pada

kawasan

perencanaan,

alokasi

ruang

untuk

pengembangan

perumahan dan permukiman secara swadaya oleh masyarakat diarahkan mengisi
lahan kosong yang terdapat pada kawasan perkotaan Sampit saat ini terutama
pada:
1.

Kelurahan Baamang Barat,

2.

Kelurahan Baamang Hulu,

3.

Kelurahan Ketapang,

4.

Kelurahan Mentawa Baru Hulu,

5.

Kelurahan Mentawa Baru Hilir,

6.

Kelurahan Mentaya Seberang,

7.

Kelurahan Sawahan,

8.

Desa Telaga Baru.
Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru di sepanjang

jalan/ koridor utama kawasan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.

Lahan yang digunakan untuk pembangunan dan pengembangan kawasan
perumahan secara swadaya ini merupakan lahan perorangan yang memiliki
status lahan yang legal (tidak berada pada lahan ilegal atau lahan konflik).

2.

Pengembangan kawasan perumahan baru disesuaikan dengan arahan
lokasi perumahan dan permukiman yang termuat dalam rencana tata ruang,
RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur dan RDTR Perkotaan Sampit.

3.

Pengembangan

perumahan

dan

kawasan

permukiman

harus

memperhatikan peraturan bangunan yang ditetapkan di kawasan perkotaan
Sampit, seperti ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien
Lantai Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan), KDH (Koefisien Dasar
Hijau) dan lainnya.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-7

4.

Pembangunan perumahan secara swadaya ini diarahkan menjauhi kawasan
bantaran sungai terutama pada wilayah Kecamatan Baamang dan Mentawa
Baru Ketapang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi konsentrasi permukiman
pada bantaran Sungai Mentaya.

5.

Pengembangan perumahan baru ini diarahkan menjadi perumahan dengan
kepadatan

rendah–sedang.

Hal

ini

ditujukan

untuk

mewujudkan

keseimbangan kawasan perumahan di Kota Sampit, antara lingkungan fisik
terbangun dengan lingkungan tak terbangun (kawasan hijau).
B.

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Baru oleh Developer/
Pemerintah
Alokasi ruang untuk pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan

yang dilaksanakan oleh developer (pengembang perusahaan) atau pemerintah
(pemerintah daerah, kementerian atau Perumnas) perlu memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
• Tidak mengganggu fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terutama
kawasan lindung seperti kawasan resapan air (catchment area), sumber mata
air, hutan lindung dan lainnya. Pengaturan yang sangat ketat diberlakukan pada
kawasan tersebut serta diperlukan upaya untuk memisahkan kawasan
permukiman dan kawasan lindung, seperti pengembangan daerah buffer
(penyangga) hutan lindung atau wilayah sumber mata air yang berbatasan
dengan kawasan permukiman berupa jalan inspeksi atau pagar pembatas.
• Pengembangan kawasan perumahan formal ini dilakukan sesuai dengan
ketentuan penataan dan pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan pemerintah
daerah seperti RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur atau RDTR Perkotaan
Sampit.
Pembangunan dan pengembangan perumahan formal oleh pengembang
pemerintah dapat dilaksanakan pada lahan atau kawasan kosong milik
pemerintah daerah ataupun kawasan yang ditunjuk berdasar kesepakatan
(Memorandum of Understanding) antara pemerintah daerah dengan pengembang
pemerintah. Kawasan tersebut dapat diarahkan sebagai pusat pertumbuhan baru
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-8

di perkotaan Sampit seperti bagian barat wilayah Kelurahan Sawahan, Mentawa
Baru Hilir, Mentawa Baru Hulu dan Pasir Putih. Pada saat ini, pemerintah daerah
Kabupaten Kotawaringin Timur telah mengarahkan pengembangan kompleks
perkantoran pemerintahan pada wilayah Pasir Putih sehingga untuk mendukung
arah perkembangan kota yang baru maka di sekitar kawasan perkantoran
pemerintah tersebut dapat dikembangkan kawasan perumahan formal terutama
ditujukan untuk pegawai negeri sipil yang belum memiliki rumah tinggal.
Pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan formal ini juga
harus

dilaksanakan

sesuai

dengan

perizinan

yang

berlaku

serta

tidak

dilaksanakan pada lahan-lahan produktif. Meskipun masih terdapat banyak lahan
kosong pada pinggiran kawasan perkotaan Sampit, namun keberadaan lahan
produktif harus tetap dipertahankan karena pertumbuhan perekonomian dan
aktivitas mata pencaharian penduduk masih bergantung pada sektor pertanian.
C.

Penyiapan Lahan untuk Kasiba (Kawasan Siap Bangun) & Lisiba
(Lingkungan Siap Bangun)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mendukung pembangunan

dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di perkotaan Sampit
adalah program pengembangan kasiba (kawasan siap bangun) dan lisiba
(lingkungan siap bangun). Dalam hal ini, proses awal yang cukup penting dalam
mempengaruhi keberhasilan dari pelaksanaan program Kasiba & Lisiba ini adalah
pengadaan dan penyiapan lahan secara memadai. Pelaksanaan proses
pengadaan dan penyiapan lahan ini pada umumnya menjadi tanggung jawab dari
BP (Badan Pengelola). Berdasarkan ketentuannya, secara umum tugas dan
kedudukan BP Pengelola Kasiba-Lisiba meliputi:


Mekanisme Perencanaan Tata Ruang (Penyusunan Dok. Rencana Tata
Ruang),



Mekanisme Pemanfaatan Ruang (Perizinan & Advis Planning),



Mekanisme Pengendalian Pemanfaatan Ruang (Pengawasan & Penertiban).

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-9

Kemudian, beberapa ketentuan terkait pelaksanaan pemanfaatan ruang
Kasiba dan Lisiba yang didasarkan pada PP Nomor 80 tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
1.

PeIaksanaan pembangunan setiap Kasiba dilaksanakan oleh 1 (satu) Badan
Pengelola.

2.

Pelaksanaan pembangunan Kasiba meliputi kegiatan perolehan/pengadaan
tanah, pembangunan serta pemeliharaan jaringan primer dan sekunder
prasarana pendukung lingkungan.

3.

Jaringan primer dan sekunder prasarana pendukung lingkungan yang
dibangun oleh Badan Pengelola harus sudah dimulai selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diumumkan sebagai Badan
Pengelola dan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun telah mencapai sekurangkurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari luas Kasiba dan minimum dapat
melayani 1 (satu) Lisiba.

4.

Pelaksanaan pembangunan jaringan primer dalam Kasiba dapat dimasukan
sebagai pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

5.

Dalam melaksanakan pembangunan Kasiba Badan Pengelola dapat
melakukan kerja sama dengan badan usaha yang bergerak di bidang
pembangunan perumahan dan permukiman.

6.

Badan Pengelola yang melakukan kerja sama pembangunan wajib
memberikan laporan kepada Kepala Daerah.

7.

Persyaratan dan tata cara kerja sama diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

8.

Pelaksanaan

pembangunan

setiap

Lisiba

dilakukan

oleh

1

(satu)

penyelenggara.
9.

Pembangunan prasarana lingkungan dan kaveling tanah matang dengan
rumah yang dibangun oleh penyelenggara di Lisiba harus sudah dimulai
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah penunjukan
diperoleh dan harus selesai seluruhnya selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 7 (tujuh) tahun.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-10

10. Pelaksanaan

pembangunan

Lisiba

meliputi

pembangunan

prasarana

lingkungan, sarana lingkungan, serta utilitas umum dan pembangunan rumah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11. Pembangunan rumah unit hunian di atas kaveling tanah matang dapat
dilaksanakan ke arah horizontal dan atau vertikal dengan pola hunian yang
berimbang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyediaan

lahan

tanah

untuk

pembangunan

dan

pengembangan

perumahan dan kawasan permukiman merupakan setiap kegiatan pemenuhan
kebutuhan tanah yang meliputi kegiatan perolehan/pengadaan tanah, pengurusan
hak atas tanah, pengkavelingan tanah sehingga dapat terwujud pengalokasian
bagian-bagian dari tanah tersebut untuk realisasi pembangunan perumahan,
prasarana dan sarana umum pendukung lingkungan permukiman.
Dalam kegiatan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman ini perlu diperhatikan:
1.

Status tanah yang tersedia.

2.

Status hukum pihak yang hendak menguasai tanah.

3.

Keinginan pemegang hak atas tanah yang diperlukan untuk melepas
tanahnya.
Berdasarkan ketiga faktor tersebut, maka mekanisme penyediaan/penyiapan

tanah yang dapat dijalankan adalah:
1.

Permohonan hak khusus untuk tanah negara.

2.

Perjanjian

dengan pemegang hak atas tanahnya

misalnya

melalui

mekanisme sewa menyewa.
3.

Pemindahan hak melalui mekanisme jual beli, tukar menukar ataupun hibah.

4.

Pembebasan/Pelepasan Hak.

5.

Pencabutan hak apabila tanah digunakan untuk kepentingan umum .
Dalam kaitannya dengan penyediaan tanah Kasiba/Lisiba dan Lisiba BS,

mekanisme yang dapat dilaksanakan, seperti tertuang dalam PP Nomor 80 Tahun
1999 adalah sebagai berikut:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-11

1.

Penyediaan tanah untuk Kasiba atau Lisiba yang berdiri sendiri dapat
dilakukan di atas tanah negara dan atau tanah hak.

2.

Pelaksanaan penyediaan tanah di atas tanah negara dan atau tanah hak
diupayakan tidak ada pemindahan penduduk ke luar lingkungan yang
bersangkutan.

3.

Dalam hal tanah negara tidak ada pemakainya, maka Badan Pengelola atau
penyelenggara dapat langsung mengajukan permohonan hak atas tanah
negara tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.

Dalam hal tanah negara dikuasai oleh masyarakat hukum adat sebagai hak
ulayatnya, maka perolehan hak atas tanah negara tersebut dapat dilakukan
oleh Badan Pengelola atau penyelenggara dengan memberikan penggantian
yang layak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.

Dalam hal tanah negara adalah bekas tanah hak yang dipakai oleh
perseorangan atau badan hukum, maka perolehan hak atas tanah negara
tersebut dapat dilakukan oleh Badan Pengelola atau penyelenggara dengan
mengadakan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

6.

Perolehan hak atas tanah yang dikuasai oleh perseorangan atau badan
hukum dilakukan oleh Badan Pengelola atau penyelenggara dengan
mengadakan penyelesaian dengan pemegang hak atas tanah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.

Penyelesaian dilakukan melalui:
• Konsolidasi tanah,
• Jual beli,
• Tukar menukar,
• Pelepasan hak.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-12

7.1.5 Arahan Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman
A.

Pola – pola Penanganan Umum Peningkatan Kualitas Lingkungan
Permukiman
Pendekatan penanganan yang dapat dilakukan dalam upaya untuk

peningkatan kualitas lingkungan atau peremajaan permukiman terutama untuk
kawasan permukiman kumuh dan padat dapat memadukan konsep TRIDAYA.
Pendekatan TRIDAYA ini mencakup beberapa upaya sebagai berikut:
1.

Pemberdayaan

sosial

kemasyarakatan,

yaitu

suatu

proses

untuk

menyiapkan masyarakat (individu maupun kelompok) dalam menyiapkan,
melaksanakan dan mengelola serta memelihara program.
2.

Pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi, yang berbasiskan ekonomi
keluarga dan kelompok usaha bersama.

3.

Pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan yang dilakukan secara
optimal agar dapat mendukung pilihan yang dikehendaki oleh masyarakat.
• Pendekatan KIP (Kampong Improvement Programme) adalah kegiatan
untuk meningkatkan kualitas kawasan padat melalui pembangunan atau
peningkatan sarana dan prasarana dasar (jaringan jalan, air bersih,
persampahan, drainase dan sanitasi).
• Urban Renewal adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas kawasan
padat dan kumuh melalui upaya perbaikan atau pemugaran, peremajaan
serta pengolahan dan pemeliharaan yang berkelanjutan. Peremajaan
biasanya dilakukan melalui kegiatan perombakan dengan perubahan yang
mendasar dan penataan yang menyeluruh terhadap kawasan hunian yang
tidak layak huni. Kegiatan ini difokuskan pada upaya penataan, rehabilitasi
dan atau penyediaan sarana dan prasarana dasar serta fasilitas
pelayanan sosial ekonomi yang menunjang fungsi kawasan.
• Revitalisasi Kawasan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
kawasan yang memiliki kekhasan yang cenderung mengalami penurunan
kualitas lingkungan. Kekhasan yang dimaksud, misalnya kawasan
perumahan tradisional, kawasan cagar budaya, kawasan pariwisata

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-13

khusus, dan lainnya. Kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan
konservasi yang dilindungi oleh pemerintahan setempat. Kegiatan yang
dilakukan dapat melalui pendekatan KIP atau urban renewal.
• Model Land Sharing – penanganan permukiman kumuh pada tanah legal,
Yaitu penataan ulang diatas tanah/lahan dengan tingkat kepemilikan
masyarakat cukup tinggi. Dalam penataan kembali tersebut, masyarakat
akan mendapatkan kembali lahannya dengan luasan yang sama
sebagaimana yang selama ini dimiliki/dihuni secara sah, dengan
memperhitungkan kebutuhan untuk prasarana umum (jalan, saluran dan
lainnya). Beberapa prasyarat untuk penanganan secara ini antara lain:
a. Tingkat

pemilikan/penghunian

secara

sah

(mempunyai

bukti

pemilikan/penguasaan atas lahan yang ditempatinya) cukup tinggi
dengan luasan yang terbatas,
b. Tingkat

kekumuhannya

tinggi,

dengan

kesediaan

lahan

yang

memadai untuk menempatkan prasarana dan sarana dasar,
c. Tata letak permukiman tidak terpola.
• Model Land Consolidation - penanganan permukiman pada tanah legal
dan tidak legal. Model ini juga menerapkan penataan ulang diatas tanah
yang selama ini telah dihuni. Beberapa prasyarat untuk penanganan
dengan model ini antara lain:
a. Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah (tidak memiliki bukti
primer pemilikan/ penghunian) oleh masyarakat cukup tinggi,
b. Tata letak permukiman tidak/kurang berpola, dengan pemanfaatan
yang beragam (tidak terbatas pada hunian)
c. Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan fungsional yang
lebih strategis dari sekedar hunian.
d. Melalui penataan ulang dimungkinkan adanya penggunaan campuran
(mix-used) hunian dengan penggunaan fungsional lain.
e. Resettlement/pemindahan penduduk pada suatu kawasan yang
khusus disediakan, yang biasanya memakan waktu dan biaya sosial
yang cukup besar, termasuk kemungkinan tumbuhnya kerusuhan atau
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-14

keresahan masyarakat. Pemindahan ini apabila permukiman berada
pada kawasan fungsional yang akan/perlu direvitalisasikan sehingga
memberikan nilai ekonomi bagi Pemerintah Daerah.
B.

Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman Kumuh dan Padat
Penanganan lingkungan padat perkotaan, meliputi areal permukiman padat

yang merupakan lingkungan permukiman di perkotaan yang padat dan bercampur
dengan kegiatan perdagangan. Perlu pengembangan perumahan secara vertikal.
Pendekatan penanganan pada kluster ini adalah berupa urban renewal atau
peremajaan kawasan permukiman dengan komponen program penanganan
meliputi:


Peningkatan kualitas sarana dan prasarana lingkungan untuk memperbaiki
citra kawasan, seperti dengan penambahan/peningkatan jaringan jalan,
saluran dan penyediaan air bersih.



Rehabilitasi rumah melalui perbaikan atap, lantai dan dinding.



Penataan perumahan melalui proses konsolidasi lahan (land consolidation)
dengan merehabilitasi bangunan rumah menjadi bangunan yang lebih layak
huni. Program ini menuntut pelibatan partisipasi masyarakat sebagai subjek
perencanaan.

Dalam

pelaksanaannya

di

lapangan,

masyarakat

ini

berpartisipasi dalam kelompok-kelompok masyarakat pemanfaat program.
Pendekatan

penanganan

pada

kluster

ini

adalah

KIP

(Kampong

Improvement Programme) dan rehabilitasi lingkungan permukiman, dengan upaya
penanganan:


Rehabilitasi rumah berupa perbaikan atap, lantai atau dinding bangunan.



Rehabilitasi dan penambahan jaringan sarana dan prasarana penunjang
permukiman seperti jaringan jalan, normalisasi saluran drainase, penyediaan
jaringan air bersih.
Ketentuan teknis dalam upaya penertiban lahan ilegal yang melibatkan

pengenaan sanksi maupun penerapan sistem disinsentif jika ternyata penggunaan
lahan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan dan perencanaan ruang untuk
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-15

kegiatan pengembangan perumahan dan permukiman. Proses penertiban
pembangunan perumahan dan permukiman disusun sesuai dengan prosedur atau
tata cara, sebagai berikut:


Diawali melalui proses pemeriksaan lapangan oleh aparat instansi atau
kelembagaan yang terkait dengan bidang perumahan dan permukiman di
wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur terhadap pelaksanaan pembangunan
perumahan. Hasil pemeriksaan lapangan, selanjutnya dilaporkan kepada
Bupati melalui instansi atau kelembagaan perumahan dan permukiman yang
terkait.



Proses konfirmasi temuan lapangan dengan berbagai dokumen atau hasil
instrumentasi

pengawasan

dapat

berupa

laporan

pelaksanaan

pembangunan dari penyelenggaran perumahan, laporan pengaduan ataupun
produk perencanaan yang dapat dijadikan sebagai acuan pembangunan.
Perumusan dan penentuan kebijakan tindak lanjut dapat berupa tindakan
penertiban yang perlu dilakukan melalui instrumentasi pengendalian
pembangunan dan pengembangan perumahan yang menyalahi aturan serta
penyiapan rencana penanganan permasalahan tersebut.


Perumusan langkah penanganan perumahan kumuh dan padat yang
menjadi prioritas pembangunan dapat dilakukan melalui penyusunan
program perbaikan lingkungan seperti KIP dan revitalisasi yang melibatkan
masyarakat dan instansi terkait. Namun untuk kawasan permukiman padat
yang berada di kawasan lindung ataupun lahan ilegal sebisa mungkin harus
direlokasi untuk menghindari adanya potensi bencana atau konflik lain yang
dapat muncul di kemudian hari.

C.

Mekanisme Pengendalian
Sejalan

dengan

perkembangan

pembangunan

dan

pengembangan

perumahan dan kawasan permukiman dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun
mendatang, diperlukan suatu mekanisme pengendalian kegiatan sehingga
terdapat kesesuaian antara rencana dengan realisasi pelaksanaan pembangunan.
Mekanisme pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-16

perkotaan Sampit maupun di Kabupaten Kotawaringin Timur ini dapat dilakukan
melalui:
1.

Proses Perijinan
Proses perijinan terhadap upaya pemanfaatan ruang dilakukan sesuai

dengan rencana pemanfaatan ruang dan peruntukan lahan yang ada di wilayah
terkait. Oleh karena itu, dokumen RP3KP ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam pemberian perijinan pemanfaatan ruang perumahan dan permukiman yang
menjadi tugas dan tanggung jawab dari instansi terkait yang ada di lingkungan
pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin Timur.
2.

Proses Pengawasan
Proses pengendalian penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan

yang dilaksanakan melalui pengawasan yang diwujudkan melalui supervisi dan
penertiban yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan
kelembagaan pada tingkat terendah (kecamatan dan kelurahan/desa) serta peran
aktif masyarakat, yang kesemuanya diatur melalui suatu mekanisme pengawasan
dan pengendalian kegiatan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman.
3.

Pelaporan Penyelenggaraan
Laporan pendirian atau penyelenggaraan perumahan dapat berisi:
• Perkembangan perolehan ijin mendirikan bangunan (IMB),
• Perkembangan kegiatan pembangunan perumahan,
• Catatan mengenai permasalahan yang perlu segera diatasi serta potensi
permasalahan yang perlu diantisipasi oleh pemerintah daerah.

4.

Proses Penertiban
Proses penertiban secara langsung maupun tidak langsung yang melibatkan

pengenaan sanksi maupun penerapan sistem disinsentif jika ternyata penggunaan
lahan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan dan perencanaan ruang
perumahan

dan

permukiman.

Proses

penertiban

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

kegiatan

pembangunan

VII-17

perumahan dan permukiman di perkotaan Sampit ini disusun sesuai dengan
prosedur atau tata cara sebagai berikut:
• Diawali melalui proses pemeriksaan lapangan oleh aparat instansi atau
kelembagaan

terkait

perumahan

dan

permukiman

di

lingkungan

pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin Timur terhadap pelaksanaan
pembangunan perumahan. Hasil pemeriksaan lapangan ini selanjutnya
dilaporkan kepada Bupati melalui instansi atau kelembagaan terkait.
• Proses konfirmasi temuan lapangan dengan berbagai dokumen atau hasil
instrumentasi pengawasan yang dapat berupa laporan pelaksanaan
pembangunan

dari

penyelenggaran

perumahan,

laporan-laporan

pengaduan, serta produk perencanaan yang dapat dijadikan sebagai
acuan pembangunan.
• Perumusan dan penentuan kebijakan tindak lanjut berupa tindakan
penertiban yang perlu dilakukan melalui instrumentasi pengendalian
pembangunan perumahan dan permukiman, serta penyiapan rencana
penanganan permasalahan terkait.
D.

Tahapan Pelaksanaan Pembangunan
Tahapan umum yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan penyediaan dan

pembangunan rumah baru meliputi:
1.

Pengembangan rumah baru melalui pola swadaya
• Penyesuaian kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan perumahan
dan permukiman yang termuat dalam RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah) serta RP3KP (Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman) .
• Proses perencanaan dan perijinan membangun rumah.
• Memastikan bahwa rencana pembangunan dan pengembangan rumah
telah sesuai dengan ketentuan atau persyaratan teknis bangunan dan
persyaratan pengaturan bangunan (peletakan, Koefisien Dasar Bangunan,
Koefisien Lantai Bangunan, Garis Sempadan Bangunan dan lainnya).

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-18

• Penyediaan bahan untuk pembangunan rumah dapat diakses secara
mudah oleh masyarakat.
• Lokasi pembangunan rumah pada kawasan perkotaan Sampit terlayani
sarana dan prasarana umum yang memadai.
• Khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perlu diberikan
insentif terutama dalam hal kemudahan dalam perijinan dan subsidi biaya
pengurusan IMB serta apabila masyarakat masih belum memiliki sertifikat
lahan maka dapat dibantu dalam proses pengurusannya.
2.

Pengembangan rumah baru yang dilaksanakan developer atau pengembang
pemerintah
• Penetapan kawasan-kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan
perumahan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) serta RP3KP
(Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman) .
• Penginformasian peluang investasi di sektor perumahan kepada pihak
pengembang (developer).
• Seleksi pengembang yang memiliki reputasi baik (untuk memudahkan
dalam hal serah terima kawasan perumahan yang telah dibangun kepada
pihak pemerintah daerah kabupaten).
• Proses perencanaan dan proses ijin lokasi pengembangan perumahan.
• Proses pembebasan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan
pembangunan dan pengembangan perumahan.
• Proses konstruksi untuk komponen rumah dan komponen saranaa dan
prasarana umum penunjang perumahan dan permukiman.
• Proses pemasaran dan penghunian.

7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A.
NO

Isu Strategis
Tabel 7.1 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Kotawaringin Timur
Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten
Kegiatan Sektor PBL
Kotawaringin Timur

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-19

1

Penataan Lingkungan Permukiman

1. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian
kebakaran di Perkotaan
2. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau
di perkotaan
3. Peningkatan

kualitas

dan

kuantitas

infrastruktur perkotaan
4. Peningkatan

kualitas

lingkungan

dalam

rangka pemennuhan Standar Pelayanan
Minimum
5. Peningkatan kerjasama antara pemerintah
daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
Rumah Negara

1. Tertib

pembangunan

bangunan

dan

gedung

keandalan

(keselamatan,

kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Pengendalian penyelenggaraan bangunan
gedung dengan perda bangunan gedung di
Kabupaten Kotawaringin Timur;
3. Tantangan untuk mewujudkan bangunan
gedung yang fungsional, tertib, andal dan
mengacu

pada

isu

lingkungan/

berkelanjutan;
4. Tertib

dalam

pengelolaan

aset

penyelenggaraan
gedung

dan

dan

rumah

pelayanan

publik

negara;
5. Peningkatan

kualitas

dalam pengelolaan gedung dan rumah
Negara.

B.

Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-20



Masih

kurang

diperhatikannya

kebutuhan

sarana

sistem

proteksi

kebakaran;


Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL
untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan
infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;



Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;



Masih

rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan

permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran
daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan
SPM.


Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:



Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,
sarana olah raga.

Tabel 6.14
No

Sektor

1

PBL

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Peluang
Tantangan
Potensi
Permasalahan
Pengembangan
Pengembangan
Permukiman

• Permukiman

Penataan



Meningkatkan

padat

kumuh

bangunan dan

akses

penduduk

memiliki akses

lingkungan

lingkungan

memiliki

yang

kepadatan

baik

bangunan yang

padatnya

yang

tinggi, akses

bangunan

ada

sempit, RTH

rumah

membuka akses

rendah, dan

kurang

jalan

pada

oleh

permukiman

• Aksesibilitas

baru

sudah
dan

pada

memiliki tingkat

permukiman

permukiman

kerawanan

kumuh berupa

pengembangan

banjir dan

jalan/

titian

kebakaran.

yang

tidak

berstruktur
dan

sempit

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018



Adanya relokasi
damai



Peningkatan
RTH

VII-21

sehingga
hanya

dapat

dilewati
kendaraan
roda dua
• Rendahnya
aksesibilitas
tersebut
mengahmbat
pergerakan
barang

dan

jasa
• Rawan
kebakaran
Koordinasi antar
instansi dan
pengembang
dalam
Pembangunan
permukiman dan
perumahan masih
lemah sehingga
jaringan jalan
primer kurang
singkron dengan
permukiman
terbangun

7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
A.

Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya

Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini
didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya.Isu-isu
strategis tersebut adalah:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-22

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
6. Rencana Pengamanan Air Minum;
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat;
dan
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah
Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
Kabupaten Kotawaringin Timur perlu melakukan identifikasi isu strategis
yang ada di daerah mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam
pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta
akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana
Pembangunan Infrastruktur Permukiman (RPIJM).

7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
7.4.1 Penyehatan Lingkungan Permukiman
Mengacu pada Permen PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian
Penyehatan

Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan

Lingkungan

Permukiman

mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan,
pengaturan,
standardisasi

perencanaan,
teknis

di

pembinaan, pengawasan,

pengembangan

dan

bidang air limbah, drainase dan persampahan

permukiman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656,
Direktorat

Pengembangan

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

menyelenggarakan fungsi:
1.

Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah,
drainase dan persampahan;

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-23

2.

Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air
limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana
alam dan kerusuhan sosial;

3.

Pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

4.

Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan

dan

peran

serta

masyarakat

di

bidang

air

limbah,

drainase dan persampahan; dan
5.

Pelaksanaan tata usaha direktorat.

A.

Air Limbah

1.

Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan

identifikasi

data

dan

informasi

dari

dokumen-dokumen

perencanaan

pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional
maupun

daerah,

seperti

dokumen

RPJMN,

RPJMD,

RTRW Kabupaten,

Renstra Dinas, RP2KP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu
strategis pengembangan air limbah sesuai dengan karakteristik di Kabupaten
Kotawaringin Timur.
Tujuan dari bagian ini adalah:
• Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah di
Kabupaten Kotawaringin Timur;
• Tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.
Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di
Kabupaten Kotawaringin Timur antara lain:
No
1

Tabel 7.3 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Isu Strategis
Keterangan
Sanitasi



Penetapkan lokasi sarana sanitasi pada permukiman tepian
sungai



Dibutuhkan pencerahan kebiasaan masyarakat tepian sungai



Merubah sistem sanitasi terhadap permukiman yang sudah ada

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-24

2.

Kondisi Eksisting
Setiap

Kab/Kota

wajib menyajikan

gambaran

secara

umum

kondisi

eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten/Kota
masing-masing

baik pada

aspek

teknis

maupun

pada aspek non teknis

pendukung. Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan air limbah
yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut
ini:
a)

Aspek teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang

mencakup:
1. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/on-site, sistem
terpusat/off-site);
2. Jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah;
3. Tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.
Kondisi eksisiting pengembangan air limbah secara teknis dapat ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 7.4 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten Kotawaringin Timur
Prasarana dan
Jumlah
Kapasitas
Keterangan Kondisi
Sarana
IPLT

1

2000 lt

Kondisi masih bagus, masih belum digunakan
masyarakat secara maksimal

3.

Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah

a)

Identifikasi Permasalahan Air Limbah
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara

umum adalah:
1. Belum optimalnya penanganan air limbah
2. Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-25

3. Belum optimalnya manajemen air limbah:
a. Belum optimalnya perencanaan;
b. Belum memadainya penyelenggaraan air limbah.
Tabel 7.5 Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah di Kabupaten Kotawaringin
Timur
No
Sektor
Potensi
Permasalahan
1

Air Limbah

Pengembangan permukiman baru

(Sanitasi)

dan Penataan kawasan

Permasalahan:

permukiman di tepian sungai yang
mana permasalahan sanitasi
merupakan faktor utama rendahnya
kualitas lingkungan permukiman
karena keberadaan MCK di
bantaran sungai serta tidak adanya
MCK komunal dan IPAL, sehingga

• Penetapkan

lokasi

sarana

sanitasi pada permukiman tepian
sungai
• Dibutuhkan
kebiasaan

pencerahan
masyarakat

tepian

sungai
• Merubah

sistem

sanitasi

terhadap permukiman yang sudah

berpotensi untuk:

ada
• Penyediaan

sarana

sanitasi

(septic tank komunal, dan MCK
pribadi
• Penyediaan

saluran

pembuangan limbah (IPAL)
• Peningkatan

septic

tank yang

ada

b)

Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan

eksternal. Tantangan internal
limbah,

kejadian

penyakit

berhubungan dengan
karena buruknya

cakupan
pengelolaan

pelayanan
air

air

limbah,

perlindungan sumber air baku, kualitas kelembagaan, penggalian sumber
dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan tantangan
eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara
terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50% masyarakat
yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015. Tantangan dan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-26

peluang pengembangan sektor limbah di Kabupaten Kotawaringin Timur
dijelaskan pada tabel 7.6.
Tabel 7.6 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah di Kabupaten Kotawaringin
Timur
No
Sektor
Peluang Pengembangan
Tantangan
1

Air Limbah

Peluang Pengembangan:

(Sanitasi)



Penyediaan
komunal

septic

Tantangan:
tank



pada permukiman

secara

tepian sungai dan permukiman


Penyediaan



IPAL

sistem

Sanitasi

terpadu pada

kawasan

permukiman tepian sungai


padat

Menerapkan

Meningkatkan sarana

sanitasi

pada permukiman yang

pada

sudah

permukiman tepian sungai

ada dengan teknologi berbasis

Peningkatan

masyarakat

sarana sanitasi

pada permukiman yang sudah
ada secara bertahap

4.

Analisis Kebutuhan Air Limbah

a)

Analisis Kebutuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem

Air Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
pengelolaan

air

limbah

kota.

Melakukan analisis atas dasar besarnya

kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development
need).
1)

Program dan kriteria Kesiapan Pengembangan Limbah
 Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site)
dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal
• Kriteria Lokasi
- Kawasan
perkotaan

rawan
yang

sanitasi

(padat,

memungkinkan

kumuh,

penerapan

dan

miskin)

kegiatan

di

Sanitasi

berbasis masyarakat (Sanimas);
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-27

- Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
• Lingkup Kegiatan:
- Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;
- Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;
- Pengadaan
prasarana

material
air

dan

limbah

upah

(septic

kerja

tank

untuk

komunal,

pembangunan
MCK++,

IPAL

untuk

dapat

komunal);
- TOT

kepada

Tim

Pelatih

Kabupaten/Kota

melaksanakan pelatihan KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan
masyarakat;
- Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan
RSH;
- Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka
membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
- Sosialisasi/diseminasi

NSPM

pengelolaan

Sanitasi

Berbasis

Masyarakat dan pengelolaan Septic Tank;
- Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
- Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
• Kriteria Kesiapan
- Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau
sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
- Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan
sudah dibebaskan);
- Sudah terdapat dokumen perencanaan

yang lengkap, termasuk

dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk
draft

dokumen

RKM

untuk

kegiatan

Sanitasi

Berbasis

Masyarakat ;
- Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota
(IPAL RSH);
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018

VII-28

- Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola
prasarana yang dibangun;
- Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya
operasi dan pemeliharaan.
 Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala
kota adalah:
• Kriteria Lokasi:
- Sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1
juta jiwa.
• Lingkup Kegiatan:
- Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu
pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
- Pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan
pipa

utama

sekunder (secondary

main

trunk

sewer)

yaitu

pengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasan
kemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatan kapasitas
idle;
-

TOT

kepada

Tim

Pelatih

Kabupaten/Kota

untuk

dapat

melaksanakan pelatihan operator IPAL;
- Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;
- Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
- Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
• Kriteria K